PENGABDIAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PELATIHAN DAN PEDAMPINGAN PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI DI DESA DUKUHBADAG

Transkripsi

1 PENGABDIAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PELATIHAN DAN PEDAMPINGAN PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI DI DESA DUKUHBADAG Oleh Fitri Dian Perwitasari, Devi Yuliananda, Bastoni, Arie Susetio Utami dan Arif Nurudin Universitas Muhammadiyah Cirebon Abstrak Pengabdian masyarakat ini merupakan salah satu kegiatan dari tri dharma perguruan tinggi yang tidak boleh lepas dan kegiatan ini dapat berguna bagi masyarakat. Peternakan rakyat belum memperhatikan dampak dari pencemaran lingkungan dari usaha ternak sapi mereka. desa dukuhbadag memiliki populasi ternak sebesar 1500 ekor sapi dan kebiasaan peternak sapi disaat musim hujan datang membuang kotoran sapi ke aliran sungai. Dampak lingkungan dari usaha peternakan dapat berupa pencemaran tanah, air dan udara yang berpotensi mengganggu kesehatan ternak itu sendiri dan manusia. Target pelatihan dan pedampingan yaitu untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kotoran sapi dapat bermanfaat terhadap lingkungan dan kesejahteraan peternak. Lingkup kegiatan pelatihan dan pedampingan ini terdiri dari tiga bagian pokok sebagai berikut : 1) Survey kondisi awal calon peserta program, 2) pelatihan dan survey kondisi program pasca pelatihan berjalan, 3) pendamping lapangan untuk melakukan praktek langsung melibatkan peternak, monitoring dan pelaporan kondisi peserta serta keberlangsungan program pelatihan di lapangan. Hasilnya kegiatan pelatihan dan pedampingan adanya partisipasi dari peternak untuk mau menerapkan pengolahan limbah kotoran sapi menjadi biogas dengan pembuatan instalasi biogas sederhana. Kesimpulan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini peternak desa Dukuhbadag mulai menyadari bahwa dengan melakukan pengolahan kotoran sapi mempunyai manfaat untuk lingkungan dan ekonomi. Kata Kunci:kotoran sapi, biogas dan instalasi biogas. PENDAHULUAN Peternakan rakyat belum memperhatikan dampak dari pencemaran lingkungan dari usaha ternak sapi mereka. menurut Flotats dkk (2009), produksi peternakan intensif akan memberikan sumbangan bagi tingkat pencemaran lingkungan, termasuk pembuangan pada tanah dan air permukaan serta emisi ke atmosfer. Di daerah dengan kepadatan ternak tinggi diperlukan teknologi pengurangan amonia dan proses perlakuan pupuk kandang yang menghasilkan produk-produk yang bersaing untuk mengganti penggunaan pupuk kimia dan (sebagian) memperbaiki siklus hara lagi. Terkait dengan hal tersebut, desa dukuhbadag memiliki populasi ternak sebesar 1500 ekor sapi dan kebiasaan peternak sapi disaat musim hujan datang selalu membuang kotoran sapi ke aliran sungai. Air larian (air permukaan) yang berasal dari kandang atau hasil penyiramannya membanjiri lahan sekitarnya dan mengakibatkan pencemaran terhadap badan air. Selain itu juga mengakibatkan pencemaran udara karena hasil penguraian bahan organik limbah ternak yang dibuang dengan cara hanya ditumpuk dan menggunung di suatu tempat tanpa penanganan yang benar dapat menghasilkan gas yang berbau dan berbahaya bagi kesehatan manusia (Sudiarto, 2008). Perlunya menjaga kebersihan kandang, kebersihan sapi, dan kebersihan peralatan yang dipergunakan untuk pemeliharaan termasuk menjaga kebersihan petugas, karena kebersihan kandang akan mempengaruhi jumlah bakteri (Everitt dkk, 2002) dan pada akhirnya akan mempengaruhi kondisi dan kesehatan ternak serta produktivitas ternak. Sedangkan menurut Martinez dkk (2009), THE 5 TH URECOL PROCEEDING 261 ISBN

2 dampak lingkungan dari usaha peternakan dapat berupa pencemaran tanah, air dan udara yang berpotensi mengganggu kesehatan ternak itu sendiri dan manusia. Penerapan teknologi baru kepada masyarakat merupakan suatu tantangan tersendiri akibat rendahnya latar belakang pendidikan, pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki. Begitu juga dengan penerapan teknologi biogas. Tidak pernah terbayangkan bahwa kotoran sapi dapat menghasilkan api. Nastiti (2008) mengatakan penerapan teknologi budidaya ternak yang ramah lingkungan dapat dilakukan melalui pemanfaatan limbah pertanian yang diperkaya nutrisinya serta pemanfaatan kotoran ternak menjadi pupuk organik dan biogas dapat meningkatkan produktivitas ternak, peternak dan perbaikan lingkungan. Target pelatihan dan pedampingan yaitu untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kotoran sapi dapat bermanfaat terhadap lingkungan dan kesejahteraan peternak. METODE PENELITIAN Lingkup kegiatan pelatihan dan pedampingan ini terdiri dari tiga bagian pokok sebagai berikut : Tahap I dari program pelatihan dan pedampingan ke desa Dukuhbadag Kecamatan Cibingbin yaitu 1) Survey kondisi awal kelompok ternak tunggal mandiri desa Dukuhbadag Kecamatan Cibingbin Kabupaten Cirebon. Kegiatan survei ini meliputi observasi lapangan menemui kepala desa Dukuhbadag dan perangkat desa. 2) Kegiatan FGD ini meliputi wawancara dengan anggota kelompok tani ternak Tunggal Mandiri dan menghasilkan permintaan dari anggota kelompok tani ternak bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan ini tentang pengolahan kotoran sapi menjadi kompos dan biogas. Tahap II dari program pelatihan dan pedampingan ke desa Dukuhbadag Kecamatan Cibingbin yaitu: 1) Kegiatan pelatihan dilaksanakan sehari, acara pelatihan meliputi penyampaian materi dan pratek dalam skala kecil 2) survey kondisi program pasca pelatihan berjalan maksudnya setelah materi dan pratek selesai tim kami melakukan kegiatan survei dengan mengobservasi dan wawancara ke lapangan apa yang menjadikan kendala dalam kegiatan pelatihan yang sudah diberikan. Tahap III dari program pelatihan dan pedampingan ke desa Dukuhbadag Kecamatan Cibingbin yaitu: 1) Pendamping lapangan untuk melakukan praktek langsung melibatkan peternak, monitoring. 2) pelaporan kondisi peserta serta keberlangsungan program pelatihan di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap Survei Lokasi Survey kondisi awal kelompok ternak tunggal mandiri desa Dukuhbadag Kecamatan Cibingbin Kabupaten Cirebon. Kegiatan survei ini meliputi observasi lapangan melihat lokasi serta kondisi kandang menemui kepala desa Dukuhbadag dan perangkat desa. (1) Dekat dengan sungai (2) Kandng tampak belakang THE 5 TH URECOL PROCEEDING 262 ISBN

3 Gambar 1. Lokasi Pelatihan dan Pedampingan Keterangan: (1) Lokasi kandang dekat dengan bantaran sungai (2) Kandang tampak belakang, kotoran sapi menumpuk begitu saja. Kegiatan FGD ini meliputi wawancara dengan anggota kelompok tani ternak Tunggal Mandiri dan menghasilkan permintaan dari anggota kelompok tani ternak bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan ini tentang pengolahan kotoran sapi menjadi kompos dan biogas. dengan kandang koloni ternak, sehingga memudahkan peternak untuk hadir dan mengawasi ternaknya. (a) Penyampaian Materi Pelatihan dan sesi tanya jawab. (b) Alat dan bahan yang digunakan untuk pratek (1) Acara FGD (c) kotoran segar dicampur dengan air kemudian diaduk (3) Sesi Tanya jawab Gambar 2. Kegiatan FGD Program Pelatihan Program pelatihan ini merupakan kegiatan penyampaian materi dengan sesi tanya jawab dan pratek dalam skala kecil. Pelatihan tentang pengolahan kotoran sapi menjadi biogas dilaksanakan pada hari senin, tanggal 25 April 2016 di desa Dukuhbadag tempat pelatihan dekat (d) kotoran dimasukan ke dalam derigen THE 5 TH URECOL PROCEEDING 263 ISBN

4 (e) Dirigen ditutup rapat, diatas tutup diberi selang. (f) Untuk mengetahui ada gas diujung diberi plastik, ditunggu sekitar 3 minggu Gambar 3. Pelatihan Pengolahan kotoran Program Pedampingan Program pendampingan yang terdiri dari kegiatan monitoring dan praktek langsung dengan peternak. Kegiatan pratek langsung tentang pengolahan kotoran sapi menjadi biogas I dilaksanakan tanggal 27 Mei 2016 terdiri dari tim UMC (dosen dan mahasiswa) dan peternak. Program pedampingan akan mengadakan pratek langsung pengolahan kotoran (biogas) akan tetapi belum dapat dilaksanakan karena hujan deras dan kurangnya persiapan secara teknis di lapangan. Tim UMC mengadakan diskusi dengan peternak untuk disiapkan lubang penampungan kotoran sapi, peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan kompos yang akan diadakan tgl 1 juni Gambar 4. Lokasi Pengolahan Kotoran Tim UMC pada tanggal 1 juni 2016 kegiatan lanjutan pelatihan pengolahan kotoran. Tim UMC pertama kali sampai ke kelompok tunggal mandiri. Ketua kelompok Tunggal Mandiri (Bapak Edi) mengatakan bahwa lahan yang digunakan untuk pengolahan kotoran (biogas) ada masalah tentang ke pemilikan tanahnya, oleh sebab itulah kegiatan pengolahan kotoran pertama ke kelompok Maja. (1) Lubang penampung kotoran THE 5 TH URECOL PROCEEDING 264 ISBN

5 (2) Pengarahan tentang perakitan biogas mengetahui kondisi dan kendala dari peralatan biogas sederhana yang diberikan tim UMC ke pak Koswara. Pak Koswara sudah memasang instalasi biogas sederhana (gambar 5), Instalasi biogas menghasilkan api yang kecil, Tim UMC dan Pak Koswara melakukan diskusi, observasi dengan melihat kondisi tempat penampungan gas, selang dan kompor yang digunakan. Hasil observasi kemudian kami mengatakan ke pak Koswara bahwa penyebab masalah yaitu : 1) penampungan gasnya terlalu jauh dengan kompor, 2) bentuk kompornya bukan khusus untuk kompor biogas. (3) Pemasangan pralon Gambar 6. Instalasi Biogas Kelompok Maja (4) Plastik dikembungkan dan siram air sabun untuk mengetahui lubang kebocoran Gambar 5. Pengarahan Perakitan Instalasi Biogas Pembuatan pengolahan kotoran (biogas) di lokasi kandang pak Koswara kelompok Maja. Tim UMC memberikan arahan kepada pak Koswara tentang perakitan peralatan biogas sederhana. Rencana kegiatan pedampingan dilapangan lagi akan diadakan tgl 23 Juni Kegiatan pedampingan kompos dan biogas III yang dilaksanakan tanggal 23 juni 2016 yaitu Kegiatan pedampingan pengolahan kotoran sapi (kompos dan biogas) IV dilaksanakan tanggal 22 Juli Tim UMC melakukan monitoring ke kelompok Maja dan penampungan gas hasil biogas sudah diperbaiki dekat dengan (rumah pak koswari) api yang dihasilkan sudah bisa digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Hasil biogas yang terdapat di Pak Koswara merupakan percontohan kedepannya berharap peternak lain mau membuat dengan sendiri dengan peralatan mudah didapat dengan harga terjangkau. THE 5 TH URECOL PROCEEDING 265 ISBN

6 Pembuatan Biogas Mandiri di Kelompok Tunggal Gambar 9. Perakitan biogas di kelompok tunggal mandiri Gambar 7. Biogas yang sudah diperbaiki Kendala di kelompok Tunggal Mandiri yaitu tentang ke pemilikan tanah, kemudian oleh ketua kelompok (Bapak Edi) membeli lahan tersebut demi keperluan bersama kelompok. Lahan milik bersama inilah yang nanti dibangun kandang pembibitan, biogas dan rumah kompos oleh peternak dengan bantuan modal dari Pemerintah Daerah Kuningan. Perangkitan biogas di kelompok tunggal mandiri oleh responden hasil awalnya tidak dapat menghasilkan gas kemudian pihak tim UMC dan mahasiswa melakukan penggecek. Pengecek pada penampungan digesti menunjukan kebocoran, oleh sebab itulah dibongkar dan dilakukan penggantian penampungan digesti. Gambar 8. Diskusi dan Pembangunan Rumah Kompos Gambar 10. Perbaikan penampungan digesti Evaluasi Evaluasi kegiatan pelatihan dan pedampimga ini dilihat dari sebelum dan sesudah kegiatan pelatihan dan pedampingan meliputi pengetahuan dan ketrampilan, perubahan sikap, lembaga pendidikan dan pemerintah daerah. 1) Sebelum kegiatan pelatihan dan pedampingan Pengetahuan dan ketrampilan THE 5 TH URECOL PROCEEDING 266 ISBN

7 Pengolahan limbah kotoran sapi responden belum banyak yang mengetahui bagaimana pembuatan kompos dan biogas, hal ini yang menjadi keinginan responden untuk diberi pelatihan dan pedampingan. Perubahan Sikap Awal kami datang untuk melakukan pedampingan dan pelatihan kami disambut baik oleh pak lurah desa dukuhbadag dan perangkat desanya, untuk memudahkan kami berkomunikasi kami dikenal ketua kelompok pak Edi. Pak edi membantu kami bisa agar dapat berkomunikasi dengan warga. Peran Lembaga Pendidikan dan pemerintah daerah Peran lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi dan pemerintah daerah belum ada yang terlibat. 2) Sesudah kegiatan Pelatihan pedampingan Pengetahuan dan ketrampilan Adanya partisipasi responden untuk mengikuti kegiatan pelatihan dan pedampingan yang diadakan oleh pihak kami akan tetapi baru berapa orang yang mau berpatisipasi dalam kegiatan pedampingan. Perubahan Sikap Adannya partisipasi responden walaupun hanya beberapa orang terutama pak edi dan pak koswara diharapkan dapat memberikan contoh kepada peternak desa Dukuhbadag. Peran Lembaga Pendidikan dan pemerintah daerah Tim UMC dapat melakukan kegiatan pengabdian kemasyarakat dan penelitian di desa Dukuhbadag. Oleh sebab itulah UMC memutuskan untuk desa dukuhbadag sebagai desa binaan. Kegiatan awal yang kami tempuh dengan melibatkan mahasiswa untuk melakukan kegiatan KKN dimana program KKN kami merupakan pengembangan dari pelatihan dan pedampingan. Pemerintah Kabupaten Kuningan dalam program pengembangan peternakan desa dukuhbadag dikhususkan untuk pengembangan bibit sapi lokal (sapi pasundan) dengan memberikan bantuan modal kepada kelompok tani ternak. KESIMPULAN Kesimpulan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini peternak desa Dukuhbadag mulai menyadari bahwa dengan melakukan pengolahan kotoran sapi mempunyai manfaat yaitu untuk lingkungan dan ekonomi REFERENSI Everitt, B., T. Ekman dan Gylenward Monitoring Milk Quality and Under Health in Swedish AMS Herds. Prociding North American Conference on Robotic Milking. V-72 Flotats, Xavier, August Bonmati, Belen Fernandez, dan Albert Magri Manure Treatment Technologies : Onfarm Versus Centralized Strategies, NE Spain as Case Study. Jurnal Science Direct Bioresource Technology 100 (2009) Martinez dan Jose, Patrick Dabert, Suzelle Barirngton, dan Colin Burton L:ivestock Waste Treatment Systems for Enviromental Quality, Food Safety and Sutainability. Jurnal Science Direct Bioresource Technology 100 (2009) Nastiti, Sri Penampilan Budidaya Ternak Ruminansia di Pedesaan Melalui Teknologi Ramah Lingkungan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008 Sudiarto, Bambang Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Universitas Padjajaran Bandung THE 5 TH URECOL PROCEEDING 267 ISBN