BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Instrumentasi Pengukuran Dalam hal ini, instrumentasi merupakan alat bantu yang digunakan dalam pengukuran dan kontrol pada proses industri. Sedangkan pengukuran merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengetahui variabel proses. Alat bantu untuk mengetahui variabel proses disebut instrumen ukur. Berdasarkan fungsinya sebagai pengubah sinyal dari variabel proses, alat ukur dapat digambarkan menurut blok komponen. Blok komponen ini dapat membantu dalam mempelajari fungsi setiap alat ukur yang ingin kita rancang.blok komponen instrumentasi ini dapat dilihat pada gambar 2.1. Besaran yang diukur Sensor Pengkondisian sinyal Display Nilai yang terukur Gambar2.1 blok komponen Sistem pengukuran pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu: Sensor, elemen ini merespon nilai yang terukur dengan mengeluarkan sinyal output yang tergantung dari nilai yang terukur pada inputnya. Pengkondisian sinyal (signal conditioner), elemen ini mengambil sinyal output sensor dan mengkonversi sinyal tersebut ke dalam kondisi yang sesuai untuk elemen selanjutnya. Tampilan(display), elemen ini menampilkan data atau hasil dari pengukuran yang berasal dari sinyal yang telah diolah oleh elemen sebelumnya Kesalahan dalam Pengukuran Tidak ada komponen atau alat ukur yang sempurna, biasanya terdapat kesalahan atau ketidaktelitian dari komponen atau alat ukur tersebut. Beberapa kesalahan dalam pengukuran muncul dan seringkali terbagi dalam beberapa kategori, yaitu:

2 1. Kesalahan umum (General/ Gross / Human error) Kesalahan akibat faktor manusia, misalnya: Kesalahan pembacaan Penyetelan yang tidak tepat Pemakaian alat yang tidak sesuai Kesalahan penafsiran Kesalahan tersebut dapat dihindari dengan: Pemilihan alat yang tepat Perawatan dengan baik Kalibrasi Faktor koreksi 2. Kesalahan sistematis (Sistematic Error) Kesalahan sistematis terdiri dari : Instrumental error, yaitu akibat konstruksi alat ukur, kalibrasi, metoda pengukuran, efek pembebanan, dll. Environmental error, yaitu kesalahan akibat lingkungan sekitar, seperti suhu, medan magnet, tekanan dan lain-lain. Observation error, yaitu kesalahan dalam pengamatan seperti dalam memperkirakan skala. 3. Kesalahan Acak (Random Error) Kesalahan acak adalah kesalahan yang penyebabnya tidak dapat langsung diketahui (perubahan terjadi secara acak), biasanya akan terjadi dalam pengukuran secara periodik.

3 Untuk memperkecil kesalahan acak, maka harus dilakukan pengukuran lebih dari satu kali, dan semakin banyak dilakukan pengukuran maka semakin kecil kesalahan yang ditimbulkan. Dalam pengukuran, digunakan sejumlah istilah yang akan didefinisikan sebagai berikut: Ketelitian (accuracy), yaitu harga terdekat suatu pembacaan instrumen yang mendekati harga sebenarnya dari variabel yang diukur. Ketepatan (precision), yaitu suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang serupa. Dengan memberikan suatu harga tertentu bagi suatu variabel, ketepatan merupakan suatu ukuran tingkatan yang menunjukkan perbedaan hasil pengukuran pada pengukuran-pengukuran yang dilakukan secara berurutan. Sensitivitas (sensitivity), yaitu perbandingan antara sinyal keluaran atau respon instrumen terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur. Resolusi (resolution), yaitu perubahan terkecil dalam nilai yang diukur yang mana instrumen akan memberi respon (tanggapan). Kesalahan (error), yaitu kesalahan maksimum yang diperkenankan, dinyatakan dalam persen (%) terhadap simpangan skala penuh. Alat ukur presisi, yaitu alat ukur yang mempunyai kelas ketelitian 0.1; 0.2; 5. Alat ukur praktis, adalah alat ukur yang mempunyai kelas ketelitian 1.5; 2.5; 5. Paralaks adalah kesalahan akibat sudut pembacaan. Untuk lebih jelasnya pembacaan instrument ukur, dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

4 Gambar 2.2 Pembacaan Instrumen Ukur 2.2 Sensor/Tranducer Sensor adalah elemen yang menghasilkan suatu sinyal yang tergantung pada kuantitas yang diukur.sedangkan tranduser adalah suatu piranti yang mengubah suatu sinyal ke bentuk sinyal lainnya. Sensor terbagi beberapa jenis, diantaranya : Resistive, capasitive dan inductive sensor. Sensor suhu Sensor tekanan, dsb. Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor berikut ini : (D Sharon, dkk, 1982) 1. Linearitas Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu. Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa sebuah grafik

5 2. Sensitivitas Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan. Beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan satu volt per derajat, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan dua volt per derajat, yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor yang pertama.linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan. 3. Tanggapan Waktu Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri.masukannya adalah temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri. Beberapa contoh dari sensor suhu yaitu RTD (Resistance Temparature Detector), Termistor, Termokopel dan IC sensor.pada tabel 2.1 diperlihatkan perbandingan keempat sensor tersebut. Kelebihan Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Sensor Suhu Termokopel RTD Termistor IC sensor Sederhana Lebih stabil Keluaran tinggi Lebih linier Murah Lebih akurat Respon cepat Keluaran yang Ukuran yang Lebih linier dibanding Pengukuran dua lebih besar bervariasi termocouple penghubung Murah Jangka suhu resistansi yang bervariasi Tidak membutuhkan perawatan

6 Tabel 2.1 Lanjutan Kekurangan Termokopel RTD Termistor IC sensor Tidak linier Mahal Tidak linier Suhu < C Tegangan Membutuhkan Jangka suhu Membutuhkan rendah sumber arus terbatas catu daya Membutuhkan Perubahan Mudah rusak Lambat suhu referensi resistansi kecil Membutuhkan Pemanasan Kesensitifan Pemanasan sendiri sumber arus sendiri rendah Resistansi rendah Pemanasan Bentuk fisik sendiri terbatas Termokopel Termokopel merupakan sensor temperatur yang terbuat dari dua buah logam yang berbeda. Prinsip kerja dari termokopel yaitu jika dua buah dari logam yang berbeda dihubungkan dari satu junction (titik hubung), maka pada ujung-ujung dari masing-masing logam akan dihasilkan tegangan (berorde milivolt). Pada banyak aplikasi, salah satu sambungan (sambungan yang dingin) dijaga sebagai temperatur referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek pengukuran.sensor suhu yang lain akan mengukur suhu pada titik ini, sehingga suhu pada ujung benda yang diperiksa dapat dihitung. Termokopel dapat dihubungkan secara seri satu sama lain untuk membuat termopile, dimana tiap sambungan yang panas diarahkan ke suhu yang lebih tinggi dan semua sambungan dingin ke suhu yang lebih rendah. Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik, yang memungkinkan untuk digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Dengan adanya suhu tetapan pada sambungan dingin, yang berguna untuk pengukuran di laboratorium, secara sederhana termokopel tidak mudah dipakai untuk kebanyakan indikasi sambungan langsung dan instrumen kontrol. Mereka menambahkan sambungan dingin tiruan ke sirkuit mereka yaitu peralatan lain yang sensitif terhadap suhu (seperti

7 termistor atau diode) untuk mengukur suhu sambungan input pada peralatan, dengan tujuan khusus untuk mengurangi gradiasi suhu di antara ujung-ujungnya. Pembuatan termokopel didasarkan atas sifat thermal bahan logam. Jika sebuah batang logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka pada ujung tersebut elektron-elektron dalam logam akan bergerak semakin aktif dan akan menempati ruang yang semakin luas, elektron-elektron saling desak dan bergerak ke arah ujung batang yang tidak dipanaskan. Dengan demikian pada ujung batang yang dipanaskan akan terjadi muatan positif. Ujung panas e + - Arus elektron akan mengalir dari ujung panas ke ujung Ujung dingin Gambar 2.3. Arah gerak elektron jika logam dipanaskan Kerapatan elektron untuk setiap bahan logam berbeda tergantung dari jenis logam. Jika dua batang logam disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian dipanaskan, maka elektron dari batang logam yang memiliki kepadatan tinggi akan bergerak ke batang yang kepadatan elektronnya rendah, dengan demikian terjadilah perbedaan tegangan diantara ujung kedua batang logam yang tidak disatukan atau dipanaskan. Besarnya termolistrik atau gem ( gaya electromagnet ) yang dihasilkan menurut T.J Seeback (1821) yang menemukan hubungan perbedaan panas (T 1 dan T 2 ) dengan gaya gerak listrik yang dihasilkan E, Peltir (1834), menemukan gejala panas yang mengalir dan panas yang diserap pada titik hot-juction dan cold-junction, dan Sir William Thomson, menemukan arah arus mengalir dari titik panas ke titik dingin dan sebaliknya, sehingga ketiganya menghasilkan rumus sebagaimana dinyatakan dalam persamaan (2.1) E = C 1 (T 1 -T 2 ) + C 2 (T 2 1 T 2 2 ) Efek Peltier Efek Thomson atau

8 E = 37,5(T 1 _T 2 ) 0,045(T 1 2 -T 2 2 )...(2.1) di mana 37,5 dan 0,045 merupakan dua konstanta C 1 dan C 2 untuk termokopel tembaga/konstanta. Ujung panas Vs + V R - Beda potensial yang terjadi pada kedua ujung logam yang berbeda panas jenisnya Ujung dingin Gambar 2.4. Beda potensial pada Termokopel Bila ujung logam yang tidak dipanaskan dihubung singkat, perambatan panas dari ujung panas ke ujung dingin akan semakin cepat. Sebaliknya bila suatu termokopel diberi tegangan listrik DC, maka diujung sambungan terjadi panas atau menjadi dingin tergantung polaritas bahan (deret Volta) dan polaritas tegangan sumber. Dari prinsip ini memungkinkan membuat termokopel menjadi pendingin. Termokopel sebagai sensor temperatur memanfaatkan bedaworkfunction dua bahan metal seperti terlihat pada gambar 2.5 (a). Sedangkan pada gambar 2.5 (b) menunjukkan penerapan termokopel di mana sebuah termokopel (satu junction) digunakan untuk mengukur suhu sedangkan yang lainnya diletakkan pada suhu referensi (cool junction). Gambar 2.5. Hubungan Termokopel Tegangan keluaran EMF (elektro motive force) termokopel masih sangat rendah, hanya beberapa milivolt.termokopel bekerja berdasarkan perbedaan pengukuran. Oleh karena itu

9 jika untuk mengukur suhu yang tidak diketahui, terlebih dulu harus diketahui tegangan Vc pada suhu referensi (reference temperature). Konfigurasi standar tertentu dari termokopel menggunakan logam tertentutelah diadopsi dan memberikan penandaan, sebagai contoh ditunjukkan pada tabel 2.2 masingmasing tipe mempunyai perbedaan,seperti range, linieritas, keadaan lingkungan, sensitivitas dan sebagainya, yang dipilih tergantung dariaplikasi yang dibuat. Pada setiap tipe, variasi ukuran konduktor diterapkan untukkasus tertentu, misalnya pengukuran oven, lokasi pengukuran tinggi, dansebagainya. Tabel 2.2 Sifat dari beberapa tipe termokopel pada 25 0 C Tipe Material( + dan -) Temp.Kerja( 0 C) Sensitivitas(µV/ 0 C) E Ni-Cr dan Cu-Ni -270 ~ J Fe dan Cu-Ni -210 ~ K Ni-Cr dan Ni-Al -270 ~ T Cu dan Cu-Ni -270 ~ R Pt dan Pt(87%)-Rh(13%) -50 ~ S Pt dan Pt(90%)-Rh(10%) -50 ~ B Pt(70%)-h(30%)dan Pt(94%)-Rh(6%) -50 ~ Masing masing tipe memiliki karakteristik suhu terhadap tegangan seperti gambar 2.6 di bawah ini. Gambar 2.6 Karakteristik Termokopel

10 Termokopel yang akan digunakan pada rangkaian ini adalah termokopel tipe K, yang mempunyai bahan dasar chromel dan alumel. Tipe ini dipilih karena murah dan lebih peka Sensor suhu LM 335 Sensor suhu LM 335 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan.sensor Suhu LM 335 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh NationalSemiconductor. LM 335 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM 335 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan. Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM 335 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µa hal ini berarti LM 335 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC.Self-heating adalah efek pemanasan oleh komponen itu sendiri akibat adanya arus yang bekerja melewatinya.untuk komponen sensor suhu, parameter ini harus dipertimbangkan dan di-handle dengan baik karena hal ini dapat menyebabkan kesalahan pengukuran. Gambar 2.7 Sensor Suhu LM 335 Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM 335.Tiga pin LM 335 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM 335, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau V out dengan jangkauan kerja dari

11 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM 335 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mv setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagaimana ditunjukkan pada persamaan (2.2) V LM35 = Suhu * 10 mv...(2.2) Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mv. Pada penempatannya LM 335 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 ºC karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM 335 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM 335 berada pada suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya. Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mvolt/ºc, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius. 2.Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC. 3.Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC. 4.Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt. 5.Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µa. 6.Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam. 7.Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 ma. 8.Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC. Dari gambar 2.8 dapat dilihat bahwa grafik karakteristik IC LM 335.

12 Gambar 2.8 Grafik Karakteristik LM Penguat Operasional Penguat operasional (Op-amp) adalah penguat DC dengan perolehan tinggi yang mempunyai impedansi masukan tinggi dan impedansi keluaran rendah.istilah Operasional menunukkan bahwa penambahan komponen luar yang sesuai dapat dikonfigurasikan untuk melakukan berbagai operasi, seperti penambahan, pengurangan, perkalian, integrasi dan diferensial.pada umumnya, operasi-operasi ini digunakan untuk operasi linier dan non-linier Inverting Amplifier Inverting amplifier ini, input dengan outputnya berlawanan polaritas. Jadi ada tanda minus pada rumus penguatannya. Penguatan inverting amplifier adalah bisa lebih kecil nilai besaran dari 1, misalnya -0.2, -0.5, -0.7, dst dan selalu negatif. Penguatan juga bisa lebih besar dari 1. Gambar 2.9 menunjukkan rangkaian amplifier.

13 Gambar 2.9 Rangkaian Inverting Amplifier Tegangan keluaran Vo ditunjukkan pada persamaan (2.3)...(2.3) Non-Inverting Amplifier Rangkaian non-inverting amplifier ini hampir sama dengan rangkaian inverting amplifier hanya perbedaannya adalah terletak pada tegangan inputnya dari masukan non-inverting. Gambar 2.10 memperlihatkan rangkaian non inverting amplifier. Gambar 2.10 Rangkaian Non-inverting Amplifier Hasil tegangan output non-inverting ini akan lebih dari satu dan selalu positif. Persamaan (2.4) memperlihatkan tegangan keluarn non-inverting amplifier....(2.4) Adder/ Penjumlah Rangkaian penjumlah atau rangkaian adder adalah rangkaian penjumlah yang dasar rangkaiannya adalah rangkaian inverting amplifier dan hasil outputnya adalah

14 dikalikan dengan penguatan seperti pada rangkaian inverting. Gambar2.11 menunjukkan rangkaian penguat penjumlah. Gambar 2.11Rangkaian penjumlah dengan hasil negatif Pada dasarnya nilai outputnya adalah jumlah dari penguatan masing masing dari inverting. Tegangan keluaran penguat penjumlahan diperlihatkan pada persamaan (2.5) Bila Rf = Ra = Rb = Rc, maka persamaan menjadi :...(2.5) 2.4 Span and Zero Output suatu tranduser jarang yang sesuai dengan pengkondisi sinyal, display, atau komputer. Pengubah span dan zero dapat dibuat dengan menggunakan rangkaian penjumlah (inverting summer), seperti tampak pada gambar 2.14 berikut ini : + - V e in Ros Ri Rcomp - + Rf U1 + V - V eu1 R - + R/2 R U2 -(mx+b) eu2 +(mx+b) Gambar 2.12 Inverting summer

15 Rumus umum span and zero converter ditunjukkan pada persamaan (2.6) e u2 R R f i e in R R f os V...(2.6) dengan kurva alih : V e out2 e out1 e in-1 e in-2 V Gambar 2.13 Kurva alih rangkain span and zero converter 2.5Catu Daya Power Supply merupakan rangkaian yang penting dalam sistem elektronika. Rangkaian power supply memberikan supply tegangan pada alat pengendali. Terdapat beberapa macam power supply, yaitu power supply tegangan teteap dan power supply tegangan variabel. Power supply tegangan teteap adalah power supply yang tegangan keluarannya tetap dan tidak dapat diatur. Sedangkan power supply tegangan variabel adalah power supply yang tegangan keluarannya dapat diubah atau diatur. Terdapat dua sumber power supply, yaitu sumber AC dan sumber DC. Sumber tegangan AC tegangan berayun sewaktu-waktu pada kutub positif dan sewaktuwaktu pada kutub negatif, sedangkan untuk sumber DC selalu pada kutub positif saja ataupun pada kutub negatif saja. Dari sumber AC dapat disearahkan menjadi sumber DC dengan menggunakan rangkaian penyearah. 2.6 Konverter Tegangan ke Arus (Floating Load) Rangkaian konverter arus ke tegangan yang paling sederhana adalah rangkaian converter arus ke tegangan di mana beban rangkaian berada dalam kondisi mengambang(floating load). Rangkaian konverter tegangan ke arus dasar dalam konfigurasi penguat inverting dan penguat non-inverting persamaan kinerja ideal rangkaian, I = ei n /R 1, dapat digunakan langsung berdasarkan asumsi-asumsi kinerja op-amp ideal. Pada konfigurasi

16 pembalik, sumber sinyal masukan harus mensuplai arus yang sama dengan arus beban. Sedangkan konfigurasi rangkaian non-pembalik, sejumlah arus besarnya dapat diabaikan akan ditarik dari sumber sinyal. Namun demikian batasan-batasan mode kommon dan kesalahan-kesalahan kinerja rangkaian yang mungkin terjadi tetaplah harus kita perhatikan. Dalam semua konversi tegangan ke arus, op-amp yang digunakan di dalam rangkaian harus mampu menghasilkan arus beban maksimum yang diinginkan.di samping itu tegangan keluaran untuk arus beban maksimum tidak boleh melebihi rating tegangan op-amp. Tetapi perlu dicatat bahwa pada beberapa macam aplikasi rangkaian booster, batasan-batasan keluaran op-amp pada umumnya selalu dapat ditingkatkan. Karena sinyal-sinyal dalam kontrol proses paling sering ditransmisikan sebagai arus, khususnya 4-20 ma, maka perlu untuk memakai sebuah konverter linier tegangan ke arus. Rangkaian seperti ini harus mampu memasukkan arus ke sejumlah beban yang berbeda tanpa mengubah karateristik-karateristik transfer tegangan ke arus. Rangkaian dapat mengirimkan arus ke salah satu arah, sebagimana diperlukan oleh sebuah aplikasi khusus. Gambar 2.14 menunjukkan rangkaian konverter tegangan ke arus dengan beban mengambang. Gambar 2.14 Rangkaian konverter V to I floating load Arus yang mengalir pada beban adalah : I L = V R /R = (e in + e ref )/2R = e in /2R + e ref /2R Sehingga menghasilkan arus keluaran seperti ditunjukkan pada persamaan (2.7) I L = m.e in + c...(2.7)

17 di mana m = 1/2R = span c = e ref /2R = zero Dalam pembuatan konverter, harus dipertimbangkan tegangan saturasinya. V 6max = V sat V Basis-Emitor = V Batasan linier ditunjukkan pada formulasi (2.8) di bawah ini: V sat V I Lmax (R cab +R Load +R)...(2.8) R cab = tahanan kabel 2.7 Konverter Arus ke Tegangan (Floating Load) Sekali sinyal arus dikirimkann pada suatu lokasi, sinyal ini harus diubah menjadi tegangan. Biasanya instrumen display atau recording data mempunyai input dalam bentuk tegangan. Untuk pengiriman arus dalam bentuk floating load ditunjukkan pada gambar Arus dikirim dan dikembalikan melalui beban dengan dua kawat. Kenaikan atau penurunan akan terjadi pada kedua kawat sehingga pengaruhnya saling menghilangkan. Gambar 2.15 menunjukkan rangkaian konverter arus ke tegangan dengan beban mengambang. Gambar 2.15 Rangkaian Konverter Arus ke Tegangan Setelah didapat tahanannya, maka arus di span dapat dicari dengan:

18 I Rspan = 2I i.r i /R span I = I i + I Rspan = I i (1 + 2R i /R span ) I i = I.R span /(R span + 2R i ) Sehingga tegangan output adalah: V o = 2I i R f + V z = I Rspan.R span.r f /R i + V z = 2I.R span.r f /(R span +2R i ) + V z = m.i + c Dengan persamaan garis: m = 2R span.r f /(R span +2R i ) = span c = V z = zero

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor/Tranduser Sensor adalah elemen yang menghasilkan suatu sinyal yang tergantung pada kuantitas yang diukur. Sedangkan tranduser adalah suatu piranti yang mengubah suatu sinyal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu: BAB II DASAR TEORI 2.1 Instrumentasi Pengukuran Dalam hal ini, instrumentasi merupakan alat bantu yang digunakan dalam pengukuran dan kontrol pada proses industri. Sedangkan pengukuran merupakan suatu

Lebih terperinci

MAKALAH BENGKEL ELEKTRONIKA PENDETEKSI KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM355. Oeh:

MAKALAH BENGKEL ELEKTRONIKA PENDETEKSI KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM355. Oeh: MAKALAH BENGKEL ELEKTRONIKA PENDETEKSI KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM355 Oeh: Fatimah N. H. Kusnanto Mukti W. Edi Prasetyo M0209025 M0209031 M0210019 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR SUHU (PTC, NTC, LM35)

JOBSHEET SENSOR SUHU (PTC, NTC, LM35) JOBSHEET SENSOR SUHU (PTC, NTC, LM35) A. TUJUAN Setelah melakukan praktikum ini, Mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui pengertian rangkaian Sensor Suhu LM 35, PTC dan NTC terhadap besaran fisis. 2.

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip RTD. Menjelaskan dengan benar mengenai

Lebih terperinci

4.5 THERMOKOPEL Efek Termoelektri

4.5 THERMOKOPEL Efek Termoelektri bath, responnya adalah 0.5 detik. Termistor yang sama pada udara mempunyai waktu respon 10 detik. Ketika dilindungi dalam teflon atau bahan yang lain untuk perlindungan melawan keadaaa lingkungan, waktu

Lebih terperinci

LAPORAN. Project Microcontroller Semester IV. Judul : Automatic Fan. DisusunOleh :

LAPORAN. Project Microcontroller Semester IV. Judul : Automatic Fan. DisusunOleh : LAPORAN Project Microcontroller Semester IV Judul : Automatic Fan DisusunOleh : Nama: Riesca Nusa.D Nim : 13140002 Nama: Nita Chairunnisa Nim : 13140007 Nama: Iqra Ali Nim : 13140026 Nama: Mufzan Nur Nim

Lebih terperinci

Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler

Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler Mytha Arena 1, Arif Basuki 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta Jln. Babarsari, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281. mytha98@yahoo.com

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL

RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL Oleh: Yusman Wiyatmo dan Budi Purwanto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY ABSTRAK Tujuan yang akan dicapai melaui penelitian ini adalah: 1) membuat

Lebih terperinci

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect D = Konstanta ketebalan Gambar 2.19 Cara kerja Hall-Effect Sensor Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect Dari persamaan terlihat V H berbanding lurus dengan I dan B. Jika I dipertahankan konstan maka

Lebih terperinci

BAB II 1 LANDASAN TEORI

BAB II 1 LANDASAN TEORI BAB II BAB II 1 LANDASAN TEORI 1.1 Sensor/Tranduser Sensor adalah elemen yang menghasilkan suatu sinyal yang tergantung pada kuantitas yang diukur. Sedangkan tranduser adalah suatu piranti yang mengubah

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Dalam perancangan alat pengendali kipas angin menggunnakan mikrokontroler ATMEGA8535 berbasis sensor suhu LM35 terdapat beberapa masalah yang

Lebih terperinci

UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL

UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL Saminto, Untung Margono, Ihwanul Aziz, Sugeng Riyanto - BATAN Yogyakarta ptapb@batan.go.id ABSTRAK UJI FUNGSI PENGENDALI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN KONVERSI TEMPERATUR KE ARUS DAN TEGANGAN MENGGUNAKAN PERALATAN TIME MEASUREMENT

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN KONVERSI TEMPERATUR KE ARUS DAN TEGANGAN MENGGUNAKAN PERALATAN TIME MEASUREMENT LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN KONVERSI TEMPERATUR KE ARUS DAN TEGANGAN MENGGUNAKAN PERALATAN TIME MEASUREMENT DISUSUN OLEH : Nama : Abellio N. Sitompul NIM ` : 061340411637 Kelas : 3 EGB

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Instrumentasi Secara terminologi instrumentasi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari teknik penggunaan peralatan (instrument) untuk mengukur dan mengatur harga

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama

Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama Sensor Sensor merupakan suatu alat/device yang berfungsi mengubah suatu besaran fisik (kecepatan,suhu,intensitas cahaya) dan besaran kimia (molaritas, mol)

Lebih terperinci

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT merupakan sebuah transformator yang memiliki satu kumparan primer dan dua kumparan sekunder. Ketiga buah kumparan tadi, diletakkan simetris pada sebuah

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam BAB III PERENCANAAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam merencanakan alat yang dibuat. Adapun pelaksanaannya adalah dengan menentukan spesifikasi dan mengimplementasikan dari

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT)

RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT) RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT) Wildian dan Irza Nelvi Kartika Jurusan Fisika Universitas Andalas wildian_unand@yahoo.com

Lebih terperinci

RANGKAIAN KONVERTER ZERO & Semester 3

RANGKAIAN KONVERTER ZERO & Semester 3 No.LST/TE/EKA5228/09 Revisi : 00 Tgl : 8 Sept 2015 Hal 1 dari 5 1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik konverter zero & span 2. Sub Kompetensi : 1) Menjelaskan cara kerja rangkaian konverter zero-span

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Perangkat Keras Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara otomatis menggunakan sensor suhu LM35 ditunjukkan pada gambar berikut : 8 6

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK 4.1 Rangkaian Pengontrol Bagian pengontrol sistem kontrol daya listrik, menggunakan mikrokontroler PIC18F4520 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30. Dengan osilator

Lebih terperinci

Thermometer digital dengan DST-R8C dan OP-01 sebagai rangkaian pengkondisi

Thermometer digital dengan DST-R8C dan OP-01 sebagai rangkaian pengkondisi Thermometer digital dengan DST-R8C dan OP-01 sebagai rangkaian pengkondisi Saat ini telah beredar beberapa mikrokontroler yang sudah bulitin ADC ( analog to digital ) salah satunya adalah R5F21134 yang

Lebih terperinci

Sensor Thermal. M. Khairudin. Jogjakarta State University

Sensor Thermal. M. Khairudin. Jogjakarta State University Sensor Thermal Sensor Thermal Pada aplikasi pendeteksian atau pengukuran tertentu, dapat dipilih salah satu tipe sensor dengan pertimbangan : 1. Penampilan (Performance) 2. Kehandalan (Reliable) dan 3.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TEMPERATURE TRANSMITTER MENGGUNAKAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) IC LM741.

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TEMPERATURE TRANSMITTER MENGGUNAKAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) IC LM741. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TEMPERATURE TRANSMITTER MENGGUNAKAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) IC LM741. Lilik Hari Santoso 1, Achmad Anwari 1, Dewi Kartikasari 1,* 1 Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET INSTRUMENTASI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET INSTRUMENTASI No.LST/TE/EKA5228/06 Revisi : 00 Tgl: 8 Sept 2015 Hal 1 dari 5 1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik dan kalibrasi rangkaian sensor suhu LM 335 2. Sub Kompetensi : 1) Menggambarkan kurva karakteristik

Lebih terperinci

Peralatan Elektronika

Peralatan Elektronika Peralatan Elektronika Peralatan Elektronika adalah semua peralatan yang dipergunakan oleh manusia dengan mempergunakan prinsip kerja elektronika. Sebagai contoh : 1. Alat ukur 2. Alat kontrol industri

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III. Perencanaan Alat BAB III Perencanaan Alat Pada bab ini penulis merencanakan alat ini dengan beberapa blok rangkaian yang ingin dijelaskan mengenai prinsip kerja dari masing-masing rangkaian, untuk mempermudah dalam memahami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. BAB II LANDASAN TEORI II.I. Pengenalan Alat Ukur. Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang

Lebih terperinci

Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses.

Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses. Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses. Contoh : sistem instrumentasi pesawat terbang, sistem instrumentasi

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Termometer atau yang sudah kita kenal sebagai alat pengukur dan pendeteksi suhu merupakan sebuah alat yang sudah biasa digunakan sebagai alat acuan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Pada saat kita mencuci pakaian baik secara manual maupun menggunakan alat bantu yaitu mesin cuci, dalam proses pengeringan pakaian tersebut belum

Lebih terperinci

MODUL 6 APLIKASI TERMOMETER DENGAN SENSOR LM35 PADA CPU1215C AC/DC/RELAY

MODUL 6 APLIKASI TERMOMETER DENGAN SENSOR LM35 PADA CPU1215C AC/DC/RELAY MODUL 6 APLIKASI TERMOMETER DENGAN SENSOR LM35 PADA CPU1215C AC/DC/RELAY 1. Tujuan Percobaan Memahami Cara Membaca Data Sensor LM35 dengan PLC Siemens CPU1215C AC/DC/Relay Memahami Proses Modifikasi Data

Lebih terperinci

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER 52150802 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 KONSEP AKUISISI DATA DAN KONVERSI PENGERTIAN Akuisisi data adalah pengukuran sinyal elektrik dari transduser dan peralatan

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip dasar pengukuran. Mengukur arus,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.

Lebih terperinci

1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik converter tegangan ke arus

1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik converter tegangan ke arus No.LST/TE/EKA5228/10 Revisi : 00 Tgl : 8 Sept 2015 Hal 1 dari 5 1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik converter tegangan ke arus 2. Sub Kompetensi : 1) Menjelaskan operasi kerja konverter tegangan

Lebih terperinci

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL Pengkondisian sinyal merupakan suatu konversi sinyal menjadi bentuk yang lebih sesuai yang merupakan antarmuka dengan elemen-elemen lain dalam suatu kontrol proses.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Diagram skematik termokopel Gambar 2.2. Pengukuran EMF

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Diagram skematik termokopel Gambar 2.2. Pengukuran EMF BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari Termokopel,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA 50 BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan rangkaian yang telah dibuat bekerja sesuai dengan landasan teori yang ada dan sesuai dengan tujuan pembuatan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP 9.1 Tujuan : 1) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari rangkaian comparator inverting dan non inverting dengan menggunakan op-amp 741. 2) Rangkaian comparator menentukan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SENSOR AF-30 PADA RANGKAIAN DETEKTOR ASAP. Sapto Haryoko Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT UNM. Abstrak

KARAKTERISTIK SENSOR AF-30 PADA RANGKAIAN DETEKTOR ASAP. Sapto Haryoko Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT UNM. Abstrak KARAKTERISTIK SENSOR AF-30 PADA RANGKAIAN DETEKTOR ASAP Sapto Haryoko Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT UNM Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah Mempelajari karakteristik dari sensor AF-30 yang

Lebih terperinci

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI SISWA KELAS XII TEI2 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU CREW 2 CREW 11268/130.EI Suryo Hadi Sampurno

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Medan Magnet Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI THERMINOLOGY TEMPERATURE / SUHU

PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI THERMINOLOGY TEMPERATURE / SUHU THERMINOLOGY PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI THERMAL SENSOR TEMPERATURE / SUHU 1) The degree of hotness or coldness of a body or environment. 2) A measure of the average kinetic energy of the particles in

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi dalam era globalisasi setiap harinya mengalami perkembangan yang dinamis, salah satu bentuk dari perkembangan teknologi tersebut terutama di bidang industri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGUKRAN. Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element

KONSEP DASAR PENGUKRAN. Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element KONSEP DASAR PENGUKRAN Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element PRIMARY SENSING ELEMENT Elemen pengindraan Utama adalah Tranduser. Tranduser adalah sebuah alat yang

Lebih terperinci

Gambar 1 UVTRON R2868. Gambar 2 Grafik respon UVTRON

Gambar 1 UVTRON R2868. Gambar 2 Grafik respon UVTRON Sensor-sensor Keperluan Khusus Sensor-sensor jenis ini adalah merupakan sensor yang digunakan secara spesifik untuk robot-robot dengan tujuan tertentu. Contohnya, sensor api untuk robot yang difungsikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Signal Conditioning. Gambar 2.1 Diagram blok sistem pengukuran (buku measurement sistem Bolton)

BAB II DASAR TEORI. Signal Conditioning. Gambar 2.1 Diagram blok sistem pengukuran (buku measurement sistem Bolton) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Sistem pengukuran adalah aktivitas yang membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia nyata lalu memberikanya nilai atau angka terhadap kejadian tersebut.

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik pengkondisi sinyal DAC 0808 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian pengkondisi sinyal DAC 0808

Lebih terperinci

PENGUKURAN SUHU, PENGUKURAN TEKANAN dan KALIBRASI INSTRUMENTASI

PENGUKURAN SUHU, PENGUKURAN TEKANAN dan KALIBRASI INSTRUMENTASI PENGUKURAN SUHU, PENGUKURAN TEKANAN dan KALIBRASI INSTRUMENTASI ABDILLAH SETYO PAMBUDI 1611069 TEKNIK MESIN S1 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG PENGUKURAN SUHU, PENGUKURAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Sistem Transmisi Data Sensor Untuk Peringatan Dini Pada Kebakaran Hutan Dalam perancangan sistem transmisi data sensor untuk peringatan dini

Lebih terperinci

DIGITAL CLAMP AMPERE METER

DIGITAL CLAMP AMPERE METER DIGITAL CLAMP AMPERE METER Hany Ferdinando Handry Khoswanto Rudyanto Sarmiento Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya, email: {hanyf,handry}@petra.ac.id Abstract: Pengukuran besarnya

Lebih terperinci

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) + PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OPAMP) Penguat operasional atau Operational Amplifier (OPAMP) yaitu sebuah penguat tegangan DC yang memiliki 2 masukan diferensial. OPAMP pada dasarnya merupakan sebuah

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio Setiyo Budiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 Telepon:

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR SUHU TANAH DAN KELEMBABAN UDARA

RANCANG BANGUN SENSOR SUHU TANAH DAN KELEMBABAN UDARA RANCANG BANGUN SENSOR SUHU TANAH DAN KELEMBABAN UDARA Cahya Edi Santosa, Ari Sugeng Budiyanta Peneliti Bidang Instrumentasi dan Wahana Dirgantara, LAPAN ABSTRACT Temperature and humidity are the important

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Cooling Tunnel Cooling tunnel merupakan sebuah mesin pendingin yang berfungsi sebagai pendinginan pada produk. Biasanya cooling tunnel ini di aplikasikan pada industri makanan

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Temperatur Temperatur adalah suatu penunjukan nilai panas atau nilai dingin yang dapat diperoleh/diketahui dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan termometer. Termometer

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Blok Diagram Sistem Secara lengkap, blok diagram detektor logam dengan menggunakan BFO (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

Lebih terperinci

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi 15 Program ini yang nantinya akan mengolah tegangan analog dari sensor menjadi sebuah kode-kode digital. Hasil pengolahan data dari ADC tersebut ditampilkan pada layar LCD untuk pengukuran suhu dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Tanu Dwitama, Daniel Sutopo P. Politeknik Batam Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia E-mail: tanudwitama@yahoo.co.id, daniel@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN Bab 1 PENGANTAR ALAT UKUR 1-1 PENDAHULUAN Dalam Pengukuran pada umumnya dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara fisis untuk menentukan suatu besaran atau variabel. Instrumen tersebut membantu kita untuk

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

ALAT PENCATAT TEMPERATUR OTOMATIS MENGGUNAKAN TERMOKOPEL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

ALAT PENCATAT TEMPERATUR OTOMATIS MENGGUNAKAN TERMOKOPEL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 ALAT PENCATAT TEMPERATUR OTOMATIS MENGGUNAKAN TERMOKOPEL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Nyoman Wendri, I Wayan Supardi, K N Suarbawa, Ni Made Yuliantini 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Taufik Adi Sanjaya Website penulis :

Taufik Adi Sanjaya Website penulis : Aplikasi Penampil data dari Multi Data Analog to Digital Converter pada Mikrokontroller AT Mega 8535 atau AT Mega 16 melalui komunikasi serial dengan menggunakan komponen Cport / Comport pada Delphi 7

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM III PERNCNGN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang diagram blok sistem yang menjelaskan tentang prinsip kerja alat dan program serta membahas perancangan sistem alat yang meliputi perangkat keras dan

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Workshop Instrumentasi Industri Page 1 INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,

Lebih terperinci

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 JUNIMAR TIKA AFFITRI 5223050346 ANGGI NURSANTI 5223053214 Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8

Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8 Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8 Thiang, Indra Permadi Widjaja, Muliadi Tedjotjahjono Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Jalan Siwalankerto 121-131 Surabaya 60236

Lebih terperinci

CHAPTER I PREFACE CHAPTER II BASE OF THEORY

CHAPTER I PREFACE CHAPTER II BASE OF THEORY CHAPTER I PREFACE 1.1 Historical- Background Pada 1.2 Problem Identification 1.3 Objective 2.1 Historical of Thermoelectric CHAPTER II BASE OF THEORY Termoelektrik ditemukan pertama kali pada tahun 1821,

Lebih terperinci

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT)

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT) APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT) Ery Safrianti 1, Rahyul Amri 2, Setiadi 3 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina Widya, Jalan Subrantas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Sensor dan Tranduser

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Sensor dan Tranduser Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Sensor dan Tranduser Contoh Soal Ringkasan Latihan Assessment Pada sistem pengendalian loop tertutup, terkadang bentuk energi dari sinyal keluaran plant

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Tekik, Universitas Lampung, yang dilaksanakan mulai bulan Oktober

Lebih terperinci

Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data. Adi Tomi TE Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS

Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data. Adi Tomi TE Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data nirkabel Adi Tomi 2206100721 TE 091399 Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS LATAR BELAKANG Pengukuran kadar keasaman (ph) dan suhu

Lebih terperinci

Programmable Logic Controller Sebagai Pengatur Kecepatan Motor AC Terhadap Perubahan Suhu Sensor Termokopel

Programmable Logic Controller Sebagai Pengatur Kecepatan Motor AC Terhadap Perubahan Suhu Sensor Termokopel Programmable Logic Controller Sebagai Pengatur Kecepatan Motor AC Terhadap Perubahan Suhu Sensor Termokopel Faisal Damsi 1, Iskandar Lutfi 2, A. Rahman 3, Johansyah Al Rasyid 4, Amperawan 5 1,2,3,4,5 Teknik

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH Sensor adalah merupakan salah satu komponen penting sebagai pengindera dari sistem. Bagian ini akan mengubah hal-hal yang dideteksi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA Serangkaian uji dan analisa dilakukan pada alat, setelah semua perangkat keras (hardware) dan program dikerjakan. Pengujian alat dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat dapat

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

Aplikasi OP-01 sebagai Pengukur Kelembaban Relatif Dengan Sensor HS-15P

Aplikasi OP-01 sebagai Pengukur Kelembaban Relatif Dengan Sensor HS-15P Aplikasi OP-0 sebagai Pengukur Kelembaban Relatif Dengan Sensor HS-5P Dalam udara yang ada disekitar ini tidak hanya mengandung Oksigen saja, tetapi juga mengandung gas- gas lain selain Oksigen, misalnya

Lebih terperinci

Pengukuran Besaran Listrik. Kuliah-2 Sistem Pengukuran

Pengukuran Besaran Listrik. Kuliah-2 Sistem Pengukuran Pengukuran Besaran Listrik Kuliah-2 Sistem Pengukuran Quiz-1 (Pre-test) 1. Buat rangkaian Sistem Instrumentasi elektronik! 2. Jelaskan fungsi dari: Controller Data Processor Recorder Signal Conditioner

Lebih terperinci