HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 1 SAMATIGA ACEH BARAT SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 1 SAMATIGA ACEH BARAT SKRIPSI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 1 SAMATIGA ACEH BARAT SKRIPSI NANA SARINDA NIM : 09C PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR 2014

2 ABSTRAK Nana Sarinda Hubungan AntaraDukungan Orang Tua, Teman Sebaya dan Iklan Merokok Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa SMA Negeri 1 Samatiga. Dibawah bimbingan Baharuddin, SKM, M.Kes dan Maiza Duana, SKM. Merokok merupakan masalah yang sangat sulit diselesaikan hingga saat ini. Pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga dengan jumlah siswa169 orang dengan siswi berjumla 74 orang serta siswanya berjumlah 94 orang yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang berjumlah 66 orang dimana sebagiannya merokok baik pada saat jam istirahat sekolah maupun jam pulang sekolah. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan anatara orang tua, teman sebaya dan iklan merokok dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat. Popilasi berjumlah 66 dengan sampel dalam penelitian ini adalah 66 siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Total Sampling. Hasil penelitian diketahui bahwa dari 34 responden dukungan orang tuanya baik 61,8% tidak merokok sedangkan dari 32 responden yang dukungan orang tuanya tidak baik 68,8% merokok dengan peluang nilai OR 3,554. Dari 33 responden yang teman sebayanya baik 69,7% tidak merokok, sedangkan dari 33 responden yang temansebanya tidak baik 75,8% merokok dengan nilai OR7,188. Dari 36 responden yang iklan merokoknya baik 61,1% tidak merokok, sedangkan dari 30 responden yang iklan merokoknya tidak baik 70% merokok dengan nilai OR7,3,667. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen (orang tua, teman sebaya, iklan merokok) mempunyai hubungan dengan perilaku merokok dimana Pvalue < α (0,05). Kepada SMA Negeri 1 Samatiga agar dapat mengadakan pendidikan khusus tentang bahayanya merokok dan kepada siswi SMA Negeri 1 Samatiga agar lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dengan menghindari merokok. Kata Kunci: Orang Tua, Teman Sebaya, Iklan Merokok dan Perilaku Merokok

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi/tugas akhir berjudul Hubungan Antara Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya Dan Iklan Merokok Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat. Skripsi ini adalah untuk memenuhi slah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar. Selama penelitian dan penyusunan skripsi/tugas akhir ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis inin sampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya 1. Kepada Bapak Dr.Prof Jasman J. Ma ruf, MBA. Selaku Rektor Universitas Teuku Umar Meulaboh 2. Kepada Bapak Sufyan Anwar, SKM, MARS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh 3. Kepada dewan pemimbing yaitu Bapak Baharuddin, SKM, M.Kes. selaku pemimbing I yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini dan kepada Ibu Maiza Duana, SKM, selaku pemimbing II, yang telah membantu penulis menyusun skripsi ini 4. Kepada Ibu Marniati, SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.

4 melakukan di dalam perkarangan sekolah karena aturan sekolah melarang merokok bagi para siwa, dan peraturan tersebut tidak membuat para siswa berhenti merokok namun ada saja yang merokok di luar perkarangan sekolah Rumusan Maslah Dari latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan Anatara Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya dan Iklan Rokok Dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri Samatiga Aceh Barat Tahun Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk melihat bagaimana hubungan anatara dukungan orang tua, teman sebaya dan iklan rokok dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri Samatiga Aceh Barat Tujuan Khusus 1. Untuk melihat apakah ada hubungan anatara dukungan orang tua, dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri Samatiga Aceh Barat. 2. Untuk melihat apakah ada hubungan anatara teman sebaya Dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri Samatiga Aceh Barat. 3. Untuk melihat apakah ada hubungan anatara iklan rokok Dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri Samatiga Aceh Barat

5 ternyata lebih dari 11persen menggap aspek-aspek ini penting buat mereka. 5) Faktor Farmokologis Nikotin mencapai otak dalam singkat, mungkin pada menit pertama sejak dihisap. Cara kerja bahan komplek. Pada dosis sama dengan yang di dalam rokok, bahan ini dapat menimbulkan stimulasi dan rangsangan si suatu sisi tetapi juga relaksasi di sisi lainnya. Efek ini tergantung bukan saja pada dosis dan kondisi tubuh seseorang, tetapi juga pada suasana hati (mood) dan situasi. Oleh karena itu bila kita sedang marah atau takut, efeknya dalah menenangkan. Tetapi dalam keadaaan lelah atau bosan, bahan ini akan merangsang dan memacu semangat. Dalam pengertian ini nikotin berfungsi untuk menjaga keseimbangan mood dalam situasi stress. 2.2 Rokok Pengertian Rokok adalah hasil olahan terbungkus yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok adalah silender dari kertas berukuran panjang 70 hungga 120 mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah (Sitopoe, 2000) Komposisi Rokok Satu-satunya Negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan bahan baku tembakau dan cengkeh hanyalah Indonesia, dengan sebutan rokok kretek dengan perbandingan tembakau dan cengkeh adalah 60 ; 40. Sedangkan

6 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Adanya hungan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok dengan nilai Pvalue lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,025 dan nilai OR 3, Adanya hungan antara teman sebaya dengan perilaku merokok dengan nilai Pvalue lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,001 dan nilai OR 3, Adanya hungan antara iklan merokok dengan perilaku merokok dengan nilai Pvalue lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,023 dan nilai OR 3, Saran 1. Kepada SMA Negeri 1 Samatiga agar dapat mengadakan pendidikan khusus tentang bahaya merokok dan dapat mengadakan seminar dan persentasi kepada siswa tentang merokok dan bahaya merokok bagi kesehatan. 2. Kepada siswa SMA Negeri 1 Samatiga agar lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dengan menghindari rokok dan meningkatkan pengetahuan mengenai tentang bahaya merokok bagi kesehatan agar dapat meningkatkan derajat kesehatan yang setinggitingginya.

7 DAFTAR PUSTAKA Aditama, T.Y., Adminitrasi Rumah Sakit. UI Press. Jakarta Asrosuddin, M., Kalimantan Barat. Kalbar Sehat Tanpa Rokok. Jurnal Kesehatan. Aulia Sani, Pelayanan Tiga Tahun Pelayanan Klinik Berhenti Merokok. Yayasan Indonesia. Jakarta. Baradja, F., Pelajar Jangan Mencoba Merokok. Pelita. Jakarta. Budiarto, E, Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. EGC. Jakarta Bustaman, M. M., Eidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rieneka Cipta. Jakarta. Caroline, Akibat Merokok. Fransisi. Jakarta. Depkes RI, Pendekatan Dan Penanganan Pada Remaja Beresiko Tinggi. Jakarta. Imsar Kampanye Anti Rokok di Indonesia. Jurnal Universitas Indonesia. Jakarta. Istiqomah. I., Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC. Jakarta. Komasari, D & Helmi, A.F., Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja Jurnal Psikologi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Mu tadin Zainul, Remaja dan Rokok. Wordpress. Jakarta. Mustafa. RulliA., Waspadai Bahaya Merokok Glogdrive.com Nawi, N. et al., if I don t smoke, I m not a real man - Indonesia teenager boys view about smoking, Health Education Research. Oxford Journal. Nasution. IK., Strees Pada Remaja. USU. Medan Notoatmodjo. S., Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rieneka Cipta. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehata. Rineka Cipta. Yogyakarta. Pitaloka. A., Moral Exclusion dan Rokok. EGC. Jakarta.

8 Sari. F., Kanker Payudara Pada Perempuan. Indonesia, Vol. 51 No. 6 Majalah Kedokteran Sitopoe, M Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta. Grasindo Soetjiningsih Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sangung Seto. Jakarta. Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Sukendro, Suryo, Filosofi Rokok. Pinus Book Publisher. Yogyakarta. Sustani, dkk Kebiasaan Merokok. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Triyanti, Kebiasaan Merokok. Bayumedia. Malang. Wismanto, Y.B, & B, Sarwo Strategi Penghentian Perilaku Merokok. Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang YKI Hentikan Merokok. Yayasan Kanker Indonesia. Depok Jakarta. Yusuf, S., Psiklogi Perkembangan Anak dan Remaja. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung Zulkifli, Pedoman Riset Operasi. Jurnal Institut Teknologi Bandung. Bandung.

9 b. Tar Tar adalah hidrokarbon aromatic polisiklik yang ada dalam asap rokok, tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapt menumbuhkan kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adlah tembakau, cengkeh, pembalut rokok dan bahan organic lain yang terbakar(pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007). c. Karbon monoksida (CO) kabon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang tidak bewarna, zat yang mengikat hegmolobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Kandungannya didalam asap rokok 2-6%. Karbon monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen(o2) dengan hemoglobin (Hb). Membuatdarah tidak mampu mengikat oksigen (pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007) Dampak Rokok Pada Remaja Rokok memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenetik. Rokok memang hanya memiliki 8-20 mg nikotin, yang setah dibakar 25 persennya akan masuk kedalam darah. Namun, jumlah kecil ini hanya menumbuhkan waktu 15 detik untuk sampai ke otak.

10 Dengan merokok mengurangi jumlah sel-sel berfilia (rambut getar) menambah sel lender sehingga menghambat oksigen ke paru-paru sampai resiko P Value = 0,023 ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara iklan merokok dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun Dilihat dari nilai OR 3,667 maka dapat diartikan bahwa iklan merokok yang baik memiliki peluang 4 kali tidak merokok dari pada ikalm merokoknya tidak baik. 4.3 Pembahasan Pengaruh Dukungan Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Pada lokasi penelitian terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok terlihat dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,025 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hbungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014 ini disebabkan orang tua yang merokok anaknya juga merokok sebagai orang tuaseharusnya menjadi panutan, seseorang anak elihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya dan masih kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak. Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respon orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Sedangkan menurut Istiqomah merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur

11 sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat celcius untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok (Istiqomah, 2004). Perilaku remaja memang sangat menarik dan gaya mereka pun bermacam-macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif dan kreatif dalam halhal yang berguna, namun ada juga remaja yang suka hura-hura bahkan mengacau. Pada masa remaja, remaja memulai berjuang melepas ketergantungan kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu sangat erat sekarang tampak terpecah. Orang tua sangat berperan pada masa remaja, salah satunya adalah pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja.pola asuh keluarga yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang menyimpang seperti merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang dan lain-lain (Depkes RI, 2005). Penelitian Hasanah (2011) terhadap hubungan dukungan orang tua dengan perilaku merokok siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi dukungan orang tua, maka semakin tinggi perilaku merokok siswa. Kecenderungan tersebut terlihat dari distribusi perilaku merokok siswa ditinjau dari dukungan orang tua. Pada dukungan orang tua tidak mendukung perilaku merokok terbanyak adalah rendah sebanyak 6 responden (86%) dari 7 responden dengan dukungan orang tua tidak mendukung. Kelompok dengan dukungan orang tua kurang mendukung terdapat 12 responden dan memiliki perilaku merokok terbanyak adalah rendah sebanyak 6 responden (50%), selanjutnya sedang sebanyak 4 responden (33%), dan tinggi sebanyak 2 responden (17%) Pengaruh Teman Sebaya Dengan Perilaku Meroko

12 Setelah dilakukan penelitian pada SMA Negeri 1 Samatiga diketahui dari 33 responden yang teman sebayanya baik 61,8% tidak merokok sedangkan 33 responden yang teman sebayanya tidak baik 75,8% merokok. Semakin banyak temannya yang baik maka semakin banyak siswa yang tidak merokok begitu juga sebaliknya. Pengaruh teman sangatlah besar dimana di dalam satu kelompok pertemanan mereka ditunjuk harus memiliki perilku yang sama maka dari itu banyak dari SMA Negeri 1 Samatiga siswanya merokok karena mengikuti teman dan tidak dianggap keren jika tidak mengikuti teman yang merokok. Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer socialization, dengan arah pengaruh berasal kelompok sebaya, artinga ketika remaja bergabung dengan kelompok sebaya maka seorang remaja akan dituntut berperilau sama dengan kelompoknya, sesui dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut (Mu tdin, 2002). Remaja pda umumnya bergaul dengan sesame mereka, karakteristik persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin, dan ras. Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan, merokok sangat berpengaruh kuat dalam pemilihan teman (Yusuf, 2006). Penelitian Hasanah (2011) terhadap hubungan teman sebaya dengan perilaku merokok siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi dukungan teman sebaya, maka semakin tinggi perilaku merokok siswa. Kecenderungan tersebut terlihat dari distribusi perilaku merokok siswa ditinjau dari dukungan teman sebaya. Pada dukungan teman sebaya tidak mendukung perilaku merokok terbanyak adalah rendah sebanyak 14 responden (93%) dari 15 responden dengan dukungan teman sebaya tidak

13 mendukung. Kelompok dengan dukungan teman sebaya kurang mendukung terdapat 10 responden dan memiliki perilaku merokok terbanyak adalah rendah sebanyak 5 responden (50%) dan sedang sebanyak 5 responden (30%) Pengaruh Iklan Merokok Dengan Perilaku Merokok Di SMA Negeri 1 Samatiga menurut hasil penelitian diketahui dari 36 responden yang iklan merokoknya baik 61,1% tidak merokok sedangkan dari 30 responden yang iklan merokoknya tidak baik 70% merokok. Di perkuat dengan hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,023 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara iklan merokok dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun Iklan dimasa sekarang ini sangatlah membuat konsumen tertarik iklan televisi misalnya hampir sepanjang hari ditayangkan iklan merokok maka dari itu tidak ada batasan bagi mereka untuk merokok karena ketertarikan terhadap iklan di Televisi yang membuat mereka tertarik untuk merokok. Menutut ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai duatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yangmenetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distress yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Perilaku merokok dapat juga dideinikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intnsitas merokok, waktu merokok, dan funsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari Helmi, 2000).

14 Banyaknya iklanmmerokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Iklan rokok mempunyai tujuanuntuk mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok untuk mencoba merokok dan setelahmencoba merokok akan terus berkelanjutan sampai ketagihan (Istiqomah, 2004). Penelitian Hasanah (2011) terhadap hubungan iklan merokok dengan perilaku merokok siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi dukungan iklan rokok, maka semakin tinggi perilaku merokok siswa. Kecenderungan tersebut terlihat dari distribusi perilaku merokok siswa ditinjau dari dukungan iklan rokok. Pada dukungan iklan rokok tidak mendukung perilaku merokok terbanyak adalah rendah dan sedang masingmasing sebanyak 2 responden (50%). Kelompok dengan dukungan iklan rokok kurang mendukung terdapat 16 responden dan memiliki perilaku merokok terbanyak adalah rendah sebanyak 13 responden (81%) dan sedang sebanyak 3 responden (19%).

15 Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut akan dihitung nilai odd ratio (OR). Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah : a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah Fisher s Exact Test b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya Continuity Correction (a) c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dsb, maka digunakan uji Pearson Chi-Square d. Uji Likelihood Ration dan Linear-by-Linear Asscaiton, biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel katagori, sehingga ke dua jenis ini jarang digunakan. Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer untuk membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak) sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna (Budiarto, 2001).

16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki Pengertian Perilaku Merokok Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Sedangkan menurut Istiqomah merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok (Istiqomah, 2003). Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Sari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan 6

17 7 tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi, 2000). Intensitas merokok sebagai wujud dari perilaku merokok menurut (Bustan, M.N., 2000) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atu asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif (active smoker) adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Menurut Wardoyo (1996) dalam Komalasari & Helmi (2000). Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif dari pada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin. Sedangkan menurut (Mu tadin, 2002) perilaku merokok berdasarkan intensitas merokok membagi jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu:

18 8 a) Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkomsumsi rokok sangat sering yaitu merokok lebih 31 batang tiap harinya dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur pagi hari. b) Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan batang rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pagi hari. c) Perokok sedang adalah perokok yang mengkomsumsi rokok cukup yaitu batang per hari dengan selang waktu menit mulai bangun tidur pagi hari. d) Perokok ringan adalah perokok yang mengkomsumsi rokok jarang yaitu sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari bangun tidur pagi. Menurut Tomkins cit Wismanto dan Sarwo (2007) ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah : a) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini dibagi dalam 3 sub tipe: 1. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. 2. Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. 3. Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa.

19 9 Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum dia menyalakan dengan api. b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. c) Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction). Bagi yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun. d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis Tahap-tahap Perilaku Merokok Laventhal dan Pitaloka (2006) mengungkapkan empat tahap dalam perilaku merokok, yaitu : a) Tahap Preparatory Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan niat untuk merokok.

20 10 b) Tahap Initiation Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok. c) Tahap Becoming A Smoker Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. d) Tahap Maintaining Of Smoking Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Menurut Komalasari dan Helmi (2000), perilaku merokok selain disebabkan dari faktor dalam diri (internal) juga disebabkan faktor dari lingkungan (eksternal). a) Faktor Diri (internal) Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi image bahwa merokok dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat menghilangkan stres (Nasution, 2007). Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis psikososial yang dialami pada perkembangannya yaitu pada masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya (Komalasari dan Helmi, 2000).

21 11 b) Faktor Lingkungan (eksternal) Menurut soetjiningsih (2004), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, dan iklan rokok. 1) Dukungan Orang Tua Perilaku remaja memang sangat menarik dan gaya mereka pun bermacam-macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif dan kreatif dalam hal-hal yang berguna, namun ada juga remaja yang suka hura-hura bahkan mengacau. Pada masa remaja, remaja memulai berjuang melepas ketergantungan kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu sangat erat sekarang tampak terpecah. Orang tua sangat berperan pada masa remaja, salah satunya adalah pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja. Pola asuh keluarga yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang menyimpang seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang dan lain-lain (Depkes RI, 2005). 2) Teman Sebaya Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization, dengan arah pengaruh berasal kelompok sebaya, artinya ketika remaja bergabung dengan kelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut untuk berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut (Mu tadin, 2002).

