BAB V ANALISIS SIGNAL-SIGNAL GPR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS SIGNAL-SIGNAL GPR"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS SIGNAL-SIGNAL GPR 5.1 Nilai Konstanta Dielektrik Relatif Beton Kondisi Normal Bentuk gelombang yang dipantulkan (reflected waveform) dari benda uji BU1, BU2 dan BUK1&2 pada kondisi normal atau kering diperlihatkan pada Gambar 5.1. Bentuk gelombang ini diambil dari signal-signal GPR pada lintasan 5 untuk benda uji BU1 dan BU2, dan lintasan 3 untuk benda uji BUK1&2. Untuk BUK1&2 diambil bentuk gelombang yang dipantulkan dari baja tulangan dengan kedalaman 5 mm (BUK1&2 d-5) BU1 BU2 BUK1&2 d 5 Gambar 5.1 Kurva bentuk gelombang dari BU1, BU2, dan BUK1&2 d 5 pada kondisi normal atau kering Gambar 5.1 memperlihatkan waktu tempuh dua arah (two way travel time) atau kecepatan rambat gelombang elektromagnetik pada baja tulangan BU1 lebih kecil daripada BU2, dan amplitudo puncak gelombang elektromagnetik pada baja tulangan pada BU1 lebih besar daripada BU2. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan garam pada BU2. Klorida yang terdapat di dalam beton menyebabkan beton tidak mudah melepaskan kandungan air yang terdapat di dalamnya sehingga nilai konstanta dielektrik relatif beton menjadi tinggi, baik bagian ril maupun bagian imajiner. 35

2 Jika dibandingkan antara BU1 dan BUK1&2 yang tidak mengandung garam dengan BU2 yang mengandung garam, waktu tempuh dua arah gelombang elektromagnetik pada baja tulangan BUK1&2 d-5 merupakan yang paling besar diantara ketiga benda uji ini. Hal ini terjadi karena posisi baja tulangan pada benda uji BUK1&2 yang sebenarnya adalah lebih dalam beberapa milimeter daripada posisi baja tulangan pada BU1 dan BU2. Waktu tempuh dua arah gelombang elektromagnetik pada permukaan tulangan digunakan untuk menentukan konstanta dielektrik relatif ( ε r ) beton pada setiap benda-benda uji. Kecepatan rambat gelombang elektromagnetik diperoleh menggunakan persamaan (3.7), selanjutnya konstanta dielektrik relatif diperoleh menggunakan persamaan (3.6). Konstanta dielektrik relatif beton juga diperoleh menggunakan software Radan. Nilai-nilai ε r beton pada kondisi normal atau kering diperlihatkan pada Tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Konstanta Dielektrik Relatif Beton pada Kondisi Normal BENDA UJI BU1 BU2 BUK1&2 Tulangan d 5 Konstanta Dielektrik Waktu (ns) Kecepatan (m/ns) Rumus Radan Pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa konstanta dielektrik relatif beton antara BU1 yang menggunakan semen jenis OPC dan BUK1&2 yang menggunakan semen jenis PPC adalah hampir sama. Sedangkan konstanta dielektrik relatif beton pada BU2 adalah paling besar akibat adanya kandungan garam. Meskipun nilai konstanta dielektrik relatif beton pada BU1 dan BUK1&2 hampir sama, namun bagian imajiner konstanta dielektrik relatif beton yang menggunakan semen jenis PPC lebih besar daripada yang menggunakan semen jenis OPC. Ini dapat dilihat pada Gambar 5.1 dimana nilai amplitudo puncak pada baja tulangan BUK1&2 hampir setengah dari nilai amplitudo puncak pada baja tulangan BU1. 36

3 5.2 Bentuk Gelombang Sesaat Setelah Proses Korosi Bentuk gelombang yang dipantulkan pada baja tulangan BU1 dan BU2 sesaat setelah proses korosi setiap periode diperlihatkan pada Gambar 5.2 dan Gambar 5.3 secara lengkap. Bentuk gelombang ini diambil dari signal GPR pada lintasan 5. Gambar 5.4 memperlihatkan bentuk gelombang yang dipantulkan baja tulangan BUK1&2 pada kedalaman 5 mm. Bentuk gelombang ini diambil dari signal GPR pada lintasan Sebelum korosi Korosi 1 Korosi 2 Korosi 3 Korosi 4 Korosi 5 Gambar 5.2 Kurva bentuk gelombang dari BU1pada lintasan 5 sesaat setelah proses korosi Sebelum korosi Korosi 1 Korosi 2 Korosi 3 Korosi 4 Korosi 5 Gambar 5.3 Kurva bentuk gelombang dari BU2 pada lintasan 5 sesaat setelah proses korosi 37

4 Sebelum korosi Korosi 1 Korosi 2 Korosi 3 Korosi 4 Korosi 5 Gambar 5.4 Kurva bentuk gelombang dari BUK1&2 pada lintasan 3 sesaat setelah proses korosi puncak pertama yang bernilai positif adalah interface antara udara dan permukaan beton, dan amplitudo puncak kedua yang bernilai positif adalah interface antara beton dan permukaan baja tulangan. Pada Gambar 5.2, Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 dapat dilihat adanya perubahan waktu tempuh dua arah atau kecepatan rambat gelombang elektromagnetik pada baja tulangan dan jumlah energi gelombang elektromagnetik yang dipantulkan baja tulangan pada setiap periode proses korosi Analisis Waktu Tempuh Dua Arah atau Kecepatan Rambat Perubahan waktu tempuh dua arah pada baja tulangan BU1, BU2 dan BUK1&2 d- 5 setiap periode proses korosi diperlihatkan pada Gambar BU1 BU2 BUK1&2 d- 5 1 Gambar 5.5 Grafik waktu tempuh gelombang EM pada baja tulangan BU1, BU2 dan BUK1&2 d-5 sesaat setelah proses korosi 38

5 Waktu tempuh dua arah gelombang elektromagnetik pada baja tulangan BU1 mengalami peningkatan pada setiap periode proses korosi. Pola perubahan waktu tempuh ini juga terlihat pada baja tulangan BU2 dan BUK1&2 d-5. Peningkatan waktu tempuh pada BU1 yang signifikan terlihat pada periode proses korosi ke-1 hingga ke-3. Sedangkan pada BU2 perubahan yang signifikan terlihat pada periode proses korosi ke-1 hingga ke-2, dan pada BUK1&2 d-5 terlihat pada periode proses korosi ke-1 hingga ke-4. Peningkatan waktu tempuh dua arah yang signifikan ini disebabkan oleh bagian-bagian baja tulangan yang teroksidasi yang menyebar pada beton di sekitarnya sehingga kecepatan rambat gelombang elektromagnetik menjadi berkurang. Penyebab lain adalah oksida besi yang menyebar tersebut mengalami hidrasi sehingga daerah di sektar baja tulangan menjadi lembab atau mengandung air. Jika diperhatikan, pada Gambar 5.5 terlihat peningkatan waktu tempuh pada BU2 lebih tinggi daripada BU1 dan BUK1&2 d-5. Hal ini disebabkan oleh kandungan klorida yang terdapat di dalam beton mempercepat proses korosi baja tulangan pada BU2 sehingga oksida besi yang terbentuk lebih banyak pada periode proses korosi yang sama. Dari pengamatan visual diketahui bahwa beton di sekitar baja tulangan BU1 mengalami retak saat periode pengkorosian ke-2, pada BU2 saat periode proses korosi ke-1, dan pada BUK1&2 d-5 saat periode proses korosi ke-4. Pada Gambar 5.5 dapat dilihat setelah beton mengalami retak, perubahan waktu tempuh dua arah gelombang elektromagnetik pada periode berikutnya tidak lagi signifikan Analisis Puncak puncak energi gelombang elektromagnetik pada baja tulangan BU1, BU2, dan BUK1&2 d-5 diperlihatkan pada Gambar

6 BU1 BU2 BUK1&2 d- 5 5 Gambar 5.6 Grafik amplitudo puncak gelombang EM pada baja tulangan BU1, BU2 dan BUK1&2 D-5 sesaat setelah proses korosi Untuk semua benda uji, amplitudo puncak pada periode proses korosi ke-2 jauh lebih kecil daripada amplitudo puncak saat proses korosi belum dimulai (periode proses korosi ). Hal ini terjadi karena kehadiran air selama proses korosi menyebabkan konduktifitas beton mengalami peningkatan, yang berarti meningkatkan bagian imajiner konstanta dielektrik relatif beton sehingga energi gelombang elektromagnetik mengalami atenuasi. Pada periode proses korosi berikutnya, nilai amplitudo puncak meningkat secara perlahan. Peningkatan nilai amplitudo puncak ini disebabkan oleh semakin berkurangnya konduktifitas beton selama proses korosi karena beton telah kehilangan integritasnya yang diakibatkan oleh retak dan spalling. 5.3 Perbandingan Bentuk Gelombang Sesaat dan Empat Hari Setelah Proses Korosi Waktu tempuh dua arah gelombang elektromagnetik pada baja tulangan BU1, BU2 dan BUK1&2 d-5 sesaat setelah proses korosi dan empat hari setelah proses korosi diperlihatkan pada Gambar 5.7, Gambar 5.8 dan Gambar

7 Sesaat setelah korosi 4 hari setelah korosi Gambar 5.7 Grafik waktu tempuh gelombang EM pada baja tulangan BU1 sesaat setelah proses korosi dan 4 hari setelah proses korosi Sesaat setelah korosi 4 hari setelah korosi Gambar 5.8 Grafik waktu tempuh gelombang EM pada baja tulangan BU2 sesaat setelah proses korosi dan 4 hari setelah prose korosi an Sesaat setelah korosi 4 hari setelah korosi Gambar 5.9 Grafik waktu tempuh gelombang EM pada baja tulangan BUK1&2 d-5 sesaat setelah proses korosi dan 4 hari setelah proses korosi 41

8 Ketiga gambar di atas memperlihatkan waktu tempuh dua arah gelombang elektromagnetik saat empat hari setelah proses korosi lebih kecil daripada sesaat setelah proses korosi karena beton dalam kondisi kering. Perbedaan nilai waktu tempuh ini terutama disebabkan oleh kandungan air yang masih terdapat di dalam beton sesaat setelah proses korosi dibandingkan saat empat hari setelah proses korosi. Namun waktu tempuh saat empat hari setelah proses korosi juga mengalami peningkatan pada setiap periode. Hal ini menunjukkan adanya bagianbagian besi yang teroksidasi di sekitar baja tulangan dan menyebabkan bagian ril konstanta dielektrik relatif beton meningkat. puncak gelombang elektromagnetik pada baja tulangan BU1 sesaat dan empat hari setelah proses korosi diperlihatkan pada Gambar 5.1. Nilai amplitudo puncak pada saat empat hari setelah proses korosi yang lebih tinggi daripada sesaat setelah proses korosi menunjukkan beton dalam keadaan kering sehingga bagian imajiner konstanta dielektrik relatif beton tidak dipengaruhi oleh air. Sementara itu, nilai amplitudo puncak saat empat hari setelah proses korosi setiap periode korosi, terutama pada periode korosi ke-2 sampai ke-5, lebih tinggi daripada amplitudo puncak saat beton dalam kondisi normal (periode proses korosi ). Hal ini semakin mempertegas bahwa bagian imajiner konstanta dielektrik relatif beton atau konduktifitas beton mengalami penurunan setelah proses korosi Sesaat setelahkorosi 4 hari setelah korosi Gambar 5.1 Grafik amplitudo puncak gelombang EM pada baja tulangan BU1 sesaat setelah pengkorosian dan 4 hari setelah proses korosi 42

9 Sesaat setelah korosi 4 hari setelah korosi Gambar 5.11 Grafik amplitudo puncak gelombang EM pada baja tulangan BU2 sesaat setelah pengkorosian dan 4 hari setelah proses korosi Pada Gambar 5.11 terlihat amplitudo puncak gelombang elektromagnetik pada baja tulangan BU2 saat empat hari setelah proses korosi meningkat secara bertahap pada setiap periode. Hal ini disebabkan oleh kandungan garam sebesar 2 % yang terdapat di dalam beton yang mempengaruhi bagian imajiner konstanta dielektrik relatif beton sehingga atenuasi energi gelombang elektromagnetik masih tinggi dan tidak menyebabkan perubahan amplitudo puncak yang ekstrim. Pada periode proses korosi ke-4 dan ke-5 nilai amplitudo puncak lebih tinggi daripada nilai amplitudo puncak saat beton dalam kondisi normal atau baja tulangan belum mengalami korosi karena konduktifitas beton mengalami penurunan Sesaat setelah korosi 4 hari setelah korosi Gambar 5.12 Grafik amplitudo puncak gelombang EM pada baja tulangan BUK1&2 d-5 sesaat setelah pengkorosian dan 4 hari setelah proses korosi 43

10 Gambar 5.12 memperlihatkan amplitudo puncak gelombang elektromagnetik pada baja tulangan BUK1&2 d-5 saat empat hari setelah proses korosi juga meningkat secara bertahap pada setiap periode proses korosi. Hal ini kemungkinan disebabkan beton tidak benar-benar dalam keadaan kering saat empat hari setelah proese korosi, karena selama proses korosi BUK1&2 direndam di dalam air. Kemungkinan lain adalah karena semen jenis PPC memiliki bagian imajiner konstanta dielektrik relatif yang cukup besar dan mempengaruhi atenuasi energi gelombang elektromagnetik. 5.4 Analisis Bentuk Gelombang Terhadap Kedalaman Baja Tulangan Bentuk gelombang yang dipantulkan pada baja-baja tulangan BUK1&2 diperlihatkan pada Gambar Bentuk gelombang ini berasal dari signal GPR pada lintasan 3 dan pada tulangan dengan kedalaman 2 mm (BUK1&2 d-25), 5 mm (BUK1&2 d-5), 75 mm (BUK1&2 d-75), dan 1 mm (BUK1&2 d-1). Baja tulangan dengan kedalaman 125 mm dan 15 mm tidak ditampilkan karena bentuk gelombang yang dihasilkan tidak memungkinkan untuk pengidentifikasian baja tulangan. Gambar 5.13 memperlihatkan waktu tempuh dua arah gelombang elektromagnetik semakin besar dengan semakin dalamnya posisi baja tulangan. Nilai amplitudo puncak pada baja tulangan juga semakin kecil dengan semakin bertambahnya kedalaman baja tulangan. Hal ini berhubungan dengan bagian imajiner konstanta dielektrik relatif yang dimiliki oleh beton, sehingga semakin jauh jarak yang ditempuh oleh gelombang elektromagnetik maka jumlah energi yang mengalami atenuasi juga semakin besar. 44

11 d 25mm d 5 mm d 75 mm d 1 mm Gambar 5.13 Kurva bentuk gelombang dari BUK1&2 pada lintasan 3 Waktu tempuh dua arah gelombang elektromagnetik pada baja-baja tulangan BUK1&2 pada setiap periode proses korosi memperlihatkan pola yang sama dengan BU1, BU2 dan BUK1&2 d-5 yang telah dianalisis sebelumnya. Waktu tempuh dua arah pada baja tulangan mengalami peningkatan pada setiap periode proses korosi akibat bagian-bagian besi yang teroksidasi yang menyebar di sekitar baja tulangan Periode proseskorosi d-25 d-5 d-75 d-1 Gambar 5.14 Grafik amplitudo puncak gelombang EM pada baja tulangan BUK1&2 sesaat setelah proses korosi Gambar 5.14 memperlihatkan amplitudo puncak gelombang elektromagnetik pada baja-baja tulangan BUK1&2 pada setiap periode korosi. Pada gambar tersebut terlihat amplitudo puncak pada baja tulangan BUK1&2 d-75 dan d-1 mengalami penurunan pada setiap periode proses korosi. Penurunan amplitudo puncak ini terjadi karena energi gelombang elektromagnetik yang dipantulkan 45

12 oleh baja tulangan mengalami atenuasi yang disebabkan oleh permukaan baja tulangan yang teroksidasi dan dipengaruhi juga oleh kedalaman baja tulangan. Atenuasi energi gelombang elektromagnetik ini lebih dominan dibandingkan peningkatan energi gelombang elektromagnetik yang disebabkan oleh penurunan konduktifitas beton. 5.5 Konstanta Dielektrik Relatif Beton Setelah Proses Korosi Waktu tempuh dua arah gelombang elektromagnetik pada baja tulangan setiap benda uji mengalami peningkatan pada setiap periode proses korosi. Peningkatan waktu tempuh ini mengindikasikan adanya peningkatan konstanta dielektrik relatif beton selama proses korosi baja tulangan. Konstanta dielektrik relatif beton pada benda uji BU1, BU2, dan BUK1&2 d-5 secara berturut-turut diperlihatkan pada Tabel 5.2, Tabel 5.3, dan Tabel 5.4 berikut. Tabel 5.2 Konstanta Dielektrik Relatif Beton Pada BU1 Sesaat setelah pengkorosian Empat hari setelah pengkorosian Periode Waktu (ns) Kecepatan (m/s) Konst Dielektrik Waktu (ns) Kecepatan (m/s) Konst Dielektrik Tabel 5.3 Konstanta Dielektrik Relatif Beton Pada BU2 Sesaat setelah pengkorosian Empat hari setelah pengkorosian Periode Waktu (ns) Kecepatan (m/s) Konst Dielektrik Waktu (ns) Kecepatan (m/s) Konst Dielektrik

13 Tabel 5.3 Konstanta Dielektrik Relatif Beton Pada BUK1&2 d-5 Sesaat setelah pengkorosian Empat hari setelah pengkorosian Periode Waktu (ns) Kecepatan (m/s) Konst Dielektrik Waktu (ns) Kecepatan (m/s) Konst Dielektrik Pada tabel-tabel tersebut dapat dilihat nilai konstanta dielektrik relatif beton semakin besar setelah proses korosi. Peningkatan nilai konstanta dielektrik relatif beton pada BU1 dan BU2 sesaat setelah proses korosi berturut-turut adalah sebesar 18 % dan 17 %, dan saat empat setelah proses korosi berturut-turut adalah 8 % dan 7 %. Pada BUK1&2 d-5, nilai konstanta dielektrik relatif meningkat sebesar 29 % sesaat setelah proses korosi, dan sebesar 17 % saat empat hari setelah proses korosi. Jika dibandingkan, peningkatan nilai konstanta dielektrik relatif beton pada BUK1&2 lebih besar daripada BU1. Hal ini disebabkan oleh tingkat korosi yang terjadi pada BUK1&2 lebih parah sehingga bagian ril konstanta dielektrik relatif beton meningkat karena banyaknya oksida besi yang terbentuk. 47

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metoda non-destructive testing (NDT) pada bidang rekayasa sipil saat ini semakin berkembang seiring dengan semakin majunya teknologi yang diterapkan pada peralatan

Lebih terperinci

BAB III GROUND PENETRATING RADAR

BAB III GROUND PENETRATING RADAR BAB III GROUND PENETRATING RADAR 3.1. Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terdiri dari medan elektrik (electric field) dan medan magnetik (magnetic field) yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Korosi

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Korosi BAB II TEORI DASAR 2.1 Korosi Korosi didefinisikan sebagai pengrusakkan atau kemunduran suatu material yang disebabkan oleh reaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Pada metal, korosi dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN EKSPERIMENTAL

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN EKSPERIMENTAL BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN EKSPERIMENTAL 4.1 Deskripsi Benda Uji Pada penelitian ini dipersiapkan tiga benda uji berupa balok beton bertulang. Dua benda uji dibuat dengan konfigurasi berdasarkan benda

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Georadar II.1.1. Prinsip Dasar Georadar Ground penetrating radar (GPR) memancarkan pulse pendek (short pulse) energi gelombang elektromagnetik yang menembus daerah bawah (subsurface)

Lebih terperinci

BAB II GROUND PENETRATING RADAR (GPR)

BAB II GROUND PENETRATING RADAR (GPR) BAB II GROUND PENETRATING RADAR (GPR).1 Prinsip Dasar GPR Ground Penetrating Radar (GPR) biasa disebut georadar. Berasal dari dua kata yaitu geo berarti bumi dan radar singkatan dari radio detection and

Lebih terperinci

HASIL PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Pengolahan Data Pengukuran di Laboratorium dan Pembahasan Hasil perhitungan suseptibilitas dengan Bartington MS2 suseptibilitas meter dengan nilai permeabilitas

Lebih terperinci

saluran-saluran kosong ke segala arah, berisi air dan ion-ion yang mudah tertukar, seperti: sodium, potasium, magnesium, dan kalsium.

saluran-saluran kosong ke segala arah, berisi air dan ion-ion yang mudah tertukar, seperti: sodium, potasium, magnesium, dan kalsium. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Zeolit merupakan kelompok aluminium silikat terhidrasi, memiliki rongga-rongga yang berhubungan satu dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUANb Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUANb Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUANb A. Latar Belakang Permasalahan Dalam Perkembangan teknologi dan kemajuan industri saat ini yang sangat pesat memacu peningkatan pembangunan dari segala sektor kehidupan. Dan ini berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (near surface exploration). Ground Penetrating Radar (GPR) atau georadar secara

BAB I PENDAHULUAN. (near surface exploration). Ground Penetrating Radar (GPR) atau georadar secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Teknologi radar telah menjadi pusat perhatian dalam dunia eksplorasi dangkal (near surface exploration). Ground Penetrating

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B 1. Gaya Gravitasi antara dua benda bermassa 4 kg dan 10 kg yang terpisah sejauh 4 meter A. 2,072 x N B. 1,668 x N C. 1,675 x N D. 1,679 x N E. 2,072 x N 2. Kuat medan gravitasi pada permukaan bumi setara

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi radar pada awalnya dikembangkan untuk mendeteksi target dilangit, maupun benda-benda diatas permukaan tanah atau dilaut. Radar itu sendiri pada prinsip dasarnya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GELOMBANG

KARAKTERISTIK GELOMBANG KARAKTERISTIK GELOMBANG Pemahaman tentang Gelombang 4/17/2017 SMA NEGERI 1 PANGKAJENE AHSAN WAHYUDIN Pada subbab ini Anda harus mampu: Memformulasikan masalah perambatan gelombang melalui suatu medium

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Materi Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini untuk analisis dan pembuatan benda uji, dengan uraian sebagai berikut ini. a. Laptop, untuk menjalankan program

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan : Getaran dan Gelombang

Soal dan Pembahasan : Getaran dan Gelombang Soal dan : Getaran dan Gelombang IPA Fisika Kelas 8 Semester 2 Soal 1 Perhatikan grafik simpangan gelombang terhadap waktu pada gambar di atas! Jika jarak AB = 250 cm, tentukan cepat rambat gelombang tersebut!

Lebih terperinci

INTERFERENSI GELOMBANG

INTERFERENSI GELOMBANG INERFERENSI GELOMBANG Gelombang merupakan perambatan dari getaran. Perambatan gelombang tidak disertai dengan perpindahan materi-materi medium perantaranya. Gelombang dalam perambatannya memindahkan energi.

Lebih terperinci

BAB 11 GETARAN DAN GELOMBANG

BAB 11 GETARAN DAN GELOMBANG BAB 11 GETARAN DAN GELOMBANG A. Getaran Benda Getaran adalah gerakan bolak balik terhadap titik keseimbangan. - Penggaris melakukan getaran dari posisi 1 2 1 3 1 - Bandul melakukan gerak bolak balik dari

Lebih terperinci

PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA 2014

PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA 2014 http://materi4fisika.blogspot.co.id/2015/05/laporan-praktikum-percobaanmelde.html LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II PERCOBAAN MELDE Dosen Pengampu : A. Latar Belakang PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri sebagai salah satu material penunjang sangat besar peranannya, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari banyak

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDY METALLURGY

SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDY METALLURGY SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDY METALLURGY Studi Eksperimental Fenomena Kapilaritas pada Beton Bertulang Sehubungan dengan Serangan Korosi Baja Tulangan Oleh : Bernad M.S. NRP. 2106100134 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menghubungkan antara suatu area dengan area lain yang terbentang oleh sungai,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menghubungkan antara suatu area dengan area lain yang terbentang oleh sungai, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sarana penting penunjang transportasi adalah jembatan, yang berfungsi untuk menghubungkan antara suatu area dengan area lain yang terbentang oleh sungai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat penting dan paling dominan digunakan pada struktur. Kerusakan pada beton yang merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Aplikasi Ground Penetrating Radar (GPR) untuk Mendeteksi Objek pada Berbagai Media

Aplikasi Ground Penetrating Radar (GPR) untuk Mendeteksi Objek pada Berbagai Media Aplikasi Ground Penetrating Radar (GPR) untuk Mendeteksi Objek pada Berbagai Media Muhammad Syukri 1, Zulkarnain A.Djalil 1, Muttaqin 1, Marwan 1, Rosli Saad 2 1 Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika

Lebih terperinci

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( )

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( ) 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakng merupakan bahan bangunan yang terbuat campuaran kerikil, pasir, semen dan air dengan perbandingan tertentu. Seiring berjalanya waktu pemakaian beton sangat pesat dalam

Lebih terperinci

Studi Litologi Batu Gamping Dari Data Ground Penetrating Radar (GPR) Di Tepi Pantai Temaju, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat

Studi Litologi Batu Gamping Dari Data Ground Penetrating Radar (GPR) Di Tepi Pantai Temaju, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat Studi Litologi Batu Gamping Dari Data Ground Penetrating Radar (GPR) Di Tepi Pantai Temaju, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat Eka Ayu Nuzuliani 1, Piter Lepong 2, Kris Budiono 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

Semua benda di sekeliling kita mempunyai sifat magnetik. Akibatnya semua benda terpengaruh oleh medan magnet. Efek yang

Semua benda di sekeliling kita mempunyai sifat magnetik. Akibatnya semua benda terpengaruh oleh medan magnet. Efek yang BAB II TEORI DASAR 2.1 Perilaku Bahan Dalam Medan Magnetik 2.1.1 Permeabilitas Magnetik Material Semua benda di sekeliling kita mempunyai sifat magnetik. Akibatnya semua benda terpengaruh oleh medan magnet.

Lebih terperinci

Kata Kunci: Tanggul, Lumpur Lapindo, Longsor, Ground Penetrating Radar, GeoScan32, Surfer Pendahuluan. 2. Teori 2.1.

Kata Kunci: Tanggul, Lumpur Lapindo, Longsor, Ground Penetrating Radar, GeoScan32, Surfer Pendahuluan. 2. Teori 2.1. Identifikasi Struktur Bawah Permukaan sebagai Potensi Kelongsoran Tanggul Lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo dengan Menggunakan Ground Penetrating Radar (GPR) Yenie Ratna Setyaningsih 1, Daeng Achmad Suaidi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan

Lebih terperinci

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN 4.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan penelitian ini yang dilakukan adalah membuat benda uji balok dengan tiga variasi. Pembuatan adukan beton untuk benda uji direncanakan dengan

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gelombang Mekanik 08:36:22. Mampu menentukan besaran-besaran gelombang yaitu amplitudo,

Fisika Dasar. Gelombang Mekanik 08:36:22. Mampu menentukan besaran-besaran gelombang yaitu amplitudo, Kompetensiyang diharapkan Gelombang Mekanik Mampu mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum Mampu menentukan besaran-besaran gelombang yaitu amplitudo, frekuensi, kecepatan, fasa dan konstanta

Lebih terperinci

dengan menggunakan metode ACI ( American Concrete Institute ) sebagai dasar

dengan menggunakan metode ACI ( American Concrete Institute ) sebagai dasar BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan penelitian ini yang dilakukam adalah membuat benda uji balok dengan tiga variasi. Pembebanan adukan beton untuk benda uji direncanakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari

Lebih terperinci

PERCOBAAN ELEKTRODINAMIKA CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. A. Tujuan Menentukan besarnya cepat rambat gelombang elektromagnetik.

PERCOBAAN ELEKTRODINAMIKA CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. A. Tujuan Menentukan besarnya cepat rambat gelombang elektromagnetik. PERCOBAAN ELEKTRODINAMIKA CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK A. Tujuan Menentukan besarnya cepat rambat gelombang elektromagnetik. B. Dasar Teori Ada dua hukum dasar yang menghubungkan gejala kelistrikan

Lebih terperinci

MATERIAL BETON DAN PERSYARATANNYA BAB I PENGERTIAN BAHAN BETON

MATERIAL BETON DAN PERSYARATANNYA BAB I PENGERTIAN BAHAN BETON MATERIAL BETON DAN PERSYARATANNYA BAB I PENGERTIAN BAHAN BETON 1.1 Definisi Bahan Beton Beton sebagai bahan konstruksi atau struktur bangunan, sudah dikenal bahkan digunakan sejak ratusan tahun bahkan

Lebih terperinci

sepanjang lintasan: i) A-B adalah 1/4 getaran ii) A-B-C-B-A adalah 4/4 atau 1 getaran iii) A-B-C-B-A-B adalah 5/4 atau 1,25 getaran

sepanjang lintasan: i) A-B adalah 1/4 getaran ii) A-B-C-B-A adalah 4/4 atau 1 getaran iii) A-B-C-B-A-B adalah 5/4 atau 1,25 getaran contoh soal dan pembahasan jawaban getaran dan gelombang, materi fisika SMP Kelas 8 (VIII), tercakup amplitudo, frekuensi, periode dari getaran dan gelombang, panjang gelombang, cepat rambat suatu gelombang

Lebih terperinci

: Widi Pramudito NPM :

: Widi Pramudito NPM : SIMULASI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BERBENTUK SEGIEMPAT DAN LINGKARAN PADA FREKUENSI 1800 MHZ UNTUK APLIKASI LTE MENGGUNAKAN SOFTWARE ZELAND IE3D V12 Nama : Widi Pramudito NPM : 18410009 Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN TERHADAP DAYA TAHAN BETON

PENGARUH PERAWATAN TERHADAP DAYA TAHAN BETON PENGARUH PERAWATAN TERHADAP DAYA TAHAN BETON Nursyamsi *) *) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik USU Abstrak Perawatan beton merupakan salah satu tahapan yang sangat penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Penelitian ini menggunakan data

Lebih terperinci

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI SNI 03-2492-2002 1 Ruang Lingkup 1) Metoda ini mencakup cara pengambilan beton inti, persiapan pengujian dan penentuan kuat tekannya; 2) Metode ini tidak memberikan

Lebih terperinci

Radio dan Medan Elektromagnetik

Radio dan Medan Elektromagnetik Radio dan Medan Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat, Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan sistem yang saat ini marak

BAB I PENDAHULUAN. Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan sistem yang saat ini marak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan sistem yang saat ini marak dikembangkan baik dari sisi teknologi maupun segi bisnis. GPR adalah sistem radar yang digunakan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. suatu beton. Standar atau prosedur dalam menggunakan metode pengujian ini

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. suatu beton. Standar atau prosedur dalam menggunakan metode pengujian ini PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan khusus Ultrasonic pulse velocity adalah metode yang digunakan untuk mengukur kecepatan hantaran dari gelombang (pulse velocity) ultrasonik yang melewati suatu beton. Standar

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) Cahaya

Fisika Umum (MA 301) Cahaya Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini (minggu 11) Cahaya Cahaya adalah Gelombang Elektromagnetik Apa itu Gelombang Elektromagnetik!!! Pendahuluan: Persamaan Maxwell Listrik dan magnet awalnya dianggap sebagai

Lebih terperinci

PERCOBAAN MELDE TUJUAN PERCOBAAN II. LANDASAN TEORI

PERCOBAAN MELDE TUJUAN PERCOBAAN II. LANDASAN TEORI 1 PERCOBAAN MELDE I. TUJUAN PERCOBAAN a. Menunjukkan gelombang transversal stasioner pada tali. b. Menentukan cepat rambat gelombang pada tali. c. Mengetahui hubungan antara cepat rambat gelombang (v)

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton adalah batuan yang terjadi sebagai hasil pengerasan suatu campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton didapatkan dengan cara mencampur

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 TUGAS AKHIR "ANALISIS KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI RECTANGULAR WAVEGUIDE" Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Oleh

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan data penelitian yang telah diolah, penulis menemukan hal-hal sebagai berikut : 1. Miskonsepsi yang terungkap melalui penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. diperlukan untuk menjaga kualitas struktur agar sesuai dengan spesifikasi yang

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. diperlukan untuk menjaga kualitas struktur agar sesuai dengan spesifikasi yang BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Pengendalian dan Pengawasan Proyek Dalam pembangunan Proyek Wang Residence, Pengendalian & Pengawasan diperlukan untuk menjaga kualitas struktur agar

Lebih terperinci

5. Satu periode adalah waktu yang diperlukan bandul untuk bergerak dari titik. a. A O B O A b. A O B O c. O A O B d. A O (C3)

5. Satu periode adalah waktu yang diperlukan bandul untuk bergerak dari titik. a. A O B O A b. A O B O c. O A O B d. A O (C3) 1. Simpangan terjauh pada suatu benda bergetar disebut. a. Amplitudo c. Periode b. Frekuensi d. Keseimbangan 2. Berikut ini adalah sebuah contoh getaran. a. Roda yang berputar pada sumbunya b. Gerak buah

Lebih terperinci

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga MATERI PERKULIAHAN 3. Potensial Tangga Tinjau suatu partikel bermassa m, bergerak dari kiri ke kanan pada suatu daerah dengan potensial berbentuk tangga, seperti pada Gambar 1. Pada daerah < potensialnya

Lebih terperinci

Materi Pendalaman 01:

Materi Pendalaman 01: Materi Pendalaman 01: GETARAN & GERAK HARMONIK SEDERHANA 1 L T (1.) f g Contoh lain getaran harmonik sederhana adalah gerakan pegas. Getaran harmonik sederhana adalah gerak bolak balik yang selalu melewati

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FREKUENSI HASIL PROGRAM AKUISISI

BAB IV ANALISA FREKUENSI HASIL PROGRAM AKUISISI BAB IV ANALISA FREKUENSI HASIL PROGRAM AKUISISI IV.1 UMUM Tujuan utama dari pengujian laboratorium ini adalah untuk mendapatkan data percepatan dari struktur balok sederhana yang dijadikan benda uji. Data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kemajuan pada dunia konstruksi memang telah membuat berbagai macam bangunan yang indah. Tidak hanya melihat indahnya saja namun, metode serta peralatan yang

Lebih terperinci

Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli.

Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli. Nama: NIM : Kuis I Elektromagnetika II TT38G1 Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam 14.30 15.00 di N107, berupa copy file, bukan file asli. Kasus #1. Medium A (4 0, 0, x < 0) berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin pesat memacu peningkatan pembangunan di segala sektor kehidupan. Kebutuhan fasilitas perumahan,

Lebih terperinci

UN SMP 2013 Fisika. Kode Soal. 01. Tabel berikut ini merupakan beberapa besaran dan satuannya.

UN SMP 2013 Fisika. Kode Soal. 01. Tabel berikut ini merupakan beberapa besaran dan satuannya. UN SMP 2013 Fisika Kode Soal Doc. Name: UNSMP2013FIS999 Doc. Version : 2013-09 halaman 1 01. Tabel berikut ini merupakan beberapa besaran dan satuannya. Kelompok besaran turunan dengan satuannya dalam

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

ALAT YANG DIPERLUKAN TALI SLINKI PEGAS

ALAT YANG DIPERLUKAN TALI SLINKI PEGAS Getaran dan Gelombang ALAT YANG DIPERLUKAN TALI SLINKI PEGAS BANDUL Amplitudo Amplitudo (A) Amplitudo adalah posisi maksimum benda relatif terhadap posisi kesetimbangan Ketika tidak ada gaya gesekan, sebuah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas hasil dari penelitian studi numerik sambungan kolom-balok kantilever beton bertulang pracetak dengan menggunakan beban statis yang menggunakan 3 jenis

Lebih terperinci

PAKET I SOAL PENGAYAAN UJIAN NASIONAL SMP/MTs MATA PELAJARAN IPA - FISIKA TAHUN 2014/2015

PAKET I SOAL PENGAYAAN UJIAN NASIONAL SMP/MTs MATA PELAJARAN IPA - FISIKA TAHUN 2014/2015 PAKET I SOAL PENGAYAAN UJIAN NASIONAL SMP/MTs MATA PELAJARAN IPA - FISIKA TAHUN 2014/2015 Indikator 1 Menentukan besaran pokok, besaran turunan dan satuannya atau penggunaan alat ukur dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar permukaan bumi merupakan wilayah laut. Di dalamnya terkandung berbagai sumber daya alam yang sangat besar dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton banyak digunakan sebagai bahan bangunan karena harganya yang relatif murah, kuat tekannya tinggi, bahan pembuatnya mudah didapat, dapat dibuat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, lebih tahan korosi dan lebih murah. karena gaya inersia yang terjadi menjadi lebih kecil.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, lebih tahan korosi dan lebih murah. karena gaya inersia yang terjadi menjadi lebih kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang konstruksi dewasa ini mengakibatkan beton menjadi pilihan utama dalam suatu struktur. Beton mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

GELOMBANG. Lampiran I.2

GELOMBANG. Lampiran I.2 GELOMBANG 1. Pengertian Gelombang Pernahkah kamu pergi ke pantai? Tentu sangat menyenangkan, bukan? Demikian indahnya ciptaan Tuhan. Di pantai kamu bisa melihat ombak. Ombak tersebut terlihat bergelombang

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber TUGAS AKHIR Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber Disusun Oleh: FEBRIANTO ANGGAR WIBOWO NIM : D 200 040 066 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik ( portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture

Lebih terperinci

Soal GGB (Getaran, Gelombang & Bunyi)

Soal GGB (Getaran, Gelombang & Bunyi) Xpedia Fisika Soal GGB (Getaran, Gelombang & Bunyi) Doc Name : XPPHY0299 Version : 2013-04 halaman 1 01. Pertanyaan 01-02, merujuk pada gambar di bawah yang menunjukkan gelombang menjalar pada tali dengan

Lebih terperinci

Heru Indra Siregar NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Heru Indra Siregar NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT DENGAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa PADA BENDA UJI SILINDER DIAMETER 150 mm DAN TINGGI 300 mm Heru Indra Siregar NRP : 0321086 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Pengujian dan Pembahasan

BAB IV Hasil Pengujian dan Pembahasan BAB IV Hasil Pengujian dan Pembahasan IV.1 Umum Bab ini menyajikan hasil-hasil eksperimental dan pembahasan yang meliputi; komponen zat di dalam media, identifikasi dan analisis pertumbuhan serta produk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN 4.1 HASIL PENGUJIAN MATERIAL Langkah pertama yang dilakukan sebelum penelitian ini dimulai adalah melakukan pengujian material penyusun geopolimer (precursor dan activator)

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK VOLUME 6 NO. 2, OKTOBER 2010 PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Gempa yang terjadi di Sumatera Barat merusak banyak

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Adapun kerangka metode penelitian adalah sebagai berikut : Mulai Penyediaan Dan Pemeriksaan Bahan Agregat Kasar semen air Agregat Halus Mix Design Beton Normal Beton

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel. BAB IV ANALISA 4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PRODUK 4.1.1 Fenomena dan penyebab terjadinya case hardening Pada proses pengeringan yang dilakukan oleh penulis khususnya pada pengambilan data

Lebih terperinci

- - GETARAN DAN GELOMBANG

- - GETARAN DAN GELOMBANG - - GETARAN DAN GELOMBANG - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp4getaran Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran dan Gelombang Getaran/Osilasi Gerak Harmonik Sederhana Gelombang Gelombang : Gangguan yang merambat Jika seutas tali yang diregangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang GPR merupakan sistem yang sangat berguna untuk proses pendeteksian benda-benda yang berada atau terkubur di dalam tanah dengan kedalaman tertentu tanpa harus menggali

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2013 Fisika

UN SMA IPA 2013 Fisika UN SMA IPA 2013 Fisika Kode Soal Doc. Name: UNSMAIPA2013FIS Doc. Version : 2013-05 halaman 1 01. Seorang siswa mengukur ketebalan buku menggunakan mikrometer sekrup yang ditunjukkan pada gambar. Hasil

Lebih terperinci

4.3.7 Model G (Balok Lintel) Pengujian dan Perilaku Histeresis

4.3.7 Model G (Balok Lintel) Pengujian dan Perilaku Histeresis 4.3.7 Model G (Balok Lintel) 4.3.7.1 Pengujian dan Perilaku Histeresis Keretakan awal dinding benda uji Model G terjadi pada drift.67% (simpangan 2mm) berupa retak geser sliding di atas dan di bawah balok

Lebih terperinci

BAB IV METODE ANALISIS

BAB IV METODE ANALISIS BAB IV METODE ANALISIS 4.1 PEMERIKSAAN AGREGAT Tujuan Percobaan Menentukan berat isi agregat sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya. 4.1.1 Analisis Agregat Halus Peralatan a.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil dari analisis uji sambungan balok kolom pracetak. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode elemen hingga yang menggunakan program ABAQUS CAE

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Data dan Sinyal Data yang akan ditransmisikan kedalam media transmisi harus ditransformasikan terlebih dahulu kedalam bentuk gelombang elektromagnetik. Bit 1 dan 0 akan diwakili oleh tegangan listrik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi dalam bidang teknik sipil pada saat ini terasa begitu cepat, yaitu beton sebagai salah satu unsur teknik sipil yang selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. ACI Committe 222R-01, (2001): Protection of Metals in Concrete Against Corrosion, Manual Concrete Practice, 2004.

DAFTAR PUSTAKA. ACI Committe 222R-01, (2001): Protection of Metals in Concrete Against Corrosion, Manual Concrete Practice, 2004. DAFTAR PUSTAKA ACI Committe 222R-01, (2001): Protection of Metals in Concrete Against Corrosion, Manual Concrete Practice, 2004. ACI Committe 228.2R-98, (1998): Nondestructive Test Methodes for Evaluation

Lebih terperinci