BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposit Polimer Komposit merupakan bahan padatan yang dihasilkan dari dua gabungan atau lebih bahan yang berlainan untuk memdapatkan ciri-ciri yang lebih baik yang tidak dapat diperoleh dari setiap komponennya. Komposit yang dihasilkan bukan saja memiliki sifat mekanik yang lebih baik baik tetapi juga sifat kimia, sifat panas dan berbagai sifat yang lain. Sebenarnya komposit sudah digunakan sebelum abad ke 12. Pada saat ini berbagai jenis barang yang digunakan baik untuk keperluaan harian maupun untuk teknik dibuat dari komposit. Sebenarnya terdapat berbagai macam jenis komposit seperti komposit logam, keramik, komposit plastik dan sebagainya yang diperkuat dengan berbagai macam jenis serat. Jadi, komposit yang dihasilkan tergantung pada bahan matriks yang digunakan apakah logam, keramik, termoplastik atau termoset dan juga jenis pengisi organik ataupun anorganik yang digunakan Pembagian Komposit Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1, komposit dapat dibagi lima (5) berdasarkan konstituennya yaitu (Schwartz, 1992) : a. Komposit serat yang terdiri dari serat dengan atau tanpa matriks b. Komposit flake yang terdiri dari flake dengan atau tanpa matriks c. Komposit partikel yang terdiri dari partikel dengan atau tanpa matriks d. Komposit rangka (komposit terisi) yang terdiri dari matriks rangka selanjar yang terisi dengan bahan kedua e. Komposit laminat yang terdiri dari konstituen lapisan atau laminat.

2 Gambar 2.1. Pembagian Komposit (Schwartz, 1992) Komposit juga dapat dibagi berdasarkan sifat dan dimensi fase tersebarnya yaitu (Hull, 1992) : a. Mikrokomposit Dimensi fasa tersebarnya mikrokomposit yang memiliki ukuran antara m. Mikrokomposit ini dapat dibagi atas tiga bagian berdasarkan ukuran dan bentuk fasa tersebarnya yaitu : i. Mikrokomposit memnggunakan penguat sebaran ii. Mikrokomposit memnggunakan penguat partikel iii. Mikrokomposit memnggunakan penguat serat b. Makrokomposit Biasanya dimensi fasa tersebarnya memiliki ukuran di atas 10-6 m Fasa Matriks Pada Komposit Fasa matriks merupakan fasa selanjar yang terdapat pada suatu komposit dengan fasa penguat berada di dalamnya. Fasa matriks berfungsi sebagi pelekat untuk pengisi yang berada di dalamnya. Untuk mendapatkan pelekat yang baik antara fasa matriks dengan fasa penguat (pengisi) pembasahan yang sempurna

3 harus terjadi agar interaksi antara fasa matriks dan fasa penguat menghasilkan kekuatan interlamina yang baik. Peranan fasa matriks pada suatu komposit yaitu : a. Fasa matriks merupakan bahan padat yang mampu memindahkan tegasan yang dikenakan pada fasa penguat (Hull, 1992; Varma & Agarwal, 1991 dan Schwartz, 1992) b. Menjaga fasa penguat dari kerusakkan lingkungan seperti panas, cuaca dan kelembaban (Kennedy & Kelly, 1996) c. Sebagai pengikat antara fasa matriks dan fasa penguat (Kennedy & Kelly, 1996). Menurut Ismail (2004), terdapat berbagai bahan matriks yang dapat digunakan dalam komposit, yaitu polimer, logam, seramik, kaca, karbon dan sebagainya. Walau bagaimanapun, bahan yang digunakan sebagai fasa matriks harus memiliki peranan seperti yang telah disebutkan di atas dan pemilihan fasa matriks memiliki beberapa kriteria yaitu : a. Keserasian terhadap bahan pengisi karena akan menentukan interaksi antar muka fasa matriks dengan fasa pengisi b. Sifat akhir komposit yang dihasilkan c. Aplikasi dari komposit yang dihasilkan d. Kemudahan pemprosesan e. Biaya yang digunakan untuk menghasilkan komposit. Polimer lebih banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan Ismail (2004) yaitu : a. Mudak diproses b. Memiliki sifat mekanik dan eletronik yang baik c. Memiliki berat jenis yang rendah d. Memiliki suhu pemprosesan yang lebih rendah dibandingkan suhu pemprosesan logam. Komposit jenis polimer dapat dibagikan atas 3 (tiga) bagian (Alger, 1989) yaitu : a. Komposit yang terdiri dari gabungan polimer dengan polimer

4 b. Komposit yang terdiri dari gabungan polimer dengan gas yaitu, polimer yang berkembang, berbentuk sel atau busa c. Komposit yang terdiri dari gabungan polimer dengan pengisi yang terdiri dari pada komposit polimer dengan serat atau polimer dengan partikel Fasa Penguat Dalam Komposit Fasa penguat atau fasa tersebar merupakan bahan yang bersifat lengai dalam bentuk serat, partikel, kepingan dan lamina yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat mekanik dan sifat fisik komposit seperti meningkatkan sifat kekuatan, kekakuan, keliatan dan sebagainya. Beberapa sifat yang dapat dihasilkan dengan menggunakan fasa penguat yaitu (Ismail, 2004) : a. Peningkatan sifat fisik b. Penyerapan kelembaban yang rendah c. Sifat pembasahan yang baik d. Biaya yang rendah dan mudah diperoleh e. Ketahanan api yang baik f. Ketahanan kimia yang baik g. Sifat kelarutan dalam air dan pelarut yang rendah h. Ketahanan terhadap panas yang baik i. Sifat penyebaran yang baik j. Dapat diperoleh dalam barbagai ukuran. Diantara berbagai jenis pengisi yang umum digunakan dalam komposit ialah serat kaca, serat karbon, serat kevlar dan serat alamih seperti serat kelapa, serat nenas, serat kelapa sawit, serat pohon karet serbuk kayu dan sebagainya Antar Muka (Interface) Pengisi Matriks Umumnya semua bahan komposit terdapat dua fasa yang berlainan yang dipisahkan oleh antara muka bahan-bahan tersebut. Daya sentuh dan daya kohesif antar muka sangat penting karena antar muka pengisi matriks berfungsi untuk memindahkan tegasan dari fasa matriks ke fasa penguat (pengisi) (Hull, 1992 dan

