3.1 KONDISI UMUM SANITASI KABUPATEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3.1 KONDISI UMUM SANITASI KABUPATEN"

Transkripsi

1 Kabupaten Buleleng mempunyai jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Bali terbanyak di Provinsi Bali yaitu pada Tahun 2009 sebanyak jiwa atau 19,18 % dari jumlah penduduk Provinsi Bali. Terkait dengan kondisi kependudukan, Kabupaten Buleleng juga memiliki jumlah penduduk miskin yang relatif cukup banyak yaitu RTM/RTS di Tahun 2008, dimana telah mengalami penurunan dibandingkan dengan Tahun 2006 yang mencapai sebesar RTM/RTS dan secara berkesinambungan telah diupayakan penurunannya. Bertambah dan berkembangnya jumlah penduduk tanpa disadari telah mengambil ruang yang menyebabkan semakin meningkatnya kepadatan penduduk dan hal ini tidak dapat dipungkiri berdampak pada kondisi sanitasi di wilayah Kabupaten Buleleng. 3.1 KONDISI UMUM SANITASI KABUPATEN Kesehatan Lingkungan Kondisi Sarana Sanitasi Dasar Sarana sanitasi dasar terdiri dari jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah. Jumlah KK di Kabupaten Buleleng pada Tahun 2009 adalah KK. Dari KK tersebut, yang diperiksa kepemilikan jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah sebanyak KK. Berdasarkan hasil pemeriksaan, yang memiliki jamban KK (100 %), memiliki tempat sampah KK (56,6 %), dan memiliki pengelolaan air limbah (53,7%). Sedangkan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari jamban (81,73%), tempat sampah (29,4%), dan pengelolaan air limbah (31,4%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 1

2 Tabel 3.1 Prosentase Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 JAMBAN TEMPAT SAMPAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KK JUMLAH KK DIPERIKSA JUMLAH KK MEMILIKI JUMLAH SEHAT % KK MEMILIKI % SEHAT JUMLAH KK DIPERIKSA JUMLAH KK MEMILIKI JUMLAH SEHAT % KK MEMILIKI % SEHAT JUMLAH KK DIPERIKSA JUMLAH KK MEMILIKI JUMLAH SEHAT % KK MEMILIKI % SEHAT 1 Tejakula Tejakula I ,00 89, ,9 20, ,9 95,1 Tejakula II ,00 100, ,2 17, ,7 18,3 2 Kubutambahan Kubutambahan I ,00 86, ,0 5, ,5 96,6 Kubutambahan II ,00 100, ,6 33, ,0 94,2 3Sawan Sawan I ,00 76, ,1 26, ,0 76,6 Sawan II ,00 90, ,0 0, ,6 3,7 4 Buleleng Buleleng I ,00 64, ,5 39, ,4 77,6 Buleleng II ,00 71, ,0 9, ,2 9,7 Buleleng III ,00 74, ,7 86, ,8 49,9 5 Sukasada Sukasada I ,00 94, ,9 28, ,0 1,2 Sukasada II ,00 99, ,0 0, ,3 0,0 6 Banjar Banjar I ,00 94, ,0 22, ,0 89,7 Banjar II ,00 83, ,0 0, ,1 7,0 7 Seririt Seririt I ,00 64, ,1 64, ,8 0,0 Seririt II ,00 67, ,4 80, ,6 103,1 Seririt III ,00 15, ,0 30, ,7 37,2 8 Busungbiu Busungbiu I ,00 94, ,1 27, ,0 0,0 Busungbiu II ,00 87, ,0 0, ,1 0,0 9 Gerokgak Gerokagak I ,00 82, ,7 33, ,4 34,6 Gerokgak II ,00 78, ,3 26, ,6 88,6 JUMLAH (KAB/KOTA) ,00 81, ,6 29, ,7 31,4 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Tahun 2009 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 2

3 Kondisi Pencemaran Kualitas Air Untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup di Provinsi Bali, telah ditetapkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Baku Mutu Kualitas Air Limbah Domestik diatur dalam lampiran e Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun Salah satu upaya untuk mengetahui Baku Mutu Kualitas Air adalah dengan melaksanakan uji sampel air di laboratorium. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng bekerjasama dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Peralatan dan Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, Tahun 2009 tentang kualitas air sungai, kualitas danau, kualitas air sumur (sumur dalam dan sumur dangkal) dan kualitas mata air maka dapat diketahui kualitas air di Kabupaten Buleleng yang dapat dikategorikan pada beberapa kelas. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup maka kualitas air dapat digolongkan pada 4 (empat) kelas yaitu: - Kelas Satu : air yang dapat peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. - Kelas dua : air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. - Kelas tiga : air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan. - Kelas empat: air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Lebih jelasnya hasil pemantuan kualitas air di Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel berikut. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 3

4 Tabel 3.2 Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai, Air Danau, Air Sumur (Sumur dalam dan dangkal) dan Kualitas Mata Air di Kabupaten Buleleng No. Lokasi Sampel Parameter yang menyimpang Dari Nilai Ambang Batas I Kualitas Air Sungai 1. Tukad Buleleng: - Tengah BOD, Besi (Fe), Phospat, Tembaga (Cu), Coli Tinja - Hilir BOD, COD, Minyak Lemak, Detergen, Besi (Fe), Nitrit, Phospat, Tembaga (Cu), Coli Tinja, Koliform. 2. Tukad Saba - Tengah Deterjen, Minyak Lemak, Deterjen, Besi (Fe), Phospat, Coli Tinja, - Hilir BOD, COD, Deterjen, Besi (Fe), Nitrit, Phospat, Tembaga (Cu), Coli Tinja, 3. Tukad Banyumala: Kategori Kelas III Kelas IV Kelas III Kelas III - Tengah Deterjen Kelas I - Hilir BOD, Deterjen, Nitrit, Phospat, Coli Tinja, Koliform. Kelas III II Kualitas Air Danau 1. Danau Buyan DO Kelas I 2. Danau Tamblingan phospat Kelas III III Kualitas Air Sumur Sumur Dalam: 1. Uma Anyar-Seririt Besi (Fe), Nitrit Kelas III 2. Pemaron-Buleleng Semua parameter Kelas I telah memenuhi baku mutu 3. Penarukan Mangan, Nitrit, Kelas III 4. Kerobokan Mangan, Nitrit Kelas III 5. Jl. Pulau Komodo-Singaraja Mangan, Nitrit Kelas III 6. Tembok-Tejakula Semua parameter Kelas I telah memenuhi baku mutu Sumur Dangkal: 1. Ponjok Batu-Tejakula Semua parameter Kelas I telah memenuhi baku mutu 2. Pancasari I Nitrit Kelas IV 3. Pancasari II Nitrit Kelas IV IV Kualitas Mata Air 1. Mata Air Subuk Besi, Nitrit Kelas IV 2. Mata Air Pelapuan-Busungbiu Besi, Nitrit Kelas IV 3. Mata Air Mumbul-Buleleng Semua parameter telah memenuhi baku mutu Kelas I 4. Mata Air-Pangkung Dalem Semua parameter Kelas I Gitgit telah memenuhi baku mutu Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, Tahun 2010 Penyebab terbesar terjadinya pencemaran air di Kabupaten Buleleng adalah akibat dari buangan limbah domestik rumah tangga. Berdasarkan hasil dari studi EHRA Tahun 2010, diketahui bahwa sebanyak 11,8% responden rumah tangga dari 1036 sampel responden membuang sampah ke kali/sungai (11,6%) dan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 4

5 selokan/parit (0,2%), saluran air lainnya. Hal tersebut menjadi salah satu sumber utama penyebab pencemaran limbah domestik. Sumber pencemar dari kegiatan domestik lainnya adalah berasal dari pembuangan tinja. Berdasarkan hasil dari studi EHRA, dari 1036 sampel responden rumah tangga, sebanyak 13,7% melaporkan tidak memiliki dan menggunakan tangki septictank. Kualitas Udara Pengukuran kualitas udara didasarkan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional. Pengukuran kualitas udara di Kabupaten Buleleng dilakukan dengan mengambil sampel pada beberapa titik pengamatan seperti daerah permukiman di Banyuasri, daerah pelabuhan/industri di Celukanbawang, pada daerah yang padat lalu lintas/terminal yaitu di Jalan A. Yani, Penarukan dan Seririt. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng bekerjasama dengan UPT Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Bali Tahun 2009 pada titik sampel tersebut maka diketahui kualitas udara di Kabupaten Buleleng masih di bawah baku mutu yang diperkenankan, kecuali partikel/debu pada semua titik sampel. Akses pada Sumber Air Bersih Dari keluarga yang ada sebanyak di Kabupaten Buleleng yang memiliki akses terhadap air bersih sebanyak (82,0 %). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.3. Sedangkan untuk kebutuhan air minum, dari studi EHRA Tahun 2010, diketahui bahwa dari 1036 responden melaporkan sumber air minum berasal dari Air ledeng/pdam sebesar 59,7% sedangkan sisanya 24,9% dari sumur. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 5

6 Tabel 3.3 Prosentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KELUARGA YANG ADA JUMLAH KELUARGA DIPERIKSA % KELUARGA DIPERIKSA LEDENG SPT AKSES AIR BERSIH SGL PAH KEMASAN LAINNYA JUMLAH LEDENG SPT % AKSES AIR BERSIH SGL PAH KEMASAN LAINNYA JUMLAH 1 Tejakula Tejakula I , ,0 0,3 4,0 0,8 0 0,0 81,0 Tejakula II , ,6 0,0 3,5 1,5 0 0,0 62,6 2 Kubutambahan Kubutambahan I , ,1 1,6 6,1 0,8 0 0,0 81,6 Kubutambahan II , ,3 0,0 0,0 0,0 0 0,2 90,5 3 Sawan Sawan I , ,4 0,8 3,0 0,0 0 3,0 71,2 Sawan II , ,5 0,0 0,0 0,0 0 9,4 87,9 4 Buleleng Buleleng I , ,3 0,3 2,6 0,0 0 0,0 95,2 Buleleng II , ,0 0,0 7,6 0,0 0 0,0 90,6 Buleleng III , ,4 0,8 4,7 0,0 0 0,4 87,3 5 Sukasada Sukasada I , ,9 0,0 0,2 0,0 0 1,4 92,6 Sukasada II , ,2 0,0 0,9 0,0 0 22,6 80,7 6Banjar Banjar I , ,1 0,2 10,3 0,9 0 3,4 65,0 Banjar II , ,4 0,0 0,2 0,0 0 11,2 85,9 7 Seririt Seririt I , ,9 0,2 22,5 0,0 0 0,3 77,9 Seririt II , ,8 1,2 15,7 1,1 0 0,3 83,1 Seririt III , ,9 0,0 0,0 0,0 0 0,2 58,1 8 Busungbiu Busungbiu I , ,2 0,0 0,0 0,0 0 3,0 90,2 Busungbiu II , ,7 0,0 0,4 2,6 0 0,8 73,6 9 Gerokgak Gerokagak I , ,0 0,2 58,5 0,0 0 1,9 87,7 Gerokgak II , ,2 0,4 5,1 0,0 0 0,1 83,8 JUMLAH (KAB/KOTA) , ,56 0,4 10,6 0, ,0 82,0 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Tahun 2009 Data Rumah Sehat Jumlah rumah yang diperiksa di 9 kecamatan selama tahun 2009 berjumlah rumah dari rumah yang ada atau 14,5 %. Dari rumah yang diperiksa ternyata yang memenuhi syarat kesehatan berjumlah 16,707 rumah atau 81,85 % seperti terlihat pada Grafik 3.1. Grafik 3.1 PERSENTASE RUMAH SEHAT DI KAB BULELENG TAHUN 2009 TIDAK SEHAT, 14,5 % SEHAT, 81,85 % Sumber data : Laporan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Lingkungan Tahun 2009 Presentase rumah sehat secara lengkap per kecamatan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.4. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 6

7 Tabel 3.4 Prosentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 RUMAH NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH JUMLAH % JUMLAH % SELURUHNYA DIPERIKSA DIPERIKSA SEHAT SEHAT 1 Tejakula Tejakula I , ,18 Tejakula II , ,81 Kubutambahan I , ,95 2 Kubutambahan Kubutambahan II , ,58 Sawan I , ,44 3 Sawan Sawan II , ,63 Buleleng I , ,66 4 Buleleng Buleleng II , ,47 Buleleng III , ,91 Sukasada I , ,77 5 Sukasada Sukasada II , ,00 Banjar I , ,33 6Banjar Banjar II , ,52 Seririt I , ,09 7Seririt Seririt II , ,38 Seririt III , ,33 8 Busungbiu Busungbiu I , ,73 Busungbiu II , ,28 9Gerokgak Gerokagak I , ,96 Gerokgak II , ,10 JUMLAH (KAB/KOTA) , ,85 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Tahun 2009 Data Tempat-Tempat Umum Sehat Tempat tempat umum dan pengelolaan makanan yang diperiksa meliputi hotel, restoran, pasar dan tempat tempat umum lainnya. Secara keseluruhan berjumlah TTU yang ada, diperiksa sejumlah 649 TTU. Dari TTU yang diperiksa tersebut ternyata sejumlah 455 TTU atau 70,1 % sudah memenuhi syarat kesehatan seperti terlihat pada Grafik 3.2. Persentase ini belum mencapai target dalam Iis 2010 yang ditentukan sebesar 80 %. Jumlah TTU yang memenuhi syarat kesehatan secara lengkap per kecamatan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel ,90% Grafik 3.2 PERSENTASE TTU SEHAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN ,10% Sehat TidakSehat Sumber data : Laporan Penyehatan Lingkungan 2009, Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2009 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 7

8 Tabel 3.5 Prosentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 HOTEL RESTORAN/R-MAKAN PASAR TUPM LAINNYA JUMLAH TUPM NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT 1 Tejakula Tejakula I , , , ,14 Tejakula II , , ,33 2 Kubutambahan Kubutambahan I , , , ,67 Kubutambahan II , , ,08 3 Sawan Sawan I , , , ,64 Sawan II , , ,67 4 Buleleng Buleleng I , , ,59 Buleleng II , , ,54 Buleleng III , , , ,78 5 Sukasada Sukasada I ,67 Sukasada II , ,70 6 Banjar Banjar I ,00 Banjar II , , ,00 7 Seririt Seririt I , , ,82 Seririt II , , ,00 Seririt III ,00 8 Busungbiu Busungbiu I , , , ,25 Busungbiu II , , ,43 9 Gerokgak Gerokagak I , , , ,29 Gerokgak II , , ,90 JUMLAH (KAB/KOTA) , , , ,11 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Tahun 2009 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 8

9 3.1.2 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat a. Besarnya timbulan penyakit akibat sanitasi buruk Angka Kesembuhan Penderita TB Paru (BTA +) Penderita TB Paru BTA (+) yang ditemukan di Kabupaten Buleleng pada Tahun 2009 sebanyak 312 orang. Penderita TB BTA (+) yang mendapat pengobatan pada tahun 2008 sebesar 275 orang. Setelah diobati, jumlah penderita yang sembuh sebanyak 236 orang sehingga tingkat kesembuhan TB Paru BTA (+) di Kabupaten Buleleng yang berobat pada tahun 2008 adalah 79,2%. Jumlah penderita TB Paru BTA(+) secara lengkap per kecamatan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.6. NO KECAMATAN PUSKESMAS Tabel 3.6 Prosentase TB Paru Sembuh dan Pneumonia Balita Ditangani di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 KLINIS BTA(+) TB PARU DIOBATI BTA (+) SEMBUH 2009 % SEMBUH 2009 JML JML PEND PENDERITA BALITA PNEUMONIA BALITA DITANGANI % BALITA DITANGANI 1 Tejakula Tejakula I , ,00 Tejakula II , ,00 2 Kubutambahan Kubutambahan I , ,00 Kubutambahan II , ,00 3 Sawan Sawan I , ,00 Sawan II , ,00 4 Buleleng Buleleng I , ,00 Buleleng II , ,00 Buleleng III , ,00 5 Sukasada Sukasada I , ,00 Sukasada II , ,00 6 Banjar Banjar I , ,00 Banjar II , ,00 7 Seririt Seririt I , ,00 Seririt II , ,00 Seririt III , ,00 8 Busungbiu Busungbiu I , ,00 Busungbiu II , ,00 9 Gerokgak Gerokgak I , ,00 Gerokgak II , ,00 Rumah Sakit Umum , ,00 JUMLAH (KAB/KOTA) , ,00 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Tahun 2009 Persentase HIV/AIDS Ditangani Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 berjumlah 190 kasus dan seluruhnya atau 100 % mendapat penanganan sesuai standar. Jumlah kasus HIV/AIDS menurut kecamatan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.7. Prevalensi HIV Di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 ditemukan penderita HIV positif sebanyak 190 orang. Dari 190 orang tersebut tertinggi ditemukan di Kecamatan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 9

10 Buleleng yaitu sebanyak 48 orang, terendah dikecamatan Busungbiu dan Kubutambahan, masing-masing 9 orang. Prevalensi HIV terhadap penduduk beresiko adalah sebesar 0,029 %. Jumlah penderita HIV(+) secara lengkap per kecamatan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.7. Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati Jumlah kasus IMS di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 berjumlah 195 kasus dan seluruhnya atau 100 % mendapat penanganan sesuai standar. Jumlah kasus IMS menurut kecamatan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.7. Angka Kesakitan DBD Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 sebanyak 531 kasus dan jumlah tertinggi ditemukan di Kecamatan Buleleng yaitu sebanyak 303 kasus, sedangkan jumlah terendah ditemukan di Kecamatan Busungbiu yaitu 11 kasus. Dari 531 kasus penderita DBD, seluruhnya atau 100 % mendapat penanganan. Angka kesakitan di Kabupaten Buleleng tahun 2009 adalah 81,66 per penduduk. Untuk lima tahun terakhir yaitu dari tahun , angka kesakitan DBD di Kabupaten Buleleng mengalami peningkatan pada tahun 2006 dan mengalami penurunan pada tahun 2007 dan meningkat lagi pada tahun 2008 seperti terlihat pada Grafik 3.3 di bawah. Grafik 3.3 Angka Kesakitan DBD di Kabupaten Buleleng Tahun Angka Kesakitan ( / Penduduk) , ,83 36, Angka kesakitan DBD Tahun Sumber data : Bidang P3M, Dinkes Kab.Buleleng 2009 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 10

11 Jumlah penderita DBD secara lengkap per kecamatan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.7 Persentase Balita dengan Diare Ditangani Jumlah kasus penderita diare di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 berjumlah kasus dan kasus di antaranya diderita oleh anak Balita. Dari kasus diare pada Balita seluruhnya atau 100 % mendapat penanganan sesuai standar. Jumlah kasus diare menurut kecamatan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.7. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 11

12 Tabel 3.7 HIV/AIDS, IMS, DBD, dan Diare Pada Balita ditangani di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 HIV/AIDS IMS DBD DIARE NO KECAMATAN PUSKESMAS JML KASUS DITANGA NI % DITANGA NI JML KASUS DITANGAN I % DITANGAN I JML KASUS DITANGAN I % DITANGA NI JML KASUS JML DIARE PADA BALITA DIARE PADA BALITA DITANGANI % DITANGA NI 1 Tejakula Tejakula I , , , ,00 Tejakula II , , , ,00 2 Kubutambahan Kubutambahan I , , , ,00 Kubutambahan II 0 0 0, , , ,00 3Sawan Sawan I , , , ,00 Sawan II , , , ,00 4Buleleng Buleleng I , , , ,00 Buleleng II , , , ,00 Buleleng III , , , ,00 5 Sukasada Sukasada I , , , ,00 Sukasada II , , , ,00 6Banjar Banjar I , , , ,00 Banjar II , , , ,00 7 Seririt Seririt I , , , ,00 Seririt II , , , ,00 Seririt III , , , ,00 8 Busungbiu Busungbiu I , , , ,00 Busungbiu II , , , ,00 9Gerokgak Gerokgak I , , , ,00 Gerokgak II , , , ,00 10 Rumah Sakit , ,00 11 Praktek Swasta , Luar Kab.Buleleng 3 3 JUMLAH (KAB/KOTA) , , , ,00 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Tahun 2009 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 12

13 Angka Kesakitan Malaria Jumlah malaria klinis di Kabupaten Buleleng tahun 2009 adalah jiwa. Berdasarkan pemeriksaan hasil laboratorium positif malaria 2 orang atau hanya 0,1 % positif malaria. Dari 2 orang positif malaria seluruhnya atau 100 % mendapat pengobatan. Sedangkan angka kesakitan malaria (API) 3,44 per penduduk dan AMI 0,31 per 1000 penduduk. Jumlah penderita malaria menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Persentase Penderita Malaria diobati di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 MALARIA NO KECAMATAN PUSKESMAS % KLINIS POSITIF POSTIF DIOBATI % DIOBATI 1 Tejakula Tejakula I ,0 Tejakula II ,0 2 Kubutambahan Kubutambahan I ,0 Kubutambahan II ,0 3 Sawan Sawan I ,0 Sawan II ,0 4 Buleleng Buleleng I ,0 Buleleng II ,4 1 1,4 Buleleng III ,0 5 Sukasada Sukasada I ,0 Sukasada II ,0 6 Banjar Banjar I ,0 Banjar II ,0 7 Seririt Seririt I ,0 Seririt II ,0 Seririt III ,0 8 Busungbiu Busungbiu I ,0 Busungbiu II ,0 9 Gerokgak Gerokgak I ,2 1 0,2 Gerokgak II ,0 JUMLAH (KAB/KOTA) ,1 2,0 100,0 ANGKA KESAKITAN (API/AMI) PER 1000 PDDK 3,44 0,31 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Tahun 2009 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Penderita kusta PB berjumlah 3 orang dan MB 4 orang, sehingga seluruhnya berjumlah 7 orang. Penderita kusta baik PB dan MB seluruhnya atau 100 % selesai berobat. Jumlah penderita kusta menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.9. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 13

14 Tabel 3.9 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 KUSTA NO KECAMATAN PUSKESMAS PEND PB RFT PB % RFT PB PEND MB RFT MB % RFT MB 1 Tejakula Tejakula I Tejakula II Kubutambahan Kubutambahan I Kubutambahan II Sawan Sawan I Sawan II Buleleng Buleleng I Buleleng II Buleleng III Sukasada Sukasada I Sukasada II Banjar Banjar I Banjar II Seririt Seririt I Seririt II Seririt III Busungbiu Busungbiu I Busungbiu II Gerokgak Gerokgak I Gerokgak II JUMLAH (KAB/KOTA) Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Tahun 2009 Persentase Balita dengan Gizi Buruk Dari balita yang di timbang pada tahun 2009, terdapat 532 balita yang beratnya di bawah garis merah. Dengan demikian persentase Balita Bawah Garis Merah di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 adalah 1,84 %. Sedangkan balita dengan gizi buruk berjumlah 7 orang atau sebesar 0,01 %. Status gizi balita secara lengkap di Kabupaten Buleleng per kecamatan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 14

15 Tabel 3.10 Status Gizi Balita di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 NO KECAMATAN PUSKESMAS BALITA YANG ADA DITIMBAN G JUMLAH BALITA BB NAIK BGM Gizi Buruk DITIMBAN G % BALITA BB NAIK BGM Gizi Buruk 1 Tejakula Tejakula I ,67 60,34 3,85 - Tejakula II ,33 79,84 0,29-2 Kubutambahan Kubutambahan I ,70 51,01 1,87 - Kubutambahan II ,51 85,91 0,91-3 Sawan Sawan I ,06 49,62 2,07 - Sawan II ,08 51,52 0,73 0,15 4 Buleleng Buleleng I ,65 80,57 2,24 - Buleleng II ,12 82,16 2,35 0,05 Buleleng III ,02 85,03 1,29-5 Sukasada Sukasada I ,94 76,06 1,78 - Sukasada II ,58 80,43 1,75-6 Banjar Banjar I ,90 69,35 3,40 0,06 Banjar II ,82 55,94 1,32-7 Seririt Seririt I ,88 77,25 0,82 - Seririt II ,19 78,91 2,95 0,06 Seririt III ,65 69,02 3,37-8 Busungbiu Busungbiu I ,26 85,14 1,04 - Busungbiu II ,22 64,76 0,42 0,11 9 Gerokgak Gerokgak I ,54 84,64 0,76 - Gerokgak II ,92 74,23 2,23 - JUMLAH (KAB/KOTA) ,84 75,08 1,84 0,01 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Tahun 2009 b. Pola hidup masyarakat menyangkut sanitasi Persentase Rumah Tangga Ber PHBS Puskesmas di Kabupaten Buleleng yang seluruhnya berjumlah 20 buah selama ini memantau rumah tangga-rumah tangga yang melaksanakan prilaku hidup bersih dan sehat. Dari rumah tangga yang dipantau, sejumlah rumah tangga sudah berprilaku hidup bersih dan sehat atau 43,80 %. Persentase tersebut sudah melampaui target dalam SPM yang ditentukan sebesar 30 %, seperti terlihat pada Grafik 3.4 Presentase Rumah Tangga berprilaku hidup bersih dan sehat secara lengkap per kecamatan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel Grafik 3.4 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Sehat Tahun ,20% 43,80% PHBS TIDAK PHBS BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 15

16 Tabel 3.11 Prosentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat Kabupaten Buleleng Tahun 2009 RUMAH TANGGA NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH DIPANTAU BER PHBS * % Tejakula Tejakula I ,62 Tejakula II ,76 2 Kubutambahan Kubutambahan I ,81 Kubutambahan II ,58 3 Sawan Sawan I ,48 Sawan II ,67 4 Buleleng Buleleng I ,47 Buleleng II ,67 Buleleng III ,27 5 Sukasada Sukasada I ,54 Sukasada II ,51 6Banjar Banjar I ,02 Banjar II ,08 7 Seririt Seririt I ,49 Seririt II ,13 Seririt III ,31 8Busungbiu Busungbiu I ,29 Busungbiu II ,62 9Gerokgak Gerokagak I ,01 Gerokgak II ,90 JUMLAH (KAB/KOTA) ,80 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Tahun 2009 Persentase Posyandu Aktif Di Kabupaten Buleleng pada Tahun 2009 terdapat 716 buah posyandu tersebar di 9 kecamatan. Dari jumlah tersebut sejumlah 69 buah tergolong posyandu pratama, 428 buah posyandu madya, 213 buah posyandu purnama dan hanya 6 yang tergolong posyandu mandiri. Persentase posyandu purnama dan mandiri Kabupaten Buleleng tahun 2009 adalah sebesar 30,59 %. Persentase masih rendah dari IIS 2010 yang ditentukan sebesar 40 %, seperti terlihat pada Grafik 3.5. Presentase posyandu purnama dan mandiri secara lengkap per kecamatan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 16

17 Grafik 3.5 PERSENTASE STRATA DI KAB BULELENG TAHUN 2009 PURNAMA 29,75% MANDIRI 0,84% PRATAMA 9,64% MADYA 59,77% Sumber data : Bidang Promkes dan PL BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 17

18 Tabel 3.12 Jumlah Dan Persentase Posyandu Menurut Strata Dan Kecamatan Kabupaten Buleleng Tahun 2009 JUMLAH POSYANDU PERSENTASE POSYANDU % NO KECAMATAN PUSKESMAS PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH POSYANDU AKTIF 1 Tejakula Tejakula I ,50 50,00 45,00 2, Tejakula II ,67 53, Kubutambahan Kubutambahan I ,33 53,33 23, Kubutambahan II ,13 59,38 34,38 3, Sawan Sawan I ,76 12, Sawan II , Buleleng Buleleng I ,23 65,12 4, Buleleng II , Buleleng III ,26 58,14 18, Sukasada Sukasada I ,33 81,67 15, Sukasada II ,77 57,69 11, Banjar Banjar I ,64 96, Banjar II , Seririt Seririt I ,22 70,27 13, Seririt II ,57 8,57 2, Seririt III , Busungbiu Busungbiu I ,00 95, Busungbiu II ,83 54, Gerokgak Gerokagak I ,92 51,35 29, Gerokgak II ,63 47, JUMLAH (KAB/KOTA) ,64 59,78 29,75 0, Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Bidang Promkes, Tahun 2009 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 18

19 3.1.3 Kuantitas dan Kualitas Air a. Sumber air baku Kabupaten Buleleng yang wilayahnya cukup luas dari pada Kab/kota yang ada di Provinsi Bali (24,25%) dengan topografi nyegara gunung berimplikasi positif terhadap sistem pengelolaan/distribusi air minum, dimana sebagian besar bersifat gravitasi karena sumber airnya kebanyakan di pegunungan. Sumber air baku yang dimanfaatkan untuk air minum yang dikelola oleh PDAM terdiri dari 32% mata air gravitasi, 46% mata air pemompaan, 22% sumur bor pemompaan dengan total kapasitas 459 liter/dtk. Sumber air baku yang dimanfaatkan oleh masyarakat (UPS) di tingkat desa/banjar adalah 80% menggunakan mata air gravitasi. Sumber air baku untuk non perpipaan terdiri dari 80% sumur dangkal, 10% sungai dan 10% mata air. b. Kapasitas Produksi Kapasitas terpasang PDAM Buleleng kira-kira 459 l/detik untuk melayani pelanggan jiwa. Kapasitas sumber air untuk air minum yang dikelola oleh desa/banjar adalah: Potensi sumber air di Kec. Gerokgak : 82 l/detik Potensi sumber air di Kec. Seririt : 60 l/detik Potensi sumber air di Kec. Busungbiu : 25,5 l/detik Potensi sumber air di Kec. Banjar : 79 l/detik Potensi sumber air di Kec. Sawan : 71 l/detik Potensi sumber air di Kec. Sukasada : 121 l/detik Potensi sumber air di Kec. Kubutambahan : 61 l/detik Potensi sumber air di Kec. Tejakula : 73 l/detik Potensi sumber air di Kec. Buleleng : 63 l/detik c. Jumlah Sambungan Jumlah sambungan pelanggan PDAM adalah untuk sambungan rumah (SR) Unit dan kran umum 188 unit. Sedangkan jumlah KK yang terlayani air minum yang dikelola desa/banjar yaitu KK. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 19

20 3.1.4 Limbah Cair Rumah Tangga a. Kebijakan Program dan Kegiatan Kebijakan program dan kegiatan Pengelolaan air limbah dalam rencana Kabupaten Buleleng mengacu pada NAP (National Action Plan), MDG (Millenium Development Goals) jenis pelayanan dasar bidang PU Sub Bidang CK di sektor air limbah (SPM Air Limbah) serta draft dan jakstra air limbah Nasional. Tabel 3.13 Target Pengelolaan Air limbah Kabupaten Buleleng TAHUN 2009 S/D TAHUN 2015 Target akses cakupan air limbah 60 % untuk perkotaan dan 50 % untuk perdesaan. Pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah dan berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50 %. Secara bertahap dikembangkan sistem air limbah terpusat ( Sewerage System ). Sumber : RPIJM Sektor Air Limbah Kab. Buleleng Target akses sanitasi perkotaan 70 % dan pedesaan 60 %. Pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah dan berkurangnya pencemaran sungai akibat tinja hingga 100%. Secara bertahap difungsikan sistem air limbah terpusat (sewerage system). Kabupaten Buleleng belum memiliki Master Plan Air Limbah, namun sudah pernah dilakukan studi-studi atau kegiatan tentang Perencanaan Air Limbah tetapi khusus untuk wilayah Kota Singaraja sebagai ibukota Kabupaten Buleleng. Berdasarkan studi-studi tersebut maka perencanaan pengelolaan air limbah Kota Singaraja dibagi menjadi 3 (tiga) tahap perencanaan pengembangan yaitu : Tahap jangka pendek : Tahap jangka menengah : Tahap jangka panjang : Perencanan Jangka Pendek Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman jangka pendek mengacu pada RPJMN yaitu pencapaian open defecation free hingga akhir 2009 di semua kabupaten/kota, pengembangan sistem pengolahan on-site, dan peningkatan utilitas IPLT yang telah dibangun hingga mencapai 60% di akhir tahun 2009, serta pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah dan berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50% di akhir tahun Kebijakan dan strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pencapaian sasaran jangka pendek meliputi (Draft Kebijakan dan Strategi Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, 2006) : BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 20

21 1. Peningkatan akses pelayanan air limbah melaui sistem on-site di perkotaan dan perdesaan hingga mencapai 60%. 2. Peningkatan dan pengembangan utilitas IPLT. 2. Perencanan Jangka Menengah Meningkatnya jumlah penduduk di akhir tahun 2009 akan diikuti juga oleh peningkatan kepadatan penduduk dan peningkatan fasilitas perkotaan lainnya. Dengan semakin berkurangnya lahan kosong, maka pengolahan secara on-site tidak lagi menjadi pilihan yang baik. Oleh sebab itu pada tahap perencanaan jangka menengah dan jangka panjang prioritas pengembangan sistem pengolahan air limbah diarahkan pada sistem pengolahan terpusat (off-site). Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman jangka menengah yaitu pencapaian peningkatan kinerja IPLT yang telah dibangun sebesar 75%, pembangunan dan pengembangan sistem pengolahan off-site, serta adanya peningkatan kinerja dari berbagai aspek dalam pelayanan sistem pengelolaan air limbah seperti peraturan, kelembagaan, operasional, peran serta masyarakat, serta berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 65 % di akhir tahun Upaya pencapaian sasaran jangka menengah meliputi : 1. Peningkatan kinerja IPLT yang telah dibangun hingga mencapai 75%. 2. Pelayanan pengolahan air limbah melalui sistem off-site di perkotaan dan perdesaan hingga mencapai 50% daerah pelayanan. 3. Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah selain dari APBD untuk penyediaan biaya pengelolaan air limbah yaitu melalui perbaikan sistem penarikan retribusi. 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman. 5. Penguatan kelembagaan dan perbaikan SDM. 6. Pengembangan dan penegakan peraturan perundang-undangan yang telah terbentuk pada tahap sebelumnya. 3. Perencanaan Jangka Panjang Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman jangka panjang yaitu pencapaian peningkatan kinerja IPAL yang telah dibangun sebesar 75% di akhir tahun Pada tahap ini diharapkan masyarakat dan swasta mampu mengambil peranan secara mandiri dalam pengelolaan air limbah. Peran pemerintah adalah sebagai BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 21

22 pengkoordinasi semua elemen pengelolaan air limbah dan menjaga keterpaduan pengelolaan air limbah dengan pengembangan infrastruktur perkotaan lainnya. Sistem prasarana limbah yang direkomendasi adalah terpusat (off site). a. Alternatif 1 : penempatan 1 unit IPAL untuk sistem off site di Br. Buanasari, Singaraja Timur. b. Alternatif 2 : penempatan 2 unit IPAL yaitu: IPAL di Banjar Buanasari, Singaraja Timur untuk melayani Kota Singaraja bagian Tengah ke Timur. IPAL di Banyuasri untuk melayani Kota Singaraja bagian tengah ke barat. IPAL di Br. Buanasari IPAL di Banyuasri Gambar 3.1 Lokasi Penempatan IPAL Area Pelayanan a. Tahap I ( ): 50% akan melayani daerah berpenduduk padat dan tidak memiliki pengolahan on site. b. Tahap II ( ): 75% (Banyuasri, Kaliuntu, Kampung Anyar, Astina, Kendran, Kampung Singaraja, Liligundi, Paket Agung, Banjar Tegal, Beratan, BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 22

23 Banyuning, Jineng Dalem, Baktiseraga, Penarukan, Kerobokan, Panji, Sukasada, Sambangan) Daerah yang tidak mendapatkan pelayanan IPAL tahap I dan Tahap II tetap menggunakan sistem on-site. b. Pengelolaan Air limbah Pengelolaan air limbah di Kabupaten Buleleng terdiri atas : - Pengelolaan oleh masyarakat secara individual : pembuatan septic tank perorangan - Pengelolaan oleh masyarakat secara komunal: pembuatan septic tank yang dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat ( 100 KK). Septic tank komunal (sanimas = sanitasi berbasis masyarakat) sudah dilaksanakan pada Tahun 2006 di Kelurahan Banjar Bali dengan melayani 104 KK, dan Tahun 2007 di Kelurahan Kampung Baru direncanakan dapat melayani 101 KK ( 321 jiwa). Pengelolaan oleh Pemerintah Kabupaten atau Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), dengan cara menguras limbah tinja dari rumah-rumah penduduk yang dikemudian dibuang di IPLT Bengkala. Air Limbah Rumah Tangga Besarnya standar untuk perkiraan air limbah yang dihasilkan menggunakan asumsi bahwa 70% dari kebutuhan air bersih merupakan air limbah. Jenis limbah tersebut dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu : a) Air limbah manusia (tinja). b) Air rumah tangga (air bekas cucian, mandi, dan limbah dapur). c) Air limbah dari kegiatan industri kecil, perdagangan, dan jasa. Banyaknya air limbah yang dihasilkan diperkirakan dengan mengalikan unit atau banyaknya air limbah yang dihasilkan dengan jumlah penduduk, unit bangunan dan sebagainya. Unit air limbah yang dihasilkan diasumsi berdasarkan pemakaian air nyata dan perkiraan pemakaian untuk air bekas yang tidak akan sampai ke saluran seperti untuk penyiraman, cuci mobil dan sebagainya. Unit air limbah yang dihasilkan : 1. Air limbah rumah tangga Pada area permukiman, unit pemakaian air didasarkan pada tingkat pendapatan keluarga, dengan perkiraan sebagai berikut: - tingkat pendapatan tinggi : 200 l/org/hari BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 23

24 No. - tingkat pendapatan sedang : 160 l/org/hari - tingkat pendapatan rendah: 100 l/org/hari 2. Air limbah komersil dan bangunan kantor/umum Data pemakaian air untuk bangunan komersil/pertokoan, kantor dan fasilitas umum diketahui pemakaian secara keseluruhan sebesar 15% dari pemakaian rumah tangga. 3. Air limbah hotel Air limbah yang dihasilkan dari hotel diperkirakan rata-rata sebesar 0,7 m 3 /kamar/hari. 4. Air limbah industri Sistem perpipaan air limbah tidak direncanakan untuk menampung air limbah industri namun sulit untuk menghindari pembuangan air limbah dari industri rumah tangga. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka di dalam perencanaan diasumsi sebesar 5% dari air limbah yang dihasilkan. Berdasarkan standar tersebut, maka pada tahun 2009 produksi air limbah di Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel berikut. Kecamatan Tabel 3.14 Produksi Air Limbah di Kabupaten Buleleng Tahun 2009 Jumlah Penduduk Rumah Tangga (lt/org/hari) Produksi Air Limbah Komersil dan Hotel Bangunan (m 3 /kmr/ (lt/org/hari) hari Industri 1. Gerokgak ,00 2. Seririt ,00 3. Busungbiu ,00 4. Banjar ,00 5. Sukasada ,00 6. Buleleng ,00 7. Sawan ,00 8. Kubutambahan ,00 9. Tejakula , Gerokgak ,00 Total ,00 Sumber: Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Air buangan dari kegiatan domestik dapat dibedakan menjadi black water dan grey water. Black water adalah air buangan yang berasal dari toilet sedangkan grey water adalah air buangan yang berasal dari kegiatan pencucian, dapur, kamar mandi dan kegiatan lainnya. Di Kabupaten Buleleng belum terdapat instalasi pengolahan air limbah yang terpusat untuk mengolah air buangan dari kegiatan domestik ini. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Buleleng membuang limbah/air buangan domestiknya melalui septic tank (untuk black water) sedangkan untuk grey water langsung disalurkan ke BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 24

25 saluran drainase atau langsung dibuang ke sungai. Hasil pengamatan tenaga enumerator dalam studi EHRA di Kabupaten Buleleng menunjukkan lebih dari separuh rumah tangga di Kabupaten Buleleng atau sekitar 63,6% memiliki akses pada saluran air di depan atau di sekitar rumahnya. Sementara, sekitar 36,4% rumah tangga teramati tidak memiliki akses pada saluran air limbah. Air buangan dari kegiatan komersial dan institusi ini berasal dari toko-toko, pasar, whorkshop, kantor-kantor, hotel dan restoran. Di daerah Kabupaten Buleleng didapatkan bahwa sebagian besar dari toko-toko, hotel dan restoran memiliki fasilitas on-site sanitation. 85% dari black water dan grey water yang dihasilkan oleh hotel-hotel telah diolah dengan baik, namun untuk restoran masih ada yang membuang langsung grey water ke saluran drainase dan sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Di Kabupaten Buleleng juga telah tersedia pelayanan untuk lumpur tinja. Pihak yang melayani penyedotan lumpur tinja ini berasal dari swasta dan dari pemerintah. Sedangkan untuk unit pengolahan lumpurnya telah tersedia di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan. Industri Rumah Tangga dan Rumah Potong Hewan (RPH) Jenis industri rumah tangga yang berkembang di Kabupaten Buleleng umumnya berupa industri kecil yaitu industri makanan dan minuman serta kerajinan. Jumlah Industri Rumah Tangga (Home Industry) yang ada di Kabupaten Buleleng yaitu 66 unit usaha dengan produksi usaha kg/th, sedangkan limbah yang dihasilkan sebanyak m 3 /th. Jenis limbah yang dihasilkan tiap industri rumah tangga berbeda-beda, ada yang berdampak besar terhadap lingkungan ada yang mempunyai dampak yang minim. Limbah cair industri di kota/kabupaten sebagian besar disalurkan ke selokan dan langsung di buang ke kali/got terdekat dan sebagian lain ada dibuatkan septictank/bak pengendapan limbah. Salah satu industri rumah tangga yang mempunyai dampak yang besar terhadap lingkungan yaitu industri tahu tempe, yang berlokasi di Kelurahan Kampung Baru. Limbah yang dihasilkan dari industri rumah tahu tempe ini langsung menuju ke laut sehingga dapat mencemari air laut. Jumlah limbah yang dihasilkan industri tahu tempe ini sebesar lt/tahun dengan produksi usaha sekitar kg/tahun. Untuk Rumah Potong Hewan tersebar di Panji Anom dan Kelurahan Seririt. Alat pengolahan limbah di RPH Panji Anom dan Seririt belum tersedia, dimana limbah yang dihasilkan berupa air pembersihan kandang dan air kencing ditampung pada septic tank sedangkan kotoran/feses hanya ditampung sementara yang selanjutnya dijual. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 25

26 Limbah yang dihasilkan di RPH adalah berupa air pembersihan kandang, air kencing dan feses (kotoran). Untuk Sapi selama di RPH rata rata 3 kali kencing dengan volume 1 liter dan buang kotoran 6 kali dengan volume rata-rata 3 kg. Dengan rata-rata jumlah pemotongan 15 ekor sapi/2 RPH/Hari maka air kencing yang dihasilkan perhari adalah = 15 ekor x 3 kali x 1 liter = 45 liter, sedangkan fesesnya sebanyak = 15 ekor x 6 kali x 3 kg = 270 kg. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah - Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kab. Buleleng mempunyai 2 (dua) buah truk tangki tinja dan masih berfungsi dengan baik. - Air Limbah (lumpur tinja) yang dikuras dari rumah-rumah penduduk dibuang di IPLT Bengkala (sistem sedot dan buang) - Restribusi jasa sedot/kuras tinja satu kali sedot dengan volume s/d liter adalah Rp dan volume liter s/d liter adalah Rp ,- sesuai dengan Perda No. 04 Tahun 2000 tentang retribusi penyedotan kakus. - IPLT Bengkala terletak di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan yang dibangun tahun 1994 dan dimanfaatkan mulai Tahun 1995, yang berkapasitas ,- liter per hari dengan sistem pengelolaan Imhoff Tank, Kolam Anaerobic, Kolam Fakultatis, Kolam Naturasi, Kolam Pengering Lumpur (sistem Gravitasi). - Kapasitas Lumpur yang diolah dalam 1 (satu) hari pada IPLT Bengkala adalah 1,06 m 3 /hari, dimana masih sangat jauh dari beban maksimum kapasitas pengolahan yang ada yaitu 27 m 3 /hari. - Unit bangunan pengolahan pada IPLT Bengkala terdiri dari unit bangunan pengolahan pendahuluan dan unit bangunan pengolahan secara biologis dengan menggunakan beberapa kolam stabilisasi. - Bangunan IPLT Bengkala terdiri dari : 1. Unit Bangunan Penyaringan (Screen); 2. Unit Bangunan Imhoff Tank; 3. Unit Bangunan Kolam Anaerobik; 4. Unit Bangunan Kolam Fakultatif; 5. Unit Bangunan Kolam Pematangan; 6. Unit Bangunan Kolam Pengering Lumpur; 7. Unit Bangunan Penunjang : a. Bak Kontrol (Bak Pembagi) BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 26

27 b. Outlet dan Inlet c. Pagar Pos Jaga Kantor Gudang Infof Tank Anaerobik I Bak Pengering Gambar 3.2 Sarana dan Prasarana di IPLT Bengkala BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 27

28 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 28

29 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 29

30 3.1.5 Limbah Padat (Sampah) a. Sistem Pengelolaan Persampahan Saat ini 1. Masyarakat Masyarakat di Kabupaten Buleleng dalam melaksanakan pengelolaan sampah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: Masyarakat di lokasi yang wilayahnya merupakan wilayah pelayanan/sudah terjangkau oleh pelayanan pemerintah melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng. Masyarakat tersebut melaksanakan pengelolaan secara perorangan maupun dengan sistem kawasan mengumpulkan sampah dari sumbernya (Rumah Tangga) dikumpulkan di TPS (Tong/Kontainer, bak sampah, taransfer station atau transfer depo) terdekat. Masyarakat yang belum terjangkau pelayanan pemerintah. Mereka melaksanakan pengelolaan sendiri dengan menampung sampah pada tempat tertentu dan dibakar atau menampung pada galian kemudian ditimbun. Masyarakat yang lokasi wilayahnya belum terjangkau oleh pelayanan Pemerintah, hanya memindahkan sampah dari sumbernya kemudian dikumpulkan/dibuang pada tempat tertentu yang terbuka,jurang, bahkan di saluran terbuka (got, sungai/kali). 2. Pemerintah Pada dasarnya Pemerintah Kabupaten Buleleng melaksanakan pengelolaan persampahan masih dengan sistem Pola Kumpul-Angkut-Buang. Sampah yang terkumpul di TPS baik yang dikumpulkan oleh masyarakat maupun yang dikumpulkan oleh tukang angkut dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng diangkut dengan truk-truk pemerintah untuk dibuang ke TPA Bengkala (untuk wilayah tengah dan timur) dan TPA Pangkung Paruk untuk wilayah barat. Jumlah sampah yang bisa diangkut ke TPA Bengkala rata-rata 258,46 m³/hari, sedangkan TPA Pangkung Paruk rata-rata 51 m³/hari. Wilayah yang telah terjangkau pelayanan persampahan oleh pemerintah Kabupaten Buleleng adalah 44 Desa/Kelurahan, dimana 19 desa/kelurahan berada di Kota Singaraja dan 25 Desa/Kelurahan di Kota Singaraja. Desa/kelurahan tersebut antara lain: 1. Kota Singaraja : Kelurahan Astina, Banyuasri, Kendran, Kaliuntu, Kampung Baru, Kampung Kajanan, Kampung Bugis, Banyuning, Banjar Jawa, Penarukan, Paket Agung, Liligundi, Beratan, Kampung Singaraja, Kampung Anyar, Banjar Tegal, Banjar Bali, Kel. Sukasada, dan Desa Baktiseraga, BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 30

31 2. Di luar Kota Singaraja: - Kec. Buleleng : Ds Pemaron, Anturan, Penglatan, Kalibukbuk, Tukad Mungga. - Kec. Banjar : Desa Banjar, Kaliasem, Temukus - Kec. Seririt : Kel. Seririt, Desa Pengastulan, Bubunan, Sulanyah, Petemon. - Kec. Busungbiu : Desa Busungbiu - Kec. Sawan : Desa Sangsit, Bungkulan, Sudaji, Kerobokan, Giri Emas - Kec. Sukasada : Pancasari, Sambangan, Panji. - Kec. Kubutambahan: Desa Kubutambahan Dari studi EHRA terhadap rumah tangga, dapat diketahui cara-cara utama membuang sampah rumah tangga di Kabupaten Buleleng. Dalam tabel di bawah terlihat bahwa yang paling banyak dijumpai adalah rumah tangga yang membuang sampahnya di luar halaman rumah sebesar 34,7%. Kelompok kedua yang cukup besar adalah mereka yang membuang sampah dengan dikumpulkan di rumah kemudian diangkut petugas sebesar 23,9%. Sementara kelompok yang membuang sampah dengan menggumpulkan di tempat bersama untuk kemudian diangkut petugas sebesar 16,9%. Sedangkan kelompok yang membuang sampah di halaman rumah sebesar 17,6%. Sisanya adalah mereka yang sampahnya langsung dibakar dan dikubur masing-masing sebesar 3,3% dan 0,3%. Tabel 3.15 Cara Pembuangan Sampah Rumah Tangga di Kabupaten Buleleng, 2010 Cara Pembuangan Sampah Frekuensi Prosentase Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu didiamkan Dibuang di hlm rumah: Tidak ada lubang & didiamkan Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang di luar hlm rumah: ke lubang/ tempat sampah Dibuang ke luar rumah: kali/ sungai kecil Dibuang di luar rumah: selokan/ parit Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Langsung dibakar Langsung dikubur Lainnya Total Sumber: Studi EHRA di Kabupaten Buleleng, 2010 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 31

32 SUMBER SAMPAH (RT, KEG. KOMERSIL) PENGUMPULAN DI TPS-TPS PENGANGKUTAN OLEH DKP PEMBUANGAN AKHIR (TPA BENGKALA) Gambar 3.3 Pengelolaan Sampah di Kabupaten Buleleng (Pola Kumpul-Angkut-Buang) BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 32

33 b. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bengkala Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Bengkala dibangun pada Tahun 2003 dan mulai beroperasi Tahun 2004 yang berlokasi di Desa Bengkala Kecamatan Kubutambahan. Jarak TPA Bengkala dari ibukota kabupaten (Kota Singaraja) sekitar 20 km, jarak dari permukiman 1,5 km sedangkan jarak dari sungai terdekat 2 km. TPA Bengkala dengan luas 4,84 Ha yang dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana antara lain; kantor, gudang, garase alat berat, mesin Incenerator (pembakaran sampah), Bak Licit, Sumur Pantau, mesin pencacah, mesin genset dan Alat Berat seperti Excavator (1 unit), buldozer (1 unit) dan dump truck (1 unit),. Rata-rata jumlah sampah yang masuk TPA Bengkala 280 m³/hari. Kantor Gudang Mesin Insenerator Bak Licit Sumur Pantau Pipa Pelepas Gas Dump Truck Excavator Buldozer Gambar 3.4 Sarana dan Prasarana di TPA Bengkala BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 33

34 Sistem pengelolaan di TPA Bengkala menggunakan sistem sanitary landfill sejak Tahun 2008, sebelumnya dari awal beroperasinya (Tahun 2004) sampai Tahun 2008 menggunakan sistem pengolahan controll landfill. Karena sesuai Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah menyatakan bahwa TPA harus menerapkan Sistem Sanitary Landfill atau minimal dengan Sistem Control Landfill, untuk itu Pemerintah Kabupaten Buleleng bekerjasama dengan Satker PPLP PU Provinsi Bali, Departemen PU/Direktorat Jendral Cipta Karya terhitung sejak Tahun 2007 hingga Tahun 2010 merevitalisasi TPA Bengkala dengan Sistem Sanitary Landfill. Adapun tahapan revitalisasi TPA Bengkala adalah : Perencanaan revitalisasi dibagi menjadi 5 blok antara lain : a. Blok 1 dengan luas 8.504,76 m 2 ( 0,85 Ha ) b. Blok 2 dengan luas 4.322,37 m 2 ( 0,43 Ha ) c. Blok 3 dengan luas 6.99,22 m 2 ( 0,67 Ha ) d. Blok 4 dengan luas 7.483,69 m 2 ( 0,75 Ha ) e. Blok Existing dengan luas 5.515,48 m 2 ( 0,55 Ha ) Tabel 3.16 Kegiatan Revitaslisasi TPA Bengkala No. Blok Kegiatan Revitasilisasi 1. Blok 2 Pembuatan sel (lubang sampah) di blok 2 dan blok existing Dilaksanakan pada bulan April 2008 dan selesai dikerjakan pada bulan Desember Luas yang dibangun adalah 4.322,37 m2 ( 0,43 Ha ). Daya tampungnya adalah ,53 m3 Blok ini telah dimanfaatkan mulai bulan April 2009 dan diperkirakan penuh pada bulan Mei 2010 R. Biaya pembuatan blok ini adalah Rp ,- Sampahnya baru bisa dimanfaatkan untuk kompos adalah pada tahun Blok 3 Pembuatan sel (lubang sampah) di blok 3 serta pembuatan bak penampungan air lindi. Dilaksanakan pada bulan April 2009 dan selesai dikerjakan pada bulan Desember Luas yang dibangun adalah 6.699,22 m2 ( 0,67 Ha ). Daya tampungnya adalah ,71 m3. Blok ini telah dimanfaatkan pada bulan Mei 2010 dan diperkirakan penuh pada bulan Mei Sampahnya baru bisa dimanfaatkan untuk kompos adalah pada tahun Biaya pembuatan blok ini adalah Rp ,- 3. Blok 4 Pembuatan sel (lubang sampah) pada blok 4. Dikerjakan pada bulan April 2010 dan selesai pada bulan Juli Luas yang dibangun adalah 7.483,69 m2 (0,75 Ha) Daya tampungnya adalah ,27 m 3 Blok ini dimanfaatkan pada bulan Juni 2012 dan diperkirakan penuh pada bulan Juni 2014 Biaya pembuatan blok ini adalah Rp ,- s/d Rp ,- Timbunan sampah baru bisa dimanfaatkan untuk kompos diperkirakan pada tahun Sumber: DKP Kabupaten Buleleng, 2010 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 34

35 Dengan penerapan Sistem Sanitary Landfill pada TPA Bengkala maka gas yang timbul dikaji sebagai energi alternatif melalui kerjasama Pemerintah Kabupaten Buleleng dengan Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral memanfaatkan sampah sebagai bahan alternatif untuk energi listrik. Gambar 3.5 Test Gas Metan dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 35

36 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 36

37 3.1.6 Drainase Lingkungan Permasalahan umum yang sering dihadapi pada setiap musim hujan adalah masalah banjir dan genangan air. Banjir dan genangan akan berdampak pada terganggunya kelancaran lalu lintas dan dapat menurunkan derajat kesehatan penduduk dan lingkungan. Terjadinya banjir dan genangan disebabkan oleh fungsi drainase kota belum tertangani secara menyeluruh baik dari segi perencanaan teknis maupun pelaksanaan fisiknya dan disamping kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara saluran yang ada di sekitarnya. Permasalahan tersebut merupakan dampak dari perkembangan penduduk dan bangunan fisik yang sangat cepat tapi tidak terkontrol dimana terjadi penyempitan areal resapan air terutama pada musim hujan, limpasan permukaan air langsung menuju saluran drainase. Berkurangnya daerah resapan air menyebabkan saluran drainase tidak mampu menampung sehingga terjadi luapan dan banjir. Dari Hasil Studi EHRA 2010, sekitar 60,0% rumah tangga melaporkan banjir di Kabupaten Buleleng terjadi beberapa kali dalam setahun. Sekitar 28,8% rumah tangga yang mengalami sekali dalam setahun, dan yang lebih parah atau yang mengalami sebulan sekali atau lebih dijumpai sangat sedikit, yakni hanya sekitar 6,4%. Berdasarkan hasil studi Review Master Plan dan Perencanaan Teknis Sistem Drainase di Kota Singaraja (2009), maka sistem drainase Kota Singaraja dan pola aliran pada tiap-tiap wilayah dapat diuraikan sebagai berikut: - Wilayah Kota Singaraja 1. Sistem I : Sistem Tukad Pasut Daerah aliran sistem Tukad Pasut meliputi sebagian Desa Baktiseraga, sebagian Desa Pemaron, Desa Panji, sebagian Desa Sambangan yang terletak di selatan Desa Baktiseraga. Saat ini aliran air Tukad Pasut dialirkan melalui saluran primer subak pemaron yang airnya dipergunakan untuk pengairan Subak Babakan Sambangan dan Ume Panji. Sistem drainase Tukad Pasut terdiri atas 2 (dua) sistem pembuangan utama yaitu sub sistem pembuangan utama Subak Ume Panji dan sub sistem pembuangan utama Tukad Soan Segara. 2. Sistem ll : Sistem Tukad Banyumala Sistem pembuangan Tukad Banyumala meliputi Kelurahan Banyuasri, sebagian Kelurahan Liligundi, sebagian kelurahan beratan dan sebagian Desa Sambangan. Sistem Tukad Banyumala memiliki 2 (dua) saluran primer irigasi, yaitu saluran primer irigasi Subak Banyumala dan saluran primer Subak Beratan, Banjar Tegal dan Kendran. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 37

38 3. Sistem lll : Sistem Tukad Mumbul Sistem pembuangan utama tukad mumbul meliputi Kelurahan Kampung Bugis, Kampung Anyar, sebagian Kelurahan Kaliuntu, sebagian Kelurahan Banjar Tegal, sebagian Kelurahan Banjar Jawa dan sebagian Kelurahan Kendran. Pada sistem Tukad Mumbul terdapat beberapa sub sistem, yaitu sub Sistem Tukad Canging, sub sistem Jl. Ngurah Rai/Jl. Pramuka menuju pantai dengan membuat sodetan saluran di sebelah barat Jl. Patimura, sub sistem Jl. Gajahmada (sebelah barat jalan) dialihkan ke Jl. Diponegoro terus ke pantai. 4. Sistem lv : Sistem Tukad Buleleng Sistem pembuangan utama Tukad Buleleng meliputi Kelurahan Kampung Kajanan, Banjar Bali, Banjar Jawa, Astina, Kampung Singaraja, Liligundi, Beratan, Kampung Baru, Sebagian Banyuning, Sukasada dan Sari Mekar. Pada sistem pembuangan di tukad ini terdapat beberapa sub sistem, yaitu sub sistem Jl. Gajahmada sampai ke Kelurahan Sukasada, sub sistem saluran (sodetan) irigasi kayu upas yang dibuat di sebelah selatan Kelurahan Kampung Baru menuju Tukad Buleleng, sub sistem saluran pembuangan air subak kayu upas yang sudah di buat permanen yang dialirkan langsung menuju pantai melalui Lapangan Mayor Metra, sub sistem pembuangan Kampung Baru menuju Tukad Buleleng, sub sistem Pembuangan Teminal Kampung Tinggi menuju Tukad Buleleng. 5. Sistem V : Sistem Tukad Buus Sistem pembuangan Tukad Buus meliputi sebagian Kelurahan Banyuning, Desa Pengelatan dan Desa Petandakan. Sistem pembuangan utama tukad ini meliputi sub sistem pembuangan subak jati yang di buang menuju pantai lewat sebelah barat kompi B Yonif 741, sub sistem Jl. Komodo, sub sistem Jl. Setiabudi WR. Supratman dengan pembuangan menuju Tukad Buus. 6. Sistem Vl : Sistem Pangkung Sedahan/Pangkung Taluh Sistem pangkung sedahan meliputi sebagian Kelurahan Penarukan, sebagian Desa Penglatan dan sebagian Desa Jinangdalem. Sub sistem pada Pangkung Sedahan meliputi sub sistem Pangkung Penarungan, sub sistem Pangkung Taluh, sub sistem Pangkung Ketewel, sub sistem Pangkung Yeh Taluh, sub sistem Jl. WR Supratman. 7. Sistem Vll : Sistem Tukad Penarukan Meliputi sebagian Kelurahan Penarukan, Desa Jinangdalem sebagian Desa Pengelatan, sedangkan di sebelah timur sungai meliputi Desa Kerobokan, sebagian BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 38

39 Desa Sinabun dan Desa Suwug. Terdapat 2 sub sistem yaitu sub sistem saluran irigasi Subak Delod Sema dan sub sistem saluran pembuangan Subak Kerobokan. - wilayah di Sebelah Barat Kota Singaraja (Desa Pemaron sampai Desa Kalibukbuk) 1. Sistem Tukad Batupalu Sistem pembuangan Tukad Batupalu terletak di Desa Pemaron. Pada sistem ini terdapat 2 sistem drainase yang meliputi subsistem saluran Jl. G. Wangsa dan subsistem saluran Jl. Raya Singaraja Gilimanuk. 2. Sistem Tukad Bangka Sistem pembuangan Tukad Bangka terletak di Desa Pemaron dengan bagian hulu di Desa Panji Anom dan terletak pada anak sungai Lebahsiung sebagai subsistem. 3. Sistem Telabah Teluk Tenggulu Sistem ini terletak di pinggir jalan menuju Desa Tukad Mungga, sistem pembuangan ini merupakan pembuangan Subak Teluk Tenggulu. 4. Sistem Pangkung Kubu Gembrong Sistem pembuangan Kubu Gembrong terletak di Desa Tukad Mungga dan merupakan saluran pembuangan Kubu Gembrong. 5. Sistem Tukad Baas Sistem pembuangannya terletak di Desa Anturan dan terdapat subsistem pembuangan Desa Anturan. 6. Sistem Tukad Serumbung Sistem pembuangannya terletak di Desa Anturan, penampang tidak terlalu besar dan merupakan pembuangan subak, kawasan daerah aliran masih merupakan persawahan. 7. Sistem Tukad Asangan Sistem Tukad Asangan di Desa Kalibukbuk mempunyai anak sungai yaitu Tukad Tengah, juga terdapat subsistem pembuangan Jalan Raya Singaraja Gilimanuk. 8. Sistem Tukad Sowan Canging Sistem pembuangan Tukad Sowan Canging terletak diperbatasan bagian barat Desa Kalibukbuk dan terdapat 2 sistem yaitu subsistem Kastuari dan subsistem Pangkung Kelampua. - Wilayah di sebelah Timur kota Singaraja (Desa Kerobokan sampai Desa Bungkulan) 1. Sistem Pangkung Kerobokan Sistem Pembuangan terdapat di Desa Kerobokan, sistem ini merupakan pembuangan irigasi yang ada sepanjang Desa Kerobokan, yang perlu diperhatikan pada sistem ini adalah gorong-gorong yang tertutup. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 39

40 2. Sistem Tukad Gerusukan Sistem ini terletak di Desa Sangsit, Sinabun sampai di Desa Suwug dan merupakan pembuangan air dari desa-desa tersebut. Subsistem drainase yang diperlukan pada sistem ini adalah subsistem yang ada sepanjang Jalan Raya Singaraja Kubutambahan. 3. Sistem Pangkung Beji Sistem Pangkung Beji juga terletak di Desa Sangsit, Sinabun sampai Suwug, pada sistem ini terdapat subsistem drainase sebelah timur Pangkung Beji mulai dari pasar Desa Sangsit. 4. Sistem Tukad Sangsit Sistem Tukad Sangsit terletak di Desa Sangsit sampai Desa Jagaraga yang terletak di sebelah Desa Sangsit. Pada sistem ini terdapat 2 subsistem yaitu subsistem Saluran Subak Beji dan subsistem Saluran Irigasi Subak Dangin Yeh. 5. Sistem Tukad Daya/Sistem Saluran Yeh Lembu Sistem Tukad Daya terletak di Desa Bungkulan merupakan sungai yang mempunyai daerah aliran yang sangat luas. Namun yang perlu mendapat perhatian adalah pada sistem saluran irigasi Subak Yeh Lembu yang terletak di sebelah Barat Tukad Daya. Pada sistem saluran irigasi Subak Yeh Lembu terdapat 2 subsistem drainase, yaitu subsistem Pangkung Ceraken dan subsistem Pangkung Yeh Pi. Sistem drainase berdasarkan hasil studi Review Master Plan dan Perencanaan Teknis Sistem Drainase di Kota Singaraja (2009), dapat dilihat pada Tabel berikut. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 40

41 Tabel 3.17 Evaluasi Sistem Dainase Wilayah Kota Singaraja Dan Rekomendasi Sesuai Masterplan Drainase 1995 No Wilayah Sistem dan Subsistem Kode saluran Ukuran Minimal yang diperlukan B(m) H(m) Rekomendasi Sesuai dengan Masterplan Drainase 1995 Kondisi Saat Ini A Wilayah Kota Singaraja I Sistem Tukad Pasut 1. Saluran Subak Pemaron 01 Dahulu saluran subak Pemaron terdapat saluran Subak Uma Panji, menuju kearah Barat yang melintasi jalan, kemudian berbelok ke arah utara melintasai Jalan Raya Singaraja-Gilimanuk tepatnya di sekitar Hotel Puri Sari dan berbelok ke timur kemudian berhilir di perkampungan nelayan.kondisi saluran ini saat ini masih alami dan terjadi banjir di sepanjang saluran ini, termasuk kapasitas gorong-gorong yang kurang memadai serta terjadi endapan di sepanjang saluran. 2. Tukad Sowan Segara 02 - Serma Karma 021 1,66 1,85 Perlu sodetan (dibuat) saluran disebelah timur jalan - Saluran Jalan Singaraja- Gilimanuk II Sistem Tukad Banyumala 03 1 Sebelah Barat Tukad Banyumala - Pembuangan Subak Banyumala 022 1,92 2,11 Perlu dibuat saluran disebelah selatan jalan raya 031 1,27 1,40 Perlu diperlebar sebelah selatan Saluran ini dibuat lurus ke utara memotong Jalan Raya Singaraja-Gilimanuk. Terjadi banjir di ujung utara Jalan Serma Karma akibat pembelokan saluran di sebelah selatan traffic light, sehingga terjadi luapan pada saat terjadi hujan lebat. Sudah dibuat sesuai rencana dan berfungsi dengan baik Sudah dibuat dan berfungsi dengan baik, tap bagian hulu masih saluran alami, saluran Saran Saluran Subak Pemaron sudah perlu ditata dengan baik karena sudah berkembang perumahan yang padat disepanjang dan disekitar saluran Saluran Subak Uma Panji sudah perlu ditata dengan baik dari ujung selatan Jalan Serma Karma sampai dihilir di perkampungan nelayan. Termasuk perbaikan gorong-gorong yang terdapat di sebelah Barat perempatan Jalan Serma Karma, gorong-gorong di jalan desa Pemaron dan gorong-gorong di Jalan Raya Singaraja-Gilimanuk (tepatnya di Hotel Puri Sari) Pelurusan saluran, atau saluran sedapat mungkin tidak dibelokkan dengan tajam. Perbaikan gorong-gorong lama yang ada saat ini, memperbesar ukuran gorong-gorong sehingga dapat berfungsi mengurangi beban saluran Subak Uma Panji dan Subak Pemaron. Saluran pembuangan irigasi subak Banyumala perlu ditata sengan baik seiring BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 41

42 jalan pembuangan tersier perlu ditata dan berpotensi banjir - Saluran Jl.La Barong 032 1,20 1,32 Perlu diperdalam Sudah dibuat dan berfungsi dengan baik, tap dan gorong-gorong bagian hulu masih saluran alami, saluran diperbesar pembuangan tersier perlu ditata dan berpotensi banjir - Saluran Jl.Laksamana 033 1,26 1,39 Perlu dibuat saluran Sudah dibuat sodetan menuju Tukad Banyumala dan berfungsi dengan baik II Sistem Tukad Banyumala Sebelah Timur Tukad 01 Banyumala - Saluran Jl.Pahlawan 034 1,26 1,39 Perlu sodetan di depan kantor Bupati - Saluran Jl. Dewi Sartika 035 1,09 1,19 Perlu diperbesar bagian hilir dan perlu gorong-gorong di Jl.A.Yani - Saluran Sukabindu 036 1,16 1,28 Berfungsi baik Sodetan ini tidak dapat dibuat karena biaya cukup mahal, konsekuensinya aliran tukad Canging tidak bisa dialihkan sehingga menyebabkan banjir di bagian hilir Tukad Canging Sudah dibuat dan berfungsi dengan baik - Saluran SKIP 037 1,09 1,14 Perlu dibuat saluran dan gorong-gorong di Jl.A. Yani Sudah dibuat dan berfungsi dengan baik, tapi perlu pemeliharaan saluran (dibersihkan) - Saluran Jl.Sudirman-A.Yani 038 0,93 1,03 Berfungsi dengan baik - Saluran terminal Banyuasri 039 1,32 1,43 Perlu dibuat sodetan Sudah dibuat dan berfungsi dengan baik ke Tukad Banyumala III Saluran Tukad Mumbul 04 - Tukad Canging 041 1,33 1,46 Perlu normalisasi DED belum sepenuhnya dibuat, masih terjadi banjir di Jalan Leli dan Jalan Anggrek, banjir diakibatkan beban dihulu (aliran dari pangkung Beratan cukup besar), dimensi Tukad Canging dihilir kecil dan bercabang, dan akumulasi sampah dari hulu - Saluran Jl.Ngurah Rai ,03 1,13 Perlu diperbesar dan Berfungsi baik Patimura langsung dibuang ke laut - Saluran Jl. Diponegoro 043 1,14 1,25 Perlu diperbesar dan Berfungsi baik berkembangnya kawasan perumahan yang sudah di LC Saluran pembuangan irigasi subak Banyumala perlu ditata dengan baik seiring berkembangnya kawasan perumahan yang sudah di LC Perlu dijaga operasi dan pemeliharaannya dengan baik Aliran dari pangkung Beratan menuju Tukad Canging perlu dikendalikan dengan membuat/memperbaiki pintu yang sudah ada Perlu pembersihan saluran Pintu di pangkung Beratan rusak, perlu diperbaiki dan saluran ini dapat dijadikan sebagai penggelontoran Tukad Canging Rekomendasi DED perlu ditindak lanjuti Gerakan tidak membuang sampah di saluran BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 42

43 langsung dibuang ke laut IV Sistem Tukad Buleleng Sebelah Barat Tukad Buleleng Saluran Jl.Gajah Mada- Sukasada - Sodetan PDAM Banua 051 0,99 1,08 Sodetan sudah ada kondisi tidak beraturan, Perlu pembersihan saluran tapi berfungsi dengan baik - Sodetan Pasar Sukasada 052 0,87 0,95 Perlu diperbesar Sudah dibuat dan berfungsi dengan baik Perlu pemeliharaan berkala - Sodetan Pertamina (SPBU) 053 1,04 1,15 - Sodetan SD 2 Liligundi 054 0,89 0,98 Perlu diperdalam Terjadi pendangkalan Perlu diperdalam dan pembersihan berkala - Sodetan Jl.Gempol 055 1,14 1,26 Perlu diperbaiki Sudah dibuat dan berfungsi dengan baik dibagian hilir dan gorong-gorong Jl.Veteran diperbesar - Sodetan kantor proyek PMU 056 1,19 1,31 Perlu sodetan Jl. Sudah dibuat, terjadi endapan sampah Perlu pembersihan saluran (Kapten Muka) Kapten Muka (sebelah selatan jalan) - Sodetan Tegal Mawar 057 0,89 0,98 Perlu sodetan di Sudah dibuat dan berfungsi dengan baik Kampung Lebah menuju saluran - Saluran Jl.Imam Bonjol 058 0,96 1,06 Perlu gorong-gorong di Jl.A.Yani (diujung timur Jl.A.Yani) Saluran dibelokkan ke barat menuju Tukad Mumbul/disebelah pasar di Tukad Mumbul dan berfungsi dengan baik Operasi pintu di Jl.Ngurah Rai perlu dijaga dengan baik 2. Sebelah Timur Tukad Buleleng - Sodetan Irigasi Kayu Upas/Padangkeling 059 1,69 1,86 Sodetan perlu diperpanjang sampai pertemuan kedua Pangkung Padangkeling Sodetan dari Pangkung Padangkeling Menuju saluran irigasi Subak Kayu Upas belum dibuat sehingga menyebabkan banjir di hilir pangkung Padangkeling. Saluran ini juga perlu pemeliharaan termasuk bila dibutuhkan diperdalam di bagian hilir, sehingga mampu menampung aliran dari Pangkung Padangkeling Sodetan masih dibutuhkan dari Pangkung Padangkeling menuju saluran Irigasi Kayu Upas Perdalam saluran ini dan dasar saluran perlu dilining dengan pasangan batu Perlu perbaikan saluran yang rusak Perlu penutupan pintu intake irigasi saat hujan Perlu pintu air pengarah air menuju Tukad Buleleng BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 43

44 - Saluran Lapangan Mayor Metra - Saluran Pembuangan Irigasi Kampung Baru - Saluran Terminal Kampug Baru V Sistem Tukad Buwus Sebelah barat Tukad Buwus - Saluran Pembuang Tukad Jati (Yonif 741) 060 1,00 1,10 Saluran sudah berfungsi baik 061 0,82 0,90 Perlu diperdalam dibagian hilir 062 0,79 0,80 Perlu diperbesar di bagian hulu(jl.sumatra sisi timur) 071 1,10 1,20 Perlu diperbaiki dibagian hulu Saluran ini tidak dibuat/tidak urgent dibutuhkan Saluran ini berfungsi baik Saluran ini berfungsi baik, namun masih ada endapan. Di sebelah timur saluran ini (warung Mentiks di Jalan WR.Supratman) gorong-gorong yang melintasi Jl. WR. Supratman tersumbat sehingga terjadi luapan air Perlu pembersihan berkala perbaikan gorong-gorong di Warung Mentiks Jl.WR.Supratman. Aliran air dapat dibelokkan kebarat disebelah utara jalan, kemudian dibelokkan ke utara dan bertemu dengan saluran pembuang sekunder Secata 072 0,65 0,70 Saluran berfungsi baik Bagian hulu perlu dipelihara karena merupakan pembuangan irigasi dari Pangkung Petandakan - Saluran Pangkung Petandakan - Saluran Jl.Komodo-WR. Supratman 2. Sebelah Timur Tukad Buwus - Saluran Jl.Baru ( Setiabudi- WR.Supratman) VI Sistem Pangkung Sedahan/Pangkung taluh 1. Sebelah arat Pangkung Sedahan - Sodetan Jl.Baru (Setiabudi- WR.Supratman)/Jalan Obi 073 1,55 1,71 Perlu diperbaiki Dimensi sodetan kecil sehingga terjadi luapan/banjir di Pangkung Petandakan 0,74 1,36 1,49 Perlu dibuat sodetan menuju tukad Buwus Sodetan sudah dibuat, tapi gorong-gorong di Jalan WR.Supratman tersumbat sehingga terjadi luapan/banjir 075 0,91 1,00 Perlu dibuat saluran Sudah dibuat dan berfungsi baik 08 Bagian hilir berpotensi banjir sehingga perlu ditata, termasuk alur yang curamdisebelah selatan Jalan Raya Singaraja-Karangasem 081 1,18 1,30 Perlu sodetan menuju Pangkung Sedahan Saluran ini sudah dibuat (Jl.Obi), tapi bagian hulu di Jl.P. Seribu kelurahan Banyuning terjadi penutupan saluran pembuangan di BTN Banyuning sehingga mengakibatkan banjir Sodetan perlu diperbesar, terutama pada pelimpahannya Perlu pemeliharaan/pembersihan endapan Perlu normalisasi alur pembuangan utama Perlu ditata di bagian hulu (di BTN Banyuning) karena kawasan ini akan berpotensi berkembang dimasa yang akan datang. Saluran irigasi dan pembuangan irigasi perlu dipertahankan dan difungsikan sebagai saluran drainase BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 44

45 2 Sebelah Timur Pangkung Sedahan - Saluran Irigasi Yeh Taluh 082 1,27 1,39 Perlu diperbaiki dan Kawasan ini sedang berkembang dan dipelihara di bagian berpotensi banjir dikemudian hari hilir dan selatan jalan - Saluran sisi selatan 083 0,90 1,00 Perlu dibuat dan Sudah dibuat dan berfungsi dengan baik WR.Supratman sebagian diperbaiki VII Sistem Tukad Penarukan 09 - Sal. Pembuang Terminal 091 0,75 0,83 Perlu diperbesar Sudah berfungsi dengan baik Penarukan sampai saluran irigasi Subak Delod Sema Sumber : Review Master Plan Drainase dan Perencanaan Teknis Sistem Drainase Kota Singaraja dan Sekitarnya, 2009 Perlu antisipasi penataan saluran Tabel 3.18 Evaluasi Sistem Drainase Wilayah Sebelah Barat Dan Timur Kota Singaraja Dan Rekomendasi Sesuai Masterplan Drainase 1995 No Wilayah Sistem dan Subsistem Kode saluran Ukuran Minimal yang diperlukan B(m) H(m) Rekomendasi Sesuai dengan Masterplan Drainase 1995 Kondisi Saat Ini B Wilayah Sebelah Barat Kota Singaraja I Sistem Tukad 01 Canging/Saluran Kastuari - Saluran/Tukad Kastuari 011 1,63 1,80 Perlu dinormalisasi dibagian Sudah dibuat dan berfungsi hilir(utara jalan menuju ke dengan baik, tapi dihilir terjadi laut kantor Informasi) penutupan/penyempitan saluran akibat bangunan rumah, sehingga sulit diinspeksi - Pangkung Kelampua 012 1,56 1,71 Perlu dipelihara Sudah dibuat menuju Tukad Kasturi/Tukad Canging Saran Perlu penertiban bangunan dan penataan alur sungai disebelah utara Jalan Raya Singaraja-Gilimanuk BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 45

46 II Sistem Tukad Asanga 02 - Saluran Subak Banyualit 021 1,40 1,55 Perlu diperdalam Kondisi sudah baik C I Wilayah Sebelah Timur Kota Singaraja Sistem Pangkung Kerobokan- Tukad Gerusukan - Saluran Jl.Singaraja-Karangasem dan Jl.Sudaji (sebelah barat Tukad Gerusukan) ,22 1,34 Perlu diperbesar dan dipelihara Sudah dibuat tetapi teradi endapan Perlu pemeliharaan - Saluran Selatan jalan sebelah timur Tukad Gerusukan - Saluran Pangkung Kerobokan- Saluran irigasi Subak Kerobokan 012 1,22 1,34 Dibuat baru Sudah dibuat tapi terjadi endapan 013 Perlu ditata Gorong-gorong di Jalan Singaraja-Karangasem tersumbat dan terjadi banjir disebelah selatan jalan raya, di bagian hilir sudah ada perumahan Geria Kerobokan berpotensi banjir II Sistem Pangkung Beji 02 Saluran subak Beji kurang terplihara - Saluran Pasar Sangsit menuju 021 1,12 1,23 Perlu dipelihara/dibersihkan Sudah ada saluran Tukad Beji dan diperbesar Sumber : Review Master Plan Drainase dan Perencanaan Teknis Sistem Drainase Kota Singaraja dan Sekitarnya, 2009 Perlu ditata Saluran Pangkung Kerobokan dan Saluran Irigasi Subak Kerobokan, karena daerah ini sudah mulai berkembang dan berpotensi banjir, terutama disebelah selatan jalan raya dan di kawasan Perumahan geria Kerobokan Perlu Pemeliharaan Perlu pemeliharaan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 46

47 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 47

48 3.1.7 Pencemaran Udara Di Kabupaten Buleleng belum terjadi pencemaran udara. Hal ini bisa dilihat dari uji kualitas udara yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng bekerjasama dengan UPT Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Bali Tahun 2009 pada beberapa titik sampel (permukiman, lalu lintas padat, dan daerah pelabuhan/industri). Dari hasil penelitian tersebut maka diketahui kualitas udara di Kabupaten Buleleng masih di bawah baku mutu yang diperkenankan Limbah Industri Jenis industri yang berkembang di Kabupaten Buleleng hanya berskala kecil (rumah tangga) dan menengah sehingga limbah yang dihasilkan juga tidak berdampak yang besar terhadap lingkungan. Limbah cair industri di kota/kabupaten sebagian besar disalurkan ke selokan dan langsung di buang ke kali/got terdekat dan sebagian lain ada dibuatkan septictank/bak pengendapan limbah. Limbah industri yang tidak dikelola dengan baik (dibuang sembarangan) akan menimbulkan dampak yang besar terhadap lingkungan seperti industri tahu tempe yang berada di Kelurahan Kampung Baru. Limbah yang dihasilkan dari industri rumah tahu tempe ini langsung menuju ke laut sehingga dapat mencemari air laut. Jumlah limbah yang dihasilkan industri tahu tempe ini sebesar lt/tahun dengan produksi usaha sekitar kg/tahun. Industri tahu tempe ini sudah pernah dibuatkan satu tempat pembuangan yang menjadi satu dengan pembuangan limbah rumah tangga (sanimas) tetapi saat ini tidak difungsikan karena air kadang meluap sehingga menimbulkan banjir dan mengeluarkan bau yang tidak sedap, sehingga sanimas ini kembali dijebol warga sekitar yang menyebabkan air limbah langsung menuju ke laut. Air limbah yang tidak terolah akan terakumulasi dan terjadi dekomposisi material organik yang terkandung dalam limbah tersebut yang akan menyebabkan air bersifat septik dan bau. Air limbah tidak terolah biasanya mengandung berbagai jenis mikroorganisme patogen dan bahan-bahan kimia yang dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit. Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, serta laut dan sebagainya. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 48

49 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 49

50 3.1.9 Limbah Medis Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan medis hingga rawat jalan dan bahkan ada yang sampai rawat inap, termasuk kegiatan imunisasi yang saat ini dilakukan dalam skala besar, kemudian rawat lanjutan atau inap yang lebih lengkap dilaksanakan oleh rumah sakit. Dari kegiatannya itu juga menghasilkan limbah yang bersifat spesifik yaitu limbah infeksius dan tajam. Limbah dari sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas, rumah sakit, dll) termasuk ke dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Survei yang dilakukan terhadap limbah padat medis Puskesmas, rata-rata timbulan limbah medis adalah 7,5 gram/pasien/hari, dengan komposisi timbulan limbah medis Puskesmas meliputi 65% dari imunisasi, 25% dari kontrasepsi dan sisanya dari perawatan medis. Pada sarana layanan kesehatan, limbah medis dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis yaitu : a. Limbah benda tajam (jarum suntik, kaca sediaan, infuse set, ampul/vial obat dll) b. Limbah infeksius (kultur dan stok agen infeksius dari aktifitas laboratorium, limbah hasil operasi/otopsi dari pasien penderita penyakit menular, limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi dan alat atau materi lain yang tersentuh orang yang sakit) c. Limbah patologis (organ tubuh, janin, darah, muntahan, urin dan cairan tubuh lainnya. Dampak Limbah Medis Terhadap Kesehatan Limbah medis dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme pathogen, yang dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur yaitu a) melalui tusukan, lecet atau luka, b) melalui membrane mukosa, c) melalui pernapasan dan d) melalui ingesti. Beberapa infeksi yang menyebar melalui media atau disebabkan oleh agens yang lebih resisten dapat menimbulkan risiko yang bermakna pada pasien dan masyarakat. Contoh : pembuangan limbah medis cair yang tidak terkendali pada perawatan pasien kolera memberikan dampak yang cukup besar terhadap terjadinya wabah kolera. Di bawah ini disebutkan beberapa infeksi akibat terpajan limbah layanan kesehatan : BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 50

51 Tabel 3.19 Infeksi akibat terpajan limbah layanan kesehatan, organism penyebab dan media penularan No Jenis Infeksi Organisme Penyebab Media Penularan 1 Infeksi gastroenteritis Enterobakteria Tinja dan muntahan (salmonella, shigella spp, Vibriocholerae, Cacing) 2 Infeksi saluran Mycobacterium tuberculosis, Sekret yang terhirup, air liur pernapasan Streptococcus pneumonia, virus campak 3 Infeksi mata Herpes virus Sekret mata 4 Infeksi genital Neisseria gonorrhoeae, herpes Sekret genital virus 5 Infeksi kulit Streptococcus spp. Nanah 6 Antraks Bacillus anthracis Sekret kulit 7 Meningitis Neisseria meningitis Cairan serebrospinal 8 AIDS Human Immunodeficiency virus Darah, secret alat kelamin (HIV) 9 Demam berdarah Virus Dengue Darah 10 Septikimia Staphylococcus spp Darah 11 Bakteriemia Staphylococcus spp., koagulase negative, Staphylococcus aureus, Darah enterobacter, enterococcus, klebsiella, Streptococcus spp. 12 Kandidemia Candida albicans Darah 13 Hepatitis Virus A Virus hepatitis A Tinja 14 Hepatitis Virus B dan C Virus hepatitis B dan c Darah dan cairan tubuh Sumber : WHO, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, 2005 Prinsip Pengelolaan Limbah Medis Pada dasarnya dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis perlu menganut prinsip dasar berdasarkan kesepakatan internasional yaitu : a. The polluter pays principle atau prinsip pencemar yang membayar bahwa semua penghasil limbah secara hukum dan finansial bertanggung jawab untuk menggunakan metode yang aman dan ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah. b. The precautionary principle atau prinsip pencegahan merupakan prinsip kunci yang mengatur perlindungan kesehatan dan keselamatan melalui upaya penanganan yang secepat mungkin dengan asumsi risikonya dapat terjadi cukup signifikan. c. The duty of care principle atau prinsip kewajiban untuk waspada bagi yang menangani atau mengelola limbah berbahaya karena secara etik bertanggung jawab untuk menerapkan kewaspadaan tinggi. d. The proximity principle atau prinsip kedekatan dalam penanganan limbah berbahaya untuk meminimalkan risiko dalam pemindahan. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 51

52 1. Teknik Pengelolaan Limbah Medis Tajam a. Dengan Safety Box (jarum dan syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan, setelah penuh dimusnahkan dengan incinerator dengan suhu pembakaran minimal C) b. Dengan Needle Cutter c. Dengan Needle Burner Di Kabupaten Buleleng terdapat 6 (enam) rumah sakit, 20 Puskesmas, 3 Klinik. Ke-enam rumah sakit yaitu RSUD Singaraja, RSAD Singaraja, RSU Kerta Usada, RSU Karya Dharma Husada, RSU Parama Sidhi dan RSU Santi Graha. Penanganan limbah medis merupakan tanggung jawab institusi yang menghasilkan limbah medis tersebut untuk mengelola ataupun memusnahkannya. Dari enam rumah sakit baru dua rumah sakit yang memusnahkan limbah medisnya sendiri dengan incenerator yaitu Rumah Sakit Umum Singaraja dengan volume sampah medis sebanyak 90 Kg/hr, tapi baru dikelola sendiri sebanyak 36 Kg/hr dan sisanya dimusnahkan di TPA Bengkala. Selain RSUD Singaraja, RSU Parama Sidhi memusnahkan limbah medis dengan inceneratornya sebanyak 1 m 3 /hari. Sedangkan rumah sakit yang lain dan beberapa Puskesmas, Klinik maupun praktek swasta memusnahkan limbah medisnya dengan bantuan Puskesmas Banjar I yang satu-satunya puskesmas memiliki incenerator yang masih berfungsi. 3.2 PENGELOLAAN LIMBAH CAIR Landasan Hukum/Legal Operasional a. Kebijakan Pusat Landasan Hukum yang berkaitan dengan pengelolaan limbah cair yaitu: Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Pgrogram Kali Bersih; BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 52

53 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimum Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum; Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik; Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus; Petunjuk Teknis Nomor KDT Man P judul Manual Teknis MCK b. Kebijakan Daerah Kebijakan Daerah Kabupaten Buleleng yang berkaitan dengan pengelolaan limbah cair yaitu: Perda No. 2 Tahun 1993 tentang penetapan pengelolaan air limbah Perda No. 4 Tahun 2000 tentang retribusi penyedotan kakus Aspek Institusional Unit kelembagaan yang menangani air limbah (IPLT) di Kabupaten Buleleng adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Buleleng, Bidang Kebersihan, Seksi Pengelolaan Sanitasi dan Seksi Pengolahan Limbah dan Sampah. Secara struktur organisasi pengelolaan IPLT Buleleng masih di bawah DKP Kabupaten Buleleng, tetapi secara fungsional petugas di lapangan belum jelas fungsi dan tanggung jawabnya, sehingga pengelolaan IPLT terlihat kurang terkoordinasikan dengan baik, selain itu petugas di lapangan mempunyai latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan yang dikerjakan dan belum pernah mendapat kursus atau pelatihan tentang pengelolaan IPLT yang benar. Pengelola tersebut menjalankan fungsi sebagai operator dan regulator sekaligus dilakukan oleh DKP. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Buleleng No. 53 Tahun 2008 tertanggal 8 September 2008 telah diatur tentang Pemberian Wewenang Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Buleleng. Pemberian wewenang tersebut merupakan penetapan tugas pokok dan fungsi DKP. Tugas pokok DKP adalah melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang kebersihan dan pertamanan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok dimaksud, DKP mempunyai fungsi sebagai berikut: BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 53

54 Merumuskan kebijakan teknis di bidang kebersihan dan pertamanan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati Melaksanakan pemeliharaan kebersihan Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau Memberikan pembinaan/penyuluhan di bidang kebersihan dan ruang terbuka hijau sesuai dengan kewenangan dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku Struktur organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Gambar 3.6. KEPALA DINAS Kelompok Jabatan Fungsional Sekretariat Sub Bagian Umum Sub Bagian Perencanaan Sub Bagian Keuangan Bidang Kebersihan Bidang Pertamanan dan RTH Bidang Angkutan dan Peralatan Bidang Penyuluhan Seksi Pengelolaan Sampah Seksi Pengelolaan Sanitasi Seksi Pengolahan Limbah dan Sampah Seksi Pembangunan dan Penataan Taman RTH Seksi Pemeliharaan Taman RTH Seksi Pengawasan Taman dan RTH Seksi Angkutan Seksi Peralatan Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Angkutan Seksi Penyuluhan dan Informasi Seksi Sarana dan Prasarana Permukiman Seksi Pelaporan UPTD Gambar 3.6 Susunan Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng. Operator IPLT 2 orang terdiri dari tenaga operator dan 1 orang tenaga jaga malam. Tenaga operator ini diawasi oleh seorang pengawas. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 54

55 KASI PENGELOLAAN SANITASI PENGAWAS LAPANGAN TENAGA OPERASIONAL TRUK TENAGA OPERASIONAL DI IPLT Gambar 3.7 Struktur Organisasi Pengelola IPLT Tarif layanan untuk penyedotan lumpur tinja disesuaikan dengan Perda No. 4 Tahun 2000 tentang retribusi penyedotan kakus yaitu untuk volume limbah 0 4 m 3 biaya yang dikenakan Rp ,- dan untuk volume limbah 4 8 m 3 dikenakan biaya Rp ,-. Pemungutan Retribusi Tinja Tahun 2008 (dari Bulan Januari s/d Desember) sebesar Rp (yang disetor Ke Kas Daerah). Sedangkan pada Tahun 2009 dari bulan Januari s/d Oktober 2009 adalah sebesar Rp ,-(Tujuh belas juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) atau 99,99 % dari target retribusi yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Tahun Untuk di tahun-tahun mendatang, retribusi kakus belum bisa meningkatkan karena adanya pihak swasta yang beroperasi antara lain Wahyu Indah dan Pelita. Dari anggaran yang ada pada tahun 2009, untuk biaya pemeliharaan operasionalnya sebesar Rp ,- dan retribusi dari Januari s/d. Oktober 2009 sebesar Rp ,- (Tiga belas juta empat ratus sembilan puluh ribu rupiah) Cakupan Pelayanan Sistem pengelolaan limbah yang terdapat di Kabupaten Buleleng yaitu sistem pengolahan air limbah setempat yaitu IPLT yang telah berfungsi dengan kapasitas pemakaian 100% dan lumpur tinja yang masuk IPLT setiap hari. Volume limbah per hari yaitu liter/hari sedangkan kapasitas lumpur yang diolah dalam 1 (satu) hari pada IPLT Bengkala yaitu 1,06 m 3 /hari. Di samping itu terdapat sistem pengolahan limbah skala kawasan yang disebut dengan Sanimas (Sanitasi berbasis masyarakat). Sanimas yang dibangun di Kabupaten Buleleng yaitu: BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 55

56 1. Sanimas di Tegal Mawar, Kelurahan Banjar Bali Sanimas di Lingkungan Tegal Mawar, Kelurahan Banjar Bali dibuat Tahun 2006, dengan Sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dan dilaksanakan oleh KSM Tegal Mawar Bersemi dengan total anggaran sebesar Rp ,- yang bersumber dari : Pemerintah Pusat sebesar Rp. 85, ,- (material) Pemerintah Kabupaten sebesar Rp ,- (tunai) BORDA sebesar Rp ,- (material) Masyarakat (Uang tunai/in Kind) sebesar Rp ,- Jumlah pengguna : 110 KK/441 Jiwa. Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC, Kamar Mandi, air dapur dan air cucian (black water dan grey water). 2. Sanimas di Lingkungan Taman Sari, Kelurahan Kampung Baru Sanimas di Lingkungan Taman Sari, Kelurahan Kampung Baru dibuat Tahun 2007/2008, dengan Sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dan dilaksanakan oleh KSM Taman Sari Berseri dengan total anggaran sebesar Rp ,- yang bersumber dari : Anggaran Induk APBD Tahun 2007: Pemerintah Pusat sebesar Rp. 100, ,- Pemerintah Kabupaten sebesar Rp ,- Masyarakat Rp ,- Anggaran Perubahan APBD Tahun 2008: PU Provinsi sebesar Rp ,- Pemerintah Kabupaten sebesar Rp ,- Jumlah pengguna : 101 KK/321 Jiwa. Jenis limbahnya yaitu limbah rumah tangga berasal dari WC, kamar mandi, air dapur, air cucian dan usaha tahu/tempe. Kendala penggunaannya sampai saat ini adalah: - Masih adanya bau di pembuangan, disebabkan oleh limbah pabrik tahu tempe yang berlebihan. - karena kurangnya kesadaran masyarakat pengguna dalam membuang limbah sehingga terjadi penyumbatan di beberapa bak kontrol dan telah dilaksanakan penyedotan dan sekarang sudah dijebol warga sehingga sanimas tersebut sekarang tidak berfungsi. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 56

57 3.2.4 Aspek Teknis dan Teknologi Pada umumnya sistem pembuangan air limbah di Kabupaten Buleleng adalah sistem setempat (On Site System) dan langsung dibuang ke badan sungai. Pemerintah Kabupaten Buleleng telah memiliki instalasi pengelolaan lanjutan untuk pengelolaan lumpur tinja dari tangki septik berupa IPLT Bengkala. Pemerintah Kabupaten Buleleng memiliki 2 unit truk tinja. Masyarakat yang menggunakan sarana sanitasi, biasanya air limbah dari kamar mandi dan dapur (grey water) langsung dibuang ke saluran drainase. Sedangkan bagi masyarakat yang tidak memiliki sarana sanitasi, membuang langsung air limbah yang berasal dari WC dan kamar mandi serta dapur ke lingkungan sekitar. Pengolahan air limbah di IPLT Bengkala memanfaatkan metabolisme mikroorganisme (bakteri, fungi, protozoa, algae) untuk menguraikan kandungan organik dalam limbah. Bentuk pengolahan di IPLT Bengkala dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Imhoff Thank Tinja yang diambil dari septic tank rumah tangga melalui jasa truk hisap tinja dibawa Truk yang memasukkan tinja ke Imhoff Tank ke lokasi IPLT. Imhoff tank digunakan untuk memisahkan endapan Lumpur tinja yang masuk dengan limbah cair dengan (supernatant), waktu pengendapan 2 (dua) jam. Dalam unit pengolahan ini terjadi proses fisik maupun penurunan BOD dan bakteri Faecal Coliform. Imhoff tank didesain untuk mengolah Lumpur tinja untuk debit 27,4 m 3 /hari. BOD yang masuk sebesar mg/l, dan hasil pengolahan pada unit ini akan menghasilkan BOD sebesar mg/l yang selanjutnya akan diolah pada kolam stabilitasi. Dimensi Basah Imhoff Tank adalah : Panjang Lebar Kedalaman = 5,2 m = 5,2 m = 4,5 m Bangunan Imhoff Tank Screen pada imhoff tank tidak difungsikan, sehingga sampah-sampah ikut masuk ke dalam imhoff tank saat penuangan Lumpur tinja dari truk tinja ke tangki imhoff. Selain BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 57

58 itu, uji kualitas BOD baik pada inlet dan outlet tidak pernah dilakukan. Sehingga kemungkinan penurunan efisiensi pengolahan pada unit ini dapat terjadi. 2. Stabilitazion Ponds ( Kolam Stabilitasi ) Kolam stabilitasi digunakan untuk mengolah limbah cair ( supernatant) yang sudah dipisahkan oleh unit imhoff tank. Kolam stabilitasi terdiri dari seri kolam anaerobik, fakultatif dan maturasi, atau beberapa dibuat secara pararel. Kolam stabilitasi ini di desain untuk mengolah supernatant dengan debit 27,4 m 3 /hari. Kolam Anaerobik Kolam anaerobik digunakan untuk mengolah air limbah dengan beban organik tinggi. Pada kolam anaerobik, penurunan BOD didapat dengan pengendapan padatan, dan berikutnya pengolahan anaerobic akan menghasilkan Lumpur. Kolam anaerobik ini didesain untuk mengolah BOD yang masuk sebesar mg/l, dan hasil pengolahan pada unit ini akan menghasilkan BOD sebesar mg/l, yang selanjutnya akan diolah pada kolam fakultatif. Dimensi Kolam Anaerobik adalah : Jumlah = 2 kolam Panjang = 9,7 m Lebar = 8,3 m Kedalaman = 3,5 m Kolam anaerobik sebagai pengolah supernatant pertama dalam seri kolam stabilitasi tidak dipelihara dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kolam anaerobik yang dipenuhi Lumpur. Kemungkinan lain yang terjadi adalah truk tinja yang masuk sebagian membuang limbah segarnya langsung ke kolam anaerobik tanpa melalui imhoff tank. Hal ini dapat dilihat rusaknya bangunan tepi arti kolam anaerobik. Selain itu uji kualitas BOD baik pada inlet dan outlet tidak pernah dilakukan. Sehingga kemungkinan penurunan efektifitas pengolahan pada unit ini dapat terjadi. Kolam Fakultatif Kolam fakultatif digunakan untuk mengolah air limbah dengan beban organic kg BOD/ ha. Hari, dengan membiarkan perkembangan populasi alga. Alga akan berfotosintesis dengan menggunakan oksigen sehingga penurunan BOD BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 58

59 akan terjadi. Kolam fakultatif ini didesain untuk mengolah BOD yang masuk sebesar mg/l, dan hasil pengolahan pada unit akan menghasilkan BOD sebesar 800 mg/l yang selanjutnya akan diolah pada kolam maturasi. Dimensi Kolam Fakultatif adalah : Jumlah : 2 kolam Panjang : 16,2 m Lebar : 8 m Kedalaman : 2-2,5 m Kolam fakultatif masih berada pada kondisi baik. Namun uji kwalitas BOD baik pada inlet dan outlet tidak pernah dilakukan. Sehingga kemungkinan penurunan efesiensi pengolahan pada unit ini dapat terjadi. Kolam Maturasi Kolam Maturasi digunakan untuk mengolah air limbah yang diterima dari kolam fakultatif. Kolam maturasi ini digunakan untuk menurunkan bakteri pathogen. Walaupun kolam maturasi hanya berpengaruh kecil dalam penurunan BOD, kontribusinya dalam menurunkan nutrient juga signifikan. Kolam maturasi ini didesain untuk mengolah BOD yang masuk sebesar 800 mg/l, dan hasil pengolahan pada unit ini akan menghasilkan BOD sebesar 12 mg/l yang selanjutnya akan dibuang ke badan air penerima. Dimensi Kolam Maturasi adalah : Jumlah : 1 kolam Panjang : 6,2 m Lebar : 6 m Kedalaman : 1 m Secara fisik, bangunan kolam maturasi masih berada pada kondisi baik namun ada kemungkinan terjadi penyumbatan pada pipa outlet, hal ini dapat dilihat tidak adanya aliran air pada outlet kolam maturasi. Selain itu berdasarkan pengamatan fisik, yaitu kondisi permukaan yang ditumbuhi alga, fungsi dari kolam maturasi ini tidak berjalan dengan baik. Uji kwalitas BOD baik pada inlet dan outlet tidak pernah dilakukan sehingga kemungkinan penurunan efesiensi pengolahan pada unit ini dapat terjadi. Selain itu, sungai Sebagai buangan akhir dari kolam maturasi yang merupakan unit pengolahan terakhir dari supernatant ini, berada dalam kondisi kering (tidak ada aliran air sama sekali). BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 59

60 3. Sludge Driying Bed ( Bak Pengering Lumpur ) Lumpur tinja akan mengalami proses pengeringan alami di lokasi sludge Drying Bed selama 30 hari. Hasil produk padat di buang ke TPA Bengkala atau dapat digunakan sebagai pupuk. Dimensi Sludge Drying Bed adalah : Jumlah : 10 Bak yang digunakan secara pararel Panjang : 4,9 m Lebar : 2,7 m Kedalaman : 1,5 m Kondisi bangunan sludge drying bed ini masih bagus. Hal ini dapat dilihat dari proses penggelontoran manual yang dilakukan terhadap unit ini. Sehingga diperkirakan, ketidak berfungsian dari unit ini berasal dari tidak kuatnya tekanan air yang digunakan untuk penggelontoran. Bila penggelontoran tidak berlangsung dengan baik, maka Lumpur yang masuk dalam pipa pengolahan akan mengering dan menyumbat pipa. Langkah-langkah Operasi IPLT dapat dilihat pada Gambar berikut: GATE 7 1 Truk Tinja Sumur/ 1 Mat uras Bak Screen / bak Keterangan : Alir limbah cair Alir lumpur tinja Alir per-baikan Gambar 3.8 Cara Pengoperasian IPLT Kabupaten Buleleng BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 60

61 1. Melalui pipa dari Truk Tinja, limbah dibuang ke dalam bak penyaring. 2. Lakukan pengeceran dengan air dan jika terjadi penyumbatan pada pipa dilakukan pembersihan. 3. Untuk mengeluarkan lumpur dalam Imhof Tank, buka gate salve dibawah pipa galvanis (lakukan tiap 2 minggu sekali) pada bak pengering lumpur buka pintu 1, sedangkan pintu lainnya harus ditutup dan lakukan bergantian untuk bak lainnya. 4. Sisa cairan dari bak pengering lumpur akan keluar manuju fakultatif Jika limbah cair sudah penuh dalam Imhof Tank, secara grafitasi akan keluar menuju anaerobic 1 melalui plat V note. Lakukan pembersihan pada plat V note jika terjadi penyumbatan. 6. Bila anaerobic 1 penuh, melalui pipa penghubung cairan akan menuju anaerobic Dari anaerobik 2 cairan akan menuju fakultatif Setelah penuh cairan fakultatif 1 akan menuju fakultatif Dari fakultatif 2 cairan akan dimatangkan pada maturasi. 10. Hasil buangan dari maturasi agar diberikan terlebih dahulu ke laboratorium terdekat untuk mengetahui parameter yang ada dalam air yang akan dibuang ke badan sungai 11. Jika BOD < 30 MG/LT dan bakteri E COLL EFFLUENT NE = 0, maka air dari maturasi bisa dibuang ke badan sungai. Dari Survey EHRA menemukan bahwa fasilitas Buang Air Besar (BAB) di Kabupaten Buleleng yang paling umum dilaporkan oleh rumah tangga adalah jamban siram/leher angsa yang disalurkan ke septik tank. Proporsinya adalah sekitar 80,6% (tempat terakhir kali BAB). Sementara, proporsi rumah tangga yang membuang tinja langsung ke ruang terbuka mencakup sekitar 13,7%, yang terdiri dari 1) Jamban siram disalurkan ke sungai/kali/parit (4,9%), Jamban nonsiram yang disalurkan ke sungai/kali/ parit (2,3%), 3) gantung di atas sungai/ kolam (0,1%) dan 4) tidak ada fasilitas: di sungai/kali/parit/got atau lapangan/semak (6,4%). Sekitar 80,6% yang melaporkan menggunakan jamban siram ke septik tank, lebih dari separuhnya (54,5%) melaporkan septik tanknya dibangun lebih dari 5 tahun lalu. Dari sejumlah itu, mayoritas atas sekitar 72,2% melaporkan bahwa septik tanknya belum pernah dikosongkan sama sekali sehingga mengindikasikan bahwa yang digunakan mereka bukan septik tank melainkan cubluk atau tangki yang tidak kedap udara alias merembes ke luar tangki. Dari sekitar 115 rumah tangga yang melaporkan pernah mengosongkan septik tank, sekitar 30,4 % melaporkan mengosongkannya lebih dari 5 tahun lalu. Kasus yang masuk dalam 30,4% ini pun dapat diindikasikan sebagai suspek cubluk. Sebaliknya, rumah tangga yang masuk BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 61

62 kategori pernah mengosongkan 2 tahun lalu atau antara 2 5 tahun lalu dikategorikan sebagai kasus suspek aman (64,4%). Melaporkan menggunakan tangki septic (80,6%) N = 836 Dibangun kurang dari 2 thn lalu atau antara 2 5 tahun lalu (4,6%) Dibangun lebih dari 5 tahun lalu (54,4%) N = 761 Tidak bisa dispesifikasikan Tidak pernah dikosongkan (72,2%) Pernah dikosongkan (27,8%) N = 414 Suspek Cubluk Dikosongkan 2 tahun lalu (29,6%) Dikosongkan 2 5 tahun lalu (34,8%) Dikosongkan 5 tahun lalu (30,4%) N = 115 Suspek tangki septic Suspek tangki septic Suspek Cubluk Gambar 3. 9 Flow Chart Identifikasi Tangki Septik Kabupaten Buleleng Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah Cair Aspek peran serta masyarakat menguraikan tentang peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat saat ini. Dijelaskan pula kemauan dan kemampuan masyarakat membayar retribusi air limbah serta sikap dan penerimaan masyarakat dalam mematuhi aturan yang ditetapkan pemerintah dalam pengelolaan air limbah. Di samping itu, kegiatan-kegiatan apakah yang telah dilakukan guna meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah dalam bentuk kegiatan-kegiatan penyuluhan/edukasi, promosi, diseminasi oleh institusi pengelola air limbah. Kondisi kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah masih kurang. Hal ini mengingat masih terdapat penduduk sekitar yang buang air besar (BAB) di sembarang tempat terbuka dengan jumlah sekitar 13,7% dari jumlah penduduk. Masalah ini dapat timbul salah satunya karena belum optimalnya dukungan dan stimulus masyarakat dan atau swasta. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 62

63 Sedangkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan limbah cair dapat dilihat dari kontribusinya dalam program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat), khususnya untuk dana swadaya dalam proses pembangunannya. Sanimas di Kabupaten Buleleng terdapat pada 2 (dua) Kelurahan. Pada Kelurahan Banjar Bali untuk kegiatan Sanimas Tahun 2006 dengan total dana sebesar Rp ,-, partisipasi masyarakat khususnya untuk dana swadaya sebesar 2,08%. Sedangkan pada Sanimas Tahun 2007/2008 di Kelurahan Kampung Baru dengan dana sebesar Rp ,-, partisipasi masyarakat dalam pemberian dana swadaya sebesar 2,52%. Masing-masing sanimas ini dikelola oleh masyarakat sendiri melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dimana sanimas di Kelurahan Banjar Bali dikelola oleh KSM Tegal Mawar Bersemi dan sanimas di Kelurahan Kampung Baru oleh KSM Taman Sari Berseri. Upaya PEMDA yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat dan swasta antara lain dengan upaya kampanye sanitasi dan lingkungan sehat untuk mengurangi BAB di sembarang tempat dan pembentukan Perda yang mendorong peran serta masyarakat. Pada saat ini terdapat partisipasi masyarakat permukiman sebanyak 2 (dua) lokasi permukiman percontohan dan partisipasi pengelolaan oleh swasta sebanyak 1 perusahaan swasta yang terlibat. Saat ini telah terdapat sistem air limbah dengan kontribusi masyarakat pada pengolahan air limbah sistem komunal Permasalahan Tabel 3.20 Rumusan masalah Berdasarkan kepemilikan JAGA dan SPA Jenis Tahun 2007 Tahun 2012 Dampak Kepemilikan Jamban Keluarga (JAGA) : a. Jaga memenuhi syarat b. Jaga tidak memenuhi syarat Penduduk yang tidak memilki jaga SPAL : a. Memenuhi syarat SPAL KK Jiwa KK jiwa positif Negatif/mencemari lingkungan jiwa jiwa Negatif mencemari lingkungan KK KK Positif/ memerlukan jasa kuras tinja b. Tidak memenuhi syarat KK SPAL ( jiwa) Sumber : RPIJM Sektor Air Limbah Kab. Buleleng KK ( jiwa) Negatif mencemari lingkungan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 63

64 Tabel 3.21 Rumusan Masalah Berdasarkan Aspek Non Teknis Aspek Masalah Aspek Hukum Tidak dimilikinya kebijakan pengaturan pengelolaan di daerah yang mampu memberikan motivasi kesadaran peran serta masyarakat untuk ikut secara utuh dalam pengelolaan secara terpusat baik menyangkut pembiayaan dan teknis operasional yang berwawasan lingkungan. Perda yang dimiliki masih minim yang mengatur masalah pengelolaan air limbah dan sebagian besar tahun dasarnya lama (belum direvisi) sehingga tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Aspek Kelembangaan Bentuk kelembagaan yang cocok dengan besarnya kewenangan sumberdaya manusia sebagai salah satu unsur pengelola kurang memadai dari jumlah maupun kualifikasinya. Dinas pengelola tidak secara khusus menangani air limbah, fungsi operator dan regulator dijalankan secara sekaligus. Aspek Pembiayaan Tidak seimbangnya besarnya biaya operasional pemeliharahan (OM). Pengelolaan dan besarnya penerimaan retribusi sebagai konsekuensi logis pelayanan pengelolaan. Pembiayaan masih mengandalkan APBD. Aspek Peran Serta Kesadaran masyarakat untuk ikut serta secara utuh dalam masyarakat pengelolaan perlu ditingkatkan. Masih terdapat penduduk sekitar yang buang air besar tidak pada tempatnya. Kurangnya penghargaan dari pemda atas partisipasi masyarakat dan atau swasta. Aspek Management Keterlambatan prasarana dan sarana pengurasan dan Operasional pengumpulan (truk tinja), IPLT serta IPAL sebelum di buang ke badan air. Pemeliharaan IPLT belum optimal. Belum mempunyai IPAL (off-site system). Jumlah penduduk dan kebutuhan PS sanitasi terus meningkat. Aspek Pencemaran Beberapa badan air tercemar amoniak, timbal, arsen, tembaga, TSS, nitrat, BOD, COD dan minyak lemak. Sumber : RPIJM Sektor Air Limbah Kab. Buleleng 3.3 PENGELOLAAN PERSAMPAHAN (LIMBAH PADAT) Landasan Hukum/Legal Operasional a. Kebijakan Pusat: Peraturan Perundangan yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan adalah: - Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman - Undang-Undang No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah - Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup - PERMEN PU No. 21 PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan. - Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 64

65 Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah; b. Kebijakan Daerah: Peraturan Perundangan Daerah yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan adalah: - Perda No. 2 Tahun 1993 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum Daerah Kabupaten Daerah II Buleleng. - Perda No 8 Tahun 2000 tentang Retribusi Kebersihan. - Perda No. 13 Tahun 2004 tentang pembentukan DLHKP Kabupaten Buleleng - Perda No 4 Tahun 2008 tentang pembentukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng - SK Bupati KDH Tingkat II Buleleng No. 561 Tahun 1993 tentang pelaksanaan Perda No 2 Tahun Aspek Institusional Kelembagaan pelayanan persampahan dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng. Adapun bidang yang menangani adalah Bidang Kebersihan dan Bidang Peralatan dan Angkutan. Terkait dengan upaya optimalisasi pengelolaan sampah, Pemerintah Kabupaten Buleleng telah menetapkan kebijakan berperan bersama dan setara antara Pemerintah dan Masyarakat. Pemerintah mengambil peran pada aktivitas kegiatan pengangkutan dan pemusnahan sedangkan porsi pengumpulan sampah lebih ditekankan pada upaya partisipasi masyarakat. Pengumpulan yang dimaksud yaitu suatu kegiatan pengangkutan sampah dari sumber ke tempat pembuangan sampah sementara baik di tingkat rumah tangga maupun sampai di tingkat transfer depo. Sesuai dengan Ketentuan Perda No. 2 Tahun 1993 pada Bab II Bagian Pertama, Kedua dan Ketiga sangat jelas memaparkan tugas dan pokok fungsi Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam kegiatan-kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan sampah. Seperti bunyi pada pasal-pasal Bab III berikut: Bagian Pertama: Pengumpulan Sampah Pasal 11 : Pemerintah Daerah menetapkan dan menyediakan tempat pengumpulan sampah sebagai tempat pembuangan sampah sementara. Pasal 12 : Waktu pengumpulan dan pembuangan sampah yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud pasal 11 peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 65

66 Bagian kedua : Pengangkutan Pasal 13 : Sampah-sampah yang dikumpulkan pada tempat pembuangan sampah sementara diangkut dengan truk-truk pengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir. Pasal 14 : Waktu pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pasal 13 diatur dan ditetapkan oleh Bupati. Bagian ketiga : Pemusnahan sampah Pasal 15 : Pemusnahan sampah dilakukan oleh Pemerintah Daerah pada tempat tempat yang ditetapkan. Pasal 16 : Pemusnahan sampah dapat juga dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan cara menimbun atau membakarnya di tempat lubang-lubang sampah sebagaimana tersebut dalam pasal 6 Peraturan Daerah ini. Melalui Perda ini, pemerintah juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pihak swasta untuk ikut serta dalam upaya menjaga kebersihan di Kabupaten Buleleng melalui kegiatan dan pengembangan usaha-usaha pengelolaan sampah. Hal ini secara jelas diuraikan pada bunyi pasal-pasal Bab IV berikut : Pasal 17 : Selain Pemerintah Daerah, pengelolaan sampah dapat juga dilakukan oleh Badan Swasta lainnya dengan terlebih dahulu mengajukan ijin kepada Bupati Kepala Daerah. Pasal 18 : Dalam permohonan ijin dimaksud Pasal 17, si pemohon harus melampirkan keterangan yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan sampah. Pasal 19 : (1). Ijin berisikan hak dan kewenangan pemegang ijin dalam melaksanakan pengelolaan sampah. (2) Ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah. Di wilayah Kabupaten Buleleng, pihak swasta yang terlibat dalam pengelolaan sampah yaitu para pengepul sampah yang tersebar di Pusat Kota Singaraja. Para pengepul sampah ini ada yang sudah memiliki ijin ada juga yang masih memproses ijinnya. Para pengepul ini melakukan usaha mengumpulkan (membeli) sampah dari pemulung dan kemudian memilahnya untuk dijual ke luar wilayah seperti ke Pulau Jawa. Beberapa pengepul yang terdapat di Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel berikut. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 66

67 Tabel 3.22 Data Pengepul dan Volume Sampahnya di Kabupaten Buleleng Sampah Yang dibeli dari Pemulung No. Nama Pengepul Volume Jenis (kg/hari) Jumlah Harga (Rp.) 1. UD. SALIM JAYA Plastik ,00 Jalan Dewi Sartika Utara Besi/Logam ,00 Kertas ,00 Jumlah ,00 2. UD. Sabar Plastik ,00 Jalan Pattimura Besi/Logam ,00 Kertas ,00 Jumlah ,00 3. UD. HSM Jaya Plastik ,00 Penarukan Besi/Logam ,00 Kertas ,00 Jumlah ,00 4. H. Suhaemi Plastik ,00 Besi/Logam ,00 Kertas ,00 Jumlah ,00 5. Anis Plastik ,00 Jl. Pattimura Besi/Logam ,00 Kertas ,00 Jumlah ,00 6. UD. Bersaudara Plastik ,00 Jl. Dewi Sartika Utara Besi/Logam ,00 Kertas ,00 Jumlah ,00 7. Abrori Plastik ,00 Jl. Merak Kayu Buntil Besi/Logam ,00 Kertas ,00 Jumlah ,00 8. Firdaus Plastik ,00 Jl. WR. Supratman Besi/Logam ,00 Kertas ,00 Jumlah ,00 Total ,00 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng, 2010 Kegiatan pengumpulan sampah lebih ditekankan pada upaya partisipasi masyarakat dan pada wilayah desa umumnya dikelola oleh masing-masing wilayah desa. Tarif layanan untuk pengumpulan sampah yang dilayani petugas pemungut sampah yang dikenakan ke masyarakat, berbeda-beda disesuaikan dengan wilayah masing-masing. Pada dasarnya tarif yang dikenakan berkisar antara Rp ,00 sampai dengan Rp ,00. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 67

68 KEPALA DINAS Kelompok Jabatan Fungsional Sekretariat Sub Bagian Umum Sub Bagian Perencanaan Sub Bagian Keuangan Bidang Kebersihan Bidang Pertamanan dan RTH Bidang Angkutan dan Peralatan Bidang Penyuluhan Seksi Pengelolaan Sampah Seksi Pengelolaan Sanitasi Seksi Pengolahan Limbah dan Sampah Seksi Pembangunan dan Penataan Taman RTH Seksi Pemeliharaan Taman RTH Seksi Pengawasan Taman dan RTH Seksi Angkutan Seksi Peralatan Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Angkutan Seksi Penyuluhan dan Informasi Seksi Sarana dan Prasarana Permukiman Seksi Pelaporan UPTD Gambar 3.10 Susunan Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng (yang menangani bidang persampahan) Cakupan Pelayanan Kabupaten Buleleng dengan luas wilayah 1.365,88 Km 2 memiliki jumlah penduduk jiwa, dengan asumsi setiap individu menghasilkan sampah 2,5 liter/orang perhari ditambah 20% dari fasilitas umum, maka produksi sampah di Kabupaten Buleleng diperkirakan berjumlah 1.950,72 m³/hari. Produksi sampah di Kabupaten Buleleng dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring peningkatan jumlah penduduk. Produksi sampah terbesar terdapat di Kecamatan Buleleng dan terkecil terdapat di Kecamatan Busungbiu. Sedangkan untuk tiap-tiap wilayah kecamatan, pada Tahun 2009 di Kecamatan Buleleng, jumlah produksi sampah terbesar terdapat di Kelurahan Banyuning (38,805 m 3 /hari) dan Kelurahan Penarukan (30,903 m 3 /hari). Kecamatan Banjar, produksi sampah terbesar terdapat di Desa Banjar (24,396 m 3 /hari) sebagai ibukota Kecamatan Banjar. Di Kecamatan Seririt, produksi sampah terbesar terdapat di Desa Lokapaksa (30,735 m 3 /hari) dan Kelurahan Seririt (20,793 m 3 /hari). Di Kecamatan Busungbiu, produksi sampah terbanyak terdapat di Desa Busungbiu (23,442 m 3 /hari). Di Kecamatan Sawan, produksi sampah terbesar BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 68

69 terdapat di Desa Bungkulan (31,707 m 3 /hari) dan Desa Sangsit (28,656 m 3 /hari). di Kecamatan Sukasada, produksi sampah terbesar terdapat di Desa Panji (25,305 m 3 /hari) dan Desa Selat (22,062 m 3 /hari). Di Kecamatan Gerokgak, produksi sampah terbesar terdapat di Desa Pejarakan (28,362 m 3 /hari) dan Desa Patas (27,297 m 3 /hari). Di Kecamatan Tejakula, produksi sampah terbesar terdapat di Desa Bondalem (37,587 m 3 /hari) dan Desa Tejakula (35,490 m 3 /hari). Di Desa Kubutambahan, produksi sampah terbesar terdapat di Desa Kubutambahan ( m 3 /hari) dan Desa Tajun ( m 3 /hari). Lebih jelasnya produksi sampah dari Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel No. Nama Kecamatan Tabel 3.23 Produksi Sampah di Kabupaten Buleleng Tahun Sampah Rumah Tangga Sampah Fasilitas Umum Total Produksi Sampah I. TAHUN Buleleng 287,165 57, , Banjar 169,353 33, , Seririt 176,760 35, , Busungbiu 108,225 21, , Sawan 154,238 30, , Sukasada 173,745 34, , Gerokgak 184,495 36, , Tejakula 151,313 30, , Kubutambahan 139,898 27, ,877 Jumlah 1.545, , ,228 II. TAHUN Buleleng 312,085 62, , Banjar 175,885 35, , Seririt 182,115 36, , Busungbiu 110,158 22, , Sawan 162,163 32, , Sukasada 175,250 35, , Gerokgak 191,953 38, , Tejakula 152,465 30, , Kubutambahan 145,535 29, ,642 Jumlah 1.607, , ,129 III. TAHUN Buleleng 289,615 59, , Banjar 169,125 33, , Seririt 185,228 37, , Busungbiu 112,535 22, , Sawan 165,793 33, , Sukasada 173,538 34, , Gerokgak 193,810 38, , Tejakula 191,290 32, , Kubutambahan 148,253 29, ,903 Jumlah 1.608, , ,822 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 69

70 IV. TAHUN Buleleng 300,570 60, , Banjar 169,408 33, , Seririt 189,923 37, , Busungbiu 112,443 22, , Sawan 166,303 33, , Sukasada 177,848 35, , Gerokgak 196,955 39, , Tejakula 163,105 32, , Kubutambahan 149,040 29, ,848 Jumlah 1.625, , ,711 Sumber: DKP Kabupaten Buleleng, 2010 Pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Buleleng saat ini sebagian besar masih terpusat di Kota Singaraja dan hanya beberapa Desa/Kelurahan di luar Kota Singaraja yang dapat dilayani oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng. Dari 148 Desa/ Kelurahan hanya 44 Desa/ kelurahan yang baru bisa mendapat pelayanan. Dari 9 Kecamatan di Kabupaten Buleleng masih ada 2 Kecamatan yang sama sekali belum mendapat pelayanan yaitu Kecamatan Tejakula dan Kecamatan Gerokgak. Dilihat dari kondisi itu pelayanan untuk daerah perkotaan sudah mencapai 80%, sementara untuk daerah perdesaan baru mencapai 26%. Berdasarkan hasil studi EHRA, terkait dengan penerimaan layanan pengangkutan sampah menunjukkan bahwa sekitar 40,7% dari total rumah tangga di Kabupaten Buleleng ditemui menerima layanan pengangkutan. Sementara, sekitar 59,3% melaporkan tidak menerima layanan pengangkutan. Yang belum menerima pelayanan persampahan pada umumnya adalah daerah di perdesaan. Komposisi sampah yang dihasilkan di Kabupaten Buleleng yaitu sebagian besar (87,25%) merupakan sampah organik dan sisanya 12,75% merupakan sampah anorganik. Sampah organik biasanya berasal dari limbah rumah tangga, pasar, restoran dan lainnya. Sampah dari bahan organik ini banyak mengandung serat dan senyawa komplek lainnya yang sangat berpotensi untuk diolah menjadi pupuk kompos. Komposisi sampah di Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 3.24 Komposisi Sampah di Kabupaten Buleleng No. Jenis Rata-Rata Kg % 1. Organik 251,67 87,25 2. Plastik 18,50 6,42 3. Kertas 8,00 2,77 4. Kaleng 0,67 0,23 5. Kain 7,00 2,43 6. Steroform/Busa 0,90 0,31 7. Besi 0,30 0,11 8. Botol 0,67 0,23 9. Karet 0,67 0, Balon/Neon 0,07 0,02 Jumlah 288, Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng, 2010 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 70

71 3.3.4 Aspek Teknis dan Teknologi Sistem pengolahan sampah di Kabupaten Buleleng kini mulai telah dilaksanakan dengan upaya 3R (Reuse, Reduce, Recycle) antara lain: Sistem Kawasan berupa pemilahan dan pengkomposan telah dilaksanakan di TPA Jagaraga, TPST Kubutambahan, Kelompok Tani Swadharma Desa Tukad Mungga. Untuk sistem rumah tangga berupa pemilahan dan pengkomposan dilaksanakan di masing-masing Kelurahan/Desa yang ada di Kota Singaraja dan diwakili salah satu RT sebagai pilot project. Gambar 3.10 Pola Pengelolaan Sampah Ket: R1 : Reduce R2 : Reuse R3 : Recycle Sejak Tahun 2007 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng telah melaksanakan kegiatan pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos, yaitu TPA Bengkala dan TPA Jagaraga (sekarang menjadi tempat pembuatan kompos). Target utama dari kegiatan ini adalah untuk mengurangi volume sampah organik yang masuk ke TPA Bengkala, sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk sedikit mengurangi volume sampah organik yang masuk di TPA Bengkala, sehingga umur layanan TPA bisa diperpanjang. BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 71

72 Tabel 3.25 Produksi Pupuk Kompos Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng No. Tahun Produksi Kompos (ton) Sumber: DKP Kabupaten Buleleng, 2010 Pemanfatan pupuk kompos yang diproduksi DKP sampai saat ini adalah untuk bantuan starter pembuatan pupuk kompos bagi sekolah-sekolah, RT dan masyarakat umum, bantuan untuk demonstrasi plot (Demplot) penggunaan pupuk kompos seperti di gabungan Kelompok Tani Mitra Praja Werdhi Murthi Desa Pancasari serta untuk pemupukan tanaman di taman-taman Kota Singaraja. Pemilahan Pencacahan Fermentasi Pengemasan Granulasi Pengayakan Gambar 3.11 Pembuatan Kompos Skala Kawasan Mengingat besarnya potensi sampah organik untuk dimanfaatkan menjadi pupuk kompos di Kabupaten Buleleng, maka DKP telah memprogramkan pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos melalui pembangunan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu). Pada Tahun 2009 telah dimulai pembangunan TPST di Desa Kubutambahan melalui Dana APBN (Satker PPLP PU Prov. Bali). Tahun 2010 melalui DAK, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) merencanakan pembangunan TPST sebanyak 2 (dua) lokasi. Sampai dengan Tahun 2010 jumlah TPS yang berada di Kabupaten BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 72

73 Buleleng sebanyak 4 lokasi yaitu Desa Kubutambahan, Tukad Mungga, Tejakula dan Desa Banyupoh. TPST dibangun dengan persyaratan sebagai berikut: - tingkat/cakupan pelayanan persampahan saat ini masih rendah - terdapat lahan kosong dengan luas minimal 3,25 are - ada sumber air yang cukup untuk proses pembuatan pupuk kompos - ada KSM/Kelompok Tani yang sanggup mengelola proses 3R secara berkesinambungan. Dalam kegiatan TPST, pemerintah membantu sarana dan prasarana pengolah sampah yang meliputi bangunan pengolahan sampah, mesin pencacah sampah, ayakan dan sepeda motor roda tiga. Biaya operasional pengolahan sampah dibantu selama 3 (tiga) bulan. Selanjutnya biaya operasionalnya diharapkan bisa mandiri melalui hasil penjualan pupuk kompos atau diusulkan dari Dana ADD (Alokasi Dana Desa). Kegiatan TPST melibatkan unsur pembina dari instansi antara lain Bappeda, DKP, Dinas Pertanian dan Peternakan, Bagian Keuangan Setda, dan Camat. Sedangkan unsur pelaksana dan penyalurnya adalah Lurah dan Kepala Desa serta Kelompok Tani/KSM yang bekerjasama dengan Koperasi untuk disalurkan kepada petani/masyarakat. Modul TPST TPST di Desa Kubutambahan Tabel 3.26 Kegiatan TPST Tahun 2010 di Kabupaten Buleleng No. Lokasi Nama KSM Biaya (Rp.) Sumber Dana 1. Desa Tejakula KSM Kula Tani Asih ,- DAK Desa Banyupoh KSM Guna Lestari ,- DAK 2010 Sumber: DKP Kab. Buleleng, 2010 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BULELENG III - 73

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG (POKJA SANITASI 2010) BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG (POKJA SANITASI 2010) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1 Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Tenggarong merupakan salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan luas wilayah 398,10

Lebih terperinci

Lampiran 7. Kesiapan Implementasi

Lampiran 7. Kesiapan Implementasi Lampiran 7. Kesiapan Implementasi RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN : BULELENG TAHUN : 2016 NO Rp. MURNI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 A SUBSEKTOR AIR LIMBAH PROGRAM/KEGIATAN KEC. LOKASI

Lebih terperinci

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Tujuan Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Secara umum kegiatan pengelolaan limbah cair di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan cukup

Lebih terperinci

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR IPLT Keputih Kota Surabaya DESEMBER 2010 1 A. Gambaran Umum Wilayah; Geografis Kota Surabaya terletak antara 112 36 112 54 BT dan 07 21 LS, dengan

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

JENIS DAN KOMPONEN SPALD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PRT/M/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK JENIS DAN KOMPONEN SPALD A. KLASIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dari hasil evaluasi yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pembuangan air limbah di lingkungan permukiman pesisir Kelurahan Tanjung Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III Profil Sanitasi Wilayah

BAB III Profil Sanitasi Wilayah BAB III Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Perkembangan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008-2012 Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008 2012 No Uraian Belanja

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain: BAB I PENDAHULUAN Program dan dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, juga merupakan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO NEIKLEN RIFEN KASONGKAHE 3311202811 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. JONI HERMANA, MscES., PhD Magister Teknik Sanitasi Lingkungan Institut Teknologi

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV Strategi keberlanjutan layanan sanitasi

BAB IV Strategi keberlanjutan layanan sanitasi BAB IV Strategi keberlanjutan layanan sanitasi 4.1 Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian 4.1.1 Sub Sektor Air Limbah a. Tujuan Tujuan pengelolaan air limbah adalah meningkatnya akses cakupan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada lokasi studi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengelolaan prasarana air limbah domestik

Lebih terperinci

JADWAL DAN TEMPAT TES CALON ANGGOTA PPK DAN CALON ANGGOTA PPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR BALI TAHUN 2018

JADWAL DAN TEMPAT TES CALON ANGGOTA PPK DAN CALON ANGGOTA PPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR BALI TAHUN 2018 JADWAL DAN TEMPAT TES CALON ANGGOTA PPK DAN CALON ANGGOTA PPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR BALI TAHUN 2018 NO HARI/TANGGAL KEC / WAKTU CALON PPK / PPS 1 SENIN, 23/10/2017 13.30-14.30 SELURUH CALON

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat memiliki beberapa permasalahan pembangunan. Antara lain permasalahan lingkungan serta sanitasi yang buruk. Permasalahan tersebut tidak terlepas dari persoalan kemiskinan yang mempunyai

Lebih terperinci

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT A. Sub Sektor Air Limbah Domestik Tabel Kerangka Kerja Logis (KKL) Sektor Air Limbah Domestik Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi (SWOT) Indikasi Program Indikasi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1. Rencana Kegiatan Air Limbah Sasaran dan strategi untuk mencapai visi sanitasi dan melaksanakan misi sanitasi, dirumuskan berdasarkan kondisi terkini dari

Lebih terperinci

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi BAB IV Strategi Pengembangan Sanitasi Program pengembangan sanitasi untuk jangka pendek dan menengah untuk sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase di Kabupaten Aceh Jaya merupakan rencana

Lebih terperinci

5.1 PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR & ASPEK UTAMA

5.1 PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR & ASPEK UTAMA Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan sanitasi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011 2015 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. ASPEK NON TEKNIS Perumusan Isu strategis berfungsi untuk mengontrol lingkungan baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten Lampiran-5 Sektor Air Limbah Program/Kegiatan DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Review Penyusunan Masterplan Air Limbah Review dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal perbaikan dari perencanaan air limbah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Profil IPAL Sewon Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal Januari 1994 Desember 1995 yang kemudian dioperasikan pada tahun 1996. IPAL Sewon

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 4.1 Air Limbah Domestik Penetapan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan air limbah domestik dilakukan berdasarkan misi pengembangan sanitasi yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota. A. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) A.1. KERANGKA KERJA LOGIS AIR LIMBAH Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan Belum adanya Master Plan dan peta Pengelolaan air limbah domestik Mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROPINSI DKI JAKRTA

BAB 2 STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROPINSI DKI JAKRTA BAB 2 STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROPINSI DKI JAKRTA 41 2.1 Azas, Tujuan Dan Sasaran Pengelolaan Air Limbah Domestik Untuk mengatasi masalah pencemaran air di wilayah DKI Jakarta sudah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN

BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian 4.1.1. Kondisi Fisik Lingkungan Dusun Sengkan merupakan salah satu lokasi pembangunan IPAL Komunal dari program SANIMAS

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

SOSIALISASI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) FISIK 2019 DALAM MENDUKUNG AKSES UNIVERSAL AIR MINUM SANITASI

SOSIALISASI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) FISIK 2019 DALAM MENDUKUNG AKSES UNIVERSAL AIR MINUM SANITASI SOSIALISASI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) FISIK 2019 DALAM MENDUKUNG AKSES UNIVERSAL AIR MINUM SANITASI Jakarta, 4 April 2018 Direktorat Perkotaan, Perumahan dan Permukiman Kementerian PPN/ Bappenas CAPAIAN

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kota A. Visi Visi sanitasi kota Mamuju dapat di rumuskan sebagai berikut : Mewujudkan Lingkungan yang bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

4.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERKAIT SANITASI

4.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERKAIT SANITASI 4 4.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERKAIT SANITASI Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 VISI DAN MISI SANITASI Visi merupakan suatu pemikiran atau pandangan kedepan, tentang apa, kemana dan bagaimana mencapai keadaan yang lebih baik di masa depan.

Lebih terperinci

PENGKAJIAN TEMPAT PENGUNGSIAN AKIBAT PENINGKATAN AKTIVITAS GUNUNG AGUNG

PENGKAJIAN TEMPAT PENGUNGSIAN AKIBAT PENINGKATAN AKTIVITAS GUNUNG AGUNG LATAR BELAKANG Setelah lebih dari 50 tahun berada dalam kondisi yang relatif stabil, pada September 2017 Gunung Agung menunjukkan peningkatan aktivitas seismik maupun vulkanik. Hal ini berujung pada penetapan

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air limbah yang berasal dari daerah permukiman perkotaan merupakan bahan pencemar bagi mahluk hidup sehingga dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Untuk menjamin

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KISARAN SUMATERA UTARA KOTA KISARAN ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari Kecamatan Kisaran dan merupakan bagian dari kabupaten Asahan

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif

Lebih terperinci

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah praktek BABS dari 30,5 % menjadi

Lebih terperinci

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016 Lampiran- Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 06 I. Air Limbah a. Identifikasi isu isu strategis NO ELEMEN INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) Sudah ada dinas yang menangani

Lebih terperinci

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1 Bab i pendahuluan Masalah pencemaran lingkungan oleh air limbah saat ini sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan seperti halnya di DKI Jakarta. Beban polutan organik yang dibuang ke badan sungai atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Semakin besar pertumbuhan penduduk dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016

1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016 1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016 1. Jumlah masyarakat yang BABS di Barat adalah 28.257 KK atau 15.58%. 2. Jumlah masyarakat yang menggunakan cubluk/tangki

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Pembangunan sanitasi sekarang ini masih berjalan lambat karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Sanitasi merupakan kebutuhan yang mempunyai

Lebih terperinci

Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Tujuan pengembangan air limbah : Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci