BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. permukaan kain setelah melalui proses penenunan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. permukaan kain setelah melalui proses penenunan."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis dan Perkembangan Teknik Batik Batik adalah upaya pembuatan ragam hias pada permukaan kain dengan cara menutup bagian-bagian yang tidak dikehendaki berwarna dengan lilin malam. Batik termasuk dalam kelompok teknik desain permukaan, yaitu penciptaan desain dengan cara memberi hiasan berupa motif dan warna diatas permukaan kain setelah melalui proses penenunan. Teknik produksi batik pada awalnya menggunakan bubur ketan sebagai perintang warna yang terkenal dengan nama kain simbut. Alat untuk membatiknya semacam pensil dari bambu. Kemudian ditemukan bahan perintang dari malam tawon (bees-wax), yang lama kelamaan dikembangkan menjadi lilin batik dengan menggunakan berbagai campuran bahan seperti damar mata kucing, lemak hewan, paraffin, gondorukem, micro-wax, lilin lenceng, lilin kote dan minyak kelapa dengan takaran tertentu. Jenis batik yang dihasilkan pada mulanya adalah batik tulis yang diwarnai dengan pewarnaan alami dan dibuat secara terbatas. Canthing tulis diperkirakan diciptakan di lingkungan kraton Mataram pada abad ke 17 (Doellah, 2002: 10). Batik cap kemudian mulai dirintis pada tahun 1815 dengan menggunakan stempel dari tembaga, tetapi meluas Perang Dunia I, yaitu sekitar tahun 1920-an. Pada tahun 1920 pernah dibuat stempel dari kayu, 8

2 9 namun alat ini tidak dapat berkembang pada pembatikan di Jawa (Soesanto, 1980 : 22). Pada tahun 1960-an para pelukis mempelopori berkembangnya batik modern, yang disebut batik bukan tradisional (Yahya, 1985 : 22). Tepatnya pada tahun 1966 mulai munculnya batik modern ini dengan teknik batik lukis atau batik painting. Pembuatan batik dengan teknik lukisan terkenal dengan nama batik kreasi baru atau batik gaya bebas dimana sebagian lilin batik dilukiskan diatas kain membentuk gambaran-gambaran yang abstrak (Soesanto, 1973:5). Alat untuk melukisnya yakni kuas atau sendok. Batik tulis, cap dan lukis berkembang berdampingan sampai munculnya teknologi cetak kain pada awal tahun 1970-an yang menyebabkan banyaknya produk tekstil bermotif batik dipasaran dan menyebabkan kemuduran batik tulis dan cap. Tetapi batik tetap dapat bertahan dan terus mengalami perkembangan meskipun mengalami pasang surut. Pemaduan unsur seni, sains, dan teknologi senantiasa mewarnai perkembangan batik. Batik terbagi menjadi beberapa jenis, setiap jenis satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Baik mulai dari bentuk motif, maupun proses pengerjaannya. Menurut Soesanto (1980), ada 3 jenis batik dilihat dari tekniknya, yaitu diantaranya: a. Batik Tulis. Batik tulis dibuat dengan cara menuliskan lilin batik dengan alat canting semacam pena berbentuk khusus untuk tulis lilin terbuat dari plat tembaga. Mulanya pada umumnya pekerjaan membuat batik tulis

3 10 dikerjakan oleh wanita, adapula beberapa daerah dimana membatik tulis dilakukan oleh pria. Pada batik ini biasanya masih mengikuti batik pendahulunya batik klasik, yang memiliki pakem dari kraton. b. Batik Cap. Batik cap adalah batik yang dalam proses pembuatan polanya menggunakan alat bantu berupa cetakan sendiri terbuat dari tembaga. Cap ini biasa disebut canting cap, berbentuk stempel. Pembuatan batik ini sedikit lebih cepat dari pada batik tulis yang masih menggunakan tangan dalam membuat polanya. c. Batik Lukis. Batik lukis dalam proses pembuatannya tidak terpaku oleh suatu aturan yang ada seperti pada batik klasik. Spontanitas langsung dilakukan oleh pembuatnya yang mahir. Kebebasan memilih teknik merupakan ciri dari batik lukis. Untuk alat yang digunakan pada batik lukis biasanya yang digunakan adalah kuas lukis, walaupun tidak menutup kemungkinan menggunakan alat lain untuk menghasilkan efek-efek goresan tertentu. Menurut Handoyo (2008: 16), batik lukis termasuk batik kreasi baru. Pola-pola batik kreasi baru tidak terikat oleh ketentuan-ketentuan seperti batik klasik. Batik kreasi baru berpola bebas. Polanya dapat diambil dari seni primitive, bentuk patung, bentuk dari alam, atau kesenian daerah. Selain 3 jenis batik diatas, jenis batik dilihat dari tekniknya berkembang hingga memunculkan jenis Batik Kombinasi. Batik kombinasi

4 11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap dengan tulis, cap dengan lukis, maupun lukis dengan tulis. Tujuan pencampuran teknik-teknik batik ini untuk menekan harga jual supaya lebih rendah dibanding dengan batik tulis murni. Seiring perkembangan waktu dan zaman, saat ini muncul jenis batik dengan teknologi lebih modern yang praktis sehingga dalam pembuatannya memakan waktu lebih singkat dan hasil produksi yang didapat lebih banyak dibanding menggunakan cara tradisional, jenis batik tersebut yaitu batik print atau sablon. Pada metode batik print atau yang sering dikenal dengan teknik malam dingin dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik. Pada batik dengan teknik malam dingin ini, materi yang diprintkan pada kain adalah malam (lilin) dan bukan pasta warna seperti batik print konvensional. Penelitian mengenai malam dingin pernah beberapa kali dilakukan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta, salah satunya pada tahun 2004 dengan judul Pengembangan Sistem Pembatikan dengan Metode Screen yang membahas tentang komposisi bahan malam dingin, screen printing yang dapat digunakan pada teknik malam dingin dan tahapan singkat mengenai pembatikan malam dingin. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa malam dingin adalah suatu teknik pembatikan menggunakan screen yang merupakan proses pelekatan lilin batik menggunakan (alat) screen, yang biasa digunakan untuk proses sablon (screen printing). Agar proses pembatikan screen dapat berjalan

5 12 dengan baik, yang perlu diperhatikan adalah persyaratan untuk lilin batik dan screen yang digunakan. Lilin batik yang digunakan harus berupa lilin pasta pada suhu kamar yang kekentalannya dapat diatur dengan pelarut, sedangkan screen yang digunakan harus cukup jarang sehingga dapat dilalui oleh lilin pasta (Sulaeman, 2004: 4). Pada tahun 2016 BBKB kembali melakukan penelitian dengan judul Ratio Komposisi Penggunaan Lilin Batik Dingin Cair pada Pembatikan Kain Katun Dengan Zat Warna Naphtol yang membahas tentang pengujian pembuatan berbagai variasi komposisi malam dingin dan pelarutnya, kelancaran proses pembatikan sablon, waktu pengeringan dan daya tolak warna terhadap zat warna batik dengan berbagai bahan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa berbagai variasi komposisi malam dingin dan pelarutnya serta penggunaan screen printing dengan ukuran tertentu mempengaruhi kelancaran proses pembatikan sablon. Semakin besar ukuran kasa yang digunakan, hasil printingnya semakin tebal dan hal ini juga akan mempengaruhi waktu pengeringan lapisan malam dingin yang menempel pada permukaan kain. Selain itu yang juga dianggap memiliki peranan besar terhadap pengeringan lapisan malam pada permukaan kain adalah ratio penggunaan dempul dan pelarut (terpentin dan toluen). Sedangkan berkaitan dengan daya tolak pasta print terhadap zat warna batik, faktor yang dianggap berperanan adalah jumlah komponen perintang yang menyusun formulasi pasta malam yaitu: gondorukem, lilin bekas, damar mata kucing, parafin, kote dan microwax (Suheryanto, 2016: 6)

6 13 Dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia, yang dimaksud dengan teknik membuat batik adalah proses-proses pekerjaan dari permulaan, yaitu dari kain (mori) sampai menjadi kain batik. Pengerjaan dari mori batik menjadi kain batik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1) Persiapan, yaitu macam-macam pekerjaan pada mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat batik, pekerjaan persiapan ini antara lain meliputi: a) Nggirah (mencuci) atau ngetel b) Nganji (menganji) c) Ngemplong (setrika, kalander) 2) Membuat batik, yaitu macam-macam pekerjaan dalam pembuatan batik yang sebenarnya, dan pekerjaannya meliputi 3 macam pekerjaan utama, yaitu: a) Pelekatan lilin batik pada kain untuk membuat motif batik yang dikehendaki. Pelekatan lilin batik ada beberapa cara, dengan ditulis dengan canting tulis, dengan dicapkan dengan canting cap, dilumurkan dengan kuas atau jegul dan yang paling modern adalah dengan disablonkan dengan alat screen printing. Fungsi dari lilin batik ini ialah untuk resist (menolak) terhadap warna yang diberikan pada kain pada pengerjaaan berikutnya. Yang dimaksud dengan lilin batik adalah campuran unsur-unsur lilin batik, pada umumnya terdiri dari gondorukem, mata kucing, parafin atau microwax, lemak atau minyak nabati dan kadang-kadang ditambah lilin dari tawon atau dari lanceng.

7 14 b) Pewarnaan batik, pekerjaan pewarnaan ini dapat berupa mencelup, dapat secara coletan atau lukisan (painting). Pewarnaan dilakukan secara dingin (tanpa pemanasan) dan zat warna yang dipakai tidak hilang warnanya pada saat pengerjaan menghilangkan lilin atau tahan terhadap tutupan lilin. c) Menghilangkan lilin, yaitu menghilangkan lilin batik yang telah melekat pada permukaan kain. Menghilangkan lilin batik ini berupa penghilangan sebagian pada tempat-tempat tertentu dengan cara mengerok (mengerik) atau menghilangkan lilin batik secara keseluruhan dan pengerjaan ini disebut melorod (disebut pula: nglorod, ngebyok, mbabar) Dengan tiga macam proses utama tersebut orang dapat membuat batik dengan beberapa macam cara pembuatan batik, yaitu disebut teknik pembuatan batik atau proses pembuatan batik. Teknik pembuatan batik tradisional yang proses pembuatannya mulai dari kain mori sampai kain jadi, yakni: a) Teknik Bedesan Cara Bedesan, cara ini merupakan cara yang digunakan dalam pembuatan batik secara cepat, jadi cara ini biasanya digunakan dalam proses pembuatan batik cap. Proses pembuatan batik ini urutan pengerjaan dibalik dan tidak terdapat pengerjaan ngerok atau nglorod dan mbironi kain (Soesanto, 1980: 11). Pada batik cara ini tidak akan terdapat warna biru karena warna yang dihasilkan nantinya adalah warna hitam dan coklat.

8 15 b) Teknik Radioan Cara Radion, batik cara ini biasanya digunakan dalam pembuatan batik secara cap dan hanya untuk pembuatan batik yang berkualitas sedang atau kasar. Dalam teknik radioan ini ada perusakan warna yang dilakukan dengan cara memutihkan warna menggunakan cairan pemutih yang nantinya pada bagian putih itu dibiarkan tetap putih. Biasanya pemutihan dikerjakan dengan larutan Kalium permanganat dalam keadaan asam dan larutan natrium hydrosulfit, yaitu direndam pertama dengan 3 gram per liter kalium permanganat dan 2 cc per liter asam clorida, kemudian dikerjakan kedua dengan larutan dari 9 gram natrium hydrosulfit per liter dalam keadaan dingin, lalu dibilas sampai bersih (Soesanto, 1980: 12). Teknik pembuatan batik tradisional yang tekniknya hanya diterapkan pada satu proses tertentu, yakni: (1) Teknik Kerokan Cara Kerokan, menghilangkan sebagian lilin dari lukisan yaitu bagian yang akan berwarna soga atau warna lain pengganti soga, dengan cara mengerok bagian lilin ditempat-tempat tertentu. Agar mudah lilin itu dilepas, kain lebih dulu direndam sebentar pada larutan kostik soda. Alat yang dipakai untuk melepaskan lilin dengan mengerok ini adalah plat besi dilengkung disebut cawuk (Soesanto, 1980: 16). (2) Teknik Lorodan Cara Lorodan, cara ini hampir sama dengan cara kerokan, dimana menghilangkan sebagian lilin pada tengah-tengah proses dikerjakan

9 16 dengan cara melorod (Soesanto, 1980: 16). Cara ini menghasilkan efek yang berbeda dengan teknik kerokan, batik yang dibuat dengan cara ini batas antara warna putih dan soga akan tegas, begitu pula batas antara warna dasar dan gambar sebagian besar merupakan batas yang tegas. Cara ini lebih cocok untuk lukisan atau corak yang banyak menggunakan isen garis-garis kecil dan cecek. Seiring dengan perkembangan zaman kini ada teknik membuat batik modern, bila ditinjau dari berbagai cara membuat batik modern, menurut Sewan Soesanto dalam bukunya berjudul Seni Kerajinan Batik Indonesia sebagai proses dasar dapat dibedakan atas beberapa macam proses dasar, sebagai berikut: (a) Cara Kelengan, cara ini merupakan cara pewarnaan batik yang hanya dengan satu warna yang zaman dulu berwarna biru tua. Sebagai variasi dan perkembangan dari batik kelengan ini, pada suatu saat (sekitar tahun 1964) terkenallah apa yang disebut batik ganefo yaitu suatu tipe batik semacam batik kelengan tetapi tidak berwarna biru tua melainkan warnawarna tajam seperti merah, hijau, violet, oranye, dan sebagainya (Soesanto, 1980: 13) (b) Cara Pekalongan, batik cara ini biasanya berwarna cerah dan tajam serta tidak ada proses medel didalamnya. Cara ini awalnya hanya digunakan dalam pembuatan sarung saja. Batik Pekalongan pada umumnya berbentuk sarung, yang mempunyai motif dan cara pembuatan yang khusus (Soesanto, 1980: 12)

