BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pembelajaran IPA SD Kajian teori dalam pembelajaran IPA di SD, membahas tentang hakikat IPA, tujuan pembelajaran IPA, dan ruang lingkup Hakikat IPA Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) juga mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. IPA dipandang sebagai salah satu faktor utama dalam proses kehidupan manusia di bumi. Hal ini disebabkan oleh keterkaitan manusia dengan alam dan segala isinya yang ada. Kelangsungan hidup manusia juga sangat bergantung dari alam. Mulai dari makanan untuk dapat bertahan hidup dan tempat tinggal yang juga berfungsi sebagai tempat berlindung dari binatang buas. Sejak jaman dahulu, manusia memanfaatkan alam untuk dapat bertahan hidup. Mereka juga dapat membedakan antara hewan dan tumbuhan yang dapat dimakan maupun yang tidak dapat dimakan. Mereka menggunakan alat-alat untuk dapat mendapatkan makanan yang diinginkan. Ini menandakan bahwa mereka memperoleh pengetahuan dari pengalaman atau aktivitas yang mereka lakukan. 6

2 7 Menurut Samatowa (2010:3) ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Hendro Darmojo dalam Samatowa (2010:2) mengemukakan bahwa pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Sedangkan IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Sejalan dengan teori diatas, Wisudawati (2014:23) berpendapat bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Pengetahuan alam berarti pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Dengan pengertian ini, maka IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadiankejadian yang ada di alam ini. Berdasarkan teori-teori diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan pengamatan, percobaan dan penyimpulan yang dilakukan oleh manusia Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi danmasyarakat

3 8 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan siswa yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA untuk SD/MI kelas 4 Semester 2 sebagai berikut.

4 9 Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Sekolah Dasar Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2015 / 2016 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR Energi dan Perubahannya 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya 8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/balingbaling/pesawat kertas/parasut 8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik Sumber : Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Model Pembelajaran Kooperatif Slavin (2005:11), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan saling beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masingmasing. Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih seringnya menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar individual, dan dorongan yang individual. Apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan. Lebih daripada itu, pembelajaran

5 10 kooperatif juga dapat digunakan sebagai cara utama dalam mengatur kelas untuk pengajaran. Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan prestasi belajar para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintergrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukannya menjadi masalah. Lebih jauh lagi, pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antar siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antar siswasiswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan pentingnya untuk menggunakan pembelajaran koperatif dalam kelas-kelas yang berbeda. Salah satu alasan terpenting mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan adalah bahwa para pendidik dan ilmuan sosial telah lama mengetahui tentang pengaruh yang merusak dari persaingan yang sering digunakan di dalam kelas. Inti dari pembelajaran kooperatif, dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang diberikan oleh guru. Ide yang melatarbelakangi bentuk pembelajaran kooperatif semacam ini adalah apabila para siswa ingin agar timnya berhasil, mereka akan mendorong anggota timnya untuk lebih baik dan akan membantu mereka melakukannya. Sering kali, para siswa mampu melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam menjelaskan gagasan-gagasan yang sulit satu sama lain dengan menerjemahkan bahasa yang digunakan guru ke dalam bahasa anak-anak.

6 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD Model pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembelajaran kooperatif ini pertama dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok terdiri dari individu-individu yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda baik dari tingkat prestasi, jenis kelamin maupun suku. Pada kelompok tersebut, para siswa akan saling bekerjasama dalam menyelesaikan permasalahan belajar. Setiap anggota juga berkewajiban terhadap diri sendiri untuk mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan. Adanya saling interaksi antar siswa dalam kelompoknya masing-masing akan membuat siswa merasa lebih tertantang dalam menyelesaikan permasalahan belajar yang dihadapi. Dalam hal ini guru harus berperan aktif dalam mengembangkan dan menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan dan kompetitif. Sehingga para siswa dalam belajar dapat merasa nyaman dan tertantang untuk dapat menyelesaikan permasalahan dalam belajar yang dihadapi. Pada prinsipnya, siswa lebih tertarik oleh suatu pembelajaran yang secara langsung melibatkan para siswa dalam belajarnya. Siswa akan merasa bahwa proses pembelajaran yang sedang dilakukan penting dan bermanfaat bagi dirinya. Adanya komunikasi yang terbangun antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru dan terciptanya persaingan belajar yang sehat membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sharan (2014:5) mengatakan bahwa gagasan utama STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru. Setiap kelompok tentu menginginkan hadiah dan hasil yang terbaik. Mereka harus saling membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Tetapi hal ini tidak berlaku ketika mereka sedang menjalani kuis. Setiap anggota dalam kelompok akan berusaha melakukan yang terbaik. Adanya suasana kompetisi yang diciptakan dalam belajar yang mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

7 12 Menurut Trianto (2007:69), pembelajaraan kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan banyak anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang secara heterogen. Menurut Huda (2013: 201), STAD (Student Teams achievement Division) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang di dalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis. Dalam STAD, siswa diminta untuk membentuk kelompokkelompok heterogen yang masing-masing terdiri dari 4-5 anggota. Setelah pengelompokkan dilakukan, ada sintak empat tahap yang harus dilakukan, yakni pengajaran, tim studi, tes, dan rekognisi. Slavin dkk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dengan langkah-langkah penerapan pembelajaran sebagai berikut: a. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. b. Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal dengan kemampuan siswa. c. Guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda-beda serta memperhatikan kesetaraan gender. d. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikan secara bersama-sama, saling membantu antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.

8 13 e. Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara individu. f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. g. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasakan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya. Dari beberapa langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran dengan model STAD yang telah dijelaskan oleh para ahli, maka peneliti menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran model STAD adalah guru menyampaikan materi pada siswa, guru melakukan pre-test awal, guru membentuk kelompok heterogen, guru memberikan tugas sesuai materi pada tiap kelompok, guru memberikan posttest, dan pemberian penghargaan kepada kelompok dengan nilai terbaik Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Setiap penggunaan suatu model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, seperti halnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan teman-temannya ini tentu tidak bersifat sempurna. Meskipun model ini dianggap dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi model pembelajaran STAD ini juga mempunyai kelemahan dalam penerapannya. Menurut Slavin (2005:17), keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division), yaitu: 1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. 2. Siswa lebih aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. 3. Siswa aktif sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

9 14 4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Trianto (2007:73), berpendapat bahwa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi atau kerjasama, siswa cenderung aktif pada saat pembelajaran, dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep, kemampuan kerjasama siswa terbangun, meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik dan membantu siswa menumbuhkan berpikir kritis. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut (Hamruni, 2009:171) adalah (a) membutuhkan waktu untuk memahami dan mengerti filosofi model pembelajaran ini, terkadang siswa yang dianggap memiliki kelebihan mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan, keadaan ini yang dapat menggangu iklim kerja sama dalam kelompok, (b) penilaian yang diberikan dalam pembelajaran didasarkan kepada hasil kerja kelompok, namun guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa, (c) keberhasilan pembelajaran dalam mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang cukup panjang Motivasi Belajar Dalam menciptakan suatu pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, guru harus bisa menempatkan diri sebagai fasilitator dan motivator yang baik. Sumber belajar tidak hanya didapat dari guru saja. Guru harus bisa melakukan inovasi baru dalam merancang pembelajaran yang sebaik mungkin. Terbentuknya aktivitas belajar yang nyaman dan menyenangkan akan membuat siswa merasa tertarik dan aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Setiap siswa memiliki tingkat belajar yang berbeda-beda. Kekuatan untuk meningkatkan keinginan belajar pada siswa dapat muncul baik secara intrinsik dan ekstrinsik dari siswa tersebut. Selain peran guru dalam pembelajaran sehari-hari, peran siswa juga sangat berpengaruh terhadap tingkat belajar siswa itu sendiri. Setiap siswa memiliki tingkat belajar yang berbeda. Ada siswa yang memiliki tingkat belajar

10 15 yang tinggi, adapun siswa denga tingkat belajar yang rendah. Siswa dengan tingkat belajar yang rendah perlu mendapatkan suatu dorongan untuk dapat meningkatkan tingkat belajarnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar para siswa memiliki tingkat belajar yang tinggi adalah dengan cara memotivasi siswa. Para siswa dalam belajar perlu dibekali dengan pemahaman konsep belajar yang benar. Apa yang sedang dipelajari dan fungsi atau kegunaan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang mereka pelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang (Suprijono, 2009:169). Menurut Suprijono (2009:163), hakikat motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada para peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh dengan energi, terarah dan bertahan lama. Sardiman (2014:75), berpendapat bahwa motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Sejalan dengan pengertian diatas, Dimyati dan Mudjiono (2013:80) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa motivasi merupakan daya penggerak dan pendorong bagi para siswa untuk melakukan kegiatan belajar sesuai dengan arah kegiatan belajar untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (dalam Suprijono 2009:163) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil. 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

11 16 4. Adanya penghargaan dalam belajar. 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik. Motivasi belajar berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, motivasi mempunyai fungsi: 1. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar. 2. Menentukan kegiatan arah pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran. 3. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatankegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memotivasi peserta didik. Karwati (2014:179), menyatakan bahwa beberapa cara memotivasi peserta didik antara lain: 1. Memberi Nilai Angka dimaksud merupakan simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar peserta didik yang diberikan sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari penilaian guru yang biasanya terdapat di dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum. 2. Hadiah Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada anak didik yang berprestasi yang berupa uang beasiswa, buku tulis, alat tulis atau buku bacaan lainnya yang dikumpulkan dalam sebuah kotak terbugkus dengan rapi, untuk memotivasi anak didik agar senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama berstudi.

12 17 3. Kompetisi Kompetisi adalah persaingan yang digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar, baik dalam bentuk individu maupun kelompok untuk menjadikan proses belajar mengajar menjadi kondusif. 4. Pujian Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan pujian yang diberikan akan membesarkan jiwa anak didik dan akan lebih bergairah belajar bila hasil pekerjaannya dipuji dan diperhatikan, tetapi pujian harus diberikan secara merata kepada anak didik sebagai individu bukan kepada yang cantik atau yang pintar. Dengan begitu anak didik tidak antipati terhadap guru, tetapi guru merupakan figure yang disenangi dan dikagumi. 5. Hukuman Meskipun hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah dapat berupa sanksi yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan sehingga peserta didik tidak akan mengulangi kesalahan atau pelanggaran di hari mendatang. Motivasi merupakan pendorong tingkah laku peserta didik. Terbentuknya motif berprestasi sangatlah kompleks, sekomplek perkembangan kepribadian manusia. Motif peserta didik tidak lepas dari perkembangan kepribadian peserta didik, dan tidak pernah berkembang dalam kondisi statis. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi peserta didik adalah: 1. Konsep Diri. Konsep diri berkaitan dengan bagaimana peserta didik berfikir tentang dirinya. apabila peserta didik percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka peserta didik tersebut akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut.

13 18 2. Jenis Kelamin. Jenis kelamin dalam corak budaya pendidikan di kalangan pedesaan dan pesisir kota terkadang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Pola pikir tradisional yang menyatakan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nanti tugasnya hanya melayani suami, menyebabkan perempuan tidak mampu belajar dengan optimal. 3. Pengakuan. Peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar dengan lebih giat apabila dirinya merasa dipeerdulikan, diperhatikan, atau diakui oleh keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial dimana ia tinggal. Pengakuan akan mendorong peserta didik untuk melakukan sesuatu sesuai dengan pengakuan tersebut. 4. Cita-cita. Cita-cita atau disebut juga dengan aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai oleh peserta didik. Target tersebut diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dan mengandung makna bagi peserta didik. 5. Kemampuan Belajar. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri peserta didik, misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir dan fantasi. Dalam kemampuan belajar ini, taraf perkembangan berpikir peserta didik menjadi ukuran. Peserta didik yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan peserta didik yang sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir operasional. Jadi peserta didik yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena peserta didik tersebut lebih sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan tersebut memperkuat motivasinya. 6. Kondisi Peserta Didik. Kondisi fisik dan kondisi psikologis peserta didik sangat mempengaruhi faktor motivasi belajar, sehingga guru harus lebih cermat melihat kondisi fisik dan psikologi peserta didik. Misalnya

14 19 peserta didik yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin disebabkan jarak antara rumah dan sekolah jauh sehingga lelah di perjalanan. 7. Keluarga. Motivasi berprestasi peserta didik sangat dipengaruhi keberadaan keluarga yang melingkupinya. Keluarga dengan perhatian yang penuh terhadap pendidikan, akan memberikan motivasi yang positif terhadap peserta didik untuk berprestasi dalam pendidikan. 8. Kondisi Lingkungan. Kondisi lingkungan merupakan beberapa unsur yang datang dari luar peserta didik. Unsur-unsur tersebut dapat berasal dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun sosial, baik yang menghambat atau mendorong. 9. Upaya Guru Memotivasi Peserta Didik. Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru mempersiapkan strategi dalam memotivasi peserta didik agar mampu mengoptimalkan seluruh potensi yang ada dalam diri peserta didik. 10. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar. Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar cenderung tidak stabil, kadangkadang kuat, kadang-kadang lemah, bahkan hilang sama sekali, khusunya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya keadaan emosi, gairah belajar, dan situasi yang melingkupi peserta didik (Karwati, 2014:181) Hasil Belajar Dalam kaitannya dengan pendidikan, belajar bisa diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan seseorang khususnya siswa di sekolah yang dengan pengalamannya sendiri, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Belajar juga merupakan proses perubahan dan perkembangan mental pada individu yang mendorong seseorang melakukan atau mengerjakan sesuatu. Adanya aktivitas yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam kemampuan sesorang mengenai serangkaian informasi pada lingkungan sekitarnya. Kebanyakan orang

15 20 menganggap belajar merupakan kegiatan siswa di sekolah yang dilakukan dalam menguasai materi dan menghafal segala sesuatu yang berkenaan dengan materi yang diajarkan di sekolah. Para siswa dianggap sudah belajar apabila mereka dapat menghafal dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Belajar merupakan sebuah proses yang dialami oleh setiap individu selama hidup. Segala aktivitas yang dilakukan individu merupakan bagian dari belajar. Belajar juga berkaitan erat dengan proses belajar dan hasil belajar. Guru juga perlu memahami strategi belajar yang tepat bagi para siswanya. Perbedaan karakteristik setiap siswa juga akan mempengaruhi tingkat belajarnya. Guru yang berhasil adalah guru yang mampu menjadi inspirasi dan fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dan hasil belajar siswa juga akan meningkat. Menurut Karwati (2014:186), belajar merupakan sebuah proses yang dialami oleh setiap individu selama ia hidup. Menurut Susanto (2013:4), belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan merupakan suatu kegiatan mengingat ataupun menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan mengalami. W.S. Winkel (2007:59), berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, Mustaqim dan Wahid (dalam Karwati, 2014:187) berpendapat bahwa belajar adalah usaha seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai kondisi atau situasi disekitarnya. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan ataupun aktivitas yang dilakukan oleh individu secara sadar dan sengaja untuk memperoleh suatu pengetahuan atau informasi baru dari lingkungan sekitarnya yang memungkinkan seseorang mengalami suatu perubahan tingkah laku.

16 21 Hasil belajar pada dasarnya diperoleh seseorang sesudah melakukan kegiatan belajar. Dengan belajar seseorang akan mendapatkan hal-hal baru. Berbagai informasi dan pengetahuan akan didapatkan ketika melakukan aktivitas belajar. Hasil belajar sering dikaitkan dengan kemampuan kognitif seseorang. Pencapaian suatu hasil belajar melalui proses interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran, terkadang menjadi penentu keberhasilan siswa dalam belajar. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran, guru biasanya menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran (Susanto, 2013:5). Menurut Suprijono (2009:5), berpendapat bahwa hasil belajar adalah polapola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Nawawi (dalam Susanto 2013:5), hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Dimyati, Mudjiono (2013:17), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Susanto (2013:5) juga berpendapat hasil belajar yaitu perubahanperubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu pencapaian atau hasil dari serangkaian interaksi belajar

17 22 yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran terhadap suatu mata pelajaran yang nampak dalam bentuk skor atau angka yang diperoleh melalui hasil tes. Menurut Baharudin (2010:19), secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. 1. Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis. a. Faktor fisiologis Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. b. Faktor psikologis Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. 2. Faktor eksternal Faktor yang berasal dari luar peserta didik yang memengaruhi proses belajar siswa yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. a. Lingkungan sosial - Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan temanteman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. - Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi hasil belajar siswa. Seperti lingkungan siswa yang kumuh akan mempengaruhi aktivitas dan proses belajar siswa. - Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar pada siswa. Ketegangan keluarga, sifat-sifat

18 23 orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. b. Lingkungan non sosial - Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, suasana yang sejuk dan tenang. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat. - Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar bseperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan sebagainya. Kemudian kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi juga akan memengaruhi siswa dalam aktivitas belajarnya. c. Faktor materi pelajaran. Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pencapaian suatu hasil belajar yang baik faktor internal dan faktor eksternal akan saling mempengaruhi individu atau siswa. Guru perlu memberikan movivasi bagi para siswa dalam belajar sehingga tingkat belajar siswa siswa mulai terbangun dengan baik. Desain pembelajaran yang menarik dan fasilitas belajar yang mendukung akan membuat siswa aktif dan merasa nyaman saat proses pembelajaran berlangsung. Kesiapan guru dalam mengajar juga akan mempengaruhi keberhasilan tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa Pengukuran Hasil Belajar IPA Wardani (2009:47) berpendapat bahwa pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Menurut Dimyati (2013:192), pengertian pengukuran dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan

19 24 belajar dan pembelajaran dengan dengan ukuran keberhasilan belajar dan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif. Sejalan dengan pengertian diatas, Arikunto (dalam Dimyati, 2013:191) berpendapat bahwa pengukuran merupakan proses penentuan kuantitas sesuatu melalui membandingkan dengan satuan ukuran tertentu. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pengukuran merupakan suatu kegiatan ataupun proses yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka. Pengukuran hasil belajar siswa biasanya dilakukan dengan alat ukur berupa tes. Adanya butir soal yang diberikan kepada siswa dan kemudian dikerjakan oleh siswa. Hasil belajar para siswa melalui butir soal yang telah dikerjakan akan dinyatakan dalam satuan angka. Dari angka-angka inilah para siswa dapat mengetahui hasil belajarnya. Hasil belajar yang diukur dan dinilai mencakup 3 aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menitikberatkan pengukuran dan penilaian hasil belajar IPA pada aspek kognitif Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dilakukan oleh Donatus (2012) dengan judul Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA (Sains) Melalui Metode Cooperatif Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Ledok 02 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Sebelum diberi tindakan, ketuntasan belajar siswa adalah sebesar Setelah tindakan pada siklus I terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dengan prosentase sebesar 79.55%. pada siklus II, terjadi lagi peningkatan ketuntasan hasil belajar dengan mencapai prosentase sebesar 97.73% atau sebanyak 43 siswa dari 44 siswa. Selain terjadi peningkatan hasil belajar, juga terjadi peningkatan motivasi belajar siswa kelas III SDN Ledok 02 pada mata pelajaran IPA, yaitu pada siklus I

20 %, kemudian terjadi lagi peningkatan motivasi belajar pada siklus II menjadi 80%. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Iknasius (2012) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) siswa kelas IV SD Negeri Jebengsari. Hal tersebut ditunjukkan oleh rata-rata nilai posttest siswa kelas kontrol, yaitu 87,49 > 71,46. Perbedaan rata-rata (mean different) dari rata-rata nilai posttest antara kedua kelas tersebut sebesar 12,026553, dengan angka probabilitas di bawah atau kurang dari (< 00,5), yaitu sebesar 0,00. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Jebengsari. Nofitasari (2013) juga melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN Kesongo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Kesongo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Hal tersebut ditunjukkan oleh rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest siswa kelas kontrol, yaitu 76 > 67,22. Perbedaan rata-rata dari rata-rata nilai posttest antara kedua kelas tersebut sebesar 8.78, dengan angka probabilitas di bawah atau kurang dari (< 0,05), yaitu sebesar 0,002. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar secara positif dan signifikan siswa kelas 4 SDN Kesongo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

21 26 Penelitian lain juga dilakukan oleh Lilik Suryani (2012) dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar IPA Bagi Siswa Kelas IV SD N Tanggung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2011/2012. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA bagi siswa kelas IV SD N 2 Tanggung Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik digunakan dibandingkan dengan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N 5 Tanggung yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata tes pada kelas eksperimen sebesar 9,11 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh hasil rata-rata tes sebesar 7,50. Nilai signifikan equal variance assumed dari hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N 2 Tanggung kurang dari 0,05 yaitu 0,000, ini berarti terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Tanggung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2011/ Kerangka Berpikir Saat ini proses pembelajaran yang berlangsung masih sangat berpusat pada guru saja. Guru sebagai informasi dan sumber dari segala pengetahuan di dalam kelas. Dalam mengajar, guru juga sering melupakan komponen-komponen dalam pembelajaran, diantaranya model pembelajaran. Guru hanya ceramah dalam menyampaikan materi dan siswa hanya mencacat dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Pemahaman konsep yang rendah terhadap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru sering terjadi pada siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini menjadi contoh dari kegagalan guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Tidak tercapainya tujuan pembelajaran juga menjadi salah satu dampak dari ketidakberhasilan guru dalam mengajar. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan suatu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Model STAD juga memberikan kesempatan bagi para siswa untuk berdiskusi dalam belajar, sehingga interaksi antara siswa dengan

22 27 siswa dan siswa dengan guru akan mulai terbangun. Para siswa juga diberikan tanggungjawab dalam kelompok untuk dapat bekerjasama dan saling membantu antar anggota kelompok mengenai materi pelajaran dan permasalahan yang diberikan oleh guru. Setiap siswa juga bertanggungjawab terhadap diri sendiri mengenai pemahaman materi pelajaran yang nantinya akan menjadi bekal dalam mengerjakan post-test. Setiap kelompok juga diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan secara langsung hasil pekerjaan kelompok di kelas. Hal ini akan melatih siswa untuk lebih berani mengemukakan pendapat dan hasil pekerjaannya kepada orang lain. Dalam metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru juga diharuskan memberikan penghargaan bagi kelompok dengan perolehan nilai tertinggi. Hal ini tentu akan membuat siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga siswa akan terlibat aktif terutama pada saat diskusi kelompok berlangsung. Setiap kelompok yang mendapat tugas dari guru, akan berusaha keras menyelesaikan tugas dengan baik dan benar karena setiap kelompok dengan nilai terbaik akan diberi hadiah oleh guru. Dengan keterlibatan secara aktif siswa saat proses pembelajaran, tentu akan berdampak positif terhadap motivasi belajar dan hasil belajar para siswa. Dari uraian diatas, secara rinci akan digambarkan melalui bagan kerangka berpikir penelitian sebagai berikut.

23 28 KD:8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pre-Test Hasil Pre-Test tidak ada perbedaan yang signifikan Pre-Test Pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD Pembelajaran menggunakan metode konvensional 1.Presentasi kelas 2.Belajar dalam tim 3.Tes individu 4.Pemberian skor pengembangan individu 5.Penghargaan tim 1.Ceramah 2.Tanya jawab 3.Evaluasi Post-Test Post-Test Hasil Post-Test ada pengaruh dan terjadi peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran STAD Hasil Post-Test tidak ada perbedaan yang signifikan dengan hasil Pre-test Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

24 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Diduga model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas 4 SD Kristen 01 Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/ Diduga model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Kristen 01 Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas V Nana Sudjana (2002: 22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Tipe STAD 2.1.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Mohamad Nur (2011:1) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Roger dkk 1992 dalam Huda (2012:29) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.Pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Djamarah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan subjek. belajar secara aktif, yang menekan pada penyediaan sumber belajar.

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan subjek. belajar secara aktif, yang menekan pada penyediaan sumber belajar. 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian Pembelajaran IPA Pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan subjek didik/pembelajaran yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu yang termasuk mata pelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar. Terdapat berbagai aspek dalam ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang paling mendasar dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan pendidikan yang baik maka sumber daya manusia juga akan menjadi baik.

Lebih terperinci

758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER DISIPLIN TANGGUNG JAWAB SERTA HASIL BELAJAR IPA Oleh Endang Retnowati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. Sumber daya manusia yang unggul akan mengantarkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang maju dan kompetitif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran merupakan persiapan kita di masa depan, dalam hal ini masa depan kehidupan anak yang ditentukan oleh orang tuanya. Oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan ilmiah. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan di Indonesia peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS 5 SD NEGERI TUNTANG 02 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Konsep Teoretis 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman atau understanding berasal dari kata dasar paham, yang berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Defenisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang diperoleh tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut science. Telah mempengaruhi sebagian besar kehidupan manusia. Setiap warga masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Menurut (Depdiknas RI No. 22, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan proses pembelajaran terkadang terdapat kendalakendala. Salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran adalah motivasi siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikampek Barat III Desa Cikampek Barat Kec. Cikampek Kab. Karawang. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilakukan oleh manusia secara sadar menuju kedewasaan baik mental, emosional, maupun intelektual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang penting diajarkan sejak dini. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR 6 BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA A. Definisi Metode Inkuiri Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori merupakan kerangka acuan yang digunakan untuk dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Pada bagian ini akan dibahas mengenai teori-teori yang dikaji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Slavin (1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.2.1 Pembelajaran IPA di SD a. Latar belakang Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman sendiri. Dengan belajar seseorang akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kelestarian dan kemajuan bangsa. Pada konteks ini, pendidikan bukan hanya sekedar media dalam menyampaikan dan

Lebih terperinci

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII.1 SMPN 7 Kubung dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII.1 SMPN 7 Kubung dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Print ISSN: 2541-3163 - Online ISSN: 2541-3317 Mariani, S.Pd. 1 Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII.1 SMPN 7 Kubung dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Article

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan teknologi di era modern ini. Dalam mempelajari matematika tidak cukup bila hanya dibaca dihafal

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam adalah Ilmu yang merupakan terjemahan katakata dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berhubungan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu alam atau dalam bahasa Inggris disebut natural science atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci