BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Latar Belakang dari Pembelajaran IPS menurut KTSP Standar Isi 2006 Di masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Selain itu mata pelajaran IPS mempunyai tujuan yang digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran IPS. Menurut KTSP Standar Isi 2006 Mata Pelajaran IPS memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Lebih sederhana lagi dikemukakan oleh Gunawan Rudy ( 2011 : 37 ) bahwa pembelajaran IPS di SD bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah- tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. 11

2 12 Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap bidang studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS. Akhirnya tujuan kurikuler secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran. Gunawan Rudy ( 2011 : 40 ) juga memaparkan tujuan kurikuler IPS yang merupakan penjabaran lebih lanjut dan tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional secara keseluruhan ialah : 1. membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat; 2. membekali peserta didik dengan kemapuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. 3. membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian. 4. membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisahkan. 5. membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembagan kehidupan, perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi. Berdasarkan pada tujuan-tujuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mengenal konsep yang berkaitan dengan masyarakat, untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial dan memiliki kemampuan untuk berfikir logis, kritis, inquiri, rasa ingiun tahu, serta memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan

3 13 berkomunikasi dengan masyarakat, sehingga dapat membentuk warga negara yang berkemampuan sosial. Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya; memamfaatkan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan siswatiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar siswa MI/SD. Jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi: bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau multidisipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar mahasiswa secara berkesinambungan. Berdasarkan penjelasan yang diuraikan diatas dalam IPS yang dipelajari adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi (a) substansi materi ilmuilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah,

4 14 dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan siswatetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan siswa yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD Mapel IPS kelas 4 sebagai berikut : Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas 4 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2) Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) 1.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 1.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 1.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya 1.4 Mengenal permasalahan sosial daerahnya.

5 15 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Standar Kompetensi : Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi dilingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Kompetensi Dasar : Mengenal permasalahan sosial daerahnya Model Pembelajaran Group Investigation Model pembelajaran GI sering dipandang sebagai model yang paling komplek dan paling sulit untuk diterapkan dibandingkan dengan model kooperatif yang lain. Hal ini disebabkan karena siswa dibawa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk berkemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun ketrampilan proses yang memiliki kelompok (Sugitanto, 2007 : 16). Guru dapat menggunakan model pembelajaran GI untuk mengembangkan kerativitas siswa, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Model pembelajatan GI dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial (Mafune dalam Rusman, 2005:4). Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil sesuai pengembangan yang dilalui siswa (Krismanto, 2003 : 8) Beberapa penjabaran teori yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran group investigation adalah model pembelajaran yang membantu siswa untuk bekerja dalam tim, melakukan penyelidikan terhadap suatu topik mulai dari pengumpulan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan yang dilakukan secara

6 16 berkelompok dan membandingkan hasil penyelidikannya dengan penyelidikan yang dilakukan oleh kelompok/tim lain. Menurut Sugiyanto (2007) mengemukakan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran GI ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Seleksi topik Para siswa memilih dalam berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah yang umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2-6 orang dan bersifat heterogen. 2. Merencanakan kerja sama Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik yang telah dipilih seperti langkah yang dikemukakan di atas. 3. Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. 4. Analisis dan sintesis Para siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan merencanakan peringkasan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 5. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa terlibat dan mencapai perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru. 6. Evaluasi selanjutnya Guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai konstribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individual atau kelompok atau keduanya.

7 17 Pendapat yang hampir sama dengan pemikiran Sugiyanto (2007), Agus Suprijono dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning, juga mengemukakan langkah - langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation yaitu : 1. Pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru 2. Guru beserta siswa menentukan atau memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik tersebut. 3. Guru dan siswa menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah. 4. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah di rumuskan 5. Para siswa mempresentasikan hasil investigasinya oleh masingmasing kelompok. 6. Evaluasi. Evaluasi dapat masuk asasmen individual maupun kelompok Menurut pendapat Agus Suprijono dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning, langkah yang ditekankan ada pada poin keempat. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah di rumuskan. Metode yang dapat digunakan juga disesuaikan dengan permasalahan yang diterima kelompok tersebut. Metode yang digunakan akan membantu siswa dalam memecahkan permasalahan social yang membutuhkan solusi dari setiap anggota kelompok. Sejalan dengan Agus Suprijono dalam bukunya, Slavin (2008 : 218) juga menegaskan bahwa model pembelajaran group investigation mempunyai 6 tahap, yaitu : Tahap 1 : Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok. a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran. b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah dipilih c. Komposisi kelompok didasarkan pada keterikatan siswa dan harus bersifat heterogen Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari a. Para siswa merencanakan bersama mengenai : Apa yang pelajari? Bagaimana mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)

8 18 Untuk tujuan kepentigan apa menginvestigasi topik ini? Tahap 3 : Melaksanakan investigasi a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan memuat kesimpulan b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesiskan semua gagasan Tahap 4 : Menyiapkan laporan akhir a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek yang dikerjakan b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan dilaporkan, dan merancang sistem presentasi yang akan dilakukan c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitian acak untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi Tahap 5 : Mempresentasikan laporan akhir a. Presentasi yang dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas Tahap 6 : Evaluasi a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah dikerjakan, mengenai keefektivan pengalaman-pengalaman yang dilakukan b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c. Penilaian hasil belajar. Pendapat Slavin (2008 : 218) menekankan pada tahap merencanakan tugas yang akan dipelajari yaitu para siswa merencanakan bersama mengenai : Apa yang pelajari, bagaimana mempelajarinya, siapa melakukan apa (pembagian tugas), untuk tujuan kepentingan apa menginvestigasi topik ini. Dalam langkah ini siswa belajar membagi tugas kelompok sehingga semua siswa akan terlibat aktif dalam mengerjakan dan memecahkan permasalahan dengan solusi yang tepat. Jadi, dari beberapa langkah yang sudah dijabarkan oleh para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran GI mempunyai 7 langkah dalam pelaksanaanya, yaitu :

9 19 1. Pembentukan kelompok beranggotakan 2-6 orang. 2. Memilih topik permasalahan. 3. Merencanakan tugas.(metode penelitian) 4. Investigasi : a. Mengumpulkan informasi b. Menganalisis data. Terdiri dari : Klasifikasi Klarifikasi Sintesis c. Membuat kesimpulan 5. Membuat laporan. 6. Presentasi hasil investigasi 7. Evaluasi investigasi yang berupa diskusi kelas dan presentasi, baik secara individual maupun kelompok Metode Pembelajaran Mind Mapping Konsep Mind Mapping dahulu diperkenalkan/dicetuskan oleh Tony Buzan pada sekitar tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah Mind Mapping memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Menurut Tony Buzan (2007: 4) Mind Mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak atau cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh, dapat juga diartikan sebagai cara membuat catatan yang tidak membosankan serta cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan merencanakan proyek. Pendapat sama yang menekankan tentang penggalian informasi juga dikemukakan Suyatno (2009:99) Mind Mapping adalah sebuah metode atau cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak atau dan mengambil informasi keluar otak, yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif. Sejalan dengan itu dikemukakan oleh Olivia dan Ariani (2009:25) Mind Mapping adalah sebuah metode visualisasi pengetahuan secara grafis untuk mengoptimalkan eksplorasi seluruh area kemampuan otak.

10 20 Metode Mind Mapping juga sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau menemukan alternatif jawaban, metode ini juga merupakan sebuah metode yang inovatif, karena nantinya akan bermanfaat untuk siswa. Mind Mapping dibuat oleh kata-kata, warna garis dan gambar. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain. Berikut contoh gambar Mind Mapping: Gambar 2.1 Aplikasi Mind Mapping Sumber : content/uploads/2009/03/muhammadnoer-economic-growth-mindmap- Berikut ini merupakan beberapa pengertian Mind Mapping (Tony Buzan, 2008:3-4): 1) Mind Mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. 2) Mind Mapping mengembangkan cara pikir divergen, berpikir kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiranpikiran kita. 3) Mind Mapping adalah alat berpikir organisional yang sangat hebat. 4) Mind Mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan. 5) Mind Mapping adalah hasil dari strategi Mind Mapping yang berupa hasil visualisasi yang berupa simbol atau gambar yang

11 21 dapat digunakan sebagai ganti catatan tertulis dan hasilnya lebih cepat untuk diingat. Tony Busan mengemukakan ada beberapa manfaat memiliki Mind Mapping yaitu antara lain (Tony Busan, 2003) : a) Merencana b) Berkomunikasi c) Menjadi kreatif d) Menghemat waktu e) Menyelesaikan masalah f) Memusatkan perhatian g) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran h) Mengingat dengan baik. i) Belajar lebih cepat dan efisien j) Melihat gambar keseluruhan Dalam pengaplikasian Mind Mapping dalam proses pembelajaran terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu Johan (2008) : 1. Overview: Tinjauan Menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal Semester, Overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat Mind Mapping yang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu Semester yang biasanya sudah ada dalam Silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di perpustakaan. 2. Preview: Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari Overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada Overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari Silabus. Dengan demikian, siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah Preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah Inview. 3. Inview: Tinjauan Mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam. Selama Inview ini, siswa diharapkan dapat mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan. 4. Review: Tinjauan Ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari-ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada

12 22 saat di rumah. Review dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Mind Mapping adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan cara pemetaan pikiran yang berguna untuk mereview pengetahuan awal siswa, dan dalam pengaplikasiannya digunakan gambargambar, garis-garis yang bervariasi (lengkung, lurus, dan lain-lain), warnawarna yang menarik, sehingga dapat menarik minat belajar siswa. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping ini terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan diantaranya cara pembuatan Mind Mapping untuk para siswa dan proses pengarahan terhadap siswa ketika melakukan pembahasan topik pembelajaran. Ada beberapa teori yang dikemukaan para ahli tentang langkah-langkah dari metode Mind Mapping. Setiap pembelajaran dapat menggunakan metode ini karena metode ini dapat memudahkan siswa dalam belajar. Seperti mata pelajaran IPS yang bersifat hafalan. Langkahlangkah membuat Mind Mapping. Bedasarkan buku pintar Tony Buzan (2008) ada tujuh langkah dalam pembuatan Mind Mapping, antara lain sebagai berikut: 1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar,karena mulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar kesegala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. 2) Gunakan gambar atau simbol untuk ide sentral,karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi.sebuah gambar sentral akan lebih menarik membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita. 3) Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat Mind Mapping lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan 4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat (ide pokok) dan hubungkan cabang ketingkat dua dan tiga ketingkat satu dan dua, seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi, otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat ) hal sekaligus.bila kita menghubungkan cabang-cabang,akan lebih mudah mengerti dan mengingat.

13 23 5) Buatlah garis melengkung, bukan lurus, karena garis lurus akan membosankan otak. 6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal memberi banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Mapping. Setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi, lebih bebas dan bisa memicu ide dan pikiran baru. 7) Gunakan gambar, karena seperti gambar sentral setiap gambar bermakna seribu kata. Penekanan tentang langkah-langkah Mind Mapping dikemukakan oleh Tony Busan dalam bukunya yang berjudul The Ultimate Book of Mind Map, adalah sebagai berikut : a. Tulis judul di tengah-tengah kertas dan beri gambar yang sesuai untuk memudahkan mengingat judul tersebut. b. Buat cabang utama terkait topik tadi misalkan apa definisi mind map, bagaimana otak bekerja, apa itu kesuksesan, latihan apa yang bisa dilakukan dan bagaimana aplikasinya. c. Teruskan dengan membuat cabang-cabang utama lainnya dan gunakan warna berbeda. d. Ingat beri label setiap cabang hanya dengan kata kunci saja. Semakin sedikit semakin baik. Anda mencatat bukan untuk menghafal melainkan untuk memahami dengan bahasa Anda sendiri. e. Selanjutnya dari tiap cabang buat sub cabang untuk hal-hal yang saling berhubungan. f. Gunakan garis-garis lengkung dan alur yang nyaman buat Anda. Tidak ada aturan khusus dalam membuat mind mapping sebab Anda-lah sang seniman. g. Jika ada hal-hal yang berhubungan pada sub yang berbeda, Anda bisa menarik garis sebagai pengingat adanya kaitan antara kedua hal tersebut Pendapat lain tentang langkah-langkah pembuatan Mind Mapping juga dimuat dalam (diupload 8 September 2012) adalah sebagai berikut : 1. Tentukan tema yang akan ditulis, atau perhatikan tema apa yang sedang dipelajari. Tulis tema ini di bagian tengah kertas. Kemudian wadahi kata ini dengan sebuah gambar atau simbol. Bisa menggunakan lingkaran, persegi, segi tiga, bintang, dan lain-lain. Berikan juga warna agar lebih menarik. 2. Tentukan sub atau bagian dari tema tadi dalam beberapa kata kunci. Misalnya untuk Mind Map, sub tema dan kata kuncinya adalah Tema, Sub tema, Simbol, Konektor. Wadahi Subtema tersebut dalam gambar

14 24 atau simbol yang lebih kecil dari pada wadah tema. Tarik garis penghubung dari tema ke subtema. 3. Tentukan unsur-unsur subtema sebagai penjelas. Misalnya unsur subtema simbol dalam bentuk, warna, ukuran. 4. Berikan warna yang berbeda untuk subtema, semakin banyak warna dan simbol semakin baik merangsang kerja otak. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembuatan mind mapping adalah sebagai berikut : 1. Menentukan tema yang akan dibuat mind mapping. Tulis tema tersebut dengan posisi di bagian tengah kertas. Kemudian wadahi tema tersebut dengan sebuah gambar atau simbol. Bisa menggunakan lingkaran, persegi, segi tiga, bintang, dan lainlain. Berikan juga warna agar lebih menarik. 2. Tentukan sub tema dari tema tadi dalam beberapa kata kunci. wadahi sub tema tersebut dalam gambar atau simbol yang lebih kecil dari pada wadah tema. Tarik garis penghubung dari tema ke sub tema. 3. Tentukan unsur-unsur tema sebagai penjelas. 4. Berikan warna yang berbeda untuk subtema, semakin banyak warna dan simbol semakin baik merangsang kerja otak. Metode Mind Mapping ini dapat membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tentunya dapat mambangkitkan minat belajar peserta dalam mengikuti pembelajaran IPS. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran IPS dibutuhkan tingkat penguasaan materi yang luas, sehingga dibutuhkan suatu metode yang dapat digunakan oleh siswa secara efektif untuk membantu siswa agar lebih mudah dalam menyerap materi yang diberikan. Dalam penerapan metode ini, siswa didorong untuk menggunakan kemampuan kedua belah otaknya untuk membuat Mind Mapping yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap siswa, membuat siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Dan yang terpenting adalah siswa dapat meningkatkan daya ingatnya pada materi

15 25 yang telah dipelajari dan dapat memahami materi dengan lebih menyeluruh Model Pembelajaran Group Investigasi dengan Metode Mind Mapping Model pembelajaran group investigation adalah model pembelajaran yang membantu siswa untuk bekerja dalam tim, melakukan penyelidikan terhadap suatu topik mulai dari pengumpulan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan yang dilakukan secara berkelompok dan membandingkan hasil penyelidikannya dengan penyelidikan yang dilakukan oleh kelompok/tim lain. Dasar-dasar metode Group Investigation dirancang oleh Herbert Thalen yang selanjutnya diperluas oleh Sharn dan kawan-kawandari Universitas Tel Aviv. Model pembelajaran GI sering dipandang sebagai model yang paling komplek dan paling sulit untuk diterapkan dibandingkan dengan model kooperatif yang lain. Hal ini disebabkan karena siswa dibawa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk berkemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun ketrampilan proses yang memiliki kelompok (Sugiyanto, 2007 : 16). Agar lebih menarik minat siswa dan agar siswa lebih memahami tentang materi yang telah diinvestigasikan, pada akhir pembelajaran guru dapat menggunakan metode Mind Mapping. Metode Mind Mapping adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan cara pemetaan pikiran yang berguna untuk mereview pengetahuan awal siswa, dan dalam pengaplikasiannya digunakan gambar-gambar, garis-garis yang bervariasi (lengkung, lurus, dan lain-lain), warna-warna yang menarik, sehingga dapat menarik minat belajar siswa. Sehingga dapat mempermudah siswa memahami materi sekaligus juga dapat menarik minat belajar siswa. Dalam pembelajaran ini, guru akan menekankan pada minat belajar siswa yang dilihat dari sikap dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Dengan adanya model pembelajaran group investigation

16 26 yang kemudian diaplikasikan dengan metode mind mapping, selain untuk mengupayakn kerja tim yang optimal sehingga benar-benar terjadi kerja ilmiah yang sesungguhnya dan mendapatkan hasil maksimal sekaligus dapat memahami materi yang telah diinvestigasikan. Pembelajaran kooperatif pertama kali dilaksanakan di dalam kelas, sebaiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan kepada siswa yaitu model pembelajaran group investigation dan selanjutnya langkah-langkah dari pembuatan mind mapping. Langkah-langkah model group investigation : 1. Pembentukan kelompok beranggotakan 2-6 orang secara heterogen. 2. Memilih topik permasalahan. 3. Merencanakan tugas.(metode penelitian) 4. Investigasi : A. Mengumpulkan informasi B. Menganalisis data. Terdiri dari : a. Klasifikasi b. Klarifikasi c. Sintesis C. Membuat kesimpulan 5. Membuat laporan. 6. Presentasi hasil investigasi 7. Evaluasi investigasi yang berupa diskusi kelas dan presentasi, baik secara individual maupun kelompok. Adapun langkah-langkah pelaksanaan/implemetasi model pembelajaran group investigation dengan metode mind mapping dalam pembelajaran IPS kelas 4 semester 2 sebagai berikut : 1. Pembentukan kelompok beranggotakan 2-6 orang secara heterogen. 2. Menentukan topik permasalahan. 3. Merencanakan tugas (metode penelitian) 4. Investigasi

17 27 a. Mengumpulkan informasi b. Menganalisis data. Terdiri dari : a. Klasifikasi b. Klarifikasi c. Sintesis c. Membuat Kesimpulan 5. Membuat laporan. Langkah-langkah metode mind mapping : a. Menentukan topik. b. Tulis topik tersebut dengan posisi di bagian tengah kertas. c. Memberi gambar atau simbol pada topik. d. Memberi warna. e. Menuliskan beberapa kata kunci. f. Memberi gambar atau simbol. g. Menarik garis penghubung dari topik ke sub topik. h. Memberikan warna berbeda. 6. Presentasi hasil investigasi. 7. Evaluasi investigasi yang berupa diskusi kelas dan presentasi, baik secara individual maupun kelompok Minat Belajar Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Hal ini karena dengan tumbuhnya minat dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajari. Menurut W.S Winkel (2007:212) Minat diartikan sebagai kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Kecenderungan yang di maksud adalah suatu perbuatan atau tindakan atau sikap untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan

18 28 seseorang, sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu dalam hal ini yang berkaitan dengan mata pelajaran. Sejalan dengan itu, Joko Sudarsono (2003:8) Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut. Begitupun dengan Slameto (2010:80) mengatakan bahwa Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Jadi, berdasarkan beberapa pengertian minat menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu bentuk perbuatan atau tidakan atau sikap tertarik dan senang pada benda, barang dan kegiatan. Berdasarkan pada pengertian minat belajar yaitu suatu bentuk perbuatan atau tidakan atau sikap tertarik dan senang pada benda, barang dan kegiatan, kemudian didasarkan pada langkah-langkah model group investigation menggunakan metode mind mapping diperoleh indikator minat sebagai berikut : 1. Membentuk kelompok 2. Menentukan topik 3. Merencanakan tugas 4. Menginvestigasi 5. Membuat laporan berupa mind mapping 6. Mempresentasikan hasil investigasi 7. Menulis topik 8. Memberi simbol pada topik 9. Memberi warna 10. Menuliskan kata kunci 11. Memberi simbol/gambar lebih kecil 12. Menarik garis penghubung 13. Menentukan unsut tema sebagai penjelas. 14. Memberi warna yang berbeda

19 29 Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinilai dengan alat non tes atau bukan tes. Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan menggunakan alat melalui tes dalam meniali hasil dan proses belajar. Para guru pada umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada non tes, mengingat alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis, dan yang dinilai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Teknik Non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non-tes dapat berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, siswa diminta untuk menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan siswa, misalnya potensi siswa. Hasil pengukuran melalui instrumen non tes berupa angka disebut kuantitatif dan buka berupa angka seperti penyataan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang, dan sebagainya disebut kualitatif. Ada beberapa macam teknik non tes, beberapa diantaranya seperti unjuk kerja (performance), penugasan, proyek, tugas individu, tugas kelompok, laporan, ujian praktik, dan portofolio Wardani, Naniek Sulistya dkk ( 2012 : ). Berikut adalah uraian singkat tentang jenis teknik non tes menurut Wardani, Naniek Sulistya dkk (2012 : 12-13). a. Unjuk Kerja Suatu penilaian/pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok; partisipasi peserta didik dalam diskusi; ketrampilan menari; ketrampilan memainkan alat music; kemampuan berolahraga; ketrampilan menggunakan peralatan laboratorium; praktek sholat, bermain peran, bernyanyi, dan ketrampilan mengoperasikan suatu alat.

20 30 b. Penugasan Penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk menilai keterampilan menyelidiki secara umum, pemahaman, dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu penyelidikan, dan kemampuan menginfromasikan subjek secara jelas. c. Tugas Individu. Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada siswa yang dilakukan secara individu. Tugas ini dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk seperti pembuatan kliping, pembuatan makalah dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang terlibat pada siswa sebaiknya menerapkan (apply), menganalisis (analyse), mengevaluasi (evaluate), dan membuat (create). d. Tugas Kelompok. Sama dengan tugas individu, namun dikerjakan secara kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan salah satunya adalah tertulis dengan menjawab uraian secara bebas dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi. e. Laporan Penilaian yang berbentuk laporan tugas atau pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan pratikum dan laporan Pemantapan Praktikum Lapangan (PPL). f. Responsi atau ujian pratik. Suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya seperti mata kuliah PPL. g. Portofolio. Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa, pekerjaan-pekerjaan yang

21 31 sedang dilakukan, beberapa contoh tes yang telah selesai dilakukan, berbagai keterangan yang diperoleh siswa, keselarasan antara pembelajaran dan tujuan spesifik yang telah dirumuskan, contoh-contoh hasil pekerjaannya sehari-hari, evaluasi diri terhadap perkembangan pembelajaran dan hasil observasi guru. Tabel Teknik, Bentuk, Kepentingan, dan Jenis Evaluasi Pembelajaran Non Tes Teknik Bentuk Kepentingan Jenis Non Tes Penilaian Hasil Lebih sesuai untuk indikator afektif Pengamatan, Daftar cek/periksa, Skala Sikap, Catatan Diri, Buku Harian, Penilaian Diri, Angket, Ungkapan Perasaan, Catatan Anekdot, Sosiogram. Portofolio (Penilaian Proses dan Hasil) Dipakai untuk mengamati perkembangan kemampuan kognitif dan psikomotor Puisi, Karangan Gambaran/Tulisan, Peta/Denah, Desain Makalah, Laporan Observasi, Laporan penyelidikan, Laporan penelitian, Laporan eksperimen,

22 32 Sinopsis, Naskah Pidato, Naskah Pidato, Naskah Drama, Doa, Rumus, Kartu Ucapan, Surat komposisi musik, Teks lagu, Resep, Makanan. Berdasarkan dari uraian tentang teknik non tes diatas, dikarenakan yang akan diteliti adalah minat belajar siswa yang termasuk dalam kemampuan afektif, maka dalam penelitian ini akan digunakan bentuk penilaian rubrik penilaian minat untuk penilaian proses yang kemudian akan ditindak lanjuti menggunakan observasi sebagai penilaian hasil. Dari kedua teknik tersebut guru dapat melihat tingkat minat belajar tiap siswa/kelompok. 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dilaksanakan saat ini. Penelitian oleh Herawan, Ivandra Bagus (2012). Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Mind Mapping pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 09 Kutowinangun Salatiga Tahun 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan metode mind mapping, ternyata dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian tindakan yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan di setiap tindakan. Pada tindakan sebelum siklus terdapat 37,5% atau 9 anak yang tuntas, setelah dilakukan tindakan siklus I terjadi peningkatan sebanyak 50% atau 12 anak. Peningkatan ini belum mencapai yang diharapkan yaitu 70% dari jumlah siswa harus tuntas. Maka

23 33 dilakukan tindakan siklus II dan hasilnya terjadi peningkatan hasil belajar 100% atau 24 siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa metode mind mapping yang menekankan pada pemaksimalan otak kiri dan otak kanan, terbukti dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 09 Salatiga. Dengan demikian, dapat disarankan bahwa metode ini dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang dapat membantu menggali informasi siwa dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Kelebihan : metode mind mapping pada penelitian tersebut dapat membantu manggali informasi siswa dan dapat menunjang keberhasilan belajar siswa dan dapat memaksimalkan kerja otak kiri dan kanan siswa. Penelitian oleh, Wahyuni Murtisari (2011) dengan judul Peningkatan hasil belajar melalui metode pembelajaran mind mapping dalam pembelajaran IPS siswa kelas 4 SDN Ngaglik 03 Kabupaten Blitar. Universitas Negeri Malang. Program Studi PGSD Skripsi (Sarjana). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dari pra tindakan ke siklus I peningkatannya mencapai 41,6% dan dari siklus I ke siklus II peningkatannya mencapai 17,6%. Hasil belajar siswa dari pratindakan 35% siswa tuntas meningkat pada siklus I menjadi 65% siswa tuntas dan siklus II menjadi 100% siswa tuntas belajar dari 20 orang siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran, dan pelaksanaan metode Mind Mapping juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga 20 siswa dapat tuntas dalam belajar. Kelebihan : metode Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran, dan pelaksanaan metode Mind Mapping juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa Rahayu, Murti (2011) melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Group Investigation Bagi Siswa Kelas 4 SD N Soso 03 Gandusari Kabupaten Blitar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model grup investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang terlihat dari peningkatan perolehan pra tindakan sampai pada siklus kedua yang mencapai peningkatan sebesar 13% dari 16 siswa yang tuntas 14 siswa dan belum tuntas 2

24 34 siswa. Kelebihan : model group investigation adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang sulit untuk diterapkan, namun peneliti mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal. Kelemahan : sayang sekali masih ada 2 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran menggunakan grup investigation. Cara mengatasi kelemahan tersebut dengan lebih memaksimalkan pembelajaran ini, karena 2 siswa yang belum tuntas ini sangat disorot oleh pembaca. Penelitian oleh Reffy Yhanna (2011) dengan judul Peningkatan keterampilan menulis puisi melalui model mind mapping siswa kelas V SDN Pojok 02 Kabupaten Blitar, Universitas Negeri Malang. Program Studi S1 PGSD Skripsi (Sarjana). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model mind mapping dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi antara lain, nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 68, dan siklus II sebesar 86. Sedangkan hasil keterampilan menulis puisi siswa meningkat ditunjukkan dengan nilai rata-rata pada pratinda-kan 65, siklus I 73, dan siklus II 87. Ketuntasan belajar pada pratindakan sebesar 30%, siklus I sebesar 70%, dan siklus II 100%. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan agar guru menerapkan model mind mapping untuk materi pelajaran yang lain agar siswa senang dalam mengikuti pembelajaran. Guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang inovatif agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Bagi siswa disarankan agar aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan selalu berlatih menulis terutama menulis puisi. Kelebihan : model mind mapping dapat diterapkan pada materi pelajaran lain agar siswa senang mengikuti pelajaran khususnya menulis puisi. Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Endarini Sudaromono (2011) dengan judul Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Pada Mata Pelajaran IPA Di SD Sidorejo Lor 02 Salatiga Seester 1 Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran GI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I sebesar 77% dan pada siklus II dengan presentase 89%. Peningkatan aktivitas siswa memberikan

25 35 dampak yang positif terhadap hasil belajar yaitu pada ulangan harian siswa dengan nilai rata-rata mencapai 88. Kelebihan : model GI bisa masuk ke dalam beberapa mata pelajaran sehingga siswa dapat berlatih berfikir unuk memecahkan suatu masalah. Kekurangan : model pembelajaran GI sangat komplek sehingga siswa harus berkonsentrasi penuh melakukan investigasi terhadap topik yang sudah dipilih. Cara mengatasi kelemahan yaitu dengan melatih kemampuan berfikir kritis siswa sejak dini. Dilihat dari kajian-kajian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan-perubahan minat dalam kegiatan berfikir untuk memecahkan masalah. Dengan tindakan-tindakan yang dilakukan terbukti mampu merubah cara belajar siswa yang mengarah ke peningkatan minat belajar siswa. Mengacu pada penelitian di atas, akan dilakukan penelitian tindakan kelas, yaitu dengan melakukan penelitian yang bertemakan penggunaan model group investigation dengan metode pembelajaran mind Mapping pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas 4 SD N Dukuh 03 Salatiga. 2.3 Kerangka Berfikir Pembelajaran IPS yang berlangsung selama ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi pelajaran IPS melalui ceramah dan siswa mendengarkan. Kadang-kadang saja di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaanpertanyaan yang harus dijawab siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah diam mendengarkan, bermain sendiri, mengantuk, tidak segera dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang lain, sehingga siswa cenderung untuk pasif ketika pembelajaran. Kondisi ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS menurun, karena minat sendiri adalah suatu kecenderungan, ketertarikan, perhatian, dan rasa senang terhadap suatu aktifitas/objek. Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar kompetensi yang diharapkan dalam KTSP 2006 dapat tercapai. Suatu pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam

26 36 proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat memecahkan masalah dengan melakuka penyelidikan/investigasi dan dapat menemukan sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan yaitu dengan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang melibatkan siswa berpartisipasi aktif dan dapat meningkatkan minat belajar siswa adalah model pembelajaran Group Investgation dengan metode pembelajaran Mind Mapping. Model pembelajaran Group Investigation dengan Metode pembelajaran Mind Mapping diawali dengan guru memberikan topik pembelajaran yang akan dibahas dan nantinya akan dibuat mind mappingnya oleh siswa, Kegiatan selanjutnya yaitu menjelaskan materi dengan menggunakan metode mind mapping untuk mempermudah siswa memahami materi dan sekaligus untuk menarik minat belajar siswa, kemudian menjelaskan langkah-langkah dalam model pembelajaran group investigation. Setelah itu siswa diminta membentuk 5 kelompok yang terdiri dari 4 siswa tiap kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok diminta untuk keluar kelas guna mengamati dan mengumpulkan informasi tentang suatu masalah, kemudian dari informasi tersebut setiap kelompok diminta untuk mengklasifikasikan informasi. Setelah itu setiap kelompok diminta untuk menganalisis informasi, kemudian menarik kesimpulan berdasarkan dari hasil analisis tadi. Dari hasil kesimpulan tadi setiap kelompok membuat laporan investigasi dengan menggunakan peta konsep yang dibuat kelompok sesuai kreativitasnya, kemudian setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Langkah terakhir adalah Guru memberikan kesimpulan dan refleksi pada akhir pembelajaran. Dalam model pembelajaran Group Investigatin dengan metode pembelajaran Mind Mapping ini menggunakan penilaian skala sikap, karena yang diteliti adalah minat belajar siswa. Penilaian diambil dengan cara observasi dengan cara observer mengamati setiap aktifitas yang dilakukan oleh siswa, dan kemudian diukur menggunakan instrumen non tes berupa rubrik penilai minat belajar untuk mengukur minat belajar siswa. Skor capaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor yang signifikan. Untuk itu, perlu dilakukan dengan pemantapan tindakan yaitu mengulang kembali dengan model

27 37 pembelajaran group investigation dengan metode pembelajaran mind mapping dengan kompetensi dasar yang sama sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai lebih meningkat dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS dapat meningkat. Penjelasan lebih rinci disajikan dalam kerangka berfikir tentang minat belajar terhadap IPS dengan model pembelajaran group investigation dengan metode pembelajaran mind mapping.

28 Proses Belajar Mengajar IPS KD 2.4 Mengenal permasalahan sosial daerahnya 38 Pembelajaran Konvensional Metode : Ceramah dan bersifat teacher center Guru menjelaskan materi dengan hanya berbantuan buku pegangan/lks saja. Minat Belajar Siswa Rendah Model Pembelajaran Group Investigation dengan Metode Mind Mapping Rubrik Penilaian Minat Pembentukan kelompok beranggotakan 2-6 orang. Terbentuknya kelompok Rubrik penilaian minat pembentukan kelompok Menentukan topik permasalahan. (tentang masalah sosial) Adanya topik Merencanakan tugas (metode penelitian) Adanya perencanaan tugas Rubrik penilaian minat Perencanaan tugas Investigasi a. Mengumpulkan informas b. Menganalisis data. Terdiri dari : (1) Klasifikasi (2) Klarifikasi (3) Sintesis c. Membuat Kesimpulan Terkumpulnya informasi, adanya analisis informasi, adanya pengklasifikasian, terbentuknya kesimpulan. Rubrik penilaian minat investigasi Skor Minat Membuat laporan. Langkah-langkah metode mind mapping : a. Menentukan topik. b. Tulis topik tersebut dengan posisi di bagian tengah kertas. c. Memberi gambar atau simbol pada topik. d. Memberi warna. e. Menuliskan beberapa kata kunci. f. Memberi gambar atau simbol. g. Menarik garis penghubung dari topik ke sub topik. h. Memberikan warna berbeda. Adanya kelengkapan komponen mind mapping (garis, warna, simbol, garis), kerapian pembuatan mind mapping, ketepatan penyelesaian laporan (mind mapping) Rubrik penilaian minat Mind Mapping Presentasi hasil investigasi secara kelompok. Adanya keberanian, kesiapan, dan kebenaran dalam penyampaian presentasi kelompok Rubrik penilaian minat presentasi Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Minat Belajar IPS melalui Model Group Investigation dengan menggunakan Metode Mind Mapping

29 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dijelaskan di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : Diduga apabila pembelajaran menerapkan model pembelajaran group investigation dengan metode mind mapping maka minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS Kelas 4 SD N Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga akan tinggi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini berisi tentang beberapa pendapat para ahli mengenai pembelajaran IPA, metode pembelajaran mind mapping, hasil belajar, penerapan mind mapping

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan model pembelajaran temuan baru yang inovatif, karena dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman merupakan hal yang penting bagi generasi muda, bukan hanya sekedar diingat tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam Permen Diknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau dikenal juga dengan sains menurut Bundu (2006) merupakan sejumlah proses kegiatan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon)

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon) UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon) H. Abdul Rojak 1 1. Guru SMP Negeri 3 Kota Cirebon Abstrak Model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING Suhel Madyono Universitas Negeri Malang Alamat: Tunjung, Udanawu, Blitar, HP: 085733311038 e-mail: suhel.madyono.fip@um.ac.id Abstrak: Metode pembelajaran di SD

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI Oman Farhurohman 35 Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI Oleh: Oman Farhurohman 1 Abstrak Upaya dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran, seyogyanya ketika proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam proses belajar mengajar terdapat kesatuan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini yang dikenal dengan era globalisasi dan teknologi informasi, adalah merupakan fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi perubahan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

Pertemuan 14 dan 15. Materi 1: Problem Based Learning. A. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Pertemuan 14 dan 15. Materi 1: Problem Based Learning. A. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Pertemuan 14 dan 15 Materi 1: Problem Based Learning A. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION Indayani, Peningkatan Prestasi Belajar pada Bidang Studi IPS... 67 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VI SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL. Oleh : ENGRIPIN Dosen FKIP Universitas Palangka Raya

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL. Oleh : ENGRIPIN Dosen FKIP Universitas Palangka Raya PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL Oleh : ENGRIPIN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dalam kehidupan masyarakat, dimana melalui pendidikan mereka mendapatkan pengetahuan, ilmu, wawasan, ketrampilan dan keahlian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Sal atiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian teori akan disajikan teori tentang variable X yaitu model pembelajaran kooperatif tipe think pair square dan teori tentang variable Y yaitu hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah model yang menggunakan kinerja secara diskusi atau kelompok. Hal ini didukung oleh para

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Arikunto (2006: 58) menjelaskan penelitian tindakan kelas adalah gabungan

Lebih terperinci

2015 UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MIND MAP PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI

2015 UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MIND MAP PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran Geografi di sekolah meliputi tiga aspek yaitu pengetahuan Geografi (geographical knowledge), keterampilan Geografi (geographical skills) dan sikap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada dirinya seseorang. Belajar dan pembelajaran dapat dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan 1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena manusia tidak terlepas dari berkomunikasi, Fungsi utama bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd Mind Mapping Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 1. Hakikat Mind Mapping Mind Mapping atau peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak yang menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara berurutan. Keterampilan tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada bagaimana

Lebih terperinci

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pendekatan Problem Solving BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendekatan pemecahan masalah atau problem solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa untuk mencari dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pendidikannya (Rusman, 2012 : 93). kegiatan belajar mengajar, salah satunya adalah pengorganisasian mata

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pendidikannya (Rusman, 2012 : 93). kegiatan belajar mengajar, salah satunya adalah pengorganisasian mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah keahlian dasar yang akan mendukung kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya, artinya tinggi rendahnya motivasi seorang guru akan terlihat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 20 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Kontekstual 1. Minat Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dikembangkan untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik termaktub dalam tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deskripsi memiliki makna gambaran. Gambaran akan suatu keadaan atau perwujudan sebuah benda atau seseorang. Mendeskripsikan adalah cara agar seorang pembaca dapat membayangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. Penelitian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA Jurnal PGSD : FKIP UMUS ISSN : 2442-3432 e-issn : 2442-3432 Vol. 3, no 1Februari2016 PERANAN PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOKDENGAN MEDIA BELAJAR GAMBARTERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu bagaimana cara belajar. Bukan hanya memberi sebanyak mungkin informasi melainkan mencari cara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat yang semakin pesat, menuntut perubahan cara dan strategi guru dalam membelajarkan siswa tentang sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Namun masalah pendidikan menjadi

Lebih terperinci

NICO SATYA YUNANDA A54F100019

NICO SATYA YUNANDA A54F100019 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUGIHMANIK KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 06. Alamat Jalan Imam Bonjol 24 Salatiga, Kecamatan Sidorejo

Lebih terperinci

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli Prodi PGSD-FIP Universitas Kanjuruhan Malang E-mail: halimatus@unikama.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan bidang pelajaran yang ditemui diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Matematika mengajarkan kita untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di setiap kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan sampai kepada masalah yang sulit untuk didapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 selama bulan Maret-April 2013 di SDN Semowo 01 yang letaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Samriah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung PENERAPAN MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN KENDALREJO 01 KECAMATAN TALUN KABUPATEN BLITAR Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL MIND MAP DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SD

PENERAPAN MODEL MIND MAP DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SD PENERAPAN MODEL MIND MAP DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SD Tri Lestari 1, Suripto 2, Triyono 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Jl. Slamet Riyadi No. 449,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga pemahaman konsep matematis menjadi sangat penting. Belajar konsep merupakan

Lebih terperinci

Paket 1 PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN TUJUAN IPS

Paket 1 PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN TUJUAN IPS Paket 1 PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN TUJUAN IPS Pendahuluan Paket ini difokuskan pada pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), ruang lingkup IPS, dan tujuan pembelajaran IPS. Paket ini merupakan paket

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Pra siklus Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas V SD 4 Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus tahun ajaran 2013/2014

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar 2.1.1.1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Leo Sutrisno (2008), mendefinisikan hasil belajar sebagai gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Hasil belajar siswa di kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 01 tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingkat kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Pendidikan berkualitas memerlukan suatu pembelajaran yang berkualitas. Pada proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di indonesia sudah semakin maju dan berkembang, hal

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di indonesia sudah semakin maju dan berkembang, hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan di indonesia sudah semakin maju dan berkembang, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya sekolah-sekolah yang dibangun dan semakin banyak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01 kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dengan Subjek Penelitian

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian SD N Ngrandah 1 yang terletak di desa Ngrandah, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Tenaga pengajar yang ada di SD Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Memasuki abad-21, Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pengajar dan sekaligus sebagai manajer. Sebagai pengajar, guru dituntut untuk menciptakan kegiatan

Lebih terperinci