BAB I PENDAHULUAN. bahasa asing sering tidak mampu berkomunikasi dengan fasih dalam bahasa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. bahasa asing sering tidak mampu berkomunikasi dengan fasih dalam bahasa"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengar anak-anak yang mampu berkomunikasi dalam dua bahasa atau lebih pada usia dini sering membuat orang terkejut sekaligus bertanya-tanya. Bagaimana seorang anak yang baru berumur dua atau tiga tahun mampu berbicara dalam dua bahasa yang berbeda? Apakah anak-anak tersebut memang memiliki bakat dalam berbahasa? Sementara itu, muncul juga pertanyaan lain, mengapa banyak orang yang sudah bertahun-tahun berusaha belajar bahasa kedua atau bahasa asing sering tidak mampu berkomunikasi dengan fasih dalam bahasa tersebut? Yip dan Mattews (2007: 1) memaparkan beberapa pertanyaan di antaranya: Bagaimanakah rasanya menjadi anak yang bilingual? Bagaimana anakanak menyikapi pembelajaran dua bahasa yang didapat secara simultan dalam tahun-tahun pertama kehidupan mereka? Banyak anak, misalnya, mereka yang lahir dari orang tua dengan latar belakang budaya yang berbeda, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga tempat digunakan lebih dari satu bahasa dalam aktivitas sehari-hari. Orang tua mereka, masing-masing menggunakan bahasa yang berbeda kepada anak sehingga anak sejak dini telah disuguhi lingkungan bahasa yang berbeda. Pemerolehan bahasa anak bilingual (Bilingual child language acquisition) secara umum merujuk pada pemerolehan dua bahasa atau lebih ketika bahasabahasa tersebut diperoleh oleh anak sejak usia dini (Myers-Scotton, 2006; 324).

2 2 Dalam kasus anak-anak tersebut, ``pemerolehan`` berarti pembelajaran bahasa secara spontan dengan sedikit atau, bahkan tanpa usaha yang nyata. Sebelum bisa menyuarakan bunyi bahasa, bayi menyuarakan berbagai bunyi seperti tangisan, sendawa, dekutan, dan tawa. Kemampuan untuk memproduksi bunyi-bunyi tersebut oleh Steinberg, dkk (2001; 3) disebut sebagai kemampuan yang tidak dipelajari. Setiap bayi yang lahir dari berbagai bahasa menyuarakan bunyi-bunyi yang sama, bahkan anak yang lahir dengan pendengaran yang terganggu sekalipun. Diungkapkan juga bahwa nantinya, ketika berumur sekitar tujuh bulan, anak biasanya mulai menyuarakan bunyi-bunyi yang dideskripsikan sebagai bunyi-bunyi silabik yang diulang (syllabic reduplication) seperti ``baba``, ``dada``, ``papa``, yang kebanyakan dari bunyi-bunyi tersebut merupakan tipe-tipe bunyi dasar konsonan + vokal. Bunyi-bunyi konsonan yang muncul biasanya adalah bunyi-bunyi bilabial. Dari akhir tahap inilah, anak-anak kemudian mulai menyuarakan kata-kata pertama mereka. Tahap penyuaraan kata-kata pertama sering muncul ketika anak berumur sekitar satu tahun, namun dalam banyak kasus ada juga yang jauh lebih cepat atau lambat. Dalam kaitannya dengan bahasa yang diproduksi oleh seorang anak, banyak ahli berpendapat bahwa seorang anak tidak akan memeroleh suatu bahasa tanpa suguhan komunikasi dalam bahasa tersebut. Ryan (1974), seperti yang dikutip dalam Taylor (1990: 236), menegaskan bahwa dalam tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak, pusat wicara seorang anak adalah ibunya (atau pengasuhnya). Seorang ibu menginterpretasi, mengomentari, mengulang, atau bahkan salah menafsirkan apa yang dikatakan anak tersebut. Taylor (1990) juga 2

3 3 melukiskan bahwa dalam mengajari anaknya secara informal, beberapa ibu cenderung untuk memberi label terhadap sesuatu atau warna. Ketika berbicara kepada anak yang masih bayi, misalnya, ibu-ibu biasanya berbicara pelan-pelan, dengan suara yang jelas dan sering diulang-ulang. Secara intuisi atau dengan sengaja, para ibu atau siapa pun pengasuh anak tersebut, melakukan hal itu supaya apa yang dikatakan dapat dimengerti dan diperoleh anak dengan mudah. Penelitian yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa anak dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya adalah Yip dan Matthews pada tahun Yip dan Mattews (2007) meneliti perkembangan awal bahasa anak-anak mereka yang berada dalam lingkungan bilingual (bahasa Inggris dan Katon). Hasil penelitiannya diterbitkan dalam buku yang berjudul The Bilingual child: Early development and Language Contact. Yip dan Mattews mengutarakan bahwa sebagai orang tua anak-anak tersebut, mereka memiliki kesempatan yang luas dalam mengobservasi perkembangan bahasa keseharian, menjadi orang pertama yang menyaksikan bagaimana anak-anak memeroleh bahasa. Penelitian tentang perkembangan bahasa seorang anak Indonesia dilakukan oleh Prof. Soenjono Dardjowidjojo dari Universitas Unika Atmajaya Jakarta yang bukunya telah terbit pada tahun Dardjowidjojo meneliti pemerolehan bahasa cucunya sendiri yang bernama Echa, yang disuguhi dengan lingkungan bahasa yang monolingual, yaitu lingkungan bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil temuan di atas, peneliti menjadi lebih termotivasi untuk merekam perkembangan bahasa anak, khususnya perkembangan pada tataran fonologi. Perkembangan pada tahap fonologi ditekankan lebih awal pada

4 4 penelitian ini didasarkan pada konsep bahwa dalam pemerolehan bahasa, seorang anak akan menguasai bunyi bahasa terlebih dahulu sebelum menguasai kata maupun kalimat. Di samping itu, penelitian ini sangat menarik untuk dilakukan karena anak yang menjadi subjek penelitian memiliki lingkungan keluarga yang tidak konvensional. Anak bernama Lila lahir dari seorang ibu etnis Bali dan seorang ayah yang berasal dari Jerman. Keluarga itu tinggal di desa Kalibukbuk Kabupaten Buleleng, Bali. Dalam kesehariannya, anak diekspos dalam bahasa Indonesia dan Jerman sejak dia dilahirkan. Seiring dengan bertambahnya usia anak, dia juga kemudian mendengar bunyi bahasa Bali dari kelompok teman sebaya dan orang-orang yang berada di lingkungan tempat tinggal keluarga tersebut. Sementara itu, orang tua Lila juga sering menggunakan bahasa Inggris ketika berkomunikasi satu sama lain. Namun, bahasa Inggris tidak digunakan untuk berkomunikasi kepada anak. Ketika anak berumur satu tahun lima bulan, misalnya, anak memproduksi bunyi-bunyi sebagai berikut: miao jerapah jajak heiß panas Anak juga mengeluarkan bunyi-bunyi bahasa yang mulai bervariasi dan unik sehingga menggugah pertanyaan apakah anak sedang mengeluarkan bunyi bahasa Indonesia, Jerman, atau bahasa Bali. 4

5 5 Sejauh ini belum ada seorang peneliti dari Bali yang meneliti perkembangan bahasa anak secara longitudinal, khususnya anak yang lahir dalam lingkungan yang bilingual Indonesia dan Jerman. Di samping itu, satu-satunya penelitian anak bilingual yang salah satu bahasanya adalah bahasa Indonesia dilakukan oleh Soriente (2007). Kajian psikolinguistik yang longitudinal seperti ini masih jarang dilakukan oleh peneliti dari Indonesia. Untuk itu, penelitian dalam bidang psikolinguistik yang melihat perkembangan bahasa anak bilingual perlu untuk dikembangkan. Dalam penelitian ini akan dilihat perkembangan bahasa anak yang bernama Lila ketika dia berumur 1;2 tahun sampai 2; Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang disampaikan dalam latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut. a. Elemen bunyi apa sajakah yang berkembang pada anak berumur 1;2 sampai 2;6 yang berada pada lingkungan bahasa yang bilingual? b. Bagaimanakah urutan perkembangan bunyi yang diperoleh anak berumur 1;2 sampai 2;6 tersebut? c. Bagaimanakah variasi bunyi yang muncul dari perkembangan bunyi bahasa anak tersebut?

6 6 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan bahasa seorang anak yang lahir dalam suatu lingkungan bahasa yang bilingual. Penelitian ini juga memiliki tujuan untuk memberikan gambaran, baik kepada orang tua pada khususnya maupun masyarakat pada umumnya, tentang pemerolehan bahasa anak pada usia dini Tujuan Khusus Sejalan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: a. mengetahui elemen bunyi yang berkembang pada anak berumur 1;2 sampai 2;6 yang berada pada lingkungan bahasa yang bilingual. b. memahami urutan perkembangan bunyi yang diperoleh anak berumur 1;2 sampai 2;6 tersebut. c. menjelaskan variasi bunyi yang muncul dari perkembangan bunyi bahasa anak tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa anak sangat penting untuk dilakukan. Penelitian ini memiliki manfaat praktis dan manfaat teoretis. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi orang tua dalam melihat perkembangan bahasa anak mereka, 6

7 7 khususnya bagi keluarga yang memiliki anak yang dilahirkan dalam lingkungan bahasa, baik bilingual maupun multilingual. Orang tua juga bisa mendapat gambaran jika anak mereka memiliki gangguan dalam berbicara sehingga para orang tua tersebut bisa mendeteksinya sejak awal dan upaya untuk menolong mereka bisa dilakukan sejak dini. Myers-Scotton (2006; 329) yang mengutip pernyataan Genesee menekankan bahwa ada alasan praktis yang sangat kuat mengapa penelitian tentang pemerolehan bahasa anak bilingual sangat penting dilakukan. Hal itu dilihat dari kenyataan bahwa kebanyakan dari masyarakat dunia adalah masyarakat bilingual dan banyak orang yang memeroleh kedua bahasa tersebut secara simultan. Oleh karena itu, tidak mengkaji tentang profil linguistik mereka berarti mengabaikan suatu bagian penting dalam kehidupan manusia. Sementara secara teoretis, penelitian ini diharapkan untuk memberi sumbangan terhadap teori-teori pemerolehan bahasa anak, khususnya terhadap teori pemerolehan bahasa anak bilingual atau multilingual yang merupakan bagian dari cabang ilmu psikolinguistik. Penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan terhadap teori-teori tentang bunyi bahasa yang tercakup dalam teori dalam bidang fonologi.

8 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang perkembangan bahasa anak bilingual, khususnya anak yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan bahasa Bali, Indonesia dan bahasa asing salah satunya bahasa Jerman, sejauh ini menurut pengetahuan penulis belum dilakukan. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa anak bilingual umumnya dilakukan oleh peneliti-peneliti asing yang melihat perkembangan bahasa anak yang berada pada lingkungan bahasa-bahasa asing, seperti bilingual bahasa Inggris dan Kanton, bahasa Inggris dan bahasa Jerman. Yip dan Mattews (2007) dalam The Bilingual Child; Early Development and Language Contact menceritakan bagaimana enam orang anak menjadi bilingual bahasa Inggris dan bahasa Kanton yang telah diekspos dalam kedua bahasa tersebut sejak mereka lahir. Yip dan Matthews meneliti anak-anak mereka sendiri yang berjumlah tiga orang dan tiga anak lain yang merupakan anak-anak teman mereka. Anak-anak yang menjadi subjek penelitian adalah anak-anak yang memiliki orang tua di mana ibu dan ayah mereka masing-masing menggunakan bahasa yang berbeda kepada anak mereka. Hasil penelitian menunjukkan adanya bukti yang sangat kuat tentang adanya interaksi antara sistem gramatika dari kedua bahasa yang diperoleh anak-anak tersebut. Adanya pengaruh sistem gramatika bahasa Kanton terhadap sistem 8

9 9 gramatika bahasa Inggris, misalnya ditemukan dalam formasi wh-questions, relative clauses, penghilangan objek dan urutan kata. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya dominasi bahasa dan input bahasa yang diterima anak. Temuan mereka mendukung anggapan bahwa bilingual bukanlah dua monolingual yang menjadi satu. Penelitian yang dilakukan Yip dan Matthews memberikan gambaran bahwa kedua bahasa yang diperoleh anak memiliki interaksi yang sangat kuat. Penelitian tersebut juga memberikan gambarangambaran tentang pengaruh linguistik bahasa yang satu dengan yang lainnya. Sementara penelitian ini berusaha melihat secara lebih dekat aspek-aspek perkembangan fonologi anak. Dardjowidjojo (2000), salah seorang tokoh psikolinguistik Indonesia, dalam bukunya Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia, menjelaskan bagaimana seorang anak Indonesia memeroleh bahasanya sejak lahir sampai berumur 5 tahun. Penelitian yang sudah dibukukan itu merupakan sebuah penelitian kualitatif yang longitudinal yang subjek penelitiannya adalah cucu dari peneliti. Perkembangan bahasa yang diobservasi adalah pemerolehan pada aspek fonologi, morfosintaksis, dan pragmatik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam memeroleh bahasanya, banyak konsep universal yang dipatuhi oleh anak, namun derajat kepatuhannya tidak sama pada setiap komponen bahasa yang diteliti. Jika Echa dipakai sebagai acuan pemerolehan bahasa anak Indonesia khususnya dan anak lain pada umumnya, dikatakan bahwa konsep universal banyak diterapkan dalam komponen fonologi. Derajat kepatuhannya menurun pada komponen sintaksis dan lebih

10 10 menurun lagi pada komponen leksikon. Namun, penelitian tersebut hanya dilakukan kepada anak yang memeroleh bahasa yang monolingual. Penelitian yang dilakukan Dardjowidjojo (2000) memberikan kontribusi yang sangat penting bagi penelitian ini dalam memberikan gambaran serta penjelasan-penjelasan tentang bunyi-bunyi bahasa Indonesia yang diperoleh anak dengan tahap-tahap perkembangan yang disesuaikan dengan umur anak. Di samping aspek perkembangan bunyi bahasa, aspek morfosintaksis juga dibahas secara mendalam. Hal itu sangat membantu penelitian ini dalam memahami perkembangan bahasa anak yang lahir dalam lingkungan keluarga yang menggunakan bahasa Indonesia karena salah satu bahasa yang diperoleh anak yang menjadi subjek penelitian juga bahasa Indonesia. Cummins (2003) menulis sebuah artikel yang berjudul Bilingual Children's Mother Tongue: Why Is It Important for Education? Artikel itu membahas pentingnya bahasa pertama bilingual dalam perkembangan personal anak dan perkembangan pendidikan mereka. Selanjutnya, juga ditegaskan bahwa bilingualisme memiliki efek positif dalam perkembangan linguistik anak. Ketika seorang anak disuguhi dua bahasa atau lebih sejak dini, mereka memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang bahasa dan bagaimana menggunakannya secara efektif. Rosenberg (1996), dalam artikelnya yang berjudul Raising Bilingual Children, menulis bahwa mengetahui dua bahasa atau lebih memang memberikan banyak keuntungan bagi anak. Anak-anak bilingual memiliki pengetahuan tentang dua budaya yang berbeda, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan 10

11 11 orang-orang dari budaya yang berbeda, adanya peluang yang lebih baik dalam bidang ekonomi di kehidupannya di masa depan, serta keuntungan dalam keterampilan berpikir. Satu-satunya penelitian perkembangan bahasa anak bilingual yang di dalamnya terdapat bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang menjadi bagian dari kombinasi bahasa bilingual yang diteliti adalah penelitian yang di lakukan oleh Soriente (2007). Soriente menggunakan anak-anaknya sebagai sumber data dalam penelitiannya. Dalam penelitian itu, anak-anak disuguhi bahasa Italia oleh ibunya dan bahasa Indonesia oleh ayahnya dan orang-orang sekitarnya karena keluarga tinggal di Jakarta. Studi kasus yang longitudinal tersebut melihat perkembangan bahasa anak bilingual Indonesia-Italia yang berfokus pada aspek struktur dari pemerolehan WH-questions dilihat dari segi cross linguistics khususnya dua bahasa yang tidak serumpun dan struktur kognitif. Salah satu hasil dari penelitian tersebut adalah adanya dominasi bentuk-bentuk tanya yang terdapat dalam bahasa Indonesia, yang dikuasai anak terlebih dahulu dibandingkan dengan padanannya dalam bahasa Italia. Namun, terdapat kemiripan dalam urutan pemerolehan bentuk tanya dalam kedua bahasa tersebut. Studi yang dilakukan oleh Soriente merupakan salah satu acuan atau kajian yang dirujuk dalam penelitian ini. Jika Soriente lebih fokus pada pemerolehan bentuk struktur WH-question, maka penelitian ini lebih menekankan pada aspek pemerolehan bunyi yang dikembangkan oleh anak. Bunyi menjadi fokus dalam penelitian ini karena pada awalnya, sebelum anak benar-benar mampu untuk memproduksi sebuah kata, terlebih dahulu anak memeroleh bunyi bahasa tersebut.

12 12 Di samping itu, objek kajian juga berbeda, yaitu dalam penelitian ini kombinasi bahasa yang diteliti adalah bahasa Indonesia dan Jerman. Kajian-kajian di atas sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Peneliti mendapat gambaran tentang bagaimana setiap kasus perkembangan bahasa anak, khususnya anak yang memeroleh dua atau lebih bahasa secara simultan sejak lahir. Begitu juga penelitian yang mengkaji perkembangan bahasa anak Indonesia. Penelitian tersebut memberikan gambaran awal bagaimana seorang anak Indonesia memeroleh bahasanya mengingat bahwa penelitian ini juga berusaha melihat perkembangan bahasa anak yang lahir dalam lingkungan bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lain yang diperoleh secara simultan. Tulisan-tulisan yang telah diuraikan di atas sangat membantu dalam melaksanakan penelitian, baik dilihat dari segi teori-teori yang digunakan maupun metode pengumpulan data dan metode analisis data. 2.2 Konsep Judul penelitian ini adalah Perkembangan Bunyi Bahasa Anak Bilingual. Penelitian ini memerlukan penjelasan atas pengertian-pengertian yang tertuang dalam judul penelitian tersebut sehingga persamaan persepsi dapat tercapai. (1) Pemerolehan Bahasa (Language Aquisition) Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (Dardjowidjojo, 2003: 225). 12

13 13 (2) Tata Bahasa Universal (Universal Grammar) a. Universal grammar didefinisikan sebagai studi tentang suatu kondisi yang dimiliki oleh tata bahasa dari seluruh bahasa di dunia b. pada suatu kondisi yang ideal dalam pemerolehan bahasa, UG adalah karakteristik dari tahap awal pralinguistik anak dan kapling-kapling intelektual yang ada secara biologis, yang dimiliki setiap penutur bahasa di dunia (Chomsky, 2002: 7-8). (3) Keuniversalan Pemerolehan Bunyi Pemerolehan bunyi berjalan selaras dengan kodrat bunyi itu sendiri. Bunyi pertama yang keluar ketika anak mulai berbicara adalah kontras antara konsonan dan vokal. Dalam hal vokal, hanya bunyi [a], [i], [u] yang keluar terlebih dahulu. Mengenai bunyi konsonan, kontras pertama yang muncul adalah oposisi antara bunyi oral dengan bunyi nasal [p], [b] dan [m], [n] (Jakobson, 1971). (4) Konsep Bilingualisme Myers-Scatton (2006; 324) mendefinisikan pemerolehan bahasa bilingual pada anak adalah pemerolehan lebih dari satu bahasa ketika bahasabahasa tersebut disuguhkan kepada anak sejak usia dini. Dalam penelitian ini konsep bilingualisme adalah pemerolehan lebih dari satu bahasa oleh seorang anak, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jerman.

14 Landasan Teori Penelitian ini memberikan gambaran dan menjelaskan perkembangan bahasa anak yang bilingual. Perkembangan yang ditekankan dalam penelitian ini adalah bunyi bahasa yang merupakan bagian dari proses pemerolehan bahasa yang terangkum dalam suatu kajian psikolinguistik. Oleh karena itu, bingkai teori dari penelitian ini adalah teori-teori yang terangkum dalam cabang psikolinguistik. Dardjowidjojo (2003: 2) merangkum sejarah perkembangan lahirnya psikolinguistik dalam bukunya yang berjudul Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Beliau menulis bahwa akar dari lahirnya kajian psikolinguistik sudah tercetus sejak abad ke-20, ketika Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengan dasar prinsip-prinsip psikologis. Pada tahun an para ahli psikologi menggagas penggabungan antara ilmu psikologi dan ilmu linguistik sehingga lahirlah cabang ilmu psikolinguistik yang resmi digunakan atau pertama kali dipakai pada pertemuan di Universitas Indiana pada tahun Sementara itu, cabang ilmu linguistik pada mulanya diwarnai oleh aliranaliran behaviorisme yang mulai memudar dengan munculnya ide-ide Chomsky dengan pandangan-pandangan mentalisme yang diawali dengan terbitnya buku Syntactic Structures pada tahun Chomsky mengritik pedas pandangan behaviorisme yang mengungkapkan bahwa psikologi adalah ilmu tingkah laku yang didapatkan dari lingkungan. Jadi, menurut kaum behaviorisme, tingkah laku atau reaksi tubuh merupakan respon dari lingkungannya. Teori behaviorisme ini sangat terkenal dalam pembelajaran bahasa yang mencakup stimulus, respon dan 14

15 15 penguatan. Kritik tajam Chomsky terhadap pandangan behaviorisme menekankan bahwa pikiran dan kesadaran adalah hal esensial dalam pemahaman intelektualitas manusia, khususnya bahasa (Steinberg dkk, 2001: 278). Pandangan-pandangan Chomsky telah memberikan warna baru dalam bidang psikolinguistik, yang teorinya tentang keuniversalan bahasa semakin mengarah pada pemerolehan bahasa. Oleh Clark dan Clark (1977: 4), psikologi bahasa didefinisikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan tiga hal utama, yaitu komprehensi, produksi dan pemerolehan bahasa. Seiring dengan sejarah perkembangan psikolinguistik di atas, maka teoriteori yang digunakan dalam upaya menjelaskan pemerolehan bahasa anak adalah teori-teori behaviorisme maupun teori rasionalis yang juga sering disebut sebagai pandangan nativisme atau pandangan kaum mentalis (Lust, 2006: 49). Di samping itu, dalam bidang pemerolehan bahasa muncul juga teori-teori yang membahas elemen-elemen linguistik yang diperoleh seorang anak secara universal dan salah satu dari teori yang melandasi pemerolehan bunyi anak adalah teori yang diungkapkan oleh Roman Jakobson (Lust, 2006) Teori Behaviorisme Pada sekitar tahun 1920, seorang psikolog, John B.Watson mencetuskan salah satu teori pembelajaran bahasa yang menjadi tonggak lahirnya teori-teori behaviorisme dalam pemerolehan bahasa (Steinberg dkk, 2001: ). Menurut Watson ada dua hal penting yang dipelajari seseorang dalam berbahasa:

16 16 a. Pembelajar bahasa mempelajari sejumlah kata yang memiliki bunyi yang berhubungan dengan makna tertentu. Makna berasal dari relasi objek dan kejadian dalam sebuah lingkungan. Misalnya bunyi kata berhubungan dengan keberadaan anak itu sendiri dalam lingkungan. b. Kapanpun seseorang mempelajari sebuah kalimat, mereka juga secara otomatis mempelajari hubungan internal dalam kalimat tersebut. Teori behaviorisme menyebutkan bahwa pembelajar bahasa mempelajari kalimat lengkap. Mereka melakukannya dengan menghafalkan setiap kalimat yang mereka dengar dengan dikaitkan dengan konteks lingkungan sehingga kalimatkalimat tersebut memiliki makna. Kalimat-kalimat tersebut kemudian disimpan dalam memori. Salah satu pengikut teori ini yang terkenal adalah B.F Skinner (King, 2006: 205). King menyebutkan bahwa aliran behaviorisme memandang bahwa bahasa adalah kebisaaan atau habit, tingkah laku verbal yang dikuasai melalui beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran ini menyangkut peniruan, penguatan, dan hukuman. Jadi, menurut teori ini, misalnya, jika seorang anak belajar kata balon dan anak itu menirukan kata tersebut dengan mengatakan balo maka orang tuanya bisa memberikan penguatan positif dengan tersenyum kepada anak tersebut atau bertepuk tangan dan mengatakan bahwa anak itu pintar. Namun, jika anak tersebut menirukannya dengan mengatakan ta, maka orang tua bisa memberikan hukuman dengan memalingkan muka sebagai sinyal bahwa anak itu salah. Untuk anak bisa menguasai bahasa, mereka harus diberikan stimulus, dan stimulus tersebut mendapatkan balikan atau respon dari anak. Respon yang diberikan anak bisa diberi penguatan atau hukuman. 16

17 17 Secara singkat dapat dikatakan bahwa penganut-penganut aliran behaviorisme percaya bahwa berbahasa adalah bertingkah laku verbal yang bisa diobservasi secara kasat mata. Mereka tidak mempercayai bahwa berbahasa atau penguasaan bahasa merupakan suatu proses internal atau proses mental. Teori pembelajaran bahasa aliran behaviorisme ini mulai memudar dan mendapat banyak kritikan ketika Chomsky (1957) yang menerbitkan sebuah buku yang berjudul Syntactic Structures dan pada tahun 1959 Chomsky membuat sebuah tulisan yang berisi ulasan serta sanggahan terhadap mekanisme pembelajaran bahasa gaya behaviorisme yang termuat dalam tulisan yang berjudul A Review of B.F Skinner Verbal Behaviour. Chomsky adalah salah satu pemrakarsa teori pemerolehan bahasa yang meyakini bahwa proses pemerolehan bahasa adalah suatu proses mental. Secara garis besar teori mentalis atau yang juga disebut sebagai pandangan nativisme akan dibahas di bawah ini Teori Perkembangan Bahasa Anak Chomsky; Pandangan Nativisme Chaer (2003: 222) memaparkan bahwa nativisme berpendapat bahwa selama pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak (manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan. Pandangan ini menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sejalan dengan apa yang disebut hipotesis pemberian alam. Chomsky (2002: 1) memaparkan bahwa dalam perspektif Language Faculty (kapasitas manusia dalam memeroleh dan menggunakan bahasa), bahasa merupakan objek alami, suatu komponen intelektual manusia yang secara fisik

18 18 direpresentasikan di dalam otak dan merupakan bagian dari perkembangan biologi. Dengan dasar tersebut, linguistik merupakan bagian dari psikologi dan sains kognitif. Dalam Chaer (2003: 168) disebutkan bahwa pandangan nativisme yang salah satu penggagasnya adalah Noam Chomsky berpendapat bahwa setiap bahasawan tentu mampu memahami dan membuat kalimat-kalimat dalam bahasanya karena dia telah menyimpan dalam nuraninya tata bahasa bahasanya itu menjadi kompetensi bahasanya; juga telah menguasai kemampuan kemampuan performansi bahasa itu. Jadi, dalam pemerolehan bahasa, anak-anak memeroleh, baik kompetensi maupun performansi bahasa pertamanya. Menurut Chomsky, piranti yang digunakan anak-anak untuk memeroleh kemampuan berbahasa tersebut disebut sebagai hipotesis nurani (the innateness hypothesis). Hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa anak, yaitu Lennenberg (1967), Chomsky (1970) dalam Chaer (2003: 168). Asumsi-asumsi dalam hipotesis nurani adalah sebagai berikut. a. Semua kanak-kanak yang normal akan memeroleh bahasa ibunya asal saja diperkenalkan pada bahasa ibunya itu. Maksudnya, dia tidak diasingkan dari kehidupan ibunya. b. Baik anak yang cerdas maupun yang tidak cerdas akan memperoleh bahasa. c. Kalimat-kalimat yang didengar kanak-kanak seringkali tidak gramatikal, tidak lengkap, dan jumlahnya sedikit. 18

19 19 d. Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain; hanya manusia yang dapat berbahasa. e. Proses pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak, di mana pun, sesuai dengan jadwal yang erat kaitannya dengan proses pematangan jiwa kanak-kanak. f. Struktur bahasa itu rumit, kompleks, dan bersifat universal. Namun, dapat dikuasai kanak-kanak dalam waktu yang relatif singkat, yaitu dalam waktu antara tiga atau empat tahun saja. Dari asumsi-asumsi di atas, disimpulkan bahwa setiap manusia yang lahir dilengkapi dengan apa yang disebut Chomsky sebagai ``Language Faculty`` (Chomsky, 2002: 7-8). Menurut Chomsky, keberadaan Language Faculty yang di Indonesiakan sebagai kapling-kapling intelektual merupakan hipotesis alami yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa anak. Kapasitas kognitif ini juga di dalamnya termasuk sumber-sumber reseptif yang mampu membedakan simbulsimbul linguistik dengan bunyi-bunyi lain. Selain itu, Language faculty juga mengembangkan pengetahuan sistem linguistik setiap penutur asli suatu bahasa. Salah satu bagian dari Language Faculty yang dicetuskan oleh Chomsky adalah suatu piranti yang memungkinkan manusia untuk memeroleh bahasa. Oleh Chomsky, piranti khusus yang dimiliki anak sejak lahir untuk dapat berbahasa disebut LAD (Language Aquisition Device). Pada perkembangan selanjutnya, Chomsky mengembangkan teori Language Faculty-nya dari LAD ke Universal Grammar (UG).

20 20 Chomsky, dalam seminarnya 25 April, 2008, mengatakan, Universal Grammar is the name for the theory of the genetic component of the language faculty. Setiap manusia memiliki kapasitas genetik seperti kapasitas yang membuat manusia memiliki tangan maupun sistem visual fisik lain yang menandakan bahwa manusia adalah kelompok mamalia. Secara genetik manusia berbeda dari makhluk lain yang mengarahkan manusia sehingga mampu melakukan apa yang mereka lakukan Teori Perkembangan Kognitif Piaget Menurut Piaget, yang dikutip Taylor (1990: 231) perkembangan kognitif memengaruhi tahapan-tahapan dalam pemerolehan bahasa dan pada saat yang bersamaan membatasi level pemerolehan bahasa itu sendiri. Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi empat periode, yaitu sensori motor, preoperational thought, concrete operatio dan formal operation. Dalam tulisan ini akan dibahas tahap sensori motor dan tahap praoperasional sesuai dengan umur subjek penelitian. Pada periode sensori motor yang dicetuskan Piaget (dari lahir sampai umur dua tahun), anak-anak belajar tentang dunianya melalui rasa, melihat dan manipulasi objek (Taylor, ; Clark&Clark, 1977:300). Pada akhir tahapan ini, anak-anak mulai mereproduksi kejadian-kejadian yang tersimpan dalam memorinya, misalnya kejadian-kejadian yang terjadi sebelumnya. Mereka juga mulai meniru hal-hal yang dilakukan orang lain. Dengan kata lain, anak-anak sudah menyimpan dan merepresentasikan kejadian dan benda-benda dalam 20

21 21 ingatan mereka. Hal lain yang menjadi penanda akhir dari tahapan sensori motor adalah anggapan anak bahwa objek itu permanen. Ketika kita menjauhkan suatu benda dari anak-anak umur ini, mereka akan mencari-cari benda itu di manamana. Artinya anak-anak tidak hanya merekognisi objek tetapi juga menyadarai bahwa sebuah benda itu ada, meskipun benda itu tidak terlihat. Misalkan, ketika seorang anak bermain dengan sebuah bola, kemudian bola tersebut disembunyikan oleh orang tuanya, anak akan mencari-cari bola tersebut di manamana, bahkan bisa sampai ke kolong tempat tidur. Sering, ketika benda tersebut akhirnya tidak ditemukan, reaksi mereka adalah menangis. Tahapan kedua adalah preoperational thought (tahap pra operasional) yang terjadi ketika anak berumur 2-7 tahun. Desmita (2009: 130) mengutip bahwa pada tahap praoperasional yang dicetuskan Piaget, konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai menguat kemudian melemah. Penggunaan istilah pra di sini menunjukkan bahwa pada tahap ini teori Piaget difokuskan pada keterbatasan pemikiran anak. Sementara istilah operasional mengacu pada aktivitas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa-peristiwa atau pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Desmita (2009) juga mengatakan bahwa tahapan praoperasional dapat dibagi menjadi dua, yaitu subtahap prakonseptual (umur 2-4 tahun) dan subtahap pemikiran intuitif. Subtahap prakonseptual disebut juga dengan pemikiran simbolik karena karakteristik utama subtahap ini adalah munculnya sistem-sistem lambang atau simbol seperti bahasa. Pada subtahap ini, anak-anak

22 22 mengembangkan kemampuan untuk menggambarkan atau membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada (tidak terlihat) dengan sesuatu yang lain. Selanjutnya, Desmita (2009;131) memaparkan bahwa kemunculan pemikiran simbolis pada subtahap operasional ini dianggap sebagai pencapaian kognitif yang paling penting. Melalui pemikiran simbolis, anak-anak prasekolah dapat mengorganisasi dan memproses apa yang mereka ketahui. Anak akan dengan mudah dapat mengingat kembali dan membandingkan objek-objek dan pengalaman-pengalaman yang telah diperolehnya jika objek dan pengalaman tersebut mempunyai nama dan konsep yang dapat menggambarkan karakteristiknya. Simbol-simbol juga membantu anak-anak mengomunikasikan kepada orang lain tentang apa yang mereka ketahui, sekalipun dalam situasi yang jauh berbeda dengan pengalamannya sendiri Teori Struktural Universal; Teori Jakobson Pada awalnya, baik persepsi bahasa maupun produksi bahasa mulai berkembang sejak seorang anak masih bayi (Lust, 2006; 152). Lust juga mengatakan bahwa sejak dilahirkan, seorang anak sudah mengeluarkan suarasuara atau bunyi-bunyi yang berbentuk vokalisasi. Meskipun suara-suara tersebut belum berupa kata-kata dan bahasa, dapat diketahui bahwa tingkah laku tersebut merupakan bagian penting dalam pemerolehan bahasa seorang anak. Hal senada juga diungkapkan oleh Sebastian- Galles dan Bosch (2005: 68) yang mengatakan bahwa pada tahun-tahun pertama kehidupannya, seorang manusia memperoleh kemampuan yang luar bisa untuk memroses sistem bunyi bahasa ibunya. 22

23 23 Kemampuan ini yang nantinya akan berkelanjutan sampai orang tersebut akan teridentifikasi sebagai penutur asli suatu bahasa tertentu. Sehubungan dengan pemerolehan aspek fonologi, Roman Jakobson (1971) mengungkapkan sebuah teori maturasional yang berhubungan dengan model biologis. Dalam teori ini, Jakobson menyatakan bahwa struktur pengetahuan bahasa berhubungan erat dengan struktur pemerolehan bahasa yang dimediasi oleh program yang ada secara bilologis dalam tubuh manusia. Teori Jakobson menggambarkan bahwa kata pertama adalah awal dari dimensi linguistik dalam pemerolehan bahasa karena merupakan bukti pertama adanya elemen linguistik. Babbling atau yang disebut dengan ocehan bayi dikatagorikan sebagai wild sounds yang merupakan suatu kondisi di mana seorang bayi dapat memroduksi atau menyuarakan bunyi-bunyian yang tidak berhubungan dengan pengetahuan linguistik. Kelanjutan dari kata pertama, Jakobson mengusulkan konsep universal dalam pemerolehan fonologis yang menjadi karakter seluruh bahasa di dunia yang dibuat dalam skema seperti di bawah ini. Dalam skema, bunyi konsonan dilambangkan dengan huruf kapital karena bunyi-bunyi tersebut memiliki realisasi fonetis yang bervariasi ketika diproduksi oleh anak.

24 24 Periode dekutan dan celotehan Suara-suara tidak tertentu (Belum dapat digolongkan konsonan maupun vokal) Kata Konsonan P Vokal a (lebar) Oral nasal P M Labial dental labial dental P T M N front velar front velar low V high V P, T K M,N a i/u Stops Fricative front back P,T,K F,S, i u Other Affricates i e u o Bagan 2.1 Jakobson s Hierarchy of Development Sumber: Lust, 2006;160 Dalam bagan di atas, terlihat bahwa konsonan oral p menempati urutan paling awal dalam pemerolehan bunyi sementara afrikatif mendapat posisi paling akhir. 24

25 25 Jakobson (1971: 7-11) memaparkan adanya hukum bunyi dalam pemerolehan bahasa anak dan tempatnya dalam fonologi. Jakobson (1971) menyatakan bahwa seorang anak belajar untuk merekognisi identitas fonem bunyi yang didengarnya yang kemudian disimpan dalam memori sampai akhirnya bunyi-bunyi tersebut diproduksi oleh anak. Dalam hubungannya dengan pemerolehan bahasa, bunyi-bunyi diperoleh anak secara konsisten. Jakobson mengatakan bahwa bunyi pertama yang muncul adalah kontras antara vokal dan konsonan. Kontras konsonan pertama yang muncul adalah oposisi antara oral dan nasal, kemudian diikuti dengan labial dan dental (P-T, M-N). Kontras konsonan seperti itu disebut sebagai Sistem Konsonantal Minimal (Minimal Consonantal System) yang menjadi ciri bahasa-bahasa di dunia. Mengenai bunyi vokal, Jakobson (1971: 10) menyatakan adanya Sistem Vokal Minimal (Minimal Vocalic System) yang merupakan sistem tiga bunyi vokal, yaitu,, u, yang berlaku secara universal. Setiap bahasa di dunia pasti memiliki ketiga bunyi vokal tersebut. Selanjutnya, dikatakan bahwa fonem yang diperoleh anak di luar sistem minimal yang telah dipaparkan di atas adalah urutan pemerolehan bahasa mengikuti hukum IRREVERSIBLE SOLIDARITY, yang diterjemahkan oleh Dardjowidjojo (2000: 22-23) sebagai Hukum Solidaritas Tak-terbalikkan yang dirumuskan sebagi berikut: a. Apabila suatu bahasa memiliki konsonan hambat velar (velar stops), bahasa tersebut pasti memiliki konsonan hambat dental dan bilabial. Contoh: bila bahasa X mempunyai k - g, bahasa ini pasti memiliki t - d dan p - b.

26 26 b. Apabila suatu bahasa memiliki konsonan frikatif, bahasa tersebut pasti memiliki konsonan hambat. Contoh: bila bahasa X memiliki f - v, bahasa ini pasti memiliki p - b, t - d dan k - g. c. Apabila suatu bahasa memiliki konsonan afrikat, bahasa tersebut pasti memiliki konsonan frikatif dan konsonan hambat. Contoh: bila bahasa X memiliki dan bahasa ini pasti memiliki f - v, t - d, k - g. Watson, (1991: 29) menyatakan bahwa salah satu bukti adanya pemerolehan fonologi awal adalah bukti-bukti eksperimental, yakni produksi bahasa anak usia dini dan kemampuan persepsinya menunjukkan tanda-tanda ke arah sistem fonologi bahasa yang disuguhi kepada anak tersebut atau yang sering disebut sebagai bahasa target Keuniversalan dalam Pemerolehan Leksikon Dardjowidjojo (2000; 34) menyatakan bahwa dari segi keuniversalan, pemerolehan leksikon tampaknya merupakan proses yang paling sukar untuk dinyatakan secara universal, khususnya yang menyangkut jumlah dan macam kata yang dikuasai anak. Selanjutnya, Dardjowidjojo mengatakan bahwa variabel dalam pemerolehan leksikon terlalu banyak sehingga jumlah dan macam kata yang diperoleh anak sangat, kalau tidak dikatakan sepenuhnya, ditentukan oleh faktor-faktor seperti budaya, latar belakang keluarga (desa atau kota besar). Seorang anak yang lahir dalam suatu keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi tentu akan berbeda pemerolehan kosakatanya dengan anak 26

27 27 yang dilahirkan dalam suatu keluarga dengan orang tua yang hanya tamatan sekolah dasar. Begitu pula dengan anak yang lahir dengan latar belakang budaya yang bervariasi, sebagai contoh seorang anak yang lahir dari hasil perkawinan dengan orang tua yang berbeda budaya akan berbeda pemerolehan leksikonnya dibandingkan dengan anak yang lahir dari orang tua yang berasal dari budaya dan bahasa yang sama. Clark (1993: 1-3) memaparkan bahwa kata adalah hal pertama yang diperoleh dalam pemerolehan bahasa. Anak-anak memerlukan kata untuk menentukan katagori sintaktik, apakah itu level kata (kata benda, kata kerja, kata sifat) atau pada level frasa (frasa benda, frasa kerja). Mereka juga harus menguasai kata untuk mengetahui relasi gramatikal, misalnya, subjek dari atau objek dari, atau menandai adanya relasi antara subjek dan kata kerja. Tanpa kata, tidak akan ada struktur bunyi, struktur kata, ataupun sintaksis. Leksikon adalah pusat suatu bahasa, dan merupakan pusat dalam pemerolehan bahasa. Oleh karena itu, leksikon adalah jendela dari proses pemerolehan bahasa secara keseluruhan. Leksikon adalah stok kata-kata yang digunakan seseorang dalam berbicara dan sebagai sumber dalam memahami apa yang didengarnya. Stok kata-kata tersebut tersimpan dalam memori sehingga pembicara dapat melokasikan unit-unit yang relevan yang digunakan, baik dalam berbicara maupun dalam pemahaman. Selanjutnya Clark (1993: 21) mengambarkan bahwa anak-anak menyuarakan kata-kata pertama yang dapat direkognisi sekitar umur satu tahun. Pada bulan-bulan pertama, mereka cenderung memproduksi kata-kata pada suatu masa tertentu. Pada usia dini, kata-kata yang diproduksi anak mungkin sulit untuk

28 28 direkognisi karena anak-anak memerlukan waktu untuk menguasai pengucapan kata layaknya orang dewasa. Selain itu, makna yang diekspresikan tidak selalu sesuai dengan makna yang dimiliki orang dewasa. Pada awalnya, kata-kata anak bertambah agak lambat, namun pada tahap selanjutnya repertoir mereka berkembang secara cepat. Sejak kira-kira umur dua tahun, penguasaan kata-kata mereka berkembang dalam hitungan hari. Clark (1993:22) juga mengatakan bahwa setelah awal yang agak lambat, anak-anak menunjukkan kemampuan untuk menyerap dan memproduksi kata-kata baru dengan pesat. Secara umum, mereka biasanya memproduksi antara 50 sampai 200 kata pada sekitar umur 1;6, dan pada umur 2;0 dapat memproduksi antara 500 sampai 600 kata yang berbeda. Antara periode umur satu sampai dua tahun, anak-anak menambah stok perbendaharaan kata mereka secara reguler. Akan tetapi, perjalanan perkembangan kata-kata anak bisa berbeda antara anak yang satu dan yang lainnya Fase Perkembangan Bahasa Anak Seorang anak memperoleh bahasa dari lingkungannya yang kemudian digunakan untuk berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Anak memeroleh bahasanya selama beberapa tahun. Mereka mempelajari aspek-aspek bahasa yang berbeda sejalan dengan pertumbuhan mereka (Taylor, 1990: 227). Selanjutnya, 28

29 29 Taylor mengatakan bahwa ketika seorang anak menjadi semakin besar, ada tiga hal yang berubah, yaitu a. isi dan fungsi dari pesan yang disampaikan (the contents and functions of his messages; b. lingkaran orang-orang disekitarnya yang diajak berkomunikasi (the circle of people with whom he communicates); c. piranti yang digunakan untuk berkomunikasi (the means by which he communicates). Perubahan tersebut di atas dapat dilihat dalam enam fase seperti di bawah ini. 1) Fase Neonate (neo = new = baru; nate = born = lahir), yaitu fase saat bayi baru dilahirkan. Fase neonate sering juga dikenal dengan istilah infant (in = without = tanpa; fant = speech = perkataan; sampai pada umur 1 tahun). Seorang infant menggunakan piranti pralinguistik, seperti tangisan, gerak tubuh, tawa dan vokalisasi, untuk berkomunikasi dengan orang-orang dekat di sekitarnya, terutama kepada ibunya. 2) Fase toddler (umur 1-2 tahun) adalah fase ketika anak mulai berjalan atau belajar berjalan, begitu juga si anak mulai beranjak ke arah komunikasi verbal dengan belajar mengucapkan bunyi-bunyian dan menggunakan kata-kata secara individual. Dalam fase ini si Ibu masih merupakan pusat komunikasi si anak. 3) Fase umur 2-3 tahun. Anak yang berumur 2-3 tahun sudah bisa mengkomunikasikan keperluan fisik dan sosial mereka menggunakan bahasa yang sudah terdiri atas morfem yang berstruktur dan kombinasi

30 30 kata-kata. Seiring berkembangnya si anak, lingkaran komunikasi anak menjadi semakin luas, yaitu termasuk lingkungan komunikasi dengan teman sebaya. 4) Fase prasekolah (umur 3-5 tahun). Anak usia ini sudah menguasai keterampilan dasar dalam berkomunikasi dan bahasa sudah diperoleh. Si anak sudah bisa memproduksi berbagai ujaran untuk menyampaikan pesan. 5) Fase anak sekolah (umur 6-12 tahun). Anak pada umur ini sudah terampil mengkomunikasikan ide mereka melalui kalimat-kalimat dan diskursus dengan struktur bahasa yang bervariasi dan kompleks. Mereka juga mempelajari keterampilan berbahasa yang lain, seperti membaca dan menulis yang selanjutnya memiliki peran yang penting terhadap perkembangan intelektual mereka. 6) Fase anak sekolah lanjutan. Pada fase ini keterampilan berbahasa dan berkomunikasi sudah semakin berkembang dan mereka bisa mengembangkannya secara optimal jika mereka ingin menjadi bagian masyarakat yang terpelajar Bahasa kepada Anak Orang yang berbicara memiliki tujuan agar apa yang dikatakannya dapat dimengerti oleh si pendengar. Begitu pula dengan orang dewasa ketika berbicara dengan seorang anak. Clark dan Clark (1977; 300) mengatakan bahwa pengetahuan anak-anak usia dini tentang struktur bahasa dan fungsi bahasa 30

31 31 sangatlah terbatas. Oleh karena itu, ketika berbicara dengan anak-anak, orang dewasa sering memodifikasi pembicaraan mereka sehingga anak-anak mudah mengerti dengan apa yang mereka katakan. Selanjutnya, Clark dan Clark menyebutkan pentingnya dilakukan kajian terhadap bagaimana orang dewasa berbicara kepada anak-anak karena dengan kajian tersebut akan diketahui model bahasa (model of language) yang disuguhkan kepada anak. Beberarapa penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa cenderung untuk menggunakan bahasa bahasa dengan struktur bahasa yang pendek atau sederhana ketika berbicara dengan anakanak. Alasan lain, pentingnya mengetahui bagaimana orang dewasa berbicara kepada anak adalah apa yang dikatakan orang dewasa kepada anak secara tidak langsung dapat menunjukkan seberapa banyak anak-anak paham dengan apa yang didengarnya. Clark dan Clark (1977) juga menguraikan bahwa cara orang dewasa berbicara kepada anak-anak dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu 1) orang dewasa harus merasa yakin bahwa anak menyadari suatu ujaran ditujukan kepada mereka dan bukan kepada orang lain. Untuk melakukan ini, orang dewasa bisa menyebut nama, menggunakan intonasi khusus, atau bahkan berusaha menarik perhatian mereka dengan jalan menyentuh mereka; 2) ketika mereka sudah mendapatkan perhatian anak, orang dewasa harus bisa memilih kata-kata dan kalimat yang tepat sehingga anak-anak dapat mengerti apa yang dikatakan, seperti menanyakan apa yang sedang dilakukan anak, apa yang mereka lihat atau sedang bermain dengan apa; 3) mereka bisa mengatakan apa yang harus mereka katakan dengan berbagai cara.

32 32 Finegan (2004; 542) mengatakan bahwa meskipun orang dewasa tidak secara eksplisit mengajarkan aturan penggunaan bahasa kepada anak, mereka sering memodifikasi ujaran mereka, menyesuaikannya dengan apa yang mereka pikir akan dipahami dan diperoleh oleh anak. Sering orang tua atau saudarasaudara anak menggunakan bahasa bayi (baby talk) atau yang juga disebut sebagai bahasa sang ibu (motherese), dengan kata lain ujaran yang ditujukan pada bayi. Beberapa contoh dikemukakan oleh Finegan (2004) seperti di bawah ini. a. Ooohh, what a biiig smiiile! Is baby smiling at Mommy? b. Baby is smiling at her Mommy? Yesss! c. Is baby happy to see Mommy? d. Is baby hungry? Yesss? Oopen wiiide... e. Hmmmmm! Baby likes soup. Yesss! Kata-kata atau ujaran-ujaran yang diucapkan secara pelan-pelan dan dengan intonasi yang dibuat-buat adalah masukan linguistik yang disuguhkan orang tua atau pengasuh kepada anak-anak usia dini. Finegan juga memaparkan beberapa karakteristik dari bahasa yang ditujukan kepada anak, yaitu 1) ketika berbicara dengan anak, suara-suara orang dewasa lebih tinggi dari bisaanya; 2) intonasinya berlebihan serta berbicara dengan pelan dan jelas; 3) pengulang ulangan kata atau kalimat; 4) kalimatkalimat yang digunakan pendek dan sederhana; 4) pengunaan nama lebih diutamakan daripada pengunaan kata ganti orang; 5) biasanya topik-topik yang ditujukan kepada anak menyangkut hal-hal konkret dan mengacu pada bendabenda atau aktivitas yang terjadi di sekitar anak. 32

33 Pemerolehan Awal Bilingualisme (Early Bilingual Acquisition) Siapa yang bisa dikatakan sebagai seorang yang bilingual? Taylor (1990) menyebutkan bahwa seorang bilingual menggunakan dua bahasa yang berbeda, bahasa-bahasa tersebut berbeda berdasarkan ragam bunyi, kosakata, dan struktur bahasa dan seorang multilingual menggunakan lebih dari dua bahasa (istilah bilingual sering juga digunakan untuk multilingual). Taylor (1990; 329) selanjutnya menyatakan bahwa pertanyaan utama dan yang paling penting dalam bilingualisme adalah, bagaimanakah dua bahasa atau lebih diperoleh atau dipelajari? Memeroleh suatu bahasa atau lebih pada masa kanak-kanak berbeda dengan seorang yang mempelajari bahasa-bahasa tersebut secara sadar. Seorang anak prasekolah memeroleh bahasanya secara informal, yang bisaanya didapat dari lingkungan mereka, seperti lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Sementara, anak yang lebih besar mempelajari bahasa lain melalui bangku formal misalnya sekolah. Taylor juga menyebutkan bahwa seorang anak yang memeroleh dua bahasa atau lebih sejak sebelum berumur 6 tahun dikatakan sebagai pemeroleh awal bilingualisme (early bilinguals) dan anak-anak memeroleh dua atau lebih bahasa ketika mereka diekspos terhadap bahasa-bahasa tersebut sejak usia dini. Myers-Scatton (2006) mendefinisikan pemerolehan bahasa bilingual pada anak adalah pemerolehan dua bahasa atau lebih ketika bahasa-bahasa tersebut diekpos kepada anak sejak usia dini. Anak-anak tersebut memeroleh bahasabahasanya secara spontan, tanpa ada instruksi-instruksi khusus dalam

34 34 pembelajaran bahasa tersebut. Beberapa peneliti lain memiliki istilah dan patokan umur yang berbeda tentang bilingualisme pada anak. Meisel (2001:11) mengatakan bahwa jika seorang anak mendengar dua bahasa sejak dilahirkan, anak tersebut mengalami pemerolehan bahasa pertama bilingual (bilingual first language aquistion). Istilah yang sama digunakan oleh De Houwer (2005: 31) yang menguraikan bahwa anak-anak yang memeroleh bahasa pertama bilingual diekspos terhadap bahasa-bahasa tersebut sejak mereka dilahirkan dan secara reguler dan berkelanjutan mendengar bahasa-bahasa tersebut. Sementara Steinberg, dkk (2001;228) memaparkan bahwa ada dua kondisi esensial yang bisa menyebabkan seseorang menjadi bilingual, yaitu 1) seseorang menjadi bilingual secara sequential, dalam hal ini, bahasa kedua dipelajari, di bangku sekolah misalnya, atau 2) seseorang menjadi bilingual secara simultan, dan kedua bahasa didapatkan secara bersamaan yang bisaanya didapatkan dari lingkungan keluarga (orang tua) /rumah. Bilingual secara simultan secara alami hanya bisa terjadi pada-anak-anak. Di pihak lain, bilingual secara sequential bisa terjadi, baik terhadap anak-anak maupun orang dewasa. Seperti contoh, anak-anak mulai belajar bahasa keduanya di sekolah dasar. Selanjutnya, Steinberg, dkk (2001) memaparkan bahwa ada dua situasi dasar yang memungkinkan seorang anak memeroleh dua bahasa atau lebih secara simultan, yaitu 1) satu orang hanya menggunakan satu bahasa untuk berkomunikasi dengan si anak (One Person-One Language), 2) satu orang menggunakan dua bahasa yang sama kepada anak (One Person-Two Languages). Situasi yang pertama sebagai contoh terjadi ketika sang ibu menggunakan satu 34

35 35 bahasa saja secara esklusif bahasa Spanyol misalnya kepada si anak dan sang ayah menggunakan bahasa yang lainnya, seperti bahasa Inggris. Situasi ini disebut situasi satu orang satu bahasa atau One Person-One Language yang disingkat dengan 1P-1L. Situasi yang kedua terjadi ketiga satu orang menggunakan dua bahasa kepada anak, misalnya sang ibu menggunakan bahasa Spanyol dan bahasa Inggris kepada anak sementara sang ayah juga menggunakan kedua bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengan si anak. Jadi, situasi tersebut dikenal sebagai situasi satu orang dua bahasa atau One Person-Two Languages yang disingkat 1P-2L. Shin (2005) mengadaptasi dua tipe pemerolehan bahasa bilingual pada anak dari McLaughlin, yaitu simultaneous dan successive. Seorang anak yang memeroleh dua bahasa, kurang lebih sejak mereka dilahirkan (ketika mereka masih bayi), maka dikatakan anak tersebut memeroleh dua bahasa secara simultan, sedangkan, anak yang diekpos kepada hanya satu bahasa ketika masih bayi dan bahasa lain diperkenalkan setelah anak tersebut berumur sekitar 3 tahun, dikatakan anak tersebut memeroleh bahasa secara suksesif. Dari apa yang dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini yang ditekankan adalah pemerolehan bahasa bilingual secara simultan. 2.4 Model Penelitian Model penelitian ini adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kesehariannya manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat secara langsung lancar menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakanng Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan psikologi menusia tersebut. Kita dapat melihat hal tersebut pada pertumbuhan seorang anak dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh manusia untuk menyampaikan pendapat dan maksud yang tersimpan di dalam pikiran ketika berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, morfologi, semantik, dan sintaksis terhadap anak-anak sebagai bahasa pertama. Pemerolehan fonologi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan, maupun lisan. Bahasa sangat penting dalam perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama, berlandaskan pada

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dianut dalam suatu penelitian. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd 1 PERKEMBANGAN Suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi, seperti : biologis, kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, dipaparkan pula tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian berikutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga membahas mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi kemampuan kepada manusia untuk dapat berbahasa. Manusia diberi bekal untuk berbahasa,

Lebih terperinci

Pengertian Universal dalam Bahasa

Pengertian Universal dalam Bahasa Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.

Lebih terperinci

CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS

CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS 1 CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS Tadkiroatun Musfiroh Sejak terjadi perang pandangan antara kaum nativis yang diwakili oleh Chomsky dan kaum behavioris yang diwakili oleh B.F. Skinner pada tahun 1957,

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Perkembangan bahasa Tahap perkembangan yang paling menakjubkan pada masa anak adalah saat anak mulai bisa berbicara Arti bahasa : Adalah suatu sistem komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Penelitian Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Penelitian Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Penelitian Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Inggris telah menjadi bahasa universal dan telah menjadi bahasa yang dipelajari banyak orang di pelbagai negara. Bahasa

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU Oleh: BAHAUDDIN AZMY BAHASA INDONESIA SD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu: Menguasai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Tindak tutur

Lebih terperinci

HIPOTESIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN SINTAKSIS. Oleh: Hayatun Nufus (Dosen Universitas PGRI Palembang)

HIPOTESIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN SINTAKSIS. Oleh: Hayatun Nufus (Dosen Universitas PGRI Palembang) HIPOTESIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN SINTAKSIS Oleh: Hayatun Nufus (Dosen Universitas PGRI Palembang) Abstrak Penguasaan aspek-aspek kebahasaan oleh seseorang dapat berlangsung melalui pemerolehan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman ini tidak dapat disangkal lagi bahwa dengan mudah anak-anak dapat mempelajari berbagai macam bahasa asing dalam proses perkembangan anak-anak, seperti ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara, 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa mempunyai tujuan agar siswa terampil berbahasa yang meliputi keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan

Lebih terperinci

Dimensi Pemerolehan Bahasa

Dimensi Pemerolehan Bahasa Dimensi Pemerolehan Bahasa Dalam penjelasan Tarigan (1988:164) terdapat enam dimensi pemerolehan bahasa, yaitu propensity (kecenderungan), language faculty (kemampuan berbahasa), acces (jalan masuk), sructure

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN 1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN PKM-PENELITIAN Oleh : Nur Arifin 2111412068 2012 Yuni Puspita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DAN PEMEROLEHAN BAHASA (Tinjauan Pembelajaran Bahasa) Oleh, Sukirman *

HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DAN PEMEROLEHAN BAHASA (Tinjauan Pembelajaran Bahasa) Oleh, Sukirman * HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DAN PEMEROLEHAN BAHASA (Tinjauan Pembelajaran Bahasa) Oleh, Sukirman * Abstrak: Berdasarkan kajian dalam pembelajaran bahasa ditemukan beberapa teori yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara sesamanya, berlandaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education ISSN : 2252-4797 Volume 2 No. 2 - Tahun 2013 Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education Pemerolehan bahasa kanak-kanak akibat pengaruh film kartun (suatu tinjauan psikolinguistik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kemampuan linguistik terjadi di dalam konteks umum perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses pemerolehan bahasa itu akan

Lebih terperinci

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN Pendahuluan Pada tahun 1940 sampai dengan tahun 1950-an fonologi adalah cabang linguistik yang banya dibicarakan di antara cabang-cabang linguistik lainnya. Pada

Lebih terperinci

Rafika Rahmawati

Rafika Rahmawati Rafika Rahmawati Anak-anak belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami anak/orang lain, Anak belajar tentang nama benda yang ada di sekitarnya, maupun berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh, anak

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA. Oleh : Ahwy Oktradiksa ( ) Dosen Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA. Oleh : Ahwy Oktradiksa ( ) Dosen Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA Oleh : Ahwy Oktradiksa (+62856 3611 4705) Dosen Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang Abstrak Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia butuh berkomunikasi anak dengan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan dipersepsikan oleh anak-anak sesuai dengan kemampuan pikiran, perasaan, imajianasi dan pengalaman

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dijadikan sebagai dasar pengembangan penulisan selanjutnya untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul

Lebih terperinci

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA Bagaimana belajar bahasa kedua dilihat dari kemunculan metode yang dikategorikan sebagai metode tradisional? 7/19/11 Tadkiroatun Musfiroh 1 LIMA DIMENSI METODE BELAJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA Firma Pradesta Amanah Firma.pradesta@gmail.com Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, pendapat, dan perasaan seseorang kepada

Lebih terperinci

Perkembangan Kognitif. Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng

Perkembangan Kognitif. Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng Perkembangan Kognitif Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng www.unita.lecture.ub.ac.id Ruang Lingkup Kemampuan Kognitif Kognisi perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Konsep umum yg mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mengembangkan dirinya dengan mengadakan interaksi dengan orang lain melalui bahasa. Melalui bahasa diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini (nol sampai dengan enam tahun) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan dalam semua aspek, baik aspek fisik motorik, kognitif, bahasa, maupun

Lebih terperinci

Tajuk 6: Perkembangan Kognitif dan Bahasa. Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh

Tajuk 6: Perkembangan Kognitif dan Bahasa. Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh Tajuk 6: Perkembangan Kognitif dan Bahasa Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh Pengenalan Perkembangan Bahasa Bahasa adalah satu bentuk komunikasi sama ada verbal atau non verbal. Bahasa mengandungi perkataan-perkataan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI Tadkiroatun Musfiroh Pengertian Perkembangan bahasa meliputi juga perkembangan kompetensi komunikasi, yakni kemampuan untuk menggunakan semua keterampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erlin Herliana, 2014 Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erlin Herliana, 2014 Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otak manusia secara genetik telah disiapkan untuk berbahasa. Salah satu alat dalam otak manusia untuk menerima bahasa disebut LAD (Language Acqusition Device).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh suku, daerah dan bangsa dalam bersosial. Tanpa adanya bahasa, komunikasi antar manusia akan terhambat. Manusia

Lebih terperinci

Mengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal?

Mengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal? Mengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal? Contributed by Santi Hendrawati duniaguru.com Banyak orang langsung mencibirkan bibir ketika mendengar seseorang masuk jurusan bahasa, apalagi belajar tentang bahasa.

Lebih terperinci

2016 PEMEROLEHAN KALIMAT PASIF BAHASA SUND A PAD A ANAK USIA PRASEKOLAH

2016 PEMEROLEHAN KALIMAT PASIF BAHASA SUND A PAD A ANAK USIA PRASEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan digambarkan mengenai latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah yang terdiri dari identifikasi masalah penelitian dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Mara Mutiara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Mara Mutiara, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara. Bahasa

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- 78 PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA Favorita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan periode masa emas bagi perkembangan anak dimana tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan reseptif (decode) merupakan proses yang berlangsung pada pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK MENURUT TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK. Suci Rani Fatmawati 1. Abstract

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK MENURUT TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK. Suci Rani Fatmawati 1. Abstract PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK MENURUT TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK Suci Rani Fatmawati 1 Abstract Language Acquisition of children is a long procces started from zero ability to complete fluency in a language.

Lebih terperinci

HAND OUT PSIKOLINGUISTIK

HAND OUT PSIKOLINGUISTIK HAND OUT PSIKOLINGUISTIK 1. HAKIKAT BAHASA 1. Bahasa adalah sebuah system; 2. Bahasa berwujud lambang; 3. Bahasa berwujud bunyi; 4. Bahasa bersifat arbitrer; 5. Bahasa bermakna; 6. Bahasa bersifat konfensional;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara (communicative competence) seorang anak dengan anak yang lain berbeda-beda. Ada anak yang perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

Perkembangan Kognitif dan Linguistik. Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog

Perkembangan Kognitif dan Linguistik. Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog Perkembangan Kognitif dan Linguistik Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog Prinsip dasar perkembangan manusia Proses perkembangan melibatkan proses pertumbuhan. Proses Perkembangan Anak Melibatkan Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini aktivitas mengajarkan membaca pada Pendidikan Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan baik yang pro maupun

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen :

Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen : Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen : Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi UMBY UMBY TEORI PIAGET TENTANG PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh setiap manusia sejak lahir. Pada saat seorang anak dilahirkan, anak tersebut belum memiliki kemampuan untuk berbicara

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Metode Bercerita Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu

Lebih terperinci

Perkembangan Bicara & Bahasa. Smith & Neisworth

Perkembangan Bicara & Bahasa. Smith & Neisworth Perkembangan Bicara & Bahasa Smith & Neisworth 1. Reflexive Vocalization Dari lahir sampai + 3 mg Menangis tidak dapat dibedakan tanpa memperhatikan keadaan psikologisnya, seperti lapar, dingin, sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa perkembangan bahasa dan bicara anak yang paling intensif terletak pada lima tahun pertama dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam hidupnya. Pribadi unik yang dimaksud adalah anak selalu memiliki cara tersendiri dalam

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan berbekal kemampuan membaca, siswa dapat mempelajari ilmu, mengkomunikasikan gagasan, dan mengekspresikan

Lebih terperinci

STUDI KASUS SIKAP BERBAHASA INDONESIA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

STUDI KASUS SIKAP BERBAHASA INDONESIA ANAK USIA SEKOLAH DASAR STUDI KASUS SIKAP BERBAHASA INDONESIA ANAK USIA SEKOLAH DASAR I. PENDAHULUAN Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang dijadikan status sebagai bahasa persatuan sangat penting untuk diajarkan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan

Lebih terperinci