PENGELOLAAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG YANG BERKELANJUTAN DI DESA JOGONAYAN KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG YANG BERKELANJUTAN DI DESA JOGONAYAN KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG"

Transkripsi

1 1 PENGELOLAAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG YANG BERKELANJUTAN DI DESA JOGONAYAN KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG B. Ananto Kasworo, Munifatul Izzati dan Kismartini Program Pascasarjana Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang Jl. Imam Barjo No.5 Semarang 50241, Telp. (024) ABSTRAK Pengelolaan ternak sapi potong tidak hanya memperhatikan kelangsungan hidup ternak dan produksinya namun juga faktor lingkungan, dalam hal ini pengelolaan limbah. Limbah peternakan harus dikelola menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor strategis dalam mewujudkan peternakan sapi potong yang berkelanjutan dan merumuskan alternatif strategi yang dapat digunakan. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara dan pengamatan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan secara kualitatif data-data yang terkumpul dan merumuskan strategi dengan analisis SWOT. Parameter yang digunakan meliputi tiga aspek yaitu aspek lingkungan: sanitasi kandang, teknologi dan pemanfaatan limbah ternak dan pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak; aspek ekonomi: ketersediaan bakalan, ketersediaan pakan, permodalan, pemasaran dan analisis usaha; aspek sosial: pengetahuan terhadap lingkungan, frekuensi konflik dan pencurian, frekuensi penyuluhan dan pelatihan, ketersediaan aturan atau kesepakatan serta keberadaan kelembagaan. Hasil penelitian adalah memanfaatkan kekuatan yang ada di tingkat peternak baik kondisi lingkungan maupun kemampuan diri peternak untuk mengembangkan peternakan berkelanjutan dengan dukungan jaringan pemasaran yang efektif dan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan; memanfaatkan secara optimal kotoran ternak sebagai pupuk organik guna memanfaatkan peluang permintaan akan pupuk organik. Kata Kunci : Peternakan Berkelanjutan, Startegi Pengelolaan ABSTRACT The management of cattle s livestock not only cattle s life sustainability and its productions, but also the enviromental in this case waste of manure s management. The waste of livestocks should be managed to be ongoing result that have an economic value. This research goal s to find out strategic factors to establish the beef s livestock that sustainable and to find out the alternative strategies that be use. The methode is using on this research is descriptive methode by collecting datas through interview and obeservation. The analysis is used on this research by the qualitative deskriptif that data s collected and to find out the strategy with the SOT analysis. The parameters used on three aspects which are enviromenthal aspects, cattle pen sanitation, technology to manage the manure s waste and using the agriculture s waste for cattle s feed, the economic aspects are availability of breed s cattle, availability of feed s cattle, funding, the bussiness analysis and marketing, the social aspects are the enviromental knowledge, the frequency of conflict and thieving, the frequency of extention and training, the rules or agreements also the presence of social institusional. The research s aim is to empower the farmer s strength both in their use environment conditions also the capability of theirself to develop the sustainable livestock with supporting by effective marketing s web and to use the rural communities interaction relatively and mutual cooperatively, to optimize the using of manure s waste as an organic fertilizers to fulfill the demanding of the organic fertilizer. Key words : Sustainable Livestock, Cattle, Manure, Management Strategy, Sustainability

2 2 1. PENDAHULUAN Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang memenuhi kebutuhan pangan dan menjadi mata pencaharian masyarakat. Pengembangan sektor tersebut sekarang ini diarahkan tidak hanya terkait dengan pemenuhan pangan tetapi juga berkaitan dengan kesehatan dan lingkungan. Intensifikasi usaha peternakan tidak hanya mencapai efisiensi produksi tetapi juga isu lingkungan. Dampak lingkungan dari usaha peternakan dapat berupa pencemaran tanah, air dan udara yang berpotensi mengganggu kesehatan ternak itu sendiri dan manusia (Martinez et al, 2009; Flotats et al, 2009). Selain itu, yang menjadi perhatian baik di negara maju maupun berkembang, tidak hanya pencemaran lingkungan (amonia, gas rumah kaca dan patogen) namun juga risiko kesehatan (Martinez, et al, 2009). Pencemaran udara biasanya diakibatkan karena hasil penguraian bahan organik limbah ternak yang dibuang dengan cara hanya ditumpuk dan menggunung di suatu tempat tanpa penanganan yang benar dapat menghasilkan gas yang berbau dan berbahaya bagi kesehatan manusia (Sudiarto, 2008). Pencemaran akibat limbah ternak tidak hanya merugikan lingkungan sekitar namun juga dapat berdampak pada ternak maupun manusia. Pembuangan limbah ternak tanpa melalui saluran khusus langsung ke badan air atau ke tanah akan meningkatkan kandungan amonia dalam tanah dan apabila terserap tanaman dan dimakan ternak maka nilai methaemoglobin (MetHb) dalam darah meningkat dan menyebabkan keracunan (Jones (1988) dalam Yuningsih, 2007). Feses dan urin sapi juga mengandung gas NH 3 dan H 2 S yang mempunyai bau menyengat selain akan mengganggu lingkungan juga berpengaruh negatif terhadap saluran pernafasan (Sarwanto, 2004). Usaha peternakan sapi di Indonesia sampai saat ini masih mementingkan produktivitas ternak dan belum mempertimbangkan aspek lingkungan (Sarwanto, 2004). Sedangkan Melse et al (2009), mengatakan bahwa peternakan berkelanjutan tidak hanya memperhatikan kelangsungan hidup ternak dan produksinya namun juga penanganan limbah yang dapat mencemari lingkungan khususnya di daerah dengan kepadatan ternak yang tinggi. Akibat pengelolaan ternak yang tidak

3 3 memperhatikan lingkungan, banyak usaha peternakan yang tidak berhasil dikarenakan timbulnya kerugian yang disebabkan oleh limbah yang tidak dikelola dengan benar (Sudiarto, 2008). Usaha peternakan ke depan harus dikelola memperhatikan lingkungan sehingga dapat memberikan kontribusi pendapatan yang besar dan berkelanjutan. Limbah peternakan yang dihasilkan tidak lagi menjadi beban biaya usaha akan tetapi menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan bila mungkin setara dengan nilai ekonomi produk utama (daging). Konversi limbah menjadi pupuk organik akan sangat berperan dalam pemulihan daya dukung lingkungan terutama di bidang pertanian. Apalagi saat ini, sedang dilakukan upaya pengembangan pertanian organik yang mensyaratkan penggunaan pupuk organik alami untuk meningkatkan produksi pertanian sehingga apabila penggunaan pupuk organik ini berhasil dikembangkan maka usaha peternakan sangat potensial sebagai penghasil pupuk organik dan dapat meningkatkan nilai tambah pendapatan bagi peternak (Sudiarto, 2008). Pemanfaatan kotoran ternak selain sebagai pupuk organik juga dapat digunakan sebagai biogas dapat membantu mengatasi kesulitan dan kemahalan bahan bakar minyak di daerah pedesaan. Pemanfaatan kotoran kandang sebagai pupuk organik dan biogas dapat meningkatkan pendapatan peternak dan perbaikan lingkungan (Nastiti, 2008). Desa Jogonayan merupakan salah satu desa sentra pengembangan ternak sapi di Kabupaten Magelang dan tentunya mempunyai tingkat kepadatan ternak yang tinggi. Tanpa pengelolaan limbah yang baik akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan gangguan bagi kesehatan masyarakat. Berdasarkan keadaan tersebut, sebagai salah satu sentra pengembangan sapi, perlu mengkaji dan merumuskan alternatif strategi pengembangan pengelolaan peternakan sapi potong yang berkelanjutan di Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang yang diharakan dapat meningkatkan produktivitas ternak dan kesejahteraan peternak namun tidak terjadi pencemaran terhadap lingkungan sekitar.

4 4 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Lokasi ini dipilih karena Desa Jogonayan merupakan salah satu sentra pengembangan sapi potong di wilayah Kabupaten Magelang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September Jumlah populasi sapi potong pada Tahun 2011 sebanyak 335 ekor dan jumlah peternak 215 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung. Sampel yang diambil sebanyak 68 orang secara proporsional random sampling yang terdiri dari Dusun Deles dengan jumlah sampel 50 orang dan Dusun Jogonayan dengan jumlah sampel 18 orang. Data primer untuk mengetahui karakteristik peternak dan pengelolaan peternakan sapi yang dilakukan. Data sekunder yang digunakan meliputi agroklimat, kepadatan ternak, ketersediaan RPH, kontribusi terhadap PDRB serta potensi pasar sapi. Parameter yang digunakan untuk melihat pencapaian peternakan berkelanjutan di Desa Jogonayan meliputi tiga aspek yaitu aspek lingkungan: sanitasi kandang, teknologi dan pemanfaatan limbah ternak dan pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak; aspek ekonomi: ketersediaan bakalan, ketersediaan pakan, permodalan, pemasaran dan analisis usaha; aspek sosial: pengetahuan terhadap lingkungan, frekuensi konflik dan pencurian, frekuensi penyuluhan dan pelatihan, ketersediaan aturan atau kesepakatan serta keberadaan kelembagaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua data yang berbentuk kualitatif dijelaskan secara rinci (deskriptif). Selanjutnya untuk menentukan strategi digunakan analisis SWOT dengan menyusun terlebih dahulu faktor internal dan eksternal. analisis SWOT dihasilkan dari kekuatan wilayah untuk mendapatkan peluang (SO), kebijakan berdasarkan penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (ST), pengurangan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang (WO) dan pengurangan kelemahan yang ada

5 5 untuk menghadapi ancaman yang akan datang (WT) (Rangkuti, 2006), seperti yang digambarkan pada Tabel 1. Tabel 1. Matrik Swot IFAS Strengths (S) Weakness (W) EFAS Opportunies (O) Treaths (T) Faktor-faktor Kekuatan Internal Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Faktor-faktor Kelemahan Internal Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelamahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti (2006) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. KEADAAN UMUM WILAYAH Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang dengan luas 180,5 ha terdiri atas 2 dusun yaitu Dusun Jogonayan dan Dusun Deles. Desa Jogonayan terletak di bagian barat dari wilayah Kabupaten Magelang. Wilayah Desa Jogonayan secara administrasi berbatasan dengan Desa Ngablak Kecamatan Ngablak di sebelah utara dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Genikan Kecamatan Ngablak sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Salatiga dan sebelah di timur berbatasan dengan Desa Tejosari Kecamatan Ngablak. Menurut garis lintang dan bujur pada peta bumi, Desa Jogonayan terletak pada posisi 7 o 24 oo - 7 o 25 oo LS dan 110 o 24 oo o 25 oo BT. Desa Jogonayan terletak di wilayah lereng Gunung Merbabu sehingga sumber air cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun sektor pertanian.

6 6 Wilayah Desa Jogonayan mempunyai ketinggian di atas permukaan air laut dengan kemiringan 40 %. Rata-rata curah hujan mencapai 216 mm/bulan. Penggunaan lahan di Desa Jogonayan terdiri dari hutan, lahan tegalan, pekarangan dan pemukiman penduduk. Selain itu, juga digunakan untuk mendukung sektor perekonomian khususnya tanaman hortikultura dan peternakan sapi KARAKTERISTIK PETERNAKAN Karakteristik peternak merupakan faktor penting untuk mendukung peternakan sapi potong yang berkelanjutan. Perlakuan terhadap kotoran ternak telah menjadi isu yang memprihatinkan di banyak peternakan, keberhasilan pemrosesan ini sangat tergantung keterlibatan petani, teknologi dan harga pupuk (Flotats et al, 2009). Penerapan teknologi pengelolaan limbah harus juga disesuaikan dengan karakteristik, kapasitas kemampuan peternak dan kebutuhan peternak. Tanpa itu, peternak akan enggan untuk melaksanakan bahkan malas untuk sekedar hanya mencobanya. Salah satu upaya untuk mengatasi pencemaran limbah ternak adalah dengan pengelolaan limbah ternak yang sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah, seperti kondisi lingkungan, keadaan peternak dan keadaan ternak sehingga diharapkan dapat diterima dan diterapkan oleh petani peternak (Sarwanto, 2004). Karakteristik peternak sapi potong di Desa Jogonayan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

7 7 Tabel 2. Karakteristik Responden Peternak Sapi Potong di Desa Jogonayan Karakterstik Jumlah (Orang) Persentase (%) Umur (Tahun) , , , ,24 Pendidikan Formal SD 31 45,29 SLTP 29 42,65 SLTA 7 10,29 D3 1 1,47 Pekerjaan Pokok Petani Sayur Pedagang Perangkat Desa Lama Beternak (Tahun) ,65 1,47 5, , ,41 >31 4 5,88 Sumber : Olahan Data Primer, 2013 Peternak sapi potong di Desa Jogonayan sebagian besar berada pada umur produktif, sehingga diharapkan mampu mengembangkan usaha dan mudah memperkaya pengetahuan dan ketrampilan tentang penggemukan sapi potong. Namun pendidikan formal yang ditekuni peternak sebagian besar adalah SD (Sekolah Dasar). Pendidikan yang relatif rendah ini dapat menyebabkan peternak sulit menerima inovasi teknologi baru dan cenderung menggunakan cara yang biasanya dilakukan oleh pendahulunya atau turun temurun. Sedangkan rata-rata lama beternak sapi potong yang dilakukan di Desa Jogonayan sekitar 15 tahun. Semakin lama beternak memungkinkan peternak sudah berhadapan dengan berbagai permasalahan dalam beternak dan telah mampu memecahkan permasalahan baik dengan kemampuan sendiri maupun dengan mengadopsi inovasi teknologi. Pekerjaan pokok adalah sebagai petani sayur, biasanya mereka memelihara ternak sapi sebagai pendukung penyedia pupuk bagi usaha pertanian sayuran. Sumberdaya manusia mutlak diperhatikan dalam pengembangan peternakan sapi potong yang berkelanjutan karena merupakan pelaku utama dan pelaku usaha.

8 POTENSI LIMBAH TERNAK DI DESA JOGONAYAN Kecamatan Ngablak merupakan salah satu sentra peternakan sapi di Kabupaten Magelang. Desa Jogonayan sebagai salah salah satu desa di Kecamatan Ngablak yang mengusahakan ternak sapi dengan jumlah populasi ternak sapi sejumlah 335 ekor dengan jumlah rumah tangga sebesar 215 KK, berarti rata-rata kepemilikan sapi di Desa Jogonayan 1-2 ekor. Potensi pengusahaan ternak sapi yang tinggi juga berpotensi menimbulkan tingkat pencemaran yang tinggi pula. Di daerah dengan kepadatan ternak tinggi diperlukan teknologi pengurangan amonia dan perlakuan pupuk kandang yang menghasilkan produk-produk yang bersaing untuk mengganti penggunaan pupuk kimia. Selain amonia, aplikasi pengolahan udara juga dapat mengurangi emisi lingkungan bau dan partikel (debu) ( Melse et al, 2009). Limbah peternakan terdiri atas sebagian besar sisa metabolisme ternak (seperti feses dan urin), sisa pakan dan sisa semua aktivitas lain sektor peternakan. Hampir seluruhnya berupa bahan organik baik berbentuk padat, semi padat dan cair sehingga memberikan indikasi bahwa limbah merupakan sumberdaya yang sangat potensial sebagai energi dan nutrisi bagi kehidupan baik bagi mkroorganisme, hewan atau tanaman melalui interaksi yang saling berkesinambungan (Sudiarto, 2008). Potensi jumlah kotoran sapi dapat dilihat dari populasi sapi karena satu ekor sapi rata-rata setiap hari menghasilkan 7 kilogram kotoran kering (Budiyanto, 2011). Populasi sapi potong di Desa Jogonayan diperkirakan 335 ekor maka kotoran kotoran sapi kering yang dapat dihasilkan sebesar kilogram kering per hari atau 856 ton per tahun. Sesuai dengan rekapitulasi rencana definitif kebutuhan kelompok Kecamatan Ngablak Tahun 2014 (BPPK Kec. Ngablak, 2013), jumlah kebutuhan pupuk organik mencapai ton sedangkan kebutuhan pupuk organik di Desa Jogonayan sendiri mencapai 3,6 ton per tahun. Pengelolaan limbah ternak sebagai pupuk organik akan dapat memenuhi sebagian kebutuhan pupuk organik di kecamatan Ngablak.

9 STRATEGI PENGELOLAAN PENGGEMUKAN SAPI BERKELANJUTAN Strategi peternakan sapi yang berkelanjutan disusun dengan mengidentifikasi faktor internal baik kekuatan dan kelemaha maupun faktor eksternal baik peluang maupun ancaman yang ada di wilayah Desa Jogonayan. Faktor Internal Adapun faktor-faktor internal dalam pengembangan peternakan sapi potong yang berkelanjutan di Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang meliputi kekuatan dan kelemahan yang dijabarkan sebagai berikut Kekuatan (Strenght) meliputi (1) pengalaman beternak yang cukup (2) ketersediaan faktor produksi seperti tenaga kerja, modal dan pakan (3) terdapat hasil samping berupa kotoran ternak yang mempunyai nilai ekonomis (4) Usaha peternakan sapi potong masih memberikan pendapatan bagi peternak. Kelemahan (Weakness) meliputi (1) pendidikan peternak masih rendah (2) belum adanya pemanfaatan limbah ternak secara optimal (3) teknik pemeliharaan dan manajemen ternak masih kurang optimal (4) Lokasi perkandangan masih berada di daerah pemukiman padat Faktor Eksternal Adapun faktor-faktor eksternal dalam pengembangan peternakan sapi potong yang berkelanjutan di Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang meliputi peluang dan ancaman dapat dijabarkan sebagai berikut Peluang (Opportunity) meliputi (1) kemudahan dalam memperoleh pakan konsentrat (2) permintaan pupuk organik yang semakin meningkat (3) interaksi antar masyarakat yang lebih bersifat kekeluargaan (4) kemudahan dalam memasarkan ternak sapi potong (5) kondisi lingkungan yang sesuai untuk usaha peternakan (6) adanya program bantuan pemerintah dalam permodalan usaha. Ancaman (Threat) meliputi (1) masih kurang aktifnya kelembagaan peternak (2) penggunaan pupuk kotoran ayam (3) masih belum adanya kesepakatan bersama dalam budidaya sapi potong (4) kurangnya penyuluhan tentang budidaya sapi potong dan pengelolaan limbah ternak (5) pemasaran /

10 10 penjualan sapi dan pembelian bakalaan masih tergantung pada pedagang sapi (6) potensi pencemaran akibat limbah ternak ALTERNATIF STRATEGI PENGGEMUKAN SAPI POTONG BERKELANJUTAN Melalui proses identifikasi analisis faktor internal dan eksternal maka akan diperoleh kekuatan, kelemahan, serta peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di Desa Jogonayan. Perumusan alternatif strategi pengembangan dipertimbangkan berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal. Kombinasi dan perpaduan antara faktor internal dan eksternal tersebut akan dapat diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di Desa Jogonayan, yang tertera dalam matrik SWOT pada Tabel 3. Secara rinci, ada empat tipe alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong di Desa Jogonayan yaitu: Strategi SO (Strenght-Opportunity) Nilainya 3,3 dan 3,4. Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk dapat memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi SO yang dapat dirumuskan memanfaatkan kekuatan yang ada di tingkat peternak baik kondisi lingkungan maupun kemampuan diri peternak untuk mengembangkan peternakan berkelanjutan dengan dukungan jaringan pemasaran yang efektif dan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan; memanfaatkan secara optimal kotoran ternak sebagai pupuk organik guna memanfaatkan peluang permintaan akan pupuk organik. Strategi WO (Weakness-Opportunity) Nilainya 2,6 dan 3,4. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang merupakan strategi untuk dapat meminimalkan kelemahan yang ada untuk dapat memanfaatkan suatu peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat dirumuskan meliputi memberikan program pendampingan dan penyuluhan disertai dengan demonstrasi dan evaluasi rencana tindak lanjut sehingga dapat meningkatkan kemampuan peternak tentang pemeliharaan ternak, manajemen ternak sampai pengelolaan limbah sehingga mampu meningkatkan produktivitas ternak dan memberikan nilai tambah pemanfaatan limbah.

11 Aspek Sosial Tabel 3. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Aspek Lingkungan 1. Pengalaman beternak cukup 2. Sudah memperhatikan kebersihan kandang 3. Kotoran ternak dan sisa pakan sudah dimanfaatkan sebagai pupuk dan memberikan tambahan pendapatan bagi peternak 4. Pemanfaatan limbah pertanian bagi pakan Aspek Ekonomi 1. Ketersediaan tenaga kerja 2. Ketersediaan pakan hijauan melimpah 3. Sebagian besar responden telah memberikan tambahan mineral dan vitamin 4. Modal usaha ternak dari sendiri Usaha ternak sapi potong masih memberikan keuntungan bagi peternak 1. Keterbatasan waktu mengelola limbah 2. Belum adanya bak penampungan limbah 3. Teknologi penanganan kotoran ternak masih sederhana 4. Lokasi kandang masih di daerah pemukiman 1. Tingkat pendidikan peternak masih rendah 2. Pemberian probiotik masih jarang digunakan 3. Bakalan ternak masih didapatkan dari luar daerah 4. Mengusahakan ternak masih sebagai sambilan 5. Teknik pemelihaan dan manajemen ternak masih kurang optimal 1. Sebagian kecil peternak memahami limbah ternak berbahaya bagi kesehatan ternak dan masyarakat Faktor Eksternal Peluang Ancaman Aspek Lingkungan 1. Permintaan pupuk organik meningkat Aspek Ekonomi Aspek Sosial Sumber : Olahan Data, Keberadaan pabrik mini konsentrat 2. Adanya program permodalan dari pemerintah 3. Dekat dengan pasar ternak di Grabag dan RPH Canguk Tegalrejo 4. Belum pernah terjadi penyakit endemi yang terjadi di wilayah 1. Belum pernah ada konflik akibat pencemaran dan pencurian ternak 2. Interaksi masyarakat yang masih kekeluargaan 1. Penggunaan pupuk ayam 2. Potensi pencemaran akibat limbah ternak 1. Penjualan masih tergantung pedagang sapi 1. Kurangnya frekuensi penyuluhan tentang sapi potong dan pengelolaan limbah ternak 2. Belum ada aturan tentang pengelolaan limbah usaha ternak rakyat 3. Kurang aktifnya kegiatan kelompok 11

12 12 Strategi ST (Strenght-Threat) Nilainya 3,3 dan 2,9. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman merupakan strategi untuk dapat mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi ST yang dapat dirumuskan antara lain mengoptimalkan pemanfaatan limbah ternak untuk mengurangi potensi pencemaran dan di sisi lain mampu meningkatkan mutu dan kualitas pupuk organik yang dihasilkan sehingga tidak kalah dengan pupuk kotoran ayam; mengefektifkan kelembagaan peternak sebagai wadah tukar menukar informasi tentang budidaya sapi, membangun jaringan pemasaan dan membuat kesepakatan dalam membudidayakan ternak sehingga tercapai efisiensi produksi dan peningkatan kesejahteraan peternak. Strategi WT (Weakness-Threat) Nilainya 2,6 dan 2,9. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan strategi defensif untuk meminimalkan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang dapat dirumuskan antara lain adalah memperkuat kelembagaan peternak sehingga peternak memiliki daya tawar yang kuat melalui pendampingan dan penyuluhan yang berkesinambungan baik mengenai budidaya, kemitraan maupun kesepakatan berusaha ternak.

13 13 Tabel 4. Matriks SWOT Pengembangan Sapi Potong Berkelanjutan di Desa Jogonayan Strategi SO 1. Peningkatan skala usaha dengan memanfaatkan kekuatan yang ada di tingkat peternak baik kondisi lingkungan maupun kemampuan diri peternak, didukung jaringan pemasaran yang efektif dan memperkuat kelembagaan dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan; 2. Meningkatkan pemanfaatan secara optimal kotoran ternak sebagai pupuk organik guna memanfaatkan peluang permintaan akan pupuk organik. Strategi ST 1. Mengoptimalkan pemanfaatan limbah ternak untuk mengurangi potensi pencemaran dan di sisi lain mampu meningkatkan mutu dan kualitas pupuk organik yang dihasilkan sehingga tidak kalah dengan pupuk kotoran ayam; 2. Mengefektifkan kelembagaan peternak sebagai wadah tukar menukar informasi tentang budidaya sapi, membangun jaringan pemasaan dan membuat kesepakatan dalam membudidayakan ternak sehingga tercapai efisiensi produksi dan peningkatan kesejahteraan peternak. Sumber : Olahan Data, 2013 Strategi WO 1. Memberikan program pendampingan dan penyuluhan disertai dengan demonstrasi dan evaluasi rencana tindak lanjut sehingga dapat meningkatkan kemampuan peternak tentang pemeliharaan ternak, manajemen ternak sampai pengelolaan limbah sehingga mampu meningkatkan produktivitas ternak dan memberikan nilai tambah pemanfaatan limbah. Strategi WT 1. Meningkatkan peran kelembagaan masyarakat sebagai pengawas usaha peternakan rakyat untuk mengurangi potensi pencemaran dan membuat kesepakatan yang perlu dalam pengelolaan limbah khususnya di daerah pemukiman padat penduduk; 2. Menggiatkan peran penyuluhan untuk merubah pengetahuan, sikap dan ketrampilan penyuluh dalam berbudidaya ternak dan mengelola limbah. Nilai Faktor Internal (IFAS) adalah 0,7 sedangkan Nilai Faktor Eksternal (EFAS) adalah 0,5, sehingga menempatkan alternatif strategi yang dapat menjadi prioritas adalah strategi pertumbuhan (S-O) yang memungkinkan untuk melakukan pengembangan atau ekspansi. strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk dapat memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi SO yang dapat dirumuskan peningkatan skala usaha dengan memanfaatkan kekuatan yang ada di tingkat peternak baik kondisi lingkungan maupun kemampuan diri peternak, didukung jaringan pemasaran yang efektif dan memperkuat kelembagaan dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan serta meningkatkan pemanfaatan secara optimal kotoran ternak sebagai pupuk organik guna memanfaatkan peluang permintaan akan pupuk organik.

14 14 4. KESIMPULAN Usulan strategi untuk mewujudkan peternakan sapi potong yang berkelanjutan adalah peningkatan skala usaha dengan memanfaatkan kekuatan yang ada di tingkat peternak baik kondisi lingkungan maupun kemampuan diri peternak, didukung jaringan pemasaran yang efektif dan memperkuat kelembagaan dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan serta meningkatkan pemanfaatan secara optimal kotoran ternak sebagai pupuk organik guna memanfaatkan peluang permintaan akan pupuk organik dengan teknologi yang praktis dan murah. Daftar Pustaka Budiyanto, Krisno Tipologi Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam Upaya Mendukung Pertanian Organik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Jurnal GAMMA 7 (1) Flotats, Xavier, August Bonmati, Belen Fernandez, dan Albert Magri Manure Treatment Technologies : On-farm Versus Centralized Strategies, NE Spain as Case Study. Jurnal Science Direct Bioresource Technology 100 (2009) Martinez dan Jose, Patrick Dabert, Suzelle Barirngton, dan Colin Burton L:ivestock Waste Treatment Systems for Enviromental Quality, Food Safety and Sutainability. Jurnal Science Direct Bioresource Technology 100 (2009) Melse, Roland dan Maikel Timmerman Sustainable Intensive Livestock Production Demands Manure and Exhaust Air Treatment Technologies. Jurnal Science Direct Bioresource Technology 100 (2009) Nastiti, Sri Penampilan Budidaya Ternak Ruminansia di Pedesaan Melalui Teknologi Ramah Lingkungan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008 Rangkuti, Fredy Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sarwanto, Doso Model Pencemaran Limbah Peternakan Sapi Perah Rakyat pada Beberapa Kondisi Fiik Alami dan Sosial Ekonomi (Studi Kasus di Propinsi Jawa Tengah). Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Sudiarto, Bambang Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Universitas Padjajaran Bandung Yuningsih Keracunan Nitrat-nitrit pada Ternak Ruminansia dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian 26(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

PENGABDIAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PELATIHAN DAN PEDAMPINGAN PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI DI DESA DUKUHBADAG

PENGABDIAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PELATIHAN DAN PEDAMPINGAN PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI DI DESA DUKUHBADAG PENGABDIAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PELATIHAN DAN PEDAMPINGAN PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI DI DESA DUKUHBADAG Oleh Fitri Dian Perwitasari, Devi Yuliananda, Bastoni, Arie Susetio Utami dan Arif Nurudin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT...

Lebih terperinci

Daur Ulang Kotoran Ternak Sebagai Upaya Mndukung Peternakan Sapi Potong Yang Berkelanjutan di Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang

Daur Ulang Kotoran Ternak Sebagai Upaya Mndukung Peternakan Sapi Potong Yang Berkelanjutan di Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Daur Ulang Kotoran Ternak Sebagai Upaya Mndukung Peternakan Sapi Potong Yang Berkelanjutan di Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Ananto Kasworo 1, Munifatul Izzati 2, Kismartini 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI DI DESA DUKUHBADAG KECAMATAN CIBINGBIN KABUPATEN KUNINGAN

ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI DI DESA DUKUHBADAG KECAMATAN CIBINGBIN KABUPATEN KUNINGAN ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI DI DESA DUKUHBADAG KECAMATAN CIBINGBIN KABUPATEN KUNINGAN Oleh Fitri Dian Perwitasari, Devi Yuliananda dan Bastoni Universitas Muhammadiyah Cirebon

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT... RINGKASAN EKSEKUTIF... RIWAYAT HIDUP PENULIS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFRTAR LAMPIRAN... i ii v vii ix xii xiii xiv I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI M. Christiyanto dan I. Mangisah ABSTRAK Tujuan dari kegiatan ini adalah peningkatan produktivitas ruminansia, penurunan pencemaran

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beternak babi di Indonesia kebanyakan berasal dari negaranegara sub tropis yang sering kali membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Teknologi beternak babi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat

Lebih terperinci

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Pembangunan peternakan rakyat (small farmers) di negara yang sedang

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Oktober 2012:24-32 ISSN 2301-9921 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo K. I. Adinata, A. I. Sari dan E. T. Rahayu Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS Ajat 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi iis.iisrina@gmail.com Dedi Sufyadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah (Pannisetum purpureum

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS Seminar Nasional BKS PTN Barat Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 Mulyana & Hamzah: Kontribusi Pendapatan Usaha Perikanan 933 KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI

Lebih terperinci

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Tradisi pertanian masyarakat Indonesia ------ integrasi tanaman dan ternak pertanian campuran

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU Wiwaha Anas Sumadja, Zubaidah, Heru Handoko Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Abstrak Kotoran ternak sapi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii

Lebih terperinci

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS OLEH : SURYANI 107040002 PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Topografi Desa Banyuroto terletak di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan batas

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim dewasa ini menjadi isu yang paling hangat dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi termasuk manusia. Pelepasan gas-gas yang disebabkan

Lebih terperinci

Kajian Pengembangan Usahatani Kedelai sebagai Bahan Baku Industri Pakan di Jawa Timur

Kajian Pengembangan Usahatani Kedelai sebagai Bahan Baku Industri Pakan di Jawa Timur Kajian Pengembangan Usahatani Kedelai sebagai Bahan Baku Industri Pakan di Jawa Timur Ruly Krisdiana Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101 *E-mail:

Lebih terperinci

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN H. MASNGUT IMAM S. Praktisi Bidang Peternakan dan Pertanian, Blitar, Jawa Timur PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan daging dan susu semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan daging dan susu memberikan dampak positif pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja. 1.1. Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN Usaha perunggasan di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang memiliki komponen lengkap dari sektor hulu sampai ke hilir. Perkembangan usaha tersebut memberikan

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG Rohmad Budiono 1 dan Rini Widiati 2 1 Balai Pengkajian Teknoogi Pertanan Jawa Timur 2 Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan bagian yang sangat penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengembangkan sebuah bisnis. Lingkungan eksternal juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay.    ABSTRAK PEMANFAATAN GULMA SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT PUPUK ORGANIK BOKHASI DALAM RANGKA MENGATASI PENYEMPITAN PADANG PEMGGEMBALAAN DAN MENCIPTAKAN PERTANIAN TERPADU BERBASIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PETANI DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DI DESA BICORONG KECAMATAN PAKONG KABUPATEN PAMEKASAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PETANI DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DI DESA BICORONG KECAMATAN PAKONG KABUPATEN PAMEKASAN KAJIAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PETANI DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DI DESA BICORONG KECAMATAN PAKONG KABUPATEN PAMEKASAN Disusun Oleh : Kustiawati Ningsih ABSTRAK:Pembangunan pertanian merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, minyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU Almasdi Syahza Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id:

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING (Prospect of Beef Cattle Development to Support Competitiveness Agrivusiness in Bengkulu) GUNAWAN 1 dan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

VI. PERUMUSAN STRATEGI

VI. PERUMUSAN STRATEGI VI. PERUMUSAN STRATEGI 6.1. Analisis Lingkungan Dalam menentukan alternatif tindakan atau kebijakan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, dibutuhkan suatu kerangka kerja yang logis. Analisis

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 201, p -0 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERAH DI KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengubah pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengubah pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan (behavior) masyarakat petani peternak, terjadinya

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI VCO DI KABUPATEN KULON PROGO (VCO AGROINDUSTRIAL DEVELOPMENT STRATEGY IN KULON PROGO REGENCY)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI VCO DI KABUPATEN KULON PROGO (VCO AGROINDUSTRIAL DEVELOPMENT STRATEGY IN KULON PROGO REGENCY) STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI VCO DI KABUPATEN KULON PROGO (VCO AGROINDUSTRIAL DEVELOPMENT STRATEGY IN KULON PROGO REGENCY) Retno Lantarsih Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan BAB VII PENUTUP Perkembangan industri kelapa sawit yang cepat ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : (i) secara agroekologis kelapa sawit sangat cocok dikembangkan di Indonesia ; (ii) secara

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi 2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Sayuran Organik Pertanian organik adalah salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan serta menghindari penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS DENGAN METODA SWOT DAN AHP DI DESA WANGUNSARI KECAMATAN LEMBANG

KAJIAN PENINGKATAN PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS DENGAN METODA SWOT DAN AHP DI DESA WANGUNSARI KECAMATAN LEMBANG Buana Sains Vol 12 No 1: 109-116, 2012 109 KAJIAN PENINGKATAN PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS DENGAN METODA SWOT DAN AHP DI DESA WANGUNSARI KECAMATAN LEMBANG P. Renosori PS. Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI

KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI Agustina Abdullah, Hikmah M.Ali, Jasmal A.Syamsu Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN TELUR AYAM DI UD SATWA TANI KOTA TERNATE

STRATEGI PEMASARAN TELUR AYAM DI UD SATWA TANI KOTA TERNATE STRATEGI PEMASARAN TELUR AYAM DI UD SATWA TANI KOTA TERNATE Haryati La Kamisi Dosen Fakultas Pertanian UMMU-Ternate, e-mail : - ABSTRAK Analisis lingkungan internal mencakup kekuatan (Strengths) dan kelemahan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH Doso Sarwanto 1) dan Eko Hendarto 2) ABSTRAK Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas air yang dikonsumsinya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat dimana seorang peneliti melakukan penelitiannya dari proses survei, pengambilan atau pencarian data, dan wawancara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG Ellyza Nurdin, Salam N.Aritonang, Elly Roza Fak. Peternakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TUNJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan secara organik.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi

BAB III METODE PENELITIAN. wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini merupakan rangkaian studi untuk menganalisis potensi wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi perah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi: MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan pada tiga kecamatan di Kabupaten Belitung, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Kecamatran Tanjungpandan, Badau, dan Membalong pada bulan Agustus

Lebih terperinci

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA) DI DESA GAYAM KECAMATAN GONDANG WETAN KABUPATEN PASURUAN DALAM RANGKA MENDUKUNG UPSUS SIWAB 2017 Mokhammad Ali Fakhri, Dewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah organik adalah limbah yang berasal dari makhluk hidup seperti kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman dan lain-lain. Limbah

Lebih terperinci

IbM PAKAN FERMENTASI SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN TERNAK KAMBING DI WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG Alfedro Putut P 1, Eny Dyah Yuniwati 2, I Kirno Prasetyo 33

IbM PAKAN FERMENTASI SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN TERNAK KAMBING DI WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG Alfedro Putut P 1, Eny Dyah Yuniwati 2, I Kirno Prasetyo 33 IbM PAKAN FERMENTASI SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN TERNAK KAMBING DI WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG Alfedro Putut P 1, Eny Dyah Yuniwati 2, I Kirno Prasetyo 33 Abstrak: Diwilayah kabupaten kecamatan Wonosalam Kabupaten

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAPASITAS PETERNAK DALAM ADOPSI TEKNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG YANG TERINTEGRASI DENGAN PADI* ABSTRAK

IDENTIFIKASI KAPASITAS PETERNAK DALAM ADOPSI TEKNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG YANG TERINTEGRASI DENGAN PADI* ABSTRAK IDENTIFIKASI KAPASITAS PETERNAK DALAM ADOPSI TEKNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG YANG TERINTEGRASI DENGAN PADI* Agustina Abdullah, M.Aminawar, A.Hamid Hoddi, Hikmah M.Ali, Jasmal A.Syamsu Fakultas

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau tingkah laku bisnis pada usaha pengelolaan sarana produksi peternakan, pengelolaan budidaya

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 1 (5) : 457-463, Desember 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU Cassava Chips Balado Development Strategy In UKM "Pundi Mas"

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus pada Sondi Farm yang terletak di Kampung Jawa, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Jurnal DIANMAS, Volume 6, Nomor 2, Oktober2017 PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Wiwit Rahayu 1,2) dan Wara Pratitis Sabar Suprayogi

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP

STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP Ribut Santoso 1, Didik Wahyudi 2 dan Arfinsyah Hafid A 3 Fakultas Pertanian Universitas Wiraraja Sumenep ABSTRAK Rumput laut masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha peternakan tradisional yang didominasi oleh peternak rakyat dengan skala relatif kecil. Produksi susu dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB II KAJIAN PUSTAKA... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI..... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 22 Februari sampai dengan 21 Maret 2016 di wilayah Kecamatan Arjasa, Kecamatan Mangaran dan Kecamatan Besuki,

Lebih terperinci