22 12 Remaja pada umumnya bergaul dengan sesama mereka, karakteristik persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan ras. Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan, merokok sangat berpengaruh kuat dalam pemilihan teman. (Yusuf, 2006). 3) Iklan Rokok Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Iklan rokok mempunyai tujuan mensponsori hiburan bukan untuk menjual rokok, dengan tujuan untuk mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok untuk mencoba merokok dan setelah mencoba merokok akan terus berkelanjutan sampai ketagihan (Istiqomah, 2004). Menurut Hansen dalam Wismanto dan Budi (2007), mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu: 1) Faktor Psikologis Individu merokok untuk mendapatkan kesenangan, kenyamanan, merasa lepas dari kegelisahan dan juga untuk mendapatkan rasa percaya diri. Oleh karena itu individu perokok yang bergaul dengan perokok lebih sulit untuk berhenti merokok, daripada perokok yang bergaul atau lingkungan sosialnya menolak perilaku merokok. 2) Faktor Biologis Banyak penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar nikotin dalam darah, maka semakin besar pula ketergantungan seorang terhadap rokok.

23 13 Menurut Baradja (2008), mengungkapkan faktor-faktor penyebab merokok dapat dibagi dalam beberapa golongan sekalipun sesungguhnya faktorfaktor itu saling berkaitan satu sama lain : 1) Faktor Genetik Beberapa studi menyebut faktor genetik sebagai penentu dalam timbulnya perilaku merokok dan bahwa kecenderungan menderita kanker, serta tendensi untuk merokok adalah faktor yang diwarisi bersama-sama. Studi menggunakan pasangan kembar membuktikan adanya pengaruh genetik, karena kembar identik, walaupun dibesarkan terpisah, akan memiliki pola kebiasaan merokok yang sama bila dibandingkan dengan kembar non-identik. Akan tetapi secara umum, faktor genetik ini kurang berarti bila dibandingkan dengan faktor lingkungan dalam menentukan perilaku merokok yang akan timbul. 2) Faktor Kepribadian (personality) Banyak peneliti mencoba menetapkan tipe kepribadian perokok. Tetapi studi statistik tak dapat memberi perbedaan yang cukup besar antara pribadi orang yang merokok dan yang tidak. Oleh karena itu tes-tes kepribadian kurang bermanfaat dalam memprediksi apakah seseorang akan menjadi perokok. Lebih bermanfaat adalah pengamatan dan studi observasi dilapangan. Anak sekolah yang merokok menganggap dirinya, seperti orang lain juga memandang dirinya, sebagai orang yang kurang sukses dalam pendidikan. Mereka biasanya memiliki prestasi akademik kurang, tanpa minat belajar dan kurang patuh pada otoritas. Asosiasi ini sudah secara

24 14 konsisten ditemukan sejak permulaan abad ini. Dibandingkan dengan yang tidak merokok, mereka lebih impulsif, haus sensasi, gemar menempuh bahaya dan risiko dan berani melawan penguasa. Mereka minum teh dan kopi dan sering juga menggunakan obat termasuk alkohol. Mereka lebih mudah bercerai, beralih pekerjaan, mendapat kecelakaan lalulintas, dan enggan mengenakan ikat pinggang keselamatan dalam mobil. Banyak dari perilaku ini sesuai dengan sifat kepribadian extrovert dan antisosial yang sudah terbukti berhubungan dengan kebiasaan merokok. 3) Faktor Kejiwaan (psikodinamik) Dua teori yang paling masuk akal adalah bahwa merokok itu adalah suatu kegiatan kompensasi dari kehilangan kenikmatan oral yang dini atau adanya suatu rasa rendah diri yang tak nyata. Ahli lainnya berpendapat bahwa merokok adalah semacam pemuasan kebutuhan oral yang tidak dipenuhi semasa bayi. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai pengganti merokok pada mereka yang sedang mencoba berhenti merokok. 4) Faktor Sensorimotorik Buat sebagian perokok, kegiatan merokok itu sendirilah yang membentuk kebiasaan tersebut, bukan efek psikososial atau farmakologiknya. Sosok sebungkus rokok, membukanya, mengambil dan memegang sebatang rokok, menyalakannya, mengisap, mengeluarkan sambil mengamati asap rokok, aroma, rasa dan juga bunyinya semua berperan dalam terciptanya kebiasaan ini. Dalam suatu penelitian

25 15 ternyata lebih dari 11 persen menganggap aspek-aspek ini penting buat mereka. 5) Faktor Farmakologis Nikotin mencapai otak dalam waktu singkat, mungkin pada menit pertama sejak dihisap. Cara kerja bahan ini sangat kompleks. Pada dosis sama dengan yang didalam rokok, bahan ini dapat menimbulkan stimulasi dan rangsangan di satu sisi tetapi juga relaksasi di sisi lainnya. Efek ini tergantung bukan saja pada dosis dan kondisi tubuh seseorang, tetapi juga pada suasana hati (mood) dan situasi. Oleh karena itu bila kita sedang marah atau takut, efeknya adalah menenangkan. Tetapi dalam keadaan lelah atau bosan, bahan itu akan merangsang dan memacu semangat. Dalam pengertian ini nikotin berfungsi untuk menjaga keseimbangan mood dalan situasi stress. 2.2 Rokok Pengertian Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah (Sitopoe, 2000) Komposisi Rokok Satu-satunya negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan bahan baku tembakau dan cengkeh hanyalah indonesia, dengan sebutan rokok kretek dengan perbandingan tembakau dan cengkeh adalah 60 : 40. Sedangkan

26 16 pembungkusannya, rokok digulung dengan berbagai jenis pembungkus, ada yang menggunakan kertas, misalnya rokok kretek dan rokok putih, daun nipah, pelepah tongkol jagung atau disebut rokok klobot, dan dengan tembakau sendiri disebut rokok cerutu. Lapisan pembungkus rokok kretek dibuat dua lapis sehingga minyak cengkih ditahan oleh lapisan paling dalam, sedangkan pembungkus lapisan luar tidak tembus oleh minyak cengkeh sehingga warna rokok tetap putih. Rokok biasanya terdiri dari rokok dengan atau tanpa filter. Filter digunakan untuk menyaring bahan-bahan yang berbahaya yang didalam asap rokok yang dihisap (Sitepoe, Mangku, 2000) Racun pada Rokok Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok, yaitu: a. Nikotin Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paru-paru dan kecepatan absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan diedarkan keseluruh bagian otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar keseluruh bagian tubuh dalam waktu menit pada waktu penghisapan terakhir (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).

27 17 b. Tar Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok, tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok dan bahan organik lain yang terbakar (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007) c. Karbon monoksida (CO) Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang tidak berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap rokok 2-6%. Karbon monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2) dengan hemoglobin (Hb). membuat darah tidak mampu mengikat oksigen (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007) Dampak Rokok Pada Remaja Rokok memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Rokok memang hanya memiliki 8-20 mg nikotin, yang setelah dibakar 25 persennya akan masuk kedalam darah. Namun, jumlah kecil ini hanya membutuhkan waktu 15 detik untuk sampai ke otak. Dengan merokok mengurangi jumlah sel-sel berfilia (rambut getar), menambah sel lendir sehingga menghambat oksigen ke paru-paru sampai resiko

28 18 delapan kali lebih besar terkena kanker dibandingkan mereka yang hidup sehat tanpa rokok (Zulkifli, 2008). Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap rokok yang mungkin saja tidak terjadi dalam waktu singkat namun memberikan perokok potensi yang lebih besar. Beberapa diantaranya antara lain: 1) Impotensi Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi. 2) Osteoporosis Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut oksigen darah perokok sebesar 15 persen, mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80 persen lebih lama untuk penyembuhan. 3) Pada Kehamilan Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan dapat meningkatkan resiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Resiko keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena karbon monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen. 4) Jantung koroner Penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian utama di indonesia. Sekitar 40 persen kematian akibat serangan jantung yang terjadi sebelum umur 65 tahun buasanya berhubungan dengan kebiasaan merokok.

29 19 5) Sistem Pernapasan Kerugian jangka pendek sistem pernapasan akibat rokok adalah kemampuan rokok untuk membunuh sel rambut getar (silia) di saluran pernapasan. Ini adalah awal dari bronkitis, iritasi, batuk. Sedangkan untuk jangka panjang berupa kanker paru, emphycema atau hilangnya elasitas paru-paru, dan bronkitis kronis Kerangka Teori Komalasari dan Helmi (2000) 1. Faktor diri 2. Faktor lingkungan - Orang tua - Teman sebaya - Iklan merokok Husen dalam Wismanto dan Budi (2007) 1. Faktor psikologis 3. Faktor biologis - Genetik - Kepribadian - Kejiwaan - Sensorimotorik - Farmakologis Perilaku Merokok Gambar 2.1 Kerangka Teori Dari kerangka teori yang menjadi masalah perilaku merokok pada lokasi penelitian adalah pengaruh dari orang tua, teman sebaya dan iklan merokok, maka dari itu penulis mengambil orang tua, teman sebaya dan iklan merokok sebagai variable independen untuk melihat pengaruh terhadap perilaku merokok.

30 Kerangka Konsep Berdasarkan teori Komalasari dan Helmi (2000), maka penelitian ini dikembangkan dengan kerangka konsep sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Orang Tua Teman Sebaya Perilaku Merokok Iklan Merokok Gambar 2.2 Kerangka Konsep

31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif Analitik dengan desain Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang tua, teman sebaya dan iklan merokok dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Smagatiga Aceh Barat (Notoatmodjo, 2010). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Smagatiga Aceh Barat dan penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 sampai 19 Mei Tahun Populasi dan Sampel Populasi Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Smagatiga Kelas X dan XI yang berjumlah 66 orang Sampel Populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 dalam Notoatmodjo (2005) apabila populasi kurang dari 100 maka tehnik dalam penentuan sampel menggunakan total sampling dimana keseluruh keseluruhan populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 66 siswa. Berikut penjabaran sampel berdasarkan kelas : 21

32 22 Tabel 3.1. Jumlah Sampel Perkelas No Kelas Jumlah Populasi 1 X X X XI-IPA XI-IPA2 5 6 XI-IPS XI-IPS 2 10 JUMLAH 66 Sumber : data sekunder dari SMAN 1 Samatiga 3.4 Metode Pengumpulan Data Data primer Diperoleh dengan melaksanakan metode wawancara dengan menggunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak sekolah SMA Negeri 1 Samatiga yang berhubungan dengan jumlah siswa di sekolah tersebut. 3.5 Definisi Operasional Tabel 3.5 Definisi Operasional No Variabel Definisis Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Dukungan Sikap orang tua Wawancara Kuesioner 1. Baik > 50% Ordinal Keluarga dan membimbing 2. Tidak baik < serta dorongan 50% orang tua kepada siswa 2 Teman Perilaku teman Wawancara Kuesioner 1. Baik > 50% Ordinal Sebaya siswa dan 2. Tidak baik < pergaulannya 50%

33 23 3 Iklan Pengaruh iklan Merokok baik dimedia cetak maupun elektronik yang berdampak pada psikis atau dorongan siswa atas ketertarikannya pada iklan dan ingin mencobanya. Variabel Dependen 4 Perilaku Merokok Aktifitas seseorang yang merupakan ransangan dari luar yaitu factor-faktor yang mendorong siswa untuk merokok Wawancara Kuesioner 1. Baik > 50% 2. Tidak Baik < 50% Wawancara Kuesioner 1. Tiadak ada > 50% 2. Ada < 50% Ordinal Ordinal 3.6 Aspek Pengukuran Variabel 1. Dorongan Orang Tua a. Kategori Baik jika nilai > 50% b. Kategori Tidak Baik jika nilai < 50% 2. Teman Sebaya a. Kategori Baik jika nilai > 50% b. Kategori Tidak Baik jika nilai < 50% 3. Iklan Merokok a. Kategori Baik jika nilai > 50% b. Kategori Tidak Baik jika nilai < 50% 4. Perilaku Merokok a. Kategori Tidak Kejadian jika nilai > 50% b. Kategori Kejadian jika nilai < 50%

34 Tehnik Pengumpulan Data Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing, yaitu : penulis memeriksa kembali data-data yang diperoleh baik dari hasil wawancara maupun laporan yang didapat untuk menilai tingkat kesesuaian. 2. Coding, yaitu : pengkodean data yakni untuk mempermudah dalam pengolahan dan menganalisis data memberikan kode dalam bentuk angka. 3. Transfering yaitu menyusun total nilai dari variabl variabel penulisan yang diberikan. 4. Tabulating, yaitu : data yang telah terkumpul ditabulasikan dalam bentuk master tabel. 3.8 Tenik Analisis Data Analisis Univariat Data dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui distribusi dari variabelvariabel yang diteliti Analisis Bivariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel Dependen (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistic chi-square (X 2 ) (Budiarto, 2001).

35 25 Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut akan dihitung nilai odd ratio (OR). Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah : a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah Fisher s Exact Test b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya Continuity Correction (a) c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dsb, maka digunakan uji Pearson Chi-Square d. Uji Likelihood Ration dan Linear-by-Linear Asscaiton, biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel katagori, sehingga ke dua jenis ini jarang digunakan. Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer untuk membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak) sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna (Budiarto, 2001).

36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sekolah SMA Negeri 1 Samatiga berdiri pada tangga 24 Juli 1981 dengan status sekolah Negeri yang beralamatkan di Jalan T. Daud Suak Timah, Kecamatan Samatiga Aceh Barat. Jumlah guru di SMA Negeri 1 Samatiga berjumlah 37 tenaga pengajar dimana 33 orang (98%) berstatus PNS dan 4 orang (2%) lagi berstatus guru honorer. Jumlah siswa pada tahun 2013/2014 berjumlah 152 siswa. Tahun Kelas Jumlah X XI XII 2009/ / / / / Visi dan Misi SMA Negeri 1 Samatiga Visi Sekolah Visi Sekolah : Mantap Dalam Keimanan Dan Ketaqwaan, Berakhlak Mulia, Meningkat Dalam Prestasi, Terampil Dalam Berbudaya, Serta Menguasai Iptek Misi Sekolah Untuk melanjutkan Visi diatas dirumuskan beberapa misi sekolah sebagai berikut: 1. Mendorong setiap siswa melaksanakan ajaran agama yang dianut sehingga menjadi pedoman berbangsa dan bernegara. 26

37 27 2. Mengupayakan percept peningkatan mutu pendidikan baik pendidikan agama maupun umum. 3. Mendorong setiap warga sekolah mancapai hasil kerja yang optimal sehingga mampu bersaing untuk melanjutkan kependidikan kejenjang yang lebih tinggi 4. Membutuhkan semangat inovasi secara insentif kepada seluruh warga sekolah 5. Menerapkan pemanfaatan laboratorium sebagai sarana pemecah masalah keilmuan 6. Menerapkan manajemen partisipasif melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah 7. Menumbuhkan kesadaran serta rasa cinta siswa terhadap kesenian dan budaya daerah. 4.2 Hasil Penelitian Analisis Univariat Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tangga Mei 2014 di SMA Negeri Samatiga, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Tabel 4.1 : Data Distribusi Dukungan Orang Tua Pada Siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun No Pengetahuan Frekuensi % 1 Baik 34 51,5 2 Tidak Baik 32 48,5 Total Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)

38 28 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 66 responden dukungan orang tua baik sebanyak 34 (51,5%) dan dukungan orang tuanya tidak baik sebanyak 32 (48,5%). Tabel 4.2 : Data Distribusi Teman sebaya Pada Siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun No Pengetahuan Frekuensi % 1 Baik 33 50,0 2 Tidak Baik 33 50,0 Total Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014) Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 66 teman sebaya responden teman sebaya baik sebanyak 33 (50%) dan teman sebayanya tidak baik sebanyak 33 (50%). Tabel 4.3 : Data Distribusi Iklan merokok Pada Siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun No Pengetahuan Frekuensi % 1 Baik 36 54,5 2 Tidak Baik 30 45,5 Total Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014) Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 66 iklan rokok responden iklan merokok baik sebanyak 36 (54,5%) dan iklan merokoknya tidak baik sebanyak 30 (45,5%). Tabel 4.4 : Data Distribusi Perilaku merokok Pada Siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun No Pengetahuan Frekuensi % 1 Tidak Ada 31 47,0 2 Ada 35 53,0 Total Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)

39 29 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 66 perilaku merokok responden yang merokok sebanyak 35 (53%) sedangkan yang tidak merokok sebanyak 31 (47%) Analisis Bivariat Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai Pvalue < α (0,05) Dukungan Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Tabel 4.5. Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Perilaku merokok Pada Siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun Dukungan Keracunan Pestisida Orang Tua Tidak ada Ada Total n % n % n % P OR Baik 21 61, , ,025 3,554 Tidak baik 10 31, , (1,284-9,840) Jumlah 31 47, , Sumber: data primer (diolah tahun 2014) Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 34 responden yang dukungan orang tuanya baik 21 (61,8%) tidak merokok sedangkan dari 32 responden yang dukungan orang tuanya tidak baik 22 (68,8%) merokok. Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,025 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun Dilihat dari nilai OR 3,554 maka dapat diartikan bahwa dukungan orang tua yang baik memiliki peluang 4 kali tidak merokok dari pada dukungan orang tuanya tidak baik.

40 Teman sebaya Dengan Perilaku Merokok Tabel 4.6. Hubungan Teman sebaya dengan Perilaku merokok Pada Siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun Teman Keracunan Pestisida sebaya Tidak ada Ada Total n % n % n % P OR Baik 23 69, , ,001 7,188 Tidak baik 8 24, , (2,420-21,347) Jumlah 31 47, , Sumber: data primer (diolah tahun 2014) Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 33 responden yang teman sebayanya baik 23 (69,7%) tidak merokok sedangkan dari 33 responden yang teman sebayanya tidak baik 25 (75,8%) merokok. Dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,001 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun Dilihat dari nilai OR 7,188 maka dapat diartikan bahwa teman sebaya yang baik memiliki peluang 7 kali tidak merokok dari pada teman sebayanya tidak baik Iklan rokok Dengan Perilaku Merokok Tabel 4.7. Hubungan Iklan rokok dengan Perilaku merokok Pada Siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun Iklan rokok Keracunan Pestisida Tidak ada Ada Total n % n % n % P OR Baik 22 61, , ,023 3,667 Tidak baik 9 30, , (1,310-10,260) Jumlah 31 47, , Sumber: data primer (diolah tahun 2014) Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 36 responden yang iklan rokoknya baik 22 (61,1%) tidak merokok sedangkan dari 30 responden yang iklan rokoknya tidak baik 21 (70%) merokok. Dari hasil uji chi P Value = 0,023 ini lebih kecil

41 31 dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara iklan merokok dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun Dilihat dari nilai OR 3,667 maka dapat diartikan bahwa iklan merokok yang baik memiliki peluang 4 kali tidak merokok dari pada ikalm merokoknya tidak baik. 4.3 Pembahasan Pengaruh Dukungan Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Pada lokasi penelitian terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok terlihat dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,025 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hbungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014 ini disebabkan orang tua yang merokok anaknya juga merokok sebagai orang tuaseharusnya menjadi panutan, seseorang anak elihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya dan masih kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak. Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respon orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Sedangkan menurut Istiqomah merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat celcius untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok (Istiqomah, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki 1. Pengertian Perilaku Merokok Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 011 (695-705) HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI BOYOLALI Arina Uswatun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MEROKOK 1. Pengertian Merokok adalah suatu bahaya untuk jantung kita. Asap rokok mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam sel darah merah. Merokok dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini jumlah perokok terus bertambah, khususnya di negaranegara berkembang. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam

Lebih terperinci

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN Disusun Oleh : MOHD ABI RAFDI 21040111130028 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012 BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Rokok adalah silinder dari kertas berukuran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Oleh : MEICA AINUN CHASANAH F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku adalah aktifitas nyata dan bisa dilihat dari setiap orang. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya. Rokok pada dasarnya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan menghargai hak-hak setiap individu tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok dan Merokok Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. (Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku adalah aktifitas nyata dan bisa dilihat dari setiap orang. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya. Rokok pada dasarnya merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Merokok 1. Pengertian Rokok adalah gulungan tembakau yang disalut dengan daun nipah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia Posted by Kukuh Ibnu Prakoso. Category: Informasi, Kesehatan Setelah sebelumnya kita mengetahui betapa banyaknyamanfaat merokok yang tidak kita

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN I. Karakteristik Responden No responden : TAHUN 2012 Nama : Kelas : Umur : Uang saku : Tanggal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO Marsel V. Anto 1, Jootje.M.L. Umboh 2, Woodford Baren S. Joseph 3, Budi Ratag

Lebih terperinci

ROKOK DAN IKLAN ROKOK

ROKOK DAN IKLAN ROKOK BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap dan pengetahuan siswa SLTP Dharma Pancasila Medan tentang rokok dan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK SATUAN ACARA PENYULUHAN I. Pokok Bahasan : Bahaya Merokok II. Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian rokok 2. Kandungan rokok 3. Bahaya merokok 4. Penyakit akibat merokok

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 A. KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitan yang digunakan adalah cross sectional untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap perilaku merokok pada mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015 A. Kuisioner Data Demografi Hari/tanggal : No. Respoden : Umur :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini ditambah dengan gencarnya iklan-iklan rokok yang mengidentikkan dengan kejantanan, kesegaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih

BAB I PENDAHULUAN. dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Triyanti (2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok Pengetahuan tentang merokok yang perlu diketahui antara lain meliputi definisi merokok, racun yang terkandung dalam rokok dan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. Bila telah mengalami ketergantungan akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas 7 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Merokok II.1.1 Definisi Merokok Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok remaja merupakan bentuk perilaku menghisap rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di berbagai tempat umum seperti

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Vina Wiliana Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 19-11-1988 Agama : Buddha Alamat : Jl. Sibayak no.32 Medan Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1992-1995 : TK Methodist-3 Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PROFILTEKANAN DARAH PADA MAHASISWA PEROKOK LAKI-LAKI USIA 18-22 TAHUN (Studi Kasus di Fakultas Teknik Jurusan Geologi Universitas Diponegoro Semarang) * ), Ari Udiyono**

Lebih terperinci

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi rokok merupakan salah satu epidemi terbesar dari berbagai masalah kesehatan masyarakat di dunia yang pernah dihadapi, membunuh sekitar 6 juta orang setiap tahunnya.

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh : DIMAS SONDANG IRAWAN J 110050028

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan benda yang terbuat dari tembakau yang berbahaya untuk kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal (bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah dituliskan di surat-surat kabar, majalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Setiap harinya, terdapat 1 1.176 orang di seluruh dunia meninggal diakibatkan rokok (Ono, 2009).

Lebih terperinci

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat. Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA KELUARGA DALAM HAL PERILAKU MEROKOK SISWA SMK SATRIA NUSANTARA BINJAI PADA TAHUN 2012

KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA KELUARGA DALAM HAL PERILAKU MEROKOK SISWA SMK SATRIA NUSANTARA BINJAI PADA TAHUN 2012 KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA KELUARGA DALAM HAL PERILAKU MEROKOK SISWA SMK SATRIA NUSANTARA BINJAI PADA TAHUN 2012 A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Umur : 3. Anak Ke

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008 BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebiasaan merokok sudah meluas di semua kelompok masyarakat di Indonesia. Jumlah perokok cenderung meningkat terutama di kalangan anak dan remaja, yang mungkin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai akibat dari perkembangan dunia pada masa ini, masalah yang dihadapi masyarakat semakin beragam. Diantaranya adalah masalah lingkungan sosial dan tuntutan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Merokok 2.1.1. Kandungan rokok Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang umum di masyarakat Indonesia. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pola perilaku yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak kandungan zat berbahaya di dalam rokok. Bahaya penyakit akibat rokok juga sudah tercantum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari beberapa sudut pandang perilaku merokok sangatlah negatif karena perilaku tersebut merugikan, baik untuk diri individu itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16,

Lebih terperinci

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN Subagiono, Azdy Elfistoni, Armensyah, Nurlina, Suharsyah, Bahyu azri, Dendi,

Lebih terperinci

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN Pertimbangan disusunnya PP No.19 tahun 2003 : a. Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup di dunia dengan segala aktivitas yang dijalankannya seharihari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup di dunia dengan segala aktivitas yang dijalankannya seharihari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup di dunia dengan segala aktivitas yang dijalankannya seharihari mulai dari usia balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai lansia. Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah i Rokok merupakan kata yang tidak asing lagi bagi masyarakat Bahkan, dewasa ini sejumlah remaja, sudah mulai menghisap lintingan tembakau yang disebut rokok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997). 20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh karena itu maka

Lebih terperinci

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang Fifi Dwijayanti *), Muh Fauzi *), Gesti Megalaksari *), Alfi Faridatus *), Yunisa Ratna R. *), Bagoes Widjanarko **) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah di kenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok nampaknya telah menjadi pemandangan sehari-hari, hampir di setiap tempat dapat kita jumpai di berbagai aktivitas, kantor, pusat perbelanjaan, jalan-jalan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi perubahan kualitatif secara fisik dan psikis. Masa remaja disebut sebagai masa kritis karena pada masa ini remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision making, bahkan mungkin harus dilakukan beberapa kali. Mulai dari masalah-masalah yang sederhana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian buruh Buruh adalah salah satu profesi pekerjaan yang diperintah dan dipekerjakan yang berfungsi sebagai salah satu komponen dalam proses produksi (ml.scribd.com).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak sehat, selain berbahaya bagi diri sendiri terlebih lagi pada orang lain yang memiliki hak untuk menghirup udara yang bersih

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1) BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari bagi orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan bahaya merokok. Merokok

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Perilaku merokok saat ini merupakan kebiasaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi. tempat kerja, sekolah maupun ditempat-tempat umum.

I. PENDAHULUAN. bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi. tempat kerja, sekolah maupun ditempat-tempat umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pada zaman modern ini, rokok bukanlah ha lasing lagi. Bagi mereka yang hidup di kota maupun di desa umumnya mereka sudah mengenal benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN ( Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 81 Tahun 1999 tanggal 5 Oktober 1999 ) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tembakau diperkirakan sudah digunakan sejak 100 tahun sebelum masehi oleh suku Aborigin di Amerika (Geiss 2007). Kemudian ketika, Columbus mendarat di benua Amerika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Merokok merupakan kebiasaan buruk yang menjadi masalah seluruh dunia baik Negara maju maupun Negara berkembang. Di negara-negara yang maju kebiasaan merokok telah jauh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Merokok Statsus adalah keadaan atau kedudukan (orang, badan, dan sebagainya) dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kekhawatiran terbesar yang dihadapi dunia kesehatan karena dapat menyebabkan hampir 6 juta orang meninggal dalam setahun. Lebih dari 5

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih*

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih* FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR Ana Wigunantiningsih* *Dosen AKBID Mitra Husada Karanganyar Jl Achmad Yani No.167. Papahan, Tasikmadu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum, ibu dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu hal yang tabu untuk ditinggalkan meski menimbulkan dampak serius bagi kesehatan. Peneliti sering menjumpai orang merokok di rumah, tempat umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok adalah salah satu zat adiktif yang apabila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perilaku merokok bagi sebagian besar masyarakat di indonesia masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari kehidupan sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa merokok adalah penyebab utama penyakit di seluruh dunia yang sebenarnya dapat dicegah. Asap rokok mempunyai pengaruh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional, bahkan internasional (Amelia, 2009). Merokok sudah menjadi kebiasaan yang umum dan meluas di masyarakat.

Lebih terperinci

KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DALAM PERSPEKTIF NORMA KESOPANAN. (Studi Kasus di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DALAM PERSPEKTIF NORMA KESOPANAN. (Studi Kasus di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DALAM PERSPEKTIF NORMA KESOPANAN (Studi Kasus di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asapnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia. nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asapnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia. nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Definisi Rokok Rokok adalah gulungan tembakau (kira kira sebesar jari kelingking) yang dibungkus daun nipah atau kertas (KBBI, 2016). Menurut PP. RI. No. 109, 2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan kegiatan membakar tembakau kemudian asapnya dihisap. Kecanduan rokok banyak terjadi pada usia remaja. Remaja adalah masa transisi antara masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PERILAKU 1. Teori Lawrence Green Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang biasanya didapatkan dari lingkungan tempat tinggal, orang tua, ataupun temanteman.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Volume maksimum oksigen (VO 2 maks) adalah kemampuan pengambilan oksigen dengan kapasitas maksimal untuk digunakan oleh tubuh, jika pengambilan oksigen terganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir di setiap kalangan masyarakat adalah perilaku merokok. Rokok tidaklah suatu hal yang baru dan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa menuju kedewasaan. Masa ini merupakan tarap perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. hubungan atau kaitan antara penggeneralisasian satu terhadap

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. hubungan atau kaitan antara penggeneralisasian satu terhadap BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara penggeneralisasian satu terhadap penggeneralisasian yang lainnya,

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waktu tidur yang dibutuhkan manusia di setiap tahapan umur berbedabeda. Pada mulanya, bayi yang baru lahir akan menghabiskan waktunya untuk tidur dan hanya akan terbangun

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID KELAS III SDN 32 BEURAWE BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID KELAS III SDN 32 BEURAWE BANDA ACEH TAHUN 2012 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID KELAS III SDN 32 BEURAWE BANDA ACEH TAHUN 2012 OVA SATYA Mahasiswi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh INTISARI Berdasarkan data membuktikan ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian (Kementrian

Lebih terperinci

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH NURLAILA RAMADHAN 1 1 Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abtract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja dalam perkembangannya sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Salah satu perilaku tidak sehat oleh remaja yang dipengaruhi oleh lingkungan adalah merokok.

Lebih terperinci