PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sedikitnya telah seabad tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)
|
|
- Herman Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sedikitnya telah seabad tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) mempunyai kedudukan penting dalam kebutuhan hidup manusia akan elastomer karena nilai sosial-ekonominya yang cukup tinggi. Kebutuhan tersebut menyebabkan karet dibudidayakan secara meluas sejak dari negeri asalnya di Brasil, Amerika Latin hingga diintroduksi ke Asia dan Afiika. Saat ini negara produsen karet hevea yang utama antara lain Thailand, Indonesia, Malaysia, Srilanka, dan Papua New Guinea. Industri karet berkembang pesat baik di tingkat bahan baku maupun barang jadi, bukan hanya di negara penghasil karet tetapi juga di negara-negara maju sebagai konsumen. Perkembangan industri karet melibatkan banyak manusia yang menggantungkan hidupnya di sektor ini, mulai dari pertanian, perdagangan maupun perindustrian. Karet alarn merupakan salah satu komoditas ekspor andalan bagi Indonesia, karena menduduki urutan ekspor nonrnigas ketiga setelah kayu dan tekstil. Luas perkebunan karet di Indonesia pada tahun 1996 mencapai ha dengan total produksi tonltahun, yang terdiri atas perkebunan rakyat 84.4%, perkebunan besar negara (PTP Nusantara) 8.7% dan perkebunan besar swasta 6.9% (Ditjenbun, 1996). Saat ini terdapat 20 klon unggul anjuran dan 18 klon unggul harapan hasil pemuliaan (Puslit Karet, 1995). Di samping berlaku spesifik terhadap kondisi agroekosistem tertentu, masing-masing klon mempunyai respons yang berbeda
2 terhadap sistem eksploitasi (suatu sistem yang meliputi tindak penyadapan, frekuensi dan stimulasi; yang dapat dituliskan dalam notasi baku). Oleh karena itu di dalam penerapannya harus menggunakan sistem eksploitasi yang paling tepat. Pada kondisi krisis dewasa ini, peningkatan produksi tanarnan karet merupakan bidang kajian yang makin mendapatkan prioritas terutama karena produktivitas tanaman masih tergolong rendah. Beberapa usaha untuk meningkatkan produktivitas karet di Indonesia telah dilakukan melalui berbagai pola pengembangan, yaitu pola unit pelaksana proyek (PRPTE, PPKR, atau SRDP), perusahaan inti rakyat (PIR) dan pola swadaya berbantuan. Hevea bukan satu-satunya tanaman penghasil karet, karena ada tanaman lain seperti guayule (Parthenium argentantum), rambung (Ficus elastics), dan jelutung (Dyera Spp), namun produksi karet dari hevea memiliki keunggulan komparatif sehingga secara umum lebih menguntungkan. Bahkan meskipun industri maju telah mampu membuat karet sintetik, eksistensi karet alam dari hevea tidak dapat dihilangkan. Komplementasi antara karet alam dan karet sintetik dewasa ini cenderung makin kokoh dibutuhkan dalam berbagai industri. Kelemahan karet sintetik yang paling mendasar dan dimaklumi oleh semua pihak adalah sumber bahannya berasal dari minyak bumi, sehingga tidak memiliki sifat dapat diperbarui (renewable) seperti halnya karet alam khususnya Hevea brasiliensis. Tanaman hevea sebagai penghasil karet tergolong produktif, terlebih setelah melalui masa pembudidayaan yang panjang telah terpilih klon-klon unggul, dan ditilik dari segi morfologi, anatomi, dan fisiologinya, biaya produksi karet dari
3 tanaman hevea lebih rendah dibandingkan dengan tanaman penghasil karet lain. Partikel karet sangat mudah diperoleh dengan penyadapan kulit batang yang mengeluarkan getah (lateks) yaitu cairan atau sitoplasma yang berisi sekitar 30% partikel karet. Pada tanaman hevea, lateks dibentuk dan terakumulasi &lam sel-sel pembuluh lateks yang tersusun pada setiap jaringan bagian tanaman, namun penyadapan yang menguntungkan hanya dilakukan pada kulit batang dengan sistem eksploitasi tertentu. Secara fisiologis produksi lateks yang diperoleh dari hasil penyadapan ditentukan antara lain oleh lamanya lateks mengalir dan kecepatan biosintesis atau regenerasi lateks (Kekwick, 1989). Biosintesis lateks ditentukan oleh ketersediaan bahan dasar pembentuk lateks berupa sukrosa dan oleh aktivitas enzim yang berperan secara langsung, baik pada tahap glikolisis maupun anabolisme partikel karet (cis-poliisoprena) (Jacob & Prevot, 1992). Berhentinya aliran lateks disebabkan oleh adanya koagulasi partikel karet yang menyumbat luka irisan sadap, sebagai akibat dari pecahnya organel di dalam sel pembuluh lateks yang disebut sebagai lutoid dan partikel Frey Wyssling. Organel tersebut akan membebaskan senyawa yang berperan secara langsung sebagai penyebab koagulasi karet. Lutoid selain mengandung protein juga mengandung serum asam, kation bervalensi dua seperti M$+, ca2+ sehingga muatan negatif dari pertikel-partikel karet akan dinetralkan dan menyebabkan te rjadinya koagulasi. Penambahan etepon (2-chloroethyl phosphonic acid, CEPA) sebagai bahan stimulasi yang melepaskan etilen (C2&) pada sistem sadap tertentu, telah umum
4 dilakukan terutama pada perkebunan besar. Aplikasi etepon dimaksudkan untuk menekan biaya eksploitasi clan memperoleh produksi yang tinggi. Narnun setiap klon memiliki respons yang berbeda terhadap intensitas eksploitasi. Intensitas eksploitasi mencakup faktor panjang irisan sadap, fiekuensi sadap dan aplikasi stimulasi etepon. Penggunaan etepon yang berlebihan atau intensitas sadapan yang tinggi misalnya S/1 dl1 (irisan sadap 1 spiral dan dilakukan setiap hari) seperti yang sering tejadi di perkebunan rakyat, biasanya diikuti oleh tingginya jumlah pohon yang mengalami kekeringan alur sadap (KAS) (Darussamin et al., 1995; Siswanto, 1997). Sistem eksploitasi yang baik adalah yang memberikan produksi optimal, tidak menekan perturnbuhan tanarnan, hemat kulit dan biaya murah serta tidak menimbulkan KAS -- yang merupakan gangguan fisiologis sehingga tanaman karet tidak dapat mengalirkan lateks apabila disadap. Diperkirakan kerugian produksi yang diakibatkan oleh KAS setiap tahunnya mencapai Rp 1.7 triliun; yakni pada perkebunan besar negara (PTP Nusantara) Rp 1.4 triliun, perkebunan rakyat Rp 147 milyar dan perkebunan besar swasta Rp 116 milyar (Siswanto, 1998). Untuk penetapan sistem eksploitasi yang optimal dikenal suatu program di perkebunan karet yang disebut sebagai diagnosis lateks (Jacob et al., 1989). Di Indonesia diagnosis lateks belum diterapkan secara luas. Perintisan baru dimulai di perkebunan besar swasta asing, khususnya di Sumatra Utara yaitu pada konsorsiurn PT Lonsum, Socfindo, Sipef dan Goodyear (Sembiring, 1994); sedangkan di perkebunan besar negara (PTP Nusantara) masih pada tahap penyusunan data base. Karakter fisiologi yang diperlukan dalarn diagnosis lateks antara lain adalah total
5 solid content (TSC), ph lateks, kadar sukrosa, kadar fosfat anorganik dan kadar tiol. Karakter fisiologi lain yang diperkirakan penting adalah indeks penyumbatan (plugging index, IP) (Milford, Paardekooper &' Ho, 1969) dan aktivitas enzim superoksida dismutase (Miao& Gaynor, 1993). Pembentukan etilen dalam jaringan tanaman antara lain terjadi karena proses penuaan, pematangan buah, pelukaan, cekaman kekeringan atau penggenangan, dan sebagainya, sudah merupakan fenomena umurn yang diketahui pada berbagai tanaman (Mathooko, 1996; Harrison, 1997). Namun demikian, pembentukan etilen dalam tanaman karet akibat pelukaan sadap atau aplikasi stimulasi oleh sistem eksploitasi masih belum banyak diketahui (Sivakumaran, Pakianathan & Abraham, 1984). Kajian fisiologi perlakuan etepon pada tanaman karet umumnya tidak dikaitkan dengan metabolisme etilen dalam jaringan kulit. Oleh karena itu fenomena respons perubahan kadar etilen endogen terhadap pemberian etepon secara kuantitatif perlu dipelajari secara simultan dengan berbagai karakter fisiologi tanaman karet. Pembentukan etilen endogen dapat diduga melalui pengukuran produksi etilen, kadar ACC ( 1 -aminocyclopropane- 1 -carboxylic acid) sebagai prekursor etilen, dan aktivitas enzim ACC-oksidase sebagai enzim terakhir pembentuk etilen (Paranjothy et al., 1979; Sivakumaran et al., 1984; Dominguez & Vendrell, 1993, Katherisan, 1996). Pengdcuran tersebut penting mengingat ketiganya berada pada penghujung metabolisme etilen, dan merupakan jalur yang berbeda dibandingkan dengan pelepasan etilen langsung dari etepon (eksogen).
6 Peningkatan produksi oleh stimulasi etepon dapat diterangkan oleh pengaruhnya terhadap aliran dan regenerasi lateks. Pengaruh etepon terhadap aliran lateks antara.lain: meningkatkan influks air, sehingga memperluas daerah aliran lateks (Pakianathan et al., 1989), dan meningkatkan kestabilan lutoid sehingga indeks penyumbatan menurun (Jacob, Prevot & Kekwick, 1989). Pengaruh etepon terhadap regenerasi lateks antara lain meningkatkan influks sukrosa melalui ATPase clan pirofosfatase pompa proton sehingga meningkatkan metabolisme lateks serta meningkatkan fosforilasi oksidatif (Jacob et al., 1992; Siswanto, 1993). Untuk menetapkan sistem eksploitasi sesuai dengan jenis klon dan variasi musiman, perlu diidentifikasi faktor pembatas utarna serta kombinasi dari beberapa karder fisiologi sebagai penanda produksi. Karakter fisiologi tersebut hendaknya digunakan secara bersarna-sama karena produksi lateks tidak hanya ditentukan oleh salah satu karakter saja namun ditentukan oleh keseimbangan yang harmonis antara beberapa faktor pembatas yang potensial. Karakter fisiologi yang diarnati adalah yang berkaitan dengan regenerasi dan aliran lateks antara lain kadar sukrosa, fosfat anorganik, tiol, ph lateks, total solid content, atau kadar karet kering (Jacob et al., 1989), indeks penyumbatan (Milford et al., 1969), termasuk etilen dan metabolismenya (Paranjothy et al., 1979; Sivakumaran et al., 1984), serta aktivitas enzim superoksida dismutase Mao & Gaynor, 1993) dan pola pita protein (Darussamin et al., 1995).
7 Perumusan Masalah Sampai saat ini perkebunan karet di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar, masih kurang mempertimbangkan jenis klon maupun variasi musim &lam penerapan sistem eksploitasi. Padahal, kemarnpuan regenerasi lateks berbeda untuk setiap klon dan khususnya ditentukan oleh karakter fisiologi. Hal tersebut mengakibatkan klon yang tampalcnya memiliki produksi rendah tetapi memiliki potensi produksi tinggi, tidak dieksploitasi secara optimal. Sebaliknya klon yang sudah tinggi produksinya, jika masih dilakukan stimulasi berlebihan maka akan memperbanyak tanaman terserang KAS. Variasi musiman dapat mempengaruhi fluktuasi produksi karena adanya pengaruh musim gugur daun tahunan serta perubahan musim kering dan musim hujan. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi musiman beberapa karakter fisiologi tanaman karet akibat stimulasi etilen yang berasal dari etepon, dan mengetahui keterkaitan antara karakter-karakter fisiologi pada lateks maupun etilen endogen pada jaringan kulit terhadap tingkat produksi beberapa klon tanaman karet. Adapun manfaat penelitian maupun perspektif penelitian yang diharapkan antara lain adalah : 1) Hasil kajiap karakter fisiologi dapat digunakan dalam upaya mengoptimalkan sistem eksploitasi tanaman karet secara diskriminatif terhadap jenis klon karet dan variasi musiman.
8 2) Selanjutnya sistem eksploitasi yang tepat berdasarkan sifat suatu klon karet dan variasi musiman akan mendukung tingkat produksi karet yang optimal sekaligus menglundari KAS. 3) Pada tingkat penelitian lebih lanjut dengan antibodi dari protein penanda tingkat produktivitas, dapat dipergunakan untuk menduga potensi produksi Mon karet atau untuk mendeteksi dini tanarnan karet muda hasil persilangan. Hipotesis Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah : 1) Karakter fisiologi tanaman karet berupa kadar karet kering, indeks penyumbatan, ph lateks, kadar sukrosa, kadar fosfat anorganik, kadar ti01 dan aktivitas enzim superoksida dismutase; dapat digunakan untuk menilai tingkat yang optimal suatu sistem eksploitasi. Stimulasi etepon dapat meningkatkan produksi lateks yang diceminkan oleh perubahan karakter fisiologi yang mendukung. 2) Karakter-karakter fisiologi tanarnan karet tersebut memiliki pola respons spesifik berdasarkan perbedaan jenis klon dan variasi musimannya. 3) Stimulasi etepon sebagai generator etilen dapat menginduksi ekspresi tanaman karet dalam sintesis suatu protein tertentu, dan kemudian akan mendukung peningkatan produksi tanaman karet. Protein tersebut berperan sebagai protein penanda tingkat produktivitas.
Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil lateks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dapat memberikan kontribusi dalam devisa negara dari sektor non migas. Karet juga merupakan sumber penghasilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakter Fisiologi Karet a. Pembentukan Karet Biosintesis lateks berlangsung pada sel-sel pembuluh lateks, di dalam jaringan pembuluh lateks pada kulit batang tanaman karet.
Lebih terperinciSISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET
SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET DI SUSUN OLEH: ROBIANTO, SP Latar Belakang Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Karet
Lebih terperinciSTUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300
STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300 SKRIPSI Oleh: FAUZI KURNIA 050307023/PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinci- Agustus 1998), tetapi secara keseluruhan lebih bersifat basah (Gambar 7).
HASEL Kondisi Iltiim dan Mnsim Gugur Daun Sebelum penyajian data pengamatan, terlebih dahulu akan disajilcan data iklim selama penelitian sebagai faktor yang mempengaruhi terjadinya variasi musiman masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unggul yang telah dihasilkan dibagi menjadi empat generasi, yaitu: Generasi-1 ( ) : Seedling selected
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia salah satunya dihasilkan dari pengembangan perkebunan karet. Fungsi dari perkebunan karet tidak hanya sebagai sumber devisa, sumber bahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet
TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini. dari USD 1 menjadi USD 1,25 (Palembang Tribun News, 2016) dan Balai
PENDAHULUAN Latar Belakang Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Saat ini harga karet dunia mulai merangkak naik dari USD 1 menjadi USD 1,25
Lebih terperinciPEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK BARK APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.)
PEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK BARK APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) GIVING ETHEPHON STIMULANT WITH BARK APPLICATION TECHNIQUE TO THE LATEX PRODUCTION
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus:
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut (Setiawan dan Andoko, 2005) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman karet termasuk dalam kelas dicotyledonae, ordo euphorbiales, famili euphorbiaceae, genus hevea dan
Lebih terperinciBotani Tanaman Karet
'I'INJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) merupakan tanaman tahunan (perennial) dari famili Euphorbiaceae penghasil lateks yang telah lama dibudidayakan. Tanaman
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI STIMULAN TERHADAP FISIOLOGI LATEKS BEBERAPA KLON TANAMAN KARET (HEVEA BRASILIENSIS MUELL ARG)
Jurnal Penelitian Karet, 2016, 34 (1) : 13-24 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2016, 34 (1) : 13-24 PENGARUH KONSENTRASI STIMULAN TERHADAP FISIOLOGI LATEKS BEBERAPA KLON TANAMAN KARET (HEVEA BRASILIENSIS
Lebih terperinciJurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN
MENGETAHUI PENGARUH KUALITAS KULIT PULIHAN KLON GT1, PR 300, DAN PR 303 TEHADAP PRODUKSI KARET (Hevea brasiliensis.l) DI KEBUN GETAS SALATIGA Galuh Banowati Pengajar PS Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan ZPT terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilaksanakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama
PENDAHULUAN Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya
Lebih terperinciSubdivisi : Angiospermae, Kelas :Monocotyledoneae, Ordo : Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies : Hevea brassiliensis Muell. Arg.
22 Botani Tanaman Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas :Monocotyledoneae, Ordo : Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan
Lebih terperinciRESPONS KARAKTER FISIOLOGI DAN PRODUKSI LATEKS BEBERAPA KLON TANAMAN KARET TERHADAP STIRlULASI ETILEN
RESPONS KARAKTER FISIOLOGI DAN PRODUKSI LATEKS BEBERAPA KLON TANAMAN KARET TERHADAP STIRlULASI ETILEN PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1999 ya Auu jadjkan aku sebagai orang yang selalu
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai
77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Kegiatan penyadapan dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di wilayah Sukabumi Jawa Barat, tepatnya pada Petak Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan yang sangat prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, karena tanaman ini mampu beradaptasi dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Kehadiran agroforestri sekarang ini semakin dibutuhkan karena mempunyai manfaat yang bersifat ekonomis, sosial dan ekologis. Agroforestri merupakan suatu cabang ilmu
Lebih terperinciPENYADAPAN TANAMAN KARET
PENYADAPAN TANAMAN KARET OLEH SYUKUR, SP, MP WIDYAISWARA MUDA BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2015 ABSTRAK Syukur, SP, MP. 2014. Penyadapan tanaman karet. Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang menggembirakan sejak pertengahan tahun 1997, salah satu penyebabnya karena situasi politik yang kurang rnenggembirakan
Lebih terperinciKARAKTER FISIOLOGI, ANATOMI, PERTUMBUHAN DAN HASIL LATEKS KLON IRR SERI 300
Jurnal Penelitian Karet, 2013, 31 (1) : 1-12 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2013, 31 (1) : 1-12 KARAKTER FISIOLOGI, ANATOMI, PERTUMBUHAN DAN HASIL LATEKS KLON IRR SERI 300 Characters of Physiology, Anatomy,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan WaMu. Bioteknologi Perkebunan (UPBP), AP2I (Ciomas, Bogor, Jawa Barat; 250 m di atas
BAHAN DAN METODE Tempat dan WaMu Kegiatan penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan (UPBP), AP2I (Ciomas, Bogor, Jawa Barat; 250 m di atas permukaan laut) dan di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. mempunyai nilai gizi cukup tinggi (Simatupang et al., 2005). Di antara jenis
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas pangan utama ketiga setelah padi dan jagung. Komoditas kedelai saat ini tidak hanya diposisikan sebagai bahan pangan dan bahan baku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila jatuh dari suatu tempat. Peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Karet Dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus 2.1.2 Morfologi Spesies : Plantae
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas
13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia, Karena, banyak terdapat kegunaan dari tanaman ini, contohnya tanaman menghasilkan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTER SPESIFIK UNGGUL KARET BERDASARKAN. Budi Martono Edi Wardiana Meynarti SDI Rusli KODE JUDUL: X.26
KODE JUDUL: X.26 IDENTIFIKASI KARAKTER SPESIFIK UNGGUL KARET BERDASARKAN METODE SIDIK JARI DNA DALAM MENDUKUNG PRODUKTIVITAS TANAMAN Budi Martono Edi Wardiana Meynarti SDI Rusli Balai Penelitian Tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae
Lebih terperincipenyumbang devisa terbesar di sektor pertanian, oleh karenanya mempunyai peran
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas ekspor penyumbang devisa terbesar di sektor pertanian, oleh karenanya mempunyai peran strategis terhadap perekonomian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Dalam kurung waktu 150 tahun sejak dikembangkannya pertama kalinya, luas areal perkebunan karet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilensis Muell) adalah komoditas utama dalam bidang perkebunan yang merupakan produksi non migas dan menjadi sumber devisa negara yang cukup
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan ketiga sebagai sumber karbohidrat bagi masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ditinjau dari letak geografisnya, Negara Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan memiliki sumber daya alam yang kaya serta tanah yang subur. Oleh karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman tahunan dengan bentuk pohon batang lurus. Bagian yang dipanen dari tanaman karet adalah getah atau lateks. Lateks tanaman karet banyak digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet memiliki system perakaran tunggang dan perakaran. tumbuh menyebar secara horizontal yang cukup dalam (Ali, 2007).
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Karet 1. Akar (radix) Tanaman karet memiliki system perakaran tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang tanaman karet menembus ke dalam tanah menuju pusat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan tanaman pangan potensial masa depan karena mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain mengandung
Lebih terperinciAKTIVITAS SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD) DAN FISIOLOGI LATEKS PADA TANAMAN KARET
AKTIVITAS SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD) DAN FISIOLOGI LATEKS PADA TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) PB260 DAN RRIM 921 KERING ALUR SADAP (KAS) PARSIAL DENGAN PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH SKRIPSI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang secara ekonomis menguntungkan dan mempunyai prospek pasar yang luas. Bawang merah digemari oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia sebagai sumber utama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan utama ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Ubi kayu yang berasal dari Brazil,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia sebagai tanaman penghasil minyak nabati yang produktivitasnya lebih
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. Khususnya Indonesia kontribusi sebesar 26 persen dan total produksi karet alam dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN SARAN
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN I Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap berbagai data dan informasi yang dikumpulkan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pangsa TSR Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman karet Pohon karet pertama kali tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara,dimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Cabe merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hortikultura yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Cabe merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hortikultura yang penting di Indonesia. Buah cabe memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga banyak
Lebih terperinciCharloq 1) Hot Setiado 2)
ANALISIS STRES AIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET UNGGUL (Hevea brasiliensis Muell. Arg) (Water Stress Analysis on the Growth of the Excellent Rubber Varieties) Charloq 1) 2) 1) Staf pengajar PS Agronomi,
Lebih terperinciBuletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) dan Penentuan Kadar Karet Kering (KKK) dengan Variasi Temperatur Pengovenan di PT. Djambi Waras Jujuhan Kabupaten Bungo, Jambi Dewi Pusari*, Sri Haryanti*
Lebih terperinciTIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH
EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA
IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA 4.1 Sejarah Singkat Karet Alam Tahun 1943 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung
Lebih terperinciPENYAKIT BIDANG SADAP
PENYAKIT BIDANG SADAP KERING ALUR SADAP (KAS) Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang relative terselubung, karena secara morfologis tanaman tampak sehat, malah seringkali menampakkan pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan produsen karet alam nomor dua di dunia setelah Thailand. Produksi karet alam Indonesia tahun 2007 mencapai 2,55 juta ton dengan luas lahan perkebunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka
Lebih terperinciKeragaan dan Hubungan Berbagai Komponen Hasil Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) pada Dua Populasi Hasil Persilangan PB 260 dengan PN
Keragaan dan Hubungan Berbagai Komponen Hasil Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) pada Dua Populasi Hasil Persilangan PB 260 dengan PN Performance and Correlation of Rubber Tree Yield Components
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan, terutama setelah berkembangnya kawasan industri baik dari sektor pertanian maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords : plant growth regulator,plant physiology, rubber, SOD ABSTRAK
Aktivitas Superoksida Dismutase dan Fisiologi Lateks Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) PB260 dan RRIM 921 Kering Alur Sadap Parsial dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh The Activities of Superoxide
Lebih terperinciPENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN Karet merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting di Indonesia dalam penunjang perekonomian negara. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat ke-2 penghasil karet terbesar di dunia.
Lebih terperinciPENGGUNAAN STIMULAN SEJAK AWAL PENYADAPAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI KLON IRR 39
Jurnal Penelitian Karet, 2013, 31 (2) : 117-126 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2013, 31 (2) : 117-126 PENGGUNAAN STIMULAN SEJAK AWAL PENYADAPAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI KLON IRR 39 Stimulant Application
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciANALISIS DINAMIKA DAYA HASIL LATEKS BEBERAPA GENOTIPE KARET HARAPAN PP/07/04 TERHADAP PERUBAHAN MUSIM SAYURANDI
ANALISIS DINAMIKA DAYA HASIL LATEKS BEBERAPA GENOTIPE KARET HARAPAN PP/07/04 TERHADAP PERUBAHAN MUSIM SAYURANDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
Lebih terperinciPengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap pada Produksi Lateks Tanaman Karet Seedling (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)
Muhtaria: Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap... Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap pada Produksi Lateks Tanaman Karet Seedling (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) (The Effects
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.
19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN STIMULAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP HASIL LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) KLON PB 260 ARTIKEL ILMIAH
PENGARUH PEMBERIAN STIMULAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP HASIL LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) KLON PB 260 ARTIKEL ILMIAH PUJI RAHAYU D1A013122 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Karet 1. Akar (radix) Tanaman karet memiliki system perakaran tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang tanaman karet menembus ke dalam tanah menuju pusat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Sementara itu areal pertanian produktif di daerah padat penduduk terutama di Jawa terus menyusut akibat
Lebih terperinciMenimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)
Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, karena ubi kayu memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia. Di Indonesia,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman
PENDAHULUAN Latar Belakang Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama gambir (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir
Lebih terperinciPRODUKSI DAN KUALITAS LATEKS PADA BERBAGAI JARAK TANAM TANAMAN KARET. Jl. Slamet Riyadi, Broni Jambi Telp
PRODUKSI DAN KUALITAS LATEKS PADA BERBAGAI JARAK TANAM TANAMAN KARET Hayata 1*, Yuza Defitri 1 dan Afrozi 2 1 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jl. Slamet Riyadi, Broni
Lebih terperinciPENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan
PENDAHULUAN Latar belakang Kakao adalah salah satu komoditas unggulan perkebunan yang prospektif serta berpeluang besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena sebagian besar diusahakan melalui
Lebih terperinciVIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang
VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang
1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang asalnya bukan asli dari Indonesia tetapi menjadi sangat terkenal di Indonesia.
Lebih terperinciAGROVIGOR VOLUME 9 NO. 1 MARET 2016 ISSN
AGROVIGOR VOLUME 9 NO. 1 MARET 2016 ISSN 1979 5777 73 Potensi Polyethylene Glycol (PEG) Sebagai Stimulan Lateks Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg) Mochlisin Andriyanto 1* dan Muhamad Rizqi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Indikator pertumbuhan dan produksi bayam, antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil getah ini. Usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian
Lebih terperinciPENGGUNAAN STIMULAN GAS ETILEN PADA TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) Ethylene Gas Application In Rubber Trees (Hevea Brasiliensis)
PENGGUNAAN STIMULAN GAS ETILEN PADA TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) Ethylene Gas Application In Rubber Trees (Hevea Brasiliensis) Junaidi, Atminingsih dan Tumpal HS Siregar Balai Penelitian Sungei Putih,
Lebih terperinciANALISIS DAYA HASIL LATEKS DAN HERITABILITAS KARAKTER KUANTITATIF DARI BEBERAPA GENOTIPE KARET PP/07/04
Jurnal Penelitian Karet, 016, 34 (1) : 1-1 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 016, 34 (1) : 1-1 ANALISIS DAYA HASIL LATEKS DAN HERITABILITAS KARAKTER KUANTITATIF DARI BEBERAPA GENOTIPE KARET PP/07/04 Latex
Lebih terperinci(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)
Karet memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas ini merupakan salah satu penghasil devisa utama dari sektor perkebunan dengan nilai ekspor sekitar US$ 11.8 milyar pada tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang berfungsi sebagai sumber devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis
Lebih terperinci