BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Instrumentasi Secara terminologi instrumentasi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari teknik penggunaan peralatan (instrument) untuk mengukur dan mengatur harga dari suatu besaran fisis. Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan maka instrumentasi banyak digunakan dalam penelitian, pengukuran, pengaturan otomatis dan pengolahan data. Sistem instrumentasi sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan dikarenakan terbatasnya kemampuan indera manusia sebagai alat ukur. Parameter yang umum dalam suatu sistem proses kendali diantaranya suhu (temperature), tekanan (pressure), aliran dalam suatu pipa (flow) dan pengukuran tinggi permukaan zat cair (level). Konfigurasi sistem instrumentasi dapat dilihat pada gambar 2.1. Display/ Tampilan Input / masukan yang diukur sensor Power supply Pengkondisi sinyal Recorder/ Rekaman Control/ Kendali Gambar 2.1 Konfigurasi sistem instrumentasi 5

2 Karakteristik Sistem Instrumentasi Dalam melakukan pengukuran harus sudah diketahui secara pasti parameter apa yang akan diukur dan parameter yang akan dihasilkan. Performa dari suatu sistem instrumentasi ditentukan oleh 3 karakteristik, yaitu: 1) Karakteristik statik, adalah hubungan dalam keadaan steady state antara besaran fisik input dan output elektrik. Karakteristik statik terdiri dari : a) Akurasi dan error, akurasi adalah perluasan jangkauan dimana nilai yang diindikasikan oleh sebuah sistem pengukuran atau elemen mungkin bernilai salah. Istilah error digunakan untuk menyatakan selisih antara hasil pengukuran dan nilai sebenarnya dari besaran yang diukur. jenis error yang sering terjadi dalam sistem instrumentasi diantaranya error histerisis, error non linearitas, dan error penyisipan, b) Resolusi, adalah perubahan terkecil dari input yang masih dapat dideteksi oleh transduser. c) Jangkauan / Range, Jangkauan variabel dari sebuah sistem adalah batas batas dimana nilai masukan dapat berubah ubah, misalnya sebuah sensor RTD dapat dinyatakan memiliki jangkauan antara -200 ºC sampai +800 ºC. sedangkan jangkauan variabel dari sebuah instrumen sering disebut dengan istilah kisaran (span). d) Presisi, repeatibility, dan reproduksibilitas, Istilah presisi digunakan untuk menggambarkan derajat kebebasan suatu sistem pengukuran dari adanya errorerror acak. istilah repeatibility (kemampuan pengulangan) adalah kemampuan sistem untul menghasilkan keluaran yang sama saat dilakukan pengukuran secara berulang-ulang. Sedangkan reproduksibilitas merupakan kemampuan sistem untuk menghasilkan keluaran yang sama saat sistem diputuskan dari masukan kemudian dimasukan kembali. e) Linearitas, ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu, Linearity adalah lineritas output dari sensor.

3 7 1 1 Tegangan Tegangan 0 temperatur temperatur 100 (a) (b) Gambar 2.2 (a) Tangapan linier, (b) Tangapan non linier f) Sensitivitas, sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan. Sensitivitas menunjukan berapa banyak keluaran dari suatu sistem instrumen atau elemen sistem berubah ketika besaran yang sedang diukur berubah pada suatu nilai yang ditetapkan, yaitu rasio antara keluaran dan masukan. Contohnya sebuah thermocouple memiliki sensitivitas sebesar 20 µv / ºC akan menghasilkan tegangan sebesar 20 µv untuk setiap perubahan temperatur 1 ºC. Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur. g) Stabilitas, stabilitas sebuah sistem merupakan kemampuan sistem untuk menghasilkan ketika digunakan untuk mengukur suatu masukan yang konstan dalam satu periode waktu tertentu. h) Reliabilitas (keandalan), adalah persyaratan penting dalam sistem pengukuran, reliabilitas suatu sistem pengukuran didefinisikan sebagai probabilitas bahwa sistem akan beroperasi pada level unjuk kerja yang ditetapkan dalam suatu periode waktu tertentu dan pada kondisi lingkungan tertentu. 2) Karakteristik dinamis, adalah seberapa cepat output berubah ketika menerima perubahan dari input. Karakteristik dinamis terdiri dari: a) delay time (t d ), yaitu waktu yang dibutuhkan utuk mencapai amplitudo sebesar 50% amplitudo input. b) rise time (t r ), yaitu waktu yang dibutuhkan sistem untuk kenaikan respon dari (10% - 90%) amplitudo input.

4 8 c) peak time (t p ), yaitu waktu yang dibutuhkan sistem untuk mencapai respon sampai amplitudo maksimum/ maksimum overshoot pertama. d) settling time (t s ), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mencapai simpangan amplitudo tidak lebih dari 5% pertama kali. e) maximum percent over shoot (M p ), yaitu perbandingan diantara simpangan tertinggi yang tercapai dengan amplitudo steady state (amplitudo input). Gambar 2.3 Karakteristik dinamis 3) Karakteristik Lingkungan, yaitu performa dari suatu transduser baik ketika beroperasi maupun tidak terhadap kondisi eksternal. Misalnya suhu, tekanan, kecepatan dan sebagainya. 2.2 Sistem Kendali Sistem Kendali adalah sistem yang bertujuan untuk mengendalikan suatu proses agar keluaran yang dihasilkan dapat dilendalikan sehingga tidak terjadi kesalahan, dalam hal ini yang dikendalikan adalah kestabilannya, ketelitian, dan kedinamisannya. Secara umum sistem kendali dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sistem kendali loop terbuka dan sistem kendali loop tertutup Kendali Loop Terbuka Yang dimaksud dengan sistem kendali loop terbuka adalah sistem kendali yang keluarannya tidak mempengaruhi input. Atau dengan kata lain sistem kendali loop terbuka keluarannya (output) tidak dapat digunakan sebagai

5 9 perbandingan umpan balik dengan inputnya. Akibatnya ketetapan dari sistem tergantung dari kalibrasi. masukan Proses pemanasan keluaran Gambar 2.4 Kontrol loop terbuka pemanas listrik Sistem Kendali Loop Tertutup Sistem kendali loop tertutup seringkali disebut sistem kendali umpan balik. Pada sistem kendali loop tertutup, sinyal kesalahan yang bekerja, yaitu perbedaan antara sinyal input dan sinyal umpan balik diinputkan ke kontroler sedemikian rupa untuk mengurangi kesalahan dan membawa keluaran sistem ke nilai yang dikehendaki. Sebagai contoh, sistem kendali loop tertutup pada suatu pemanas ruangan yang digambarkan pada gambar 2.5. masukan dengan nilai yang telah diatur error kontroler pengukuran temperatur pemanas keluaran Temperatur yang diinginkan umpan balik informasi temperatur Gambar 2.5 Kontrol loop tertutup pemanas listrik 2.3 Sensor dan Transduser D Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya. Contohnya thermistor dan Resistance

6 10 Temperature Detector (RTD) sebagai sensor temperatur, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor cahaya, dan lainnya. Transduser berasal dari kata traducere dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. Sehingga transduser dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat mengubah suatu energi ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser disebut sensor, karena bagian ini dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang lain. Kita mengenal ada enam macam energi, yaitu : radiasi, mekanik, panas, listrik, dan kimia. Berdasarkan klasifikasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari luar. Contohnya IC LM35, untuk mengubah energi panas menjadi energi listrik yaitu tegangan listrik, maka IC LM35 harus dialiri arus listrik, ketika temperatur berubah, maka tegangan keluaran dari IC LM35 juga berubah. 2) Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri. Contohnya Thermocouple, ketika menerima panas, thermocouple langsung menghasilkan tegangan listrik tanpa membutuhkan energi dari luar. 2.4 Sensor Temperatur AC. Srivastava, (1987), mengatakan temperatur merupakan salah satu dari empat besaran dasar yang diakui oleh Sistem Pengukuran Internasional (The International Measuring System). Sensor temperatur banyak digunakan untuk berbagai keperluan di industri, rumah tangga, kedokteran, dan lain-lain. Terdapat 4 jenis sensor temperatur yang umum digunakan, yaitu Thermocouple, Resistance Temperature Detector (RTD), Thermistor dan IC sensor. Berikut adalah tabel karakteristik dari beberapa jenis sensor temperatur.

7 11 Tabel 2.1 Karakteristik dari beberapa jenis sensor temperatur Thermocouple RTD Thermistor(NTC) IC LM35 Simbol Karakteristik Tegangan Temperatur Tahanan Temperatur Tahanan Temperatur Tegangan Temperatur Output berupa Paling stabil Sensitif Paling linear tegangan Paling akurat Output tinggi Output paling Sederhana Lebih linear Murah tinggi Kelebihan Murah Banyak tipenya dibanding thermocouple Range suhu Banyak jenisnya Ukurannya kecil Sensitif Murah Range suhu luas luas Tegangan Mahal Tidak linear Memerlukan kecil Memerlukan Range suhu suplai daya Tidak linear suplai daya terbatas Range suhu Kekurangan Kurang stabil Kurang sensitif Memerlukan Tahanan absolut rendah Terjadi Memerlukan suplai daya Terjadi pemanasan terbatas Terjadi pemanasan sendiri referensi pemanasan sendiri Konfigurasi sendiri terbatas

8 Thermocouple Thermocouple merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi tegangan, dimana sensor ini dibuat dari sambungan dua bahan metallic yang berlainan jenis. Sambungan ini dikomposisikan dengan campuran kimia tertentu, sehingga dihasilkan beda potensial antar sambungan yang akan berubah terhadap suhu yang dideteksi. Ujung panas e + Arus elektron akan mengalir dari ujung panas ke ujung dingin - Ujung dingin Gambar 2.6 Arah gerak elektron jika logam dipanaskan Thermocouple terdiri dari beberapa tipe dimana setiap tipe terbuat dari material yang berbeda dan memiliki jangkauan temperatur yang berbeda pula. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2, sedangkan perubahan tegangan terhadap perubahan temperatur pada thermocouple dapat dilihat pada gambar 2.7. Tabel 2.2 Tipe dan material thermocouple Tipe J K T E R S Material iron vs. copper nickel Nickel-Chromium vs. Nickel-Aluminium Copper vs. Copper-Nickel Nickel-Chromium vs. Copper-Nickel Platinum vs. Platinum-13% Rhodium Platinum vs. Platinum-10% Rhodium

9 13 B C Platinum-6% Rhodium vs. Platinum-10% Rhodium Tungsten-5% Rhenium vs. Tungsten-26% Rhenium Gambar 2.7 Perubahan tegangan terhadap perubahan temperatur thermocouple Resistance Temperature Detector (RTD) RTD adalah salah satu dari beberapa jenis sensor suhu yang sering digunakan di industri. RTD dibuat dari bahan kawat tahan korosi, kawat tersebut dililitkan pada bahan keramik isolator. RTD merupakan sensor pasif, karena sensor ini membutuhkan energi dari luar. Elemen yang umum digunakan pada tahanan resistansi adalah kawat nikel, tembaga, dan platina murni yang dipasang dalam sebuah tabung guna untuk memproteksi terhadap kerusakan mekanis. Semakin tinggi suhu, maka semakin besar atau semakin tinggi nilai tahanan RTD tersebut, begitu juga sebaliknya. PT100 merupakan tipe RTD yang paling populer yang digunakan di industri, RTD PT100 digunakan pada kisaran -200 ºC sampai dengan 650 ºC.

10 14 Gambar 2.8 Konstruksi RTD Tabel 2.3 Tipe Resistance Temperature Detector (RTD) Tipe R100/ R0 Kelas PT100 1,3850 JPT100 1,3916 Kelas A Kelas B Kelas A Kelas B Tingkat Arus 1 ma 2 ma 5mA* 1 ma 2 ma 5mA* Operating Temperature Range L M H L M H -200 s/d 100 ºC 0 s/d 350 ºC 0 s/d 650 ºC -200 s/d 100 ºC 0 s/d 350 ºC 0 s/d 650 ºC Lead Wire System 2 wire* 3 wire 4 wire 2 wire* 3 wire 4 wire Pada gambar 2.9 dapat dilihat salah satu aplikasi pemasangan RTD (PT100) untuk pengukuran suhu minyak dan pengukuran suhu air pada tangki crystalizer. Gambar 2.9 Pemasangan RTD (PT100) pada Tangki Crystalizer RTD (PT100) memiliki keunggulan dibanding thermocouple yaitu: 1) Ketelitiannya lebih tinggi dari pada thermocouple. 2) Tahan terhadap temperatur yang tinggi.

