BAB V. KESIMPULAN, SARAN, & RINGKASAN. V.1. Kesimpulan. Pemberian tepung labu kuning terhadap ekspresi gen IRS-1 pada tikus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V. KESIMPULAN, SARAN, & RINGKASAN. V.1. Kesimpulan. Pemberian tepung labu kuning terhadap ekspresi gen IRS-1 pada tikus"

Transkripsi

1 BAB V. KESIMPULAN, SARAN, & RINGKASAN V.1. Kesimpulan Pemberian tepung labu kuning terhadap ekspresi gen IRS-1 pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak dan fruktosa dapat menunjukkan bahwa : 1. Pemberian tepung labu kuning dapat meningkatkan ekspresi gen IRS-1 di jaringan adiposa putih dan otot skelet namun tidak berbeda secara bermakna. 2. Tingkat ekspresi gen IRS-1 di jaringan adiposa memiliki nilai lebih besar daripada di otot skelet setelah pemberian tepung labu kuning namun tidak berbeda secara bermakna. V.2. Saran 1. Dilakukan penelitian selanjutnya dengan melihat korelasi antara aktivasi IRS-1 dan ekespresi gen IRS-1 di jaringan adiposa dan otot skelet dengan tikus diabetes melitus tipe Perlu diteliti mengenai aktivitas antioksidan endogen yang terlibat pada jalur IRS-1. V.3. Ringkasan V.3.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini, tingkat kejadian gangguan metabolisme meningkat secara signifikan. Hal ini kemungkinan besar karena perubahan gaya hidup masyarakat ke arah hidup santai (sedentary lifestyle), kurang aktivitas fisik 59

2 60 (olahraga), serta perubahan pola konsumsi makan yang cenderung mengikuti pola makan barat dengan kandungan lemak tinggi tetapi rendah serat. Kelebihan asupan makanan berupa lemak dan gula berperan penting terjadinya gangguan metabolisme. Secara khusus, asupan tinggi lemak jenuh dan gula sederhana dianggap sebagai faktor risiko yang mengawali sindrom metabolik (Aude et al., 2004), termasuk kondisi aterogenik dislipidemia, resistensi insulin (Grundy et al., 2002). Coate et al. (2010) menyatakan bahwa konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa yang berlangsung lama akan menginduksi keadaan proinflamasi dan menyebabkan kelainan pada jalur sinyal insulin. Resistensi insulin dianggap sebagai mekanisme kunci terjadinya obesitas, diabetes, dan penyakit jantung (Bray, 2004). Pada kondisi resistensi insulin terjadi gangguan sinyal transduksi insulin yang melibatkan dua jalur utama yaitu phosphatidilinositol 3 kinase (PI3K) dan p38 mitogen activated protein kinase (MAPK). Kerja insulin dalam merangsang ambilan glukosa di otot skelet dan jaringan adiposa dimediasi oleh jalur sinyal insulin yang tergantung PI3K, yang melibatkan insulin receptor substrat-1 (IRS-1) (Kim et al., 2006). PI3K berperan dalam translokasi GLUT4 dari cadangan intraseluler ke membran plasma, sehingga jika PI3K tidak aktif maka GLUT4 tidak dapat dipindahkan ke membran plasma. Hal ini menyebabkan transpor glukosa dari darah ke jaringan terganggu, yang menggambarkan patogenesis resistensi insulin (Shulman, 2000). Hiperglikemia juga diketahui memegang peranan penting dalam terjadinya resistensi insulin. Hiperglikemia dapat menyebabkan peningkatan stress oksidatif yang dapat memicu terjadinya resistensi insulin melalui jalur peningkatan

3 61 produksi reactive oxygen species (ROS) (Evans et al., 2003). Selain kemampuannya secara langsung menimbulkan kerusakan makromolekul, ROS juga dapat berfungsi sebagai molekul sinyal untuk mengaktifkan sejumlah jalur sinyal yang sensitif terhadap stres yang menyebabkan kerusakan sel. Pada keadaan in vitro, stres oksidatif dan ROS menyebabkan aktivasi beberapa kaskade serin kinase (Kyriakis & Avruch, 1996). Penurunan protein IRS-1 menyebabkan terjadi penurunan kapasitas sinyal dalam sistem. Oleh karena itu feedback negatif molekul IRS yang terlalu aktif dapat menyebabkan resistensi insulin intraseluler (White, 2002). Pencegahan dan penanganan stres oksidatif yang timbul karena produksi ROS dapat dilakukan melalui konsumsi bahan makanan yang mengandung antioksidan. Bahan makanan yang terdapat pada sayuran atau buah-buahan telah banyak diketahui, diantara buah-buahan tersebut labu kuning merupakan salah satu sumber antioksidan. Labu kuning merupakan tanaman jenis buah-buahan yang banyak ditemukan di Indonesia. Beberapa varietas labu kuning seperti C. moschata, C. maxima dan C. pepo, telah diketahui memiliki kadar karotenoid yang tinggi, terutama α dan β-karoten, β-criptoxanthina, lutein dan zeaxanthin (Rodriguez-Kimura et al., 2008). Karotenoid dapat bertindak secara langsung atau melalui produksi retinoid, melalui mekanisme yang mungkin melibatkan sifat antioksidan atau anti-free radical, tetapi juga melalui modulasi ekspresi gen, dan dengan demikian dapat menurunkan proses inflamasi dalam jaringan adiposa (Osth et al., 2014). Pada penelitian Asgary et al. (2011) diketahui bahwa pemberian tepung labu kuning pada tikus diabetik selama 4 minggu secara

4 62 signifikan menurunkan kadar insulin dan glukosa darah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tourniaire et al. (2009) menyatakan bahwa pada pasien sindrom metabolik cenderung mengalami penurunan status karotenoid. Karoten juga diketahui sebagai peredam singlet oxygen ( 1 O 2 ) dan scavenger untuk reactive oxygen spesies (ROS) yang potensial. Konsumsi antioksidan seperti karotenoid, polifenol, dan tocopherol dapat mencegah stress oksidatif dan komplikasi yang ditimbulkan Berdasarkan uraian di atas peneliti berasumsi karotenoid dari tepung labu kuning yang dapat menurunkan stres oksidatif, secara tidak langsung mengurangi kondisi hiperglikemia dan resistensi insulin, yang pada akhirnya akan mencegah terjadinya komplikasi awal terjadinya sindroma metabolik. Oleh karena itu, analisis pengaruh potensi antioksidan (karotenoid) pada tepung labu kuning (C. moschata) terhadap ekspresi gen IRS-1 perlu dilakukan. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan pada jaringan adiposa putih dan otot skelet pada tikus yang diinduksi dengan diet tinggi lemak dan fruktosa. V.3.2. Landasan Teori Coate et al. (2010) menyatakan bahwa konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa yang berlangsung lama akan menginduksi keadaan proinflamasi dan menyebabkan kelainan pada jalur sinyal insulin. Ditambahkan pula oleh Bremer (2012) pada penelitiannya yang menyatakan bahwa asupan diet tinggi lemak dan fruktosa (DTLF) menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Pada kondisi resistensi insulin terjadi gangguan sinyal transduksi insulin yang melibatkan dua

5 63 jalur utama yaitu Phosphatidylinositol 3 kinase (PI3K) dan p38 Mitogen Activated Protein Kinase (MAPK). Kerja metabolik insulin untuk merangsang uptake glukosa di otot skelet dan jaringan adipose dimediasi oleh stimulasi jalur sinyal yang tergantung PI3-kinase, termasuk dalam jalur ini adalah insulin receptor substrat-1 (IRS-1) (Kim et al., 2006). PI3K berperan dalam translokasi GLUT4 dari cadangan intraseluler ke membran plasma, sehingga jika PI3K tidak aktif maka GLUT4 tidak dapat dipindahkan ke membran plasma. Transpor glukosa dari darah ke jaringan akan terganggu, proses ini menggambarkan patogenesis resistensi insulin (Shulman, 2000). Peningkatan asam lemak dalam sirkulasi menyebabkan resistensi insulin melalui sistem sinyal insulin (Dresner et al., 1999). Peningkatan konsentrasi asam lemak bebas plasma secara khusus berhubungan dengan banyaknya status resistensi insulin pada obesitas dan diabetes melitus tipe 2 (Frayne, 1993). Peningkatan asam lemak bebas dapat menyebabkan stres oksidatif karena meningkatnya mitokondria uncoupling (Wojtczak & Schonfeld, 1993; Carlsson et al., 1999), dan oksidasi (Yamagishi et al., 2001; Rao & Reddy, 2001) sehingga terjadi peningkatan produksi ROS. Stres oksidatif akan menyebabkan aktivasi jalur sinyal sensitif-stres yang selanjutnya akan memperburuk sekresi dan aktivitas insulin, yang akhirnya menyebabkan terjadinya diabetes melitus tipe 2. Stres oksidatif yang dihasilkan dari peningkatan produksi ROS berperan penting dalam patogenesis komplikasi akhir diabetes (Brownlee, 2001). Terdapat data yang menunjukkan bahwa pembentukan ROS merupakan konsekuensi langsung dari hiperglikemia (Brownlee., 2001). Pada keadaan in vitro, stres oksidatif dan

6 64 ROS menyebabkan aktivasi beberapa kaskade serin kinase (Kyriakis & Avruch, 1996). Penurunan protein IRS-1 menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas sinyal dalam sistem. Oleh karena itu feedback negatif molekul IRS yang terlalu aktif dapat menyebabkan resistensi insulin intraseluler (White, 2002). Tourniaire et al. (2009) menyebutkan bahwa konsumsi antioksidan seperti karotenoid, polifenol, dan tocopherol dapat mencegah stress oksidatif dan komplikasi yang ditimbulkan. Karotenoid memiliki kapasitas untuk menangkap radikal peroksil dan mengikat singlet oksigen. Aktivitas mengikat dari karotenoid umumnya tergantung pada jumlah ikatan ganda terkonjugasi dari molekul dan dipengaruhi kurang lebih oleh gugus akhir karotenoid (siklik atau asiklik) atau subtituen alami pada gugus siklik akhir pada karotenoid (Krinsky, 1998). Karotenoid juga dapat bertindak secara langsung atau melalui produksi retinoid, melalui mekanisme yang mungkin melibatkan sifat antioksidan atau anti-free radical, tetapi juga melalui modulasi ekspresi gen, dan dengan demikian dapat menurunkan proses inflamasi dalam jaringan adiposa (Osth et al., 2014). V.3.3. Cara Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental dengan rancangan postest only group design. Subyek yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus Novergicus) galur Sprague Dawley usia 8 minggu dengan berat rata-rata antara gram. Perhitungan jumlah hewan coba yang digunakan, menggunakan rumus Federer (n-1) x (t-1) 15. Sampel penelitian adalah plasma darah, jaringan adiposa putih dan otot skelet hewan coba dengan besar sampel

7 65 minimal adalah 5 ekor untuk setiap kelompok perlakuan, sehingga jumlah sampel pada penelitian ini adalah 25 ekor tikus yang terbagi dalam lima kelompok. Tikus Sprague Dawley 25 ekor diadaptasi awal selama satu minggu, kemudian sebanyak 20 ekor tikus dipilih secara acak untuk induksi diet tinggi lemak dan fruktosa secara ad libitum. Setelah 25 hari induksi diet tinggi lemak dan fruktosa diperiksa kadar glukosa darah puasa (GDP), tikus dengan kadar GDP 126 mg/dl dibagi dalam 4 kelompok, yaitu kelompok tikus hiperglikemia, kelompok tikus hiperglikemia yang diberikan tepung labu kuning dengan dosis 0,16g/200gBB, kelompok tikus hiperglikemia yang diberikan tepung labu kuning dengan dosis 0,32g/200gBB dan kelompok tikus hiperglikemia yang diberikan tepung labu kuning 0,64g/200gBB. Tikus diberikan pakan standar semipurified diets for rats sebanyak 20g/tikus/hari dan minum diberikan secara ad libitum. Pembuatan tepung labu kuning menggunakan metode freeze drying. Pada metode ini dimana air yang terkandung dalam labu kuning akan diuapkan dan dibekukan sehingga diperoleh hasil akhir berupa tepung labu kuning yang kering. Setelah perlakuan selama 4 minggu, darah seluruh kelompok diambil dari sinus retroorbitalis menggunakan tabung hematokrit untuk pemeriksaan kadar GDP. Kemudian, tikus didekapitasi dengann teknik dislokasi servikal untuk pengambilan jaringan adiposa putih dan otot skelet yang akan digunakan untuk melihat ekspresi gen IRS-1. Sampel jaringan adiposa putih dan otot skelet dimasukkan ke dalam wadah khusus penampung jaringan (cryotube) dan disimpan dalam termos berisi nitrogen cair. Sampel jaringan dihomogenisasi

8 66 untuk pemeriksaan segera atau disimpan ke dalam lemari pendingin yang bersuhu -80 C. Kadar GDP dianalisis dari sampel plasma dengan metode GOD PAP (Glucose oxidase-p-amino phenazone) menggunakan kit Dyasis dan absorbansi sampel diukur pada panjang gelombang 500 nm menggunakan spektrofotometer. Ekspresi gen IRS-1 dianalisis dengan RT-PCR yang terdiri dari tiga tahapan analisis yaitu (1) isolasi RNA yang terdiri dari homogenasi sampel menggunakan Reagen TriZol. Kemudian, fase separasi untuk memperoleh lapisan aqueous phase yang mengandung RNA, dilanjutkan dengan presipitasi RNA dan pencucian RNA untuk memperoleh pellet RNA, kemudian dilanjutkan dengan tahap resuspensi RNA dan pengukuran konsentrasi RNA menggunakan Spektrofotometer. Tahap (2) sintesis cdna melalui reverse transcription menggunakan iscript TM cdna Synthesis kit dan tahap (3) analisis RT-PCR menggunakan SsoFast Evagreen supermix dan alat RT-PCR CFX96 Biorad dengan program amplifikasi 40 siklus yaitu: 1) denaturasi awal pada suhu 95 C selama 5 menit; 2) denaturasi pada suhu 95ºC selama 1 menit; 3) annealing pada suhu 60,7ºC selama 1 menit; 4) elongasi pada suhu 72ºC selama 1 menit; dan 5) Melt-curve analysis pada 65 C-95 C selama 2-5 detik untuk setiap tahapnya. Sinyal flourosence diukur selama amplifikasi dan hasil yang diperoleh berupa nilai cycle of threshold (C T ) pada setiap sampel yang diperiksa. Data real time-pcr pada penelitian ini menggunakan kuantifikasi relatif yang menggambarkan perbandingan antara ekspresi gen target (IRS-1) dengan gen internal kontrol (beta aktin). Untuk

9 67 menentukan perbedaan relatif tingkat ekpresi gen IRS-1 pada tiap kelompok menggunakan beta aktin sebagai control gene yang digunakan sebagai kurva standar. Kurva standar ditentukan dengan menggunakan dilusi beta aktin pada beberapa konsentrasi yaitu 0,125 µg/µl; 0,250 µg/µl ; 0,5 µg/µl ; 1 µg/µl ; 2 µg/µl. Persamaan kurva standar jaringan adiposa putih dan otot skelet dapat digunakan bila didapat R 0,900, kemudian masukkan dalam persamaan garis Y=aX+b, dimana a adalah nilai slope; b adalah nilai intercept; dan X adalah jumlah amplikon (Cq). Ekspresi IRS-1 dihitung berdasarkan jumlah amplikon (Cq) gen target masing-masing jaringan dibandingkan dengan rata-rata beta aktin setelah dimasukkan dalam persamaan kurva standar (Cq sampel:rata-rata Cq beta aktin) dan dinyatakan dalam ekspresi IRS-1 relatif terhadap beta aktin. Hasil yang diperoleh merupakan kelipatan peningkatan atau penurunan ekspresi gen target (IRS-1) dalam sampel yang diberikan tepung labu kuning relatif terhadap sampel kontrol. Data disajikan secara deskriptif dalam bentuk naratif, tabular dan grafikal. Normalitas sebaran data diperiksa menggunakan uji Shapiro-Wilk dan data sebaran normal ditampilkan sebagai rerata ± standar deviasi. Uji statistik parametrik yang digunakan adalah one-way ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji post hoc Tukey HSD jika terdapat perbedaan bermakna. Analisis perbandingan ekspresi gen IRS-1 di jaringan adiposa putih dan otot sekelet pada kelompok dengan hasil terbaik dibandingkan menggunakan uji t-test unpaired bila terdistribusi normal, bila tidak normal menggunakan uji Mann Whitney.

10 68 V.3.4. Hasil Hewan coba yang digunakan sebagai subjek pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley (Rattus novergicus) yang diperoleh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Jakarta. Sebanyak 25 ekor dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu kelompok tikus normal (K1), kelompok tikus hiperglikemia (K2), kelompok hiperglikemia + tepung labu kuning dosis 0,16g/200gBB/hari (K3), kelompok hiperglikemia + tepung labu kuning dosis 0,32g/200gBB/hari (K4), dan kelompok hiperglikemia + tepung labu kuning dosis 0,64g/200gBB/hari (K5). Tikus dipilih sebagai hewan coba karena lebih mudah dikontrol dari segi asupan pakan sehingga dapat memperkecil terjadinya bias saat penelitian. Pemilihan jenis kelamin jantan karena tidak terpengaruh secara hormonal seperti tikus betina. Tikus yang digunakan pada penelitian ini berumur 8 minggu dengan berat badan antara gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kelompok tikus mengalami peningkatan berat badan dari 264,40 ± 23,32 gram menjadi 314,20 ± 45,97 gram. Tikus hiperglikemia yaitu 258,80 ± 24,24 gram menjadi 293,60 ± 25,69 gram, kelompok tikus hiperglikemia yang diberi dosis tepung labu kuning 0,16g/200g BB yaitu 267,00 ± 23,30 gram menjadi 340,00 ± 32,98 gram, kelompok tikus hiperglikemia yang diberi dosis tepung labu kuning 0,32g/200g BB yaitu 256,20 ± 27,97 gram menjadi 297,00 ± 31,77 gram, dan kelompok tikus hiperglikemia yang diberi dosis tepung labu kuning 0,64g/200g BB yaitu 280,80 ± 19,31 gram menjadi 312,60 ± 45,29 gram.

11 69 Berat badan tikus dari hasil pengukuran setiap minggu selama empat minggu intervensi tepung labu kuning masing-masing kelompok mengalami peningkatan berat badan yang signifikan. Peningkatan berat badan tikus dapat disebabkan oleh faktor pertumbuhan dan asupan pakan selama penelitian. Tikus yang diinduksi diet tinggi lemak dan fruktosa umumnya akan mengalami kenaikan berat badan dibandingkan dengan tikus normal. Tranchida et al. (2012) melaporkan bahwa tikus yang diinduksi diet tinggi fruktosa dan lemak jenuh selama 30 minggu mengalami kenaikan berat badan relatif sebesar 11% terhadap kelompok kontrol. Peningkatan berat badan diduga karena diet tinggi fruktosa dan lemak ini dapat memicu sintesis gen-gen lipogenik yang menginduksi terjadinya lipogenesis yang akan meningkatkan produksi trigliserida dan kolesterol sehingga terjadi peningkatan lemak viseral dan berat badan. Pada penelitian ini, tikus yang diinduksi diet tinggi lemak dan tinggi fruktosa mengalami peningkatan kadar glukosa darah puasa rata-rata mg/dl. Pada pemeriksaan glukosa darah puasa diketahui bahwa kelompok yang diinduksi diet tinggi lemak dan tinggi fruktosa (K2=hiperglikemia; K3=0,16g; K4=0,32g; K5=0,64g) memiliki kadar glukosa darah jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tikus sehat (K1=Sehat). Hal ini sejalan dengan penelitian Tranchida et al. (2012) dimana kadar insulin plasma dan glukosa puasa juga signifikan lebih tinggi pada kelompok diet tinggi fruktosa dan lemak jenuh selama durasi diet. Pemberian induksi diet tinggi lemak dan fruktosa selama 25 hari kemudian dilanjutkan dengan intervensi tepung labu kuning yang diberikan selama empat minggu, memberikan pengaruh terhadap glukosa darah. Rerata delta

12 70 glukosa darah puasa antara kelompok intervensi (K3, K4, & K5) dengan kelompok hiperglikemia berbeda bermakna. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan Sedigheh et al. (2011) bahwa pemberian tepung labu kuning menurunkan kadar glukosa secara signifikan. Tikus diabetes dibandingkan yang terdapat pada tikus kelompok kontrol tanpa perlakuan. Perubahan tingkat ekspresi gen IRS-1 tiap kelompok yang diukur setelah 28 hari pemberian tepung labu kuning. Ekspresi gen IRS-1 di adiposa dan otot skelet memiliki distribusi yang normal secara statistik (p>0,05) diuji menggunakan Saphiro-Wilk. Perbedaan tingkat ekspresi gen IRS-1 antar kelompok perlakuan terhadap kelompok hiperglikemia tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p<0,05) baik di jaringan adiposa maupun otot skelet setelah diuji dengan one way ANOVA. Hal ini pun terjadi ketika di uji dengan uji t tidak berpasangan untuk menunjukkan perbedaan tingkat ekspresi gen IRS-1 pada masing-masing kelompok di jaringan adiposa dan otot skelet yang tidak memiliki perbedaan bermakna (p<0,05). Efek antioksidan dari pemberian tepung labu kuning secara umum dan karotenoid secara khusus dipengaruhi oleh variasi dosis yang diberikan pada tikus. Ekspresi IRS-1 di jaringan adiposa putih pada kelompok K1(sehat): 4,09±0,17; K3: 4,00±0,04; K4: 4,10±0,14; dan K5: 4,08±0,07 sedangkan di jaringan otot skelet kelompok K1(sehat): 4,04±0,07; K3: 3,94±0,06; K4: 4,06±0,04; dan K5: 3,98±0,10 dengan pemberian dosis pada masing-masing kelompok sebesar K4:0,32 g/200 g BB, K3:0,16 g/200 g BB, dan K5:0,64 g/200 g BB. Hasil penelitian didapatkan bahwa ekspresi IRS-1 di jaringan adiposa putih dan otot skelet pada K4 mendekati ekspresi IRS-1 pada

13 71 tikus normal K1 tetapi pada K3 dan K5 ekspresi IRS-1 lebih rendah dibandingkan dengan kelompok normal, meski tidak berbeda secara bermakna. Dosis tepung labu kuning kelompok empat yang diberikan sebesar 0,32 g merupakan dosis optimal untuk menaikkan ekspresi gen IRS-1 ke kondisi yang sama atau mendekati tikus normal. Hasil konversi dosis tersebut ke manusia menggunakan faktor konversi 0,56 (Ngatidjan, 2006) maka dosis ini setara dengan 17,92 g tepung labu kuning per hari untuk manusia dengan berat 70 kg. Kandungan karoten dalam tepung labu kuning adalah 404,508 µg/gram sehingga karoten dalam 17,92 gram tepung labu kuning adalah 7248,78 µg atau setara dengan 604 µg vitamin A. Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013 kebutuhan vitamin A orang dewasa adalah 600 µg/hari. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tepung labu kuning 0,32 g/200 g BB yang mengandung karotenoid sebagai antioksidan dapat memberikan efek terbaik sebagai dosis optimal, sehingga dosis 17,92 g tepung labu kuning dapat diberikan ke manusia karena dapat meningkatkkan ekspresi gen IRS-1 yang dapat mencegah terjadinya komplikasi awal terjadinya sindroma metabolik. Karotenoid yang terdapat dalam labu kuning diketahui memiliki kapasitas untuk menangkap radikal peroksil dan mengikat singlet oksigen (Krinsky, 1998), akibat induksi diet tinggi lemak dan tinggi fruktosa. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa karotenoid berpengaruh terhadap ekspresi gen dan fungsi sel melalui beberapa mekanisme seperti (a) interaksi dengan beberapa faktor transkripsi dari nuclear receptor superfamily (b) mengganggu aktivitas faktor transkripsi lain seperti nuclear factor κb (NF- κb) (c) modulasi jalur sinyal yang

14 72 dihubungkan dengan inflamasi dan respon stres oksidatif (d) melalui aktivitas ekstragenomik mencakup scavenging reactive species dan aktivasi protein kaskade kinase (Bonet et al., 2012; Breitman et al., 1996; Tanoury, 2013; Kaulmann et al., 2014). Akibat induksi diet tinggi lemak dan fruktosa kemungkinan karotenoid berperngaruh terhadap ekspresi gen melalui beberapa mekanisme tersebut. IRS-1 diketahui bekerja pada regulasi metabolisme sinyal insulin di jaringan adiposa dan otot skelet (Biddinger and Kahn, 2006). Tingkat ekspresi gen IRS-1 antar kelompok didapatkan bahwa di jaringan adiposa memiliki nilai ekspresi yang lebih besar daripada di otot skelet meskipun tidak berbeda signifikan. Diketahui bahwa jaringan adiposa merupakan target dari aktivitas dan tempat untuk penyimpanan karotenoid (Parker, 1989). Didalam adiposit, karotenoid terutama disimpan dengan triasilgliserol dalam lipid droplet dan juga ditemukan dalam sel membran (Gouranton et al., 2008). Pada manusia, kadar karotenoid dalam cadangan abdominal menunjukkan hubungan yang kuat dengan asupan dan konsentrasi plasma (Chung et al., 2009). Diketahui fungsi utama karotenoid pada manusia adalah sebagai prekursor vitamin A terkait retinoid seperti retinol, retinal, dan asam retinoat yang berperan penting dalam regulasi gen terkait banyak proses perkembangan dan fisiologis (Grune et al., 2010). Beberapa penelitian dengan berbagai macam pengaturan dan durasi yang berbeda dalam pemberian beta karoten menunjukkan terjadinya penurunan adiposit dan memicu toleransi glukosa dan sensitifitas insulin pada tikus obes (Bonet et al., 2015). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di jaringan adiposa

15 73 mengalami peningkatan gen IRS-1 daripada di otot skelet hal ini kemungkinan karena metabolime karotenoid terjadi di jaringan adiposa. Ekspresi IRS-1 pada kelompok K3 (tikus hiperglikemia yang diberi 0,16 gram tepung labu kuning) dan kelompok K5 (tikus hiperglikemia yang diberi 0,64 gram tepung labu kuning) tidak berbeda signifikan dengan kelompok K2 (tikus hiperglikemia). Kelompok K3 (dosis 0,16 g) dan K5 (dosis 0,64 g) yang diberi perlakuan tepung labu kuning tidak menunjukkan peningkatan ekspresi IRS-1 dibandingkan kelompok normal. Ekspresi IRS-1 pada kedua kelompok K3 dan K5 cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok normal. Pemberian dosis yang lebih rendah memungkinkan kurangnya aktivitas antioksidan sedangkan konsentrasi karotenoid yang tinggi dapat memiliki efek prooksidatif, yang kemungkinan dimodifikasi oleh interaksi dengan nutrien lain (Gaziano et al., 1995). Kelebihan karotenoid dapat berkontribusi terjadinya stres oksidatif khususnya di jaringan adiposa. Paparan akibat kelebihan karotenoid pada preadiposit manusia menghasilkan penurunan potensial membran mitokondria, respirasi mitokondria, dan kandungan ATP seluler, yang mengindikasikan terjadinya gangguan fungsi mitokondria (Bonet et al., 2015). Rendahnya ekspresi protein IRS-1 dihubungkan dengan rendahnya kadar mrna (Carvalho et al., 1999). Pada penelitian ini terjadi penurunan kadar glukosa darah pada tikus yang diberikan tepung labu kuning, namun ekspresi IRS-1 tidak meningkat signifikan. Hal ini dimungkinkan karena terjadinya peningkatan aktivasi IRS-1 namun tidak terjadi peningkatan ekspresi/jumlah mrna IRS-1, sehingga diperlukan penelitian selanjutnya untuk melihat tingkat aktivasi IRS-1. Hal ini sejalan dengan penelitian

16 74 yang dilakukan oleh Li et al. (2014) yang menyatakan bahwa tikus yang diinduksi diet tinggi fruktosa, tidak mengubah ekspresi gen IRS-1 pada jaringan adiposa, tetapi mempengaruhi aktivasi IRS-1. Ekspresi IRS-1 yang rendah pada penelitian ini dimungkinkan karena adanya peningkatan fosforilasi serin IRS-1. Diet tinggi lemak dan fruktosa menyebabkan peningkatan glukosa dan asam lemak bebas yang berakibat pada terjadinya stres oksidatif dengan mengaktivasi jalur sinyal sensitif-stres. Jalur aktivasi ini berakibat pada terganggunya sekresi dan aktivitas insulin (Evans et al., 2003). Jalur sinyal sensitif-stres meningkatkan fosforilasi serin/treonin sehingga menurunkan kemampuan molekul IRS untuk berhubungan atau berikatan dengan insulin reseptor dan melanjutkan sinyal berikutnya khususnya PI3K, hal ini berdampak pada terganggunya aktvitas insulin seperti aktivasi protein kinase B (PKB) dan transpor glukosa (Zick, 2000; Birnbaum, 2001). Kandungan karotenoid yang terdapat pada tepung labu kuning dengan pemberian dosis sebesar 0,16 g dan 0,64 g kemungkinan belum memberikan dampak besar untuk menekan peningkatan ROS yang ditimbulkan oleh diet tinggi lemak dan fruktosa, sehingga menurunkan kemampuan molekul IRS-1 berikatan dengan reseptor insulin dan menyebabkan IRS-1 terdegradasi. Protein IRS kemungkinan juga diregulasi oleh penurunan kadar ekspresi protein. Hiperinsulinemia diketahui menurunkan ekspresi IRS-1 di jaringan pada mencit (Hirashima et al., 2003). Dua mekanisme yang mungkin dapat menjelaskan efek ini. Pertama, hiperinsulinemia menginduksi degradasi protein IRS-1, kedua, beberapa penelitian menunjukkan bahwa protein SOCS yang mungkin menginduksi degradasi IRS-1 dimediasi oleh

17 75 ubiquitin (Taniguchi et al., 2006). Tanpa memperhatikan mekanisme, penurunan kadar protein IRS-1, dipasangkan dengan penurunan kadar IR itu sendiri, yang berkontribusi pada resistensi insulin pada kondisi diabetes baik di manusia dan hewan pengerat (Shimomura, et al., 2000). V.3.5. Kesimpulan Pemberian tepung labu kuning terhadap ekspresi gen IRS-1 pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak dan fruktosa dapat menunjukkan bahwa : 1. Pemberian tepung labu kuning dapat meningkatkan ekspresi gen IRS-1 di jaringan adiposa putih dan otot skelet namun tidak berbeda secara bermakna. 2. Tingkat ekspresi gen IRS-1 di jaringan adiposa memiliki nilai lebih besar daripada di otot skelet setelah pemberian tepung labu kuning namun tidak berbeda secara bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. dunia sangat berkaitan dengan perubahan gaya hidup dan pola makan (Swinburn

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. dunia sangat berkaitan dengan perubahan gaya hidup dan pola makan (Swinburn BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Peningkatan Westernisasi, urbanisasi dan mekanisasi di beberapa negara di dunia sangat berkaitan dengan perubahan gaya hidup dan pola makan (Swinburn et al., 2004).

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 16 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah pemberian alloxan, rata-rata kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subyek Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian mengenai efektifitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) pada tikus Diabetes Melitus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah studi eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control group

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

TEPUNG LABU KUNING KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS MODEL SINDROMA METABOLIK

TEPUNG LABU KUNING KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS MODEL SINDROMA METABOLIK AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 11 16 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja TEPUNG LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA) MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS MODEL SINDROMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI, rerata prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 1,1 pada tahun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian pre and post test with control group

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA), BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan tikus jantan strain Sprague dawley dengan berat badan > 150 gram dan umur 2 bulan. Sebanyak 30 tikus diadaptasi selama 3 hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan menjadi salah satu hal penting dalam penentu kesehatan dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang sehat masih rendah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Subjek Penelitian Subyek penelitian ini yaitu tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar, usia 90 hari dengan berat badan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol 44 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Kadar Trigliserida dan Kolesterol VLDL Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol pertama yaitu kelompok yang tidak diberikan diet tinggi fruktosa dan air seduh

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan 30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang ilmu Gizi Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with 43 III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with randomized control group design. Pemilihan subjek penelitian untuk pengelompokan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN V. I. Kesimpulan 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan dengan kelompok normal namun secara statistik tidak berbeda signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2). 53 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronik, progresif dengan hiperglikemia sebagai tanda utama karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) Penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan: labu kuning baik di jaringan hepar maupun adiposa putih.

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan: labu kuning baik di jaringan hepar maupun adiposa putih. BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN V.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan: 1. Ekspresi SREBP-1c pada tikus SD model dislipidemia yang diberikan tepung labu kuning lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada tikus Diabetes Melitus yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada tikus Diabetes Melitus yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum penelitian Telah dilakukan eksperimen penelitian efektifitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Kolesterol dan Trigliseride pada tikus

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK BUAH PARIA (Momordica charantia) TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET ATEROGENIK

PENGARUH EKSTRAK BUAH PARIA (Momordica charantia) TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET ATEROGENIK PENGARUH EKSTRAK BUAH PARIA (Momordica charantia) TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET ATEROGENIK SKRIPSI Oleh Wulan Pradani Nurisa NIM 092010101045 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014. BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian post test only controlled group design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori yang melebihi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Aktivitas Enzim Alanin Amino Transferase Plasma a. Kurva kalibrasi Persamaan garis hasil pengukuran yaitu : Dengan nilai koefisien relasi (r) = 0,998.

Lebih terperinci

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) OLEH : S. A n d h i J u s u p, d r, M. K e s S e t y o S r i R a h a r j o, d r. M K e s F A K U L T A S K E D O K T E R A

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi pada tahun 2030 jumlah penyandang diabetes mellitus di dunia mencapai 388 juta dan di Indonesia mencapai sekitar 21,3 juta.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan the post test only control group design. Percobaan dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis 4. PEMBAHASAN Pengujian in vivo untuk mengetahui kemampuan sorbet pisang (Musa paradisiaca) yang ditambah dengan isolat protein Spirulina platensis dibagi dalam 4 tahap. Tahap pertama adalah proses isolasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control group

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies 4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies Pada penelitian ini daun yakon dipilih karena memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah yang telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Salah satu penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang termasuk dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Perkiraan terakhir menunjukkan ada 171 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang memiliki karakteristik berupa hiperglikemia yang terjadi karena adanya suatu kelainan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium menggunakan post-test control design group only. Pada penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit metabolik dan obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius. Pada penyakit metabolik dapat ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolisme pada tubuh yang dicirikan dengan kadar gula yang tinggi atau hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung. BAB V PEMBAHASAN STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung. Mekanisme diabetogenik STZ adalah alkilasi DNA oleh STZ melalui gugus nitroourea yang mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fruktosa merupakan gula yang umumnya terdapat dalam sayur dan buah sehingga sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa fruktosa sepenuhnya aman untuk dikonsumsi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). Obesitas terjadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Biokimia. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang paling sering diderita manusia. Saat ini penderita obesitas di dunia terus meningkat. Penelitian sejak tahun 1990-an menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Gizi dan Biokimia.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Gizi dan Biokimia. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Gizi dan Biokimia. 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah 19 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan prepost test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah hewan coba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health Organizaton (WHO) pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 4 juta orang, jumlah tersebut diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre test & post test control group design

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum meningkat terutama kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang melebihi batas normal. Low density lipoprotein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes tipe 2 merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan menurunnya kerja insulin secara progresif (resistensi insulin), yang diikuti dengan ketidakmampuan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi 1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi pelatihan fisik berlebih selama 35 hari berupa latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Angka kejadian infertilitas masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Infertilitas adalah ketidakmampuan terjadinya konsepsi atau memiliki anak pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada hewan uji tikus putih yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pretest dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan banyak penyakit dan mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memaparkan kadar kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan masyarakat (WHO,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan oneway Annova. Digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata n sampel, bila pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan pre dan post-test design. Pre-test pada penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. menggunakan pre dan post-test design. Pre-test pada penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental murni, dengan menggunakan pre dan post-test design. Pre-test pada penelitian ini adalah pengukuran kadar LDL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa disadari, setiap hari semua orang membutuhkan makanan untuk dapat bertahan hidup karena makanan merupakan sumber utama penghasil energi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global,

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global, BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global, jumlah penderita DM

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Farmakologi. Penelitian ini termasuk dalam lingkup kelimuan Biokimia dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Overweight dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan kemakmuran, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi lemak secara berlebihan. Obesitas merupakan faktor risiko dislipidemia, diabetes melitus, hipertensi, sindrom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat berkurangnya sekresi insulin,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing

BAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing BAB V PEMBAHASAN Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing kelompok dapat dilihat pada tabel 11. Peningkatan kadar glukosa darah ini dikarenakan pemberian STZ yang

Lebih terperinci