BAB I PENDAHULUAN. hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih pun. Berkomunikasi antar pribadi, atau secara ringkas berkomunikasi, merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi antar pribadi sangat penting bagi kehidupan manusia ( 1995, p.9) Dalam menciptakan hubungan yang lebih mendalam maka manusia melakukan komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologi, dan proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi antar 1

2 pribadi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya dialogis; ( Liliweri, 1997, p.12). Demikian pula komunikasi yang dilakukan oleh anak-anak cacat. Banyak penderita cacat yang menganggap bahwa keadaan cacatnya tersebut sebagai penghalang yang telah merampas mereka dari kehidupan ini. Penderita cacat tersebut merasa kemampuan dirinya terbatas, bahkan tak sedikit pula yang merasa bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dan kurang percaya diri karena keterbatasan yang dimilikinya itu. Sikap dan usaha-usaha guru sebagai suatu bentuk reaksi untuk menolong dan membantu anak tersebut sangatlah mempengaruhi kualitas watak dan kepribadian si anak. Guru mengajarkan berbagai hal kepada anak-anak cacat agar mampu untuk berkembang dan berkarya secara mandiri. Guru juga akan membantu anak-anak cacat untuk tidak merasa malu akan kecacatan yang dimilikinya. Sebaliknya, guru akan membantu dan membuat anak-anak cacat bisa mandiri dan membanggakan kedua orang tuanya. Guru mengajarkan bagaimana cara mengucapkan lafal huruf, mengenal diri anak, mengikuti gerakan, berpikir, dan membuat sesuatu. Hal ini diajarkan kepada anakanak cacat untuk membuka wawasan yang mereka miliki walaupun dengan keterbatasan yang mereka miliki. Anak-anak cacat juga akan menerima rasa kasih sayang dari guru seperti layaknya kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Walaupun demikian, sering terjadi orang tua enggan mengakui bahwa anak tersebut mempunyai cacat. Keengganan menerima situasi seperti itu sering disertai perasaan menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan anak tersebut. 2

3 Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa suasana emosional dalam keluarga sangatlah penting bagi perkembangan kepribadian anak. Terlebih lagi karena setiap anak yang cacat adalah anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan emosional khusus. Mereka sangat tergantung pada kasih sayang, perhatian dan perlindungan orang tua. Maka hubungan anak yang cacat dengan orang tua dan saudara-saudaranya lebih penting daripada anak yang normal karena selain diajarkan di sekolah tentang kasih sayang, pelajaran, dan bagaimana berbicara serta pelafalan, anak cacat harus mendapat pelatihan di rumah oleh orang tuanya agar apa yang telah diajarkan di sekolah dapat lebih diterapkan dan anak akan tetap terlatih. Sehingga, disinilah komunikasi antara orang tua dan anak sangat dibutuhkan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah penyampaian dan penerimaan suatu pesan (message). Komunikasi antar pribadi adalah semacam suatu transaksi, hubungan atau spiritual yang terjadi ketika dua atau lebih manusia rela dan mampu untuk bertemu sebagai orang-orang yang saling berbagi satu sama lain dengan keunikan mereka, memilih secara aktif, emosi, bernilai dan sadar akan kehadiran yang lainnya. Dalam hal ini pendekatan behaviorisme menekankan kepada tingkah laku yang boleh dilihat dan diukur. Pendekatan ini dipelopori oleh John B. Watson di Universiti John Hopkins Amerika Serikat pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa tingkah laku dipengaruhi oleh persekitaran dan bukannya unsur-unsur dalaman. Situs e-psikologi.com mengutip dari para ahli; Menurut Bernstein (1994), ide-ide Watson inilah yang mengembangkan pendekatan behaviorisme 3

4 yang menekankan ide bahwa tingkah laku dan proses adalah hasil daripada pembelajaran. Menurut pendekatan ini, tingkah laku ialah satu sisi gerak balas yang dipelajari dengan wujudnya rangsangan. Pendekatan ini dikenali sebagai psikologi rangsangan gerak balas atau ringkasnya R-G. Selain J.B Watson, ahliahli psikologi behaviorisme yang lain ialah B.F Skinner, Ivan Pavlov dan E.L. Thorndike. Menurut situs e-psikologi.com, Pavlov (1962), setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas dan berlaku pembelajaran apabila terdapat kaitan antara rangsangan dan gerak balas. Hal ini bermaksud pembelajaran yang berlaku apabila ada kaitan antara rangsangan dan gerak balas. Menurut situs e- psikologi.com, Mahani Razali (2002), hal yang berlaku adalah pembelajaran yang berlaku akibat dari dua rangsangan ini. B.F. Skinner ( ) setuju dengan pendapat Pavlov tetapi menyatakan bahawa tingkah laku dapat diperhatikan dalam jangka panjang supaya dapat mengubah perlakuan yang mudah kepada perlakuan kompleks. Menurut beliau, bimbingan, latihan, ganjaran, pengukuhan dan pengajaran yang terus-menerus adalah penting bagi menjamin perubahan tingkah laku yang berkesan. Bagi E.L. Thorndike, walaupun pembelajaran berlaku hasil gabungan antara stimulus (rangsangan) dan response (gerak balas) seperti pendapat Pavlov dan Skinner, beliau memberi penekanan terhadap pembelajaran keberhasilan dan pengulangan. Contohnya, Ghazali, seorang murid dalam tahun enam akan terus memperbaiki kelemahan matematikanya hasil dari pengajaran dan pujian dari gurunya setelah ia berhasil menyelesaikan masalah matematika yang diberikan kepadanya. 4

5 Berdasarkan pendekatan behaviorisme, anak-anak cacat berkomunikasi sesuai dengan karakteristik pribadinya berdasarkan stimulus, respon, dan reaksi. Tetapi bagi setiap anak-anak cacat tentu memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan pendekatan behaviorisme dalam komunikasi antar pribadi dalam perkembangan kepribadian masing-masing. Untuk lebih mengenal lebih jauh seperti apa peranan metode pendekatan behaviorisme pada anak-anak cacat berdasarkan stimulus, respon dan reaksi maka perlu dilakukan penelitian. Subjek yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah anak-anak YPAC Tuna Daksa (anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi dan otot) sedemikian rupa dan Tuna Grahita (anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugastugas akademik, komunikasi maupun sosial) usia 8-15 tahun yang berlokasi di Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur, mengingat YPAC adalah suatu Yayasan Pembinaan Anak Cacat yang mengajarkan hal pribadi dan sosial serta memberikan kasih sayang kepada anak-anak cacat. Penelitian ini bersifat mendalam dan kontinu. Beberapa anak cacat Tuna Daksa dan Tuna Grahita akan diamati secara mendalam untuk mendapatkan karakter komunikasi dalam pendekatan behaviorisme. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak yang berkaitan dalam berkomunikasi dengan anak-anak cacat. Melihat situasi demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan kepribadian 5

6 anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita melalui pendekatan behaviorisme; Bagaimana stimulus, respon dan reaksi yang terjadi pada anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita dalam berkomunikasi. Penelitian dilakukan di sebuah Yayasan Pembinaan Anak Cacat yang berlokasi di Jl. Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur karena peneliti ingin melihat bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita dengan guru terhadap perkembangan kepribadian melalui pendekatan behaviorisme. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dikemukakan perumusan sebagai berikut: Bagaimanakah peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec. Medan Timur melalui pendekatan behaviorisme? I.3 Pembatasan Masalah Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadi spesifik, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah adalah sebagai berikut: 1. Penelitian bersifat deskriptif, yaitu menerangkan dan memberikan gambaran ilmiah dari komunikasi antar pribadi. 2. Penelitian ini meneliti peranan pendekatan behaviorisme komunikasi antar pribadi guru dalam perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita yang dilakukan oleh staf pengajar YPAC. 6

7 3. Objek penelitian adalah anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita usia 8-15 tahun yang berlokasi di JL. Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur. 4. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui kegiatan anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita dalam berkomunikasi dengan guru dan orang tua sehingga tercipta suatu komunikasi yang komunikatif diantara anak-anak cacat dan guru serta orang tua. b. Untuk mengetahui bagaimana stimulus, respon dan reaksi terhadap perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur. c. Untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi guru dalam perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur melalui pendekatan behaviorisme. I.4.2 Manfaat Penelitian a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan referensi, terutama dalam bidang komunikasi antar pribadi. 7

8 b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang komunikasi, sumber informasi bagi yang membutuhkannya. c. Secara praktis, penelitian ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar bagi yang memerlukan pemahaman tentang karakter komunikasi manusia dapat menerapkannya pada bidang-bidang baik itu di bidang kedokteran, psikologi, pendidikan ataupun sosial. I.5 Kerangka Teori Kerangka teori berfungsi sebagai pendukung untuk menganalisa variabel yang akan diteliti. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok fikiran dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1994: 40). Kerangka teori merupakan hasil berfikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat dalam masalah dan atau sub masalah. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini adalah Teori S-O-R, Komunikasi antar pribadi, Teori Kepribadian dan Teori Behaviorisme. Teori S-O-R Menurut Effendy (1993: 254), Teori S-O-R adalah singkatan dari Stimulu- Organism-Response yang awalnya berasal dari ilmu psikologi. Objek material psikologi dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, 8

9 sehingga orang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Model stimulus-response (rangsangan-tanggapan), atau lebih populer dengan sebutan model S-R menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima (receiver) sebagai akibat dari komunikasi. Menurut model ini, dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus (rangsangan) tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Model S-R dapat digambarkan sebagai berikut: Stimulus Organisme - Perhatian - Pengertian - Penerimaan Response (Perubahan Sikap) (Sumber: Effendy, 1993: 255) Komunikasi antar pribadi Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka tetapi 9

10 juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan diantara mereka satu dengan yang lainnya, saling mempengaruhi. Orang menamakan peristiwa seperti dilukiskan di atas sebagai suatu peristiwa komunikasi. Didalam buku Alo Lili Weri (1991: 12), mengutip pendapat beberapa para ahli; menurut Schramm (1974) di antara manusia yang bergaul, mereka saling berbagi informasi, gagasan, sikap. Demikian pula menurut Merrill dan Lownstein (1971) terjadi penyesuaian pikiran, penciptaan, perangkat simbol bersama dalam pikiran para peserta, singkatnya suatu pengertian. Menurut Theodorson (1969) komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada yang lain, terutama dengan menggunakan simbol. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Masih dalam buku Alo Lili Weri (1991: 12), komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau, sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Effendy (1986: 12) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi (penulis, pribadi) adalah komunikasi antara komunikator dengan 10

11 seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Dari berbagai sumber di atas, Alo Lili Weri (1991: 12-13) dapat dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai cir-ciri sebagai berikut: 1. Spontan dan terjadi sambil lalu. 2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. 3. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas terlebih dahulu. 4. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja. 5. Kerap kali berbalas-balasan. 6. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dia orang, serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya pengaruh. 7. Harus membuahkan hasil. 8. Menggunakan berbagai lambang bermakna. Teori Kepribadian Di dalam buku Paulus Budiraharjo (1997: 34); menurut B.F.Skinner, kepribadian manusia adalah sekelompok pola-pola kebiasaan yang menjadi ciri khas suatu individu. Ia memandang kebiasaan individu sebagai hasil dari paksaan dunia luar yang menghendaki seseorang untuk melakukan sesuatu. 11

12 Skinner juga lebih menyukai menyelidiki kepribadian dengan memfokuskan pada aspek belajar dengan perilaku-perilaku yang banyak mengizinkan individu melangsungkan hidup dan berhasil dalam transaksinya dengan lingkungan atau sesorang selama hidup belajar tentang kemungkinankemungkinan yang menghasilkan kepuasan dan kesakitan dalam situasi tertentu. Anak belajar membedakan stimulus atau situasi yang merupakan kesempatan untuk memperoleh penguatan karena perilaku tertentu atau situasi yang tidak mengarah ke penguatan perilaku yang sama. Perilaku yang dipelajari kemudian disebut sebagai perilaku di bawah kontrol stimulus. Misalnya, seorang anak yang belajar menangis di muka umum biasanya langsung diberi perhatian dan kenyamanan oleh ibunya sedangkan menangis di rumah biasanya diabaikan. Keterampilan yang sederhana dipelajari lebih dahulu kemudian perilaku yang lebih kompleks diperoleh dan digunakan. Tetapi seseorang tidak dilihat sebagai organisme yang pasif yang menanggapi tanda-tanda penguatan secara otomatis. Melainkan, orang mengadakan kontrol diri terhadap lingkungan dengan secara aktif memilih dan mengubah variabel-variabel lingkungan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka. Skinner tidak hanya tertarik dengan jadwal penguatan (schedules of reinforcement) yang menentukan perilaku tetapi juga dalam peranan self control process. Individu dikatakan melatih self control bila mereka secara aktif mengubah variabel-variabel yang menentukan perilaku mereka. Misalnya, ketika seseorang tidak dapat belajar karena ada radio dengan suara musik yang sangat keras, kita mematikannya. Dengan demikian, kita secara aktif mengubah variabel 12

13 yang mempengaruhi perilaku kita. Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengendalikan perilaku, yang kemudian banyak diantaranya telah dipelajari oleh social-learning theorist yang tertarik dalam modeling dan modifikasi perilaku. Teknik tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengekangan fisik (physical restraints) 2. Bantuan fisik (physical aids) 3. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions) 4. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions) 5. Melakukan respons-respons lain (performing alternative responses) 6. Menguatkan diri secara positif (positif self reinforcement) 7. Menghukum diri sendiri (self punishment) Pendekatan Skinner memperhatikan fenomena yang dapat diamati yang dibagi dalam dua kelas utama: stimulus-stimulus, yaitu ciri-ciri lingkungan yang dapat diamati yang mempengaruhi organisme dan respons-respons, perilaku yang tampak dari organisme tersebut. Semua variabel yang ada diantara atau menengahi stimulus dan respons dan tidak dapat dijelaskan berkenaan dengan stimulus atau respon, dianggap ada di luar daerah kepentingan pendekatan tersebut. Teori Behaviorisme Radical behaviorism pada awal pemunculannya hanya mempercayai hal yang observable (dapat diamati) dan measurable (dapat diukur) sebagai sesuatu yang sah dalam pengukuran kepribadian. Mimpi, fantasi, intuisi, perasaan diabaikan. Radical behaviorism, pada prinsipnya mencoba melarikan diri dari hal- 13

14 hal yang abstrak. Kemudian, kaum behavioris muda mulai mengadakan revisi terhadap behaviorisme ortodoks dengan menerima fenomena kejiwaan yang abstrak seperti ego, id, ilusi, mimpi dan sebagainya. Kelompok ini menamakan diri sebagai methodological behaviorism. Optimisme kaum behavioris terhadap kondisi objektif yang memperngaruhi perilaku manusia membuat teori ini banyak dikritik tidak banyak memberi sumbangan berarti terhadap pemahaman (teori-teori) kepribadian manusia. Akan tetapi, bukan berarti bahwa behaviorisme tidak memberi kontribusi apa pun terhadap psikologi. Behaviorisme banyak dipakai dalam terapi, terutama dalam usaha menyembuhkan perilaku menyimpang yang sudah lama tidak ditolong. The token economy adalah contoh penerapan behavioristik di rumah sakit jiwa, di mana pasien yang may mengatur hidupnya dengan baik diberikan stimulus berupa uang-uangan yang bisa ditukar dengan makanan atau minuman. Setelah pasien menjadi sadar akan tugas keseharian, disiplin diri, terapi lain harus diterapkan untuk mengobati akar masalah psikologis yang sebenarnya. Behaviorisme disini sangat bermanfaat sebagai sistem terapi darurat, karena behaviorisme tidak pernah mempersoalkan kompleksitas kejiwaan yang muncul sebagai akar persoalan psikis individu. Behaviorisme hanya memandang perilaku yang malajusted adalah hasil belajar dari lingkungan secara keliru. Jadi, pada prinsipnya dibutuhkan berbagai pendekatan lain yang menyertai strategi behavioristik dalam sistem terapeutik yang efektif. Karena perilaku manusia yang tampak, bagaimanapun, bukanlah tolok ukur yang akurat dari apa 14

15 yang dipikirkan dan dirasakannya. Mengubah perilaku individu yang dianggap menyimpang tanpa memahami lebih mendalam kompleksitas problematika psikis manusia akan menghasilkan terapi yang sia-sia. Pendekatan behaviorisme ini memandang perubahan perilaku manusia dari stimulus, respon dan reaksi yang nantinya akan menentukan perilaku manusia itu sendiri. Stimulus Apa saja yang menyentuh alat indera dari dalam atau dari luar disebut stimulus. Saat ini Anda sedang membaca tulisan saya (stimulus eksternal), padahal pikiran Anda sedang diganggu oleh perjanjian utang yang habis waktu ini (stimulus internal). Anda serentak menerima dua macam stimulus. Alat penerima Anda segera mengubah stimulus ini menjadi energi saraf untuk disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat indera Anda, stimulus harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimulus disebut ambang mutlak (absolute threshold). Demikian juga dalam menerima informasi yang disampaikan tentu sesuai dengan kapasitas stimulus yang dimiliki. Respon Tanggapan yang diberikan informan dari informasi yang disampaikan dalam mengolah dan memanipulasi informasi. Respon yang diberikan ini tentu akan berbeda-beda sesuai dengan hasil pengolahan informasi oleh informan. Respon ini juga akan membantu informan untuk menghasilkan reaksi yang baginya tentu akan mengubah perilaku. 15

16 Reaksi Hasil dari stimulus dan respon yang dihasilkan dalam mengubah perilaku. Dalam reaksi tersebut manusia memilih dan menjalankan hasil perubahan perilaku tersebut yang merupakan kunci dalam melakukan pendekatan behaviorisme. Dalam pendekatan behaviorisme ini, perubahan perilaku akan terus berubah sesuai dengan stimulus yang datang dan bagaimana respon itu terjadi sehingga timbulnya reaksi yang menentukan perilaku manusia. I.6 Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang akan dicapai (Nawawi, 1993: 40). Kerangka konsep memuat variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini ada tiga variabel yang akan diteliti, yaitu: a. Variabel Bebas Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gajala/unsur yang lain yaitu variabel terikat (Nawawi, 1993: 56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi antar pribadi, indikatornya adalah: 1. Stimulus 2. Respon 3. Reaksi 4. Kedekatan 16

17 b. Variabel Terikat Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel bebas (Nawawi, 1993: 457) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan kepribadian anak-anak cacat, indikatornya adalah: 1. Arah pandangan mata 2. Gaya bicara 3. Tingkah laku 17

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dan buah pikiran manusia menghasilkan kebudayaan. Tiap kelompok. Setiap suku dan bangsa mempunyai budaya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dan buah pikiran manusia menghasilkan kebudayaan. Tiap kelompok. Setiap suku dan bangsa mempunyai budaya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Segala kegiatan dan buah pikiran manusia menghasilkan kebudayaan. Tiap kelompok masyarakat mempunyai

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU 1. Teori Belajar Tingkah Laku (Behaviorisme) Paham behaviorisme memandang belajar sebagai perkayaan/penambahan materi pengetahuan (material) dan atau perkayaan pola-pola respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kesehatan, gizi, dan mental atau psikologis, dimana faktor-faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja sejak dahulu dianggap sebagai masa pertumbuhan yang sulit, dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun orang tua. Masa

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KOMUNIKASI TERAPEUTIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK A. Pendahuluan Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu bangsa dalam

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Peneliti ingin mengambil tema tentang budaya komunikasi di organisasi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan sejatinya sangat diutamakan dalam kehidupan sehari-hari karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa menderita karena fungsi tubuh

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) Penguatan (+) Stimulus Respon Reinforcment Penguatan (-) Faktor lain ialah penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat timbulnya respons. Reinforcement bisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME

PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI SOSIAL

PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI SOSIAL PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI SOSIAL Anggota Kelompok : 1. Kitti Permata Hati (17071103) 2. Maria Rosalia Delvina Wela (17071145) 3. Litasya Aulia Permata (17071157) 4. Muhammad Haris Saukani (17071158) 5.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki kemampuan berbahasa telah memungkinkan manusia memikirkan suatu masalah secara terus-menerus. Dengan bahasa, manusia dapat mengkomunikasikan apa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan fisik, tidak menjadi halangan bagi wanita penyandang tuna rungu, Irena Cherry, untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan cakupan batasan penelitian. 1.1

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto,

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto, II. LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Sikap 2.1.1 Pengertian Sikap Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan dan menawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil

Lebih terperinci

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi i KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: RONA MARISCA TANJUNG F 100 060 062 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 01 Fakultas Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Psychology: * The science

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2002) memberikan definisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Pendekatan Biologi-saraf Pendekatan Perilaku Pendekatan Kognitif Pendekatan Psikoanalitik Pendekatan Phenomenologi Sub disiplin Psikologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan persoalan penelitian. Dalam bab II ini akan membahas pengertian mengenai komunikasi, interaksi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang paling penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan komunikasi manusia berinteraksi antar satu individu dengan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN KEPRIBADIAN ANAK-ANAK CACAT

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN KEPRIBADIAN ANAK-ANAK CACAT KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN KEPRIBADIAN ANAK-ANAK CACAT (Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat Pada YPAC Melalui Pendekatan Behaviorisme

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai etnografi komunikasi. Untuk mendukung penelitian ini, penelitian yang sudah

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb. KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.Sa anin Padang) SKRIPSI Oleh YUKE IRZANI BP. 0810862017 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh :

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh : Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh : Fristyani Elisabeth Hutauruk Yudi Perbawaningsih Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi Antar Pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang orang yag terlibat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada 144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner

Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner Biografi BF Skinner Burrhus Frederic Skinner lahir 1904 di Pennsylvania Ayahnya seorang pengacara dan politisi ternama, ibunya seorang ibu rumah tangga Skinner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan sebagai pengganggu ketika sedang serius menonton acara televisi. Namun iklan juga ibarat darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena adanya keterbatasan atau kekurangan pada fisiknya, membuat individu umumnya kurang mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

MENGUKUR KUALITAS PEMIMPIN MELALUI INTERAKSINYA DENGAN PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

MENGUKUR KUALITAS PEMIMPIN MELALUI INTERAKSINYA DENGAN PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI MENGUKUR KUALITAS PEMIMPIN MELALUI INTERAKSINYA DENGAN PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI Muchamad Taufiq PENDAHULUAN Bukan rahasia lagi bahwa setiap individu memiliki kebutuhan hidup, mulai dari yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses yang strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan faktor penentu dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal selama ini seakan-akan orang telah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap dalam perkembangan di mana seseorang mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut terutama ditandai oleh

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian. BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian Bab ini adalah bagian dari sebuah tahapan penelitian kualitatif yang akan memberikan pemaparan mengenai beberapa temuan dari semua data yang ada. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner B.F. Skinner Teori Kepribadian Behaviorisme Pendahuluan Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologis yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913. Seperti halnya psikoanalisa, behaviorisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur mengartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda perkembangan fisik, mental, atau sosial dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Pertemuan ke-2 1 Pemerolehan vs Pembelajaran Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya

BAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan kependudukan terbesar yang dihadapi pemerintah hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses komunikasi antara guru, siswa dan materi pembelajaran. Oemar Hamalik dalam Hernawan dkk. (2007, hlm. 3) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial, manusia tentunya perlu berinteraksi dengan sesamanya. Ketika interaksi tersebut berjalan secara terus menerus tanpa menimbulkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar dalam pohon, dimana akar tersebut dijadikan sebagai penopang dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. akar dalam pohon, dimana akar tersebut dijadikan sebagai penopang dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan oleh setiap individu untuk dapat mempertahankan hidupnya. Komunikasi mempunyai peran yang besar dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan sesamanya dengan salah satunya berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang saling mengirim

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci