BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Defenisi Pengetahuan Teori Bloom dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan penginderaan seseorang terhadap objek tertentu dan dari hasil penginderaan tersebut maka orang menjadi tahu. Manusia menjadi tahu melalui indra penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, dan raba. pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga. Bloom mengatakan pengetahuan adalah cognitive domine yaitu proses tahu terdiri dari enam tingkatan penerimaan terhadap suatu informasi, yaitu : 1. Tahu (know) Tahu yaitu mengingat kembali (recall) suatu hal atau apapun yang pernah dipelajari atau dialami sebelumnya secara spesifik. Tahu merupakan pengetahuan yang tingkatannya paling rendah. 2. Memahami (comprehension) Memahami adalah kemampuan seseorang dalam menjelaskan dan menafsirkan objek yang diketahui secara benar.

2 9 3. Aplikasi (application) Aplikasi adalah kesanggupan seseorang untuk menggunakan materi yang sudah dipelajari pada kondisi dan situasi yang real (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan dalam penggunaan hukum-hukum, prinsip, rumus, metode, dan dalam konteks atau situasi lain. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah kesanggupan seseorang untuk menjabarkan materi dalam komponen-komponen, yang masih dalam satu struktur organisasi, dan ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dalam penggunaan kata kerja, seperti membedakan, menggambarkan (membuat bagan), mengelompokkan dan memisahkan. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan menghubungkan atau meletakkan bagian-bagian dalam bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan menyusun formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi Evaluasi berhubungan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap materi atau obyek tertentu. Penilaian didasarkan pada

3 10 kriteria yang sudah ditentukan sendiri, atau bisa juga menggunakan kriteria-kriteria yang ada. 2.2 Perilaku Definisi Perilaku Perilaku manusia adalah aktivitas maupun tindakan manusia yang mempunyai bentangan luas yang dapat diamati secara langsung, maupun tidak dapat diamati. Jika dilihat dari segi biologis, perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan), dari segi kepentingan kerangka analisis, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh manusia yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo 2007) Jenis Perilaku Manusia Perilaku adalah tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu. Bentuk perilaku ada dua macam menurut (Notoatmodjo,2003) yaitu : 1. Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka adalah respon individu terhadap rangsangan dalam bentuk tindakan nyata sehingga dapat diamati orang lain. 2. Perilaku tertutup (convert behavior) Perilaku tertutup adalah respon individu terhadap stimulus yang diberikan dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert) dan

4 11 belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain. Respon stimulus ini terbatas pada perhatian, pengetahuan, dan sikap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2003), perilaku di pengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu : 1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Faktor predisposisi mencakup pada pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan. 2. Faktor Pendukung (Enabling Factors) Faktor pendukung mencakup pada ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. 3. Faktor Pendorong (Renforcing Factor) Faktor pendorong merupakan sikap dan perilaku petugas kesehatan (petugas lain) yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat Proses Pembentukan Perilaku Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang itu akan terjadi proses yang berurutan, yaitu: a. Awareness (kesadaran), yaitu sesorang menyadari dan mengetahui terlebih dahulu mengenai stimulus (objek).

5 12 b. Interest (ketertarikan), yaitu seseorang mulai tertarik kepada stimulus atau objek tersebut. c. Evaluation (evaluasi), berpikir secara rasional baik atau tidak stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial (mencoba), seseorang mulai mencoba melakukan tindakan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption (menerima), seseorang berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila seseorang menerima perilaku baru dengan proses seperti ini, maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting), (Notoatmodjo, 2003) Pengukuran Perilaku Pengukuran perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan subyek dengan tujuan untuk memelihara kesehatannya. Secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan pertanyaan kepada subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003)

6 Perubahan Perilaku Perilaku seseorang dapat berubah sesuai dengan hal-hal yang memungkinkan sehingga terjadinya perubahan. Dalam perkembangannya dalam kehidupan, perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku manusia : a. Faktor Internal Beragam tingkah laku manusia dan tingkah laku dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri seseorang. Faktor-faktor intern yang dimaksud adalah jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Berikut pembahasan mengenai faktor-faktor tersebut : 1) Jenis Ras/ Keturunan Setiap ras memiliki tingkah laku yang berbeda, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Salah satu contoh yaitu ciri perilaku ras Negroid yang bertemperamen keras, tahan menderita, dan menonjol dalam kegiatan olah raga sedangkan ras Mongolid mempunyai ciri yang ramah, suka bergotong-royong, sedikit tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual.

7 14 2) Jenis Kelamin Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin yaitu cara berpakaian, melakukan pekerjaan, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan mungkin terjadi karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita sering berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan laki-laki cenderung berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional. 3) Sifat Fisik Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe fisik. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman. 4) Kepribadian Kepribadian adalah kebiasaan manusia yang berada dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, sehingga kebiasaan merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, kepribadian seseorang sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya. 5) Intelegensia Intelegensia adalah kemampuan secara keseluruhan individu untuk berpikir dan bertindak dengan terarah dan efektif. Bertolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi

8 15 oleh intelegensia. Tingkah laku dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen yang mana seseorang bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan. 6) Bakat Bakat adalah suatu kondisi yang mana seseorang dapat melakukan dan memungkinkannya karena sudah melakukan latihan dan mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. b. Faktor Eksternal 1) Pendidikan Kegiatan pendidikan berlangsung agar ada proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah. 2) Agama Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya. 3) Kebudayaan

9 16 Kebudayaan merupakan suatu kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua. 4) Lingkungan Lingkungan adalah segala hal yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. 5) Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan atau keperluan tertentu, sehingga status sosial ekonomi dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Santrock (2003), menyatakan faktor penyebab penyalahgunaan alkohol oleh remaja adalah keturunan, pengaruh keluarga, hubungan dengan teman sebaya, etnis, dan karakteristik kepribadian, faktor genetik maupun lingkungan sama-sama berperan. Sikap seseorang terhadap perilaku berawal dari pengetahuan individu, karena individu mengetahui dan memberi tanggapan yang disebabkan oleh kebiasaan yang dia lakukan, atau pernah ada

10 17 informasi sebelumnya yang dia dapatkan. Proses yang didasari oleh pengetahuan dan sikap positif, maka perilaku akan bersifat sejalan dengan pengetahuan, Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan sikap yang baik maka semuanya tidak akan berjalan searah (Notoatmodjo,2003) 2.3 Remaja Defenisi Remaja Masa remaja sering disebut juga masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Pubertas (puberty) adalah terjadinya perubahan secara cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal, terutama terjadi selama remaja awal. (Santrock, Adolescene, 2003). Batasan usia remaja menurut WHO adalah remaja yang berusia 12 sampai dengan 24 tahun. Menurut Depkes RI remaja yang berusia antara 10 sampai 19 tahun dan statusnya belum kawin. Menurut BKKBN adalah remaja yang berumur 10 sampai 19 tahun. (Widyastuti dkk, 2009) Menurut Gunarsa (2001), jika dilihat secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara tahun sampai tahun. Secara fisik, remaja ditandai dengan terjadinya perubahan

11 18 penampilan fisik dan fungsi fisiologis terutama yang terkait dengan kelenjar seksual dan Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan dalam aspek emosi, kognitif, sosial, dan moral Tahap Perkembangan Remaja Petro Blos (dalam Sarwono, 2011) membagi tahap-tahap perkembangan remaja ke dalam 3 tahap yaitu : a. Remaja Awal (Early Adolensence) Pada tahap ini remaja akan merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan timbulnya dorongan-dorongan yang disertai perubahan-perubahan. remaja mengembangkan pikran-pikran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. b. Remaja Madya (Middle Adolescence) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman dan remaja akan merasa senang karena mempunyai banyak teman yang menyukainya. Remaja cenderung narsistic, yaitu mencintai diri sendiri, dan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama dengannya.

12 19 c. Remaja akhir (Late Adolescence) d. Tahap ini adalah masa konsolidasi yang mana remaja memperteguh atau memperkuat pertemanan untuk menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu : 1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. 3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public) Karakteristik Umum Remaja Menurut Erikson (dalam Ali dan Asrori, 2005) masa remaja dikenal dengan masa mencari jati diri atau yang disebut dengan identitas ego. Semua ini terjadi kerena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Oleh karena itu ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut : a. Kegelisahan

13 20 Pada masa remaja adanya dorongan dari dalam diri untuk mendapat pengalaman sebanyak-banyaknya, tujuannya untuk menambah pengetahuan. Tetapi dilain sisi remaja merasa belum mampu melakukan berbagai hal dengan baik sehingga remaja tidak berani mengambil tindakan dengan cara mencari pengalaman secara langsung. Tarik-menarik antara anganangan yang tinggi dengan kemampuan yang belum memadai sehingga remaja diliputi perasaan gelisah. b. Pertentangan Remaja berada pada situasi psikologis antara keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua serta perasaan masih belum mampu untuk mandiri. Pada umumnya remaja mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan antara mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orang tua namun ditentang oleh diri sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman. c. Mengkhayal Remaja putera biasanya mengkhayal tentang prestasi dan jenjang karir, sedangkan remaja puteri lebih mengkhayalkan romantika hidup. Khayalan seperti ini tidak selamanya bersifat negatif karena khayalan seperti ini kadang-kadang menghasilkan

14 21 sesuatu yang bersifat konstruktif (membangun), sehingga timbul ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan. d. Aktivitas Kelompok Seringkali keinginan remaja tidak dapat terpenuhi karena berbagai kendala. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi setelah berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. e. Keinginan Mencoba Sesuatu Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiousity). Rasa ingin tahu yang tinggi terjadi karena dorongan dari dalam diri remaja untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitar. Remaja cenderung ingin berpetualang dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Secara psikologi masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa dewasa akan terjadi kematangan secara signifikan yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial semakin luas yang mengharuskan remaja berfikir abstrak (Hutagalung, 2008). Pada usia inilah berkembang sifat, sikap dan perilaku yang selalu ingin tahu, ingin merasakan dan ingin mencoba. Tentu apabila tidak segera difasilitasi atau diarahkan bukan tidak mungkin akan salah arah dan berdampak negatif.

15 22 Debesse (dalam Monks dkk, 2002) berpendapat bahwa remaja menonjolkan sesuatu yang membedakan dirinya dengan orang dewasa, yaitu orisinalitas bukan identitas. Ciri-ciri yang menonjol pada usia remaja terutama terlihat yaitu perilaku sosialnya. Pengaruh teman-teman sebaya terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan tingkah laku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Hal ini disebabkan karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok. Menurut Sigelman dan Shaffer (dalam Yusuf, 2002) terdapat dua aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol saat bergaul dengan teman sebaya. Pertama social cognition yang mana berpengaruh kuat terhadap minat untuk bergaul atau membentuk persahabatan. Kedua conformity yaitu keinginan untuk menjadi sama, sesuai, seragam dengan nilai nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau budaya teman sebayanya Tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan remaja lebih fokus untuk upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan untuk bersikap dan berperilaku secara dewasa, (Hurlock dalam Ali & Asrori, 2006). Tugas-tugas perkembangan masa remaja adalah : 1. Menerima keadaan fisiknya

16 23 2. Menerima dan memahami peran seks usia dewasa 3. Membina hubungan yang baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis 4. Mencapai kemandirian emosional 5. Mencapai kemandirian ekonomi 6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat 7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua 8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa 9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan 10. Mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga Perkembangan Psikis Remaja Perkembangan Psikis Masa Remaja (Widyastuti dkk 2009) menjelaskan perubahan kejiwaan pada masa remaja. Perubahanperubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah: a. Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi: 1. Sensitif atau peka misalnya cemas, mudah menangis, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri.

17 24 2. Mudah bereaksi dan agresif dengan gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhi atau mengganggunya, Sehingga mudah terjadi perkelahian. Remaja lebih sering mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. 3. Ada kecenderungan remaja tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi dan menghabiskan waktu bersama dengan teman daripada tinggal di rumah. b. Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan remaja: 1. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak dan suka memberikan kritik. 2. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba. Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya Perilaku menyimpang pada remaja Penyimpangan/deviasi terjadi jika remaja mengalami konflik dalam masa perkembangannya, sehingga remaja menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan tahap usianya atau mengalami hambatan dalam mencapai tugas perkembangan remaja. Hambatan yang terjadi dalam tahapan perkembangan remaja, jika tidak terselesaikan dengan baik dapat menimbulkan masalah kesehatan

18 25 jiwa. Masalah tersebut dapat berasal dari diri remaja sendiri, hubungan remaja dengan orang tua atau akibat interaksi sosial di luar lingkungan keluarga, sehingga terjadi masalah kesehatan jiwa dengan manifestasi yang bermacam-macam, seperti kesulitan belajar, bingung, kenakalan remaja dan perilaku seksual yang menyimpang (Sumiati dkk, 2009). Salah satu kasus perilaku menyimpang adalah penyalahgunaan narkoba dan minuman beralkohol. Pada hakikatnya, faktor kepribadian yang menyebabkan seseorang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dan minuman beralkohol tidak terpisah, melainkan mempunyai hubungan dari beberapa faktor kepribadian. Menurut para ahli sifat-sifat lain yang merupakan indikasi kemungkinan terlibat penyalahgunaan obat atau alkohol adalah sifat mudah kecewa, sifat tidak dapat menunggu dan tidak sabar, sifat memberontak, sifat mengambil risiko berlebihan, dan sifat mudah bosan dan jenuh, (Utari Hilman dalam Sarwono,2011). 2.4 Sopi Defenisi Sopi Sopi (moke atau tua menu) adalah sekian dari nama lokal untuk minuman tradisional yang diproduksi secara turun temurun oleh masyarakat yang ada di Nusa Tenggara Timur maupun Maluku (Elcid dkk, 2013). Minuman tradisional adalah minuman yang dihasilkan

19 26 dari proses pengolahan bahan yang berasal dari pohon kelapa, enau atau racikan lainnya seperti sopi, bobo, balo, tuak, saguer atau dengan nama lain. Minuman tersebut merupakan hasil fermentasi secara tradisional terhadap nira atau hasil sadapan perbungaan gewang (Corypha utan Lamk) dan lontar (Borassus flabellifer L) (Nailola, 2008). Penelitia Meiritzya Latul pada tahun 2006 mengenai kadar alkohol yang terkandung dalam sopi dengan menggunakan metode deskritif, teknik analisa kuantitatif dan sampel nira aren (Sopi) sebanyak 20 sampel serta menggunakan teknik sampling secara random atau acak. Hasil penelitian yang didapat yaitu kadar alkohol terendah adalah 20,13% dan kadar tertinggi adalah 71,53% dengan nilai rata-rata dari ke 20 sampel nira aren (Sopi) adalah 37,41%. Sopi berasal dari bahasa Belanda, Zoopje, yang artinya alkohol cair (Latief, 2011). Sopi mempunyai kadar alkahol lebih dari 50%. Kadar alkohol 50% dalam sopi dapat menyebabkan efek langsung bagi tubuh. Menurut Sarwono (2011), alkohol dapat membuat ketergantungan (kecanduan). Makin sering mengkonsumsi minuman beralkohol, makin besar ketergantungannya sehingga pada suatu saat tidak bisa melepaskan diri lagi. Pernyataan tersebut didukung oleh Widodo (2004) yang mengungkapkan bahwa alkohol adalah suatu zat yang berkerja secara selektif, terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan perilaku, emosi, kognitif, persepsi,

20 27 kesadaran seseorang yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Alkohol digolongkan dalam zat adiksi atau adiktif karena dapat membuat kecanduan atau ketergantungan. Gambar 1 Pohon Mayang untuk Produksi Sopi Sumber : Kebun Bpk. A P Proses Pembuatan Sopi Sopi Terbuat dari buah pohon kelapa atau dari pohon mayang (Enau). Di daerah Ema sopi yang dihasilkan kebanyakan yaitu sopi mayang karena sudah merupakan mata pencaharian dan kebiasaan yang ada sejak dahulu dan dipertahankan sampai sekarang. Proses pembuatan sopi yaitu, air dari pohon mayang di dikumpulkan dalam satu wadah, kemudian dimasak di atas tungku

21 28 selama 3 hingga 5 jam dan terjadi penguapan sehingga terbentuklah proses penyulingan dari hasil air mayang yang telah menguap. Dari hasil penyulingan air mayang tersebut maka akan menghasilkan sopi. Gambar 3 : Proses Masak Air Mayang Gambar 4 : Bambu yang dipakai untuk proses penguapan Gambar 5 : Bambu yang dipakai untuk proses penyulingan Gambar 6 : Sopi Dampak Sopi Bagi Kesehatan Menurut Wiguna (2008), minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung Etanol. Etanol sangat mudah diserap dalam saluran pencernaan yang dimulai dari mulut, esofagus, lambung, sampai usus halus. Daerah yang paling banyak menyerap alkohol adalah bagian proksimal usus halus karena yang diserap adalah

22 29 vitamin B yang larut dalam air, kemudian dengan cepat beredar ke dalam darah. Anggur, bir, wiski, vodka adalah jenis-jenis minuman dengan kandungan alkohol sekitar 3% sampai 20%. Minum minuman alkohol berarti mengkonsumsi antara gram etanol. Alkohol merupakan zat adiktif, artinya menimbulkan adiksi (addiction) yaitu ketagihan dan dependensi (ketergantungan). Penyalahgunaan/ketergantungan minuman beralkohol dapat menimbulkan gangguan mental organik yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, berperasaan, dan berperilaku. Gangguan mental organik ini disebabkan reaksi langsung alkohol pada beuro-transmitter sel-sel saraf pusat (otak). Karena sifat adiktif tersebut, maka orang yang meminumnya lama kelamaan tanpa disadari akan menambah takaran/dosis sampai dosis keracunan (intoksidasi) atau mabuk (Hawari,2006). Bahaya konsumsi minuman keras antara lain, dapat terjadi gangguan tidur, cepat tertidur tetapi tidak nyenyak, terjadi gangguan neuropati perifer karena penurunan fungsi saraf pusat di lengan dan kaki, dan keadaan ini diperberat dengan kekurangan vitamin B1 dengan gejala kesemutan. Terjadi degenerasi serebelum yaitu otak kecil mengalami degenerasi sehingga menimbulkan gangguan gaya berjalan dan gangguan keseimbangan (Soetjiningsih,2010) Penggunaan alkohol dapat mengakibatkan gangguan perilaku serius yang mempengaruhi hubungan otak sampai 50-79%,

23 30 kehilangan ingatan, depresi akut atau kronis, tingkat bunuh diri yang tinggi, fluktuasi emosi, dan kehilangan kesadaran selama mabuk. Alkoholisme kronis dapat mengakibatkan infeksi pankreas dengan kegagalan sistem endokrin pankreas (kadang-kadang diabetes) dan kelenjar eksokin (kurang gizi). Hal ini menimbulkan kekurangan protein yang dapat menyebabkan pengurangan produksi hormon testosterone, yang dapat membuat impotensi pada laki-laki (Hasan, 2008). Konsumsi alkohol kronis sebagai faktor risiko penting untuk perkembangan (patogenesis) dari berbagai jenis kanker, termasuk kanker pada organ dan jaringan pada saluran pernapasan dan saluran pencernaan bagian atas (saluran aerodigestive atas), hati, usus besar atau rektum (colorectum), dan payudara (Helmut K. Seitz et all,2007). Hawari (2006) menyatakan bahwa bagi mereka yang sudah ketagihan atau ketergantungan minuman beralkohol, bila pemakaiannya dihentikan akan menimbulkan sindrom putus alkohol, yaitu ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut : a. Gemetaran (tremor), kasar pada tangan, lidah dan kelopak mata. b. Tampak gejala fisik sebagai berikut: 1) Mual dan muntah 2) Lemah, letih dan lesu. 3) Hiperaktivitas saraf otonom, misalnya jantung berdebar-debar, keringat berlebihan dan peningkatan

