BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Johan Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakter Fisiologi Karet a. Pembentukan Karet Biosintesis lateks berlangsung pada sel-sel pembuluh lateks, di dalam jaringan pembuluh lateks pada kulit batang tanaman karet. Metabolisme pembentukan partikel karet (poliisoprena) melalui siklus asam mevalonat yang sangat rumit. Partikel karet itu sendiri terdiri dari 90% berat kering lateks atau 35-50% dari berat segar (Jacob et al., 1997). Tahapan pembentukan glukosa dapat dibedakan atas 4 tahap yakni: 1. Dimulai dari sebuah molekul CO 2 dikonversi dari bentuk inorganiknya menjadi molekul organik melalui pengikatan gula 5C (ribulose bisphosphate atau RuBP). Dikatalisasi oleh enzim RuBP carboxilase (Rubisco) sehingga terbentuk gula 6C, senyawa ini pecah menjadi 3-phosphoglicerate. 2. Tiap molekul 3-phosphoglicerate menerima tambahan grup fosfat sehingga terbentuk 1,3- Bisphosphoglicerate (fosforilasi ATP). 3. Kemudian NADPH dioksidasi dan elektron yang ditransfer ke 1,3-Bisphosphoglicerate memecah molekul dengan tereduksi menjadi gliceraldehide 3-phosphate menjadi bahan untuk pembentukan glukosa. 4. Tahap terakhir dari siklus ini adalah regenerasi RuBP. gliceraldehide 3-phosphate dikonversi 10 menjadi RuBP melalui sebuah seri reaksi yang melibatkan fosforilasi molekul oleh ATP. Pada proses pembentukan karet, terdapat 2 tahap utama yaitu : a. Glikolosis 1. Glikolisis adalah proses pembentukan glukosa menjadi glukosa - 6 fosfat. 2. Selanjutnya glukosa - 6 fosfat dipecah menjadi Fruktosa 1,6 difosfat.
2 3. Lalu membentuk 3 fosfogliseraldehid (PGAL). 4. Pada akhir proses glikolisis diperoleh 3 molekul glukosa yaitu 2 molekul asam piruvat dan 2 molekul NADH, lalu molekul ini merupakan prekusor utama dari cispoliisoprena dengan pembentukan energi biokimia berupa ATP serta akumulasi senyawa pereduksi NAD(P)H. yang berfungsi sebagai sumber elektron berenergi tinggi dan 2 molekul ATP. 5. Dan selanjutnya menjadi molekul asetat atau asetil-coa dan membentuk energi (ATP & NAD(P)H. b. Anabolisme poliisoprena 1. Asetil-CoA yang dihasilkan dari glikolisis selanjutnya akan menghasilkan isopentenil pirofosfat (IPP) dengang energi ATP & NADPH Selanjutnya Isopentenil pirofosfat dikatalis oleh enzim isopentenil-difosfat isomerase membentuk dimetilalil pirofosfat (DMAPP). 3. Dan enzim preniltransferase membentuk dimetilalil pirofosfat (DMAPP) dan IPP membentuk partikel karet. (Taiz & Zeiger 1998). b. Pengaliran Lateks Tekanan turgor merupakan tekanan isi sel dengan dinding sel. Jumlah isi sel berpengaruh pada besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Tekanan turgor akan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar air. Tekanan turgor yang besar akan meningkatkan aliran lateks yang keluar dari pembuluh lateks (Gomez, 1983). 11 Lateks berada dalam pembuluhnya pada tekanan turgor atm. Pada waktu penyadapannya, lateks mengalir karena tekanan turgor di dalam sel lebih besar dari pada tekanan di luar sel. Segera setelah pohon disadap, tekanan turgor menurun dan air dari sel - sel tetangga menembus dinding pembuluh lateks sehingga lateks mengalir pada irisan
3 sadap. Lateks mengalir karena tekanan turgor di dalam sel lebih besar dari pada tekanan di luar sel. Setelah lateks mengalir, tekanan turgor dalam pembuluh akan menurun, kemudian dinding sel mengkerut dan sebagian pecah. Pada waktu yang bersamaan air dari dinding sel keluar dan untuk menjaga keseimbangan air tanaman, dengan cara air masuk ke dalam pembuluh lateks untuk pemulihan keseimbangan tekanan yang terganggu akibat penyadapan (Lacrotte, 1989). Atas dasar temuan fisika dan kimia itu penyadapan sebaiknya dilakukan saat tekanan turgor masih tinggi, yaitu belum terjadi pengurangan isi sel melalui transpirasi. Peningkatan intensitas sinar matahari, akan menyebabkan membukanya stomata yang akan mempercepat transpirasi. Lamanya aliran lateks ditentukan oleh besarnya tekanan turgor dalam pembuluh lateks dan koagulasi pada alur sadap. Pada saat tanaman karet disadap tekanan turgor tetap dipertahankan meskipun kandungan air di jaringan menurun. Hal ini terjadi melalui penurunan potensial osmotik daun yang disebut penyesuaian osmotik. Penyesuaian osmotik dapat dilakukan melalui akumulasi atau sintesis zat terlarut yang menurunkan potensial solut dan mempertahankan turgor sel (Milford,1969). Kandungan osmotikum yang tinggi dalam lateks seperti sukrosa, kuebrakitol, ion mineral, serta tersedianya air yang cukup merupakan kondisi ideal agar tekanan turgor mencapai maksimum. Kondisi tersebut memungkinkan berlangsungnya aliran lateks yang cukup lama serta indeks 12 penyumbatan (plugging index) rendah sehingga produksi meningkat (Sumarmadji dan Atminingsih, 2013). Floem pada kulit karet tidak hanya berfungsi sebagai tempat sintesis lateks, tetapi juga sebagai saluran untuk transpor asimilat dari daun ke seluruh tanaman. Tinggi
4 rendahnya aliran lateks bergantung pada jenis klon, panjang irisan sadap, interval penyadapan dan pemberian stimulan. Semakin pendek irisan, tekanan aliran lateks makin tinggi karena semakin pendek irisan gangguan terhadap angkutan asimilat semakin kecil (Suhermanto dan Sumarmadji, 2005). Hal sama juga dinyatakan Sumarmadji (2005) bahwa panjang irisan S/3U d2.et.2.5% lebih baik dari kontrol S/2 d2 tanpa stimulan. Pada bagian lain, Sumarmadji et al.,(2009) menyatakan tidak didapati perbedaan yang nyata antara irisan Sc20U d3 ET2.5%.Pa0.5.18/y (2w) dan S/4U d3 ET2.5%Pa0.5.18/y (2w) dengan sistem S/2 d3.et2.5%.ga1.0 9/y (m). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Woelan et al., (2012) pada klon IRR 202, 208, 210 dan 220 yang tergolong sebagai klon QS respons terhadap interval penyadapan rendah, sedangkan klon IRR 213 dan 214 sebagai klon SS respon terhadap interval penyadapan tinggi Histologis Kulit Tanaman Karet Lateks didapati pada hampir di semua bagian organ tanaman karet seperti batang, daun, bunga, buah, dan akar, tetapi paling banyak didapati pada pembuluh lateks berada di jaringan kayu pada bagian kulit batang (Siregar, 1995). Lateks diperoleh dengan cara disadap atau melukai kulit batang tanaman karet hingga pembuluh latisifer terbuka Pada penampang melintang kulit karet, dibagian tengah terdapat jaringan kayu (xylem) yang dilapisi oleh kambium, sedangkan bagian luar dijumpai kulit lunak, menyusul kulit keras. Pada bagian luar dari penampang melintang tersebut terdapat sel gabus, yang dapat dibedakan dari 13 lapisan lainnya. Pada bagian dalam kulit lunak tersebut terdapat sederetan pembuluh tapis atau floem (Gambar 2.1).
5 Pembuluh lateks merupakan suatu sistem pembuluh berupa pipa saluran di dalam jaringan floem yang halus dan berada dekat dengan kambium. Secara anatomi, proses awal terbentuknya pembuluh lateks melalui pembentukan sel tunggal, kemudian diikuti dengan pembentukan jaringan pembuluh ( Jacob et al.,1989) Kulit keras Kulit Lunak Pembuluh Lateks Pembuluh Tengah Gabus Kambium Gabus Kambium Sel Batu Sumber : Jacob et al., 1989 Gambar 2.1. Penampang Kulit Karet Ketebalan kulit karet dan jumlah baris pembuluh lateks semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, walaupun terdapat perbedaan penyebaran pembuluh lateks setiap jenis klon. Pada umumnya sekitar 30-40% pembuluh lateks terletak pada jarak 1 mm dari kambium. Jumlah pembuluh lateks akan menurun dengan semakin jauh dari kambium (Jacob et al., 1989). D Auzac dan Jacob (1989) juga menemukan hal yang sama, yakni semakin dekat dengan kambium maka pembuluh lateks akan lebih kecil, dengan ukuran 30 µm. Penelitian Santoso (1994) pada 11 jenis klon menyimpulkan bahwa PB 28/59 memiliki jumlah pembuluh lateks lebih tinggi dibandingkan dengan RRIM 600, PR 107, AVROS 2037, GT1 dan RRIM Hasil pengamatan Mesquita et al., (2006) menyatakan bahwa pembuluh lateks dari beberapa klon karet menunjukkan bahwa pada klon RRIM memiliki produksi, panjang sel
6 pembuluh, jumlah cincin dan diameter pembuluh lebih tinggi dibanding klon GT1 dan Fx2261, semakin besar diameter pembuluh lateks, semakin banyak sel pembuluh dan jumlah cincin sehingga menyebabkan semakin tingginya produksi (Tabel 2.1). Tabel 2.1. Pengamatan Histologi Pembuluh Lateks beberapa Klon Karet Klon Produksi gp -1 s -1 Sel pembuluh mm -2 Jumlah cincin pembuluh mm -2 Diameter pembuluh (μm) RRIM a 126,96 a 4,12 a 34,38 a GT1 23,32 b 68,22 b 2,45 ab 28,28 ab Fx2261 4,7 c 47,64 b 2,48 b 27,36 b Sumber : Mesquita et al Hal ini sejalan dengan pernyataan de Fay dan Jacob, (1989) yang menyatakan bahwa jumlah baris pembuluh lateks pada prinsipnya merupakan ciri khas suatu klon dan setiap klon karet bervariasi dalam jumlah dan susunan pembuluh lateks. Siregar (1995) menambahkan, bahwa pembuluh lateks berbentuk silindris dengan ukuran dan jumlah yang bervariasi tergantung pada klonnya. Hal ini yang menyebabkan perbedaan potensi produksi antar klon karet. Perkembangan pembuluh lateks tergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman, dan faktor lain seperti kepadatan tanaman dan status hara. Pada tanaman karet umur kurang dari 5 tahun (0-5) pembuluh lateks jaraknya 4-5 mm dari kambium, sedangkan umur 5 tahun (5-10), jarak pembuluh lateks masih dekat dengan kambium, tetapi belum melebar sampai kambium. Pada karet umur 25 tahun sudah 75% pembuluh lateks tersebar merata hingga sangat dekat dengan kambium. Santoso (1994), melaporkan bahwa lateks yang keluar dari karet muda lebih sedikit mengandung kadar karet kering dibandingkan dengan lateks yang keluar tanaman
7 15 berumur 5-10 tahun. Hal ini disebabkan lateks yang berasal dari karet muda lebih banyak mengandung air, sehingga proses penggumpalan lateks menjadi lebih lama dan viskositas lateksnya rendah. Pada tanaman semaian (seedling), semakin keatas batang karet berbentuk conis. Semakin tinggi pohon semakin tipis kulitnya. Pembuluh lateks yang dimiliki juga semakin sedikit. Berbeda halnya jika diamati dari atas ke bawah. Bagian bawah kulit batang karet lebih tebal dibandingkan dengan bagian atasnya, sehingga jumlah pembuluh lateks lebih banyak daripada bagian atas. Pada umumnya tanaman yang berasal dari okulasi (klon), batangnya berbentuk silindris, sehingga ketebalan kulit di atas pertautan okulasi tidak memiliki perbedaan jumlah pembuluh lateks pada bagian atas dan bawah (Santoso 1994 ) Stimulan Cair dan Gas Dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman karet, penelitian sistem eksploitasi terus dilakukan untuk mencari metode yang paling tepat untuk menghasilkan produksi yang tinggi dengan terhindar dari stres. Salah satu upaya yang sering dilakukan untuk meningkatkan produksi tersebut adalah dengan menggunakan stimulan (Sumarmadji, 2009). Hal ini juga dijelaskan oleh Junaidi dan Karyudi (2010) bahwa pemakaian stimulan pada pohon karet dewasa, sudah merupakan bagian integral dari sistem sadap terutama pada perkebunan besar. Stimulan merupakan formula yang dibuat dengan berbagai vitamin dan zat pengatur tumbuh yang akan mempengaruhi laju aliran lateks. Bahan aktif untuk stimulan cair yang umum digunakan adalah etefon (2-chloroethyl phosponic acid (Gambar 2.2).
8 16 0C 2H 4Cl 0 0 0H ClC 2H 4 P + HCl ClC 2H 4 P 0H 0H 2-chloroethyl phosphonic acid + CL 2H 4Cl Ethylene dichlorida Gambar 2.2. Rumus Kimia Ethylen Mekanisme kerja stimulan cair diawali dengan terhidrolisisnya etepon menghasilkan gas etilen, yang kemudian diserap oleh pembuluh lateks. Gas etilen tersebut akan mendorong stabilitas lateks untuk mengalir lebih lama (misalnya dari 3-4 jam menjadi 9-10 jam), sehingga produksi lateks harian dapat meningkat khususnya pada klon yang responsif. Pemberian stimulan berpengaruh terhadap fisiologis tanaman karet antara lain: 1). membuat dinding sel elastis, 2). mempercepat dan meningkatkan aktivitas enzim dalam biosintetis lateks, dan 3). membuat daerah aliran lateks menjadi semakin cepat. Ketiga peran stimulan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan aliran lateks sehingga lateks yang dihasilkan lebih banyak (Eschbach dan Lacrotte, 1989). Penggunaan stimulan sangat penting untuk memperpanjang lama aliran lateks pada tanaman karet. Stimulan dapat meningkatkan produksi lateks dengan cara memperlama aliran lateks, karena penyumbatan pembuluh lateks dapat ditekan (Jacob et al.,1989).
9 17 Tabel 2.2. Karakteristik Stimulan Cair dan Gas Stimulan (+) Kelebihan (-) Kekurangan Cair - Peningkatan produktivitas tanaman - Harga relatif lebih rendah - Mudah diaplikasikan ke tanaman - Stres terhadap tanaman lebih rendah dibandingkan stimulan gas - Pengenceran memerlukan waktu, bahan pengencer, dan dengan tingkat homogenitas yang belum tepat. - Resiko KAS Gas - Peningkatan produktivitas tanaman lebih tinggi dari stimulan cair. - Irisan pendek (1/4S - 1/8) sehingga menghemat konsumsi kulit. - Menghemat tenaga penyadap karena ukuran ancak sadap lebih besar. - Terjadi kebocoran pada aplikator. - Penertiban Alur Sadap. - Pemindahan Aplikator yang terlambat. - Letak aplikator terlalu tinggi. - Stimulan yang berlebihan dapat menginduksi penyimpangan proses metabolisme seperti penebalan kulit batang nekrosis, terbentuknya retakan kulit dan timbulnya bagian tidak produktif pada irisan sadap. - KKK rendah. - Perkembangan lilit batang terhambat. - Tekanan terhadap tanaman lebih tinggi dibandingkan stimulan cair - Resiko KAS tinggi. Hal ini sejalan hasil penelitian (Yew, 1989), pemberian stimulan dapat meningkatkan produksi mencapai 50%, dibandingkan tanpa penggunaannya. Rajagopal et al., (2004) menambahkan penggunaan stimulan dapat meningkatkan produksi lateks sekitar 18-29%. Jetro dan Simon (2007) menambahkan pemberian stimulan etefon 5% akan meningkatkan sukrosa dan tidak menimbulkan KAS. Selain stimulan cair, sistem sadap pada tanaman karet dapat juga menggunakan stimulan gas. Penggunaan stimulan gas telah sejak lama diperkenalkan, akan tetapi penggunaanya di kalangan pekebun karet tidak sebanyak stimulan cair karena harganya relatif lebih mahal.
10 18 Stimulan gas memberikan stres yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan stimulan konvensional. Beberapa kasus dijumpai di tingkat pengguna ketika pemakaian stimulan gas yang tidak terkendali dan tidak sesuai prosedur menyebabkan peningkatan kering alur sadap (KAS). Karakteristik dari stimulan cair dan gas tertera pada Tabel 2.2. (Junaidi et al., 2010). Pada stimulan cair, aplikasi sesuai perlakuan masih perlu dilakukan pengenceran, karena kosentrasi yang diperdagangkan hanya 10%. Pengenceran menjadi 2,5% dan 5% memerlukan waktu, bahan pengencer dan tingkat homogenitas yang belum tepat. Pada sisi lain, stimulan cair ini memiliki harga yang relatif lebih murah sehingga mudah diperoleh. Stimulan gas merupakan senyawa etilen tidak harus melalui proses hidrolisis terlebih dahulu sebelum digunakan, sehingga dapat langsung diaplikasikan ke jaringan tanaman. Karyudi et al., (2006) menyatakan penggunaan gas etilen dapat meningkatkan produktivitas rata rata %, karena stimulan dengan bahan aktif gas etilen diserap langsung oleh tanaman karet dengan jumlah yang lebih banyak. Hasil penelitian Sainoi dan Sdoodee (2011) pada berbagai sistem eksploitasi ditemukan hubungan perlakuan S/6 d3 6d/7 ETG 99% 36/y (9d) diperoleh hasil tertinggi. Pemakaian stimulan gas akan meningkatkan produksi, menghemat konsumsi kulit dan menurunkan biaya tenaga kerja sehingga keuntungannya maksimum. Semakin pendek irisan sadap yang dikombinasikan dengan stimulant, maka semakin tinggi produksi, bila dibandingkan dengan irisan panjang tanpa stimulan. Hal ini sejalan dengan penelitian Karyudi et al., (2006), Rodrigo et al., (2006) dan Obouyeba et al., (2009) penggunaan stimulan yang dikombinasikan dengan irisan sadap pendek yaitu sekitar (S/4 - S/8), meningkatkan produktivitas tanaman dan diharapkan dapat menghemat pemakaian kulit. Hasil penelitian Junaidi (2013) penggunaan stimulan gas
11 (S/2Ud3 + stimulan gas) dapat meningkatkan produktivitas tanaman mencapai % dibandingkan dengan stimulan cair. 19 Kesalahan aplikasi stimulan dan sistem sadap karet, akan menimbulkan dampak terhadap produksi yang semakin menurun dan singkatnya umur ekonomi tanaman. Sumarmadji dan Atmaningsih, (2013) menyatakan kesalahan dalam sistem eksploitasi seperti panjang irisan dan frekuensi sadap, serta aplikasi stimulant dalam jangka panjang akan menurun produktivitas, sekaligus mempersingkat umur ekonomis. Penggunaan stimulan yang berlebihan dapat menginduksi penyimpangan proses metabolisme, seperti penebalan kulit batang, nekrosis, terbentuknya retakan pada kulit, dan timbulnya bagian tidak produktif pada irisan eksploitasi (Paranjothy et al.,1979). Pemakaian etepon yang melampaui kebutuhan juga mengakibatkan berhentinya aliran lateks yang disebabkan oleh koagulasi partikel karet yang dikenal dengan istilah KAS (Tistama 2009). Gambar 2.3. Fisiologi etilen terhadap penundaan penggumpalan pada pembuluh lateks dan masa aliran lateks. Dimodifikasi dari Escbach dan Lacrotte, (1989).
12 20 Keutamaan dari etefon adalah potensi kemampuannya melepas etilen kejaringan floem melalui proses hidrolisis (Gambar 2.3). Etilen cenderung menstimulasi pompa proton H + /sukrosa yang mengaktifkan transport gula ke dalam sel - sel pembuluh lateks. Etilen mengaktifkan pompa - pompa proton ATP ase dan P ase maka ph disekitar serum lutoid asam (asidifikasi) dan ph disekitar sitosol basa (basifikasi), sehingga lutoid stabil. Peran stabilisasi lutoid sangat penting karena jika lotuid pecah, maka kation - kation akan bereaksi dengan partikel karet yang bermuatan negatif sehingga terjadi koagulasi.proses koagulasi menyebabkan lateks berhenti menetes (Jacob et al., 1992) Hipotesis penelitian 1. Terdapat perbedaan karakter anatomi, morfo- fisiologi lateks dan hasil pada klon PB 260 dan BPM 1 umur 15 tahun. 2. Terdapat pengaruh sistem sadap, aplikasi stimulan terhadap fisiologi lateks klon BPM 1 dan PB 260.
BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dapat memberikan kontribusi dalam devisa negara dari sektor non migas. Karet juga merupakan sumber penghasilan
Lebih terperinciTanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil lateks
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut (Setiawan dan Andoko, 2005) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman karet termasuk dalam kelas dicotyledonae, ordo euphorbiales, famili euphorbiaceae, genus hevea dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus:
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet
TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan
Lebih terperinciTIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH
EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran
Lebih terperinciSISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET
SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET DI SUSUN OLEH: ROBIANTO, SP Latar Belakang Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Karet
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Sedikitnya telah seabad tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)
PENDAHULUAN Latar Belakang Sedikitnya telah seabad tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) mempunyai kedudukan penting dalam kebutuhan hidup manusia akan elastomer karena nilai sosial-ekonominya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini. dari USD 1 menjadi USD 1,25 (Palembang Tribun News, 2016) dan Balai
PENDAHULUAN Latar Belakang Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Saat ini harga karet dunia mulai merangkak naik dari USD 1 menjadi USD 1,25
Lebih terperinciorganel yang tersebar dalam sitosol organisme
STRUKTUR DAN FUNGSI MITOKONDRIA Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang tersebar dalam sitosol organisme eukariot. STRUKTUR MITOKONDRIA Ukuran : diameter 0.2 1.0 μm panjang 1-4 μm mitokondria dalam
Lebih terperinciJurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN
MENGETAHUI PENGARUH KUALITAS KULIT PULIHAN KLON GT1, PR 300, DAN PR 303 TEHADAP PRODUKSI KARET (Hevea brasiliensis.l) DI KEBUN GETAS SALATIGA Galuh Banowati Pengajar PS Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik
Lebih terperinciSMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses
Lebih terperinciMETABOLISME 2. Respirasi Sel Fotosintesis
METABOLISME 2 Respirasi Sel Fotosintesis Jalur Respirasi Aerobik dan Anaerobik Rantai respirasi Fotosintesis Fotosintesis merupakan proses sintesis molekul organik dengan menggunakan bantuan energi
Lebih terperinciSecara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI
Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria
Lebih terperinciGiant Panda (Ailuropoda melanoleuca)
Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca) METABOLISME merupakan keseluruhan reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Transformasi energi selalu mengikuti setiap proses metabolisme. Transformasi
Lebih terperinciPENYADAPAN TANAMAN KARET
PENYADAPAN TANAMAN KARET OLEH SYUKUR, SP, MP WIDYAISWARA MUDA BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2015 ABSTRAK Syukur, SP, MP. 2014. Penyadapan tanaman karet. Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan
Lebih terperinciPOLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN
POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN Kriteria matang sadap Tanaman karet dapat disadap apabila telah memenuhi kriteria matang sadap pohon dan matang sadap kebun, yaitu: a. Matang sadap pohon - Umur tanaman
Lebih terperinciSISTEM EKSPLOITASI OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN TANAMAN KARET
SISTEM EKSPLOITASI OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN TANAMAN KARET Potensi produksi lateks beberapa klon anjuran yang sudah dilepas disajikan pada Gambar di bawah ini Produksi lateks beberapa Klon anjuran (***,**
Lebih terperinciTabel Perbedan Reaksi terang dan Reaksi gelap secara mendasar: Tempat membran tilakoid kloroplas stroma kloroplas
Tabel Perbedan Reaksi terang dan Reaksi gelap secara mendasar: Reaksi Terang Reaksi Gelap Tempat membran tilakoid kloroplas stroma kloroplas Kebutuhan Cahaya membutuhkan cahaya tidak membutuhan cahaya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet
3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm
Lebih terperinciREAKSI GELAP DAN FOTORESPIRASI. terang. Reaksi gelap sering disebut dengan istilah daur Benson-Calvin, hal ini
REAKSI GELAP DAN FOTORESPIRASI A. Reaksi Gelap Reaksi gelap merupakan bagian dari reaksi fotosintesis yang dalam prosesnya tidak membutuhkan energi cahaya. Reaksi ini terjadi setelah reaksi terang. Reaksi
Lebih terperinciMetabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2
Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida
Lebih terperinciSecara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI
Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan ZPT terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilaksanakan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim yang disertai peningkatan temperatur dunia yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB IV METABOLISME. Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi.
BAB IV METABOLISME Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi METABOLISME ANABOLISME Proses Pembentukan Contoh: Fotosintesis, Kemosintesis Sintesis
Lebih terperinciPEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK BARK APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.)
PEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK BARK APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) GIVING ETHEPHON STIMULANT WITH BARK APPLICATION TECHNIQUE TO THE LATEX PRODUCTION
Lebih terperinciHUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan
Lebih terperinci4. Respirasi aerob menghasilkan produk berupa A. sukrosa B. glukosa C. CO D. oksigen
1. Pada respirasi terjadi proses pemakaian karbohidrat menjadi piruvat yang disebut... A. siklus Krebs B. siklus Calvin C. fermentasi D. glikolisis E. fiksasi Pada proses glikolisis, glukosa (C6) di pecah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unggul yang telah dihasilkan dibagi menjadi empat generasi, yaitu: Generasi-1 ( ) : Seedling selected
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia salah satunya dihasilkan dari pengembangan perkebunan karet. Fungsi dari perkebunan karet tidak hanya sebagai sumber devisa, sumber bahan
Lebih terperinciKULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN
KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis
Lebih terperinciPerbedaan Transpirasi dengan. Evaporasi
TRANSPIRASI Definisi Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan
Lebih terperinciRESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi
RESPIRASI SELULAR Cara Sel Memanen Energi TIK: Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan cara sel memanen energi kimia melalui proses respirasi selular dan faktorfaktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciREVISI DAN PROPOSISI MIKRO TEKS DASAR
REVISI DAN PROPOSISI MIKRO TEKS DASAR Ria mahardika 109016100072 No Teks Dasar Revisi Proposisi Mikro 1. Pertumbuhan Sekunder Batang Kambium Pembuluh dan Pembentukan Jaringan Pembuluh Sekunder. Kambium
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia dan sejak ratusan tahun yang lalu jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau
Lebih terperinciHUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan
Lebih terperinciPENGHALUSAN TEKS DASAR
PENGHALUSAN TEKS DASAR Ria Mahardika 109016100072 Unit Enam Bab: Bentuk dan fungsi tumbuhan Sub Bab: Struktur dan pertumbuhan tumbuhan Sub Sub Bab: Pertumbuhan tumbuhan Sub Sub Sub Bab: Pertumbuhan sekunder:
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Kegiatan penyadapan dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di wilayah Sukabumi Jawa Barat, tepatnya pada Petak Penelitian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Karakterisitik Benih Kedelai Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji berkisar 18 g/ 100 biji. Warna kulit biji kuning muda dan
Lebih terperinciMETABOLISME SEL; Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA Kupang, 2015
Fotosintesis & Respirasi Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA Kupang, 2015 Materi Kuliah Biologi Dasar. Jurusan Biologi FST Universitas Nusa Cendana. 2015 Pengertian METABOLISME SEL; Fotosintesis
Lebih terperinci2.1.3 Terjadi dimana Terjadi salam mitokondria
2.1.1 Definisi Bioenergetika Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini diikuti oleh pelepasan energi selama
Lebih terperinciBIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt
BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel
Lebih terperinciDOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si
DISUSUN OLEH : WIDIYA AGUSTINA (A1F013001) FEPRI EFFENDI (A1F013021) DIAN KARTIKA SARI (A1F013047) DHEA PRASIWI (A1F013059) TYAS SRI MURYATI (A1F013073) DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si RESPIRASI Respirasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan
4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan
Lebih terperinciLampiran 1. Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks Klon BPM 1 dan PB 260 KLON Jumlah Pembuluh Lateks Diameter Pembuluh Lateks 22.00 22.19 24.00 24.09 20.00 20.29 7.00 27.76 9.00 24.13 5.00 25.94 8.00 28.00
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan salah satu jenis tanaman di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan serta dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki nilai
Lebih terperinciIV. Hasil dan Pembahasan
IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Keasaman Total, ph. Ketebalan Koloni Jamur dan Berat Kering Sel pada Beberapa Perlakuan. Pada beberapa perlakuan seri pengenceran kopi yang digunakan, diperoleh data ph dan
Lebih terperinciPERTEMUAN IV: FOTOSINTESIS. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011
PERTEMUAN IV: FOTOSINTESIS Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 FOTOSINTESIS Pokok Bahasan: Peran Tumbuhan dan Fotosintesis Tumbuhan sebagai produser Tempat terjadinya Fotosintesis Pemecahan air
Lebih terperinciPENGGUNAAN STIMULAN GAS ETILEN PADA TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) Ethylene Gas Application In Rubber Trees (Hevea Brasiliensis)
PENGGUNAAN STIMULAN GAS ETILEN PADA TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) Ethylene Gas Application In Rubber Trees (Hevea Brasiliensis) Junaidi, Atminingsih dan Tumpal HS Siregar Balai Penelitian Sungei Putih,
Lebih terperinciTabel Mengikhtisarkan reaksi glikolisis : 1. Glukosa Glukosa 6-fosfat. 2. Glukosa 6 Fosfat Fruktosa 6 fosfat
PROSES GLIKOLISIS Glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat
Lebih terperinciKEHIDUPAN SEL PELEPASAN ENERGI DALAM SEL
KEHIDUPAN SEL PELEPASAN ENERGI DALAM SEL Gimana UTSnya??? LUMAYAN...????!!? SILABUS PERTEMUAN KE- TGL MATERI 8 15 NOV 9 22 NOV 10 29 NOV KEHIDUPAN SEL (PELEPASAN ENERGI DALAM SEL) KEHIDUPAN SEL (PELEPASAN
Lebih terperinciBEBERAPA ASPEK PENTING PADA PENYADAPAN PANEL ATAS TANAMAN KARET
Warta Perkaretan 12, 31(2), 4 BEBERAPA ASPEK PENTING PADA PENYADAPAN PANEL ATAS TANAMAN KARET Some Important Aspects on High Panel of Rubber Trees Eva Herlinawati dan Kuswanhadi Balai Penelitian Sembawa,
Lebih terperinciFOTOSINTESIS. Fotosintesis 1
FOTOSINTESIS Fotosintesis 1 CAKUPAN MATERI Peran Fotosintesis Sejarah Fotosintesis Tempat terjadinya Fotosintesis Reaksi-reksi Fotosintesis Reaksi Terang Reaksi Gelap Tumbuhan C3, C4 dan CAM Fotosintesis
Lebih terperinciPENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG
A. DEFINISI PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG Pengairan dilakukan untuk membuat keadaan kandungan air dalam tanah pada kapasitas lapang, yaitu tetap lembab tetapi tidak becek.
Lebih terperinciPerhatikan skema penampang melintang batang dikotil muda berikut! Yang berlabel nomor 3 dan 5 berturut-turut adalah.
1. SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 20. FUNGSI JARINGAN, ORGAN TUMBUHAN DAN FOTOSINTESISLatihan Soal 20.2 Perhatikan skema penampang melintang batang dikotil muda berikut! http://primemobile.co.id/assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/ddpng
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN FOTOSINTESIS
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN FOTOSINTESIS Oleh : Bayu Widhayasa 0910480026 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciUraian Materi Anda suka makan ubi atau kentang rebus? Ubi jalar dan kentang sama-sama mengandung karbohidrat dalam bentuk amilum.
Uraian Materi Anda suka makan ubi atau kentang rebus? Ubi jalar dan kentang sama-sama mengandung karbohidrat dalam bentuk amilum. Dari manakah asal kandungan amilum pada ubi jalar dan kentang? Amilum yang
Lebih terperinciCharloq 1) Hot Setiado 2)
ANALISIS STRES AIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET UNGGUL (Hevea brasiliensis Muell. Arg) (Water Stress Analysis on the Growth of the Excellent Rubber Varieties) Charloq 1) 2) 1) Staf pengajar PS Agronomi,
Lebih terperinciRepresentasi teks makro *teks dasar* Ria mahardika
1 Representasi teks makro *teks dasar* Ria mahardika 109016100072 1 1. Kambium Pembuluh dan Pembentukan Jaringan Pembuluh Sekunder. 2 2. Pengertian kambium.(2 generalisasi) 3 4 3. Kerja kambium.(3 generalisasi)
Lebih terperincioksaloasetat katabolisme anabolisme asetil-koa aerobik
Siklus Kreb s Sumber asetil-koa Pembentukan energi pada siklus Kreb s Fungsi amfibolik siklus Kreb s Siklus asam sitrat pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein Proses metabolisme karbohidrat dan
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.2. Stroma. Grana. Membran luar
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.2 1. Proses fotosintesis berlangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi terang berlangsung di... Membran tilakoid Stroma
Lebih terperinciTransportasi Air, Nutrisi, dan Unsur Hara
Transportasi Air, Nutrisi, dan Unsur Hara Source dan Sink Source: bagian di mana fotosintat memulai proses transportasi (tempat produksi atau menyimpan) Sink: tempat di mana fotosintat di tempatkan (bagian
Lebih terperinciSTUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300
STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300 SKRIPSI Oleh: FAUZI KURNIA 050307023/PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.
19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Masalah Karet, Peremajaan dan Penanaman Baru Perbanyakan Bahan Tanam melalui Okulasi
17 TINJAUAN PUSTAKA Masalah Karet, Peremajaan dan Penanaman Baru Program pengembangan karet melalui peremajaan atau penanaman baru bila berjalan baik diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan produksi
Lebih terperinciDistribusi Hara dalam Tanaman: Transport Jarak Jauh dalam Xylem dan Phloem AGH 322
Distribusi Hara dalam Tanaman: Transport Jarak Jauh dalam Xylem dan Phloem AGH 322 Aliran Hara dari Akar ke Jaringan Pembuluh ANGKUTAN DALAM XYLEM DAN PHLOEM Aliran dalam xylem satu arah (acropetal, ke
Lebih terperinciPertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2.
Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Respirasi anaerob 3. Faktor-faktor yg mempengaruhi laju respirari
Lebih terperinciREVISI PROPOSISI MIKRO DAN PROPOSISI MAKRO TEKS DASAR
Ria Mahardika 1099016100072 REVISI PROPOSISI MIKRO DAN PROPOSISI MAKRO TEKS DASAR No Proposisi Mikro Proposisi Makro I Proposisi Makro II 1. 1. Kambium Pembuluh dan Pembentukan Jaringan Pembuluh Sekunder.
Lebih terperinci5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek
5. PEMBAHASAN Pembahasan mengenai pengaruh waktu pemberian Giberelin (GA 3 ) terhadap induksi pembungaan dan pertumbuhan tanaman leek (Allium ampeloprasum L.) meliputi umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah
Lebih terperinciMEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL
MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL Berbagai organel yang terdapat di dalam sitoplasma memiliki membran yang strukturnya sama dengan membran plasma. Walaupun tebal membran plasma hanya ± 0,1 μm, membran
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan yang diampu oleh Drs.Dahlia, M.Pd Disusun oleh : Kelompok II/Offering A 1. Annas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo
3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi
Lebih terperinciKuliah VII HORMON TUMBUHAN (AUKSIN) OLEH: Dra. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si Dra. Elimasni, M.Si
Kuliah VII HORMON TUMBUHAN (AUKSIN) OLEH: Dra. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si Dra. Elimasni, M.Si senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga
Lebih terperinciBIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt
BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Sukrosa Terhadap Jumlah dan Ukuran Pseudobulb Dendrobium antennatum
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Sukrosa Terhadap Jumlah dan Ukuran Pseudobulb Dendrobium antennatum Pengamatan terhadap pertumbuhan pseudobulb Dendrobium antennatum
Lebih terperinciPengeringan Untuk Pengawetan
TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan
Lebih terperinciPertemuan : Minggu ke 4 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Fotosintesis : reaksi reduksi karbon Sub pokok bahasan : 1. Reaksi fiksasi dan
Pertemuan : Minggu ke 4 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Fotosintesis : reaksi reduksi karbon Sub pokok bahasan : 1. Reaksi fiksasi dan reduksi karbon pada tumbuhan C-3. 2. Reaksi fiksasi dan
Lebih terperinciFUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP
TUGAS MATA KULIAH NUTRISI TANAMAN FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP Oleh : Dewi Ma rufah H0106006 Lamria Silitonga H 0106076 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 Pendahuluan Fosfor
Lebih terperinciKARAKTER FISIOLOGI, ANATOMI, PERTUMBUHAN DAN HASIL LATEKS KLON IRR SERI 300
Jurnal Penelitian Karet, 2013, 31 (1) : 1-12 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2013, 31 (1) : 1-12 KARAKTER FISIOLOGI, ANATOMI, PERTUMBUHAN DAN HASIL LATEKS KLON IRR SERI 300 Characters of Physiology, Anatomy,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak
Lebih terperinciGUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI
GUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI PUBI INDAH SARI UMMU SYAUQAH A. VERAWATI WIWIK ASPIANTI T. PARAMITHA SARI LILI NUR ENDA IRA RABIAH NURLINA NUR SAKINAH ANDRE SUCI ALFIAH MUHAMMAD HANAFI LILIS DYA NENGSIH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam tubuh manusia. Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. 10 Selama proses pencernaan,
Lebih terperinciOSMOSIS & PENYERAPAN ZAT PADA TUMBUHAN 1 Oleh : Drs. Suyitno Al. MS. 2
1 OSMOSIS & PENYERAPAN ZAT PADA TUMBUHAN 1 Oleh : Drs. Suyitno Al. MS. 2 KOMPETENSI DASAR 1. Memahami osmosis sebagai cara penyerapan air pada tumbuhan 2. Memahami pprinsip dasar cara penyerapan zat pada
Lebih terperinciTEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA. Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN
TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semua kehidupan di bumi ini bergantung kepada fotosintesis baik langsung maupun tidak
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI STIMULAN TERHADAP FISIOLOGI LATEKS BEBERAPA KLON TANAMAN KARET (HEVEA BRASILIENSIS MUELL ARG)
Jurnal Penelitian Karet, 2016, 34 (1) : 13-24 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2016, 34 (1) : 13-24 PENGARUH KONSENTRASI STIMULAN TERHADAP FISIOLOGI LATEKS BEBERAPA KLON TANAMAN KARET (HEVEA BRASILIENSIS
Lebih terperinciAGROVIGOR VOLUME 9 NO. 1 MARET 2016 ISSN
AGROVIGOR VOLUME 9 NO. 1 MARET 2016 ISSN 1979 5777 73 Potensi Polyethylene Glycol (PEG) Sebagai Stimulan Lateks Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg) Mochlisin Andriyanto 1* dan Muhamad Rizqi
Lebih terperinciLEMBARAN SOAL. Sat. Pendidikan
LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran Sat. Pendidikan Kelas / Program : BIOLOGI : SMA : XI IPA PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti
Lebih terperinciMetabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut
Lebih terperinciANALISIS DINAMIKA DAYA HASIL LATEKS BEBERAPA GENOTIPE KARET HARAPAN PP/07/04 TERHADAP PERUBAHAN MUSIM SAYURANDI
ANALISIS DINAMIKA DAYA HASIL LATEKS BEBERAPA GENOTIPE KARET HARAPAN PP/07/04 TERHADAP PERUBAHAN MUSIM SAYURANDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Karet 1. Akar (radix) Tanaman karet memiliki system perakaran tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang tanaman karet menembus ke dalam tanah menuju pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen kaleng lazim digunakan di dunia olahraga karena ada anggapan bahwa penggunaan oksigen kaleng mempercepat waktu istirahat menjadi pulih setelah tubuh lelah akibat
Lebih terperinciPENGANGKUTAN AIR MELALUI XILEM PADA TANAMAN Allamanda cathartica
PENGANGKUTAN AIR MELALUI XILEM PADA TANAMAN Allamanda cathartica I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tumbuhan tingkat tinggi, air dan hara dari dalam tanah diambil dari diedarkan keseluruh tubuh tumbuhan
Lebih terperinciSediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL
dan dihitung status air medianya (Lampiran 1). Pengukuran kadar air relatif dilakukan dengan mengambil 1 potongan melingkar dari daun yang telah berkembang penuh (daun ke-3 dari atas) dengan diameter 1
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI Oleh: Ayu Agustini Juhari 1210702007 Tanggal Praktikum : 16 April 2012 Tanggal Pengumpulan : 23 April 2012
Lebih terperinci