BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. dunia sangat berkaitan dengan perubahan gaya hidup dan pola makan (Swinburn
|
|
- Irwan Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Peningkatan Westernisasi, urbanisasi dan mekanisasi di beberapa negara di dunia sangat berkaitan dengan perubahan gaya hidup dan pola makan (Swinburn et al., 2004). Pola makan ala barat yang didominasi oleh tingginya asupan lemak jenuh dan fruktosa (Hokayem et al., 2013), serta kurangnya aktivitas fisik telah diketahui berkontribusi terhadap terjadinya sindrom metabolik (Tranchida et al., 2012; Mamikutty et al., 2014). Sindrom metabolik merupakan salah satu penyakit gaya hidup modern yang disebabkan oleh nutrisi berlebih (Pang et al.,2014) dan ditandai dengan intoleransi glukosa, dislipidemia serta resistensi insulin (Eckel et al., 2005). Kelebihan asam lemak bebas di dalam sirkulasi akibat nutrisi berlebih telah diketahui menjadi kontributor utama penyebab terjadinya resistensi insulin (Eckel et al., 2005; Ceriello dan Motz, 2004). Resistensi insulin merupakan suatu kondisi dimana respon sel target terhadap paparan insulin berkurang (Shanik et al., 2008) yang ditandai dengan tingginya nilai homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR) (Bonora et al., 2002). Suatu hasil studi menunjukkan bahwa konsumsi lemak jenuh dapat meningkatkan asam lemak bebas dalam sirkulasi (Winzell dan Ahrѐn, 2004). Peningkatan asam lemak bebas akan mengakibatkan resistensi insulin melalui akumulasi hasil metabolisme asam lemak, yaitu diacylglycerol (DAG) dan longchain Acyl-CoA di intramioseluler. Diacylglycerol merupakan aktivator protein kinase C (PKC). Sementara itu, PKC 1
2 2 telah diketahui dapat menyebabkan resistensi insulin melalui penurunan fosforilasi residu tirosin pada insulin receptor substrate 1(IRS-1) (Boden, 2011). Penurunan fosforilasi tersebut akan berakibat pada penurunan aktivasi phosphatidilinositol 3 kinase (PI3K), sehingga ambilan glukosa di otot skelet yang dimediasi oleh insulin mengalami penurunan (Yu et al., 2002). Asupan tinggi fruktosa diketahui dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan baik pada manusia maupun pada hewan coba, seperti hipertrigliseridemia, intoleransi glukosa, obesitas, dan hiperinsulinemia (Rasineni dan Desireddy, 2011). Konsumsi tinggi fruktosa dapat menginduksi stres oksidatif melalui peningkatan produksi ROS. Fruktosa dan hasil metabolismenya (fructose- 3-phosphate dan 3-deoxyglucosone) merupakan agen glikasi non enzimatis yang sangat berpotensi untuk membentuk advance glycation end products (AGE), mana AGE akan berikatan dengan reseptornya yang berakibat pada peningkatan produksi ROS (Chung et al., 2003). Di samping itu, menurut Delarue dan Magnan (2007) akumulasi hasil metabolisme asam lemak di intramioseluler juga dapat memicu peningkatan produksi reactive oxygen species (ROS). Stres oksidatif yang berlebihan dapat menginduksi sejumlah kinase yang sensitif terhadap stres, seperti c-jun N-terminal kinase/stress-activated protein kinase (JNK/SAPK), p38 mitogen-activated protein kinase (p38 MAPK), dan IκB kinaseβ (IKKβ) (Evans et al., 2005). Teraktivasinya beberapa kinase tersebut akan meningkatkan fosforilasi residu serin pada IRS-1 yang akan menghambat aktivasi PI3K seingga mengurangi aktivitas protein kinase B yang diketahui juga sebagai AKT2 (Morino et al., 2006). Penurunan aktivitas AKT2 akan menyebabkan
3 3 kegagalan translokasi GLUT4 dari sitosol ke membran plasma, sehingga berakibat pada penurunan ambilan glukosa pada sel otot skelet, otot jantung, dan adiposa (Rains dan Jain, 2011). Gangguan ambilan glukosa yang melibatkan IRS-1, PI3K/AKT, dan GLUT4 oleh adiposit dapat menyebabkan efek tambahan yang buruk pada resistensi insulin (Otani, 2011). Jaringan adiposa dilaporkan dapat berperan sebagai sensor glukosa dimana adiposit dapat mendeteksi adanya ambilan glukosa oleh GLUT4 (Tamori et al., 2006). Dalam kondisi resistensi insulin ekpresi dan translokasi GLUT4 pada jaringan adiposa mengalami penurunan, sehingga ambilan glukosa oleh GLUT4 berkurang (Abel et al., 2001). Yang et al. (2005) melaporkan bahwa pada jaringan adiposa yang mengalami penurunan ekspresi GLUT4 ditemukan adanya peningkatan ekspresi dan kadar retinol binding protein 4 (RBP4) pada serum. Retinol binding protein 4 (RBP4) merupakan adipokin yang disekresikan oleh adiposit sebagai respon terhadap ambilan glukosa. Peningkatan sekresi RBP4 akan mengakibatkan restriksi ambilan glukosa pada otot skelet, hal ini disebabkan karena RBP4 memiliki kemampuan untuk mengganggu sinyal insulin di dalam otot skelet melalui gangguan pada fosforilasi IRS-1 serta aktivasi PI3K (Tamori et al., 2006; Yang et al., 2005) ataupun melalui aktivasi janus kinase 2 (JAK2) dan signal transducer and activator of transcription 5 (STAT5) melalui ikatan RBP4 dengan reseptornya yaitu stimulated by retinoic acid 6 (STRA6). Teraktivasinya STAT5 dapat menginduksi gen target lainnya yaitu SOCS3 yang dapat menstimulasi terjadinya resistensi insulin (Fedders et al., 2015; Berry et al.,
4 4 2013). Di samping itu, peningkatan baik ekspresi maupun sekresi RBP4 pada jaringan adiposa maupun sekresi RBP4 di dalam sirkulasi dapat berakibat pada perubahan regulasi homeostasis glukosa di hepar. Beberapa enzim yang berperan pada glukoneogenesis, termasuk phosphoenolpyruvate carboxykinase (PEPCK), diregulasi oleh retinol. Suatu hasil studi menunjukkan adanya peningkatan ekspresi PEPCK pada hepar tikus yang diinjeksi dengan RBP4 (Yang et al., 2005). Peningkatan ekspresi PEPCK akan memicu produksi glukosa di dalam hepar, sehingga mengakibatkan peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Kurangnya ambilan glukosa oleh otot skelet dan meningkatnya produksi glukosa dari hepar akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa di dalam sirkulasi atau hiperglikemia (Tamori et al., 2006; Yang et al., 2005). Kondisi hiperglikemia tersebut dapat memperparah stress oksidatif melalui peningkatan produksi ROS (Giacco dan Brownlee, 2010). Tingginya produksi ROS tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara ROS dengan antioksidan di dalam tubuh (Rial et al., 2010; Ceriello dan Motz, 2004). Netralisasi senyawa radikal bebas dengan peningkatan ketersediaan antioksidan sangat diperlukan untuk dapat mengurangi efek dari ROS (Akbar et al., 2011). Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk dapat mereduksi efek tersebut adalah dengan intervensi nutrisi, yaitu berupa pemberian makanan yang kaya dengan kandungan antioksidan (Pandian, 2013; Rudkowska, 2009). Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan bahan makanan yang kaya kandungan antioksidan, salah satu diantaranya adalah labu kuning. Beberapa jenis labu kuning seperti C. pepo, C. maxima, dan C. moschata memiliki kandungan
5 5 antioksidan golongan karotenoid diantaranya α-carotene, beta carotene, zeaxanthin, serta lutein dalam jumlah yang cukup tinggi (Rodriguez-Amaya et al., 2008). Penelitian Anggrahini et al. (2006) menunjukkan bahwa tepung labu kuning memiliki kandungan beta karoten sebesar 17,92 RE/g. Karotenoid beperan sebagai antioksidan yang dapat meredam keberadaan oxygen singlet sehingga dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh adanya ROS (Fiedor dan Burda, 2014). Selain sebagai antioksidan, karotenoid juga dikenal sebagai provitamin A. Di dalam tubuh, karotenoid yang dikonsumsi akan diubah menjadi retinal. Selanjutnya retinal akan dimetabolisme oleh retinol dehydrogenase menjadi retinol. Sementara itu, sejumlah kecil fraksi retinal akan dioksidasi menjadi asam retinoat oleh retinal dehydrogenase (Tourniaire et al., 2009). Asam retinoat sebagai salah satu produk konversi dari karotenoid telah dilaporkan dapat mereduksi baik sintesis maupun sekresi RBP4 di jaringan adiposa, sehingga RBP4 di dalam sirkulasi mengalami penurunan (Manolescu et al., 2010). Bonet et al. (2015) juga melaporkan bahwa karotenoid dan produk konversinya dapat mempengaruhi ekspresi gen melalui beberapa mekanisme. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa labu kuning memiliki efek antidiabetik dan antihiperkolesterolemik (Caili et al., 2006). Sedigheh et al. (2011) melaporkan bahwa pemberian tepung labu kuning selama 4 minggu pada tikus yang diinduksi alloxan dapat menurunkan kadar glukosa, memperbaiki profil lipid serta kadar insulin. Tourniaire et al. (2009) juga menyatakan bahwa konsumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup dapat mereduksi stres oksidatif yang ditimbulkan karena kondisi diabetes mellitus tipe
6 6 2. Berdasarkan uraian di atas peneliti mengasumsikan bahwa labu kuning memiliki karotenoid yang berperan sebagai antioksidan dan sumber provitamin A. Antioksidan tersebut dapat mengurangi stres oksidatif yang disebabkan oleh konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa, sementara itu hasil konversi karotenoid menjadi asam retinoat dapat menurunkan ekpresi RBP4 dan PEPCK, sehingga kedua mekanisme tersebut diharapkan dapat memperbaiki kondisi resistensi insulin. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis pengaruh pemberian tepung labu kuning yang kaya akan karotenoid terhadap HOMA-IR, ekspresi gen RBP4 dan PEPCK pada tikus yang diberi diet tinggi lemak dan fruktosa. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana pengaruh pemberian tepung labu kuning (C. moschata) terhadap HOMA-IR pada tikus galur Sprague Dawley yang diinduksi diet tinggi lemak dan fruktosa? b. Bagaimana pengaruh pemberian tepung labu kuning (C. moschata) terhadap ekspresi gen RBP4 di jaringan adiposa putih tikus galur Sprague Dawley yang diinduksi diet tinggi lemak dan fruktosa? c. Bagaimana pengaruh pemberian tepung labu kuning (C. moschata) terhadap ekspresi gen PEPCK di jaringan hepar tikus galur Sprague Dawley yang diinduksi diet tinggi lemak dan fruktosa?
7 7 I.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui pengaruh pemberian tepung labu kuning (C. moschata) terhadap HOMA-IR pada tikus galur Sprague Dawley yang diinduksi diet tinggi lemak dan fruktosa. b. Mengetahui pengaruh pemberian tepung labu kuning (C. moschata) terhadap ekspresi gen RBP4 di jaringan adiposa putih tikus galur Sprague Dawley yang diinduksi diet tinggi lemak dan fruktosa. c. Mengetahui pengaruh pemberian tepung labu kuning (C. moschata) terhadap ekspresi gen PEPCK di jaringan hepar tikus galur Sprague Dawley yang diinduksi diet tinggi lemak dan fruktosa.
8 8 I.4 Keaslian Penelitian Penelitian sejenis yang pernah dilakukan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Keaslian penelitian No Judul Persamaan Perbedaan 1 Dietary anthocyanin-rich bilberry extract Menganalisa ekspresi Jenis hewan coba yang digunakan ameliorates hyperglycemia and insulin gen RBP4 di jaringan yaitu model diabetes secara genetik. sensitivity via activation of amp-activated adiposa putih dan Intervensi yang diberikan, pada protein kinase in diabetic mice ekspresi gen PEPCK di penelitian tersebut menggunakan (Takikawa et al., 2009) jaringan hepar. ekstrak bluberry, sedangkan pada penelitian ini menggunakan tepung labu kuning. 2 Cyanidin 3-glucoside ameliorates hyperglycemia and insulin sensitivity due to downregulation of retinol binding protein 4 expression in diabetic mice (Sasaki et al., 2007) 3 Hypoglycaemic and hypolipidemic effect of pumpkin (Cucurbita pepo L.) on alloxan-induced diabetic rats (Sedigheh et al., 2011) Menganalisa ekspresi gen RBP4 di jaringan adiposa putih Menggunakan labu kuning sebagai bahan intervensi Jenis hewan coba yang digunakan yaitu model diabetes secara genetik. Intervensi yang diberikan, pada penelitian tersebut menggunakan anthocyanin (cyanidin 3-glucoside), sedangkan pada penelitian ini menggunaan tepung abu kuning. Pada penelitian tersebut tidak menganalisa ekspresi gen PEPCK sebagai enzim glukoneogenik, namun mengukur ekspresi gen G6Pase. Hewan coba yang digunakan di dalam penelitian tersebut diinduksi dengan alloxan Pada penelitian ini hewan coba yang digunakan diinduksi dengan diet tinggi lemak dan fruktosa 4 Pumpkin (Cucurbita moschata) fruit extract improves physical fatigue and exercise performance in mice (Wang et al., 2012) Menggunakan labu kuning sebagai bahan intervensi Pada penelitian tersebut jenis hewan coba yang digunakan adalah galur specific pathogen-free (SPF) yang diberi aktivitas fisik. Pada penelitian ini hewan coba yang digunakan adalah galur Spargue Dawley yang diberi diet tinggi lemak dan fruktosa
9 9 I.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya Manfaat teoritis Memberikan tambahan informasi mengenai pengaruh tepung labu kuning (C. moschata) terhadap HOMA-IR, ekspresi gen RBP4, dan PEPCK sehingga dapat memperbaiki kondisi resistensi insulin. Manfaat klinis Memberikan masukan sebagai bahan makanan alternatif yang dapat dikonsumsi untuk memperbaiki kondisi resistensi insulin. Manfaat praktis Membantu mempromosikan bahan pangan lokal, sehingga dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kekayaan sumber pangan lokal yang bermanfaat bagi kesehatan.
BAB V. KESIMPULAN, SARAN, & RINGKASAN. V.1. Kesimpulan. Pemberian tepung labu kuning terhadap ekspresi gen IRS-1 pada tikus
BAB V. KESIMPULAN, SARAN, & RINGKASAN V.1. Kesimpulan Pemberian tepung labu kuning terhadap ekspresi gen IRS-1 pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak dan fruktosa dapat menunjukkan bahwa : 1. Pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI, rerata prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 1,1 pada tahun
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
16 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah pemberian alloxan, rata-rata kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam proses spermatogenesis dan pembentukan karakteristik seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang termasuk dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Perkiraan terakhir menunjukkan ada 171 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health Organizaton (WHO) pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 4 juta orang, jumlah tersebut diperkirakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat berkurangnya sekresi insulin,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring keberhasilan program kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi di suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di Indonesia meningkat
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. prevalensinya yang signifikan dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi overweight dan
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Obesitas telah menarik perhatian masyarakat dunia karena peningkatan prevalensinya yang signifikan dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi tidak saja membawa dampak positif di segala bidang seperti informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup terutama pola aktivitas
Lebih terperinciTEPUNG LABU KUNING KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS MODEL SINDROMA METABOLIK
AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 11 16 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja TEPUNG LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA) MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS MODEL SINDROMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah
1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. DM merupakan penyakit kelainan sistem endokrin utama yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan dan diperkirakan lebih dari 80% penderita DM terdapat di negara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang cukup serius. Prevalensi penderita DM dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum meningkat terutama kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang melebihi batas normal. Low density lipoprotein
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat Sindrom metabolik, juga dikenal sebagai sindrom resistensi insulin atau sindrom X, merupakan istilah yang biasa digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang terdiagnosis dokter mencapai 1,5%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh komplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit metabolik dan obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius. Pada penyakit metabolik dapat ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi
Lebih terperinciAdaptasi Biokimia Mamalia yang Berhibernasi: Mengeksplor Tupai sebagai Model Perspektif Reversibel Resisten Insulin secara Alami
Adaptasi Biokimia Mamalia yang Berhibernasi: Mengeksplor Tupai sebagai Model Perspektif Reversibel Resisten Insulin secara Alami Noor Nailis Sa adah Anggari Linda D. Kelompok 11: 12/340000/PBI/1078 12/340141/PBI/1085
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memaparkan kadar kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan masyarakat (WHO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1) DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Adanya kerusakan sel β pancreas akibat autoimun yang umumnya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Mellitus Diabetes mellitus adalah suatu kelompok berbagai macam kelainan yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah. 14 Gejala khasnya adalah poliuri, polifagi,
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).
53 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronik, progresif dengan hiperglikemia sebagai tanda utama karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah (Ruan, et al., 2013). Hiperglikemia tidak hanya meningkatkan resiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronik yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan, ketahanan dan koordinasi (de
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.
73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium, natrium sakarin dengan rumus kimia (C 7 H 5 NO 3 S) dari asam sakarin berbentuk bubuk kristal putih,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan menjadi salah satu hal penting dalam penentu kesehatan dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang sehat masih rendah.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir sebagian besar sel. 1 Enzim ini terutama terletak di dalam organel peroksisom. Katalase ditemukan di semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. protein yang disebabkan insufisiensi sekresi ataupun aktivitas endogen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit multifaktorial, merupakan sindroma hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang disebabkan
Lebih terperinciDi seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi obesitas mengalami peningkatan di seluruh dunia menjadi dua kali lipat berdasarkan data dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolisme pada tubuh yang dicirikan dengan kadar gula yang tinggi atau hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing
BAB V PEMBAHASAN Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing kelompok dapat dilihat pada tabel 11. Peningkatan kadar glukosa darah ini dikarenakan pemberian STZ yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang memiliki karakteristik berupa hiperglikemia yang terjadi karena adanya suatu kelainan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat baik pada dewasa dan anakanak
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prevalensi overweight dan obesitas meningkat baik pada dewasa dan anakanak di negara maju maupun negara berkembang selama periode tahun 1980-2013. Indonesia termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi pada tahun 2030 jumlah penyandang diabetes mellitus di dunia mencapai 388 juta dan di Indonesia mencapai sekitar 21,3 juta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dimana penderita mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan secara medis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakarin merupakan pemanis buatan yang memberikan rasa manis. Sakarin digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, yaitu 200-700 kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang paling sering diderita manusia. Saat ini penderita obesitas di dunia terus meningkat. Penelitian sejak tahun 1990-an menunjukkan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global,
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global, jumlah penderita DM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes tipe 2 merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan menurunnya kerja insulin secara progresif (resistensi insulin), yang diikuti dengan ketidakmampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin disertai abnormalitas fungsi dan deposisi lemak. Sindroma metabolik menjadi faktor risiko penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup dengan memilih makan yang siap saji menjadi pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. Masyarakat kita, umumnya diperkotaan,
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies
4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies Pada penelitian ini daun yakon dipilih karena memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah yang telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Salah satu penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami setelah manusia mencapai usia dewasa di mana seluruh komponen tubuh berhenti berkembang dan mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2010 diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. 1,2 Hiperglikemia merupakan
20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik akibat defisiensi insulin atau defisiensi kerja insulin, yang ditandai dengan perubahan metabolisme
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kondisi berlebihnya berat badan akibat banyaknya lemak pada tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), di sekitar organ tubuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian DM (Diabetes mellitus) merupakan kelainan metabolik terjadi ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi karbohidrat akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan yang sangat signifikan, banyak sekali aktivitas lingkungan yang menghasilkan radikal bebas sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori yang melebihi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus lambung merupakan masalah pencernaan yang sering ditemukan di masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi penduduk dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fruktosa merupakan gula yang umumnya terdapat dalam sayur dan buah sehingga sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa fruktosa sepenuhnya aman untuk dikonsumsi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi lemak secara berlebihan. Obesitas merupakan faktor risiko dislipidemia, diabetes melitus, hipertensi, sindrom
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 adalah suatu kelompok kondisi metabolik yang heterogen dan kompleks ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah akibat kerusakan kerja insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam kehidupan. Setiap manusia akan menjadi tua. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Asupan Makanan dan Minuman
20 HASIL DAN PEMBAHASAN Asupan Makanan dan Minuman Kelompok yang mendapat teh hijau, baik TLT mau pun TLTA secara kualitatif mengkonsumsi lebih sedikit makanan yang diberikan dibanding kelompok S dan TL.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik kronik yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik kronik yang terjadi ketika pankreas memproduksi insulin cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak sakit kritis Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan terhadap kegagalan fungsi organ vital yang dapat menyebabkan kematian, dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat zaman sekarang terpapar oleh banyaknya makanan tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat zaman sekarang terpapar oleh banyaknya makanan tinggi lemak. Lemak memang dibutuhkan bagi tubuh karena mempunyai berbagai fungsi, namun konsumsi lemak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia) dan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Overweight dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan kemakmuran, akan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian mengenai efektifitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) pada tikus Diabetes Melitus yang
Lebih terperinciBAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas
BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN V. I. Kesimpulan 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan dengan kelompok normal namun secara statistik tidak berbeda signifikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1 ini akan dipaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, dan manfaat penelitian yang dilakuakan. 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa disadari, setiap hari semua orang membutuhkan makanan untuk dapat bertahan hidup karena makanan merupakan sumber utama penghasil energi yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah / hiperglikemia. Secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan banyak penyakit dan mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global World Health Organization
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada sistem peredaran darah. Penyakit ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin atau tidak dapat menggunakan insulin
Lebih terperinci