11 15 3) Stabil pada temperatur yang tinggi, karena jenis logam platina lebih stabil dari pada jenis logam yang lainnya. 4) Kemampuannya tidak akan terganggu pada kisaran suhu yang luas. Kekurangan dari RTD (PT100) : 1) Lebih mahal dari pada thermocouple. 2) Terpengaruh terhadap goncangan dan getaran. 3) Respon waktu awal yang sedikit lama (0,5 s/d 5 detik, tergantung kondisi penggunaannya). 4) Jangkauan suhunya lebih rendah dari pada termokopel. RTD (PT100) mencapai suhu 650 ºC, sedangkan thermocouple mencapai suhu 1700 ºC Thermistor Thermistor atau tahanan termal adalah komponen semikonduktor yang bersifat sebagai tahanan dengan koefisien tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif. Umumnya tahanan thermistor pada temperatur ruang dapat berkurang 6% untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 1 o C. Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan temperatur ini membuat thermistor sangat sesuai untuk pengukuran, pengontrolan dan kompensasi temperatur secara presisi. Thermistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam yang diendapkan seperti mangan (Mn), nikel (Ni), cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan uranium (U). Secara umum, thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu : 1) Negative Temperature Coefficient (NTC) Thermistor NTC mempunyai nilai tahanan semakin kecil dengan bertambahnya suhu dan mempunyai koefisien temperatur negatif yang sangat tinggi. NTC dibuat dari oksida logam yang terdapat dalam golongan transisi, seperti misalnya, ZrOz - YzPt, NiAlzOr Mg(Al, Cr, Fe)2Oa, SiC, dan sebagainya. Oksida-oksida ini sebenarnya mempunyai resistansi yang tinggi, tetapi dapat diubah menjadi bahan semikonduktor yaitu dengan menambahkan beberapa ion lain (sebagai doping) yang mempunyai valensi yang berbeda.

12 16 Contoh jenis jenis NTC dapat dilihat pada gambar Sedangkan kurva perubahan resistansi karena pengaruh perubahan temperatur dapat dilihat pada gambar Gambar 2.10 Contoh jenis jenis NTC Gambar 2.11 Kurva perubahan resistansi terhadap temperatur pada NTC 2) Positive Temperature Coefficient (PTC) Thermistor PTC mempunyai nilai tahanan semakin besar dengan bertambahnya suhu. termistor PTC merupakan resistor dengan koefisien temperatur positip yang sangat tinggi. Thermistor PTC adalah semikonduktor yang dibuat dari BaTiO3 dan ditambah dengan Y2O3 atau LaOl. Pada gambar 2.12 dapat dilihat contoh jenis jenis PTC.

13 17 Gambar 2.12 Contoh jenis jenis PTC Dalam beberapa hal, PTC berbeda dengan NTC antara lain seperti yang dijelaskan berikut ini: a) Koefisien temperatur dari PTC benilai positif hanya dalam interval temperatur tertentu, sehingga di luar interval tersebut, koefisien temperaturnya bisa bernilai nol atau negatif. b) Pada umumnya, harga mutlak dari koefisien temperatur PTC jauh lebih besar dari pada NTC IC LM35 IC LM35 adalah salah satu jenis sensor suhu. LM35 berfungsi untuk mengkonversi besaran suhu yang ditangkap menjadi besaran tegangan. Sensor ini memiliki presisi tinggi, sangat sederhana dengan hanya memiliki buah 3 kaki. Kaki pertama IC LM35 dihubung ke sumber daya, kaki kedua sebagai output dan kaki ketiga dihubung ke ground. Adapun gambar dari IC LM35 diperlihatkan pada gambar Gambar 2.13 Salah satu model IC LM35 Karakteristik dari IC LM35 yaitu : 1) Dapat dikalibrasi langsung ke dalam besaran Celcius. 2) Faktor skala linier + 10mV/ C.

14 18 3) Tingkat akurasi 0,5 C. saat suhu kamar (25 C). 4) Jangkauan suhu antara -55 C sampai 150 C. 5) Bekerja pada tegangan 4 volt hingga 30 volt. 6) Arus kerja kurang dari 60µA. 7) Impedansi keluaran rendah 0,1Ω untuk beban 1 ma. 2.5 Pemilihan Jenis Sensor Temperatur Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemilihan jenis sensor temperatur adalah: (Yayan I.B, 1998) 1. Level suhu maksimum dan minimum dari suatu substrat yang diukur. 2. Jangkauan (range) maksimum pengukuran. 3. Konduktivitas kalor dari substrat. 4. Respon waktu perubahan suhu dari substrat. 5. Linieritas sensor. 6. Jangkauan temperatur kerja. Selain dari ketentuan diatas, perlu juga diperhatikan aspek fisik dan kimia dari sensor seperti ketahanan terhadap korosi (karat), ketahanan terhadap guncangan, pengkabelan (instalasi), keamanan dan lain-lain. 2.6 Aplikasi Sensor Temperatur Setiap sensor suhu memiliki temperatur kerja yang berbeda, untuk pengukuran suhu disekitar kamar yaitu antara -35 o C sampai 150 o C, dapat dipilih sensor NTC, PTC, transistor, dan IC hibrid. Untuk suhu menengah yaitu antara 150 o C sampai 700 o C, dapat dipilih thermocouple dan RTD. Untuk suhu yang lebih tinggi sampai 1500 o C, tidak memungkinkan lagi dipergunakan sensor-sensor kontak langsung, maka teknis pengukurannya dilakukan menggunakan cara radiasi. Untuk pengukuran suhu pada daerah sangat dingin dibawah 65 o K = -208 o C ( 0 o C = 273,16 o K ) dapat digunakan resistor karbon biasa karena pada suhu ini karbon berlaku seperti semikonduktor. Untuk suhu antara 65 o K sampai -35 o C dapat digunakan kristal silikon dengan kemurnian tinggi sebagai sensor.

15 Pengkondisi Sinyal Dalam suatu sistem pengukuran, sinyal keluaran dari sensor atau transduser masih terlalu kecil sehingga harus diperkuat terlebih dahulu agar keluarannya cocok untuk ditampilkan pada display atau digunakan untuk sistem kontrol/kendali. Pengkondisi sinyal adalah sistem elektronika yang berfungsi untuk mengonversi, memanipulasi, mengompensasi atau memperbaiki sinyal dari sensor atau transduser menjadi sinyal keluaran yang dibutuhkan untuk display pengukuran, untuk recorder maupun untuk proses kontrol selanjutnya. Sebagai contoh, keluaran dari thermocouple merupakan tegangan yang sangat kecil yaitu dalam skala milivolt saja, untuk itu diperlukan pengkondisi sinyal untuk menguatkan tegangan tersebut. Contoh lain yaitu keluaran dari NTC atau RTD merupakan perubahan resistansi, sehingga diperlukan pengkondisi sinyal yang berfungsi untuk mengonversi resistansi ke tegangan menggunakan voltage devider atau jembatan wheatstone, namun ternyata keluaran dari jembatan wheatstone juga masih kecil, sehingga diperlukan rangkaian penguat yang berupa rangkaian op-amp. Sensor Jembatan wheatstone Pengkondisi sinyal Penguat operasional (op-amp) display recorder control Gambar 2.14 Diagram blok pengkondisi sinyal 2.8 Voltage Devider Rangkaian Voltage Devider atau pembagi tegangan digunakan untuk mengonversi perubahan resistansi menjadi perubahan tegangan.

16 20 V R 1 R 2 Vo Gambar 2.15 Voltage devider...(2.1) Sebagai contoh, R1 adalah sebuah thermistor yang diseri dengan sebuah resistor R2. Ketika terjadi perubahan temperatur, maka resistansi thermistor pun akan berubah, sehingga tegangan keluaran Vo akan berubah pula. Jadi Voltage Devider atau pembagi tegangan merupakan salah satu contoh sederhana konverter resistansi ke tegangan. Rangkaian Voltage Devider memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Perubahan V out terhadap R 1 maupun R 2 tidaklah linier. 2) Impedansi keluaran efektif rangkaian adalah kombinasi paralel R 1 dan R 2. 3) Karena arus mengalir melalui kedua resistor, maka rating daya resistor maupun sensor harus diperhatikan. 2.9 Jembatan Wheatstone Jembatan Wheatstone adalah salah satu metode pengukuran yang digunakan untuk mengukur resistansi yang tidak diketahui dengan menyeimbangkan dua kaki pada rangkaian jembatan, salah satu kaki tersebut terhubung ke komponen yang tidak diketahui resistansinya. Jembatan Wheatstone merupakan salah satu konverter resistansi ke tegangan selain voltage devider. Kelebihan jembatan wheatstone dibandingkan voltage devider diantaranya : 1) Lebih mudah diseimbangkan untuk mendapatkan zero position. 2) Dapat mengompensasi panas. 3) Mempunyai sensitivitas dan akurasi yang tinggi.

17 21 Rangkaian jembatan wheatstone dapat dilihat pada gambar R1 a I 1 I 2 R3 vs b Vo d R2 c R4 Gambar 2.16 Jembatan Wheatstone Ketika tegangan Vbd sama dengan nol, maka tidak ada beda potensial antara titik b dan d, sehingga Vab haruslah sama dengan Vad, jadi : I 1. R 1 = I 2. R (2.2) Begitu pula besarnya tegangan R 2 yaitu Vbc harus sama dengan tegangan R 4 yaitu Vdc, jadi : I 1. R 2 = I 2. R (2.3) Dengan membagi persamaan (2.2) dan (2.3), maka diperoleh :.... (2.4) Dalam kondisi demikian ini, jembatan dikatakan dalam kondisi seimbang. Namun jika elemen jembatan memiliki resistansi yang berubah nilainya dari kondisi seimbang ini, maka :...(2.5) (2.6) Jadi tegangan antara b dan d yaitu tegangan keluaran Vo adalah :

18 22 ( ) (2.7) 2.10 Penguat Operasional / Operational Amplifier (Op-Amp) Penguat Operasional atau yang sering disebut Op-Amp merupakan suatu penguat diferensial yang mempunyai penguatan (gain) yang sangat tinggi dan terkopel secara DC. Op-amp digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang bermacam-macam atau dapat juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan seringkali disebut sebagai rangkaian terpadu linier dasar. Gambar 2.17 Simbol IC Op-Amp Parameter penguat operasi pada umumnya adalah : 1) Penguat tegangan terbuka sangat besar yaitu sekitar kali. 2) Impedansi masukan yang cukup tinggi dengan nilai tipikal 1 MΩ. 3) Impedansi keluaran yang sangat rendah, dengan nilai tipikal pada rentang puluhan sampai ratusan Ohm. 4) Perbandingan penolakan terhadap sinyal mode bersama (CMRR) lebih dari 90 db. Penguat operasi yang sering dipakai dan telah banyak dikenal adalah tipe 741. Op-Amp 741 atau lengkapnya ua-741 adalah nama jenis Op-Amp komersial pertama yang terkenal, hasil rekayasa perusahaan Fairchild pada tahun 1968, menjadi nama yang legendaris hingga hari ini. IC ini mempunyai delapan kaki, dengan keterangan sebagai berikut :

19 23 Gambar 2.18 Konfigurasi dan bentuk IC Op-Amp 741 Keterangan : Kaki 1 & 5 : offset null Kaki 2 : masukan membalik (inverting input) Kaki 3 : masukan tak membalik (non inverting input) Kaki 4 : catu tegangan negatif Kaki 6 : keluaran Kaki 7 : catu tegangan positif Kaki 8 : tak digunakan Penguat Inverting Pada rangkaian penguat inverting, input non-inverting di-ground-kan sedangkan input inverting sebagai masukan. Dengan mengasumsikan bahwa opamp mempunyai open loop gain yang tidak berhingga, maka perbedaan tegangan antara input inverting dan input non-inverting sama dengan nol, pada kondisi ini input inverting disebut virtual ground. Rf V i R1 i i V o Gambar 2.19 Penguat Inverting Dari gambar diatas dapat diturunkan persamaan sebagai berikut :

20 24 i = - i (2.8) (2.9) Av = V o = V i Penguat Non Inverting Penguat non-inverting adalah penguat yang keluarannya sefasa dengan masukannya serta memenuhi hubungan R f tertentu dengan R 1. Diagram rangkaian penguat non-inverting dapat dilihat pada gambar V 1 V i = 0 V o i = 0 R 1 V 1 R f Gambar 2.20 Penguat Non Inverting V 1 = Vo.... (2.10) (2.11) Av = 1 + Vo = (1 + V 1

21 Penguat Buffer Penguat buffer diperlihatkan pada gambar 2.21, dan mempunyai penguatan (gain) sama dengan 1 dengan impedansi masukan yang tinggi sehingga cocok untuk penguat awal sensor atau lainnya. Vi Vo Gambar 2.21 Penguat Buffer Vo = Vi.....(2.12) Av = = (2.13) Penguat Diferensial (Pengurang / substractor) Penguat diferensial digunakan untuk memperkuat sinyal-sinyal kecil yang teredam dalam sinyal-sinyal yang jauh lebih besar. Penguat ini dibangun oleh empat tahanan presisi (1%) dan sebuah op-amp, seperti terlihat pada gambar 2.22, pada penguat ini terdapat dua terminal, input (-) dan (+) yang dihubungkan ke terminal op-amp terdekat. R2 R1 V1 V2 R1 X Vo R2 Gambar 2.22 Penguat diferensial

22 26 Gambar 2.22 memperlihatkan bagaimana sebuah op-amp dapat digunakan sebagai penguat diferensial, yang memperkuat selisih antara dua sinyal masukan. Karena op-amp mempunyai impedansi yang tinggi diantara terminal-terminal masukannya, maka secara virtual tidak ada arus yang mengalir diantara kedua terminal masukannya. Jadi tidak ada beda potensial diantara kedua terminal masukan, dan oleh karena itu keduanya berada pada potensial yang sama yaitu x. Tegangan V 2 adalah tegangan pada resistor R 1 dan R 2. Jadi terdapat sebuah rangkaian pembagi tegangan dengan besar potensial pada masukan non inverting yang sama dengan potensial pada titik x yaitu Vx sebagai :. (2.14) Arus yang melewati resistor umpan balik pasti sama dengan arus yang mengalir dari V 1 melewati R 1, jadi : (2.15) Persamaan diatas dapat disusun ulang untuk menghasilkan : ( ).... (2.16) Dengan mensubstitusikan Vx dari persamaan sebelumnya, maka diperoleh : Vo = (V 2 V 1 ) 2.11 Penguat Instrumentasi Penguat instrumentasi adalah salah satu dari penguat-penguat yang paling bermanfaat, cermat dan serbaguna yang ada pada saat ini. Fungsi utama penguat instrumentasi adalah untuk memperkuat tegangan yang tepat berasal dari sensor atau transduser secara akurat. Rangkaian penguat instrumentasi digunakan dimana akurasi tinggi dan stabilitas sistem rangkaian diperlukan.

23 27 V1 A1 R4 R5 R3 Rg A3 Vo V2 A2 R2 R6 R7 Gambar 2.23 Rangkaian penguat instrumentasi Penguat diferensial merupakan bentuk paling sederhana dari apa yang kerap disebut sebagai penguat instrumentasi. Bentuk lain yang lebih umum digunakan terdiri dari tiga buah penguat operasional. Rangkaian semacam ini tersedia sebagai IC tunggal. Rangkaian tingkat pertama melibatkan penguat A1 dan A2. Tingkat rangkaian ini akan memperkuat kedua sinyal masukan tanpa meningkatkan tegangan mode common-nya, sebelum penguat A3 digunakan untuk memperkuat sinyal diferensialnya. Penguatan diferensial yang dihasilkan oleh penguat A1 dan A2 adalah (Rg+R 2 +R 3 ) / Rg, Sedangkan penguatan yang dihasilkan penguat A3 adalah R 5 / R 4 Diasumsikan semua resistor mempunyai nilai yang sama sebesar R kecuali Rg, maka :.... (2.17) (V 2 V 1 )... (2.18)

24 28 Karakteristik dari penguat instrumentasi ini diantaranya : 1) DC offset sangat rendah, low drift, low noise dan open loop gain yang sangat tinggi. 2) Gain tegangannya, dari masukan diferensial (V 1 - V 2 ) ke keluaran berujung tunggal, disetel oleh satu tahanan. 3) Impedansi masukan dari kedua masukannya sangat tinggi dan tak berubah jika gainnya berubah. 4) Tegangan keluaran V O tidak tergantung pada tegangan bersama V 1 maupun V 2 (CMRR tinggi) Penyearah Satu Fasa Setengah Gelombang Dioda semikonduktor banyak digunakan sebagai penyearah. Penyearah yang paling sederhana adalah penyearah setengah gelombang, yaitu yang terdiri dari sebuah dioda. Melihat dari namanya, maka hanya setengah gelombang saja yang akan disearahkan. Gambar 2.24 menunjukkan rangkaian penyearah setengah gelombang. AC Vi I RL RL Gambar 2.24 Penyearah satu fasa setengah gelombang Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah bahwa pada saat sinyal input (Vi) pada setengah perioda positif, maka dioda mendapat bias maju sehingga arus (I RL ) mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input pada setengah perioda negatif maka dioda mendapat bias mundur sehingga tidak arus (I RL ) yang mengalir ke beban (RL) dan berarti tegangan V RL sama dengan nol. Bentuk tegangan masukan dan keluaran penyearah setengah gelombang diperlihatkan pada gambar 2.25.

25 29 Vi Vm 2 t V RL Vm 2 t Gambar 2.25 Bentuk gelombang penyearah setengah gelombang V RL,dc = = = (- cos t) = ( ) = volt V RL,eff = = = = = = volt 2.13 Rangkaian Regulator Regulator tegangan berfungsi untuk menstabilkan tegangan agar tegangan yang ada selalu konstan. Hal ini dimaksudkan agar pasokan tegangan yang akan digunakan selalu stabil, sehingga beban yang disuplai sistem kerjanya tidak terganggu. Oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply dipakai IC Regulator tegangan agar tegangan outputnya stabil. IC yang biasa digunakan adalah IC 78XX, dan IC 79XX.

26 31 Keluarga IC 78XX dan 79XX adalah pilihan utama bagi banyak sirkuit elektronika yang memerlukan catu daya teregulasi karena mudah digunakan dan harganya relatif murah. Untuk spesifikasi IC individual, XX digantikan dengan angka dua digit yang mengindikasikan tegangan keluaran yang didesain, contohnya 7805 mempunyai keluaran 5 volt dan 7812 memberikan 12 volt dan seterusnya. Pada gambar 2.26 diperlihatkan bentuk dan konfigurasi IC 78XX dan IC 79XX. Gambar 2.26 Bentuk dan konfigurasi IC 78XX dan 79XX Keluarga IC 78XX merupakan regulator tegangan positif, yaitu regulator yang didesain untuk memberikan tegangan keluaran yang relatif positif terhadap ground bersama. Sedangkan keluarga 79XX adalah peranti komplementer yang didesain untuk catu negatif. IC 78xx dan 79xx dapat digunakan bersamaan untuk memberikan regulasi tegangan terhadap pencatu daya simetris. Dibawah ini adalah contoh aplikasi IC 78XX dan 79XX dalam power supply simetris ±15 V. Gambar 2.27 Aplikasi IC 78XX dan 79XX pada power supply simetris.

27 Regulator Variabel LM 317 LM 317 adalah sebuah IC regulator tegangan positif yang dapat disetel / diseting yang memiliki 3 kaki dan mampu untuk mencatu lebih dari 1.5 A pada tegangan keluaran dalam jangkauan antara 1.2V 37V. LM 317 mudah sekali digunakan dan hanya memerlukan dua resistor eksternal guna menentukan tegangan keluarannya. Selain itu, peregulasiannya lebih baik dari regulatorregulator tetap yang standar. Gambar 2.28 IC Regulator LM 317 Untuk mencari tegangan keluaran pada power supply yang menggunakan IC regulator LM 317 dapat kita hitung menggunakan rumus sebagai berikut: Vout = 1,25 ( R 2 / R ). Pada gambar berikut adalah contoh rangkaian regulator variabel menggunakan IC LM 317. Gambar 2.29 Rangkaian regulator variabel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi dalam era globalisasi setiap harinya mengalami perkembangan yang dinamis, salah satu bentuk dari perkembangan teknologi tersebut terutama di bidang industri

Lebih terperinci

Sensor Thermal. M. Khairudin. Jogjakarta State University

Sensor Thermal. M. Khairudin. Jogjakarta State University Sensor Thermal Sensor Thermal Pada aplikasi pendeteksian atau pengukuran tertentu, dapat dipilih salah satu tipe sensor dengan pertimbangan : 1. Penampilan (Performance) 2. Kehandalan (Reliable) dan 3.

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR SUHU (PTC, NTC, LM35)

JOBSHEET SENSOR SUHU (PTC, NTC, LM35) JOBSHEET SENSOR SUHU (PTC, NTC, LM35) A. TUJUAN Setelah melakukan praktikum ini, Mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui pengertian rangkaian Sensor Suhu LM 35, PTC dan NTC terhadap besaran fisis. 2.

Lebih terperinci

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect D = Konstanta ketebalan Gambar 2.19 Cara kerja Hall-Effect Sensor Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect Dari persamaan terlihat V H berbanding lurus dengan I dan B. Jika I dipertahankan konstan maka

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor/Tranduser Sensor adalah elemen yang menghasilkan suatu sinyal yang tergantung pada kuantitas yang diukur. Sedangkan tranduser adalah suatu piranti yang mengubah suatu sinyal

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip RTD. Menjelaskan dengan benar mengenai

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1 Penguat Instrumen Missa Lamsani Hal 1 . Missa Lamsani Hal 2 / 28 Penguat Instrumentasi Penguat instrumentasi adalah suatu loop tertutup (close loop) dengan masukan differensial dan penguatannya dapat diatur

Lebih terperinci

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT merupakan sebuah transformator yang memiliki satu kumparan primer dan dua kumparan sekunder. Ketiga buah kumparan tadi, diletakkan simetris pada sebuah

Lebih terperinci

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR Resistance Temperature Detector (RTD) atau dikenal dengan Detektor Temperatur Tahanan adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) + PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OPAMP) Penguat operasional atau Operational Amplifier (OPAMP) yaitu sebuah penguat tegangan DC yang memiliki 2 masukan diferensial. OPAMP pada dasarnya merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Instrumentasi Pengukuran Dalam hal ini, instrumentasi merupakan alat bantu yang digunakan dalam pengukuran dan kontrol pada proses industri. Sedangkan pengukuran merupakan suatu

Lebih terperinci

Resistor. Gambar Resistor

Resistor. Gambar Resistor Resistor Resistor merupakan komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga atau dalam

Lebih terperinci

PENGUKURAN TEMPERATUR

PENGUKURAN TEMPERATUR PENGUKURAN TEMPERATUR CONTENTS PENDAHULUAN RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR (RTD) THERMISTOR TERMOKOPEL METODE KALIBRASI INTRODUCTION TEMPERATUR TIDAK SEPERTI BESARAN LAIN (PANJANG, WAKTU, MASSA) ADALAH

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Sensor dan Tranduser

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Sensor dan Tranduser Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Sensor dan Tranduser Contoh Soal Ringkasan Latihan Assessment Pada sistem pengendalian loop tertutup, terkadang bentuk energi dari sinyal keluaran plant

Lebih terperinci

Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama

Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama Sensor Sensor merupakan suatu alat/device yang berfungsi mengubah suatu besaran fisik (kecepatan,suhu,intensitas cahaya) dan besaran kimia (molaritas, mol)

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA DASAR. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA DASAR. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTRONIKA DASAR Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd Komponen pasif adalah komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya tidak memerlukan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri. Komponen pasif menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

SENSOR DAN TRANDUSER. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser

SENSOR DAN TRANDUSER. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser SENSOR DAN TRANDUSER PENGANTAR Pada sistem pengaturan loop tertutup, terkadang bentuk energi dari sinyal keluaran plant tidak sama dengan bentuk energi dari sinyal masukan sehingga tidak dapat dibandingkan,

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Termistor

BAB I PENDAHULUAN Termistor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Termistor (Tahanan Termal) adalah salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai koefisien temperatur yang tinggi, dimana komponen ini dapat mengubah nilai resistansi karena

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI THERMINOLOGY TEMPERATURE / SUHU

PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI THERMINOLOGY TEMPERATURE / SUHU THERMINOLOGY PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI THERMAL SENSOR TEMPERATURE / SUHU 1) The degree of hotness or coldness of a body or environment. 2) A measure of the average kinetic energy of the particles in

Lebih terperinci

UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL

UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL Saminto, Untung Margono, Ihwanul Aziz, Sugeng Riyanto - BATAN Yogyakarta ptapb@batan.go.id ABSTRAK UJI FUNGSI PENGENDALI

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODUL PRAKTIKUM PENGKONDISI SINYAL PENGUKURAN TEMPERATUR

RANCANG BANGUN MODUL PRAKTIKUM PENGKONDISI SINYAL PENGUKURAN TEMPERATUR RANCANG BANGUN MODUL PRAKTIKUM PENGKONDISI SINYAL PENGUKURAN TEMPERATUR DESIGN AND IMPLEMENTATION OF SIGNAL CONDITIONER TEMPERATURE MEASUREMENT MODULE PROYEK AKHIR Laporan ini disusun untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler

Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler Mytha Arena 1, Arif Basuki 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta Jln. Babarsari, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281. mytha98@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu: BAB II DASAR TEORI 2.1 Instrumentasi Pengukuran Dalam hal ini, instrumentasi merupakan alat bantu yang digunakan dalam pengukuran dan kontrol pada proses industri. Sedangkan pengukuran merupakan suatu

Lebih terperinci

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi 1 OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi Operasional Amplifier (OP-AMP) 2 Operasi Amplifier adalah suatu penguat linier dengan penguatan tinggi. Simbol 3 Terminal-terminal luar di samping power

Lebih terperinci

Penguat Oprasional FE UDINUS

Penguat Oprasional FE UDINUS Minggu ke -8 8 Maret 2013 Penguat Oprasional FE UDINUS 2 RANGKAIAN PENGUAT DIFERENSIAL Rangkaian Penguat Diferensial Rangkaian Penguat Instrumentasi 3 Rangkaian Penguat Diferensial R1 R2 V1 - Vout V2 R1

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

BABV INSTRUMEN PENGUAT

BABV INSTRUMEN PENGUAT BABV INSTRUMEN PENGUAT Operasional Amplifier (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu (IC) linier yang hampir setiap hari terlibat dalam pemakaian peralatan elektronik yang semakin bertambah di berbagai bidang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Dalam perancangan alat pengendali kipas angin menggunnakan mikrokontroler ATMEGA8535 berbasis sensor suhu LM35 terdapat beberapa masalah yang

Lebih terperinci

4.5 THERMOKOPEL Efek Termoelektri

4.5 THERMOKOPEL Efek Termoelektri bath, responnya adalah 0.5 detik. Termistor yang sama pada udara mempunyai waktu respon 10 detik. Ketika dilindungi dalam teflon atau bahan yang lain untuk perlindungan melawan keadaaa lingkungan, waktu

Lebih terperinci

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: Menggunakan rumus-rumus dalam rangkaian elektronika untuk menganalisis rangkaian pengkondisi sinyal pasif Menggunakan kaidah, hukum, dan rumus

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

MODUL I SENSOR SUHU. 3. Alat Alat Praktikum Alat praktikum meliputi : Sensor suhu Exacon D-OS3; Modul Pengolah Sinyal Multimeter Pemanas

MODUL I SENSOR SUHU. 3. Alat Alat Praktikum Alat praktikum meliputi : Sensor suhu Exacon D-OS3; Modul Pengolah Sinyal Multimeter Pemanas 1 MODUL I SENSOR SUHU 1. Pendahuluan Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya. Ada beberapa metode yang digunakan

Lebih terperinci

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI JOBSHEET 6 PENGUAT INSTUMENTASI A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Instrumentasi ini adalah :. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat instrumentasi sebagai aplikasi dari rangkaian

Lebih terperinci

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi 15 Program ini yang nantinya akan mengolah tegangan analog dari sensor menjadi sebuah kode-kode digital. Hasil pengolahan data dari ADC tersebut ditampilkan pada layar LCD untuk pengukuran suhu dalam bentuk

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT)

RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT) RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT) Wildian dan Irza Nelvi Kartika Jurusan Fisika Universitas Andalas wildian_unand@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. BAB II LANDASAN TEORI II.I. Pengenalan Alat Ukur. Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang

Lebih terperinci

MAKALAH BENGKEL ELEKTRONIKA PENDETEKSI KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM355. Oeh:

MAKALAH BENGKEL ELEKTRONIKA PENDETEKSI KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM355. Oeh: MAKALAH BENGKEL ELEKTRONIKA PENDETEKSI KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM355 Oeh: Fatimah N. H. Kusnanto Mukti W. Edi Prasetyo M0209025 M0209031 M0210019 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Workshop Instrumentasi Industri Page 1 INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,

Lebih terperinci

Gambar 2.1. simbol op amp

Gambar 2.1. simbol op amp BAB II. PENGUAT OP AMP II.1. Pengenalan Op Amp Penguat Op Amp (Operating Amplifier) adalah chip IC yang digunakan sebagai penguat sinyal yang nilai penguatannya dapat dikontrol melalui penggunaan resistor

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam BAB III PERENCANAAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam merencanakan alat yang dibuat. Adapun pelaksanaannya adalah dengan menentukan spesifikasi dan mengimplementasikan dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR BEBAN (STRAIN GAUGE)

JOBSHEET SENSOR BEBAN (STRAIN GAUGE) JOBSHEET SENSOR BEBAN (STRAIN GAUGE) A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sensor strain gauge 2. Mahasiswa dapat menjelaskan rangkaian sensor strain gauge 3. Mahasiswa dapat mempraktekkan

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear PENGUAT OPERASIONAL ⓿ Pendahuluan ❶ Karakteristik dan Pemodelan ❷ Operasi pada Daerah Linear Model Virtual Short Circuit Metoda Inspeksi Metoda Sistematik ❸ Operasi pada Daerah NonLinear Rangkaian Ekivalen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. KEPEMILIKAN DAN PENGESAHAN... iii UNIT I. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN... 1 UNIT II. APLIKASI OP-AMP 1...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. KEPEMILIKAN DAN PENGESAHAN... iii UNIT I. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN... 1 UNIT II. APLIKASI OP-AMP 1... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i KEPEMILIKAN DAN PENGESAHAN... iii UNIT I. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN... 1 UNIT II. APLIKASI OP-AMP 1... 7 UNIT III. APLIKASI OP-AMP PENGUAT TAK MEMBALIK... 12 UNIT IV. APLIKASI

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) MODUL II Praktikum OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) 1. Memahami cara kerja operasi amplifiers (Op-Amp). 2. Memahami cara penghitungan pada operating amplifiers. 3. Mampu menggunakan IC Op-Amp pada rangkaian.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Pada saat kita mencuci pakaian baik secara manual maupun menggunakan alat bantu yaitu mesin cuci, dalam proses pengeringan pakaian tersebut belum

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL Pengkondisian sinyal merupakan suatu konversi sinyal menjadi bentuk yang lebih sesuai yang merupakan antarmuka dengan elemen-elemen lain dalam suatu kontrol proses.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Signal Conditioning. Gambar 2.1 Diagram blok sistem pengukuran (buku measurement sistem Bolton)

BAB II DASAR TEORI. Signal Conditioning. Gambar 2.1 Diagram blok sistem pengukuran (buku measurement sistem Bolton) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Sistem pengukuran adalah aktivitas yang membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia nyata lalu memberikanya nilai atau angka terhadap kejadian tersebut.

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi

Lebih terperinci

LAPORAN. Project Microcontroller Semester IV. Judul : Automatic Fan. DisusunOleh :

LAPORAN. Project Microcontroller Semester IV. Judul : Automatic Fan. DisusunOleh : LAPORAN Project Microcontroller Semester IV Judul : Automatic Fan DisusunOleh : Nama: Riesca Nusa.D Nim : 13140002 Nama: Nita Chairunnisa Nim : 13140007 Nama: Iqra Ali Nim : 13140026 Nama: Mufzan Nur Nim

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR 3.1 Prinsip Kerja Sensor LDR LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronik yang resistansinya berubah ubah tergantung pada intensitas cahaya. Jika intensitas

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN 2.1. C-V Meter Karakteristik kapasitansi-tegangan (C-V characteristic) biasa digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu

Lebih terperinci

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE Penguat Operasional OPAMP Penguat Operasional atau disingkat Opamp adalah merupakan suatu penguat differensial berperolehan sangat tinggi yang terkopel DC langsung, yang dilengkapi dengan umpan balik untuk

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER )

PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER ) PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER ) A. Tujuan 1. Menyelidiki penguatan penguat operasi 2. Menyelidiki beda fase antara tegangan input dan output B. Dasar Teori Penguat operasi (operational

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Temperatur Temperatur adalah suatu penunjukan nilai panas atau nilai dingin yang dapat diperoleh/diketahui dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan termometer. Termometer

Lebih terperinci

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN Teknik pengukuran telah berperan penting sejak awal peradaban manusia, ketika pertama kali digunakan untuk mengatur transfer barang dalam perdagangan barter agar terjadi pertukaran

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET INSTRUMENTASI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET INSTRUMENTASI No.LST/TE/EKA5228/06 Revisi : 00 Tgl: 8 Sept 2015 Hal 1 dari 5 1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik dan kalibrasi rangkaian sensor suhu LM 335 2. Sub Kompetensi : 1) Menggambarkan kurva karakteristik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL

RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL Oleh: Yusman Wiyatmo dan Budi Purwanto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY ABSTRAK Tujuan yang akan dicapai melaui penelitian ini adalah: 1) membuat

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TEMPERATURE TRANSMITTER MENGGUNAKAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) IC LM741.

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TEMPERATURE TRANSMITTER MENGGUNAKAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) IC LM741. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TEMPERATURE TRANSMITTER MENGGUNAKAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) IC LM741. Lilik Hari Santoso 1, Achmad Anwari 1, Dewi Kartikasari 1,* 1 Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Pengujian Perangkat Keras (Hardware) Pengujian perangkat keras sangat penting dilakukan karena melalui pengujian ini rangkaian-rangkaian elektronika dapat diuji

Lebih terperinci

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER 52150802 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 KONSEP AKUISISI DATA DAN KONVERSI PENGERTIAN Akuisisi data adalah pengukuran sinyal elektrik dari transduser dan peralatan

Lebih terperinci

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI SISWA KELAS XII TEI2 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU CREW 2 CREW 11268/130.EI Suryo Hadi Sampurno

Lebih terperinci

TERMINOLOGI PADA SENSOR

TERMINOLOGI PADA SENSOR TERMINOLOGI PADA SENSOR Tutorial ini merupakan bagian dari Seri Pengukuran Fundamental Instrumen Nasional. Setiap tutorial dalam seri ini, akan mengajarkan anda tentang topik spesifik aplikasi pengukuran

Lebih terperinci

Elektronika Dasar. Materi PERANTI ELEKTRONIKA (Resistor) Drs. M. Rahmad, M.Si Ernidawati, S.Pd. M.Sc. Oleh. Peranti/mrd/11 1

Elektronika Dasar. Materi PERANTI ELEKTRONIKA (Resistor) Drs. M. Rahmad, M.Si Ernidawati, S.Pd. M.Sc. Oleh. Peranti/mrd/11 1 Elektronika Dasar Oleh Drs. M. Rahmad, M.Si Ernidawati, S.Pd. M.Sc Materi PERANTI ELEKTRONIKA (Resistor) Peranti/mrd/11 1 PERTANYAAN Mengapa perlu mempelajari Komponen Elektronika? Apakah yang dimaksud

Lebih terperinci

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika Resume Praktikum Rangkaian Elektronika 1. Pertemuan kesatu Membahas silabus yang akan dipelajari pada praktikum rangkaian elektronika. Membahas juga tentang komponen-komponen elektronika, seperti kapasitor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

Elektronika Kontrol. Sensor dan Tranduser. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

Elektronika Kontrol. Sensor dan Tranduser. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Elektronika Kontrol Sensor dan Tranduser Teknik Elektro Universitas Brawijaya Definisi Sensor dan transduser sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal

Lebih terperinci

1.1. Definisi dan Pengertian

1.1. Definisi dan Pengertian BAB I PENDAHULUAN Sistem kendali telah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Peranan sistem kendali meliputi semua bidang kehidupan. Dalam peralatan, misalnya proses

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI SIRKULASI UDARA BERDASARKAN KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR UNTUK KENYAMANAN RUANGAN

SISTEM KENDALI SIRKULASI UDARA BERDASARKAN KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR UNTUK KENYAMANAN RUANGAN SISTEM KENDALI SIRKULASI UDARA BERDASARKAN KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR UNTUK KENYAMANAN RUANGAN Robby Candra 1, Muhammad Subchan Karim 2 1,2 Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer & Teknologi

Lebih terperinci

BAB II 1 LANDASAN TEORI

BAB II 1 LANDASAN TEORI BAB II BAB II 1 LANDASAN TEORI 1.1 Sensor/Tranduser Sensor adalah elemen yang menghasilkan suatu sinyal yang tergantung pada kuantitas yang diukur. Sedangkan tranduser adalah suatu piranti yang mengubah

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS

OPERATIONAL AMPLIFIERS OPERATIONAL AMPLIFIERS DASAR OP-AMP Simbol dan Terminal Gambar 1a: Simbol Gambar 1b: Simbol dengan dc supply Standar operasi amplifier (op-amp) memiliki; a) V out adalah tegangan output, b) V adalah tegangan

Lebih terperinci

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012 SISTEM KONVERTER DC Desain Rangkaian Elektronika Daya Oleh : Mochamad Ashari Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012 Diterbitkan oleh: ITS Press. Hak Cipta dilindungi Undang undang Dilarang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Perangkat Keras Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara otomatis menggunakan sensor suhu LM35 ditunjukkan pada gambar berikut : 8 6

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH MEMPELAJARI DAN MENGANALISIS KELUARAN PENGUAT INSTRUMENTASI (INSTRUMENTATION AMPLIFIER)

KARYA TULIS ILMIAH MEMPELAJARI DAN MENGANALISIS KELUARAN PENGUAT INSTRUMENTASI (INSTRUMENTATION AMPLIFIER) KARYA TULIS ILMIAH MEMPELAJARI DAN MENGANALISIS KELUARAN PENGUAT INSTRUMENTASI (INSTRUMENTATION AMPLIFIER) I Wayan Supardi, S.Si., M.Si Ir. Ida Bagus Sujana Manuaba, M.Sc JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Sebuah transduser secara umum didefinisikan sebagai sebuah alat yang mengubah sinyal dari satu bentuk menjadi sinyal yang sesuai dan memiliki bentuk yang berbeda. Transduser

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

Sistem pengukuran Sistem pengukuran merupakan bagian pertama dalam suatu sistem pengendalian Jika input sistem pengendalian salah, maka output salah

Sistem pengukuran Sistem pengukuran merupakan bagian pertama dalam suatu sistem pengendalian Jika input sistem pengendalian salah, maka output salah Sistem pengukuran Sistem pengukuran merupakan bagian pertama dalam suatu sistem pengendalian Jika input sistem pengendalian salah, maka output salah Jika hasil pengukuran (input sistem pengendalian) salah,

Lebih terperinci