24 31 tekanan darah. 4) Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah karena posisi tubuh: berbaring, duduk, dan berdiri). c. Tampak gejala psikologik sebagai berikut : 1) Kecemasan dan ketakutan. 2) Perubahan alam perasaan (afektif/ mood), menjadi pemurung dan mudah tersinggung. Banyak diantara peminum berat jatuh dalam keadaan depresi berat, timbul pikiran ingin bunuh diri dan melakukan tindakan bunuh diri. 3) Mengalami halusinasi dan delusi. 2.5 Kerangka Teori Remaja (Person) Pengetahuan (Knowledge) Lingkungan (Environment) Perilaku (Behavior)

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Persepsi Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (1997) adalah proses penerimaan informasi menggunakan pengindraan (penglihatan, pendengaran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta

Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta didik atas dasar pemahaman yang baik dan benar terhadap

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan dalam menangani anaknya sehari-hari. Pengasuhan anak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara fisik maupun psikologis. Mulai dari masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Garam Beriodium Garam beriodium adalah garam yang telah ditambah dengan iodium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kecerdasan setiap manusia. Kapantow dkk. (2013)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga banyak membutuhkan potensi sumber daya manusia. Tidak terkecuali remaja sebagai penerus bangsapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Syaodih. 2009.: 161) mengatakan bahwa: Definisi tugas perkembangan adalah suatu tugas yang

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep remaja 1. Pengertian Batasan remaja menurut WHO adalah suatu masa dimana secara fisik individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekunder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol bagi remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat dan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan.

TINJAUAN PUSTAKA. ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja

BAB II TINJAUAN TEORI. ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan didalam penelitian ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja 2.1. Parasosial 2.2.1. Pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun belum dapat dikategorikan dewasa. Masa remaja merupaka masa transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. A. Pengertian Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia 62 juta remaja sedang tumbuh di tanah air. Artinya satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, remaja dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minuman keras akhir-akhir ini telah menimbulkan masalah yang menganggu kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari akan bahaya pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati. oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133).

BAB II TINJAUAN TEORI. manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati. oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133). 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Seks Pranikah 1. Pengertian Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian keluarga Menurut Friedmen (1998) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku 1. Defenisi Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian remaja Remaja atau adoloscense (Inggris) berasal dari bahasa Latin adoloscere yang berarti tumbuh ke arah kematangan, yakni kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Tinjauan Teori Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini

BAB I PENDAHULUAN. alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Magnus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang terlahir pada umumnya dapat mengenal lingkungan atau orang lain dari adanya kehadiran keluarga khususnya orangtua yg menjadi media utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 RUSTAM ROSIDI F100 040 101 Diajukan oleh: FAKULTAS

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SEBAGAI DAMPAK KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL

PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SEBAGAI DAMPAK KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SEBAGAI DAMPAK KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL Yustina Ananti 1, Evy Ernawati 2 1,2 STIKES Guna Bangsa, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta E-mail: yustina010311@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan Pengertian Remaja Definisi Menurut Para Ahli Ciri Tahap dan Perkembangan Masa Remaja Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Pengertian Remaja -Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak kanak dan masa

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Remaja adalah masa di mana individu mengalami perkembangan semua aspek dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peralihan dari masa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku menurut Chaplin (2005) memiliki beberapa arti yaitu (a) sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang diakukan organisme, (b) bagian dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Masa Remaja 1) Pengertian Masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan organ-organ fisik, emosi dan psikis disebut masa remaja. Masa remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tubuh seseorang, sehingga dapat terjadi kurang gizi dan gizi lebih,

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tubuh seseorang, sehingga dapat terjadi kurang gizi dan gizi lebih, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Status gizi yang diartikan sebagai keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuranukuran gizi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur

Lebih terperinci