5 Hollyday, 1996). Kemampuan pemindahan tegasan kepada fasa penguat tergantung pada daya ikat yang muncul pada antar muka komposit. Ada berbagai teori yang menerangkan pengikatan pada antar muka komposit umumnya melibatkan ikatan kimia ataupun ikatan mekanik. Menurut Hull (1992) dan Schwartz (1992) terdapat lima mekanisme yang dapat terjadi pada antara muka, baik secara sendirian maupun secara gabungan. Lima mekanisme tersebut yaitu : a. Penyerapan dan Pembasahan (Wetting) Gambar 2.2. menunjukkan mekanisme penyerapan dan pembasahan. Untuk pembasahan pengisi yang baik, leburan fasa matriks harus menutupi seluruh permukaan pengisi agar udara dapat disingkirkan. Mekanisme ini diberikan oleh persamaan termodinamik yang melibatkan tenaga permukaan dalam bentuk kerja pelekatan, (Ismail, 2004) yaitu : W A = γ SV + γ LV + γ SL (1) Di mana W A = Daya penyebaran antara molekul setempat yang dapat tersebar dan fasa tersebar (pengisi). γ SV = Energi bebas permukaan pada interface fasa solid vapour γ LV γ SL = Energi bebas permukaan pada interface fasa liquid vopour = Energi bebas permukaan pada interface fasa solid liquid γ SV γ LV θ Cair Uap γ SL Padat Gambar 2.2. Mekanisme Penyerapan dan Pembasahan (Ismail, 2004) b. Resapan (Absorption) Gambar 2.3. menunjukkan mekanisme penyerapan. Menurut mekanisme ini, suatu ikatan akan terbentuk apabila molekul-molekul polimer meresap dari suatu permukaan ke dalam struktur molekul permukaan yang satu lagi. Kekuatan ikatan

6 tergantung pada jumlah kekusutan molekul dan jumlah molekul yang terlibat. Jumlah penyerapan tergantung pada konformasi molekul, bagian yang terlibat dan kemudahan pergerakan molekul. Selain itu, penyerapan juga dapat ditingkatkan dengan menambahkan pelarut dan plactisizer (Ismail, 2004). Gambar 2.3. Mekanisme Penyerapan (Ismail, 2004) c. Daya Tarik Elektrostatis Gambar 2.4. menunjukkan mekanisme daya tarik elektrostatik. Pengikatan daya tarik elektrostatik akan dihasilkan apabila terjadi perbedaan arus elektrostatik antara dua komponen. Mekanisme tidak begitu berpengaruh kepada ikatan antar muka kecuali apabila agen penggandeng (coupling agent) yang digunakan (Ismail, 2004). Gambar 2.4. Mekanisme Daya Tarik Elektrostatik (Ismail, 2004) d. Ikatan Kimia Gambar 2.5. menunjukkan mekanisme ikatan kimia. Ikatan kimia terjadi apabila komposit digunakan dengan bahan penyerasi. Ikatan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia antara kumpulan kimia di atas fasa tersebar (pengisi) dengan kumpulan kimia yang serasi dengan matriks. Kekuatan pengikatannya tergantung pada bilangan dan jenis ikatan kimia (Ismail, 2004).

7 Gambar 2.5. Mekanisme Ikatan Kimia (Ismail, 2004) e. Ikatan Mekanik Gambar 2.6. menunjukkan mekanisme pengikatan mekanik. Pengikatan mekanik terjadi secara interlocking mekanik apabila geometri permukaan fasa matriks dan fasa tersebar (pengisi) tidak rata. Bagaimanapun juga, kekuatan pada arah tegangan horizontal lebih lemah dibanding pada arah tegangan vertikal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengikatan mekanik ialah kekasaran permukaan (faktor utama dan terpenting) dan aspek geometri selama proses fabrikasi (Ismail, 2004). Gambar 2.6. Mekanisme Pengikatan Mekanik (Ismail, 2004) 2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sifat Mekanik Komposit Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi sifat mekanik komposit yaitu : a. Keadaan pemprosesan b. Kesan mikrostrukur.

8 Tiga parameter yang penting pada keadaan pemprosesan yaitu suhu, waktu dan tekanan. Ketiga-tiga parameter ini sangat perlu untuk mencapai titik yang optimum agar peleburan polimer memiliki sifat keliatan dan aliran yang sempurna untuk membasahkan fasa matriks agar pemindahan tegasan dari fasa matriks ke fasa penguat (pengisi) juga berjalan sempurna. Tekanan pemprosesan yang digunakan juga harus sesuai untuk memastikan ruang-ruang udara atau cacat mikro yang terbentuk kecil terutama apabila menggunakan matriks termoset yang akan membebaskan bahan penguap sewaktu proses pematangan dan juga apabila menggunakan berbagai pengisi yang bersifat higroskopis. Sebenarnya kesan mikrostruktur pada komposit yang dihasilkan mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan pemprosesan. Dimana pemilihan suhu dan tekanan yang digunakan akan mempengaruhi taburan orientasi dan taburan panjang fasa penguat khususnya pengisi alamiah ataupun sintetik. Sebagai contoh, suhu yang digunakann akan mempengaruhi kelikatan leburan matriks polimer dan menyebabkan serat patah. Tekanan yang tinggi juga akan meyebabkan serat patah tetapi akan menghasilkan orientasi yang tinggi. Selain keadaan pemprosesan dan mirostruktur, sifat matriks dan fasa pemguat (pengisi) yang digunakan juga mempengaruhi sifat mekanik komposit yang dihasilkan. Sebagai contoh, matriks termoset mempunyai kekuatan yang lebih baik dibandingkan termoplastik ataupun elastomer termoplastik. Begitu juga apabila menggunakan serat kevlar yang lebih liat dibandingkan dengan serat kaca ataupun serat alamiah. Faktor lain yang juga sangat penting yaitu geometri pengisi atau serat yaitu perbandingan antara panjang serat dengan diameter serat dan volume pengisi. Umumnya semakin kecil ukuran partikel pengisi atau semakin tinggi perbandingan aspek geometri maka semakin bagus pengisi tersebut maka akan meningkatkan sifat mekanik komposit yang dihasilkan. Selain itu, pengolahan kimia yang dilakukan baik untuk fasa matriks maupun fasa penguat atau kedua-duanya maka akan meningkatkan keserasian antara kedua fasa melalui peningkatan kekuatan antara muka dan seterusnya akan meningkatkan sifat mekanik komposit yang dihasilkan.

9 2.3 Ciri-Ciri Pengisi Berbagai jenis pengisi digunakan dalam polimer alamiah dan polimer sintetik untuk memperbaiki dan meningkatkan sifat-sifat fisik bahan. Penambahan pengisi bertujuan untuk mengurangi biaya, mewarnai atau menguatkankan bahan polimer. Secara umum, keupayaan penguat suatu pengisi dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu ukuran dan luas permukaan, bentuk dan struktur permukaaan serta aktifitas dan sifat-sifat kimia permukaaan. Pengisi umunya memiliki ukuran yang kecil, permukaaan yang aktif secara kimia, permukaan yang poros dan bentuk yang tidak seragam dapat diterangkan seperti di bawah ini (Ismail, 2000) : a. Ukuran dan luas permukaan partikel Peningkatan sifat fisik bahan polimer dapat dikaitkan dengan ukuran partikel pengisi. Contohnya, tegasan dan modulus polimer berpengisi tergantung pada ukuran pertikel. Ukuran partikel pengisi yang kecil akan meningkatkan tingkat penguatan polimer dibandingkan dengan ukuran partikel yang besar (Leblanc, 2002). Ukuran partikel mempunyai hubungan secara langsung dengan permukaan per gram pengisi. Oleh sebab itu, ukuran partikel yang kecil akan memperluas permukaaan sehingga interaksi diantara polimer matrik dan pengisi seterusnya akan meningkatkan penguatan bahan polimer. Ringkasnya, semakin kecil ukuran partikel semakin tinggi interaksi antara pengisi dan matrik polimer. Kohls & Beaucage (2002) melaporkan bahwa luas permukaan dapat ditingkatkan dengan adanya permukaan yang poros pada permukaaan pengisi maka polimer dapat menembus masuk ke dalam permukaaan yang poros semasa proses pencampuran. Selain dari luas permukaan, kehomogen penyebaran di dalam matriks polimer juga penting untuk menentukan kekuatan interaksi diantara pengisi dan matriks polimer. Partikel yang berserakan secara homogen dapat meningkatkan interaksi mulai penyerapan polimer pada permukaan pengisi. Sebaiknya, partikel yang tidak berserakan secara homogen mungkin menghasilkan anglomerat dalam matriks polimer. Adanya aglomerat akan memperkecil luas permukaan dan seterusnya akan melemahkan interaksi diantara pengisi dan matriks dan mengakibatkan penurunan sifat fisik bahan polimer.

10 b. Bentuk dan Struktur Partikel Bentuk partikel pengisi merupakan ciri yang penting selain dari pada ukuran partikel. Pengisi organik dan mineral memiliki bentuk yang berbeda. Terdapat tiga bentuk partikel pengisi yang utama yaitu sfera, platelet dan rod. Bentuk partikel dapat mempengaruhi sifat mekanik polimer. Sifat akhir karet akan meningkat apabila bentuk pengisi berubah dari sfera menjadi platelet dan rod (Ismail, 2000). Aglomerat di kenal sebagai agregat sekunder. Walaupun aglomerat mudah dipecahkan sewaktu pencampuran disebabkan karena ikatan Van der Waals diantara agregat lemah. Gambar 2.7 memperlihatkan skematik struktur partikel, agregrat dan aglomerat dari pengisi. Gambar 2.7. Skema Struktur Partikel, Agregat dan Aglomerat (Sekutowski, 1996) c. Aktivitas dan Sifat Kimia Ukuran dan struktur partikel dikatagorikan sebagai ciri fisikal pengisi tetapi aktifitas permukaan dikatagorikan sebagai ciri kimia pengisi yang memberi

11 kesan terhadap penguatan polimer (Kohls & Beucage, 2002). Kimia permukaan pengisi merupakan keupayaan pengisi untuk berinteraksi dengan polimer yang seterusnya akan menghasilkan ikatan. Pembentukan ikatan diantara polimer dan pengisi akan meningkatkan kekuatan bahan. Ikatan diantara polimer dan pengisi dapat dibentuk apabila pengisi memiliki tempat yang aktif untuk berinteraksi dengan rantai polimer. Pengisi dapat diklasifikasikan menurut sifat - sifat kimia dan fisikanya. Pada awalnya pengisi dapat dibagi atas pengisi organik dan anorganik tetapi dapat juga dibagikan pada pengisi berserat dan partikulat seperti Gambar 2.8 berikut ini. Pengisi Organik Anorganik Berserat: -kapas -serbuk kayu -kelapa sawit -dsb Tidak berserat: -karbon hitam -grafit -abu sekam padi -dsb Berserat: -asbestos -serat kaca -serat kevlar -serat aramid -dsb Tidak berserat: -silika -tanah liat -kalsium -mika -dsb Gambar 2.8. Pengkelasan Pengisi 2.4 Poliolefin Poliolefin merupakan suatu polimer termoplastik yang umum digunakan. Poliolefin ini dihasilkan dari monomer olefin atau alkena. Banyak jenis-jenis poliolefin seperti polipropilena yang berasal dari monomer propilena, polietilena dari monomer etilen, isoprena, butena dan sebagainya. Poliolefin yang sering digunakan yaitu polietilena dan polipropilena.

12 Polipropilena (PP) Propilena memiliki taburan molekul diantara (Othmer, 1987) dan berstruktur molekul seperti Gambar 2.9. berikut ini: CH 2 -CH-CH 3 n Gambar 2.9. Struktur Molekul Polipropilena Kumpulan metil yang terdapat pada sisi rantai memberikan tiga jenis taktisiti iaitu ataktik, sindiotatik dan isotaktik. Untuk konfigurasi isotaktik, semua kumpulan sisi metil terletak pada sebelah yang sama pada rantai utama dan merupakan taktisiti yang biasa yaitu dalam % sedangkan konfigurasi ataktik setiap unit metil bersebelahan disusun berselang selang. Polipropilena mempunyai dua fasa amorfus dan fasa berhablur. Polipropipena isotaktik merupakan satu polimer yang sangat berguna yang memiliki sedikit atau tiada ikatan jenuh. Polipropilena isotaktik mempunyai indeks isotaktik 0.94 atau lebih. Indeks isotaktik yang tinggi ini menunjukan bahwa polipropilena mempunyai struktur hablur yang tinggi yang dapat meningkatkan sifat mekaniknya hal ini bermakna kestereonalaran polipropilena memainkan peranan penting dalam menentukan tingkat penghabluran. Polipropilena dapat digunakan dalam berbagai keadaan, begitu juga dengan kopolimernya contohnya yaitu etilena propilena. Polipropilena murni memiliki berat jenis yang rendah yaitu sekitar 0.90 gr/ cm 3. Selain dari pada itu biaya yang rendah, suhu peleburan yang tinggi, kekuatan, kekakuan, kekerasan, ketahanan terhadap kimia dan panas dan sifat elektrik yang baik, kekerasan permukaan yang baik yang merupakan kelebihan-kelebihan dari polipropilena Komposit Polipropilena Sejak akhir akhir ini pengunaan komposit polipropilena untuk keperluan teknik telah meningkat dengan pesat (Pritchard, 2004). Hal ini disebabkan karena komposit polipropilena mempunyai ciri-ciri modulus tinggi yang sangat baik sehingga dapat menggantikan bahan konvensional, terutama dalam bidang

13 automotif. Contohnya, polipropilena terisi talkum telah digunakan untuk menghasilkan bumper, ruang pemanasan, paket pintu dan lain-lain. Dalam bidang teknik, komposit polipropilena diperkuat kaca digunakan sebagai tangki pada mesin pencuci, tempat duduk untuk kursi dan penghubung ban truk. Untuk memperkuat lagi komposit polipropilena, pengisi-pengisi seperti kaolin, karbon hitam, serat karbon, asbestos, serbuk kayu, kalsium karbonat, silikat dan mika ditambahkan (Clemons, 2002 dan Pritchard, 2004). Perkembangan bidang komposit yang berpengisi telah menjadi perhatian para penyelidik. Clemon (2002) dan Pritchard (2004) mengkaji kegunaan polipropilena yang ditambahkan dengan elastromer dan polipropilena diperkuat serat kaca. Menurut mereka, strategi industri baru memerlukan transformasi pada komoditi plastik dan bidang-bidang khusus melalui teknologi sederhana seperti pembentukan pengisi dan teknologi pencampuran. Bigg (1987) juga telah mengkaji sifat-sifat polipropilena dan polipropilena terisi perubahan bentuk asam dengan bahan pengisi seperti talkum, silikon, kalbida dan aluminium flak. Mitsui dkk. (1991) juga telah mempraktekkan polipropilena untuk kegunaan automotif terisi 5 hingga 50 % pengisi (talkum dan mika) yang memiliki sifat-sifat daya pelekat, pelapis dan pencetakan yang sempurna tetapi juga memiliki sifat-sifat panas dan mekanik yang baik. Bahanbahan lain yang ditambahkan pada komposit adalah ester dan asam anhidrida dikarbosilat tak jenuh untuk memisahkan kepolaran dengan polipropilena sehingga dapat pemperbaiki sifat-sifat akhir permukaan untuk berbagai proses pembentukan atau percetakan. Jeffs (1988) melaporkan kesan kalsium karbonat, talkum dan kaolin yang telah dilakukan perawatan permukaan pada sifat-sifat pembentukan polipropilena dengan cara suntikan dan polipropilena diperkuat kaca untuk kegunaan automotif. Riley dkk. (1990) melakukan berbagai peyelidikan bahan pengisi talkum dan kalsium karbonat dalam homopolimer polipropilena dan kopolimer untuk menentukan faktor-faktor yang mempegaruhi sifat-sifat komposit. Menurut mereka, kekakuan daripada polipropilena terisi ditentukan sebagian besar oleh modulus dan perbandingan aspek partikel-partikel, dimana kekuatan benturantergantung pada ukuran dan bentuk pengisi. Mereka mendapati bahwa

14 kekuatan benturankomposit dapat ditingkatkan dengan perbandingan partikel yang kecil. Dharia & Wolkowicz (1992) mengkaji kesan penggunaan serat pada sifatsifat polipropilena diperkuat serat kaca pendek. Wildman dkk. (1992) mengkaji sifat-sifat polipropilena dan pengisi poliamida dengan silika Neuburg, suatu jenis silika dengan sifat-sifat komersil yang terdiri dari campuran kuart jenis kaolin laminar. Alonso dkk. (1993) mengkaji sifat-sifat penahan bunyi daripada polipropilena terisi talkum sedangkan Petrovic dkk. (2000) mengkaji sifat-sifat fisik dan elektrik polipropilena terisi karbon hitam dalam bentuk komposit konduktif. Meskipun penggunaan pengisi berasaskan kayu tidak popular dibandingkan pengisi mineral atau pengisi anorganik tetapi kepentingannya telah meningkat akhir-akhir ini dalam penghasilan komposit berasaskan kayu. Pengisi kayu memiliki beberapa kelebihan dibandingkan pengisi organik yaitu mempunyai berat jenis yang rendah, sifat fatique yang rendah untuk pemprosesan dan biaya yang lebih rendah (Clemon, 2002 dan Pritchard, Woodhams dkk. (1984) mengkaji pengaruh maleat anhidrida polipropilena dan perubahan komposisi pada sifat-sifat polipropilena/serbuk kayu. Kesan positif dan negatif dari kelembaban yang terserap oleh serbuk kayu pada sifat mekanik dan reologi untuk komposit polipropilena/kayu telah dilakukan oleh Rieveld & Simon (1992). 2.5 Pengisi Limbah Padat Campuran Organik dan Anorganik Sistem Hibrid Sistem hibrid di dalam teknologi komposit pada saat ini sangat berkembang pesat. Menurut Richardson (1987), komposit yang dihasilkan dari dua atau lebih bahan pengisi atapun matriks yang berlainan disebut sebagai komposit hibrid. Secara umum, sistem hibrid di dalam komposit adalah suatu sistem dimana matriksnya atau bahan pengisi atau kedua-duanya terdiri dari dua bagian. Maksudnya, matriks dengan dua serat/pengisi atau satu pengisi dengan dua matriks atau kedua-duanya matriks. Jadi pengisi limbah padat campuran organik dengan anorganik pada mikrokomposit disebut dengan komposit hibrid.

15 Konsep hibrid ini sebenarnya merupakan lanjutan pada bidang komposit yaitu untuk menggabungkan berbagai jenis bahan demi mengoptimumkan sifatsifat komposit yang dihasilkan. Sebagai contoh, penambahan serat kevlar 49 pada komposit yang diperkuat dengan serat karbon dimana serat karbon bersifat rapuh sedangkan serat kevlar 49 bersifat liat sehingga komposit yang dihasilkan memiliki sifat mekanik yang lebih baik dibanding tanpa penambahan serat kevlar 49 (Patrick, 1992). Selain itu, sistem hibrid juga digunakan untuk mengurangi biaya produksi. Misalnya, penambahan pengisi yang bermutu rendah pada komposit yang diperkuat serat karbon ataupun serat boron tanpa menyebabkan penurunan yang berarti sifat mekanik komposit tersebut (Schwartz, 1992) Limbah Padat Campuran Organik dan Anorganik Komposit termoplastik berasaskan limbah padat pulp mempunyai kelebihan seperti spesifikasi kekuatan dan kekerasan yang tinggi, sifat fleksibel sewaktu pemprosesan dengan kurang fatique terhadap peralatan, berat jenis yang rendah, memiliki sifat penurunan biologi dan biaya yang murah (Yuan dkk., 1999). Penggunaan serat selulosa pada matriks polipropilena meningkatkan sifatsifat mekanik komposit, selain biayanya yang murah. Limbah padat pulp, merupakan salah satu bahan selulosa yang dihasilkan dari pemprosesan pembuatan pulp. Limbah padat pulp merupakan hasil buangan pada proses pembuatan pulp yang menimbulkan masalah pada lingkungan kerana jumlah yang banyak dan akan terus bertambah, limbah padat ini memerlukan tempat untuk pembuangan dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk pertanian, didaur ulang sebagai pupuk, recovery energi pada proses pembuatan pulp tersebut (Jang dkk., 2000; Son dkk., 2001, Jang & Lee, 2001 dan Hojamberdiev, dkk., 2008). Limbah padat pulp mengandung dua komponen utama yaitu bahan organik (selulosa, hemisellulosa dan/atau lignin) dan bahan anorganik dan bahan pelapis seperti kaolin dan kalsium karbonat, talk dan sebagainya yang ditambahkan sewaktu pemprosesan yang bertujuan untuk mengurangi biaya (Hojamberdiev, dkk., 2008). Limbah padat pulp yang digunakan mengandung 41 % bahan organik

16 dan 59 % bahan anorganik, nilai ini tergantung dari pabrik pembuatnya. Gambar 2.10 menunjukkan struktur selulosa di dalam campuran limbah padat pulp. Gambar Struktur Molekul Selulosa (Bledzki & Gassan, 1999) Komposit Limbah Padat Campuran Organik dan Anorganik Pada fabrikasi komposit, serat selulosa menjadi pusat perhatian karena kemampuannya sebagai pengisi penguat untuk polimer-polimer termoplastik dengan titik lebur rendah seperti polipropolena (PP), polietilena berat jenis tinggi (HDPE) dan polietilena berat jenis rendah (LDPE). Sebagai pengisi di dalam termoplastik, limbah padat pulp mempunyai banyak kegunaan yang sangat luas dan berkembang, disamping mempunyai biaya yang murah dan sifat-sifat perubahan dari kedua pengisi organik dan anorganik, yang sangat penting masalah lingkungan dapat teratasi dari limbah yang terbuang menjadi suatu bahan yang bermanfaat. Son dkk. (2001) menyatakan bahwa ukuran partikel limbah padat pulp khususnya sludge dan suhu pada sifat-sifat fisik dan mekanik dari komposit sludge kertas-polimer termoplastik. Mereka menyatakan bahwa dengan semakin kecilnya ukuran partikel sludge kertas, penyerapan air, kekuatan tarik dan kekuatan lentur komposit meningkat. Qiao dkk. (2003 a) telah meneliti penggunaan sludge kertas sebagai pengisi pada komposit polipropilena dan membandingkannya dengan polipropilena berpengisi kalsium karbonat komersil (CaCO 3 ). Hasil eksperimen menunjukkan bahwa sludge kertas lebih baik dari pada CaCO 3 sewaktu penghabluran polipropilena pada pembebanan pengisi yang sama, sifat-sifat mekanik dari pada komposit PP terisi sludge kertas adalah lebih baik daripada

17 komposit PP/CaCO 3, kecuali untuk kekuatan benturandan pemanjangan pada saat putus. Qiao dkk. (2003 b) juga telah mengkaji kesan penggunaan sludge kertas sebagai pengisi pada komposit polipropilena dengan menggunakan berbagai bahan penggandeng. Mereka membuktikan bahwa sifat-sifat mekanik, kestabilan panas dan sifat penghabluran meningkat dengan penambahan berbagai bahan penggandeng. Qiao dkk. (2004) menyatakan bahwa penambahan polipropilena malaeted (PPMA) sebagai bahan penggandeng untuk komposit polipropilena terisi sludge kertas meningkat dengan adanya interaksi antara muka polipropilena dan sludge kertas dan juga meningkatkan sifat-sifat kekuatan tarik dan kekuatan lenturnya. 2.6 Bahan Penyerasi Pengolahan kimia dilakukan dengan merubah permukaan pengisi atau matriks dengan menggunakan bahan kimia tertentu. Umumnya perubahan permukaan pengisi dilakukan dengan penambahan bahan penggandeng sedangkan perubahan matriks dilakukan dengan menggunakan bahan penyerasi. Bahan penggandeng atau bahan penyerasi yang digunakan harus serasi atau dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa kimia yang terdapat pada permukaan pengisi atau matriks. Bahan penyerasi adalah bahan kimia yang mempunyai satu segmen kimia untuk menyambungkan satu polimer dan segmen kimia yang kedua dengan polimer yang lain dengan cara membentuk ikatan kovalen antara dua fasa. Penggunaan bahan penyerasi akan mengurangi kedua fasa polimer terpisah dengan cara meningkatkan pelekatan antar muka antara kedua fasa. Umumnya bahan penyerasi merupakan kopolimer blok atau cangkok yang terdiri dari segmen berlainan dengan cara kimia akan serasi dengan fasa matriks polimer yang digunakan. Secara umum fungsi bahan penyerasi adalah untuk : a. Mengurangi tegangan antar muka peleburan polimer dengan memberikan pengemulsian dan seterusnya menyebarkan satu fasa ke dalam fasa yang lain b. Menambah pelekatan antar muka c. Menstabilkan fasa tersebar sewaktu pemprosesan.

18 2.6.1 Minyak Jarak Pagar Dalam eksperimen ini, bahan penyerasi yang digunakan ialah turunan minyak jarak pagar. Minyak jarak pagar (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya. Pemanfaatan minyak jarak pagar dan turunannya (derivat) sangat luas dalam berbagai industri: sabun, pelumas, minyak rem dan hidrolik, cat, pewarna, plastik tahan dingin, pelindung (coating), tinta, malam dan semir, nilon, farmasi (1% dari total produk dunia), dan parfum. Biji jarak pagar rata-rata berukuran 18 x 11 x 9 mm, berat 0,62 gram, dan terdiri atas 58,1 % biji inti berupa daging (kernel) dan 41,9 % kulit. Kulit hanya mengandung 0,8 % ekstrak eter. Biji (dengan cangkang) jarak pagar mengandung 20-40% minyak nabati, namun bagian inti biji (biji tanpa cangkang) dapat mengandung 45-60% minyak kasar. Kadar minyak (trigliserida) dalam inti biji ekuivalen dengan 55% atau 33% dari berat total biji. Asam lemak penyusun minyak jarak pagar terdiri atas 22,7% asam jenuh dan 77,3% asam tak jenuh. Kadar asam lemak minyak terdiri dari 17,0% asam palmiat, 5,6 % asam stearat, 37,1 % asam oleat, dan 40,2 % asam linoleat. Berdasarkan analisis terhadap komposisi asam lemak dari 11 provenans jarak pagar, diketahui bahwa asam lemak yang dominan adalah asam oleat, asam linoleat, asam stearat, dan asam palmitat. Komposisi asam oleat dan asam linoleat bervariasi, sementara dua asam lemak yang tersisa, yang kebetulan merupakan asam lemak jenuh, berada pada komposisi yang relatif tetap (Heller, 1996). Minyak jarak pagar berwujud cairan bening berwarna kuning dan tidak menjadi keruh meski disimpan dalam waktu yang lama. Umumnya para peneliti menggunakan bahan kimia sebagai bahan penyerasi. Penggunaan minyak jarak pagar sebagai bahan penyerasi diharapkan dapat lebih berinteraksi sehingga komposit yang dihasilkan memiliki sifat mekanik yang lebih baik dan juga produknya lebih ramah terhadap lingkungan. Struktur kimia dari minyak jarak pagar terdiri dari trigliserida dengan rantai asam lemak yang lurus (tidak bercabang), dengan atau tanpa rantai karbon

19 tak jenuh, mirip dengan CPO (crude palm oil). Struktur kimia dan buah dari minyak jarak pagar dapat dilihat pada Gambar dan di bawah ini (Sopian, 2005). H 2 C O C(O) (CH 2 ) 16 CH 3 HC O C(O) (CH 2 ) 7 CH = CH (CH 2 ) 7 CH 3 H 2 C O C(O) (CH 2 ) 7 CH = CH CH 2 CH CH (CH 2 ) 4 CH 3 Gambar Struktur Kimia Minyak Jarak Pagar (Sopian, 2005) Gambar Buah Jarak Pagar (Jatropha curcas L) (Sopian, 2005) Polipropilena Maleat Anhidrida (PPMA) Menurut Krul (1985), tujuan penambahan maleat anhidrida pada poliolefin adalah untuk meningkatkan poliritas, daya rekat, daya ikat dan kepekaan terhadap ikatan silang. Hasil akhir dari modifikasi tersebut menaikan keserasian polimer tersebut dengan bahan pengisi. Sedangkan menurut Mishra (2000) tujuan penambahan bahan penggandeng adalah untuk mengurangi kepolaran dari serat selulosa sehingga dapat berinteraksi dengan matriks polipropilena. Dalvag (1985) telah melaporkan bahwa penggunaan polipropilena maleat anhidrida (PPMA) dapat digunakan sebagai bahan penyerasi yang memberi ikatan

20 pada kedua serat yang mengandung kumpulan hidroksida dan matriks polimer melalui penambahan peroksida. Chen dkk., (1998) juga mengkaji penggunaan PPMA, dimana penggunaan PPMA telah meningkatkan sifat-sifat mekanikal seperti modulus tarik, kekuatan tarik dan kekuatan benturan pada komposit polipropilena diperkuat serat bambu. Ichazo dkk., (2001) melaporkan bahwa polipropilena anhidrida malaeted (PPMA) sebagai bahan penyerasi dan silana sebagai bahan penggandeng telah meningkatkan modulus tarik dan kekuatan komposit polipropilena/serbuk kayu serta mengurangi penyerapan air komposit. Wielega dkk, (2003) melakukan penyelidikan pada komposit polipropilena dengan diperkuat serat rami dengan menambahkan maleat anhidrida sebagai bahan penggandeng. Hasil penyelidikan didasarkan pada scanning electron microscope (SEM) didapati bahwa terjadi peningkatan adhesi setelah ditambahkan maleat anhidrida. Demikian juga menurut Yeh Wah dkk. (2003) mereka melakukan kajian tentang kefektifan dan adhesi pada komposit poliolefin dengan serbuk kayu dan menggunakan maleat anhidrida. Jenis poliolefin yang digunakan yaitu polietilena linier densitas rendah (LLDPE) dan polietilena densitas tinggi (HDPE). Dari hasil penelitian terhadap sifat mekanikal, morfologi, FTIR didapati peningkatan yang signifikan terhadap komposit yang dihasilkan. Dalam penelitian ini PPMA yang digunakan sebanyak 3% terhadap matriks. Hal ini didasari atas hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yang dkk., (2007) dimana mereka mengkaji bahwa penggunaan bahan penyerasi yang maksimum hanya 3 % untuk komposit yang berisi serat lignoselulosa. Studi yang lain juga dilakukan oleh Jungil Son, dkk (2004) dimana penggunaan bahan penghubung Epolene G-303 TM sebanyak 3 % berat menunjukkan pengaruh yang hampir sama dengan penggunaan bahan penghubung sebanyak 5 % terhadap kenaikan sifat mekanik modulus fleksural polietilena densitas rendah yang berisi paper sludge. 2.7 Analisa Panas Analisa panas polimer merupakan satu objek yang sangat penting untuk dikaji terhadap polimer yang mempunyai ketahanan panas dan masalah kestabilan

21 polimer yang mempunyai keseimbangan panas. Analisis panas adalah menjadi kaedah analitik yang penting didalam memahami hubungan sifat struktur dan teknologi pembentukan melekul dan produk industri untuk berbagai bahan-bahan polimer yang berbeda, khususnya komposit berpenguat serat. Terlebih lagi teknik yang digunakan untuk menentukan kestabilan panas suatu bahan. Serat sellulosa mengalami penurunan lignin diantara suhu C, dan polisakarida yang lain, terutama selulosa teroksidasi yang turun pada suhu tinggi (Akita dan Kase, 1967). Salah satu kaedah yang digunakan untuk mengkaji sifatsifat panas dari bahan polimer adalah adalah analisis termal termogravimetri (TGA). Data termogravimetri menunjukan sejumlah urutan dari lengkungan panas, kehilangan berat bahan di dalam setiap tahapan, suhu awal penurunan, dan lain-lain (Mc Neill, 1989). Termogravimetri dan analisis differensial termal termogravimetri (DTG) akan menghasilkan informasi keadaan alamiah dan pemanjangan penurunan suhu bahan. Di dalam differential scanning calorymetry (DSC), kecepatan aliran panas dihubungkan dengan tahap panas yang dapat diukur sebagai fungsi waktu dan suhu untuk mengetahui peleburan dan fase peralihan sistem komposit. Mucha dkk. (2000) mengkaji kesan pengisi karbon hitam pada sifat-sifat kinetik penghabluran dari polipropilena isotaktik. Mereka mendapati bahwa kesan nukleus alamiah dan mekanisme habluran PP berubah tergantung pada suhu penghabluran (T) dan kandungan karbon hitam. Untuk komposit polimer dengan matriks semihablur, penghabluran merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan kekerasan rekahan dari pada matriks yang dihablurkan tersebut. Penghabluran tergantung pada parameter pemprosesan seperti suhu penghabluran, berat jenis dan waktu pemprosesan. Sebagaimana yang telah diteliti bahwa lapisan transcrystalline terbentuk pada permukaan serat/matriks (Wang & Hwang, 1996 dan Wang & Liu, 1997). Joseph dkk. (2003) telah mengkaji sifat panas dan penghabluran dari serat sisal yang dirawat dengan polipropilena glikol (PPG), PPMA, KmN04 sebagai penguat pada komposit polipropilena. Menurut mereka ketahanan panas, suhu lebur dan penghabluran meningkat dengan penambahan serat sisal yang terawat ke dalam matriks polipropilena.

22 2.7.1 Analisis Kalori Differensial (DSC) DSC merupakan pengujian yang baru, setelah menggantikan analisis termal differensial (DTA). Pada umumnya informasi sifat termal sampel dapat diperoleh dari data perubahan berat, suhu dan entalpi selama proses pemanasan (Wirjosentono, 1995). DSC mengukur perbedaan jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur sampel. Hal ini dapat dilihat dari perubahan komposit sebagai fungsi temperatur. DSC meliputi penentuan temperatur tansisi gelas (Tg), titik leleh, kristalisasi, panas reaksi dan panas fusi, kapasitas panas dan panas spesifik, kinetika reaksi dan kemurnian (purity) Analisis Termal Gravimetri (TGA) Analisis termal gravimetri merupakan metode analisis yang menunjukkan sejumlah urutan dari lengkungan termal, kehilangan berat dari bahan dari setiap tahap, dan suhu awal penurunan (Mc Neil, 1989). Analisis termal gravimetri dilakukan untuk menentukan kandungan pengisi dan kestabilan termal dari suatu bahan. 2.8 Spektroskopi Infra Merah (FTIR) Dua variasi intrumentasi dari spektroskopi IR yaitu metode dispersif yang lebih tua, dimana prisma atau kisis dipakai untuk mendispersikan radiasi IR, dan metode yang kedua Fourier Transform (FT) IR yang lebih akhir, yang menggunakan prinsip interferometri. Kelebihan FTIR ini ukuran sampel yang digunakan untuk diuji lebih kecil dan spektrum yang dihasilkan dapat lebih cepat terdeteksi karena telah tersimpan di dalam komputer. Spektrum-spektrum disfersif dari sebagian besar polimer komersial telah dicatat, oleh karena identifikasi kualitatif zat-zat yang tidak diketahui seringkali dapat diselesaikan melalui perbandingan. Ini mencakup polimer-polimer yang memiliki stereokimia atau distribusi rangkaian monomer yang bervariasi, karena perbedaan demikian biasanya menghasilkan spektrum-spektrum yang berbeda. Dimana spektrum-spektrum komparatif tidak tersedia, pengetahuan struktur polimer dapat diperoleh melalui pertimbangan yang wajar terhadap pita-pita gugus fungsional, ataudengan membandingkan spetruk dengan spektrum

23 senyawa-senyawa model berat molekul yang rendah yang siap terkarakterisasi dengan struktur yang mirip (Steven, 2001). Penggunaan spektroskopi FTIR untuk analisa banyak digunakan untuk identifikasi suatu senyawa. Hal ini disebabkan spektru FTIR suatu senyawa (misl senyawa organik) bersifat khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda pula. Vibrasi ikatan kimia pada suatu molekul menyebabkan pita serapan hampir seruhnya di daerah spektrum IR yakni cm -1. Formulasi bahan polimer komersial dengan kandungan aditif bervariasi sebagai kandungan pemplastis, pemantap dan anti oksidan, memberikan kekhasan pada spekturm IRnya. Analisis IR memberikan informasi tentang kandungan aditif, panjang rantai, dan struktur rantai polimer. Disamping itu, analisis Irdapat digunakan untuk karakterisasi bahan polimer yang terdegradasi oksidatif dengan munculnya gugus karbonil dan pembentukan ikatan rangkap pada rantai polimer. Gusus lain yang menunjukkan terjadinya degradasi oksidatif adalah gugus hidroksidasi dan karboksilat (Harjono, 1991). 2.9 Morfologi Bahan Komposit Morfologi bahan komposit merupakan keadaan yang disebabkan oleh penyerapan (dispersi) dari pengisi di dalam matriks. Permukaan patahan dari uji kekuatan tarik komposit dapat dipelajari dengan mikroskop elektron payaran (SEM), karena jauh lebih mudah untuk mempelajari struktur permukaan tersebut secara langsung. Pada dasarnya SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron yang dipantulkan atau seberkas elektron sekunder. Prinsip utamanya adalah berkas elektro diarahkan pada titik-titik permukaan spesimen. Gerakan elektron tersebut disebut dengan scanning (gerakan membaca). Jika seberkas elektron ditembakkan pada permukaan spesimen maka sebagian dari lektron tersebut akan dipantulkan kembali dan sebagian lagi akan diteruskan. Jika permukaan spesimen tidak rata, banyak lekukan, atau lubanglubang, maka tiap begian dari permukan spesimen tersebut akan memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan jika ditangkap detektor akan diteruskan ke sistem layar dan akan diperoleh gambaran yang jelas dari

24 permukaan spesien tersebut dalam bentuk tiga dimensi. Sampel yang dianalisa dengan teknik ini harus mempunyai permukaan dengan konduktivitas tinggi. Bahan polimer yang memeng memiliki konduktivitas yang rendah sehingga harus dilapisi dengan bahan konduktor yang tipis. Bahan yang biasa digunakan adalah emas atau campuran emas dan palladium.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penambahan bahan pengisi atau campuran dua atau lebih polimer telah menjadi fenomena penting pada tahun-tahun terakhir untuk mendapatkan suatu bahan dengan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Termoplastik Elastomer (TPE) adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan polimer dan komposit dewasa ini semakin meningkat di segala bidang. Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat yang membutuhkan material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis merupakan polimer alam dengan monomer isoprena. Karet alam memiliki ikatan ganda dalam konfigurasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universita Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universita Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabodetabek rata-rata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengunaan material komposit mulai banyak dikembangakan dalam dunia industri manufaktur. Material komposit yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang kembali, merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan termoplastik elastomer berbasis NR berpotensi untuk meningkatkan sifat-sifat NR. Permasalahan utama blend PP dan NR adalah belum dapat dihasilkan blend

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polistiren adalah salah satu contoh polimer adisi yang disintesis dari monomer stiren. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat dan dapat

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan banyak sekali produk turunan dari minyak sawit yang dapat menggantikan keberadaan minyak

Lebih terperinci

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *)   ABSTRAK PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampah dan produk-produk sampingan industri adalah salah satu unsur yang dapat membuat lingkungan tercemar dan karenanya harus dilakukan suatu usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polietilena termasuk jenis polimer termoplastik, yaitu jenis plastik yang dapat didaur ulang dengan proses pemanasan. Keunggulan dari polietilena adalah tahan terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, pembuatan produk lateks karet alam dengan penambahan pengisi organik maupun anorganik telah menyita banyak perhatian peneliti karena menunjukkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu rekayasa material menjadi suatu kajian yang sangat diminati akhir - akhir ini. Pemanfaatan material yang lebih dikembangkan saat ini adalah polimer. Polimer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komposit adalah suatu sistem bahan (meterial) yang tersusun dari campuran atau kombinasi dari dua atau lebih konstituen makro yang berbeda dalam bentuk atau komposisi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH UKURAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA SERBUK KAYU SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH UKURAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA SERBUK KAYU SKRIPSI ANALISIS PENGARUH UKURAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA SERBUK KAYU SKRIPSI oleh DENDY ARIF 04 04 04 019 4 SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : - Hot Plate Stirer Coming PC 400 D - Beaker Glass Pyrex - Hot Press Gotech - Neraca Analitik Radwag

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air bersih adalah kebutuhan yang sangat vital untuk kehidupan masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, air bersih di Indonesia sulit untuk diperoleh. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 SIFAT MEKANIK PLASTIK Sifat mekanik plastik yang diteliti terdiri dari kuat tarik dan elongasi. Sifat mekanik diperlukan dalam melindungi produk dari faktor-faktor mekanis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Charles Goodyear menemukan karet yang tervulkanisasi dengan menggunakan sulfur, sudah timbul keinginan peneliti untuk proses ban karet bekas agar dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah cairan kental yang diambil atau diekstrak dari tumbuhtumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak, yang

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Mepoxe Terhadap Sifat Mekanik dan Stabilitas Thermal Epoksi sebagai Bahan Adhesif ASTM A-36

Pengaruh Penambahan Mepoxe Terhadap Sifat Mekanik dan Stabilitas Thermal Epoksi sebagai Bahan Adhesif ASTM A-36 Pengaruh Penambahan Mepoxe Terhadap Sifat Mekanik dan Stabilitas Thermal Epoksi sebagai Bahan Adhesif ASTM A-36 Oleh : Delsandy Wega R 2710100109 Dosen Pembimbing Dr.Eng Hosta Ardhyananta, S.T.,M.Sc PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa.

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. TINJAUAN PUSTAKA Plastik Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri atas unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam (Hevea Brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Karet alam pada dasarnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Indonesia mempunyai total areal perkebunan karet sebesar 3.338.162 ha (2003)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biji karet berpotensi menjadi produk samping dari perkebunan karet yang tersebar luas di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet

Lebih terperinci

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, kebutuhan akan material juga cenderung bertambah dari tahun ke tahun sehingga dibutuhkan material-material baru

Lebih terperinci

INTRODUCTION TO MATERIAL

INTRODUCTION TO MATERIAL INTRODUCTION TO MATERIAL Lotus effect Ilmu material atau teknik material atau ilmu bahan adalah sebuah interdisiplin ilmu teknik yang mempelajari sifat bahan dan aplikasinya terhadap berbagai bidang

Lebih terperinci

2015 PEMBUATAN D AN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT LIMBAH D AUN SUKUN D ENGAN MATRIK POLYETHYLENE

2015 PEMBUATAN D AN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT LIMBAH D AUN SUKUN D ENGAN MATRIK POLYETHYLENE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan Plastik memiliki kelebihan kepraktisan dan bobot ringan yang membuatnya banyak dipakai. Orang-orang di seluruh dunia umumnya menggunakan plastik untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Poliuretan memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai busa tempat tidur, sofa, asesoris mobil, serat, elastomer, dan pelapis (coating). Produk Poliuretan mempunyai bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah seperti tumpahan minyak merupakan salah satu bentuk polusi yang dapat merusak lingkungan. Dampak dari tumpahan minyak ini dapat merusak ekosistem lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material komposit merupakan suatu materi yang dibuat dari variasi penggunaan matrik polimer dengan suatu substrat yang dengan sengaja ditambahkan atau dicampurkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan bakar fosil telah banyak dilontarkan sebagai pemicu munculnya BBM alternatif sebagai pangganti BBM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interpenetrasi Jaringan Polimer (IPN) telah berkembang sejak tahun 90-an. Telah banyak penelitian yang dipatenkan dalam bidang ini (Tamrin, 1997). Polimer Jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit Komoditas kelapa sawit memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan/oleochemical serta produk samping/limbah. Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lignin merupakan polimer alam yang terdapat dalam tumbuhan. Struktur lignin sangat beraneka ragam tergantung dari jenis tanamannya. Namun, secara umum lignin merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komposit merupakan salah satu jenis bahan yang dibuat dengan penggabungan dua atau lebih macam bahan yang mempunyai sifat yang berbeda menjadi satu material dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA-SERBUK KAYU SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA-SERBUK KAYU SKRIPSI ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIPROPILENA-SERBUK KAYU SKRIPSI Oleh: RIDWAN SYARIF 04 04 04 062 3 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi bahan sudah berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun sejak abad ke-20. Banyak industri yang sudah tidak bergantung pada penggunaan logam sebagai

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu penyiapan aditif dan analisa sifat-sifat fisik biodiesel tanpa dan dengan penambahan aditif. IV.1 Penyiapan

Lebih terperinci

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2.

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2. SENYAWA ORGANIK A. Sifat khas atom karbon Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2. Atom karbon mempunyai 4 elektron valensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komposit polimer semakin berkembang dewasa ini, bersaing dengan komposit logam maupun keramik. Berbagai pemrosesan komposit terus dipacu, diarahkan ke sasaran produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Tingginya kadar air dan parenkim pada KKS, berakibat sifat fisik dan mekanik

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Tingginya kadar air dan parenkim pada KKS, berakibat sifat fisik dan mekanik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti diketahui kayu kelapa sawit atau KKS memiliki sifat hidrofil yang tinggi. Tingginya kadar air dan parenkim pada KKS, berakibat sifat fisik dan mekanik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, sistem perhubungan merupakan salah satu nadi penggerak dalam menjalani satu kehidupan yang sistematik. Salah satu sistem perhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemanfaatan polimer telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh yang sering kita jumpai sehari-hari adalah plastik

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan berkembangnya teknologi dalam bidang rekayasa material. Salah satu komposit yang banyak dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi pada zaman modern ini, komposit polimer juga semakin berkembang,komposit polimer bersaing dengan komposit matriks logam maupun keramik.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanokomposit adalah struktur padat dengan dimensi berskala nanometer yang berulang pada jarak antar bentuk penyusun struktur yang berbeda. Bahan nanokomposit biasanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selulosa merupakan polisakarida yang berbentuk padatan, tidak berasa, tidak berbau dan terdiri dari 2000-4000 unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang). HIDROKARBON Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5 Latihan contoh soal dan jawaban soal polimer Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar! 1. Polimer berikut yang tidak termasuk polimer alam adalah. A. tetoron B.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini mendorong para peneliti untuk menciptakan dan mengembangkan suatu hal yang telah ada maupun menciptakan

Lebih terperinci

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN PENDAHULUAN Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, dimana akan terbentuk material yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material

I. PENDAHULUAN. berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi saat ini, kebutuhan material dengan kombinasi sifat-sifat mekanis yang tidak ditemukan pada material konvensional seperti metal, keramik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 KOMPOSIT II.1.1 Umum Komposit merupakan sistem material yang terdiri dari campuran atau kombinasi dari dua atau lebih mikro atau makro konstituen yang berbeda dalam bentuk dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci