BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga membahas mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan yang terakhir ialah sistematika penyajian. 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu media untuk menuangkan ataupun menyampaikan pikiran-pikiran manusia satu ke manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan yang langsung dapat berkomunikasi dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat, manusia tidak dapat berbahasa ketika ia dilahirkan. Oleh karenanya, bahasa mestilah diperoleh. Bagaimana bahasa diperoleh menimbulkan suatu polemik. Para psikolinguis kemudian mencoba memecahkan bagaimana bahasa diperoleh. Kaum behavioris yang diwakilkan oleh B. F. Skinner mengatakan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan oleh rangsangan di luar diri anak atau dengan kata lain bergantung kepada lingkungan anak (Chaer, 2009: 222). Teori behaviorisme berpendapat bahwa sesuatu yang berkaitan dengan apa yang terdapat di dalam diri anak tidak memiliki pengaruh terhadap proses pemerolehan bahasa. Bertentangan dengan kaum behavioris, kaum Nativis yang diwakili oleh Noam Chomsky berpendapat bahwa lingkungan tidak memiliki pengaruh dalam 1

2 2 pemerolehan bahasa. Mereka berpendapat bahwa seorang anak telah diberikan bekal, kapasitas atau potensi di dalam genetis yang mereka sebut sebagai LAD (Language Acquisition Device) (Pateda, 1990: 47). Mereka juga meyakini bahwa potensipotensi tersebut akan berkembang ketika saatnya telah tiba. Dengan demikian, kaum ini berpandangan bahwa lingkungan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penguasaan bahasa. Kaum yang terakhir ialah kaum kognitif. Jean Piaget sebagai tokoh kognitifisme menyatakan bahwa manusia itu bukanlah ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif (Chaer, 2009: 223). Kaum ini berpandangan bahwa pemerolehan bahasa dipengaruhi oleh kematangan kognitif anak. Kaum ini juga mempercayai akan adanya pengaruh lingkungan terhadap pemerolehan bahasa. Dari beberapa teori yang telah dikemukakan, terdapat beberapa faktor yang dipertimbangkan di dalam sebuah proses pemerolehan bahasa pertama oleh anak. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor lingkungan, LAD, dan kematangan kognitif. Dari ketiga faktor tersebut, penelitian ini mencoba untuk mengetahui apakah perlakuan lingkungan dapat mempengaruhi pemerolehan bahasa anak atau tidak. Bahasa yang akan dibahas pada penelitian ini akan fokus terhadap salah satu elemen bahasa yaitu fonologi. Dalam memperoleh bahasa, seorang anak dapat menguasai bahasa pertamanya dengan waktu yang relatif singkat (Steinberg, Nagata, & Aline, 2001: 3). Dalam memperoleh bahasa, setiap anak memiliki jangka waktu yang berbeda-beda dalam menguasainya. Beberapa anak dapat mengalami keterlambatan

3 3 dalam menguasai bahasa sedangkan beberapa anak lainnya dapat memperoleh bahasa lebih cepat. Cepat atau lambatnya pemerolehan bahasa pada anak merupakan sebuah permasalahan yang sangat kompleks. Faktor-faktor dari dalam maupun dari luar si anak juga sangat menentukan. Salah satu faktor yang menentukan di luar diri anak ialah faktor perlakuan lingkungan. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan lingkungan berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa pada anak, maka diperlukan sebuah penelitian yang menitikberatkan pada pemerolehan bahasa dan perlakuan lingkungan anak. Ketika seorang bayi dilahirkan, pada saat itulah ia mulai berinteraksi dengan lingkungannya. Pada saat itu pula, bayi telah memulai tahapantahapan pemerolehan bahasanya. Dalam memproduksi bahasa, hal yang pertama kali diperoleh ialah produksi fonologi. Oleh karenanya tulisan ini akan menitik beratkan pada pemerolehan fonologi anak usia 0-20 bulan. Bagaimana perkembangan fonologi anak usia 0-20 bulan, bagaimana ia mengembangkan konsep-konsep kebahasaan yang masih terbatas di dalam komunikasinya, bagaimana kecepatan serta urutan pemerolehan fonologisnya, serta sejauh mana perlakuan lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan fonologi anak merupakan hal-hal yang akan dipecahkan di dalam penelitian ini. Perlu diketahui lebih awal bahwa subjek penelitian di dalam penelitian ini merupakan dua orang anak laki-laki bernama Karim dan Vintorez. Kedua anak ini memiliki latar belakang keluarga yang berbeda namun berada pada lingkungan tempat tinggal yang sama. Mereka merupakan anak pertama dengan berat badan

4 4 ketika dilahirkan ialah sekitar 3 kg. Meski memiliki jenis kelamin, urutan anak, dan lingkungan tempat tinggal yang sama, namun kedua anak tersebut memiliki perlakuan lingkungan berbahasa yang berbeda. Keluarga Karim merupakan keluarga dengan basic pendidikan bahasa yang juga sangat aktif memberikan masukan-masukan bahasa sejak Karim dilahirkan. Sebagai tambahan, Karim merupakan keponakan dari penulis. Lain halnya dengan Karim, Vintorez memiliki keluarga yang tidak terlalu memperhatikan bahasa sehingga sangat kurang dalam memberikan masukan-masukan bahasa sejak ia dilahirkan hingga berusia 20 bulan. Pada saat penelitian ini dimulai (28 Februari 2014), Karim baru saja dilahirkan sedangkan Vintorez masih berada di dalam kandungan ibunya. Pengambilan-pengambilan video maupun catatan telah dilakukan untuk terus mengamati perkembangan Karim. Pada saat Vintorez lahir, hal yang sama pun dilakukan. Data-data tersebut kemudian dibandingkan. Dari data yang diperoleh, pada saat dilahirkan, keduanya memiliki karakteristik yang sama yang juga dimiliki oleh bayi lainnya yaitu hanya berupa tangisan yang terdiri dari bunyi-bunyi vokal [ɛ], [a] dan konsonan frikatif [h] serta kemampuan kinesik dan komprehensinya yang belum berkembang. Kesamaan pemerolehan bunyi juga masih terlihat saat usia mereka 6 bulan. Hingga usia 6 bulan, fonem vokal yang telah diperoleh oleh Karim maupun Vintorez ialah bunyi-bunyi vokal [ɛ], [ə], [a], dan [e]. Produksi fonem konsonannya pun antara Karim dan Vintorez relatif sama. Karim dan Vintorez pada usia 0-6 bulan telah dapat memproduksi konsonan [h], [ɣ], dan [ŋ]. Perbedaan pemerolehan fonologi

5 5 baru terlihat ketika Karim dan Vintorez telah sampai pada tahap celotehan. Karim terlihat lebih banyak berceloteh dari Vintorez. Pada tahap ini, dari usia 6-9 bulan, produksi bunyi yang terdengar pada celotehannya pun bertambah. Pada Karim, bunyi fonem-fonem konsonan dan vokal yang bertambah ialah bunyi-bunyi [u], [x], [d], [m], dan [t] sedangkan bunyi yang bertambah pada Vintorez ialah bunyi [x] dan [i]. Pada usia 8 bulan, Karim telah dapat menunjukkan referen yang diucapkan oleh orang dewasa dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada dialog antara KM (Karim) dan P (Peneliti). Dialog 1 P KM : Im, ada pesawat, mana pesawatnya ya, im? : [u:] (menunjuk pada pesawat yang lewat) Ia juga telah dapat menunjuk pada referen-referen lain seperti bunga, bulan, cicak, burung, dsb. dengan mengeluarkan bunyi [u:] saat menunjuk. Pada umur yang sama, peneliti mencoba perlakuan yang sama pada VT (Vintorez) dengan melakukan sebuah dialog ringan. Dialog 2 P VT : Vinto, ada pesawat, pesawatnya di mana ya, Vinto? : (memandang peneliti lalu kemudian memandang ke arah lain)

6 6 Peneliti juga menanyakan benda-benda lain yang berada dilingkungannya namun ia tetap tidak berhasil menunjuk pada referen yang dimaksud. Vintorez juga tidak mengeluarkan bunyi saat ditanya. Pada saat usia mereka 20 bulan, Karim telah dapat melafalkan berbagai macam kata seperti [ʃampay] <sampai>, [ɔwaŋ] <orang>, [ʃawah] <sawah>, dan berbagai macam kata di sekitarnya. Ia juga telah dapat mengucapkan lebih dari dua kata seperti [wowowobɔt] <row row row your boat>, [amih kəntut apih juga] <amih kentuh apih juga>, dan [gaboeh mati ʔ in aja yaʔ] <gak boleh, dimatiin saja ya>. Pada usia yang sama, Vintorez baru dapat mengucapkan ucapan satu kata seperti [əndaʔ] <bunda>, [əmɔh] <emoh (tidak mau)>, [əkan] <ikan>, dan [ayah] <ayah>. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka didapatkan beberapa masalah yang menarik untuk dikaji. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kemampuan fonologi Karim dan Vintorez pada usia 0-20 bulan? 2. Bagaimanakah perbandingan perkembangan kemampuan fonologi Karim dan Vintorez pada usia 0-20 bulan? 3. Bagaimanakah pengaruh perlakuan lingkungan bahasa pada kemampuan fonologi Karim dan Vintorez pada usia 0-20 bulan?

7 7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai ialah: 1. Mendeskripsikan kemampuan fonologi Karim dan Vintorez di usia 0-20 bulan. 2. Mendeskripsikan perbandingan kemampuan fonologi pada Karim dan Vintorez di usia 0-20 bulan. 3. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh perlakuan lingkungan bahasa terhadap kemampuan fonologi Karim dan Vintorez di usia 0-20 bulan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dharapkan mampu memberikan manfaat, baik itu manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Adapun manfaat teoritis dan praktis tersebut adalah sebagai berikut: Manfaat Teoritis Pada teori-teori pemerolehan fonologi seperti teori struktural universal, teori generatif struktural universal, teori proses fonologi alamiah, dan teori kontras dan proses keempatnya saling memperdebatkan ada tidaknya pengaruh lingkungan terhadap pemerolehan fonologi bahasa anak. Di dalam penelitian ini membahas mengenai perbandingan antara pengaruh lingkungan dan pemerolehan fonologi. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan akan

8 8 memberikan manfaat teoritis berupa deskripsi mengenai pengaruh perlakuan lingkungan pada pemerolehan fonologi anak Manfaat Praktis Pada sisi lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaatnya secara praktis, baik itu pada dunia pendidikan maupun pada masyarakat. Di dalam dunia pendidikan, hasil dari penelitian ini yang menyangkut bagaimana pemerolehan bahasa anak dapat menjadi acuan dalam mengajarkan bahasa kedua untuk anak. Guru dapat mengajarkan kata-kata yang sekiranya memiliki bunyi-bunyi yang telah dikuasai anak sehingga penyerapan anak terhadap kosakata tersebut akan lebih cepat. Selain itu, peneltian ini juga diharapkan mampu memotivasi dan menginspirasi dunia pendidikan untuk menciptakan lingkungan ideal yang mampu menunjang perkembangan bahasa anak. Di sisi lain, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk masyarakat dalam memberikan peran yang baik dalam memberikan lingkungan yang baik bagi anak untuk dapat berkomunikasi dengan baik di masa pemerolehan bahasa. Jika anak mampu menguasai dan memahami bahasa sejak kecil, maka komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak akan semakin baik sehingga anak tidak akan terus menangis untuk mengutarakan keinginannya dan orang tua pun tidak perlu bersusah payah dalam memahami anaknya.

9 9 1.5 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, penelitian mengenai pemerolehan bahasa yang cukup terkenal adalah penelitian yang dilakukan oleh Dardjowidjojo (2000) yang kemudian telah dibukukan dengan judul buku ECHA: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Pada penelitian tersebut, Dardjowidjojo (2000) meneliti pemeroleh bahasa cucunya yang bernama Echa secara longitudinal sejak tahun pertama Echa dilahirkan hingga usianya menginjak lima tahun. Penelitian tersebut membahas pemerolehan bahasa Echa secara lengkap mulai dari aspek fonetik hingga pragmatik sejak Echa berusia 0-5 tahun. Kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan oleh Dardjowidjojo adalah bahwa derajat kepatuhan terhadap universalisme bahasa sangat tinggi pada tataran elemen fonologi, tetapi menurun pada komponen sintaksis. Derajat keuniversalan ini lebih menurun lagi pada komponen leksikon, baik macam kata, urutan, dan jumlah pemerolehan kata yang diperoleh Echa pada rentang waktu lima tahun. Dari tataran pragmatis, khususnya pada ragam bahasa, ragam bahasa yang diperoleh Echa cenderung bersifat informal. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Echa juga dapat dilihat perkembangan fonem-fonem yang telah dikuasai Echa dari usia 0-20 bulan. Dari usia 0-12 bulan, Echa telah dapat memproduksi bunyi-bunyi vokal [i], [e], [ə], [ɛ], [a], [o], dan [u] sedangkan bunyi-bunyi konsonan yang telah dihasilkan ialah [p], [t], [ʔ], [b/β], [d/ð], [g/ɠ], [ɣ], [h], [m], [ŋ], [y], [w], dan [ɹ]. Pada usia 24 bulan, Echa telah dapat menguasai semua fonem vokal bahasa Indonesia sedangan fonem konsonan

10 10 yang telah dikuasai Echa ialah [p], [b], [t], [d], [k*], [g*], [ʔ], [s*], [h], [m], [n], [ŋ], [w], [l], dan [y]. Bunyi fonem yang diberi tanda [*] merupakan fonem-fonem yang belum muncul atau baru muncul secara terbatas. Namun demikian, hasil dari pemerolehan fonologi pada Echa tidak dapat dijadikan perbandingan dalam menentukan cepat atau tidaknya pemerolehan bahasa Karim ataupun Vintorez. Hal ini dikarenakan perbedaan gender antara Echa dan Karim-Vintorez. Echa yang merupakan seorang perempuan akan dapat memiliki perkembangan berbahasa yang lebih cepat daripada Karim-Vintorez yang merupakan anak laki-laki. Chaer (2009: 134) mengatakan bahwa anak-anak perempuan akan lebih cepat pandai berbicara, membaca, dan jarang mengalami gangguan belajar jika diandingkan dengan anak laki-laki. Lain halnya dengan penelitian Dardjowidjojo, penelitian Alamsyah, dkk. (2011) yang terdapat dalam jurnal Malay Language Journal Education lebih menekankan pada pemilihan bahasa pada anak yang juga merupakan permasalah dalam penelitian yang akan dikaji ini. Alamsyah, dkk. mengambil judul Pemilihan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pertama Anak dalam Keluarga Masyarakat Aceh Penutur Bahasa Aceh di Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian tersebut meneliti tentang faktorfaktor pemilihan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dalam keluarga Aceh penutur bahasa Aceh. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Alamsyah, dkk. menunjukkan bahwa anak usia 2-3 tahun yang orang tuanya memilih bahasa Indonesia menjadi bahasa pertama mereka akan merasa bingung ketika orang tuanya

11 11 menggunakan bahasa Indonesia kepada mereka sedangkan tetangganya menyapa si anak dengan menggunakan bahasa Aceh. Terkait dengan pemilihan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama yang digunakan dalam berinteraksi dengan anak, terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu; lingkungan tempat tinggal, simbol kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih mudah mengikuti pelajaran di sekolah, anak mudah memahami bacaan, dan bahasa indonesia diyakini dapat menetralisasi perbedaan dialek bahasa Aceh antara suami istri yang berasal dari dialek bahasa aceh yang berbeda. Penelitian lain dilakukan oleh Evans (2004) yang membahas hubungan antara pendapatan keluarga dan perkembangan bahasa anak. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah memiliki perkembangan bahasa yang relative terlambat. Penelitian yang dilakukan oleh Lewis & Wilson (1972) dan Hoff- Ginsberg (1991) yang juga meneliti mengenai pengaruh status sosial terhadap kemampuan bahasa anak juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Evans (2004). Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Tulkin dan Kagan (1972) menunjukkan bahwa ibu dari kalangan menengah ke atas cenderung memberikan interaksi verbal yang lebih baik daripada ibu dari kalangan menengah ke bawah. Daneshvar dan Sadighi (2014) melakukan penelitian pada anak-anak Iran yang memiliki orang tua dari berbagai jenjang pendidikan. Penemuannya memberikan hasil bahwa anak-anak dari orang tua dengan jenjang pendidikan di atas diploma memiliki perkembangan bahasa yang lebih tinggi dari anak-anak yang orang tuanya memiliki jenjang pendidikan di bawah

12 12 diploma. Bornstein, Leach & Haynes (2004) dan Hoff-Ginsberg (1998) mempelajari peranan urutan kelahiran anak terhadap perkembangan bahasa anak. Hasil penelitiannya menunjukkan hasil yang positif dimana bayi yang lahir terlebih dahulu akan memperoleh kosakata pada umur yang lebih awal daripada bayi-bayi yang lahir kemudian. Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa penelitian-penelitian sebelumnya ada yang meneliti mengenai pemerolehan aspek linguistiknya saja tanpa memperhatikan latar belakang anak dan adapula penelitian yang berfokus pada pengaruh latar belakang anak pada kemampuan bahasanya. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mengkaji pemerolehan fonologis anak dengan memperbandingkan hasil pemerolehan fonologi pada perlakuan lingkungan bahasanya. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi khasanah baru di bidang psikolinguistik. 1.6 Landasan Teori Pada landasan teori, hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini diuraikan sebagai rujukan atau landasan yang dapat membangun dan memperkuat analisis data maupun hasil dari penelitian. Dikarenakan penelitian ini mengkaji mengenai kemampuan fonologi anak usia 0-20 bulan serta pengaruh perlakuan lingkungan bahasa pada kemampuan fonologinya, maka hal-hal yang berkaitan mengenai bagaimana sejatinya konsep keuniversalan pemerolehan bahasa pertama, teori-teori perkembangan bahasa, fonologi bahasa Indonesia, serta konsep-konsep yang membahas mengenai perlakuan lingkungan bahasa akan dibahas pada bagian ini.

13 Tahap-tahap pemerolehan bahasa Menurut Dardjowidjojo (2005), pemerolehan bahasa anak secara umum dapat dilihat dari tahapan-tahapannya. Tahap-tahap pemerolehan bahasa anak adalah sebagai berikut, 1) cooing atau mendekut. pada tahap ini produksi bunyi yang dilakukan oleh bayi ialah seperti bunyi mirip vokal atau konsonan. Tahap ini terjadi pada usia sekitar 2-5 bulan, 2) babbling atau celoteh. bayi mulai berceloteh ketika mencapai usia sekitar 6-8 bulan. pada tahap ini bayi sudah mulai mengeluarkan bunyi berupa suku kata namun bunyi tersebut belumlah memiliki makna, 3) one-word utterances atau tahap ujaran satu kata. tahap ini terjadi ketika usia anak sekitar 9-18 bulan, 4) two-word utterances atau tahap ujaran dua kata. tahap ini terjadi saat usia anak bulan, 5) tahap telegrafis. disebut tahap telegrafis dikarenakan pada usia ini anak telah mampu memproduksi kalimat sederhana. tahap ini terjadi ketika anak telah berusia bulan, dan 6) tahap multikata lanjut yang merupakan tahap dimana anak telah mampu memproduksi kalimat secara gramatikal. tahap ini terjadi pada usia di atas 30 bulan. Pada usia 0-20 bulan, anak baru memperoleh bahasa yang diberikan oleh lingkungannya. Pada tahap tersebut merupakan tahap dimana anak baru mulai

14 14 berkembang baik itu motorik, komprehensi, maupun kebahasaannya. Pada saat dilahirkan, seorang anak hanya dapat menangis, mendekut, atau melakukan gerakan-gerakan reflek. Bunyi-bunyi yang dikeluarkan kemudian berkembang dari hanya tangisan atau dekutan bertambah menjadi adanya bunyi-bunyi ocehan. Pada usia 20 bulan, secara umum anak telah dapat berbicara satu hingga dua kata. Pada usia 20 bulan, anak juga telah dapat menunjukkan serta mengidentifikasi gambar atau objek tertentu. Mereka juga akan dapat melakukan suatu permintaan yang sederhana. Selain itu, mereka juga telah mengenal apa yang mereka inginkan atau apa yang tidak mereka inginkan. Dalam berbicara dengan anak, orang yang dekat secara emosional dengan anak akan menggunakan bahasa yang disebut dengan motherese. Dardjowidjojo menerjemahkan motherese sebagai bahasa sang ibu. Hal ini berbeda dengan bahasa Ibu (mother tongue) atau bahasa pertama anak. Motherese merupakan bahasa ibu yang struktur atau cara pengucapannya lebih disederhanakan dan digunakan untuk berinteraksi dengan anak. Steinberg, Nagata, dan Aline (2001) dan Pinker (1994) mengatakan bahwa motherese merupakan ujaran bahasa yang diterima ketika mereka masih kanak-kanak. Pinker (1994) menjelaskan bahwa ciri dari motherese ialah pengucapannya yang pelan, pendek, sederhana, dan baku secara grammatika. Pinker (1994) mengatakan bahwa perkembangan bahasa akan berubah dalam dua arah, yaitu berkembangnya pemerolehan kosa kata yang sangat pesat dan produksi sintaktik sederhana (dua kata) telah dimulai pada usia 18 bulan.

15 15 Pada tahap ini, masukan-masukan linguistik yang telah diberikan maupun yang sedang diberikan akan sangat diperlukan oleh anak Tahap-tahap perkembangan fonologi 1) Teori Struktural Universal Teori struktural universal dikemukakan pertama kali oleh Jakobson (1968). Teori ini berpendapat bahwa bunyi-bunyi yang diucapkan oleh orang dewasa tidak akan mempengaruhi bunyi-bunyi yang muncul pada anak-anak. Urutan bunyi-bunyi yang muncul pada anak-anak akan mengikuti bunyi-bunyi yang sering muncul pada bahasa-bahasa di dunia. Meski demikian bunyi-bunyi yang muncul pada bayi yang masih belum memiliki arti (saat babbling) tidak bisa dikatakan sebagai bahasa. Masa tersebut disebut juga sebagai masa senyap. Oleh karena itu, Jakobson membagi dua tahap pemerolehan fonologi yaitu tahap membabel (prabahasa) atau masa senyap dan tahap pemerolehan bahasa murni. Pada pemerolehan bahasa murni, Jakobson (via Chaer, 2009: 204) berpandangan bahwa urutan bunyi-bunyi yang muncul akan sama pada semua anak di dunia. Urutan yang diramalkan oleh jakobson ialah bahwa bunyi konsonan yang muncul pertama kali ialah bunyi bilabial dan bunyi yang terakhir diperoleh ialah bunyi likuida seperti /l/ dan /r/. Pada bunyi vokal, yang pertama kali muncul biasanya adalah vokal lebar yaitu /a/. bunyi-bunyi tersebut juga tidak muncul satu demi satu melainkan berupa oposisi-oposisi atau

16 16 kontras-kontras fonemik. Berdasarkan urutan bunyi konsonan dan vokal maka oposisi fonemik yang pertama muncul ialah oposisi bunyi oral dan bunyi nasal seperti [pa-pa], [ma-ma] dilanjut dengan oposisi labial dan dental/alveolar. Pada kontras vokal yang muncul pertama ialah [a] dengan [i] diikuti oleh [i] [u], [e] [u], dan [o] [e]. Menurut Jakobson (via Dardjowidjojo, 2000: 21-24) urutan pemerolehan bunyi berjalan sesuai dengan kodrat bunyi itu sendiri dan anak memperoleh bunyi-bunyi tersebut melalui cara yang konsisten. Urutan-urutan pemeroleh bunyi vokal ialah bunyi vokal minimal (a, i, u) akan muncul lebih awal dari vokal lainnya. Pada bunyi konsonan, urutannya ialah konsonan hambat frikatif afrikat. Urutan tersebut tidak dapat dilakukan sebaliknya. Terlebih lagi, masing masing kelompok hambat, frikatif, dan afrikat juga memiliki urutan tersendiri seperti kontras antara bilabial [b] dengan dental [d] yang akan dikuasai terlebih dahulu daripada antara bilabial [b] dengan velar [g] atau dental [d] dengan velar [g]. bilabial dental [b-d] dikuasai sebelum frikatif [v-s]; bunyi hambat dan frikatif [b-d-v-s] dikuasai sebelum bunyi alveopalatal [ʦ-ʤ]. Bunyi likuid dan glaid dikuasai belakangan dan bunyi gugus konsonan dikuasai lebih belakangan lagi. Dari urutan pemerolehan bunyi tersebut dapat dilihat bahwa pemerolehan bunyi pada anak diawali dari bunyi yang paling mudah terlebih dahulu kemudian diikuti oleh bunyi yang paling sukar. Urutan tersebut dinamakan Kaidah Usaha Minimal (the Law of Least Efforts). Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Steinberg, Nagata, dan Aline (2001: 6) bahwa

17 17 konsonan-konsonan yang mudah dilihat cara pengucapannya akan lebih dikuasai di awal seperti bunyi /m/, /p/, dsb daripada yang tak terlihat seperti bunyi /k/, /g/, /z/, dan /s/ yang akan dikuasai di akhir. 2) Teori Generatif Struktural Universal Teori generatif struktural universal ini diperkenalkan oleh Moskowitz yang merupakan perluasan dari teori struktural universal. Teori ini dikenal dengan penemuan konsep dan pembentukan hipotesis berupa rumus-rumus yang dibentuk oleh anak-anak berdasarkan data linguistik utama (DLU), yaitu kata-kata dan kalimat-kalimat yang didengarkan sehari-hari (Chaer, 2009: 205). Moskowitz berpendapat bahwa sesuai dengan kemampuan nuraninya, bayi dapat membedakan bunyi-bunyi atau suara-suara dari manusia dengan bunyibunyi lainnya. Kemudian bayi berusaha untuk menirukan bunyi-bunyi manusia dengan mengembangkan kemampuan linguistiknya dengan cara membabel sehingga bunyi-bunyi masukan yang merupakan bunyi-bunyi bahasa yang didengar. Moskowitz juga menjelaskan bahwa yang diperoleh pertama kali ialah unit kalimat yang dibedakan dari intonasi kemudian berlanjut pada penemuan unit suku kata. Setelah unit suku kata, anak-anak akan menemukan unit-unit lainnya yaitu satuan bunyi di bawah kata. Satuan bunyi ini menurut Maskowitz (via Chaer, 2009: 208) bukan sebagai fitur fonem atau fon namun merupakan namun merupakan unit suku kata seperti KV, KVK, VK, V, dan KVKV.

18 18 Setelah itu unit segmen seperti konsonan atau vokal kemudian diperoleh dimana pemerolehan unit segmen antara satu anak dengan anak lainnya akan berbeda. Unit terkecil yang diperoleh ialah unit fitur distingtif berupa kontraskontras atau oposisi dengan urutan yang sama seperti yang dikemukakan oleh Jakobson. Moskowitz (via Chaer, 2009: 208) juga memperkenalkan idiomidiom fonologi yaitu idiom progresif dan idiom regresif. Idiom progresif ialah bunyi-bunyi yang berkembang menyerupai bunyi yang diucapkan oleh orang dewasa sedangkan idiom regresif ialah jika bunyi yang telah menyerupai bunyi orang dewasa mengalami kemunduran menjadi bunyi yang lebih primitif. 3) Teori Proses Fonologi Alamiah Teori yang diperkenalkan oleh David Stampe ini berpandangan bahwa proses fonologi anak-anak bersifat alamiah atau nurani (Chaer, 2009: 208). Proses fonologi anak-anak harus mengalami penindasan (supresi), pembatasan, dan pengaturan sesuai dengan penuranian (internalization) representasi fonemik orang dewasa. 4) Teori Kontras dan Proses Teori ini menggabungkan bagian-bagian dari teori Jakobson dan teori Stampe kemudian menyelaraskan dengan teori perkembangan dari Piaget. Teori yang diperkenal kan oleh Ingram ini berpandangan bahwa anak-anak memperoleh system fonologi orang dewasa dengan cara menciptakan

19 19 strukturnya sendiri dan kemudian mengubah struktur ini jika pengetahuannya mengenai system orang dewasa semakin baik. Terdapat tiga tahap yang terjadi hingga akhirnya anak dapat mengucapkan kata. Tahapan ini tidak terlepas dari persepsi, organisasi, dan pengeluaran. Pada tahap persepsi terbagi lagi menjadi tahap vokalisasi praucap (membabel) dan tahap fonologi primitif (satu kata). Pada tahap pengeluaran, anak terlihat sangat aktif yang terjadi pada usia satu setengah tahun. Tahap ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu terjadinya pertumbuhan kosakata dengan cepat dan munculnya ucapan-ucapan dua kata. Tahap ini terus berkembang hingga usia tiga tahun enam bulan sampai empat tahun (Chaer, 2009: 214). Di dalam urutan bunyi-bunyi yang diucapkan masukan yang dengar oleh anak-anak akan menentukan bunyi-bunyi yang pertama diperoleh anak. Pemerolehan juga dilakukan secara perlahan-lahan dan berangsur-angsur. Proses-proses tersebut adalah proses subtitusi, proses asimilasi, dan proses struktur suku kata (Chaer, 2009: ) Fonologi bahasa Indonesia Kajian ini berfokus pada aspek linguistik berupa fonologi. Kemampuan anak dalam memproduksi bunyi-bunyi ketika berucap kemudian akan ditranskripsikan melalui kajian fonetik. Fonetik merupakan kajian di dalam bidang linguistik yang mengkaji mengenai bunyi-bunyi tanpa memperhatikan arti atau perbedaan makna dari bunyi-bunyi tersebut (Chaer, 2003: 10). Fonetik

20 20 yang dikaji di dalam penelitian ini ialah fonetik artikulatoris dimana pada fonetik artikulatoris kajian terletak pada proses produksi bunyi yang dilakukan pada organ bicara penutur. Bunyi-bunyi yang muncul pada data rekaman ditranskripsikan ke dalam transkripsi fonetik. Menurut Chaer (2013: 13), transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik. Jadi, ketika penutur berkata ada kera sama monyet di kebun binatang, maka penulisan fonetiknya bukanlah [ada kera sama monyet di kebun binatang] namun penulisannya menjadi [ada kəra sama moñзt di kəbun binataŋ]. Hal ini dikarenakan tulisan latin tidak dapat mewakilin bunyi-bunyi yang sangat banyak. Bunyi huruf <e> pada <kera> berbeda dengan <e> pada <monyet> sehingga bunyi <e> dimodifikasi menjadi /ə/ pada <kera> dan /з/ pada <monyet>. Selain itu, bunyi juga tidak bisa diwakili oleh dua huruf ataupun sebaliknya sehingga bunyi <ny> pada <monyet> dimodifikasi menjadi /ñ/ dan bunyi <ng> pada <binatang> dimodifikasi menjadi /ŋ/. Pernyataan ini diperkuat oleh Chaer (2013: 14) yang mengatakan bahwa bunyi hanya bisa dilambangkan oleh satu huruf sehingga penggunaan satu huruf untuk dua bunyi maupun satu bunyi oleh dua huruf tidak bisa digunakan. Oleh karena itu, modifikasi pada tulisan latin untuk menyesuaikan dengan bunyi-bunyi yang ada sangat diperlukan.

21 21 Dalam hal ini, kajian linguistik internasional membentuk abjad fonetik untuk menyamakan modifikasi huruf untuk melambangkan bunyi. Perangkat yang telah dibuat dinamakan The International Phonetic Alphabet (IPA). Meskipun perangkat IPA digunakan di dalam penelitian ini, namun penelitian ini juga perlu mengetahui bunyi-bunyi apa saja yang terdapat di dalam bahasa Indonesia. Fonologi bahasa Indonesia dipilih dikarenakan anak-anak lebih banyak terekspos dengan bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui apakah input bahasa menentukan bunyi-bunyi yang diperoleh anak. Ingram (1989) berpendapat bahwa kata-kata masukan yang didengar oleh anak akan menentukan bunyi-bunyi pertama yang diperoleh anak. Hal ini bertentangan dengan pendapat Jakobson (1968) yang menyatakan bahwa masukan tidak dipengaruhi oleh apa yang didengar oleh anak dari lingkungannya namun urutan pemerolehan didapat dari nurani. Sebagai landasan teori mana yang benar maka di sini akan disajikan bunyi-bunyi konsonan dan vokal yang terdapat di dalam bahasa Indonesia. Fonem yang terdapat di dalam bahasa Indonesia menurut Chaer (2013: 68-70) adalah fonem vokal /i/, /e/, /a/, /ə/, /u/, /o/, fonem diftong /ay/, /aw/, /oi/, dan fonem konsonan /b/, /p/, /m/, /w/, /f/, /d/, /t/, /n/, /l/, /r/, /z/, /s/, /ʃ/, /ñ/, /j/, /c/, /y/, /g/, /k/, /ŋ/, /x/, /h/, dan /ʔ/.

22 Metode Penelitian Sumber Data Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah tuturan yang diucapkan sehari-hari oleh dua orang anak dengan rentang usia 0-20 bulan. Kedua anak tersebut ialah Karim Salman Aziez dan Vintorez Qurrota ayun. Selain itu, penelitian ini juga memperoleh sumber data dari orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungan kedua anak tersebut dimana data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui bagaimana lingkungan bahasa memperlakukan bahasa terhadap masing-masing anak. Sebagai informasi tambahan, peneliti merupakan orang yang telah tinggal di lingkungan anakanak tersebut sebelum Karim dan Vintorez lahir. Oleh karena itu, peneliti turut mengamati langsung bagaimana perlakuan lingkungan bahasa dan pemerolehan bahasa kedua anak tersebut Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak ini dilakukan dengan menyimak ucapan sehari-hari yang dilakukan oleh dua orang anak, yaitu Karim dan Vintorez melalui data-data yang diambil melalui teknik sadap dan wawancara. Teknik sadap adalah teknik yang digunakan pada metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang baik dalam bentuk lisan maupun tulisan

23 23 (Kesuma, 2007: 43). Data-data rekaman dalam bentuk audio, video, dan catatan percakapan Karim maupun Vintorez diambil oleh peneliti maupun orang tua Karim dan Vintorez. Rekaman-rekaman tersebut merupakan rekaman keseharian anak-anak tersebut yang akan digunakan untuk pengambilan data fonologi. Selain itu, data tulisan juga diambil dari catatan-catatan penulis yang berupa percakapan dan ujaran keseharian. Percakapan dan ujaran ini merupakan percakapan dan ujaran yang tidak sempat terekam oleh audio maupun video dikarenakan proses perekaman tidak selalu standby sedangkan percakapan atau ujaran pada anak terjadi secara spontan dan natural. Kemudian, teknik yang kedua yaitu teknik wawancara. Teknik wawancara merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui percakapan atau tanya-jawab (Nasution, 1992: 69). Untuk menghindari ketidaklengkapan dan ketidakterperincian data, maka wawancara dilakukan dalam bentuk rekaman. Wawancara ini dilakukan pada orang tua anak untuk mengetahui perlakuan apa yang biasa dilakukan dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak-anak mereka. Sebagai tambahan, peneliti tinggal pada lingkungan yang sama sehingga dapat mengetahui perkembangan serta perlakuan lingkungan bahasa anak-anak tersebut. Setelah itu, peneliti menggunakan teknik catat. Kesuma (2007: 45) menjelaskan lebih lanjut bahwa teknik catat adalah teknik yang digunakan dalam menjaring data dengan mencatat hasil dari menyimak data. Catatan yang dilakukan adalah dengan mengubah data percakapan dan ujaran yang disadap ke dalam transkrip ortografis atau transkrip

24 24 dengan ejaan dan juga transkrip fonemisnya. Data kemudian dipilah dan diklasifikasikan berdasarkan tuturan dan percakapan dari masing-masing anak Metode dan Teknik Analisis Data Menurut Nasution (1992: 126), analisis pada data kualitatif dilakukan dalam upaya menyusun data yang diperoleh agar mudah ditafsirkan. Pada penelitian ini, data yang telah diperoleh dan dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis padan. Sudaryanto (1993: 13) mengemukakan bahwa metode analisis padan merupakan metode analisis yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue). Metode analisis padan dipilih dikarenakan data dianalisis dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan linguistik yang telah dikuasai oleh peneliti. Aspek linguistik yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah kemampuan fonologi yang dimiliki anak. Data-data yang telah melalui proses transkrip fonologi kemudian dipecah ke dalam satuan kata-kata. Fonem-fonem pada satuan kata-kata tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui bagaimana perkembangan fonologi Karim dan Vintorez pada 0-20 bulan. Data berikutnya yang diperoleh melalui wawancara dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dimana hasil dari wawancara akan diolah ke dalam bentuk-bentuk penjabaran. Selanjutnya, peneliti melakukan interpretasi pada data-data. Nasution (1992: 127) menjelaskan bahwa

25 25 interpretasi berarti menyusun dan merakit unsur-unsur yang ada dengan cara baru, merumuskan hubungan baru antara unsur-unsur lama, mengadakan proyeksi melewati apa yang ada, memberanikan diri bertanya, bagaimana hanya jika, atau misalkan. Jadi peneliti harus bereksperimentasi, bermain dengan ide-ide Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data Hasil dari analisis data kemudian disajikan dengan menggunakan metode informal dan formal. Sudaryanto (1993: 145), di dalam bukunya yang berjudul Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, menerangkan bahwa metode informal merupakan penggunaan kata-kata sederhana yang mudah dimengerti dan tetap menggunakan terminologi yang bersifat teknis. Metode lainnya ialah metode formal yang merupakan penyajian analisis data dengan menggunakan rumusan tanda-tanda atau lambang-lambang. 1.8 Sistematika Penyajian Data Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka sistematika penyajian data disajikan pada penelitian. Sistematika penyajian data pada tesis ini nantinya akan dibagi menjadi lima bagian atau bab; bab I merupakan latar belakang, bab II berupa pembahasan dengan judul Pemerolehan fonologi anak usia 0-20 bulan, bab III berupa pembahasan dengan judul Perbandingan kemampuan fonologi, bab IV juga masih merupakan pembahasan dengan judul Perlakuan lingkungan dan kemampuan fonologi anak, dan yang terakhir ialah bab V yang merupakan bab terakhir pada penelitian yaitu berupa kesimpulan.

26 26 Pada bab I, dijelaskan permasalahan yang melatarbelakangi dari dilakukannya penelitian ini. Beberapa sub-bab yang terdapat pada bab I ialah rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode penelitian. Rumusan masalah dituliskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang merupakan permasalahan dari penelitian ini yang didasari dari permasalahan yang terdapat pada latar belakang. Setelah itu, tujuan penelitian dipaparkan agar penelitian ini pada akhirnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada sub-bab rumusan masalah. Selanjutnya yaitu manfaat penelitian yang dibagi menjadi dua bagian; manfaat secara teoritis dan praktis. Kemudian tinjauan pustaka yang berisikan tentang penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan terlebih dahulu. Lalu diikuti oleh sub-bab selanjutnya yaitu landasan teori yang merupakan kerangka berfikir yang digunakan dalam memecahkan masalah yang berkenaan dengan topik atau objek penelitian. Sub-bab terakhir yaitu berupa metode penelitian yang merupakan paparan dari metode-metode serta teknik-teknik apa saja yang digunakan di dalam penelitian ini yang dimulai dari metode pengumpulan data hingga metode analisis data. Bab II berisi tentang pembahasan dengan judul Pemerolehan fonologi anak usia 0-20 bulan. Bab ini berisi tentang kemampuan-kemampuan fonologi yang telah dikuasai Karim dan Vintorez pada rentang usia 0-20 bulan. Kemampuan fonologi yang dimaksudkan tidak hanya berupa kemampuan pengucapan bunyi vokal dan konsonan, namun juga perkembangan kinesik, perkembangan komprehensi, inventori fonem, dan aturan fonologis.

27 27 Pada bab III, pembahasan berisikan tentang hasil analisis perbandingan kemampuan fonologis yang dimiliki oleh Karim dan Vintorez. Perbandingan ini dilakukan untuk mengetahui apakah anak-anak usia 0-20 bulan tersebut dalam penguasaan fonologisnya memiliki percepatan yang sama ataukah berbeda. Oleh karena itu, judul yang sesuai yang diberikan pada bab ini ialah Perbandingan kemampuan fonologi. Bab selanjutnya yaitu bab IV. Pada bab IV, judul yang diberikan adalah Perlakuan lingkungan dan kemampuan fonologi anak. Bab ini akan memaparkan bagaimana perlakuan lingkungan bahasa dalam mengekspos bahasa pada anak; apakah sebelum tidur anak dibacakan dongeng, apakah terdapat direct feedback ketika anak melakukan kesalahan dalam pelafalan, ataukah anak hanya didiamkan saja ketika melakukan kesalahan, dan lain sebagainya. Perlakuanperlakuan ini kemudian akan dikorelasikan dengan bagaimana kemampuan bahasa anak. Kemudian data juga dianalisis untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan antara perlakuan bahasa pada anak dengan kemampuan yang mereka miliki. Pada bab terakhir, yaitu bab V, berisikan kesimpulan dari hasil analisis data yang terdapat pada bab-bab pembahasan yang merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan akan permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga membahas mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kesehariannya manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat secara langsung lancar menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS

CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS 1 CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS Tadkiroatun Musfiroh Sejak terjadi perang pandangan antara kaum nativis yang diwakili oleh Chomsky dan kaum behavioris yang diwakili oleh B.F. Skinner pada tahun 1957,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dianut dalam suatu penelitian. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh manusia untuk menyampaikan pendapat dan maksud yang tersimpan di dalam pikiran ketika berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa asing sering tidak mampu berkomunikasi dengan fasih dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa asing sering tidak mampu berkomunikasi dengan fasih dalam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengar anak-anak yang mampu berkomunikasi dalam dua bahasa atau lebih pada usia dini sering membuat orang terkejut sekaligus bertanya-tanya. Bagaimana seorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang untuk berkomunikasi. Bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama, berlandaskan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Penelitian Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Penelitian Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Penelitian Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Inggris telah menjadi bahasa universal dan telah menjadi bahasa yang dipelajari banyak orang di pelbagai negara. Bahasa

Lebih terperinci

Kata Kunci: prokem, masyarakat Desa Giri, sosiolinguistik.

Kata Kunci: prokem, masyarakat Desa Giri, sosiolinguistik. ABSTRAK Penelitian yang berjudul Pembentukan Prokem dalam Komunikasi Masyarakat Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik: Kajian Sosiolonguistik bertujuan untuk mendeskripsikan pola pembentukan prokem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa Fitria_Dwi97@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI Tadkiroatun Musfiroh Pengertian Perkembangan bahasa meliputi juga perkembangan kompetensi komunikasi, yakni kemampuan untuk menggunakan semua keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, dipaparkan pula tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian berikutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Pemerolehan Bahasa Melayu Jambi pada Sasha Anak Usia Tiga Tahun; Suatu Kajian Psikolinguistik menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU Oleh: BAHAUDDIN AZMY BAHASA INDONESIA SD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu: Menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan dipersepsikan oleh anak-anak sesuai dengan kemampuan pikiran, perasaan, imajianasi dan pengalaman

Lebih terperinci

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd 1 PERKEMBANGAN Suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi, seperti : biologis, kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia ( Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. Komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan reseptif (decode) merupakan proses yang berlangsung pada pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa merupakan pengalaman universal yang dimiliki oleh manusia. Bahasa adalah sistem bunyi ujar. Bunyi bahasa yang tidak sesuai diucapkan oleh seorang pengguna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengantar Bab ini menjelaskan tentang pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data

Lebih terperinci

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN Pendahuluan Pada tahun 1940 sampai dengan tahun 1950-an fonologi adalah cabang linguistik yang banya dibicarakan di antara cabang-cabang linguistik lainnya. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi Kasus Taman Kanak-Kanak Desa Tangkisan 1, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa perkembangan bahasa dan bicara anak yang paling intensif terletak pada lima tahun pertama dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakanng Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan psikologi menusia tersebut. Kita dapat melihat hal tersebut pada pertumbuhan seorang anak dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi dengan seperangkat kemampuan untuk berbahasa. Seorang anak menggunakan bahasa pertamanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) Debby Yuwanita Anggraeni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI peacoy@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi

Lebih terperinci

Dimensi Pemerolehan Bahasa

Dimensi Pemerolehan Bahasa Dimensi Pemerolehan Bahasa Dalam penjelasan Tarigan (1988:164) terdapat enam dimensi pemerolehan bahasa, yaitu propensity (kecenderungan), language faculty (kemampuan berbahasa), acces (jalan masuk), sructure

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi ujaran adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia baik berupa huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya mengalami stroke (Afasia

Lebih terperinci

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa guna

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sangat penting keberadaanya sebagai alat komunikasi. Setiap manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa guna sebagai interaksi dan alat bertutur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah bangsa Indonesia berhasil lepas dari belenggu penjajahan dengan diproklamasikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahasa Indonesia memiliki peran yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah investasi masa depan bagi keluarga dan bangsa yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain,

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak-anak merupakan masa perkembangan. Cara mendidik sangat menentukan perkembangan anak terutama pada perkembangan bahasa anak.pendidikan di Taman Kanak-kanak

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA LIMA TAHUN; STUDI KASUS TERHADAP ANAK (KAJIAN FONOLOGI) ARTIKEL ILMIAH

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA LIMA TAHUN; STUDI KASUS TERHADAP ANAK (KAJIAN FONOLOGI) ARTIKEL ILMIAH PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA LIMA TAHUN; STUDI KASUS TERHADAP ANAK (KAJIAN FONOLOGI) ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) NOVITA SYAHNUR

Lebih terperinci

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : 1402408303 BAB 4 FONOLOGI Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang runtutan bunyibunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi dua berdasarkan objek studinya,

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- 78 PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA Favorita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia hidup tidak akan lepas dari bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling mudah cara penyampaiannya. Untuk menyampaikan komunikasi, atau

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Metode Bercerita Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dijadikan sebagai dasar pengembangan penulisan selanjutnya untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fonologi adalah suatu kajian bahasa yang berusaha mengkaji bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah pembentukan fonem-fonem

Lebih terperinci

GEJALA FONOLOGIS BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PAUD PERMATA HATI KOTA KENDARI. Andi Firdha Maharany

GEJALA FONOLOGIS BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PAUD PERMATA HATI KOTA KENDARI. Andi Firdha Maharany GEJALA FONOLOGIS BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 3-4 ABSTRAK TAHUN DI PAUD PERMATA HATI KOTA KENDARI Andi Firdha Maharany andifirdha92@yahoo.com Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Mandarin sangat penting ketepatan pelafalan vokal dan konsonan. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi

Lebih terperinci

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan KOMPETENSI LULUSAN Berkomunikasi tertulis Berfikir Analitis Bekerja dalam Tim Ilmu Pengetahuan Teknologi Bekerja Mandiri Berfikir Logis Berkomunikasi Lisan Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA INDONESI SEBAGAI BAHASA IBU PADA ANAK USIA 2-6 TAHUN DI PERUMAHAN GRIYA MAYANG PERMAI, KECAMATAAN GATAK, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

SISTEM FONOLOGIS BAHASA MAKASSAR DIALEK CIKOANG KABUPATEN TAKALAR

SISTEM FONOLOGIS BAHASA MAKASSAR DIALEK CIKOANG KABUPATEN TAKALAR SISTEM FONOLOGIS BAHASA MAKASSAR DIALEK CIKOANG KABUPATEN TAKALAR Charmilasari (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNCP) charmila_s@yahoocom ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia butuh berkomunikasi anak dengan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, morfologi, semantik, dan sintaksis terhadap anak-anak sebagai bahasa pertama. Pemerolehan fonologi adalah

Lebih terperinci

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

Perkembangan Bicara & Bahasa. Smith & Neisworth

Perkembangan Bicara & Bahasa. Smith & Neisworth Perkembangan Bicara & Bahasa Smith & Neisworth 1. Reflexive Vocalization Dari lahir sampai + 3 mg Menangis tidak dapat dibedakan tanpa memperhatikan keadaan psikologisnya, seperti lapar, dingin, sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan ibu (perempuan) yang disebut dengan istilah Matrilineal (Edison, 2014:292). Garis

BAB I PENDAHULUAN. keturunan ibu (perempuan) yang disebut dengan istilah Matrilineal (Edison, 2014:292). Garis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat adat Minangkabau terikat dalam garis keturunan yang ditarik menurut garis keturunan ibu (perempuan) yang disebut dengan istilah Matrilineal (Edison, 2014:292).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian 61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian yang mendeskripsikan apa saja yang saat ini berlaku, khususnya dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa asing, berbicara merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh pembelajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan (2008:1) bahwa:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang

Lebih terperinci

2016 PEMEROLEHAN KALIMAT PASIF BAHASA SUND A PAD A ANAK USIA PRASEKOLAH

2016 PEMEROLEHAN KALIMAT PASIF BAHASA SUND A PAD A ANAK USIA PRASEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan digambarkan mengenai latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah yang terdiri dari identifikasi masalah penelitian dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN FONOLOGI DALAM PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

PEMEROLEHAN FONOLOGI DALAM PERKEMBANGAN BAHASA ANAK PEMEROLEHAN FONOLOGI DALAM PERKEMBANGAN BAHASA ANAK Waridah Fakultas Teknik Universitas Medan Area Abstrak Pemerolehan fonologi adalah satu bagian dari pemerolehanbahasa yang sering disebut perkembangan

Lebih terperinci

PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP. Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang

PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP. Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang 1 PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang E-mail: green1927@yahoo.com ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) struktur kalimat

Lebih terperinci

Mengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal?

Mengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal? Mengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal? Contributed by Santi Hendrawati duniaguru.com Banyak orang langsung mencibirkan bibir ketika mendengar seseorang masuk jurusan bahasa, apalagi belajar tentang bahasa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk berhubungan dengan sesamanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kemampuan linguistik terjadi di dalam konteks umum perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses pemerolehan bahasa itu akan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pembahasan dalam bab V terbagi menjadi dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV sebelumnya. 5.1 Simpulan Tujuan utama penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Dalam kelompok ini dicakup bayi hingga anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci