keuangan memberikan informasi yang menggambarkan realitas ekonomi yang sebenarnya kepada para pengguna laporan keuangan yang akan mengambil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "keuangan memberikan informasi yang menggambarkan realitas ekonomi yang sebenarnya kepada para pengguna laporan keuangan yang akan mengambil"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Mulai tahun 2012, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merencanakan untuk melakukan konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Dengan digunakannya standar yang sama pada laporan keuangan, diharapkan agar laporan keuangan menjadi lebih mudah untuk diperbandingkan. Harmonisasi dilakukan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan merevisi beberapa standar dalam PSAK agar sesuai dengan standar internasional. Salah satu standar yang direvisi adalah PSAK 48 (penurunan nilai aset) dengan mengacu pada IAS 36 dan berlaku efektif mulai 1 Januari BAPEPAM-LK juga mensyaratkan agar PSAK 48 (revisi 2009) diberlakukan secara bertahap oleh entitas-entitas bisnis yang memiliki akuntabilitas publik, termasuk di dalamnya adalah perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan dalam Bursa Efek Indonesia (go public) mulai tahun 2011 (Kementerian Keuangan RI 2010). Dengan diterbitkannya PSAK 48 (revisi 2009), perusahaan harus melakukan penyesuaian apabila nilai tercatat dari aset (carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount). Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aset lebih kecil dari nilai tercatat, maka nilai tercatat harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan nilai aset dan harus segera diakui sebagai beban pada laporan laba rugi. Jika jumlah taksiran kerugian penurunan nilai aset lebih besar dari nilai tercatat aset, perusahaan harus mengakui kewajiban hanya jika hal ini diwajibkan dalam PSAK lain. Setelah kerugian penurunan nilai aset diakui, beban depresiasi (amortisasi) aset untuk periode yang akan datang harus disesuaikan agar mencerminkan alokasi nilai tercatat yang telah direvisi, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara sistematis selama sisa periode depresiasi (amortisasi) (PSAK 48 Revisi 2009). Tujuan dari uji penurunan nilai adalah agar aset-aset yang disajikan dalam laporan posisi keuangan mencerminkan sisa potensi dari aset secara wajar. Penyajian yang wajar (fair presentation) unsur-unsur dan pospos dalam laporan keuangan adalah salah satu karakteristik kualitatif informasi keuangan yang diutamakan IFRS (Yohanes 2011). Oleh karena itu pengungkapan penurunan nilai aset dalam laporan keuangan perusahaan diperlukan agar laporan 1

2 keuangan memberikan informasi yang menggambarkan realitas ekonomi yang sebenarnya kepada para pengguna laporan keuangan yang akan mengambil keputusan. PSAK 48 (revisi 2009) menerapkan penurunan nilai untuk jenis aset selain persediaan, aset kontrak konstruksi, aset imbalan kerja, aset keuangan dalam lingkup PSAK 55 (revisi 2006), properti investasi metode revaluasi, biaya tangguhan dan aset tak berwujud dalam kontrak asuransi, serta aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada penurunan nilai goodwill sebagai salah satu aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan non-keuangan yang go public. Peneliti berfokus pada aspek goodwill karena mulai tahun 2011, goodwill yang diperoleh dari kombinasi bisnis tidak lagi boleh diamortisasi melainkan harus diuji penurunan nilainya sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009). Selain itu, goodwill juga merupakan aset yang tidak boleh dilakukan pembalikan rugi penurunan nilai meskipun nilai terpulihkannya lebih besar daripada nilai tercatatnya (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 119). Dengan semakin ketatnya persaingan usaha yang dihadapi perusahaanperusahaan menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi agar dapat bertahan dan berkembang menjadi lebih besar. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah dengan melakukan ekspansi (Swandari 1992 dalam Widjanarko 2014). Ekspansi dibagi menjadi ekspansi internal melalui pertumbuhan divisidivisi dalam perusahaan dan ekspansi eksternal yang dilakukan dengan cara bergabung dengan perusahaan lain (Widjanarko 2014). Ekspansi eksternal yang dilakukan perusahaan akan menghasilkan goodwill apabila jumlah yang dibayarkan atas aktiva dalam rangka ekspansi tersebut melebihi nilai pasar aktiva. Perusahaan non-keuangan di Indonesia pun menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat dan banyak pula yang melakukan ekspansi eksternal seperti akuisisi dan merger yang akan menghasilkan goodwill. Sesuai PSAK 48 (revisi 2009), perusahaan non-keuangan tersebut juga harus melakukan uji penurunan nilai atas goodwill yang dimiliki agar nilai yang terdapat dalam laporan keuangan dapat mencerminkan kondisi yang sebenarnya dan melaporkan rugi penurunan nilai sebagai beban dalam laporan laba/ rugi. Rugi penurunan nilai ini tentu akan mempengaruhi nilai laba perusahaan tersebut. Semakin besar nilai rugi 2

3 penurunan nilai yang dilaporkan dapat diartikan semakin besar pula beban perusahaan yang akan berdampak pula pada angka laba perusahaan yang terlihat semakin kecil. Angka laba ini menjadi salah satu indikator yang menunjukkan kinerja perusahaan dan rugi penurunan nilai yang dilaporkan dalam laporan laba/ rugi merupakan informasi yang tidak menguntungkan (unfavorable) bagi perusahaan dan besarnya nilai rugi penurunan nilai ini ditentukan berdasarkan judgement perusahaan. Oleh karena itu diperlukan tingkat kepatuhan (compliance level) perusahaan yang tinggi dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill yang berkualitas. Terlebih lagi, tidak seperti perusahaan keuangan yang secara umum memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi karena mendapat pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BAPEPAM, perusahaan non-keuangan tidak memperoleh pengawasan seketat pengawasan pada perusahaan keuangan. Penilaian tingkat kepatuhan perusahaan non-keuangan go public dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill dalam penelitian ini didasarkan pada kesesuaiannya dengan kriteria yang terdapat dalam PSAK 48 (revisi 2009). Sebelum penelitian ini, penelitian mengenai penurunan nilai goodwill juga pernah dilakukan oleh Tyrone M. Carlin, Nigel Finch, dan Guy Ford pada tahun 2007 dengan objek perusahaan-perusahaan besar Australia yang telah go public. Secara mengejutkan, hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa telah terjadi tingkat ketidakpatuhan yang besar oleh perusahaan-perusahaan besar Australia terhadap peraturan AASB 136. Selain itu ada juga penelitian mengenai implikasi dari pengungkapan penurunan nilai goodwill sesuai dengan FAS 142 yang dilakukan oleh Wolfgang Schultze pada tahun Namun sepengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan penelitian mengenai tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 dengan mengacu pada PSAK 48 (revisi 2009). PSAK 48 (revisi 2009) berlaku mulai tahun 2011 dengan syarat transisi prospektif. Sehingga pada tahun 2012, perusahaan yang memiliki goodwill seharusnya telah melakukan pengungkapan penurunan nilai goodwill sesuai ketentuan yang terdapat dalam PSAK 48 (revisi 2009). Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan audited 3

4 perusahaan non-keuangan tahun 2012 yang terdapat dalam untuk membahas masalah seberapa besar tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan non-keuangan dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill yang dimiliki sesuai ketentuan PSAK 48 (revisi 2009) dan syarat pengungkapan mana yang banyak dilakukan dan tidak dilakukan oleh perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai penerapan PSAK 48 (revisi 2009) terkait pengungkapan penurunan nilai goodwill pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun Dalam penelitian yang terkait dengan penerapan PSAK 48 (revisi 2009) ini akan mendeskripsikan industri dan sub sektor mana yang mengungkapkan kepemilikan goodwill, bagaimana perusahaan-perusahaan tersebut melakukan pengungkapan tentang ketentuan umum terkait goodwill dan penurunan nilai goodwill, serta kelengkapan pengungkapan opsi yang digunakan perusahaan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill yang dimiliki. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan penjelasan kepada perusahaan-perusahaan non-keuangan yang telah go public mengenai seberapa besar penerapan PSAK 48 (revisi 2009) yang telah mereka lakukan dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill yang dimilikinya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi para investor dalam mengambil keputusan agar tidak hanya melihat dari nilai aset perusahaan non-keuangan yang besar, tetapi harus mempertimbangkan jenis aset yang dimiliki perusahaan non-keuangan tersebut karena akan berimplikasi pada penurunan nilai aset yang dialami perusahaan. LANDASAN TEORI Beberapa teori yang dapat digunakan untuk mengkaji penerapan PSAK 48 (revisi 2009) : 4

5 2.1 Goodwill Menurut pengertian PSAK 19, goodwill diartikan sebagai aset yang mencerminkan manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset lainnya yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak dapat diidentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah. Goodwill adalah aset jangka panjang yang dikategorikan sebagai aset tak berwujud. Setidaknya terdapat tiga PSAK yang mengatur tentang goodwill dan saling terkait, yaitu PSAK 19 (Aktiva Tetap Tak Berwujud), PSAK 22 (Kombinasi Bisnis), dan PSAK 48 (Penurunan Nilai Aset). Goodwill akan muncul ketika sebuah perusahaan melakukan akuisisi perusahaan lain secara keseluruhan. Nilai goodwill diperoleh dari biaya untuk melakukan akuisisi dikurangi dengan nilai pasar wajar aset berwujud, aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi, dan kewajiban yang diperoleh dalam akuisisi. Sejalan dengan PSAK 19, PSAK 48 (revisi 2009) juga mendefinisikan goodwill yang diakui dalam kombinasi bisnis sebagai aset yang mewakili manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset lain yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak teridentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 81). 2.2 Penurunan Nilai PSAK 48 (revisi 2009) mendefinisikan rugi penurunan nilai sebagai jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya. Mulai tahun 2011, goodwill yang muncul dari akuisisi berdasarkan PSAK 22 tidak lagi boleh diamortisasi melainkan harus dilakukan uji penurunan nilai setiap tahunnya dengan cara pengujian yang terdapat dalam PSAK 48 (revisi 2009). Untuk melakukan uji penurunan nilai, sejak tanggal akuisisi goodwill harus dialokasikan ke dalam Unit Penghasil Kas (Cash Generating Unit CGU) terkecil di dalam perusahaan pengakuisisi yang mendapatkan dampak positif dari akuisisi tersebut (PSAK 48 (revisi 2009)Paragraf 80). Jika alokasi awal goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis tidak dapat diselesaikan 5

6 sebelum berakhirnya periode tahunan ketika kombinasi bisnis telah terjadi, alokasi awal tersebut harus diselesaikan sebelum akhir dari periode tahunan pertama setelah tanggal akuisisi (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 84). Setiap tahun Unit Penghasil Kas yang telah mendapatkan alokasi goodwill diukur apakah terjadi penurunan nilai atau terdapat indikasi bahwa unit tersebut mengalami penurunan nilai dengan melakukan perbandingan antara jumlah tercatat dengan jumlah terpulihkannya. Jika jumlah terpulihkan melebihi jumlah tercatatnya, unit dan goodwill yang dialokasikan ke unit tersebut harus dianggap tidak mengalami penurunan nilai (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 90). PSAK 48 (revisi 2009) juga tidak mengijinkan adanya pembalikan rugi penurunan nilai atas goodwill meskipun nilai terpulihkannya lebih besar daripada nilai tercatatnya (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 119). Uji tahunan penurunan nilai untuk Unit Penghasil Kas yang telah menerima alokasi goodwill dapat dilakukan setiap waktu selama suatu periode tahunan, sepanjang pengujian dilakukan pada waktu yang sama setiap tahun (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 91). Kriteria pengungkapan penurunan nilai goodwill yang disyaratkan dalam PSAK 48 (revisi 2009) adalah : Tabel 1. Kriteria Pengungkapan Penurunan Nilai Ketentuan pengungkapan penurunan nilai : 1. Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill (Paragraf 80) 2. Jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan ke unit (kelompok dari unit) (Pargraf 129) KETENTUAN UMUM 3. Peristiwa atau kondisi yang mengarah pada pengakuan rugi penurunan nilai (Paragraf 125 a) 4. Waktu pengujian penurunan nilai (Paragraf 90) 5. Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui (Paragraf 125 b) 6. Estimasi/ dasar yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan suatu Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill (Paragraf 129) 6

7 Jumlah terpulihkan didasarkan atas nilai pakai a. Suatu uraian dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen (Paragraf 129 d) OPSI 1 b. Gambaran pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf 129 d) c. Periode proyeksi arus kas dan penjelasannya (Paragraf 129 d) d. Tingkat pertumbuhan yang digunakan (Paragraf 129 d) e. Tingkat diskonto untuk proyeksi arus kas (Paragraf 129 d) Jumlah terpulihkan didasarkan atas nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual a. Metodologi yang digunakan untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya penjualan (Paragraf 129 e) OPSI 2 b. Penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen (Paragraf 129 e) c. Penjelasan dari pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf 129 e) Jumlah terpulihkan didasarkan atas nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual yang ditentukan dengan menggunakan proyeksi arus kas terdiskonto a. Penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen (Paragraf 129 e) OPSI 3 b. Penjelasan dari pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf 129 e) c. Periode arus kas yang diproyeksikan manajemen (Paragraf 129 e) Sumber: PSAK 48 (Revisi 2009). d. Tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi proyeksi arus kas (Paragraf 129 e) e. Tingkat diskonto untuk proyeksi arus kas (Paragraf 129 e) 2.3 Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini, terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang juga membahas mengenai penurunan nilai, di antaranya : 7

8 No. Peneliti dan Tahun Penelitian Tabel 2. Beberapa Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian FAS 142 menyatakan bahwa goodwill adalah non-wasting asset. Tetapi,goodwill merupakan konsekuensi dari kelebihan pengembalian di masa depan yang didapat dari keunggulan kompetitif yang terkadang bersifat permanen, sehingga menurut peneliti, goodwill adalah wasting asset. 1. Schultze (2005) The Information Content of Goodwill Impairments Under FAS 142: Implications for External Analysis and Internal Control Goodwill, Penurunan Nilai, Pengendalian Internal, Pengukuran Kinerja Untuk wasting asset, amortisasi dan penurunan nilai memiliki implikasi yang berbeda, sehingga umumnya dipisahkan. Menurut FAS 142, baik komponen maupun perubahan nilai dari amortisasi dan penurunan nilai ditunjukkan secara terpisah. Menurut peneliti, hasil dari kerugian penurunan nilai tidak dapat diinterpretasikan sebagai beban dan harus dieliminasi. Sementara FAS 142 menghendaki perusahaan mengukur kerugian penurunan nilai berdasarkan nilai wajar dan mengidentifikasi aset dengan menghilangkan kapitalisasi mereka yang membuat penyesatan akuntansi dan sebagai konsekuensi dari implementasi penggunaan akuntansi nilai wajar penuh yang setengah hati. 8

9 No. Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 2. Carlin, Finch, dan Ford (2007) Goodwill Impairment An Assessment of Disclosure Quality and Compliance Levels by Large Listed Australian Firms Goodwill, Akuntansi Penurunan Nilai, Tingkat Kepatuhan, Kualitas Pengungkapan Tingkat ketidakpatuhan terhadap peraturan AASB 136 secara mengejutkan tinggi, dan kasus di mana tipe pengungkapan yang sangat spesifik didiskusikan dalam suatu standar yang sebenarnya diproduksi dengan luar biasa mencolok. 3. Aryanto (2011) Kajian Penerapan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset di Perusahaan Migas Unit Penghasil Kas, Penurunan Nilai Penentuan Unit Penghasil Kas perlu memperhatikan faktor agregasi unit yang menggunakan infrastruktur yang sama dalam menghasilkan kas. Jika penentuan Unit Penghasil Kas terlalu kecil, maka selain berdampak pada kurang efisien dan efektif untuk tujuan perhitungan uji penurunan nilai, dampak lainnya adalah risiko pengakuan penurunan nilai menjadi semakin tinggi. 4. Gordon dan Hsu (2012) Long Lived Asset Impairments and Future Performance under US GAAP and IFRS Penurunan Nilai Aset Tetap, Kinerja Masa Depan Berdasarkan GAAP, Kinerja Masa Depan Berdasarkan IFRS Penurunan nilai berpengaruh negatif terhadap arus kas masa depan dan laba masa depan, tetapi hubungannya tergantung dari tipe aset yang diturunkan nilainya dan standar yang digunakan. Berdasarkan IFRS, total penurunan nilai secara konsisten berhubungan dengan arus kas masa depan dan laba masa depan, tetapi tidak untuk GAAP. Penurunan nilai aset berwujud dan goodwill 9

10 No. Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian seringkali berpengaruh terhadap kinerja ke depan perusahaan yang berpedoman pada IFRS. Penurunan nilai aset menggunakan GAAP memberikan informasi yang lebih sedikit daripada menggunakan IFRS, penggunaan standar yang berbeda menghasilkan kegunaan yang berbeda untuk pengguna laporan keuangan. Sumber: Dari Berbagai Jurnal. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Metode pemilihan sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria perusahaan non-keuangan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit (audited) tahun 2012, perusahaan non-keuangan tersebut memiliki jenis goodwill positif yang bernilai lebih dari 0, dan perusahaan non-keuangan tersebut mengungkapkan nilai goodwill positif yang dimiliki dalam laporan keuangannya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui Data penelitian ini berupa laporan keuangan audited perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi. Dalam penelitian ini, fenomena yang diamati adalah penurunan nilai dari goodwill 10

11 yang merupakan aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan non-keuangan dan tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan non-keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill yang dikuasainya sesuai PSAK 48 (revisi 2009). Setelah data diperoleh dari peneliti melakukan seleksi perusahaan non-keuangan yang mengungkapkan nilai goodwill dalam laporan keuangannya. Dari seleksi tersebut akan diperoleh sampel yang diperlukan peneliti untuk menjawab persoalan penelitian. Selanjutnya dilakukan pengidentifikasian kriteria pengungkapan penurunan nilai yang disyaratkan oleh PSAK 48 (revisi 2009). Peneliti akan membandingkan kriteria tersebut dengan pengungkapan penurunan nilai goodwill yang dilakukan oleh perusahaan sampel dalam catatan atas laporan keuangannya. Setelah pembandingan tersebut selesai dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan untuk menjawab persoalan penelitian yang telah dirumuskan pada bab pertama. ANALISIS DAN BAHASAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran dari sampel penelitian, pembandingan pengungkapan yang telah dilakukan oleh masing-masing perusahaan sampel dengan kriteria pengungkapan penurunan nilai goodwill dalam PSAK 48 (revisi 2009), dan pembahasan mengenai hasil dari penelitian tersebut. 4.1 Gambaran Sampel Penelitian Sampel yang digunakan yaitu seluruh perusahaan kecuali lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Setelah dilakukan analisis terhadap sampel maka diperoleh sampel penelitian sebagai berikut: 11

12 Tabel 3. Pengambilan Sampel Penelitian Keterangan Jumlah Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun Jumlah perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2012 (72) Jumlah perusahaan yang belum mempublikasikan Laporan Keuangan tahun 2012 (3) Jumlah perusahaan yang hanya mempunyai jenis goodwill negative (5) Jumlah perusahaan yang nilai goodwillnya 0(null) pada tahun 2012 (18) Jumlah perusahaan yang tidak mengungkapkan nilai goodwill (241) Jumlah perusahaan sampel 117 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014 Dari hasil seleksi sampel, diketahui masih terdapat beberapa perusahaan yang mengungkapkan nilai goodwill negatif yang dimilikinya. Sesuai PSAK 22 (revisi 2010) tentang kombinasi bisnis, goodwill negatif yang diperoleh sebelum 1 Januari 2011 harus dihentikan pengakuannya dan dilakukan penyesuaian terhadap saldo laba. Perusahaan yang masih mengungkapkan nilai goodwill negatif yang dimilikinya di Laporan Keuangan tahun 2012 adalah PT. Citra Kebun Raya Agri Tbk (CKRA), PT. Modernland Realty Tbk (MDLN), PT. Nirvana Development (NIRO), PT. Pikko Land Development (RODA), dan PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP). Diduga perusahaan-perusahaan tersebut belum siap untuk menghentikan pengakuan goodwill negatif yang dimilikinya karena penghentian pengakuan goodwill negatif ini akan disertai dengan penyesuaian saldo laba. Apabila goodwill negatif dihentikan pengakuannya, maka saldo laba yang dimiliki perusahaan juga akan berkurang. Semakin tinggi saldo goodwill negatif yang dihentikan pengakuannya, maka saldo laba perusahaan tersebut juga akan berkurang semakin banyak. 12

13 Gambar 1. Jumlah Perusahaan Sampel Menurut Sektornya Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014 Berdasarkan klasifikasi industri yang ditetapkan oleh NEJ yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification), perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 sektor, yaitu Sektor Utama (Industri Penghasil Bahan Baku), Sektor Kedua (Industri Pengolahan atau Manufaktur), dan Sektor Ketiga (Industri Jasa). Pada penelitian ini, sampel sebanyak 117 perusahaan didominasi dari sektor industri jasa yang berjumlah 65 perusahaan. Hal ini menunjukkan 56% perusahaan sampel berasal dari sektor industri jasa. Menurut peneliti, kondisi tersebut dikarenakan sub sektor yang tergabung dalam industri jasa adalah sub sektor yang terdiri dari perusahaanperusahaan besar dan perusahaan-perusahaan yang masih terus bertumbuh karena pangsa pasarnya yang luas dan semakin meningkat sehingga perusahaan-perusahaan tersebut juga banyak melakukan kombinasi bisnis yang akan menghasilkan goodwill sebagai salah satu bentuk ekspansi yang dilakukan agar tetap dapat bertahan dan berkembang menjadi semakin besar di tengah persaingan yang juga semakin ketat. 13

14 Gambar 2. Jumlah Perusahaan Sampel Menurut Sektor Berdasarkan Kelompok Industrinya Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014 Apabila dilihat dari sektor berdasarkan kelompok industri, 32 perusahaan sampel berasal dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Hal ini diduga karena sektor perdagangan, jasa, dan investasi adalah sektor yang aktif dalam mengembangkan bisnisnya, salah satunya melalui kombinasi bisnis yang akan menghasilkan goodwill. Sektor perdagangan, jasa, dan investasi ini juga banyak diminati investor. Saat ini, sektor perdagangan, jasa, dan investasi memiliki pangsa pasar yang semakin meningkat serta target masyarakat yang semakin besar, misalnya PT. Hero Supermarket Tbk (HERO) yang banyak membuka cabang di berbagai kota, PT. Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT. Surya Citra Media Tbk (SCMA) yang telah dikenal publik sebagai salah satu stasiun televisi di Indonesia serta PT. Global Mediacom Tbk (BMTR) yang juga telah dikenal publik dengan nama 14

15 MNC Media. Sektor ini dipandang sektor yang menjanjikan di mata investor. Selain itu, sektor perdagangan, jasa, dan investasi memiliki anggota yang cukup banyak, yakni 102 perusahaan yang terbagi menjadi delapan sub sektor (32 perusahaan dari sub sektor perdagangan grosir/ perdagangan besar barang produksi, 21 perusahaan dari sub sektor perdagangan eceran, 20 perusahaan dari sub sektor hotel, restoran, dan pariwisata, 11 perusahaan dari sub sektor advertising, printing, dan media, 1 perusahaan dari sub sektor kesehatan, 4 perusahaan dari sub sektor jasa komputer dan perangkat lainnya, 9 perusahaan dari sub sektor perusahaan investasi, dan 4 perusahaan dari sub sektor lainnya). Terdapat pula sektor berdasarkan kelompok industri yang kebanyakan sub sektornya tidak dapat digunakan sebagai sampel, di antaranya adalah sektor pertanian dan sektor aneka industri. Empat sub sektor dari masing-masing sektor berdasarkan kelompok industri tersebut memiliki jumlah sampel nol. Berdasarkan dugaan peneliti, pertumbuhan kedua sektor tersebut untuk saat ini kurang menjanjikan bagi para investor. Diduga juga terdapat faktor-faktor konglomerasi untuk perusahaan yang memiliki goodwill pada sektor ini, misalnya pada sub sektor perkebunan, perusahaan yang memiliki nilai goodwill di antaranya adalah PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR), dan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP). Berdasarkan kategori sub sektor perusahaan non-keuangan, sampel terbesar berasal dari sub sektor property dan real estate dengan jumlah sampel sebesar 12 perusahaan (lihat lampiran, tabel jumlah sampel per sektor). Selain dikarenakan sub sektor property dan real estate memiliki perusahaan anggota terbanyak dibandingkan dengan sub sektor lainnya, yaitu 44 perusahaan, sub sektor property dan real estate sebagian besar terdiri dari perusahaan-perusahaan besar, seperti PT. Sentul City Tbk (BKSL), PT. Cowell Development Tbk (COWL), PT. Intiland Development Tbk (DILD), PT. Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT. MNC Land Tbk (KPIG), dan PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR). 15

16 4.2 Deskripsi Perusahaan Sampel Dalam Pengungkapan Ketentuan Umum Dalam mengungkapkan poin-poin ketentuan umum yang disyaratkan oleh PSAK 48 (revisi 2009) seperti yang telah disebutkan pada bagian landasan teori, terdapat perusahaan sampel yang memiliki pengungkapan yang lengkap, tetapi ada juga perusahaan sampel yang memiliki pengungkapan yang tidak lengkap atau tidak memenuhi keenam poin yang disyaratkan PSAK 48 (revisi 2009). Gambar 3. Jumlah Perusahaan Sampel Menurut Pengungkapan Ketentuan Umum Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014 Hanya sebagian kecil saja dari perusahaan sampel yang mengungkapkan poin-poin ketentuan umum yang disyaratkan oleh PSAK 48 (revisi 2009) secara lengkap. Dari 22 perusahaan yang mengungkapkan poinpoin ketentuan umum secara lengkap, empat perusahaan berasal dari sub sektor perdagangan eceran yang termasuk dalam sektor berdasarkan kelompok industri perdagangan, jasa, dan investasi serta tiga perusahaan berasal dari sub sektor batu bara yang termasuk dalam sektor berdasarkan kelompok industri pertambangan dan juga tiga perusahaan berasal dari sub sektor property dan real estate yang termasuk dalam sektor berdasarkan kelompok industri property dan real estate. Sedangkan 95 perusahaan sampel 16

17 (81%) memilih untuk tidak mengungkapkan sebagian atau seluruh poin-poin ketentuan umum yang disyaratkan. Menurut peneliti, perusahaan sampel yang memilih untuk tidak mengungkapkan seluruh poin-poin ketentuan umum dikarenakan perusahaan tersebut memiliki nilai goodwill yang sangat kecil jika dibandingkan dengan total aset yang dimiliki perusahaan, sehingga manajer menganggap bahwa biaya untuk melakukan pengujian penurunan nilai atas goodwill yang dimiliki akan lebih besar daripada manfaat yang akan diterima perusahaan ketika melakukan pengungkapan, oleh karena itu perusahaan tidak melakukan pengungkapan persyaratan ketentuan umum karena perusahaan tidak melakukan pengujian penurunan nilai. Rata-rata persentase goodwill terhadap total aset perusahaan yang memiliki pengungkapan ketentuan umum yang tidak lengkap adalah sebesar 3,68%. Contoh perusahaan yang tidak mengungkapkan seluruh poin-poin ketentuan umum adalah PT. Toba Bara Sejahtera Tbk, diperkirakan karena goodwill yang dimiliki hanya sebesar 0,01% dari keseluruhan aset yang dimiliki. Tabel 4. Rata-Rata Pengungkapan Ketentuan Umum Perusahaan Sampel Persyaratan Ketentuan Tidak Umum Ungkap % Ungkap % Total 1. Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill (Paragraf 80) 23 19% 94 80% Jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan ke unit (kelompok dari unit) (Pargraf 129) 30 25% 87 74% Peristiwa atau kondisi yang mengarah pada pengakuan rugi penurunan nilai (Paragraf 125 a) 77 65% 40 34% Waktu pengujian penurunan nilai (Paragraf 90) 65 55% 52 44% Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui (Paragraf 125 b) 34 29% 83 70%

18 Persyaratan Ketentuan Tidak Umum Ungkap % Ungkap % Total 6. Estimasi/ dasar yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan suatu Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill (Paragraf 129) 59 50% 58 49% 117 Rata-Rata 48,33 41% 68,67 58% 117 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014 Poin ketentuan umum yang banyak diungkapkan oleh perusahaan sampel adalah ketentuan umum poin kesatu (Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill), poin kedua (jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan ke unit), dan poin kelima (jumlah rugi penurunan nilai yang diakui). Jumlah perusahaan sampel yang mengungkapkan poin-poin tersebut berada di atas rata-rata pengungkapan keseluruhan ketentuan umum (58%). Karena apabila perusahaan telah mengalokasikan nilai goodwill yang dimiliki ke dalam Unit Penghasil Kas, biasanya mereka juga akan memerinci jumlah yang dialokasikan ke dalam masing-masing Unit Penghasil Kas serta menyebutkan jumlah penurunan nilai yang diakui perusahaan. Namun, sebagian besar perusahaan sampel yang melakukan pengungkapan poin ketentuan umum yang kelima mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0 (null) atau tidak ada penurunan nilai. 18

19 Gambar 4. Jumlah Perusahaan Sampel Berdasarkan Pengungkapan Jumlah Penurunan Nilai Goodwill Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014 Dari 117 perusahaan sampel, 70 perusahann (60%) mengungkapkan jumlah penurunan nilai atas goodwill yang mereka miliki sebesar 0 (null) atau tidak ada penurunan nilai. Diduga karena sebagian besar perusahaan sampel mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0 (null), sehingga mereka merasa tidak perlu untuk mengungkapkan poin ketentuan umum yang ketiga. Dari 117 perusahaan sampel di atas, hanya 40 perusahaan yang memiliki pengungkapan ketentuan umum poin ketiga. Perusahaan yang tidak mengungkapkan poin ketiga adalah perusahaan yang tidak melakukan pencadangan penurunan nilai. Diduga perusahaan tidak melakukan cadangan penurunan nilai karena sebagian besar perusahaan sampel memiliki nilai goodwill yang relatif kecil apabila dibandingkan dengan total aset yang dimiliki, sehingga manajer berpendapat tidak ada penurunan nilai untuk goodwill yang dimiliki dan mereka tidak melakukan cadangan penurunan nilai. Sedangkan perusahaan yang mengungkapkan adanya penurunan nilai goodwill, ada kemungkinan untuk memperoleh efisiensi pajak sebagai akibat dari penurunan laba karena pengungkapan rugi penurunan nilai goodwill. 19

20 4.3 Deskripsi Perusahaan Sampel Dalam Memilih Opsi/ Metode Untuk Menghitung Nilai Terpulihkan Goodwill Dalam mengukur jumlah terpulihkan untuk menentukan penurunan nilai goodwill, terdapat tiga opsi yang dapat digunakan seperti yang telah disebutkan pada bagian landasan teori. Perusahaan dapat memilih untuk menggunakan salah satu opsi atau lebih dalam menetapkan jumlah terpulihkan goodwill yang dimilikinya sesuai dengan masing-masing kriteria dari Unit Penghasil Kas yang memperoleh alokasi goodwill. Gambar 5. Jumlah Perusahaan Sampel Untuk Masing-Masing Opsi Jumlah Terpulihkan Sumber: Hasil Pengolahan Data,

21 Enam puluh lima perusahaan sampel (55% dari keseluruhan perusahaan sampel) memilih untuk tidak mengungkapkan dasar yang mereka gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill (tanpa opsi). Dari 65 perusahaan tersebut, 6 perusahaan tidak mengungkapkan opsi yang digunakan karena mereka menggunakan jasa penilai independen untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill dan 59 perusahaan sisanya tidak melakukan pengungkapan apapun tentang opsi yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill. Hal ini sejalan dengan tabel 4 (Rata- Rata Pengungkapan Ketentuan Umum Perusahaan Sampel). Diduga karena sebagian besar perusahaan sampel mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0 (null), sehingga mereka juga merasa tidak perlu untuk menyebutkan dasar yang mereka gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill. Sementara itu 52 perusahaan sampel yang lain mengungkapkan pengunaan salah satu opsi atau lebih yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill. Opsi yang banyak dipilih oleh perusahaan sampel adalah opsi 1 yang mengukur jumlah terpulihkan goodwill dengan didasarkan atas nilai pakai, yaitu sebanyak 31% dari keseluruhan perusahaan sampel. Tabel 5. Rata-Rata Pengungkapan Perusahaan Sampel Untuk Tiap Opsi Opsi 1 (Jumlah Terpulihkan Didasarkan Tidak Atas Nilai Pakai) Ungkap % Ungkap % a. Suatu uraian dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen (Paragraf 129 d) 7 17% 33 80% b. Gambaran pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf 129 d) 27 66% 13 32% c. Periode proyeksi arus kas dan penjelasannya (Paragraf 129 d) 29 71% 11 27% d. Tingkat pertumbuhan yang digunakan (Paragraf 129 d) 29 71% 11 27% e. Tingkat diskonto untuk proyeksi arus kas (Paragraf 129 d) 23 56% 17 41% Rata-Rata 23 56% 17 41% 21

22 Opsi 2 (Jumlah Terpulihkan Didasarkan Atas Nilai Wajar Dikurangi Biaya Untuk Menjual) Tidak Ungkap % Ungkap % a. Metodologi yang digunakan untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya penjualan (Paragraf 129 e) 0 0% 3 100% b. Penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen (Paragraf 129 e) 1 33% 2 67% c. Penjelasan dari pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf 129 e) 1 33% 2 67% Rata-Rata 0,67 22% 2,33 78% Opsi 3 (Jumlah Terpulihkan Didasarkan Atas Nilai Wajar Dikurangi Biaya Untuk Menjual yang Ditentukan Dengan Menggunakan Proyeksi Arus Kas Terdiskonto) a. Penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen (Paragraf 129 e) b. Penjelasan dari pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf 129 e) c. Periode arus kas yang diproyeksikan manajemen (Paragraf 129 e) Tidak Ungkap % Ungkap % 4 31% 9 69% 6 46% 7 54% 4 31% 9 69% d. Tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi proyeksi arus kas (Paragraf 129 e) 4 31% 9 69% e. Tingkat diskonto untuk proyeksi arus kas (Paragraf 129 e) 2 15% 11 85% Rata-Rata 4 31% 9 69% Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014 Untuk opsi 1 dan opsi 3, syarat pengungkapan poin a, yaitu tentang penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen, lebih banyak diungkapkan oleh perusahaan sampel dikarenakan syarat poin a ini berhubungan dengan poin-poin pengungkapan lainnya untuk setiap opsi. Sedangkan poin-poin lainnya tidak saling berhubungan sehingga 22

23 terdapat variasi perbandingan jumlah perusahaan yang mengungkapkan poinpoin tersebut dan yang tidak mengungkapkannya.untuk opsi 1 poin b, c, d, dan e, lebih banyak perusahaan sampel yang memilih untuk tidak mengungkapkan poin-poin tersebut. Menurut dugaan peneliti, sebagian besar perusahaan yang memilih menggunakan opsi 1 mengungkapkan bahwa jumlah penurunan nilai goodwill yang mereka miliki adalah 0 (null) atau tidak ada penurunan nilai goodwill sehingga mereka tidak menjelaskan secara rinci metode yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill. Sedangkan untuk opsi 3 poin b, c, d, dan e, jumlah perusahaan sampel yang memilih untuk melakukan pengungkapan lebih banyak daripada yang tidak melakukan pengungkapan. Untuk opsi 2 poin a, b, dan c lebih banyak perusahaan sampel yang memilih untuk melakukan pengungkapan karena pesyaratan pengungkapan untuk opsi 2 ini saling berhubungan sehingga lebih banyak perusahaan yang melakukan pengungkapan semua poin-poin persyaratan opsi 2. KESIMPULAN Dari uraian pada bab analisis dan bahasan analisis, maka masalah penelitian seperti yang telah disampaikan pada bab pendahuluan dapat terjawab. Sebagian besar perusahaan sampel yang mengungkapkan memiliki goodwill berasal dari sektor industri jasa (sektor ketiga). Sedangkan apabila dilihat berdasarkan kategori sub sektor, sampel terbanyak berasal dari sub sektor property dan real estate yang juga merupakan sub sektor dari sektor industri jasa. Sebagian besar perusahaan sampel memiliki jumlah penurunan nilai goodwill 0 (null). Dari 117 perusahaan sampel, 60% di antaranya memiliki jumlah penurunan nilai goodwill 0 (null). Dalam melakukan pengungkapan ketentuan umum sesuai PSAK 48 (revisi 2009), hanya 18% perusahaan sampel yang memiliki pengungkapan ketentuan umum yang lengkap dan 74% lainnya memiliki pengungkapan ketentuan umum yang tidak lengkap. Poin ketentuan umum yang paling banyak diungkapkan (80%) oleh perusahaan sampel adalah poin ketentuan umum Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill. Sedangkan poin 23

24 ketentuan umum yang paling sedikit diungkapkan (34%) oleh perusahaan sampel adalah poin ketentuan umum peristiwa atau kondisi yang mengarah pada pengakuan rugi penurunan nilai. Untuk pengungkapan opsi yang digunakan oleh perusahaan sampel guna mengukur jumlah terpulihkan goodwill, 55% perusahaan sampel tidak mengungkapkan opsi yang mereka gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan. Banyak perusahaan sampel yang tidak mengungkapkan opsi karena adanya perusahaan yang menggunakan jasa penilai independen untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill serta karena sebagian besar perusahaan sampel mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0 (null) atau tidak ada penurunan nilai, sehingga mereka juga merasa tidak perlu untuk menyebutkan dasar yang mereka gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill. Dari hasil analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaanperusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2012 telah mematuhi peraturan PSAK 48 (revisi 2009) terkait pengungkapan penurunan nilai goodwill. Adanya poin-poin pengungkapan sesuai PSAK 48 (revisi 2009) yang tidak diungkapkan oleh perusahaan tidak dapat diartikan bahwa perusahaan tidak patuh terhadap ketentuan PSAK 48 (revisi 2009), namun dapat dikarenakan banyaknya variasi yang terjadi di lapangan yang menyebabkan perusahaan tidak mengungkapkan poin-poin pengungkapan yang ditentukan oleh PSAK 48 (revisi 2009) secara keseluruhan. Implikasi Teori dan Terapan Kesimpulan dalam penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Carlin, dkk (2007) yang melakukan penelitian mengenai tingkat kepatuhan dan kualitas pengungkapan informasi penurunan nilai goodwill sesuai AASB 136 yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan go public di Australia. Carlin, dkk (2007) memberikan kesimpulan bahwa terjadi tingkat ketidakpatuhan yang tinggi terhadap peraturan AASB 136. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti memberikan kesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 telah patuh terhadap peraturan 24

25 PSAK 48 (revisi 2009) dalam melakukan pengungkapan penurunan nilai goodwill yang dimiliki. Dalam hal perusahaan-perusahaan non-keuangan tersebut tidak mengungkapkan kriteria-kriteria yang disyaratkan oleh PSAK 48 (revisi 2009) adalah dikarenakan suatu kondisi yang dialami perusahaan dan atas dasar pertimbangan-pertimbangan tertentu, seperti cost and benefit. Namun, dalam penelitian ini, peneliti tidak mempertimbangkan aspek kualitas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan. Karena perusahaan-perusahaan non-keuangan yang menjadi objek penelitian ini telah patuh terhadap ketentuan PSAK 48 (revisi 2009), maka perusahaan-perusahaan tersebut disarankan untuk tetap melanjutkan pengungkapan penurunan nilai goodwill seperti yang telah dilakukan dalam laporan keuangannya pada tahun Sementara itu, para investor juga diharapkan agar tidak hanya melihat pada nilai goodwill yang merupakan salah satu aset perusahaan saja, tetapi investor juga harus melihat pada penurunan nilai yang terjadi atas goodwill yang dimiliki oleh perusahaan karena rugi penurunan nilai yang terjadi pada goodwill perusahaan juga dapat berpengaruh pada laba perusahaan. Keterbatasan Penelitian dan Saran Untuk Penelitian Mendatang Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan, di mana dalam penelitian ini tidak memperhatikan kualitas dari pengungkapan penurunan nilai goodwill yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun Peneliti hanya berfokus pada aspek ada atau tidaknya poin-poin pengungkapan yang sesuai dengan ketentuan PSAK 48 (revisi 2009) terkait pengungkapan penurunan nilai goodwill. Selain itu, dalam penelitian ini juga tidak memperhatikan hubungan antara pengungkapan penurunan nilai goodwill yang dilakukan perusahaan dengan kinerja perusahaan tersebut. Untuk penelitian mendatang sebaiknya memperhatikan juga aspek kualitas dari pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang telah go public. Selain itu juga perlu dipertimbangkan untuk 25

26 meneliti bagaimana pengaruh dari pengungkapan penurunan nilai goodwill terhadap kinerja perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Aryanto, Yohanes Handoko A Theoretical Review On the Accounting Standards About Non-Depreciable Assets. (n.d.). Kajian Penerapan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset di Perusahaan Migas (n.d.). Carlin, Tyrone M., Finch Nigel, and Ford Guy Goodwill Impairment- An Assessment of Disclosure Quality and Compliance Levels by Large Listed Australian Firms. MGSM Working Papers in Management, (n.d.). Gordon, Elizabeth A., and Hsu, Hsiao-Tang Long-Lived Asset Impairments and Future Performance under US GAAP and IFRS. Temple University, (n.d.). Ikatan Akuntan Indonesia.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset, n.d. Ikatan Akuntan Indonesia.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.19 (revisi 2009):Aktiva Tak Berwujud, n.d. International Accounting Standards Board.International Accounting Standards No. 36: Impairment of Assets, n.d. JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Sektor BEI (Bursa Efek Indonesia), September 28, 2014, n.d. 26

27 Kementerian Keuangan RI. Bapepam-LK: PSAK Dan ISAK Diberlakukan Secara Bertahap, July 30, 2010, n.d. Schultze, Wolfgang. The Information Content of Goodwill-Impairments Under FAS 142: Implications for External Analysis and Internal Control. Schmalenbach Business Review 57. July 2005 (n.d.): Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Pedoman Penyajian Dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten Atau Perusahaan Publik Industri Real Estate. Widjanarko, Hendro Merger, Akuisisi, Dan Kinerja Perusahaan (Studi Atas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI), Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta< 27

28 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA DIRI Nama : Evelyn Cindy Harsoyo NIM : Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 25 Maret 1993 Alamat : Perumahan Griya Kencana 1 No. 7 Pati Judul Skripsi : TINGKAT PENGUNGKAPAN PENURUNAN NILAI GOODWILL PERUSAHAAN NON-KEUANGAN RIWAYAT PENDIDIKAN : TK CAHAYA NUR KUDUS : TK KANISIUS PATI : SD KANISIUS PATI : SMP NEGERI 3 PATI : SMA NEGERI 1 PATI PENGALAMAN 1. Asisten dosen Matematika Bisnis Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Semester Gasal 2013/ Asisten Dosen Akuntansi Keuangan Menengah 1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Semester Genap 2013/ Asisten Dosen Laboratorium Perpajakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Semester Genap 2013/ Semester Antara 2013/ Panitia Kegiatan Salatiga Film Festival 2013, tanggal 11 April 2013, tempat di Balairung Utama Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 5. Panitia Kegiatan Visit Plan 2012, tanggal 30 April - 3 Mei 2012, acara berupa kunjungan ke beberapa perusahaan di Jakarta. 28

29 6. Peserta Seminar Management by Touch, tanggal 14 April 2014, pembicara C.K. Song (CEO dari KMK Global Sport Group). 7. Peserta Acara Accounting Week 2014 Program Studi Akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dengan tema Let s Find The Passion of Accounting, tanggal Maret 2014, penyelenggara Himpunan Mahasiswa Program Studi Akuntansi, tempat di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 8. Peserta Seminar Nasional Hypno Selling, tanggal 15 Januari Peserta Seminar Nasional Peran Akuntansi Dalam Perekonomian Global dan Borderless Economy, tanggal 4-5 April 2012, penyelenggara Kelompok Studi Akuntansi, tempat di Balairung Utama Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 10. Peserta Seminar Nasional Kewirausahaan Inspire, Instruct, Improve: Other Side of Business, tanggal 7 Maret 2012, pembicara Anne Avantie dan Tung Desem Waringin, penyelenggara Kelompok Studi Manajemen. 11. Peserta Seminar Welcome to The Work World, tanggal 18 Januari 2012, tempat di Gedung E-123 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 29

30 Lampiran 1. Jumlah Sampel Per Sektor SEKTOR Jumlah Sampel SEKTOR UTAMA (SEKTOR INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU) Sektor Pertanian Sub Sektor Perikanan 1 Sub Sektor Perkebunan 10 Sub Sektor Tanaman Pangan 0 Sub Sektor Peternakan 0 Sub Sektor Kehutanan 0 Sub Sektor Lainnya 0 Jumlah Sektor Pertanian 11 Sektor Pertambangan Sub Sektor Batu-Batuan 0 Sub Sektor Batu Bara 10 Sub Sektor Logam dan Mineral 3 Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi 3 Sub Sektor Lainnya 0 Jumlah Sektor Pertambangan 16 SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU MANUFAKTUR) Sektor Industri Dasar dan Kimia Sub Sektor Kayu dan Pengolahannya 1 Sub Sektor Keramik, Porselen, dan Kaca 0 Sub Sektor Kimia 1 Sub Sektor Logam dan Sejenisnya 1 30

31 SEKTOR Jumlah Sampel Sub Sektor Pakan Ternak 3 Sub Sektor Plastik dan Kemasan 3 Sub Sektor Pulp dan Kertas 1 Sub Sektor Semen 2 Sub Sektor Lainnya 0 Jumlah Sektor Industri Dasar dan Kimia 12 Sektor Aneka Industri Sub Sektor Alas Kaki 0 Sub Sektor Elektronilka 0 Sub Sektor Kabel 0 Sub Sektor Otomotif dan Komponen 4 Sub Sektor Tekstil dan Garmen 1 Sub Sektor Lainnya 0 Jumlah Sektor Aneka Industri 5 Sektor Industri Barang Konsumsi Sub Sektor Farmasi 2 Sub Sektor Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga Sub Sektor Makanan dan Minuman 1 3 Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga 0 Sub Sektor Rokok 2 Sub Sektor Lainnya 0 Jumlah Sektor Industri Barang Konsumsi 8 SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA) Sektor Property dan Real Estate Sub Sektor Property dan Real Estate 12 31

32 SEKTOR Jumlah Sampel Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan 1 Sub Sektor Lainnya 0 Jumlah Sektor Property dan Real Estate 13 Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Sub Sektor Energi 1 Sub Sektor Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya 2 Sub Sektor Telekomunikasi 4 Sub Sektor Transportasi Sub Sektor Konstruksi Non-Bangunan 9 4 Sub Sektor Lainnya 0 Jumlah Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi 20 Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi Sub Sektor Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang Produksi 9 Sub Sektor Perdagangan Eceran 6 Sub Sektor Hotel, Restoran, dan Pariwisata 4 Sub Sektor Advertising, Printing, dan Media 6 Sub Sektor Kesehatan 0 Sub Sektor Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya 1 Sub Sektor Perusahaan Investasi 5 Sub Sektor Lainnya 1 Jumlah Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi 32 Jumlah Perusahaan Sampel 117 Sumber: Hasil Pengolahan Data,

33 Lampiran 2. Daftar Perusahaan Sampel Menurut Pengungkapan Ketentuan Umum Kode Keterangan Perusahaan Perusahaan Sampel dengan Pengungkapan Ketentuan Umum yang Lengkap SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU) Sektor Pertanian Perkebunan SIMP Sektor Pertambangan Batu Bara BORN BRAU BSSR Nama Perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk PT. Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk PT. Berau Coal Energy Tbk PT. Baramuli Suksessarana Tbk SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU MANUFAKTUR) Sektor Industri Dasar dan Kimia Pakan Ternak CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk Sektor Aneka Industri Otomotif dan Komponen MASA PT. Multistrada Arah Sarana Tbk Sektor Industri Barang Konsumsi Makanan dan Minuman ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA) Sektor Properti dan Real Estate Property dan Real Estate BSDE PT. Bumi Serpong Damai Tbk DUTI PT. Duta Pertiwi Tbk 33

34 Keterangan Kode Perusahaan Nama Perusahaan LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Energi RAJA PT. Rukun Raharja Tbk Telekomunikasi TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Transportasi BLTA PT. Berlian Laju Tanker Tbk Konstruksi Non Bangunan TBIG PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi Perdagangan Eceran CENT PT. Centrin Online Tbk ERAA PT. Erajaya Swasembada Tbk GLOB PT. Global Teleshop Tbk TRIO PT. Trikomsel Oke Tbk Advertising, Printing, dan Media ABBA PT. Mahaka Media Tbk EMTK PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk Perusahaan Investasi ABMM PT. ABM Investama Tbk Perusahaan Sampel dengan Pengungkapan Ketentuan Umum yang Tidak Lengkap SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU) Sektor Pertanian Perikanan CPRO PT. Central Proteinaprima Tbk Perkebunan BWPT PT. BW Plantation Tbk GZCO PT. Gozco Plantations Tbk JAWA PT. Jaya Agra Wattie Tbk LSIP PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia PALM PT. Provident Agro Tbk 34

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 29 BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Bursa Efek Indonesia (BEI) Bursa Efek merupakan sebuah pasar yang terorganisasi dimana para pialang melakukan transaksi jual beli surat berharga dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan diatur dalam Undang Undang No.8 Tahun 1995, dimana mewajibkan semua perusahaan yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Perusahaan Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (

Lebih terperinci

BAB 2 INDEKS KOMPAS 100. cerminan pergerakan harga saham. Indeks-indeks tersebut adalah (Idx, 2014) : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

BAB 2 INDEKS KOMPAS 100. cerminan pergerakan harga saham. Indeks-indeks tersebut adalah (Idx, 2014) : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BAB 2 INDEKS KOMPAS 100 2.1 Sejarah Bursa Indeks Kompas 100 Saat ini BEI memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Indeks merupakan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dari

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dari BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dari berbagai industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/29

OVERVIEW 1/29 OVERVIEW Konsep dasar dan arti penting klasifikasi industri. Arti penting analisis industri untuk menyeleksi sekuritas. Metode yang digunakan untuk mengestimasi tingkat keuntungan, earning per share, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI) terdiri dari 10 sektor, yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Fungsi keuangan yaitu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Fungsi keuangan yaitu menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting dalam membangun perekonomian suatu negara dengan menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial di Amerika Serikat tampaknya telah menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial di Amerika Serikat tampaknya telah menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis finansial di Amerika Serikat tampaknya telah menjadi masalah global, bahkan dampak dari krisis finansial tersebut terjadi pada negara Indonesia. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi. Investasi pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi. Investasi pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu aset atau lebih selama jangka waktu tertentu dengan harapan memperoleh pendapatan atau peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Transaksi jualbeli yang dilakukan

Lebih terperinci

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK. Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK. Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut 4 Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK 2.1 Pengenalan Saham Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEJ yaitu JASICA (Jakarta Stock Exchange

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa

BAB IV HASIL PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada kelompok saham yang tergabung dalam Jakarta

Lebih terperinci

Finance, Accounting and Marketing Pemetaan Daya Saing Industri Pada Sektor Industri Agribisnis di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Finance, Accounting and Marketing Pemetaan Daya Saing Industri Pada Sektor Industri Agribisnis di Bursa Efek Indonesia (BEI) Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No.2 (2014) 40-46 ISSN 2302 934X Finance, Accounting and Marketing Pemetaan Daya Saing Industri Pada Sektor Industri Agribisnis di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhnya perekonomian di dari tahun ke tahun membuat para investor dari dalam maupun luar negeri tertarik untuk melakukan investasi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

M. Hudori *1 dan Muhammad 2 1

M. Hudori *1 dan Muhammad 2 1 Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No.2 (214) 4-46 ISSN 232 934X Finance, Accounting and Marketing Pemetaan Daya Saing Industri Pada Sektor Industri Agribisnis di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Lebih terperinci

Daftar Perusahaan-perusahaan Sampel

Daftar Perusahaan-perusahaan Sampel Lampiran 1. Sampel Penelitian Daftar Perusahaan-perusahaan Sampel Observasi 1 (Periode Formasi: Bulan Februari 2012-Bulan Juni 2012) No. Kode Nama Perusahaan 1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk 2 ADRO PT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, diperlukan suatu metode yang sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, diperlukan suatu metode yang sesuai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian, diperlukan suatu metode yang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN. Pembahasan penelitian ini akan terbagi dalam dua bagian besar, dimulai dengan

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN. Pembahasan penelitian ini akan terbagi dalam dua bagian besar, dimulai dengan BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN IV.1 Mekanisme Pembahasan Pembahasan penelitian ini akan terbagi dalam dua bagian besar, dimulai dengan analisis deskriptif terhadap objek penelitian, karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam, terutama dari sektor pertanian. Sektor pertanian ini mempunyai peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang go public yang terdaftar di pasar modal untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang go public yang terdaftar di pasar modal untuk lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal saat ini semakin banyak diperlukan oleh masyarakat sebagai sarana untuk berinvestasi. Perkembangan pasar modal tersebut mendorong perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BEI merupakan pasar saham yang sangat berkembang di Asia, dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BEI merupakan pasar saham yang sangat berkembang di Asia, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BEI merupakan pasar saham yang sangat berkembang di Asia, dengan tingkat pertumbuhan indeks JKSE yang selalu positif sejak tahun 2008. indeks saham sangat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah pasar modal di Indonesia yang merupakan bursa hasil penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif, dan ekonomis untuk kelangsungan perusahaan, maka dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. efektif, dan ekonomis untuk kelangsungan perusahaan, maka dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini perusahaan dituntut untuk lebih efisien, efektif, dan ekonomis untuk kelangsungan perusahaan, maka dibutuhkan manajemen yang baik dalam menjalankan

Lebih terperinci

M. Hudori Program Studi Manajemen Logistik, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Bekasi 17520, Indonesia

M. Hudori Program Studi Manajemen Logistik, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Bekasi 17520, Indonesia PEMETAAN DAYA SAING INDUSTRI PADA SEKTOR INDUSTRI AGRIBISNIS DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) M. Hudori Program Studi Manajemen Logistik, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Bekasi 17520, Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses pengadaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran produk

I. PENDAHULUAN. proses pengadaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran produk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu kesatuan usaha yang mencangkup kegiatan proses pengadaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran produk pertanian. Perusahaan yang masuk

Lebih terperinci

Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011

Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011 36 LAMPIRAN 1 Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011 No. Nama Emiten Frekuensi Jumlah Kode Nama Perusahaan November 10 Januari 11 Februari Juli 11 Agustus 11 Januari 12 1. AALI Astra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah sarana tempat bertemunya antara pembeli dan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah sarana tempat bertemunya antara pembeli dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal adalah sarana tempat bertemunya antara pembeli dan penjualan surat berharga, dan telah menjadi sarana investasi bagi investor. Di pasar modal, investor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham),

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal di Indonesia yang pesat menunjukan bahwa kepercayaan pemodal untuk menginvetasikan dananya di pasar modal cukup baik. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, digunakan tabulasi data sekunder berupa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi penelitian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted

BAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia telah melakukan konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gajayana No. 50 Malang Penelitian ini meneliti indeks saham Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Gajayana No. 50 Malang Penelitian ini meneliti indeks saham Jakarta BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan. Hal ini dikarenakan permintaan kelapa sawit baik dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan. Hal ini dikarenakan permintaan kelapa sawit baik dari dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan. Hal ini dikarenakan permintaan kelapa sawit baik dari dalam maupun luar negeri setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas operasional usahanya. Sementara terdapat pihak yang memiliki kelebihan dana (investor-kreditor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Meningkatnya bisnis investasi di pasar modal Indonesia saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Meningkatnya bisnis investasi di pasar modal Indonesia saat ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Meningkatnya bisnis investasi di pasar modal Indonesia saat ini, membuat investor membutuhkan informasi yang lebih banyak mengenai kinerja perusahaan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional.

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sektor industri secara global saat ini sangat menuntut untuk adanya pengaturan secara standar dalam sebuah laporan. Berbagai sektor industri menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian Kerugian penurunan nilai aset (asset impairment) terjadi ketika nilai tercatat (carrying amount) suatu aset melebihi nilai terpulihkannya (recoverable

Lebih terperinci

6/4/2012. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Lingkup PSAK 48

6/4/2012. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Lingkup PSAK 48 Tujuan dan Ruang Lingkup (revisi 2009) - Penurunan Nilai Aset IAS 36: Impairment Tujuan : Menetapan prosedur agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya impairment. Aset dikatakan k melebihi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar modal yaitu Bursa Efek Jakarta ( Jakarta Stock Exchange ) dan Bursa Efek Surabaya (Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut www.idx.co.id pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hutang perusahaan sangat berkaitan erat dengan struktur modal suatu perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Instrumen keuangan merupakan kontrak yang mengakibatkan timbulnya aset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang terdapat pada situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id, secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan populasi dunia ikut meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat khususnya di bidang agrikultur. Agrikultur merupakan pertanian secara luas yang mencakup bidang tanaman

Lebih terperinci

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS KELOMPOK GOODWILL: Dwi Rahayu 090462201 098 Dedi Alhamdanis 100462201 362 Larasati Sunarto 100462201 107 FAKULTAS EKONOMI UMRAH 2012 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENURUNAN NILAI AKTIVA Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL

ANALISIS FUNDAMENTAL 1 Pertemuan 5 ANALISIS FUNDAMENTAL Dalam menentukan nilai saham, investor perlu memperhatikan dividen dan earning yang diharapkan dari suatu perusahaan di masa datang. Besarnya dividen dan earning yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang dikaji di dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2012. Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Jasa Migas merupakan kegiatan usaha jasa layanan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Jasa Migas merupakan kegiatan usaha jasa layanan di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan Jasa Migas merupakan kegiatan usaha jasa layanan di bidang energi minyak dan gas bumi, dalam Kegiatan Usaha Hulu untuk penanganan pekerjaan bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi pemerintah, sekaligus sarana bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan investasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam memberikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam memberikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan go public di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat, perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan yang meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal adalah obligasi. Dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal adalah obligasi. Dengan cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam pasar modal Indonesia ada berbagai macam sekuritas, salah satu sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal adalah obligasi. Dengan cara menerbitkan surat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah media yang dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak manajemen dengan para pihak berkepentingan (Margaretta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan yang Termasuk dalam Industri Pertanian di BEI Pada

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan yang Termasuk dalam Industri Pertanian di BEI Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek studi dilakukan pada perusahaan go public yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI merupakan pusat transaksi capital market di Indonesia.

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA Agenda 1. 2. 3. 4. Perkembangan Standar ISAK 29 Pengupasan Tanah PSAK Terkait Diskusi PSAK Pertambangan Umum Tidak ada standar akuntansi khusus industri pertambangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan antara agen dengan prinsipal yang dapat memicu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan antara agen dengan prinsipal yang dapat memicu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Hubungan antara agen dengan prinsipal yang dapat memicu munculnya suatu konflik karena adanya perbedaan kepentingan diantara keduanya dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna lainnya untuk mengambil keputusan (Setiawan, 2013 ).

BAB I PENDAHULUAN. pengguna lainnya untuk mengambil keputusan (Setiawan, 2013 ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia usaha di Indonesia menyebabkan perusahaanperusahaan besar membutuhkan sumber pendanaan dari luar. Salah satu sumber tersebut adalah penerbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan besar terjadi secara global seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. Resiko ketidakpastian di pasar keuangan dunia memberikan tekanan tambahan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya disajikan dalam laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Sektoral BEI (Bursa Efek Indonesia) merupakan sub indeks dari IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Semua emiten yang tercatat di BEI diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. standar akuntansi internasional International Financial Reporting Standard (IFRS)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. standar akuntansi internasional International Financial Reporting Standard (IFRS) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Goodwill telah menjadi salah satu topik yang kontroversial yang berkepanjangan dalam akuntansi di beberapa negara. Perubahan peraturan termasuk standar akuntansi internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh perusahaan yaitu untuk memperoleh profit atau laba yang maksimal. Sehingga dalam laporan keuangan, profitabilitas merupakan ukuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan rumus-rumus matematik. Penulis juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan rumus-rumus matematik. Penulis juga 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Zeffri (2010) adalah metode metode analisis kuantitatif empiris. Metode ini merupakan salah satu proses analisis data dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN

BAB V KESIMPULAN & SARAN BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Perkembangan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Corporate Social Responsibility (CSR), dan Tobin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan yang memenuhi kriteria dapat dibandingkan (comparability),

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan yang memenuhi kriteria dapat dibandingkan (comparability), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu data keuangan yang berisi informasi sehubungan dengan transaksi-transaksi yang terjadi selama periode tertentu. Informasi tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio, Earnings Per Share dan Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estate Periode 2010-2012 4.1.1 Hasil Perhitungan Debt to

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS DENGAN. KONVERGENSI IFRS PADA PT INDOSAT Tbk PERIODE NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS DENGAN. KONVERGENSI IFRS PADA PT INDOSAT Tbk PERIODE NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS DENGAN KONVERGENSI IFRS PADA PT INDOSAT Tbk PERIODE 2011-2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT)

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT) PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT) Dalam sejarah perkembangan akuntansi, penurunan nilai merupakan metode pelengkap depresiasi yang digunakan dalam model biaya (historical cost model). Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KONSTRUKSI PENGAMBILAN SAMPEL. Tabel 1. Konstruksi Sampel Berdasarkan Kriteria

LAMPIRAN KONSTRUKSI PENGAMBILAN SAMPEL. Tabel 1. Konstruksi Sampel Berdasarkan Kriteria LAMPIRAN Lampiran 1 KONSTRUKSI PENGAMBILAN SAMPEL Tabel 1 Konstruksi Sampel Berdasarkan Kriteria Konstruksi Sampel* Jumlah perusahaan terdaftar di BEI 492 (-) Industri keuangan 76 (-) data tidak memadai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Koefisien Laba Tahun

Lampiran 1. Perhitungan Koefisien Laba Tahun Lampiran 1 Perhitungan Koefisien Laba Tahun 2011-2015 Koefisien Laba Tahun 2011 No Kode 2009 2010 2011 PERUBAHAN PERUBAHAN 2011-2010 2010-2009 MEAN STDEV CV I 1 AALI 2610218000 2964040000 3332932000 368892000

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah studi peristiwa (event study), dimana event study merupakan salah satu metode penelitian

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan dengan IFRS (International Financial Reporting Standard).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dengan tujuan mengembangkan perusahaannya. Perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun dengan tujuan mengembangkan perusahaannya. Perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan dana yang cukup bagi industri memegang peranan yang penting dalam kelangsungan hidup perusahaan karena dana merupakan motor penggerak industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber ekonomi menjadi barang dan jasa agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang cukup bagi pengguna laporan keuangan agar mampu membuat keputusan. Untuk itu, laporan keuangan tidak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v i DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 8 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan ekonomi yang semakin kompleks. Karena kondisi ini maka

BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan ekonomi yang semakin kompleks. Karena kondisi ini maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah mendorong persaingan yang semakin ketat dan lingkungan ekonomi yang semakin kompleks. Karena kondisi ini maka manajer keuangan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin ketat, karena terdapat persaingan antara kompetitor luar dan dalam negeri. Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian dunia dimana batasan penghambat menjadi semakin berkurang

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian dunia dimana batasan penghambat menjadi semakin berkurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah membuat sebuah dampak dramatis dalam perekonomian dunia dimana batasan penghambat menjadi semakin berkurang dan meningkatnya kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan dilaksanakannya program konvergensi

Lebih terperinci

Daftar Perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun

Daftar Perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun Lampiran 1 Daftar Perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012 No Emiten Kode Emiten Sektor Industri Tanggal Listing 1 PT. Astra Agro Lestari Tbk AALI Pertanian 09 Desember 1997 2 PT.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 8 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1. Indeks Saham Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi dan informasi mendorong pertumbuhan dan persaingan di dunia industri semakin kuat. Perusahaanperusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi persaingan bisnis menjadi semakin ketat dan menuntut perusahaan untuk terus berkembang agar dapat mempertahankan eksistensinya dan meraih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah 5 hari sebelum terjadi pengumuman penurunan BI Rate pada

BAB III METODE PENELITIAN. adalah 5 hari sebelum terjadi pengumuman penurunan BI Rate pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian event study karena meneliti dampak dari suatu peristiwa pada periode tertentu. Fokus penelitian ini adalah 5 hari

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pendekatan Pembahasan Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian yang dilaporkan oleh salah satu perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum siklus hidup perusahaan terdiri atas start-up, infant, youth, growing,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum siklus hidup perusahaan terdiri atas start-up, infant, youth, growing, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Bagaikan roda yang berputar, siklus hidup perusahaan juga akan terus bergulir. Secara umum siklus hidup perusahaan terdiri atas start-up, infant, youth,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat membuat persaingan juga semakin ketat. Tidak terkecuali untuk perkembangan sektor jasa yang melandasi semua kebutuhan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penundaan pengumuman laba dan penerbitan laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. penundaan pengumuman laba dan penerbitan laporan keuangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini semakin bekembang pesat. Banyaknya perusahaan menunjukan semakin banyak pula dibutuhkan seorang auditor yang profesional.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah singkat Perusahaan Industri Property dan Real Estate Industri real estate dan property pada umumnya merupakan dua hal yang berbeda. Real estate merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media penghubung antara manajemen perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari laporan keuangan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan informasi keuangan dapat dilakukan melalui laporan keuangan yang sangat bermanfaat bagi pemangku kepentingan yang terdiri dari pihak ekstern dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perbandingan kinerja kedua perusahaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perbandingan kinerja kedua perusahaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV terhadap perbandingan kinerja kedua perusahaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dapat tertutupi hanya dengan mengandalkan sumber daya internal. Salah

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dapat tertutupi hanya dengan mengandalkan sumber daya internal. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era gobalisasi ini, keadaan perekonomian di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini mendorong perekonomian nasional dan internasional semakin

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN IFRS MENGENAI INVESTMENT PROPERTY

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN IFRS MENGENAI INVESTMENT PROPERTY ANALISIS PENGARUH PENERAPAN IFRS MENGENAI INVESTMENT PROPERTY TERHADAP PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SEKTOR OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BEI) Hendro Sasongko Dosen Tetap Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah Perusahaan dalam melakukan kegiatannya pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama suatu perusahaan adalah mencapai laba yang maksimal serta

Lebih terperinci