Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016"

Transkripsi

1 15 PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA PADA MATERI POKOK BIOSFER DAN ASPEK PENYEBARAN HEWAN DAN TUMBUHAN KELAS XI IPS C SMA NEGERI 1 TONGKUNO Ernianti 1, Ramli 2 1 Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO 2 Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO Abstrak: Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari lembar observasi dan tes hasil belajar. Berdasarkan hasil-hasil analisis data penerapan model pengajaran langsung diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Aktivitas belajar siswa dengan penggunaan model pengajaran langsung pada setiap siklus cenderung meningkat. 2) Aktivitas mengajar guru dengan penggunaan model pengajaran langsung pada setiap siklus cenderung meningkat. 3) Hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS C dapat ditingkatkan dengan penggunaan model pengajaran langsung pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan. Dimana pada siklus I yaitu diperoleh nilai terendah 40, nilai tertinggi 85, nilai rata-rata 66,15 dan ketuntasan belajar sebesar 80% yang mencapai KKM atau dari 26 siswa hanya 16 siswa yang memperoleh nilai 75. Pada siklus II diperoleh nilai terendah 45, nilai tertinggi 95, nilai rata-rata adalah 89 dan ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 26 orang siswa ada 23 orang siswa yang yang memperoleh nilai 75, dengan persentase ketuntasan hasil belajar adalah 88,46%. Kata kunci: proses pembelajaran, materi, hasil belajar PENDAHULUAN Sekolah berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan suasana belajar yang baik. Dalam upaya itu guru, perlu memiliki kemampuan dalam upaya pengelolaan yang berkualitas, siswa akan senang belajar. Dalam upaya membelajarkan siswa, guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Agar proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif, guru harus memberikan kesempatan belajar yang luas bagi siswa. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. Makin banyak siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar, makin tinggi pula kemungkinan siswa memperoleh hasil belajar yang baik. Untuk meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru harus mampu merancang metode pembelajaran dan sekaligus mampu melakukannya dalam bentuk interaksi pembelajaran dengan siswa sehingga hasil yang diharapkan bisa tercapai. Hasil belajar siswa merupakan indikator kualitas proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: keterampilan mengajar guru, lingkungan belajar siswa, media pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran, cara guru memotivasi siswa agar belajar dengan baik serta strategi

2 16 dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kelas. Proses pembelajaran dan hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulum, tetapi ada yang paling penting adalah kemampuan guru yang mengajar dan membimbing siswa. Salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan karateristik materi pelajaran, agar siswa dapat belajar secara efektif. Berdasarkan observasi awal Di SMA Negeri 1 Tongkuno pada kelas XI IPS C pembelajaran untuk materi biosfer dan persebaban hewan dan tumbuhan memang masih menggunakan sistem ceramah maupun sistem guru membaca dan siswa mencatat, yang mengakibatkan siswa tidak diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan memecahkan masalah berkaitan dengan materi pembelajaran yang dibawakan, sehingga saat dilakukan evaluasi banyak siswa yang tidak berhasil mendapatkan nilai belajar yang maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa semester 1 tahun ajaran 2016/2017 pada materi pokok Biosfer Dan Aspek Penyebaran Hewan Dan Tumbuhan dimana sebanyak 10 dari 26 siswa berada di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 75 dalam kurikulum satuan pendididkan. Dengan kata lain model pembelajaran yang diterapkan masih bersifat umum dan dianggap gagal dalam meningkatkan hasil belajar siswa, untuk itu diperlukan suatu variasi model pembelajaran yang sesuai agar siswa tidak lagi bersifat pasif tetapi aktif dalam rangka mengikuti kegiatan pembelajaran yang mengarah bahwa peserta didik mampu memahami dan menyelesaikan materi pembelajaran dengan baik. Sehubungan dengan masalah di atas, untuk mengatasi masalah pembelajaran Geografi pada materi pokok biosfer dan persebaban hewan dan tumbuhan pada Kelas XI IPS C SMA Negeri 1 Tongkuno Kabupaten Muna dalam proses pembelajaran di kelas, maka salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa secara langsung untuk memahami materi yang dipelajari adalah model pembelajaran langsung (direct instruction). Melalui pembelajaran langsung siswa dapat belajar melalui keterampilan dan sikap yang telah dipresentasikan oleh guru secara tahap demi tahap melalui metode ilmiah. Hal ini akan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari dan ingin menguasai suatu mata pelajaran di sekolah sehingga nantinya akan bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: Penerapan Model Pengajaran Langsung Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa Pada Materi Pokok Biosfer Dan Aspek Penyebaran Hewan Dan Tumbuhan Kelas XI IPS C Di SMA Negeri 1 Tongkuno. Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan lingkungan sekitarnya. Jihat dan Haris (2012: 1). Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. kemampuan orang untuk belajar menjadi ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenisjenis mahluk yang lain Gredler dalam Aunurrahman (2012: 38). Hasil belajar adalah kemampuan

3 17 yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman dalam Jihat dan Haris 2012: 14). Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Ibrahim dan Syaodin dalam Suriani (2012: 6) Mengemukakan bahwa prosespembelajaran akan diperoleh suatu hasil yang dibuat hasil pembelajaran atau hasil belajar.proses pembelajaran merupakan proses yang bertujuan melihat kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah melakukan kegitan belajar. Model pengajaran langsung adalah dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah ( fathurrohman, 2015 : 169) Prinsip model pembelajaran langsung difokuskan pada konseptual kinerja siswa ke dalam tujuan yang akan dicapai melalui pelaksanaa tugas-tugas yang harus dilakukan, dan pengembangan aktivitas latihan untuk menetapkan penguasaan setiap komponrn tugas yang diberikan. Pembelajaran langsung diterjemahkan dari direct instruction, istilah directive digunakan untuk menekankan pembelajaran dalam mencapai tujuan bahwa siswa dapat meniru perilakuperilaku atau keterampilan yang dimodelkan atau diperagakan atau diitruksikan oleh guru. Selanjutnya Kardi dan Nur (2000: 2) mengemukakan bahwa model pengajaran langsung adalah suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Apabila guru menggunnakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik. Tujuan uatama pengajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilak di antaranya dalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. Dengan demikian, model pengajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Pada pembelajaran langsung guru berperan sebagai penyampai informasi. Dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai media, misalnya filem, tape recorder, gambar,dan peragaan. Informasi yang dapat disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan procedural atau pengetahuan deklaratif. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tongkuno Kabupaten Muna yang berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 selama tiga minggu atau 6 kali pertemuan.subyek penelitian, Adapun subyek penelitian ini adalah siwa kelas XI SMA Negeri 1 Tongkuno Kabupaten Muna pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 26 orang yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. Pemilihan kelas XI didasarkan pada perolehan hasil belajar siswa selama 1 bulan, setelah

4 18 pembelajaran ini dilaksanakan pada materi pokok Biosfer Dan Persebaban Hewan Dan Tumbuhan. Jenis penelitian, Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Karakteristik yang khas dari penelitian ini adalah adanya tindakan yang berulang untuk melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar. PTK ini dilakukan dengan menerapkan model Pengajaran Langsung sebagai alternatif tindakan untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa melalui model pengajaran langsung pada materi Biosfer Dan Persebaban Hewan Dan Tumbuhan kelas XI IPS C di SMA Negeri 1 Tongkuno. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor siswa: yaitu untuk melihat hasil belajar siswa dalam mempelajari Geografi khususnya pada materi pokok Biosfer Dan Persebaban Hewan Dan Tumbuhan. 2. Faktor guru: meliputi persiapan materi pelajaran dan kesiapan guru melaksanakan pembelajaran dengan model pengajaran langsung. Teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (a.) Data mengenai aktivitas siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi dengan cara memberikan skor pada aspek aktivitas yang dilakukan untuk siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. (b.) Data mengenai hasil belajar Geografi diambil dengan menggunakan tes hasil belajar (tes siklus) dengan bentuk tes berupa tes essay yang mencakup semua indikator pembelajaran pada siklus I serta siklus. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, yang meliputi: nilai rata-rata, menentukan hasil belajar siswa secara individual, menentukan tingkat pencapaian ketuntasan belajar secara klasikal, mengklasifikasikan rata-rata skor aktivitas siswa dan guru. HASIL DAN PEMBAHASAN Tindakan siklus 1 Perencanaan Setelah ditetapkan dan disepakati untuk menerapkan model pengajaran langsung dalam pembelajaran geografi pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Dalam persiapan ini dilakukan dengan berkonsultasi antara peneliti dengan guru kelas XI IPS C SMA Negeri 1 Tongkuno (kolaborator) sebagai observer pada penelitian ini. Selanjutnya, Pada tahap perencanaan kegiatan dilakukan langkahlangkah sebagai berikut: (a.)merencanakan penerapan model pengajaran Langsung dalam proses pembelajaran geografi. (b.)membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan penerapan model Pengajaran Langsung dan materi pembelajaran. (c.)membuat lembar kerja siswa (LKS). (d.)menentukan skenario pembelajaran dengan model Pengajaran Langsung. (e.)mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan. (f.)membuat format observasi pembelajaran, yaitu format observasi guru dan format observasi siswa yang terdiri atas observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa. (g.)menyusun soal evaluasi tes hasil belajar siswa siklus I beserta kunci jawabannya. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pengajaran langsung pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran (RPP) yang telah di siapkan sebelumnya. Pada pertemuan I pada sub materi pengertian biosfer dan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan flora dan fauna dan RPP pada pertemuan II pada sub materi

5 19 persebaran flora dan fauna di permukaan bumi. Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan model pengajaran langsung yang telah dirancang sebelumnya. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran untuk memantau optimalisasi penerapan model pengajaran langsung yang dilakukan oleh observer yaitu guru kelas XI IPS C dan untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh observer (teman sejawat). Kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan I dan II diawali dengan guru Mengisi daftar hadir, berdoa, mempersiapkan materi pembelajaran, lalu guru Mempersiapkan siswa untuk belajar, kemudian guru Menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi yang dibawakan, lalu guru Menginformasikan langkah-langkah yang akan dilakukan selama pembelajaran.setelah itu, guru Menjelaskan pentingnya materi. Dalam proses pembelajaran, guru menyajikan materi pelajaran. Kemudian, guru Bertanya kepada siswa tentang materi yang baru disampaikan, materi mana yang belum jelas dan kurang dimengerti. Lalu, guru Menjelaskan ulang materi yang belum jelas atau belum dimengerti oleh siswa. Kemudian, Merencanakan kegiatan yang dilakukan siswa secara berkelompok untuk mendiskusikan materi pembelajaran. Guru membimbing dan melatih kelompok siswa bagaimana menemukan solusi pemecahan yang tepat terhadap tugas yang diberikan. Setelah itu, Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas kelompok dengan benar. Selanjutnya, Memberikan umpan balik dengan mengadakan tanya jawab. Dalam kegiatan proses pembelajaran yang terakhir adalah Merencanakan pelatihan lanjutan dengan memberikan permasalahan yang lebih kompleks dalam kehidpan sehari-hari. Diakhir pelajaran, Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, Memberikan tindak lanjut. Observasi Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, data aktivitas mengajar guru dalam kegiatan pembelajaran dan data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui test siklus. Sesuai dengan teknik analisis data statistik deskriptif yang digunakan dalam peneltian ini untuk melihat dan memberi gambaran keadaan data dan menampilkan hasil perhitungan dapat berupa grafik, tabel dan uraian. Gambaran rata-rata aktivitas belajar siswa melalui penerapan metode demonstrasi pada siklus I setiap aspek aktivitas yang diamati dengan memberikan skor dapat dilihat pada grafik berikut ini:

6 SIKLUS 1 Gambar 1. Skor Rata-Rata Untuk Setiap Satuan Aktivitas Siswa Siklus I Keterangan: 1. Siswa member salam kepada guru 2. Siswa berdoa untuk mengawali kegiatan belajar 3. Siswa mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran 4. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru 5. Siswa mendengarkan materi yang diajarkan 6. Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang diajarkan 7. Siswa berada didalam kelompok masing-masing 8. Siswa secara berkelompok memecahkan persoalan yang diberikan 9. Siswa mempersentasikan hasil diskusi 10. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi 11. Siswa menyimak penjelasan/penguatan ataupun koreksi yang diberikan oleh guru Berdasarkan gambar 1 dan gambar 2 terlihat bahwa aktivitas siswa pada siklus I belum mencapai keberhasilan karena rata-rata aktivitas siswa sebesar 2,33 yang berada dalam kategori cukup belum mencapai keberhasilan sesuai dengann hipotesis tindakan dimana dikatakan berhasil apabila skor rata-rata aktivitas siswa minimal 3,0. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut: Pertemuan I Pertemuan 2 Rata - Rata Gambar 2. Grafik Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa Tiap Pertemuan Siklus I

7 21 Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,33 yang berada dalam kategori cukup. Hal ini menunjukan aktivitas belajar siswa belum menjawab hupotesis tindakan. Aktivitas Mengajar Guru Siklus I Data mengenai aktivitas mengajar guru dalam mengelola Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata - Rata Gambar 3. Grafik Rata-Rata Aktivitas Mengajar Guru Siklus I Berdasarkan analisis data yang terlihat pada gambar 3 menunjukan bahwa aktivitas guru belum mencapai keberhasilan karena belum menjawab hipotesis tindakan, dimana skor rata-rata aktivitas mengajar guru pada pertemuan 1 siklus I sebesar 2,1 yang berada dalam kategori cukup dan skor rata-rata aktivitas mengajar guru pertemuan II siklus I Sebesar 2,7 yang berada dalam kategori cukup, tetapi padaa siklus I ini setelah dirata-ratakan antaraa pertemuan I dan pertemuan II aktivitas mengajar guru masih berada dalam kategori cukup dengan skor sebesar 2,42. Hasil Belajar Siswa Siklus I Data hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS C di SMA Negeri 1 pembelajaran dengan menerapkan model pengajaran lansung pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas mengajar guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan memberikan skor pada aspek yang diamati pada siklus I dan Siklus II setiap masing- masing pertemuan. Tongkuno pada materi pokok materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan diperoleh melalui test pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat pada tabel 1 diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa siklus I mencapai rata-rata sebesar 66,15 Pada Test siklus I ini nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 40 dan nilai tertinggi sebesar 85 Persentase ketuntasan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS C SMA Negeri 1 Tongkuno dengan penerapan model pengajaran langsung pada siklus I dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

8 22 Tabel 1. Analisis Ketuntasann Belajar Siswa Pada Evaluasi Siklus I Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Total Jumlah Persentase 6I% 39% 100% Agar lebih jelas, persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I, berdasarkan data hasil belajar yang telah dianalisis dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Tuntas Belum Tuntas Persentase Jumlah Gambar 4. Grafik Ketuntasan Hasil Siklus I Belajar Siswa Kelas XI IPS C SMA Negeri 1 Tongkuno Berdasarkan gambar diatas diperoleh bahwa pada siklus I terdapat 66 % atau 16 orang dari 26 siswa yang memperoleh nilai 75 atau telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yaitu minimal 39% atau 10 orang dari 26 siswa. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Perencanaan Sebagai hasil evaluasi, observasi dan refleksi pada tindakan siklus I, maka peneliti merencanakan tindakan siklus II, kelemahan dan kekurangan pada siklus I akan diperbaiki dan dilaksanakan pada sikluss II, Agar penerapan model pengajaran langsung ini lebih baik dari sebelumnya. Peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: a.)menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan penerapan model pengajarann langsung untuk pertemuan 3 dan pertemuan 4. b)menyiapkan lembar kerja siswa. c)mempersiapkan sumber, bahan, media, dan alat bantu yang dibutuhkan. d)menyiapkan lembar observasi pembelajaran, yaitu format observasi guru dan format observasi siswa yang terdiri atas observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa. e..)menyusun soal evaluasi tes hasil belajar siswa berupa esay yang digunakan pada pertemuan keempat. Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru akan mencoba memperbaiki kesalahan kesalahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan model pengajaran langsug sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai

9 23 ketuntasan hasil belajar siswa minimal 80% Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II di laksanakan dalam dua kali pertemuan, yang dilakukan sesuai dengan RPP. pertemuan I membahas materi tentang Persebaran hewan dan tumbuhan dunia dan Persebaran hewan dan tumbuhan di Indonesia dan pertemuan kedua membahas materi Kerusakan flora dan fauna di indinesia. Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan model pengajaran langsung yang telah dirancang sebelumnya. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran untuk memantau optimalisasi penerapan model pengajaran langsung yang dilakukan oleh observer yaitu guru kelas XI IPS C dan untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh observer (teman sejawat). Kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan I dan II diawali dengan guru Mengisi daftar hadir, berdoa, mempersiapkan materi pembelajaran, lalu guru Mempersiapkan siswa untuk belajar,kemudian guru Menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi yang dibawakan, lalu guru Menginformasikan langkah-langkah yang akan dilakukan selama pembelajaran.setelah itu, guru Menjelaskan pentingnya materi. Dalam proses pembelajaran, guru menyajikan materi pelajaran. Kemudian, guru Bertanya kepada siswa tentang materi yang baru disampaikan, materi mana yang belum jelas dan kurang dimengerti. Lalu, guru Menjelaskan ulang materi yang belum jelas atau belum dimengerti oleh siswa. Kemudian, Merencanakan kegiatan yang dilakukan siswa secara berkelompok untuk mendiskusikan materi pembelajaran. Guru membimbing dan melatih kelompok siswa bagaimana menemukan solusi pemecahan yang tepat terhadap tugas yang diberikan. Setelah itu, Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas kelompok dengan benar. Selanjutnya, Memberikan umpan balik dengan mengadakan tanya jawab. Dalam kegiatan proses pembelajaran yang terakhir adalah Merencanakan pelatihan lanjutan dengan memberikan permasalahan yang lebih kompleks dalam kehidpan sehari-hari. Diakhir pelajaran, Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, Memberikan tindak lanjut. Observasi Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Data hasil analisis aktivitas belajar siswa yang diolah dari data mentah aktivitas belajar siswa yang 10 menggunakan lembar observasi aktivitas siswa pada pertemuan I dan pertemuan II di siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini: Gambaran masing-masing aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini:

10 Siklus II Gambar 5. Grafik Rata-Rata Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II Keterangan: 1. Siswa member salam kepada guru 2. Siswa berdoa untuk mengawali kegiatan belajar 3. Siswa mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran 4. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru 5. Siswa mendengarkan materi yang diajarkan 6. Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang diajarkan 7. Siswa berada didalam kelompok masing-masing 8. Siswa secara berkelompok memecahkan persoalan yang diberikan 9. Siswa mempersentasikan hasil diskusi 10. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi. 11. Siswa menyimak penjelasan/penguatan ataupun koreksi yang diberikan oleh guru Berdasarkan gambar 6 di atas menujukan bahawa aspek aktivitas belajar siswa pada siklus II yang memperoleh skor terendah sebesar 3,1 yang berada dalam kategori baik terdapat pada aspek nomor 6 yaitu Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang diajarkan. Pada siklus II aspek aktivitas yang memperoleh skor tertinggi sebesar 3,9 terdapat pada aspek nomor 2 yaitu, Siswa berdoa untuk mengawali kegiatan belajar, nomor 8 yaitu, Siswa secara berkelompok memecahkan persoalan yang diberikan dan nomor 9 yaitu, Siswa mempersentasikan hasil diskusi. Sesuai dengan teknik analisis statistik deskriptif, gambaran aktivitas belajar siswa pada siklus II dari 11 pertemuan I sampai pertemuan II dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini: Pertemuan 1 Pertemuan 2 Siklus II Grafik 6. Grafik Rata-Rata Aktivitas Siswa Pada Siklus II

11 25 Berdasarkan gambar 6 diatas, diperoleh bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan I siklus II sebesar 3,47 yang berada dalam kategori baik. Rata- rata aktivitas belajar pada pertemuan II siklus II sebesar 3,78 yang berada dalam kategori baik. Skor ratapada siklus II rata aktivitas belajar siswa setelah dirata-ratakan dari pertemuan I sampai pertemuan II adalah 3,62 yang berada dalam kategori baik. Pada siklus II diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa dengan skor 3,62 pada siklus II telah mencapai kriteria ketuntas dimana aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh skor rata- Siklus rata aktivitas sebesar 3,0. Data Aktivitas Mengajar Guru II Rata-rata aktivitas guru dari pertemuan I sampai pertemuan II setelah dirata-ratakan berada dalam kategori baik dengan skor rata-rata sebesar 3,46 Hal ini agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini: Pertemuan 1 Pertemuan 2 Siklus II Gambar 7. Grafik Rata-Rata Aktivitas Mengajar Guru Siklus II Berdasarkan gambar 7 menunjukkan bahwa aktivitas guru telah memenuhi kriteria, dimana dikatakan berhasil apabila telah mencapai skor rata-rata minimal 3,0. Skor rata-rata aktivitas guruu di siklus II sebesar 3,46 menunjukan bahwa penerapan metode demonstrasi pada materi pokok menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru. Data Hasil Belajar Siklus II Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisisi hasil belajar siswa pada tiap siklus, diperoleh data hasil belajar siswa pada siklus II. Berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang disajikan dalam gambar 7 terlihat bahwa hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS C di SMA Negeri 1 Tongkuno dengan menerapkan 12 pengajaran langsung menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa sebesar 89,23 Hasil Belajar siswa pada siklus II dengan nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 45 Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar siklus II secara klasikal, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Ketuntasan Jumlah Persentase Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Total % 11.54% 100%

12 26 Berdasakan tabel 2 menunjukan bahwa pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 88,46% atau 23 siswa memperoleh nilai memperoleh nilai 75 atau telah mencapai KKM (kriteria ketuntasan Minimal) dan persentase 11,54% atau 3 orang siswa memperoleh nilai 75 atau belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan Minimal). Padaa siklus II diperoleh bahwa jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang tidak tuntas. Hal dapat di lihat pada gambar dibawah ini: Tuntas Persentase Jumlah Tidak Tuntas Grafik 8. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Berdasarkan grafik diatas diperoleh Pada siklus III persentase ketuntasan telah memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yaitu minimal 80%, dimana pada siklus II persentse ketuntasan belajarnya sebesar 88,46 meskipun pada siklus inii masih ada siswa yang belum tuntas secara perorangan. Hal ini menunjukan bahwa ketuntasan secara klasikal pada penelitian tindakan kelas ini telah terpenuhi yang berarti pula penerapan model pengajaran langsung memecahkan masalah belajar Geografi siswa kelas XI IPS C SMA Negeri 1 Tongkuno pada materi materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan. Refleksi Siklus II Refleksi merupakan proses atau tahap dalam penelitian tindakan kelas dimana bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi padaa setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi padaa pelaksanaan tindakan siklis II baik pertemuan I dan pertemuan II sesuai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan observer ( guru kelas ) dimana terlihat bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pengajaran langsung sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, meskipun masih ada 3 orang siswa yang belum mencapai KKM, akan tetapi siswa tersebut sudah terlihat cukup aktif dalam melibatkan diri dalam pelaksanaan tindakan dalam kelompok. Pada siklus II pembelajaran dengan menerapkan pengajaran lansung mendapatkan hasil yang lebih baik, diantaranya: a) Peneliti sudah melengkapi media pengajaran sehingga dalam menyajikan materi sudah lebih baik. b) Peneliti sudah memberikan motivasi kepada siswa dengan mengemukakan kasus dalam kehidupan sehari hari serta siswa sudah berani bertanya mengenai hal hal yang belum dipahami. c) Peneliti sudah mampu memberikan pengawasan serta sudah membimbing siswa dengan baik dalam menyelesaikan soal soal yang telah diberikan baik LKS yang dikerjakan secara kelompok maupun soal soal

13 27 latihan yang dikerjakan secara individu. Peneliti sudah tegas memberikan pemahaman materi kepada siswa dan menegur/ memberi sanksi kepada siswa yang ribut. d) Pada saat diskusi kelompok berlangsung, siswa sudah beradaptasi dengan kelompoknya masing masing dan guru sudah membimbing siswa agar aktif ataupun memberikan tanggapannya terhadap masing masing anggota kelompoknya maupun kepada kelompok penyaji. e) Siswa sudah memberikan perhatian penuh pada saat guru menulis dan membacakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai termasuk siswa bertanya mengenai hal hal yang belum dipahami. Terlihat siswa sudah menunjukkan sikap yang baik dan tidak melakukan kegiatan lain pada saat guru memberikan penjelasan. f.) Guru 13 sudah mengelola dan mengkondisikan kelas dengan baik sehingga guru sudah tidak lagi mengambil jam istrahat siswa dalam mengajar. Jika dibandingkan mulai dari sebelumya diterapkan pengajaran langsung kemudian dilaksanakan peneliti pada siklus I dan setelah dilakukan refleksi untuk dilanjutkan pada siklus II, menunjukan bahwa penerapan model pengajaran langsung dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya tentang materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan. Pada siklus II ini sudah menunjukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar yang signifikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya sehingga penelitian ini dikatakan berhasil dengan memperoleh indikator keberhasilan sebesar 3,65 untuk aktivitas siswa dan 3,46 untuk aktivitas guru serta 88,46% siswa mencapai ketuntasan secara klasikal. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan permasalahan ketiga, yaitu apakah penggunaan model pengajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS C SMA Negeri 1 Tongkuno, dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis deskriptif kuantitatif yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa pada setiap siklus cenderung mengalami peningkatan kearah yang lebih baik, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.7 Pada siklus I Berdasarkan hasil tes hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai minimum sebesar 40; nilai maksimum 85; rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66,15 Secara klasikal dari 26 siswa yang mencapai persentase ketuntasan hasil belajar yaitu 16 siswa atau 61% yang mencapai nilai 75 sesuai dengan nilai KKM geografi yang ditentukan oleh sekolah dan terdapat 10 orang siswa dengan presentase sebesar 39% siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75. Presentase ketuntasan pada siklus I ini belum mencapai target peneliti yaitu mencapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal 80%. Setelah melakukan analisis dan refleksi hasil belajar siswa pada siklus I, guru mata pelajaran dan peneliti mencoba melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar agar pada siklus selanjutnya siswa yang memenuhi ketuntasan belajar dapat meningkat lagi seperti yang diharapkan. Pada siklus II Berdasarkan hasil tes belajar siswa pada siklus II, terlihat bahwa hasil belajar siswa memperoleh nilai minimum 45; nilai maksimum 95; nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 89 Terdapat sebanyak 23 siswa yang memperoleh nilai 75 atau ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 88,46% sedangkan jumlah siswa yang hasil belajarnya di bawah KKM atau yang memperoleh nilai 75 sebanyak 3 orang atau 11,54 % yang belum tuntas. Dari hasil tersebut, menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan dari siklus I ke siklus II, walaupun masih ada

14 28 beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus II target ketuntasan hasil belajar siswa telah tercapai yaitu 88,46% siswa telah tuntas dalam hasil belajarnya. Hal ini penelitian dianggap telah berhasil mencapai targetnya. Dalam penelitian ini keberhasilan siswa dalam tes hasil belajar siklus II memberikan gambaran bahwa penggunaan model pengajaran langsung mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, jawaban atas permasalahan penilitian telah terungkap yaitu pembelajaran dengan penggunaan model pengajaran langsung berhasil meningkatkan aktivitas belajar siswa dan juga dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS C khususnya pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pemaparan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: a) Aktivitas belajar siswa dengan penggunaan model pengajaran langsung pada setiap siklus cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivitas siswa adalah 2,33 yang termasuk kategori cukup mengarah ke baik meningkat pada siklus II menjadi 3,62 yang termasuk pada kategori baik mengarah ke sangat baik. b) Aktivitas mengajar guru dengan penggunaan model pengajaran langsung pada setiap siklus cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivits guru adalah 2,42 yang termasuk kategori baik dan meningkat pada siklus II menjadi 3,46 yang berkategori baik. c)hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS C dapat ditingkatkan dengan penggunaan model pengajaran langsung pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan. Dimana pada siklus I yaitu diperoleh nilai terendah 40, nilai tertinggi 85, nilai rata-rata 66,15 dan ketuntasan belajar sebesar 80% yang mencapai KKM atau dari 26 siswa hanya 16 siswa yang memperoleh nilai 75. Pada siklus II diperoleh nilai terendah 45, nilai tertinggi 95, nilai rata-rata adalah 89 dan ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 26 orang siswa ada 23 orang siswa yang yang memperoleh nilai 75, dengan persentase ketuntasan hasil belajar adalah 88,46%. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran berikut: a) Bagi pihak sekolah, khususnya SMA Negeri 1 Tongkuno dapat mencoba menggunakan model pengajaran langsung pada pembelajaran geografi untuk mengatasi banyaknya siswa yang pasif dalam pembelajaran serta untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi. b) Bagi peneliti selanjutnya, terus mencari informasi dan mempelajari model pengajaran langsung sebelum melakukan PTK khususnya pada tahap-tahap model pengajaran langsung, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh lebih baik lagi. c) Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih ada kekurangankekurangan baik dalam hal perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian dan penganalisian data hasil penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan. Karena peneliti juga hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna dan tidak pernah luput dari kesalahan. DAFTAR PUSTAKA Anurrahman Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alvabeta. Anurrahman Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alvabeta Fathurrohman Muhammad Modelmodel pembelajaran inovatif. Yogyakata: Ar-Ruzz Media.

15 29 Jihad, Haris, Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo. Kardi, S. & Nur M Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TALAGA RAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI DINAMIKA

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 1 KUSAMBI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK LITOSFER DAN PEDOSFER Sardila 1, Ramli

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016 21 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 3 BOMBANA PADA MATERI POKOK LITOSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan di SMA Swasta Cerdas Murni ini menerapkan metode pembelajaran diskusi kelompok dengan penggunaan media grafis pada materi pedosfer

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Aek Kuasan dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi Pedosfer

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda sebagai post test. Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar instrumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian 1. Pra siklus Pada tahap pra siklus ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama, daftar nilai peserta didik, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58) 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58) mengemukakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek yang akan diteliti pada penelitian ini adalah siswa Kelas IV semester Genap MI Baiturrahim Kecamatan Tembalang Kota Semarang

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK BIOSFER DAN ASPEK PERSEBARAN HEWAN DAN TUMBUHAN KELAS XI IPS-I SMA NEGERI 2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus Kondisi awal sebelum diadakannya tindakan di SD N Ringin Harjo 01 kelas 4 Pada mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa ppembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN Pelaksanaan Tindakan Kondisi Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN Pelaksanaan Tindakan Kondisi Awal 21 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Kondisi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas I SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, untuk mata pelajaran

Lebih terperinci

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Energi di Kelas IIIB SD Integral Rahmatullah Tolitoli Sarina Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016 307 PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI DENGAN MATERI POKOK MENGANALISIS ATMOSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DIMUKA BUMI PADA SISWA KELAS X-C SMA NEGERI 7 KENDARI

Lebih terperinci

Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau

Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau Sri Wahyuni, Hasdin, dan Nurvita Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32) 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlogo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Subyek yang menjadi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah satu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal) Pembelajaran pada prasiklus ini, penulis menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah. Guru mengawali

Lebih terperinci

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan : 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Wringingintung 01 yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 2, Nomor 1 ISSN 2443-119 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 01 Salatiga, dengan subyek penelitian yaitu siswa kelas 4. Total subyek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Kondisi Awal Hasil belajar IPA siswa kelas II SD Negeri 11 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebelum diadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya akan 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya akan dikonversi ke dalam data kualitatif. Hal ini ditujukan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sa adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani (2007: 1.4)

BAB III METODE PENELITIAN. kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani (2007: 1.4) 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktifitas dan hasil belajar

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktifitas dan hasil belajar 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah satu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI POKOK PETA, ATLAS DAN GLOBE MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) PADA SISWA KELAS VII 1 DI SMP NEGERI 15 KENDARI Fatimah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan siklus I dan siklus II penulis terlebih dahulu melakukan observasi awal dengan tujuan mengetahui tingkat hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan baik dan benar (Kunandar, 2011: 41). Adlan (2011: 4) menjelaskan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan baik dan benar (Kunandar, 2011: 41). Adlan (2011: 4) menjelaskan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wardhani, (2007: 1.3) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yag dilakukan oleh

Lebih terperinci

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share Alam Pembelajaran IPS di Kelas IV SDN Inpres Mayayap Sarifa Tas, Anthonius Palimbong, dan Hasdin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 06 November sampai 28 November 2009. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 4.1 Pelaksanaan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti yang menggunakan rancangan penelitian model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani (2007:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal) Pembelajaran pada prasiklus ini, penulis menggunakan metode Student Teams Achievmet Division (STAD). Guru mengawali pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Tindakan Kelas Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini adalah SMA Batik 1 Surakarta. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gendongan 01 yang terletak di Jl. Margorejo No.580 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Rejosari

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Rejosari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Siswa yang menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan kelas yang dikenai tindakan adalah kelas VIII E yang berjumlah 27 peserta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan kelas yang dikenai tindakan adalah kelas VIII E yang berjumlah 27 peserta 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP Negeri I Kabila dan kelas yang dikenai tindakan

Lebih terperinci

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Penelitian ini berawal dari rendahnya hasil belajar matematika siswa SDN Wonomerto 03 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang, berdasarkan observasi awal

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menyangkut suatu proses pengumpulan sampai penulisan laporan.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menyangkut suatu proses pengumpulan sampai penulisan laporan. 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiono ( 2009 : 48 ) Dalam penelitian metode merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan suatu keberhasilan, karena metode menyangkut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngurensiti 02 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati pada semester I Tahun 2011/2012. Subyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo Kelurahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo Kelurahan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo Kelurahan Buladu, Kecematan Kota Barat, Kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa yang terletak di Jalan Pangeran Emir M. Noer no. 33 Palapa, Tanjung Karang, Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas. Dalam penelitian ini penelitian difokuskan pada situasi kelas, di

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas. Dalam penelitian ini penelitian difokuskan pada situasi kelas, di 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini penelitian difokuskan pada situasi kelas,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason & 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang berbasis kelas dan bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Penelitian ini menerapkan konsep

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri Mangunsari 02 Salatiga dengan jumlah siswa 17 siswa. Sebelum dilakukan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO Titik Pitriani Muslimin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014. Subjek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai pembelajaran matematika di kelas IV A SDN 2 Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan media grafis. Melalui penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah satu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau juga disebut dengan istilah Classroom Action Research. Penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan keprofesionalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting 3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Surabaya yang terletak di jalan Danau Towuti Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Lembaga pendidikan yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian yaitu SD Kumpulrejo 03 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. 4.2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis Penelitian Tindakan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan classroom action

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten pasawaran dengan jumlah siswa 22 orang, laki-laki 11 dan perempuan 11 orang. B. Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal sebagai clasroom action

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal sebagai clasroom action 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal sebagai clasroom action research.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan (action research) merupakan upaya pemecahan masalah atau suatu perbaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Sekolah SD Negeri Karanganyar 03 terletak di Desa Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Sekolah Dasar ini berdiri pada tahun 1985, pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan Classroom Action

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 BANTARKAWUNG Rahma Tisa Nurpratiwi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngajaran 03, yaitu sekolah dasar di desa Ngajaran Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,

Lebih terperinci

3.1.2 Subyek Penelitian

3.1.2 Subyek Penelitian 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri Kambangan 01 Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Adapun dipilihnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang difokuskan pada situasi kelas. Yanti dan Munaris (2012: 13) mendifinisikan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DAN MODEL PROBLEM BASEDINSRUCTION (PBI) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DAN MODEL PROBLEM BASEDINSRUCTION (PBI) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DAN MODEL PROBLEM BASEDINSRUCTION (PBI) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Bahagian ini menguraikan tentang Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas merupakan langkah-langkah sistematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas merupakan langkah-langkah sistematis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan penelitian merupakan cara penelitian yang akan digunakan dalam rangka proses pemecahan masalah. Penelitian disini menggunakan Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI NO.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI NO. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI NO. 107402 SAENTIS Demmu Karo-Karo Surel: demmu_karokaro@yahoo.com ABSTRAK Subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Aqib (2014: 18) PTK merupakan cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Data hasil belajar pada kondisi awal diperoleh dari pengamatan hasil ulangan harian pada kompetensi dasar operasi hitung

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. 16 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C MTs Ma arif NU 1 Jatilawang tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 42 siswa, terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Awal Proses pembelajaran sebelum pelaksanaan PTK, guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional atau hanya ceramah. Guru cenderung mentransfer

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang 37 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Agung (2012: 63) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: AENUN NIM.

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: AENUN NIM. i PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2 KEDIRI

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SIKLUS 2

HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SIKLUS 2 F4 HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SIKLUS 2 A. Tindakan Kedua (Siklus II) a. Tahap Perencanaan Kegiatan pada rancangan tindakan kedua berdasarkan atas refleksi pada siklus pertama, maka yang menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum PTK dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 2 SD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil observasi dan hasil tes, baik tes lesan maupun tes tertulis dapat disimpulkan dan dianalisa bahwa pembelajaran dengan menggunakan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn.

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIIA SMP NEGERI 10 PALU Norma Deysi Mawarni 1 Dahlia Syuaib 2 Asep Mahfudz 3 Program Studi PPKn, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tindakan Kelas ini adalah mulai bulan November Negeri 1 Pajerukan. Desa Pajerukan, Kecamatan Kalibagor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tindakan Kelas ini adalah mulai bulan November Negeri 1 Pajerukan. Desa Pajerukan, Kecamatan Kalibagor. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas telah dilaksanakan di SMK Negeri 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas telah dilaksanakan di SMK Negeri 1 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas telah dilaksanakan di SMK Negeri 1 Gorontalo khususnya di Kelas XI Pemasaran-1. Siklus I berlangsung

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Isna Basonggo, I Made Tangkas, dan Irwan Said Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action rescarch (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Dalam setiap siklus terdiri dari

Lebih terperinci