HASIL DAN PEMBAHASAN. Asupan Makanan dan Minuman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Asupan Makanan dan Minuman"

Transkripsi

1 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Asupan Makanan dan Minuman Kelompok yang mendapat teh hijau, baik TLT mau pun TLTA secara kualitatif mengkonsumsi lebih sedikit makanan yang diberikan dibanding kelompok S dan TL. Hal ini dilihat dari banyaknya sisa makanan yang diberikan, yakni kelompok TLT dan TLTA lebih banyak menyisakan makanan dibanding kelompok S dan TL yang hampir selalu menghabiskan atau menyisakan hanya sedikit makanan. Keempat kelompok minum dalam jumlah yang kurang lebih sama, yakni antara ml air putih, teh hijau atau teh hijau kondisi asam yang dihitung dengan mengurangi besar volume air yang diberikan setiap hari, yakni 25 ml dengan sisa minum yang terdapat dalam botol (Lampiran 8). Antar keempat kelompok tidak terdapat perbedaan asupan minuman yang signifikan. Pada 3-4 hari pertama perlakuan, kelompok TL dan TLTA mengkonsumsi lebih sedikit air teh hijau atau teh hijau kondisi asam. Hal ini diperkirakan karena rasa teh yang pahit, sehingga memerlukan waktu bagi tikus untuk menyesuaikan diri. Pengaruh Pemberian Diet Tinggi Lemak Untuk mempelajari kelainan terkait sindroma metabolik, umumnya digunakan tikus atau mencit dengan pertimbangan bahwa mereka cepat meningkat berat badannya bila diberi diet tinggi lemak dan juga mengalami faktor-faktor resiko terkait sindroma metabolik (Gajda 2007). Terdapat berbagai jenis diet tinggi lemak untuk rodensia yang tersedia, namun tidak semuanya sama terkait perbedaan kadar dan sumber lemak yang digunakan. Misalnya, dengan nilai kandungan lemak yang sama, roden yang mendapat minyak ikan lebih sedikit mengalami kenaikan bobot badan, peningkatan kadar trigliserida, dan lebih sensitif terhadap insulin dibanding dengan yang mendapat asam lemak jenuh (Buettner et al. 2006). Kebanyakan roden akan mengalami obesitas bila diberi diet tinggi lemak, namun bisa jadi berbeda responnya dalam hal toleransi glukosa dan resistensi insulin, tergantung strain dan jenis kelamin (Levin et al. 1997). 20

2 21 Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa kelompok tikus yang mendapat diet tinggi lemak (TL) memiliki bobot badan dan penambahan bobot badan yang lebih besar, memiliki bobot lemak viseral yang lebih tinggi (Gambar 9), kadar gula darah puasa yang lebih tinggi, tekanan darah yang lebih tinggi, kadar trigliserida plasma yang lebih tinggi serta kadar kolesterol HDL yang lebih rendah dibandingkan kelompok dengan diet standar (S). Dengan demikian, pemberian diet tinggi lemak dalam penelitian ini memicu kelainan terkait sindroma metabolik pada tikus percobaan. (a) (b) Gambar 9 Akumulasi Lemak Viseral pada Tikus yang mendapat Diet Standar (a) dan Diet Tinggi Lemak (b) selama 10 minggu Pengaruh Teh Hijau dan Teh Hijau kondisi Asam terhadap Kelainan terkait Sindroma Metabolik Bobot Badan dan Bobot Lemak Viseral Berat badan merupakan jumlah dari berat tulang, otot, organ-organ, cairan tubuh dan jaringan adiposa. Komponen-komponen ini secara normal dapat berubah sebagai refleksi dari pertumbuhan, status reproduksi, variasi tingkat aktivitas dan penuaan. Pengaturan berat badan melibatkan sistem yang kompleks dari persarafan, hormonal, dan mekanisme kimiawi yang menyeimbangkan antara masukan dan pemakaian energi. Tikus yang digunakan pada penelitian ini berusia 8 minggu pada awal perlakuan, di mana masa ini masih merupakan masa pertumbuhan. Pada usia sekitar 15 minggu tikus jenis Sprague Dawley ini akan mencapai berat badan

3 22 maksimalnya. Berdasarkan data dari Laboratorium Charles River 2006 tentang berat badan normal tikus jenis Sprague Dawley, berat tikus betina usia 8 minggu adalah sekitar 200 g, sedangkan usia lebih dari 15 minggu adalah sekitar 275 g. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini, meskipun juga jenis Sprague Dawley, memiliki berat badan yang lebih kecil baik pada usia 8 minggu mau pun di atas 15 minggu pada semua kelompok. Hal ini kemungkinan disebabkan tikus-tikus ini bukan lagi merupakan jenis Sprague Dawley murni. Jenis betina tidak tumbuh sebesar jantan dan hal ini menjadi alasan digunakannya jenis ini dalam penelitian, yakni diharapkan peningkatan bobot badan yang diperoleh, selain karena pertumbuhan, adalah karena terbentuknya jaringan lemak sebagai hasil dari perlakuan yang diberikan. Tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok tikus dengan diet tinggi lemak (TL) memiliki bobot badan, penambahan bobot badan, serta proporsi lemak viseral yang lebih besar dibandingkan kelompok dengan diet standar (S). Hal ini sesuai dengan yang diharapkan. Diet yang diberikan memiliki kandungan kalori dan lemak yang tinggi. Lebih besarnya asupan kalori dibandingkan pengunaannya akan menyebabkan meningkatnya cadangan energi dan terakumulasinya lemak dalam jaringan adiposa. Sumber lemak yang digunakan dalam penelitian ini adalah lemak kambing yang dipanaskan terlebih dahulu, sehingga diduga memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi. Asam lemak jenuh diketahui meningkatkan pembentukan lemak viseral dan lemak ektopik dalam jaringan hati dan otot (Bays 2002). Pola distribusi lemak merupakan prediktor penting dari sensitifitas terhadap insulin di mana individu dengan akumulasi lemak di bagian tubuh atas akan lebih resisten terhadap insulin, hiperinsulinemik, dan dislipidemia dibanding individu dengan akumulasi lemak di bagian tubuh bawah (ginekoid). Hal ini disebabkan aksi lipolitik dari sel-sel lemak viseral yang meningkat yang meningkatkan pula pengiriman asam lemak bebas ke sirkulasi portal dan sistemik. Sel-sel lemak viseral memproduksi banyak adipositokin yang memicu inflamasi (resistin, TNF a, IL-6, PAI-1, dll) dan sedikit adipositokin yang mensensitisasi insulin.

4 23 Tabel 4 Pengaruh Teh Hijau Kondisi Asam terhadap Bobot Badan, Kenaikan Bobot Badan, Bobot Lemak Viseral dan Kadar Gula Darah Puasa Tikus Sprague Dawley dengan Kelainan Terkait Sindroma Metabolik yang Diinduksi Diet Tinggi Lemak selama 10 minggu Parameter Kelompok Perlakuan S TL TLT TLTA Bobot badan minggu ke-0 (gram) 71.2 ± 1.58 a 73.2 ± 1.32 a 72.8 ± 1.67 a 72.4 ± 1.14 a Bobot badan minggu ke-10 (gram) 150.8± 16.6 a ± 25.5 b 170.1± 24.7 b 172.2± 21.6 b Kenaikan bobot badan (gram) 77.78± a ±7.64 b 97.8 ± 6.60 c ± 6.46 c Bobot lemak viseral (g/100g BB) 3.43 ± 0.13 a 4.38 ± 0.25 b 3.85 ± 0.42 c 3.95 ±0.12 c Kadar gula darah puasa (mg/dl) 85.2 ± 2.95 a ± 2.96 b ± 6.54 b ± 5.41 b Ket: S: diet standar TL: diet tinggi lemak TLT: diet tinggi lemak + teh hijau TLTA:diet tinggi lemak + teh hijau asam (ph 4) Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05) Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa kelompok TLT dan TLTA pada akhir perlakuan memiliki bobot badan dan mengalami kenaikan bobot badan yang lebih sedikit dari kelompok TL, yakni sebesar rata-rata 11,77%. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok TLT dan TLTA dalam kedua parameter tersebut (Tabel 4). Walau pun tidak terdapat perbedaan bobot badan yang signifikan antara kelompok TL, TLT dan TLTA pada akhir perlakuan, namun terdapat perbedaan penambahan bobot badan yang signifikan antara kelompok TL dengan kelompok TLT dan TLTA. Seperti halnya bobot badan, kelompok TLT dan TLTA memiliki bobot lemak viseral yang lebih kecil dibanding kelompok TL dan tidak ada perbedaan nyata antar keduanya (Tabel 4). Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau dan teh hijau asam menurunkan perolehan bobot badan dan pembentukan lemak viseral pada tikus yang diberi diet tinggi lemak, tanpa perbedaan yang signifikan antara keduanya..

5 24 BOBOT BADAN (GRAM MINGGU KE- S TL TLT TLTA Gambar 10 Rata-rata bobot badan tikus selama 10 minggu perlakuan dengan diet standar (S), diet tinggi lemak (TL), diet tinggi lemak ditambah teh hijau (TLT) dan teh hijau kondisi asam (TLTA). Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa teh hijau memiliki efek menurunkan bobot badan dan menghambat terbentuknya lemak viseral melalui efek termogenesis, peningkatan oksidasi lemak, penghambatan biosintesis asam lemak dan penghambatan diferensiasi adiposit (Dulloo et al. 1999; Kao et al.2000). Dulloo et al melaporkan bahwa ekstrak teh menstimulasi laju respirasi jaringan lemak coklat in vitro. Selanjutnya Furuyashiki et al melaporkan bahwa EGCG dalam teh hijau mengurangi akumulasi trigliserida total dari preadiposit murin 3T3-L1 selama diferensiasinya menjadi adiposit. EGCG juga dilaporkan memiliki efek inhibisi pada aktivitas asetil koa karboksilase, suatu ensim penentu pada jalur biosintesis asam lemak. Lebih sedikitnya perolehan berat badan pada tikus kelompok TLT dan TLTA dibanding kelompok TL mungkin juga disebabkan karena lebih sedikitnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Kao et al melaporkan bahwa tikus Sprague Dawley jantan yang diberi EGCG per oral mengkonsumsi 15% lebih sedikit makanan dibandingkan kelompok kontrol. Penyebab penurunan nafsu makan ini belum diketahui. Dalam penelitian berikut ini tidak dilakukan

6 25 pengukuran terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi tikus namun dapat dilaporkan bahwa dari 20 g makanan yang diberikan setiap hari pada setiap tikus, kelompok yang tidak mendapat teh hijau (kelompok S dan TL) hampir selalu menghabiskan atau menyisakan hanya sedikit makanan dibandingkan kelompok yang mendapat teh hijau (TLT dan TLTA). Dengan demikian, dalam kaitannya dengan efek pengurangan bobot badan dan pembentukan lemak viseral, pengaruh dari teh hijau diduga tidak berhubungan dengan keasaman teh mau pun aktivitasnya sebagai antioksidan. Kadar Glukosa Darah Puasa Ketika glukosa memasuki aliran darah dari usus halus setelah memakan makanan kaya karbohidrat, peningkatan kadar gula darah yang dihasilkan akan meningkatkan sekresi insulin. Sekresi insulin oleh pankreas sebagian besar diatur oleh kadar gula darah yang mensuplai pankreas. Ketika kadar gula darah meningkat, transporter GLUT2 membawa glukosa masuk ke dalam sel di mana ia segera diubah menjadi glukosa 6 fosfat oleh heksokinase IV dan memasuki glikolisis. Peningkatan katabolisme glukosa meningkatkan konsentrasi ATP dan menyebabkan penutupan K channel di membran plasma. Penurunan efflux K mendepolarisasi membran, dan membuka channel Ca2 + yang sensitif terhadap voltase di membran plasma. Influks Ca2 + memicu pelepasan insulin oleh proses eksositosis. Insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan merangsang pemasukan glukosa ke dalam jaringan. Penurunan kadar glukosa darah akan dideteksi oleh sel B sebagai hilangnya fluks melalui reaksi heksokinase. Regulasi feedback ini menjaga konsentrasi glukosa darah tetap konstan walau pun terdapat fluktuasi dalam intik makanan (Nelson et al. 2005). Peningkatan kadar glukosa darah puasa menunjukkan adanya gangguan dalam toleransi glukosa yang mengambarkan resistensi akan aksi insulin. Resistensi insulin akan menyebabkan tidak dapat masuknya glukosa ke dalam sel dan meningkatnya produksi glukosa hepatik yang akan memperparah keadaan hiperglikemia. Gambar 11 memperlihatkan pengaruh perlakuan terhadap kadar glukosa darah puasa tikus. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kelompok TL, TLT dan

7 26 TLTA memiliki kadar glukosa darah yang secara signifikan lebih tinggi dari kelompok S. Namun demikian, kadar glukosa darah semua kelompok masih dalam batasan normal untuk tikus Sprague Dawley, yakni mg/dl (Giknis et al. 2006). Sridhar 2007 melaporkan hal yang sama, yakni terdapat peningkatan kadar glukosa darah yang signifikan akibat pemberian diet tinggi lemak, yang masih berkisar dalam batasan normal. Berdasarkan hal tersebut, ia menyatakan bahwa terdapat gangguan toleransi glukosa pada tikus kelompok diet tinggi lemak tersebut. Axen et al melaporkan bahwa pemberian diet tinggi lemak pada tikus Sprague Dawley tidak menyebabkan perbedaan kadar gula darah puasa yang signifikan dibanding diet standar. Namun, pada pengukuran respon glukosa setelah loading glukosa 10, 20, dan 75 menit didapat adanya gangguan toleransi glukosa. Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji toleransi glukosa sehingga belum dapat ditentukan bahwa pemberian diet tinggi lemak dalam penelitian ini menyebabkan timbulnya gangguan toleransi glukosa. 140 kadar glukosa darah (mg/dl) S TL TLT TLTA Gambar 11 Rata-rata kadar glukosa darah puasa tikus selama 10 minggu perlakuan dengan diet standar (S), diet tinggi lemak (TL), diet tinggi lemak ditambah teh hijau (TLT) dan teh hijau kondisi asam (TLTA) Pemberian diet tinggi lemak diharapkan akan mengakibatkan peningkatan kadar gula darah puasa yang disebabkan terjadinya resistensi terhadap aksi insulin. Peningkatan kadar glukosa darah pada keadaan normal akan merangsang sel beta untuk mensekresikan insulin yang akan menyebabkan masuknya glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi, menghambat lipolisis, dan menekan produksi glukosa oleh hati. Dengan terjadinya resistensi insulin, sel tidak mampu merespon peningkatan kadar gula darah sehingga kadarnya akan tetap meninggi.

8 27 Dari penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah puasa kelompok TLT dan TLTA dengan kelompok TL. Hal yang berbeda didapatkan pada penelitian-penelitian sebelumnya, yakni ekstrak teh hijau mau pun katekin akan menurunkan atau mencegah kenaikan kadar gula darah puasa pada tikus jenis Wistar dan Sprague Dawley yang diberi diet tinggi lemak (Anderson, 2005; Wu et al., 2004; Ashida et al. 2004). Hal tersebut dijelaskan antara lain karena katekin bersifat insulinomimetik. Law et al 2002 melaporkan bahwa EGCG pada teh hijau meningkatkan fosforilasi tirosin dari reseptor insulin dan IRS-1 dan mengurangi ekspresi gen PEP karboksilase. EGCG juga menyerupai insulin dengan meningkatkan fosfoinositida 3 kinase, mitogen-activated protein kinase dan aktivitas p70. Selain itu, efek ini juga dijelaskan melalui regulasi gen yang mengkode enzim-enzim glukoneogenik dan fosforilasi tirosin. Valsa et al.1997 melaporkan bahwa efek penurunan glukosa darah oleh katekin dipengaruhi oleh dosis, di mana pada dosis di atas 100 mg/kg, katekin tidak lagi memberikan efek. Penyebab mengapa hal ini terjadi masih belum jelas. Dalam penelitian ini, dosis katekin yang diberikan diperkirakan sekitar mg/kgbb. Besarnya dosis mungkin menjadi penyebab tidak terlihatnya efek penurunan kadar glukosa darah pada penelitian ini. Igarashi 2007 melaporkan adanya penurunan kadar glukosa darah pada tikus GK yang merupakan model diabetes tipe2 dengan pemberian katekin sampai pada minggu ke-7, namun efek tersebut hilang pada minggu ke-10. Igarashi menjelaskan kemungkinan tidak terjadinya penurunan kadar glukosa oleh teh hijau adalah karena pengaruh penuaan (aging) dari tikus di mana pada masa ini resistensi insulin yang terjadi sudah cukup berat. Dalam penelitian ini, pemberian diet tinggi lemak belum dapat ditentukan apaka telah menyebabkan terjadinya gangguan dalam toleransi glukosa atau tidak, sehingga belum dapat ditentukan pula apakah teh hijau mau pun teh hijau kondisi asam efektif dalam menurunkan kadar gula darah puasa.

9 28 Tekanan Darah Tekanan darah adalah dorongan hidrolik darah terhadap dinding pembuluh darah. Tekanan darah terutama ditentukan oleh curah jantung, resistensi perifer total dan volume darah. Saat ventrikel kiri berkontraksi, darah dipompa ke dalam sistem arterial. Hal ini mendorong maju darah yang sebelumnya telah berada dalam arteri. Setiap kali jantung berdetak, terjadi peningkatan tekanan yang disebabkan oleh desakan darah terhadap dinding pembuluh darah. Tekanan tertinggi disebut sebagai tekanan sistolik. Pada manusia, nilai normalnya adalah sekitar 120 mmhg. Saat jantung berelaksasi, dinding elastis arteri kembali dan darah mengalir memasuki kapiler. Pada saat demikian, tekanan menurun sampai kontraksi ventrikular berikutnya. Tekanan terendah disebut sebagai tekanan diastolik. Pada manusia, nilai normalnya sekitar 80 mmhg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat terjadi sebagai akibat dari gangguan pada ginjal (hipertensi renal) atau karena sebab yang belum diketahui (hipertensi esensial atau idiopatik). Hipertensi dikaitkan dengan perubahan pada struktur intima pembuluh darah dan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak (stroke). Pada tikus Sprague Dawley, nilai tekanan darah bervariasi menurut usia dan memiliki kisaran yang cukup besar. Dobrian et al melaporkan nilainya pada tikus dewasa normal adalah sekitar 135 mm Hg. Belum terdapat data mengenai nilai normal tekanan darah pada tikus Sprague Dawley di Indonesia, namun diduga nilainya lebih kecil. Telah jelas bahwa terdapat korelasi yang kuat antara insiden tekanan darah tinggi atau hipertensi dengan obesitas abdominal. Dobrian et al menunjukkan bahwa pada model tikus yang obesitas dengan induksi diet, yang biasa digunakan untuk mempelajari hipertensi, terdapat gambaran pada jantung dan ginjal yang sangat serupa dengan yang ditemukan pada manusia. Terdapat peningkatan ketebalan dinding aorta sebesar 30% pada tikus obes dibandingkan dengan kontrol, terdapat pengaktifan sistem renin-angiotensin, dan glomerulosklerosis ringan. Perubahan-perubahan fisiologis dan struktural ini juga terdapat pada manusia.

10 tekanan darah (mmhg) S TL TLT TLTA Gambar 12 Rata-rata tekanan darah puasa tikus selama 10 minggu perlakuan dengan diet standar (S), diet tinggi lemak (TL), diet tinggi lemak ditambah teh hijau (TLT) dan teh hijau kondisi asam (TLTA) Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa kelompok TL mengalami peningkatan tekanan darah dibanding kelompok S. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan. Akumulasi lemak terutama lemak viseral seperti pada tikus kelompok TL pada penelitian ini diduga menyebabkan peningkatan cekaman oksidatif. Keadaan dengan cekaman oksidatif ini berkaitan dengan pengaturan tekanan darah pada studi-studi yang menggunakan model hewan hipertensi seperti tikus. Haas et al dan Reckelhoff et al melaporkan bahwa pemberian angiotensin II mampu menimbulkan cekaman oksidatif pada babi dan tikus yang pada gilirannya akan menginduksi peningkatan tekanan darah. Peningkatan superoksida pada kasus hipertensi memiliki impak pada produksi dan bioavailabilitas dari NO vaskular endogen. Kemampuan NO untuk berinteraksi secara cepat dengan superoksida yang menghasilkan peroksinitrit mungkin merupakan penyebab terganggunya relaksasi endotel pada tikus setelah peningkatan tekanan darah pada percobaan atau pada pasien hipertensi (Dobrian 2001). Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa kelompok TLT mengalami peningkatan tekanan darah yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok TL dan TLTA (116.2 vs dan mmhg) sedangkan tidak terdapat beda nyata antara nilai kelompok TL dan TLTA (p>0.05).

11 30 Dengan demikian, ditunjukkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau menurunkan peningkatan tekanan darah yang disebabkan diet tinggi lemak pada tikus Sprague Dawley yakni sebesar 15,91 %, sedangkan ekstrak teh hijau kondisi asam tidak. Tabel 5 Pengaruh Teh Hijau Kondisi Asam Terhadap Tekanan Darah Sistolik, Kadar Trigliserida dan Kolesterol HDL Serum Tikus Sprague Dawley dengan Kelainan Terkait Sindroma Metabolik yang Diinduksi Diet Tinggi Lemak selama 10 minggu Parameter Kelompok Perlakuan S TL TLT TLTA Tekanan darah sistolik (mmhg) 88.6 ± 8.93 a ± 3.42 b ± c ± 8.96 b Kadar trigliserida (mg/dl) ± a ± b ± 8.43 c ± d Kadar kolesterol HDL (mg/dl) ± 2.47 a ± 0.6 b ± 2.14 c ± 0.75 c Ket: S: diet standar TL: diet tinggi lemak TLT: diet tinggi lemak + teh hijau TLTA:diet tinggi lemak + teh hijau asam (ph 4) Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05) Aktivitas antioksitif katekin yang banyak terkandung dalam teh hijau diketahui dipengaruhi oleh ph dan keberadaan ion-ion tertentu. Kumamoto 2001 melaporkan bahwa pada ph 6-12, katekin memiliki aktivitas antioksidatif tinggi sementara pada ph kurang dari 5 dan lebih dari 12 aktivitasnya menurun tajam. Dari penelitian ini didapatkan bahwa kelompok TLTA mengalami peningkatan tekanan darah seperti yang terjadi pada kelompok TL, dan secara signifikan lebih tinggi dibanding kelompok TLT. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau kondisi asam tidak memiliki efek perlindungan terhadap peningkatan tekanan darah seperti yang ditunjukkan ekstrak teh hijau dan kemungkinan disebabkan karena aktivitas antioksidatifnya telah berkurang karena pengaruh keasaman larutan.

12 31 Kadar Trigliserida dan Kolesterol HDL serum Trigliserida adalah komponen utama dari VLDL (very low density lipoprotein) dan kilomikron dan memegang peranan penting dalam metabolisme sebagai sumber energi dan alat transportasi lemak dalam diet. Di dalam usus halus, trigliserida dipecah menjadi gliserol dan asam lemak yang lalu masuk ke dalam sel yang melapisi dinding usus. Trigliserida dibentuk kembali di dalam enterosit dari fragmen-fragmennya dan dikemas bersama dengan kolesterol dan protein untuk membentuk kilomikron. Kemudian kilomikron ini diekskresikan oleh sel dan dikumpulkan oleh sistem limfe dan dibawa menuju pembuluh darah besar dekat jantung sebelum masuk ke aliran darah. Berbagai jaringan mampu menangkap kilomikron, dan melepas trigliserida untuk digunakan sebagai sumber energi. Dalam tubuh manusia, meningkatnya kadar trigliserida darah dikaitkan dengan aterosklerosis dan resiko penyakit jantung dan stroke. HDL (High Density Lipoprotein) disintesis di hati atau usus halus sebagai partikel yang kaya protein. HDL yang baru dibentuk hampir tanpa kolesterol dan ester kolesteril. Apoprotein utama HDL adalah apo A-I, apo C-I, apo C-II dan apo-e. HDL diubah menjadi partikel lipoprotein melalui akumulasi ester kolesteril. Akumulasi ini mengubah HDL menjadi HDL 2 dan HDL 3. Kolesterol bebas yang terdapat pada sisa kilomikron dan sisa VLDL dapat diesterifikasi melalui aksi enzim terkait HDL, lechitin cholestrol acyltransferase (LCAT). HDL yang sudah kaya akan kolesterol akan kembali ke hati, dan diendositosis. Ester kolesterol pada HDL dapat ditransfer ke VLDL dan LDL dengan enzim cholesterol ester transfer protein (CETP). Gambar 13 dan 14 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL pada tikus kelompok TL dibandingkan dengan kelompok S. Kedua hal tersebut menunjukkan adanya dislipidemia yang termasuk parameter dari sindroma metabolik.

13 32 kadar trigliserida serum (mg/dl) S TL TLT TLTA Gambar 13 Rata-rata kadar trigliserida serum tikus selama 10 minggu perlakuan dengan diet standar (S), diet tinggi lemak (TL), diet tinggi lemak ditambah teh hijau (TLT) dan teh hijau kondisi asam (TLTA) 70 kadar kolesterol HDL (mg/dl) S TL TLT TLTA Gambar 14 Rata-rata kadar kolesterol HDL serum tikus selama 10 minggu perlakuan dengan diet standar (S), diet tinggi lemak (TL), diet tinggi lemak ditambah teh hijau (TLT) dan teh hijau kondisi asam (TLTA) Dislipidemia yang terjadi pada sindroma metabolik ditandai oleh peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar kolesterol HDL dan partikel small dense LDL, dan kadar kolesterol LDL yang normal atau sedikit meningkat. Resistensi terhadap aksi insulin akan mempengaruhi pembentukan dan sekresi VLDL, apo B dan trigliserida. Secara spesifik, resistensi insulin akan meningkatkan pembentukan dan sekresi VLDL sehingga meningkatkan kadar

14 33 trigliserida darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan kadar kolesterol HDL. Dasar dari interaksi antara resitensi insulin dengan sekresi VLDL adalah regulasi post translasional apo B. Apo B yang baru disintesis akan dihancurkan sebelum disekresikan. Ketika kadar lemak dalam sel hati meningkat, penghancuran ini dihambat dan apo B akan berikatan dengan ligannya, yakni trigliserida, membentuk VLDL dan disekresikan. Sumber trigliserida untuk VLDL adalah aliran asam lemak dari jaringan adiposa ke hati, pengambilan sisa VLDL dan kilomikron oleh hati dan lipogenesis de novo. Transfer kolesteril ester dari HDL ke VLDL oleh aksi cholesteryl ester transfer protein yang terjadi pada resistensi insulin menyebabkan penurunan kadar kolesterol HDL darah. Meningkatnya aktivitas lipase hepatik pada keadaan resistensi insulin juga akan meningkatkan hidrolisis trigliserida dan pembentukan HDL yang kecil. Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL pada tikus kelompok TL dibandingkan dengan kelompok S. Kedua hal ini menunjukkan adanya dislipidemia pada tikus percobaan sebagai akibat dari diet tinggi lemak. Kelompok TLT memiliki kadar trigliserida yang secara signifikan lebih rendah dari kelompok TL, namun kelompok TLTA memiliki kadar yang lebih rendah lagi, meskipun tidak mencapai nilai kelompok S. Dari hasil tersebut diperlihatkan bahwa pemberian teh hijau menurunkan kadar trigliserida sebesar 34,32 %, sedangkan teh hijau kondisi asam lebih menurunkannya, yakni sebesar 53,03 %. Dalam penelitian-penelitian terdahulu, dilaporkan bahwa katekin menurunkan kadar trigliserida plasma dengan menghambat lipase lambung dan pankreas, menghambat proses emulsifikasi di duodenum dan meningkatkan akumulasi trigliserida di dalam sitosol (Suzuki 2005). Sejauh ini belum ada laporan yang menjelaskan bahwa efek ini berkaitan dengan aktivitas antioksidatif teh hijau. Mekanisme penurunan kadar trigliserida oleh teh hijau asam belum diketahui. ph duodenum diketahui mempengaruhi penyerapan lipid, di mana suasana asam akan menghambatnya (Munro et al. 1984). Namun apakah ph teh

15 34 hijau yang dikonsumsi pada penelitian ini akan mempengaruhi ph di duodenum belum diketahui. Kelompok TLT dan TLTA memiliki kadar kolesterol HDL yang secara signifikan lebih tinggi dari kelompok TL, meskipun tidak mencapai nilai pada kelompok S, tanpa beda signifikan antara keduanya (p>0,05). Dengan kata lain, pemberian ekstrak teh hijau mau pun teh hijau kondisi asam efektif dalam meningkatkan kadar kolesterol HDL yakni rata-rata sebesar 11,25%. Mekanisme peningkatan kadar HDL oleh teh hijau belum diketahui. Diduga, katekin mampu meng-upregulasi faktor-faktor yang terlibat dalam transfer kolesterol dari sel ke HDL dan tidak berkaitan dengan kapasitas antioksidasinya (Bursill et al. 2007). Dengan demikian, keasaman tidak mempengaruhi kemampuan ekstrak teh hijau untuk meningkatkan kadar HDL serum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit metabolik dan obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius. Pada penyakit metabolik dapat ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan sekumpulan penyakit jantung dan pembuluh darah arteri pada jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fruktosa merupakan gula yang umumnya terdapat dalam sayur dan buah sehingga sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa fruktosa sepenuhnya aman untuk dikonsumsi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa Salah satu profil biokimia darah yang berhubungan dengan proses metabolisme energi adalah glukosa. Kadar glukosa merupakan indikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) Lipogenesis adalah pembentukan asam lemak yang terjadi di dalam hati. Glukosa atau protein yang tidak segera digunakan tubuh sebagian besar tersimpan sebagai trigliserida.

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba 13 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Pebruari 2008 sampai dengan Mei 2008 di Laboratorium Hewan SEAFAST IPB dan Laboratorium Anatomi Fisiologi dan Farmakologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Di Indonesia, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

Kilomikron dirakit dalam sel mukosa usus dan membawa triasilgliserol makanan, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak, dan Choles - ester teryl

Kilomikron dirakit dalam sel mukosa usus dan membawa triasilgliserol makanan, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak, dan Choles - ester teryl Kilomikron dirakit dalam sel mukosa usus dan membawa triasilgliserol makanan, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak, dan Choles - ester teryl (ditambah lipid tambahan yang dibuat dalam sel-sel ini)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Perilaku Tikus terhadap Aroma Minyak Atsiri Jahe Dari hasil pengamatan perilaku dalam waktu 4 jam pengamatan, tikus mendatangi sumber air minum dan bahkan sengaja mendatangi

Lebih terperinci

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol Metabolisme lipid Transport lipid dalam plasma dan penyimpanan lemak Biosintesis lipid Lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup Metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi lemak dan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 16 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah pemberian alloxan, rata-rata kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Data umum Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada perempuan, laki-laki sebanyak 53,3%, perempuan 46,7% dengan rerata usia lakilaki 55,38 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang memiliki karakteristik berupa hiperglikemia yang terjadi karena adanya suatu kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan bahwa 30% kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dengan jumlah 17 juta kematian pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta

Lebih terperinci

LIPOPROTEIN. Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR. Ana Andriana 1

LIPOPROTEIN. Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR. Ana Andriana 1 LIPOPROTEIN Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR Ana Andriana 1 PENDAHULUAN Lipoprotein menjadi alat transport Trigliserida dan kolesterol diantara organ dan jaringan. Gangguan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol 44 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Kadar Trigliserida dan Kolesterol VLDL Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol pertama yaitu kelompok yang tidak diberikan diet tinggi fruktosa dan air seduh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat Sindrom metabolik, juga dikenal sebagai sindrom resistensi insulin atau sindrom X, merupakan istilah yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH Oleh: Martina Hutahaean Ningrum Wahyuni Sukaisi Kamis, 15 Desember 2011 Dasar Teori TRIGLISERIDA Gliserida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol Metabolisme lipid Transport lipid dalam plasma dan penyimpanan lemak Biosintesis lipid Lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup Metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi lemak dan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperlipidemia merupakan penyakit yang banyak terjadi saat ini. Ada hubungan erat antara hiperlipidemia dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Berdasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aerobik Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen sebanyakbanyaknya. Senam Aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan Metabolisme lemak Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila Pendahuluan Manusia memiliki kebutuhan energi

Lebih terperinci

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen)

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME LIPID Metabolisme lipid secara garis besar ASAM LEMAK KOLESTEROL Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing

BAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing BAB V PEMBAHASAN Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing kelompok dapat dilihat pada tabel 11. Peningkatan kadar glukosa darah ini dikarenakan pemberian STZ yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperlipidemia merupakan keadaan yang terjadi akibat kadar kolesterol dan/atau trigliserida meningkat melebihi batas normal (Price & Wilson, 2006). Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan menjadi salah satu hal penting dalam penentu kesehatan dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang sehat masih rendah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit berbahaya yang menjadi suatu permasalahan yang cukup besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlahnya akan mengalami peningkatan di masa datang (Suyono, 2014). Diabetes melitus adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Fast food BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi fast food Fast food atau dalam bahasa Indonesia disebut makanan cepat saji merupakan makanan yang pertama sekali diciptakan di Amerika. 12 Menurut

Lebih terperinci

RINGKASAN. melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan

RINGKASAN. melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan 95 RINGKASAN Aterosklerosis merupakan penyebab kematian utama di negara berkembang dan melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan berbagai tipe sel yang saling berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 2. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Fauci, et al. (2009) menyatakan obesitas sebagai kondisi dimana massa sel lemak berlebihan dan tidak hanya didefinisikan dengan berat badan saja karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah (Ruan, et al., 2013). Hiperglikemia tidak hanya meningkatkan resiko

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah (Ruan, et al., 2013). Hiperglikemia tidak hanya meningkatkan resiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronik yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat 1.1 Pengertian Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yaitu kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di seluruh dunia termasuk Indonesia kecenderungan penyakit mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya globalisasi dan

Lebih terperinci

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Kolesterol merupakan produk met.hewan, oleh karena itu terdapat pada semua makanan yg berasal dari jaringan hewan seperti: kuning telur, daging, hati dan otak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut menunjukan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut menunjukan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Lokal Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal yang terdapat di Indonesia beragam penempilanya dan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mengumumkan 4 penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit kardiovaskular (48%), kanker (21%), pernapasan kronis

Lebih terperinci

BAB 1 : PEMBAHASAN. 1.1 Hubungan Hiperurisemia Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016

BAB 1 : PEMBAHASAN. 1.1 Hubungan Hiperurisemia Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016 BAB 1 : PEMBAHASAN 1.1 Hubungan Hiperurisemia Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016 Berdasarkan tabel 4.3dapat dilihat bahwa terdapat 27 pasang

Lebih terperinci

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak negatif dari perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Energi dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktiftasnya. Energi didapatkan dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Sebagai sumber energi, lemak memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apolipoprotein atau apoprotein dikenal sebagai gugus protein pada lipoprotein. 1 Fungsi apolipoprotein ini adalah mentransport lemak ke dalam darah. Karena lemak tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lemak Istilah lemak digunakan pada suatu golongan senyawa yang dapat larut dalam pelarut organik dan tidak mudah larut dalam air. Lemak dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam kehidupan. Setiap manusia akan menjadi tua. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak

Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak Metabolisme Lipid Metabolisme LIPID Metabolisme LIPID Degradasi Lipid Oksidasi asam lemak Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak Biosintesis Lipid Biosintesis asam lemak Biosintesis

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2010 diketahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Lingkar Pinggang 2.1.1. Defenisi Lingkar Pinggang Lingkar pinggang merupakan metode pengukuran skrining terhadap lemak viseral dalam tubuh yang berkaitan dengan peningkatan risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori yang melebihi kebutuhan

Lebih terperinci