BAB I PENDAHULUAN. konsekuensinya, bahwa untuk menguasai dunia ini, manusia haruslah dibekali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. konsekuensinya, bahwa untuk menguasai dunia ini, manusia haruslah dibekali"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan Tuhan di dunia ini sebenarnya dibekali dengan beberapa pengetahuan yang melingkupinya, mulai dari pengenalan terhadap kekuatan yang ada yang bisa dirasa, dilihat sampai pada materi-materi yang terinderakan. 1 Ilustrasi yang disampaikan Pencipta alam ini dengan segenap konsekuensinya, bahwa untuk menguasai dunia ini, manusia haruslah dibekali ilmu, sebagai landasan dasar manusia untuk menaklukkan alam ini. Manusia diwajibkan untuk tetap membaca dan membaca supaya gejala-gejala alam dapat terbaca 2, sehingga apa yang dilakukannya tidak akan menyimpang dari apa yang telah digariskan Tuhan. Semakin menyeruaknya praktek-praktek perdukunan baik di kota maupun di desa dan parahnya lagi dunia perdukunan sudah layaknya menjadi trend atau gaya hidup dari berbagai kalangan. Salah satu korban dalam perdukunan ini adalah kalangan intelektual. Dipaparkan dalam majalah News Week Amerika yang menguak keterlibatan tokoh-tokoh politik serta kaum terpelajar Indonesia dalam perdukunan. Sesungguhnya alam ghaib perlu diyakini keberadaannya yang tidak dapat diabaikan begitu saja. 3 1 Q.S: al-baqarah; 33 2 Q.S: al- Alaq; Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh dalam Masalah Sihir, Tahayul, Pedukunan dan Azimat, Bina Ilmu, Surabaya, 1985, hlm. 9

2 2 Daya ledak Magik, sebagai kekuatan supranatural, yang dalam budaya Jawa dikenal sebagai hasil dari olah batin yang merupakan hasil dari ajaran kebatinan. Berlandaskan pada realitas bahwa kebatinan adalah merupakan gerakan mistik-magis, yaitu suatu gerakan yang bertujuan menciptakan hubungan sedekat mungkin antara manusia dengan Tuhan, bahkan bersatu dengan-nya serta berusaha mengembangkan kekuatan daya linuwih, yaitu kemampuan-kemampuan di luar kemampuan manusia biasa dalam bentuk ilmu gaib. Praktek pendekatan diri kepada Tuhan inilah, Prof. M.M. Djajadigoena menyatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Ridin Sofwan bahwa mistik kebatinan adalah sebuah upaya manusia untuk mencapai kesempurnaan dirinya, dan sebagai tujuan akhir (ultimate goal)-nya adalah panunggaling kawula Gusti (bersatunya makhluk dengan Khalik) dan ajaran ini dilambangkan dengan curiga manjing rangka lan rangka dengan keris, dalam bahasa latin disebut Unio Mystica dan orang beragama Budha menyebutnya nirwana. Sebagai jalan atau varian usaha adalah dengan lakon samadhi atau meditasi. 4 Kekuatan dalam meditasi inilah yang akan melahirkan terpancarnya daya linuwih yang secara realistic-fenomenologis akan terpancarkan dari kekuatan Tuhan kepada alam kasat manusia, inilah dunia isyraqiyah-nya 4 Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan (Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa), Aneka Ilmu, Semarang, 1999, hlm. 17

3 3 Syuhrawardi 5, bahwa terjadinya alam dan kekuatan yang melingkupinya adalah hasil pancaran dari Tuhan pencipta jagad. Tuhan yang telah menciptakan alam beserta isinya dengan hukum alam yang melingkupinya, diharapkan manusia dapat dan mampu menyibak apa yang telah diciptakan tersebut (created result) sehingga manusia dengan kekuatan daya pikirnya akan mampu menguasai alam raya ini. Bukankah Tuhan telah memfirmankan dalam suatu ayat: Artinya: Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah `Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata" (Q.S: Hud: 7). Ayat di atas muncul permasalahan penting, yaitu persoalan yang berkaitan dengan Magik, di mana kekuatan dari magik ini mampu membuat manusia kalang kabut bahkan manusia berduyun-duyun untuk menaklukkan apa yang disebutnya magik. 6 Magi, Magik atau sihir apapun sebutannya adalah suatu fenomena yang sangat dikenal dan umumnya dipahami akan tetapi nampaknya masih 5 Osman Bakar, Hierarki Ilmu (Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu), Mizan, Umar Hasyim, Lout cit

4 4 agak sulit untuk dirumuskan. Magi dipahami sebagai kepercayaan atau praktek manusia yang mana secara langsung manusia dapat mempengaruhi kekuatan alam dan antar manusia sendiri, entah untuk tujuan baik atau buruk dengan usaha-usaha manusia sendiri dalam memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi. Akibat dari penalaran dan praktek magi tersebut meraka dapat mengetahui rahasia-rahasia penting, dapat menguasai daya-daya tak kelihatan yang memerintah dunia dan karena itu mengkontrol daya-daya ini demi kepentingan orang yang menjalankannya. Melihat motif dan sejarah, magi primitif dapat dibagi menjadi dua jenis, tiruan dan sentuhan. Magi tiruan didasarkan pada prinsip kesamaan dalam bentuk atau dalam proses, semisal: keserupan akan menghasilkan kesurupan, kalau seseorang menusukkan jarum pada suatu boneka, orang yang dia serupakan dengan boneka itu akan terkena pengaruhnya. Ahli magi membuat hujan turun dengan menirukan bunyi guntur. Kebudayaan batu tua (paleolithicum), seni dalam gua memperlihatkan binatang-binatang tertembus oleh anak panah agar diperoleh kejadian yang sama dalam perburuan di kemudian hari. Sedangkan magi sentuhan didasarkan pada hukum sentuhan fisik atau penalaran dan pengaruh magis mempunyai dasarnya pada kontak fisik. Ahli magi dapat mencelakakan orang lain, kalau dapat memperoleh sehalai rambut, sepotong kuku, secarik kain atau benda lainnya yang pernah bersentuhan dengan orang tersebut. 7 7 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 2001, hlm. 47

5 5 Magik dalam Islam dikenal dengan sihir, ilmu ini memang suatu amalan gaib yang memang telah ada pada zaman Rasul dan al-qur an mengakuinya. 8 Sungguhpun agama mengakui adanya ilmu sihir, akan tetapi agama tetap melarang untuk menggunakannya atau mengamalkannya dan juga melarang untuk mempelajarinya. 9 Hal tersebut sudah disinyalir dalam ayat: Artinya: dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki". (Q.S: al-falaq) Ilustrasi dalam al-qur an yang menyampaikan bagaimana praktek sihir sebagai implementasi dari Magik yang telah mengguncang dunia pada waktu itu, karena efek dari sihir tersebut adalah berupa kejahatan untuk membunuh lawan. Frazer 10 menyatakan bahwa magi tidak berkaitan dengan agama yang diorientasikan pada ke arah roh, dewa-dewa atau hal-hal lain yang melampaui susunan alam atau kosmos fisik ini. Hal tersebut didasarkan pada praktek dari magi sendiri yang tidak memohon pada kuasa yang lebih tinggi, magi tidak menuntut untuk kepentingan makhluk yang tidak tetap dan suka melawan, tidak merendahkan diri di hadapan dewata yang hebat. Kekuatan magi, 8 Q.S: al-baqarah; Umar Hasyim, op.cit.,hlm James George Frazer, The Golden Bough Study in Magic and Religion, Abridged Edition, The Macmillan Press LTD, 1980, hlm

6 6 betapapun besarnya, sebagaimana dipercayainya tidak semena-mena sifatnya atau tidak terbatas. Magi hanya dapat menguasai daya itu sejauh sesuai dengan hukum-hukum kemahirannya atau dengan apa yang bisa disebut hukum-hukum alam sebagaimana dibayangkannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa ahli magi mempunyai kaitan lebih erat dengan ilmuan daripada agamawan. Ahli magi dan ilmuwan menganggap bahwa rangkaian kejadian sebagai sesuatu yang pasti dan mengikuti aturan dengan sempurna, terbatasi oleh hukum-hukum yang tidak berubah, yang operasinya dapat diramalkan dan diperhitungkan dengan tepat, unsur spontanitas, kebetulan dan musibah dikecualikan dari jalan alam. Magi adalah sebuah konsepsi menyeluruh yang keliru tentang alam, tentang hukum-hukum khusus yang mengatur kejadian, karena kemiripan dan persentuhan bukanlah dasar penyebab yang sesungguhnya dalam alam. 11 Melihat betapa krusialnya Magik dalam masyarakat, terlebih Jawa yang kaya akan perdukunan yang merupakan hasil dari praktek magik tersebut, penulis berusaha urun-rembug dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Magik dalam istilah Jawa dikenal sebagai media dalam pengobatan maupun senjata untuk membunuh lawan atau musuh. Artinya, ilmu magik yang berkembang dalam budaya jawa adalah sangat variatif, tergantung pada motif dan tujuan dari magik itu sendiri. Penulis berusaha menguak segi metafisika jawa dalam kaitan dengan ilmu magik, di mana magik yang selama ini dianggap irrasional supaya dapat 11 Mariasusai Dhavamony, op.cit., hlm. 49

7 7 dijelaskan oleh logika jawa, sehingga magik dapat dipahami dengan kekuatan akal dan tidak mengawang. Fungsi dari metafisika adalah karena manusia yang mempunyai sifat metafisik di balik badan kasarnya yang phisical ini berusaha memahami sesuatu dibalik yang ada dan magis adalah salah satunya. 12 B. Pokok Permasalahan 1. Bagaimana pandangan metafisika Jawa terhadap ilmu magik? 2. Bagaimana bentuk-bentuk ilmu magik? 3. Sejauhmana kedudukan ilmu magik di era sekarang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan dan manfaat, diantaranya adalah: 1. Berusaha menguak makna dari Magik, terutama yang berkembang dalam budaya Jawa. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Magik serta dampak-dampak yang ditimbulkannya. 3. Berusaha membuka wawasan intelektual bahwa Magik dapat dipelajari dan diamalkan. 4. Supaya dapat dijadikan pijakan dalam melangkah untuk mengarungi hidup. 12 Lorens Bagus, Metafisika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991

8 8 5. Sebagai khazanah keilmuan yang dapat membedakan mana Magik yang dapat dilakukan dan yang tidak. D. Tinjauan Pustaka Di bawah ini penulis berusaha memaparkan hasil karya atau penelitian yang berkaitan dengan metafisika dan Magik, di antaranya adalah: 1. Lorens Bagus dalam karya Metafisika-nya, menyatakan bahwa metafisika didasarkan pada pengalaman dari indera yang bersifat empiri, sehingga obyek yang datang dianyatakan sebagai fakta. Maksudnya jika saya melihat sesuatu yang ada bukan berarti saya mempengaruhi ke-ada-annya di hadapan saya. Hal ini mempunyai pengertian bahwa segala sesuatu yang nampak atau yang dapat dirasakan adalah sesuatu yang dapat dipelajari karena ia merupakan data dari pengalaman. 2. Anton Bakker dalam bukunya Ontologi Metafisika Umum, penelitian ini didasarkan pada kekuatan peng-ada yang dijadikan objek kajian final, karena sesuatu yang ada tidak lepas dari kuasa yang ada sebagi kuasa mutlak, sehingga untuk menilik sejauhmana realitas yang ada tersebut dapat disentuh oleh logika sehat dengan kekutan empiri yang ada, metafisika-lah yang berbicara karena ia mempunyai tugas menyibak misteri dari yang ada (fakta) menuju apa sebenarnya yang ada di balik yang ada tersebut. Dengan kata lain metafisika harus dipaksakan sebagai pisau berfikir filsafati dalam mendekati realitas yang ada di dunia dan ujung dari analisa tersebut adalah pada realitas ada yang mutlak.

9 9 3. Sujamto, Sabda Pandita Ratu, di sana dijelaskan bahwa praktek magik sebenarnya sudah dilakukan oleh orang-orang Jawa zaman dulu. Hal tersebut dapat dilihat dari pandangan masyarakat Jawa berkaitan dengan kata-kata yang mengandung kekuatan daya magis yang dapat digunakan untuk keperluan-keperluan tertentu. Misalnya dapat dilihat dalam bentuk supata, yaitu pernyataan atau sumpah untuk meyakinkan pihak lain mengenai kebenaran suatu pernyatan atau tindakan. Contoh: supata sederhana di kalangan rakyat kecil; mbok ditekak dhemit yen aku ngapusi kowe (biar dicekik setan kalau aku menipumu). Sehingga makin tinggi kekuatan batin seseorang, biasanya dianggap semakin kuat pula daya magis kata kata yang di ucapkannya. Itulah sebabnya mengapa banyak orang jawa, terutama mereka yang sudah banyak memiliki ngelmu (ilmu kejiwaan/ kebatinan ) atau telah memiliki berbagai kemampuan adikodrati, sangat hati-hati di dalam mengucapkan kata-kata. Mereka biasanya sangat mengendalikan kata-katanya, karena kata-kata yang di ucapkannya sering tumus atau numusi (mewujud dalam kenyataan) tentulah amat disayangkan kalau kata-kata buruk yang terucapkan tanpa sengaja itu akan tumus atau mewujud dalam kenyataan-kenyataan buruk yang tidak dikehendaki. Mantra sangat menentukan dalam praktek magik. 4. Zoetmulder, Manunggaling Kawula Gusti (Pantheisme dan Monisme dalam Sastra Suluk Jawa. Magi dalam segala hal adalah memegang peranan penting, baik dalam tujuan jahat atau baik, yang kadang membutuhkan korban. Hal tersebut disebutkan dalam Rigveda, bahwa

10 10 korban merupakan sarana untuk menghormati pada dewa serta sarana untuk memperoleh dari mereka apa yang diinginkan 5. Giyarti, Konsepsi Metafisika Jawa Dalam Perspektif Islam. Dalam penelitan skripsinya penulis mengedepankan bagaimana metafisika jawa berinteraksi dengan pemikiran Sri Mangkunegara IV, yang mana hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa unsur metafiska jawa dalam pembentukan budaya adalah sangat menjunjung tinggi kekuatan yang agung (Tuhan), manusia dan alam semesta. Dan ke-ada-an yang ada di jagat raya ini adalah hasil dari manifestasi Tuhan, sehingga secara tekstual metafisika jawa kurang mengacu dari syari at Islam. 6. James George Frezer, The Golden Bough, dalam karya monumental tersebut penulis berusaha menyibak peristiwa yang luar biasa dari sebuah suksesi pendeta Diana di Aricia, di mana kekuatan Magik sangat berperan aktif. Magik digunakan dalam acara-acara tertentu baik untuk suatu kebaikan, semisal mendatangkan hujan atau bahkan destruktif, semisal pembakaran hutan dan sejenisnya. Pembagian prinsip-prinsip magik di sana juga dipaparkan bagaimana hubungan antara magik dengan agama. Magik yang dijelaskan oleh penulis adalah bersifat umum mulai dari mitos Yunani sampai kontemporer. Melihat dari beberapa karya tersebut yang berorientasi pada bagaimana metafisika bekerja dan magik berbicara dalam tataran teori maupun praktek yang masih bersifat universal tersebut, menjadikan penulis

11 11 berusaha menguak sejauhmana metafisika jawa dalam melihat ilmu magik yang kian hari kian marak. E. Metode Penulisan Skripsi Untuk memperoleh kesimpulan yang akurat, penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut: a. Sumber data Sesuai dengan tema Ilmu Magik Ditinjau Dari Aspek Metafisika Jawa, maka penelitian ini adalah bercorak library research murni, sehingga untuk memperoleh data, penulis menggunakan sumber rujukan yaitu : Sumber primer, sebagai sumber primer dari penelitian ini adalah Metafisika karya Lorens Bagus, Ontologi Metafisika Umum, karya Anton Bekker, Filsafat Jawa, karya Abdullah Ciptoprawiro, The Golden Bough A Study In Magik and Religion karya J.G. Frazer serta Magik, karya Michel Hopes. Sumber sekunder, yaitu sumber pendukung dan pelengkap untuk melakukan suatu analisa, penulis menggunakan beberapa literatur pendukung, yaitu: Seven Theories of Religion, karya Daniel L. Pals, Religion of Java karya Clifford Geertz, Fenomenologi Agama karya Mariasusai Dhavamony, Menguk Seluak Beluk Aliran Kebatinan karya Ridin Sofwan serta beberapa literatur pendukung lainnya. b. Metode Pengumpulan Data

12 12 Penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) atau bentuk penelitian kualitatif, yaitu sebuah teknik penelitian yang di arahkan kepada literatur-literatur 13, sehingga data-data yang dibutuhkan dapat dikumpulkan melalui buku-buku yang berkaitan dengan pokok penelitian atau dengan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian yang berhasil dihimpun. 14 Untuk memperoleh data yang akurat, yang berkaitan dengan Metafisika Jawa, penulis menggunakan metode pengumpulan reference untuk memperoleh data-data yang diperlukan berdasarkan karya-karya serta buku-buku lain yang ada relevansinya dengan permasalahan tersebut untuk kemudian menelaahnya, sehingga akan diperoleh teori, prinsip, pendapat, gagasan yang telah dikemukakan para teoritis dan para ahli terdahulu yang dapat dipergunakan untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang diteliti. c. Metode Analisis Data 1. Metode Deskripsi Metode deskriptif adalah menyajikan data dengan cara menggambarkan senyata mungkin sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Tujuan analisa data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Press, Yogyakarta, 1995, hlm Winarno Surahmat, Dasar dan Teknik Research, C.V. Tarsito, Bandung, 1983, hlm Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, Reneka Cipta, Jakarta 1997, hlm. 139

13 13 Metode di atas dipergunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dalam kesimpulan penelitian tersebut. 2. Content Analisys (analisis isi) Analisis isi adalah sebuah analisis yang berdasarkan fakta dan datadata yang menjadi isi atau materi suatu buku (kitab). 16 Konteks ini penulis mengumpulkan data-data dari beberpa karya yang ada, kemudian data-data tersebut dianalisis secara seksama. F. Sistematika Penulisan Bab pertama, skripsi ini memuat latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab kedua, berisi tentang pengertian umum tentang pengertian Metafisika Jawa, yang berkaitan dengan latarbelakang sejarah, perkembangan serta isi yang dikandung dalam metafisika jawa Bab ketiga, sebagai kelanjutan dari bab dua yang merupakan pokok pembahasan pada penulisan ini, dengan spesifik penulis memaparkan tentang sejarah, teori yang terangkum dalam pengertian Ilmu Magik, klasifikasi ilmu Magik serta praktek dari ilmu Magik itu sendiri Bab keempat, penulis mencoba untuk menganalisis berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya yaitu pembahasan tentang 16 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rakesarasin, Yogyakarta, cet. VIII, 1996, hlm. 49

14 14 relevansi serta implemantasi dari praktek Magik baik dampak positif atau negatif. Kedudukan ilmu magik dalam era sekarang serta pandangan Islam terhadap ilmu Magik akan dibahas dalam bab ini. Bab kelima, penutup yang berisi kesimpulan (menerangkan hasil dari penelitian), saran-saran dari penulis yang terkait dengan pembahasan, serta kata penutup sebagai akhir kata dan mengakhiri proses penelitian ini maupun lampiran-lampiran.

15 15

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. magi sama dengan sihir. Namun demikian, dalam kepercayaan primitif, magi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. magi sama dengan sihir. Namun demikian, dalam kepercayaan primitif, magi BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Pengertian Magi Menurut Honig Jr., kata magi berasal dari bahasa parsi, maga yang berarti imam atau pendeta untuk agama Zoroaster yang bertugas mengembangkan dan memelihara

Lebih terperinci

BAB III PANDANGAN UMUM TENTANG ILMU MAGIK. Magik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu: Magic

BAB III PANDANGAN UMUM TENTANG ILMU MAGIK. Magik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu: Magic 36 BAB III PANDANGAN UMUM TENTANG ILMU MAGIK A. Pengertian Magik Magik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu: Magic yang berarti sihir, gaya tarik, gaib atau sulap, sedangkan orangnya disebut

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut James Danandjaja (1997:52), terdapat fakta dan data yang ditemukan dalam masyarakat Indonesia yang masih memiliki kepercayaan terdapat mitos-mitos yang berkaitan

Lebih terperinci

TUGAS. Wawasan Budaya Nusantara. Dosen pembimbing : Ranang Agung S., SPd., M.Sn

TUGAS. Wawasan Budaya Nusantara. Dosen pembimbing : Ranang Agung S., SPd., M.Sn TUGAS Wawasan Budaya Nusantara Dosen pembimbing : Ranang Agung S., SPd., M.Sn Oleh : Helmy Yunica Andrean (13148141) Dimas Erdhinta Pratama Putra (13148142) PRODI TELEVISI DAN FILM JURUSAN SENI MEDIA REKAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung

Lebih terperinci

Modul 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA

Modul 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA Obyek dan Metode Penelitian Psikologi Agama Modul 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA PENDAHULUAN Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk membantu mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bintang, hlm Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, cet-17; Jakarta, PT Bulan

BAB I PENDAHULUAN. Bintang, hlm Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, cet-17; Jakarta, PT Bulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berbagai fenomena pendidikan dewasa ini, sebagai akibat globalisasi yang kian merambah berbagai dimensi kehidupan, kehadiran Pendidikan Agama khususnya

Lebih terperinci

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15 BAB I A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah bertuhan dan menjunjung tinggi prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Prof. Dr. Purbatjaraka

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Sebaliknya peserta didik juga dituntut keaktifannya dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Sebaliknya peserta didik juga dituntut keaktifannya dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta berbagai sumber pendidikan 1. Selan itu, pendidikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajarkan agar dalam berusaha hanya mengambil yang halal dan baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada seluruh manusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah,menyelidiki atau mempelajari (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah mempunyai sebuah pengertian sebagai suatu ajakan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah mempunyai sebuah pengertian sebagai suatu ajakan dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah mempunyai sebuah pengertian sebagai suatu ajakan dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan lain sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat BAB I PENDAHULUAN A. KONTEKS PENELITIAN Pendidikan yang diberikan kepada anak sebagaimana yang dikonsepkan melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat sebuah metode yang disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. 1 Adapun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Sejak manusia lahir ke dunia, telah dibekali Allah SWT dengan adanya rasa ingin tahu. Adapun wujud dari keingintahuan ini adalah adanya akal. Dengan akal, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, dalam perkawinan akan terbentuk suatu keluarga yang diharapkan akan tetap bertahan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmunya meliputi segala sesuatu. Sungguh

BAB I PENDAHULUAN. dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmunya meliputi segala sesuatu. Sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al Qur an adalah kalam Allah yang Maha Kuasa, pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmunya meliputi segala sesuatu. Sungguh banyak hadits-hadits

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Saeful Ulum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Saeful Ulum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alasan rasional dan esensial yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di antaranya berdasarkan pada dua hal utama, yaitu 1) Opini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra dari berbagai macam karya sastra yang ada. Dalam perkembangannya, puisi mengalami pasang surut sesuai pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran terdahulu dari nenek-moyang mereka. Ajaran-ajaran ini akan terus diamalkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) 0 TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA

MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA ADAADNAN ABDULLA ADNAN ABDULLAH MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com DAFTAR ISI Daftar Isi 3 Pendahuluan.. 5 1. Terminologi Tuhan. 10 2. Agama-agama di Dunia..

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini BAB III METODE PENELITIAN Untuk mencapai hasil yang memuaskan, maka kerangka kerja setiap penelitian harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini dilakukan agar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 48 Jadi metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 48 Jadi metode penelitian 63 BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 48 Jadi metode penelitian merupakan suatu rangkaian

Lebih terperinci

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir

Lebih terperinci

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi Ota Rabu Malam Musik Ritual Disusun oleh Hanefi MUSIK RITUAL Disusun oleh Hanefi Sistem Kepercayaan Pendekatan Sosiologis Tokoh: Emile Durkheim (1858-19170 Bentuk agama yang paling elementer dapat ditemukan

Lebih terperinci

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI)

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) BAHAN AJAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) Dosen Pengampu : TASRIF, MPD Disusun oleh SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BIMA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aspek internal dan eksternal organisasi. Oleh karena itu perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aspek internal dan eksternal organisasi. Oleh karena itu perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi apapun jenis, skala, dan ukurannya, pasti tidak terlepas dari faktor sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya tidak didapat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaanpun sejak manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 1. Obat untuk menolak bala dengan media ternak. dipaparkan oleh KH. Abdul Hannan Ma shum dalam kitab Sullam al-

BAB VI PEMBAHASAN. 1. Obat untuk menolak bala dengan media ternak. dipaparkan oleh KH. Abdul Hannan Ma shum dalam kitab Sullam al- BAB VI PEMBAHASAN A. ANALISIS KRITIS 1. Obat untuk menolak bala dengan media ternak Surah-surah yang digunakan sebagai media menolak bala yang dipaparkan oleh KH. Abdul Hannan Ma shum dalam kitab Sullam

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim Jika Tuhan itu ada, Mahabaik, dan Mahakuasa, maka mengapa membiarkan datangnya kejahatan?

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode dalam arti kata yang sesungguhnya, maka metode (Yunani : methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu

Lebih terperinci

BAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS

BAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS 21 BAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS A. Profan dan Sakral 1. Pengertian Profan dan Sakral Profan adalah sesuatu yang biasa, yang bersifat umum dan dianggap tidak penting. Sedangakan sakral adalah

Lebih terperinci

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab MATAN Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab C MATAN AS-SITTATUL USHUL Z. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Termasuk perkara yang sangat menakjubkan dan tanda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Islam bersumber kepada Al-Qur an dan As-Sunnah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Islam bersumber kepada Al-Qur an dan As-Sunnah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Islam bersumber kepada Al-Qur an dan As-Sunnah. Al-Qur an merupakan kitab suci yang terakhir yang dipedomani umat Islam hingga akhir masa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua umat manusia dan semua zaman. Nilai-nilai dan aturan yang terkandung dalam ajaran Islam dijadikan pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

Mendidik Anak dengan Tauhid

Mendidik Anak dengan Tauhid Mendidik Anak dengan Tauhid Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang

METODE PENELITIAN. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang 23 III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode hermeneutik. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang masing-masing berarti

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DATA PENELITIAN. A. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pohon, Jembatan dan Makam Keramat

BAB IV PEMBAHASAN DATA PENELITIAN. A. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pohon, Jembatan dan Makam Keramat BAB IV PEMBAHASAN DATA PENELITIAN A. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pohon, Jembatan dan Makam Keramat Dalam masyarakat kita, apabila terjadi pada diri seseorang atau sesuatu yang dianggap luar biasa maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU Sumber Dilampirkan Dosen Pengasuh: Prof. Dr. Slamet Widodo, MS., MM. OLEH NAMA : TOMMY LIM NIM : 07011281520163

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Khadziq, 2009, Islam dan Budaya Lokal, Penerbit Teras, Yogyakarta, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Khadziq, 2009, Islam dan Budaya Lokal, Penerbit Teras, Yogyakarta, hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sidi Gazalba menyebutkan kelebihan manusia dari makhluk yang lain adalah bahwa manusia itu mempunyai jiwa, dari jiwa itulah manusia akhirnya berkebudayaan. Jiwa manusialah

Lebih terperinci

hlm. 3 1 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008,

hlm. 3 1 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis riset kepustakaan (library research). Apa yang disebut dengan riset kepustakaan atau sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil

Lebih terperinci

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik) Kesalahan Umum Penulisan Disertasi (Sebuah Pengalaman Empirik) Setelah membimbing dan menguji disertasi di sejumlah perguruan tinggi selama ini, saya memperoleh kesan dan pengalaman menarik berupa kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian dalam karya tulis ini merupakan penelitian kepustakaan (Library research) yaitu penelitian yang berhubungan dengan dunia pustaka. 1 Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009),

BAB I PENDAHULUAN. hlm Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang telah termaktub dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 alenia ke empat.

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR Slamet Heri Winarno JARUM SEJARAH PENGETAHUAN Kriteria kesamaan dan bukan perbedaan yang menjadi konsep dasar Berlaku metode ngelmu yang tidak membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat manusia selalu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah di negara ini memiliki adat istiadat dan tradisi masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah di negara ini memiliki adat istiadat dan tradisi masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis dikelilingi oleh lautan dan kaya akan sumber daya alam. Kondisi yang demikian membuat Indonesia tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan kaum waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya,

Lebih terperinci

2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Diskusi. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,

2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Diskusi. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan, 7 Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang yang berlangsung seumur hidup. 2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan. Dalam hal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan. Dalam hal kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deiksis merupakan suatu kata yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhatikan situasi pembicaraan. Menurut Verhaar (2001: 397) deiksis adalah sebagai pronomina

Lebih terperinci

[ ] E١٩٠ J١٨١ W F : : SIFAT TERUS TERANG Tidak ada kebaikan padamu apabila kamu tidak mengatakannya Apakah di antara konsekuensi berterus terang adalah adab yang buruk, membangkitkan fitnah, mengungkap

Lebih terperinci

Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis

Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis Irfan Ardani Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jl. Indrapura No. 17 Surabaya 60176

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Manusia dengan memiliki akal menjadikannya mahluk yang sempurna, sehingga dapat berkehendak melebihi potensi yang dimiliki oleh mahluk lainnya, hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi dan teknologi dewasa ini, kompetisi di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi dan teknologi dewasa ini, kompetisi di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era informasi dan teknologi dewasa ini, kompetisi di berbagai sektor ekonomi dan industri terutama dalam bidang pemasaran suatu produk mengalami kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah generasi penerus bangsa. Oleh karena itu setiap anak seharusnya mendapatkan haknya untuk bermain, belajar dan bersosialisasi. Tetapi keadaannnya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang universal. Dalam Islam, tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Karena keduanya saling berkaitan. Termasuk dalam kehidupan bernegara. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA) TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA) KAJIAN DALIL (AL-Qur an & Hadits) 30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan seharihari kebudayaan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu mengenai bagaimana seharusnya proses berlangsungnya pelaksanaan konsep

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu mengenai bagaimana seharusnya proses berlangsungnya pelaksanaan konsep BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan kualitatif. 1 Alasan menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 88.

BAB I PENDAHULUAN 88. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan atau jual beli atau istilah kerennya bisnis adalah salah satu kebutuhan hidup manusia. Ia selalu menyertai manusia sepanjang sejarahnya. Bisnis hadir melengkapi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang besar yang dikenal karena keberagaman budaya dan banyaknya suku yang ada di dalamnya. Untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode diartikan suatu cara atau prosedur dan tehnik penelitian.1 Sedangkan penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri telah, sedang, dan akan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi umat muslim, shalat merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat fundamental dan esensial. Shalat merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian adalah sebuah cara untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan ilmiah. Rumusan masalah penelitian hanya dapat dijawab

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang 373 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU Oleh : Septy Indriyani (15105244006) Teknologi Pendidikan A A. PENDAHULUAN Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa

Lebih terperinci