Kontes Kecantikan : Antara Eksploitasi dan Eksistensi Perempuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kontes Kecantikan : Antara Eksploitasi dan Eksistensi Perempuan"

Transkripsi

1 Kontes Kecantikan : Antara Eksploitasi dan Eksistensi Perempuan Ani Herna Sari, S.IP, M.Med.Kom anihernasari@gmail.com Abstrak Kontes kecantikan, baik dalam maupun luar negeri selalu mendapat perhatian khusus. Keberadaannya selalu diliput semua media, baik itu media elektronik maupun non elektronik. Di Indonesia sendiri banyak sekali kontes kecantikan mulai dari Putri Indonesia, Miss Indonesia, Putri Pariwisata Indonesia, Miss Eart Indonesia, Putri Kebaya Indonesia, Miss Celebrity Indonesia, Putri Muslimah Indonesia, Miss Jakarta Fair, Miss Scuba. Ada dua kontes kecantikan yang sama-sama menduduki peringkat tertinggi dalam hal peminat dan jangkauannya, karena pemenangnya bisa mengikuti kontes kecantikan ditingkat internasional yaitu Puteri Indonesia dan Miss Indonesia. Kontes kecantikan pemilihan Puteri Indonesia tepatnya dimulai sejak tahun Sementara ajang Miss Indonesia baru dimulai tahun Pemenang pemilihan Puteri Indonesia otomatis jadi wakil Indonesia di ajang pemilihan Miss Universe. Pemenang Miss Indonesia mewakili Indonesia di kontes Miss World. Baik Miss Universe maupun Miss World maknanya sama yakni Ratu Sejagat. Fenomena sosial ini menarik dan menimbulkan pertanyaan yang patut mendapat perhatian. Kaum feminis menganggap bahwa eksploitasi terhadap diri perempuan sudah berlangsung. Kenapa kontes kecantikan ini tidak pernah sepi pesertanya dan sebagian besar wanita memimpikannya padahal sudah terbukti proses eksploitasi sedang terjadi? Bagaimana peserta kontes memenuhi kriteria panitia kontes? Kenapa media begitu antusias mempublikasikan nya dan bilamana komodifikasi itu berlangsung? A. Pendahuluan Para perempuan 1, yang kurus dan yang gemuk, berbicara tentang penderitaan yang disebabkan karena usaha mereka untuk mendapatkan titik temu antara pelbagai tumtutan ideal tubuh yang kurus. Mereka juga mempunyai ketakutan pada pertambahan usia. Para perempuan, baik yang berkulit putih, berkulit hitam, maupun sawo matang perempuan yang tampak sebagai seorang model fashion menyatakan mereka tahu, sejak awal mereka dapat berpikir secara sadar, bahwa sosok yang ideal adalah sosok yang kurus, timggi, putih, dan berambut pirang, dengan wajah yang mulus tanpa noda, simetri, tanpa cacat sedikitpun. 2 Adalah hak perempuan untuk bagaimana mereka ingin menampilkan dirinya dan ingin jadi perempuan macam apa mereka, alih-alih sebuah tindakan yang mematuhi kekuatan pasar dan dikte dari industri periklanan yang bernilai triliunan dolar. 3 Fenomena ajang kontes kecantikan dengan beragam jenisnya baik yang bersifat lokal, regional, nasional, bahkan sampai internasional, promosi produk, mulai dari busana, aksesoris atau produk lainnya, bahkan lebih ironisnya lagi, kecantikan perempuan acapkali ditampilkan sebagai maskot untuk sebuah produk yang tidak ada kaitannya dengan keperempuanan sehingga senantiasa menghiasi media baik cetak maupun elektronik. 1 Menurut Zaitunah Subhan, Sampai saat ini belum ada kesepakatan dalam penggunaan istilah perempuan atau wanita. Kedua istilah ini wanita dan perempuan bukan hanya berkaitan dengan citra, mitos, atau stereotype (citra baku). Dalam perspektif feminis, mereka lebih cenderung kepada perempuan. Menurut Mernissi, kata wanita adalah kata halus bahasa Indonesia, sedangkan kata perempuan merupakan kata halus Melayu. Kaum feminis Indonesia lebih suka menggunakan kata perempuan daripada wanita. Dr.Hj. Zaitunah Subhan, Kodrat perempuan : Takdir atau Mitos, PT Elkis Pelangi Aksara (El KahfiKahfi), 2004, hal Naomi Wolf, Mitos Kecantikan : Kala Kecantikan Menindas Perempuan, Niagara, 2004, hal Ibid. hal 5 67

2 Ajang Prestisius yang selalu di nanti perempuan perempuan Indonesia khususnya yang merasa mereka punya kemampuan dan kecantikan adalah pemilihan Putri Indonesia dan Miss Indonesia. Pada tabel dibawah ini bisa kita lihat perbandingan dari kedua kontes kecantikan tersebut. 4 Puteri Indonesia Miss Indonesia Diselenggarakan oleh Yayasan Puteri Indonesia sejak tahun 1992 yang diketuai oleh Ibu Mooryati Soedibyo dan dibawah naungan Miss Universe Organization. Penyelenggara Diselenggarakan oleh MNC Grup melalui Yayasan Miss Indonesia sejak tahun 2005 yang diketuai oleh Liliana Tanoesoedibjo dan dibawah naungan Miss World Organization. Ratu Sponsor Utama Perusahaan kosmetik Mustika Perusahaan Kosmetik Sari Ayu. Hak siarnya dipegang oleh Indosiar Menggunakan parameter penilaian 3B, yaitu: 1. Brain: Kecerdasan 2. Beauty: Penampilan menarik 3. Behavior: Berperilaku baik Menyandang gelar Puteri Indonesia dan berhak mewakili Indonesia dalam ajang Miss Universe. Hak Siar Hak siarnya dipegang MNC Group, khususnya RCTI Kriteria MISS Penilaian dilakukan dengan akronim 1. Manner: Perilaku baik 2. Impressive: Berkesan 3. Smart: Cerdas 4. Sosial: Bersosial tinggi Pemenang Utama Menyandang gelar Miss Indonesia dan berhak mewakili Indonesia dalam ajang Miss World. Daftar Pemenang Penghargaan 1. Puteri Indonesia 1. Miss Indonesia 2. Runner-up 1 - Puteri 2. Runner-up 1 Indonesia Lingkungan 3. Runner-up 2 - Puteri 3. Runner-up 2 Indonesia Pariwisata 4. Miss Talent 4. Puteri Indonesia 5. Miss Sportwoman Intelegensia 6. Miss Top Model

3 5. Puteri Indonesia Berbakat 6. Puteri Indonesia Persahabatan 7. Puteri Indonesia Kepulauan 7. Miss Beauty Skin 8. Miss Online 9. Miss Lifestyle 10. Miss Favorite 11. Miss Congeniality 12. Miss Very Fresh Dalam tabel tersebut dapat kita lihat bahwa persamaan yang sangat jelas terlihat. Dimana kedua kontes tersebut dimiliki hak siarnya oleh 2 stasiun televisi besar di Indonesia. Dan juga sama-sama di sponsori oleh dua brand kosmetik ternama dan terlaris di Indonesia. Sudah bisa dipastikan bahwa praktek komodifikasi 5 sedang berlangsung. Dimana kontes kecantikan menjadi komoditas yang dinilai laku dipasar sehingga menguntungkan. Ide tentang kecantikan berkembang bersamaan dengan ide tentang uang, sehingga keduanya nyata-nyata menjadi pararel dalam ekonomi konsumen kita. 6 Ketika gerakan perempuan mulai berkembang memasuki pasar tenaga kerja, baik lelaki maupun perempuan terbiasa menilai kecantikannya sebagai kekayaan. Tak sekadar hanya jadi ajang untuk melihat perempuan-perempuan seksi, ajang ini juga bertujuan mendongkrak pariwisata. Setidaknya ini yang menjadi alasan yang selalu ditonjolkan saat promosi. Namun, apakah mendongkrak pariwisata negeri menjadi motif yang sama dalam benak para peserta untuk ikut dalam kontes kecantikan? B. Perempuan dan eksistensi kecantikannya Tahun 2009, pemilihan kontes kecantikan Puteri Indonesia di menangkan oleh Puteri NAD (Nangroe Aceh Darussalam) Qory Sandioriva. Saat itu terjadi kontroversi karena Qory tidak mengenakan jilbab. Masyarakat Aceh sempat mengecam pernyataannya di media, bahwa rambutnya adalah mahkota yang patut untuk dibanggakan dan setidaknya tidak untuk ditututpi atau disembunyikan. 7 Cerita Nawang Wulan Hanafi lain lagi, Miss Tourism World Congeniality 2015 ketika berbicang dengan CNNIndonesia.com bahwa salah satu alasannya adalah untuk balas dendam., Berbekal sakit hati dan keinginan membuktikan diri menjadi lebih baik, Nawang rela diet ketat dan kemudian mengikuti berbagai kontes, Berbagai pengorbanan pun ia pertaruhkan. Nawang sadar, segala sesuatu yang diinginkan perlu adanya pengorbanan.dikna Faradiba, Putri Pariwisata Indonesia 2015 menuturkan kalo dia ingin bisa mempengaruhi orang lain oleh karena itu dia harus mendapat kekuasaan untuk dapat mempengaruhi pikiran orang. 8 Singkatnya perempuan selalu menderita untuk menjadi sosok yang cantik. Buatnya pakaian itu adalah seragam untuk penunjang penampilan bisa juga mengidikasikan kedudukan sosial perempuan (standar kehidupan, kesejahteraan, dan lingkungan sosial tempat ia berada). Tugas sosialnya adalah menunjukkan hal bagus, dikombinasikan dengan kebanggan untuk membiarkan dirinya dilihat. 9 Simone De Beaufeur dalam bukunya mengatakan selama beberapa waktu diyakini narsisme adalah sikap dasar kaum perempuan. Pada kenyataannya, narsisme merupakan sebuah 5 Menurut Idi Subandy Ibrahim, Komodifikasi adalah proses perubahan barang dan jasa yang semula dinilai karena ia laku dipasar sehingga menguntungkan. Dalam ekonomi politik komunikasi, komodifikasi didefinisikan secara sederhana oleh Vincent Mosco (2009) sebagai proses perubahan nilai guna menjadi nilai tukar. Syaiful Halim, Postkomodifikasi Media : Analisis Media Televisi dengan Teori Kritis dan Cultural Studies, Jalasutra, 2013, hal.viii 6 Naomi Wolf, op.,cit.,hal Simone De Beaufeur, Second Sex : Kehidupan Perempuan, Narasi Pustaka Promethea, 2016,

4 proses identifikasi yang terbentuk dengan baik, dimana ego dipandang sebagai tujuan absolut. 10 Menganggap diri mereka manis, menarik, dan mengagumkan, mereka pun merasa yakin diri mereka akan dicintai, diinginkan, dan dikagumi, 11 rok jauh lebih tidak nyaman daripada celana panjang, sepatu hak tinggi justru memperlambat irama berjalan, topi dan stoking yang paling rapuh adalah yang paling elegan. Pada usia remaja seorang gadis merasa terbelah antara penolakan dan keinginan untuk menujukkan dirinya sendiri; tapi ketika sudah menerima penerapan dirinya sebagai objek seksual, ia justru senang membuat dirinya tampak cantik. 12 Pemilik modal menangkap pesan tersebut dan berupaya memberikan media yang tepat untuk menyalurkan keinginan perempuan supaya bisa tampil lebih cantik daripada perempuan lain. Dengan dalih kebebasan berekspresi, setiap senti tubuh perempuan dijadikan komoditi walau harus melanggar nilai-nilai, seperti membuka aurat, menonjolkan lekuk tubuh, sampai adegan pornografi dan pornoaksi merupakan bukti nyata bahwa perempuan dan kecantikannya telah menjadi komoditi bagi para pemodal. Hal inilah yang ditangkap oleh media sebagai peluang pasar yang mendatangkan laba yang lumayan besar. Berapa banyak industri yang dapat ditampung sebagai sponsor acara tersebut. Dan sebegitu kuatnya industri kecantikan sehingga mampu menjadi salah satu penyokong utama dari sekian banyak sponsor yang menginginkan produk mereka mendapatkan slot untuk ditayangkan iklannya. C. Perempuan dan eksploitasi kecantikannya Kaum feminisme 13 menganggap kontes kecantikan sebagai eksploitasi besar-besaran terhadap kecantikan itu sendiri. Esensi dari gerakan feminisme adalah perjuangan agar perempuan dan laki-laki tidak di diskriminasi di semua bidang kehidupan. Kita memang berbeda, tapi bukan untuk dibedakan. 14 Dari sini kita akan bertemu dengan konsep pemberdayaan. Nursahbani Katjasungkana, mengemukakan ada 4 indikator pemberdayaan: Akses, dalam arti kesamaan hak dalam mengakses sumber daya-sumber daya produktif didalam lingkungan. 2. Partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam mendayagunakan asset atau sumber daya yang terbatas tersebut. 3. Kontrol, yaitu bahwa lelaki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan control atas pemanfaatan sumberdaya sumberdaya tersebut. 4. Manfaat, bahwa lelaki dn perempuan harus sama-sama menikmati hasil-hasil pemanfaatan sumberdaya atau pembangunan secara sama dan setara. Mereka yang pernah mengikuti kontes kecantikan merasa diri mereka berdaya karena telah memenangkan kontes yang diikuti oleh seluruh wanita Indonesia yang merasa diri mereka cantik. Di kontes tersebut kita akan di suguhkan perempuan-perempuan seksi yang berpakaian 10 Ibid, op,. cit,. hal, Ibid., op,.cit., hal Ibid., op,.cit., hal Feminism berasal dari kata latin femina yang berarti memiliki sifat keperempuanan. Hakikat feminisme adalah gerakan transformasi sosial, dalam arti tidak selalu hanya memperjuangkan masalah perempuan belaka. Dalam diskursus feminism ada dua kelompok berkaitan dengan kesetaraan gender yang saling bertolak belakang. Kelompok feminis pertama mengatakan bahwa konsep gender merupakan suatu konstruksi sosial sehingga perbedaan jenis kelamin tidak perlu mengakibatkan perbedaan peran dan perilaku gender dalam tataran sosial. Sedangkan feminis lainnya menganggap bahwa perbedaan jenis kelamin akan selalu berdampak terhadap konstruksi konsep gender dalam kehidupan sosial, sehingga jenis-jenis pekerjaan stereotip gender akan selalu ada. Pada tahun 1880-an gerakan feminisme sudah mulai muncul. Gerakan ini diawali oleh R.A Kartini. Dr. Riant Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus-Utamaannya di Indonesia, pustaka pelajar, 2008, hal Saparinah Sadli, Berbeda tapi Setara : Pemikiran tentang kajian Perempuan, PT Kompas Media Nusantara, 2010, hal. xii 15 Dr. Riant Nugroho, op., cit., hal. xxi 70

5 serba glamour dan berhak tinggi untuk menunjang penampilan mereka. Alih-alih menjadi penunjang dalam peningkatan industri pariwisata di Indonesia, ternyata dalam wawancara yang dilakukan CNN hal tersebut bukanlah tujuan utama mereka. Rata-rata ada persamaan dari pendapat mereka bahwa para kontestan sama-sama merasa bahwa mereka mempunyai sesuatu untuk dibanggakan dan diperlihatkan ke publik yaitu kecantikan yang sempurna. Tidak bisa dinafikan, kecantikan fisik adalah sisi yang paling menarik dari diri seorang perempuan sehingga kecantikan ini dilirik oleh banyak kalangan tidak terkecuali pemodal. Akibatnya, kecantikan perempuan dijadikan sebagai komoditas yang bisa menarik perhatian dan menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnnya. Ide tentang kecantikan sebenarnya sudah berkembang bersamaan dengan ide tentang uang, sehingga keduanya nyata-nyata menjadi pararel dalam ekonomi konsumen kita. Ketika gerakan perempuan mulai berkembang memasuki pasar tenaga kerja, baik laki-laki mapun perempuan terbiasa menilai kecantikannya sebagai kekayaan. 16 Saat media televisi menayangkan siaran langsung kontes kecantikan tersebut sudah bisa dilihat berapa jumlah iklan yang muncul dilayar televisi kita. Mulai dari riasan para kontestan yang memakai brand yang sudah ditentukan, setiap gaun yang dikenakan para kontestan juga di sponsori oleh salah satu butik tertentu, sepatu yang dikenakan, perhiasan yang menempel pada kontestan, suplemen kesehatan yang di minum, makanan ringan yang dihidangkan, alat elektronik yang dipakai, sampai pada salon kecantikan yang digunakan untuk merawat tubuh mereka agar tetap menjadi idola kaum hawa. Kesalahan lainnya, peran media dalam mengkonstruksi pemikiran masyarakat memiliki andil yang sangat besar. Saat ini tengah terjadi air bah informasi, yang datang dari media arus utama, hingga sosial media dan sarana komunikasi lainnya melalui gawai. Ada media arus utama, baik dari media cetak, radio, televisi hingga media online. Belum lagi sekitar 70 juta pengguna Facebook, dan media sosial lainnya. Jutaan orang memanfaatkan , whatsapp hingga sarana pesan lainnya yang menjadi sarana komunikasi dan mendapatkan informasi. Dari seluruh media tersebut, kesalahan demi kesalahan terbangun hingga menambah panjang rentetan diskriminasi, ketimpangan pada isu gender, hingga semakin jauh pemenuhan atas hak-hak perempuan. 17 Menurut Wolf, ada tiga kebohongan vital dalam ideology kecantikan yang terus tumbuh selama periode ini. Tiga kebohongan untuk melakukan kamuflase fakta bahwa fungsi actual pemberdayaan perempuan dalam dunia kerja adalah untuk menyediakan jalan yang bebas-resiko dan bebas-hukum bagi diskriminasi perempuan. Tiga kebohongan itu adalah : 1. Kecantikan telah didefinisikan sebagai kualifikasi yang memang perlu dan sah bagi kemunculan perempuan dalam kancah kekuasaan. 2. Tujuam nomor satu diatas harus ditutupi penempatan secara tepat. Bahwa kecantikan dapat diperoleh oleh setiap perempuan melalui hiburan dan kerja keras. 3. Perempuan pekerja selalu dinasehati bahwa mereka harus berpikir tetang kecantikan dalam sebuah cara yang tereduksi. Semakin dekat perempuan dengan kekuasaan, mereka semakin dituntut untuk memiliki keyakinan diri dan memberikan pengorbanan yang sifatnya lebih fisikal. Kecantikan menjadi syarat bagi perempuan untuk mengambil langkah selanjutnya Naomi Wolf, op., cit., hal Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia; Indikator Sensitif Gender Untuk Media ; Unesco; 2012; hal.9 18 Naomi Wolf, op., cit., hal

6 D. Kesimpulan Perempuan sebenarnya masih hidup dalam dominasi laki-laki. Dibalik gemerlapnya panggung kontes kecantikan ini, sesungguhnya di Indonesia sendiri kehadiran ajang ini banyak menuai pro dan kontra. Selain tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang ketimur-timuran, ajang ini dinilai merupakan sebuah bentuk eksploitasi perempuan. Salah satu cara kapitalis meraup keuntungan adalah dengan melaksanakan kontes ratu kecantikan. Kapitalis mengemas maksud terselubung kontes ini secara rapi. Kontes kecantikan hanyalah salah satu contoh fenomena bagaimana media secara tidak langsung menghegemoni perempuan lain sebagai penontonnya untuk memberikan standar kecantikan. Hal ini merupakan potret bagaimana kecantikan kemudian dikomodifikasi oleh pemilik modal, dan diolah menjadi ladang usaha. Media mengkonstruksi pikiran penonton kontes kecantikan yang sudah bisa dipastikan adalah perempuan, bagaimana menampilkan diri mereka agar terllihat cantik. Penampilan fisik antara masing-masing peserta sangat ditonjolkan melalui pakaian dan asesories yang melekat saat acara ini berlangsung. Kontes kecantikan merupakan sebuah ajang pemilihan ratu kecantikan. kriteria cantik menurut ajang ini justru menaruh perempuan kembali kepada feminine tradisional. Di mana perempuan ditempatkan sebagai sosok yang mendambakan fisik yang sempurna melalui kontes kecantikan. Daftar Pustaka Buku 1. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia; Indikator Sensitif Gender Untuk Media ; Unesco; Dr. Riant Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus-Utamaannya di Indonesia, pustaka pelajar, Dr.Hj. Zaitunah Subhan, Kodrat perempuan : Takdir atau Mitos, PT Elkis Pelangi Aksara (El KahfiKahfi), Naomi Wolf, Mitos Kecantikan : Kala Kecantikan Menindas Perempuan, Niagara, Simone De Beaufeur, Second Sex : Kehidupan Perempuan, Narasi Pustaka Promethea, Syaiful Halim, Postkomodifikasi Media : Analisis Media Televisi dengan Teori Kritis dan Cultural Studies, Jalasutra, Saparinah Sadli, Berbeda tapi Setara : Pemikiran tentang kajian Perempuan, PT Kompas Media Nusantara, 2010 Internet

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia sehingga banyak ditemui perempuan muslim Indonesia menggunakan jilbab,

Lebih terperinci

Analisa Media Edisi September 2013

Analisa Media Edisi September 2013 Industri Kecantikan Akhir September 2013 lalu perhelatan kontes ratu sejagad Miss World ke-63 usai diadakan di Nusa Dua Bali, Indonesia. Kontes ini diikuti 129 peserta dan disiarkan di 160 negara. Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari dan mendapatkan kebutuhan informasi, baik sekedar untuk pengetahuan maupun memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan menggemanya semangat back to nature, banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan menggemanya semangat back to nature, banyak orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan menggemanya semangat back to nature, banyak orang diseluruh dunia kini makin menggandrungi produk-produk yang terbuat dari bahan alami dan proses

Lebih terperinci

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parfum Casablanca merupakan produk perawatan tubuh yang berupa body spray. Melalui kegiatan promosi pada iklan di televisi, Casablanca ingin menyampaikan pesan bahwa

Lebih terperinci

[111] Cari Harta, Eksploitasi Wanita Saturday, 28 September :42

[111] Cari Harta, Eksploitasi Wanita Saturday, 28 September :42 Meski Hary Tanoe mengatakan bahwa perusahaannya tidak mencari keuntungan dari perhelatan kontes kecantikan ini, bau bisnis MNC tak bisa dielakkan. Apa mungkin MNC mau rugi? Tanpa mengindahkan penolakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lurus. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil menari. You are beautiful, beautiful, beautiful

BAB I PENDAHULUAN. lurus. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil menari. You are beautiful, beautiful, beautiful BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada suatu scene ada 9 orang perempuan dengan penampilan yang hampir sama yaitu putih, bertubuh mungil, rambut panjang, dan sebagian besar berambut lurus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia dibayar. Di Eropa tempat duduk seperti ini biasanya dihuni petinggi klub, pejabat, atau konglomerat sementara suporter biasa duduk di tempat biasa. Ada pula semacam anggapan yang berlaku bahwa suporter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan wajah identik bagi para wanita saja, namun saat ini para pria mulai menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehatan kulit wajah. Berbagai macam produk perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian besar dipenuhi oleh iklan yang mempromosikan berbagai macam produk atau jasa. Dengan menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana

Lebih terperinci

Semua ini telah didorong oleh sistem kapitalis yang mengeksploitasi wanita sedemikian rupa untuk mengeruk keuntungan.

Semua ini telah didorong oleh sistem kapitalis yang mengeksploitasi wanita sedemikian rupa untuk mengeruk keuntungan. Semua ini telah didorong oleh sistem kapitalis yang mengeksploitasi wanita sedemikian rupa untuk mengeruk keuntungan. Barat memandang wanita sebagai komoditas seksual belaka. Pandangan ini menjadikan kaum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kotak yang bernama televisi, seseorang dapat melihat peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kotak yang bernama televisi, seseorang dapat melihat peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri televisi telah menimbulkan berbagai dampak terhadap kehidupan masyarakat. Salah satu dampak positifnya yaitu masyarakat semakin mudah dan cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita dan kosmetik adalah sahabat sejati, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik bagaikan sayur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan mampu mengelola dan menyampaikan informasi kepada konsumennya

BAB I PENDAHULUAN. dengan mampu mengelola dan menyampaikan informasi kepada konsumennya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era teknologi dan persaingan pasar yang makin ketat sekarang ini, banyaknya informasi dan kemudahan untuk mengakses suatu informasi, membuat konsumen semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk menunjukkan pertumbuhan, perkembangan, dan eksistensi kepribadiannya. Obyek sosial ataupun persepsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengkaji dunia konsumen memanglah tidak ada habis-habisnya. Di dunia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengkaji dunia konsumen memanglah tidak ada habis-habisnya. Di dunia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengkaji dunia konsumen memanglah tidak ada habis-habisnya. Di dunia dengan era yang serba dinamis ini, sikap konsumen pun sangatlah fleksibel. Hal ini tidak luput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini. Kehadiran media massa membawa dunia kepada era dengan pertukaran informasi dengan cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan dan kecantikan seorang perempuan bersumber dari dua arah, yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. Kecantikan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi penuh gaya hidup luar negeri. Pakaian yang terbuka dan minimalis, gaya hidup yang hedonis dan konsumtif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan sains dan teknologi, Indonesia terus mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis, adapun wajah lama sebagai negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini juga disimpulkan dalam level teks dan gambar, level produksi teks, dan level penonton, yaitu : 1) Level teks dan gambar Film 7 hati 7 cinta 7 wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperbesar penjualan barang-barang dan jasa. 1 Sedangkan menurut Thomas

BAB I PENDAHULUAN. memperbesar penjualan barang-barang dan jasa. 1 Sedangkan menurut Thomas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Iklan salah satu bagian dari media massa. Menurut Berkhouver iklan adalah setiap penyataan yang secara sadar ditunjukan kepada publik dalam bentuk apapun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi dalam perdagangan memiliki banyak macam seperti trade allowance, periklanan

BAB I PENDAHULUAN. promosi dalam perdagangan memiliki banyak macam seperti trade allowance, periklanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dari waktu ke waktu pasti akan mengalami perubahan menuju kehidupan yang lebih modern. Kebutuhan masyarakat akan sesuatu, baik itu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan sebagainya. Bahasa dianggap sebagai sarana yang paling utama dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan kaum waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pemasaran merupakan segala kegiatan usaha untuk membujuk,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pemasaran merupakan segala kegiatan usaha untuk membujuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pemasaran merupakan segala kegiatan usaha untuk membujuk, mempromosikan, mempublikasi kepada masyarakat luas. Pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii ABSTRAKSI... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah. 1 1.2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Komunikasi merupakan cara penyampaian pesan yang dilakukan untuk mencapai persamaan makna melalui pesan dari komunikator ke komunikan, adapun penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan fashion, model busana, rancangan pakaian, gaya kostum dan lain-lain di Indonesia sudah sampai dititik yang mengesankan. Ini bisa dilihat dengan begitu

Lebih terperinci

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga BAB IV Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga UKSW merupakan satu-satunya Universitas Swasta yang ada di kota Salatiga. Kebanyakan masyarakat mengeanal UKSW sebagai Indonesia mini. Karena didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. calon konsumen membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. calon konsumen membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Iklan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi yang menyampaikan

Lebih terperinci

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Perkembangan bisnis fashion yang semakin bervariatif, ternyata mendorong para muslimah di Indonesia untuk berkarya menciptakan kreasi jilbab baru dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. waktunya untuk menonton acara yang beragam ditelevisi. Televisi sebagai media

BAB 1 PENDAHULUAN. waktunya untuk menonton acara yang beragam ditelevisi. Televisi sebagai media 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pertelevisian adalah dunia yang selalu menarik perhatian banyak masyarakat. Hampir setiap hari dan setiap waktu, banyak orang menghabiskan waktunya

Lebih terperinci

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion, sepintas adalah mengenai pakaian atau busana. Jika kita berbicara tentang pakaian, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat bahkan memaksa masyarakat

Lebih terperinci

Bisnis Herbal Kecantikan, Kecil Modalnya Besar Untungnya

Bisnis Herbal Kecantikan, Kecil Modalnya Besar Untungnya Bisnis Herbal Kecantikan, Kecil Modalnya Besar Untungnya Bagi sebagian besar kaum hawa, tampil cantik dan menarik merupakan suatu hal yang tak mungkin mereka lupakan. Budaya inilah yang kemudian melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan sebuah karya dari peradaban manusia yang sangat bermanfaat. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu pesat khususnya dalam media yakni, media cetak, media online ataupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, sehingga peran dan fungsinya semakin maksimal. perusahaan salah satunya melalui kegiatan media relations.

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, sehingga peran dan fungsinya semakin maksimal. perusahaan salah satunya melalui kegiatan media relations. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah hubungan masyarakat atau humas sebagai profesi telah dikenal di Indonesia sejak awal kemerdekaan. Humas yang kemudian dikenal sebagai Public Relations (PR)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. V.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. V.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Berdasarkan pemaparan analisis pada bab IV.2. maka dapat ditarik kesimpulan.bahwa penggambaran tubuh perempuan dalam video klip ini adalah penggambaran tubuh perempuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Saat ini wanita selalu ingin terlihat cantik, glamour, modis dan modern. Tak dapat dipungkiri setiap wanita selalu mendambakan kecantikan fisik tersebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat informasi yang ditandai dengan besarnya kebutuhan akan informasi dan masyarakat dapat

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 12 Dr. Fakultas ILMU KOMUNIKASI Masalah Masalah Sosial Dan Media Massa Heri Budianto.M.Si Program Studi Publik Relations http://mercubuana.ac.id Para akademisi dan praktisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan juga sebagai pengguna terbesar media massa. Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan juga sebagai pengguna terbesar media massa. Kedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini berdasarkan pada fenomena semakin maraknya perempuan menjadi model iklan di media massa elektronik, khususnya televisi. Dilihat dari sisi sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaum wanita adalah kaum yang sangat memperhatikan penampilan. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun identitas, penampilan juga sebagai

Lebih terperinci

Nuke Farida ÿ. UG Jurnal Vol. 7 No. 09 Tahun Kata Kunci: Semiotika Pierce, Iklan, Hedonisme

Nuke Farida ÿ. UG Jurnal Vol. 7 No. 09 Tahun Kata Kunci: Semiotika Pierce, Iklan, Hedonisme REPRESENTASI HEDONISME DI MEDIA MASSA ABSTRAK Peran poster iklan kerap digunakan sebagai media efektif propaganda bagi penguasa melalui tanda-tanda visual gang ditampilkan. Tujuan penelitian ini untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BRA Mooryati Soedibyo lahir di Surakarta, 5 Januari 1928 sebagai puteri yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. BRA Mooryati Soedibyo lahir di Surakarta, 5 Januari 1928 sebagai puteri yang tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BRA Mooryati Soedibyo lahir di Surakarta, 5 Januari 1928 sebagai puteri yang tumbuh di dalam Kerajaan Keraton Surakarta, dibawah pengawasan kakek dan neneknya. Tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri media di era globalisasi saat ini dirasakan semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Industri media di era globalisasi saat ini dirasakan semakin pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri media di era globalisasi saat ini dirasakan semakin pesat perkembangannya, salah satunya yaitu media elektronik televisi. Televisi merupakan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan berbagai acara menarik yang dimiliki oleh masing-masing channel

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan berbagai acara menarik yang dimiliki oleh masing-masing channel 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi merupakan sarana informasi dan komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual atau penglihatan. Beberapa iklan dan hiburan disiarkan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya media komunikasi saat ini membuat orang dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya media komunikasi saat ini membuat orang dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya media komunikasi saat ini membuat orang dari berbagai belahan dunia dapat berkomunikasi dengan mudah dan cepat. Media yang digunakan pun bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Global Trend adalah salah satu program yang disiarkan oleh televisi berlangganan indovision yakni MNC Fashion. Global Trend berisikan informasi mengenai

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini banyak strategi pemasaran yang digunakan oleh perusahaan

I. PENDAHULUAN. Saat ini banyak strategi pemasaran yang digunakan oleh perusahaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini banyak strategi pemasaran yang digunakan oleh perusahaan ditengah-tengah persaingan yang begitu ketat, salah satunya adalah bidang promosi. Strategi promosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan pangan, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk menutup bagian bagian tubuh manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mucul dalam tayangan acara Wisata Malam, yaitu kode Appearance

BAB V PENUTUP. mucul dalam tayangan acara Wisata Malam, yaitu kode Appearance BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dan menganalisis melalui tahapan kajian pustaka dan analisis data mengenai adanya unsur sensualitas lewat para bintang tamu perempuan dalam tayangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu perubahan dalam kehidupan sosial, budaya dan gaya hidup yang di sebabkan dari media massa baik media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri periklanan belakangan ini menunjukan perubahan orientasi yang sangat signifikan dari sifatnya yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di media massa menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Televisi merupakan media elektronik yang saat ini masih menjadi kebutuhan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Televisi merupakan media elektronik yang saat ini masih menjadi kebutuhan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Televisi merupakan media elektronik yang saat ini masih menjadi kebutuhan dari setiap masyarakat, terlebih masyarakat kota. Saat ini televisi dapat dibilang sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah mencapai tahap pemikiran yang sangat modern. Pada konteks sejarah manusia, tercatat beberapa kali telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan bentuk tubuh satu sama lain seringkali membuat beberapa orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Dalam kondisi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Dalam kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik mendorong timbulnya laju persaingan di dalam dunia usaha. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang produk baik itu barang, jasa, maupun gagasan oleh sponsor melalui

BAB I PENDAHULUAN. tentang produk baik itu barang, jasa, maupun gagasan oleh sponsor melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Widyatama (2006 : 13) bahwa iklan adalah struktur informasi dan susunan komunikasi non

Lebih terperinci

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang sangat lazim dilakukan orang dan sudah meluas di masyarakat. Meskipun hampir semua orang telah paham mengenai resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia, yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1 Perempuan Berdaya Bukanlah Mitos Belaka

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1 Perempuan Berdaya Bukanlah Mitos Belaka BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Perempuan Berdaya Bukanlah Mitos Belaka Ada sebuah lagu klise yang sudah lama bergema di Indonesia. Wanita dijajah pria sejak dulu kala 1, begitu penggalan liriknya. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan kulit cantik dan sehat saat ini benar-benar merupakan kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan rasa percaya diri yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN IKLAN POND S DI TELEVISI DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK POND S PADA MAHASISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN IKLAN POND S DI TELEVISI DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK POND S PADA MAHASISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN IKLAN POND S DI TELEVISI DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK POND S PADA MAHASISWA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : IKA NANDITYASARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalam menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. didalam menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi BAB 3 ANALISIS DATA Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi pada mode busana Gothic Lolita yang didasarkan pada jenis-jenis busana Gothic Lolita modern. 3.1 Westernisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siaran yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat dalam memberi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siaran yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat dalam memberi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Stasiun televisi lokal merupakan stasiun yang mempunyai batasan ruang siar yang berskala daerah. Produk nyata yang dihasilkan adalah sebuah program siaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dapat terelakan lagi. Salah satu perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dapat terelakan lagi. Salah satu perkembangan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi sudah menjadi hal yang tidak dapat terelakan lagi. Salah satu perkembangan teknologi adalah dengan munculnya internet.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perempuan diberbagai media digambarkan sebagai sosok yang cantik, putih, langsing, dan sangat feminin. Masyarakat memahami konstruksi perempuan yang cantik

Lebih terperinci

Bab 2. Data dan Analisa. Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari

Bab 2. Data dan Analisa. Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari Bab 2 Data dan Analisa 2.1 Sumber Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari berbagai sumber, dantara lain: a. Literatur: artikel elektronik maupun non elektronik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini manusia sudah sangat bergantung pada media massa baik cetak maupun elektronik. Media massa hadir untuk mempermudah arus informasi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Komunikasi merupakan hal pokok yang dilakukan manusia dalam keseharian, untuk mengetahui dan mengungkap berbagai gejala sosial dalam suatu interaksi sosial. Salah satu saluran

Lebih terperinci

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dewasa ini mulai berkembang ke arah masyarakat informasi. keberadaan sebuah informasi dianggap sangat penting. Sehingga dengan demikian masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan. mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan. mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan pers merupakan salah satu dimensi Hak Asasi Manusia, yaitu hak manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2005 merupakan tahun saat penulis memasuki masa remaja awal, yakni 15 tahun dan duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada saat itu, masa remaja

Lebih terperinci

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA Unika Atma Jaya, Jakarta Memasarkan sebuah produk di media massa bertujuan untuk mencapai target

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. saling menonjolkan kecantikan dan kemampuan dirinya masing-masing.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. saling menonjolkan kecantikan dan kemampuan dirinya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kontes kecantikan adalah salah satu wadah dimana para wanita Indonesia saling menonjolkan kecantikan dan kemampuan dirinya masing-masing. Ikut serta dalam kontes

Lebih terperinci

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Perempuan bekerja bukan lagi pemandangan langka. Ada yang bergaji tinggi sebagaimana karyawan kantoran yang berbekal titel, ada pula pegawai rendahan

Lebih terperinci

SIKAP REMAJA SURABAYA TERHADAP GAMBARAN LAKI-LAKI DALAM IKLAN L-MEN VERSI GAIN MASS 2012

SIKAP REMAJA SURABAYA TERHADAP GAMBARAN LAKI-LAKI DALAM IKLAN L-MEN VERSI GAIN MASS 2012 JURNAL E-KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA, SURABAYA SIKAP REMAJA SURABAYA TERHADAP GAMBARAN LAKI-LAKI DALAM IKLAN L-MEN VERSI GAIN MASS 2012 Rudy Chandra, Prodi Ilmu Komunikasi,

Lebih terperinci