10 17 (c) Cara remukan wonogiren, pembuatan batik dengan cara ini pertama kain dilipat atau digulung kemudian dikerjakan agar lilin yang menempel pada kain pecah-pecah, misalnya dengan diinjak-injak atau dibanting-banting. Bila lilin itu sukar pecah, sebaiknya lebih dulu direndam sebentar dalam larutan kostik soda (Soesanto, 1980: 16). Untuk membuat batik dengan proses ini sebaiknya dipakai jenis lilin yang mudah pecah. Hasil dari remukan wonogiren ini batik yang berwarna putih diatas warna dasar dengan pecah-pecah pada gambar dengan warna soga atau warna lain. Efek pecah-pecah pada gambar itu dapat dibuat variasi dengan pekerjaan pecah-celup sampai dua kali atau lebih dimana warnanya dibuat makin lebih muda. (d) Cara pelarutan kostik soda, pada proses ini cara menghilangkan lilin sebagian pada tengah-tengah proses dengan melarutkan dengan kostik soda. Lilin batik itu pada dasarnya terlarut oleh kostik soda. Untuk mempercepat lepasnya lilin dari kain dibantu dengan disikat. Bagian lapisan lilin yang tipis akan lebih larut dan akan lebih dulu terlepas dari kain, sedangkan pada bagian yang tebal masih menutup kain meskipun pada bagian muka terlarut pula oleh kostik soda (Soesanto, 1980: 17). Hasil dari proses ini ialah bagian warna putih dan warna soga (atau warna penggantinya) tidak teratur, karena sewaktu lilin dilepaskan secara disikat bagian-bagian tipis yang lepas jadi susunan warna putih dan warna soga tergantung pada tebal tipisnya lilin pada lukisan.

11 18 (e) Cara lorodan magel, untuk mudahnya digunakan istilah magel yang artinya setengah matang atau belum matang. Lorodan magel artinya lorodan yang belum selesei, atau sebagian lilin sudah lepas, tetapi sebagian lilin belum lepas (Soesanto, 1980: 17). Bila waktu kain sedang dilorod dan dihentikan, maka pada lapisan lilin yang tipis sudah lepas dari kain, dan pada bagian lilin yang tebal atau kuat masih menempel pada kain. Maka terjadilah tempat-tempat yang terbuka dan tertutup susunan secara tidak teratur. Keadaan ini dipergunakan sebagai salah satu cara menghilangkan sebagian lilin pada proses pembuatan batik modern. Hasil kain yang dibuat secara proses lorodan magel ini ialah bahwa warna soga (atau warna lain) dan warna putih tersusun secara tidak teratur. Tetapi efek ini bagi orang yang dapat memainkan justru akan memberi keadaan yang menguntungkan dan menghasilkan lukisan atau gambar yang indah. (f) Cara Kombinasi, batik dengan cara ini adalah proses pembuatan batik yang mengkombinasikan berbagai macam teknik batik. Sebagai contoh teknik batik remukan wonogiren dikombinasikan dengan teknik batik lorodan. Hasil kain batik yang dibuat secara proses kombinasi ini ialah bahwa warna soga dua macam, yaitu sebagai bayangan yang lain disertai efek pecahan wonogiren ditengah-tengahnya (Soesanto, 1980: 18) Selama lebih dari 150 tahun terakhir, produksi batik terlibat dengan berbagai perkembangan gagasan, baik pada aspek estetis, teknologi maupun fungsionalnya (Asti Musman, 2011: 9). Teknik yang digunakan dalam proses pembuatan batik sangat terkait dengan produk batik yang akan dihasilkan.

12 19 2. Struktur dan Jenis Motif Batik. Diksi Rupa, buku karangan Mikke Susanto menuliskan bahwa motif adalah pola; corak; ragam. Motif hias adalah corak hiasan pada kain, bagian rumah dan sebagainya (2002: 75). Secara umum, batasan tentang motif memang demikian, tetapi pada ornamen, motif memiliki arti khusus. Motif sangat erat hubungannya dengan pola karena motif merupakan pangkal/dasar/titik tolak dari terbentuknya sebuah pola apabila motif tersebut mengalami pengulangan secara simetris atau pengulangan non simetris (Affanti, 2008: 19). Motif terdiri atas unsur bentuk atau objek, skala atau proporsi, dan komposisi. Motif menjadi pangkalan atau pokok dari suatu pola. Motif itu mengalami proses penyusunan dan diterapkan secara berulang-ulang sehingga diperoleh sebuah pola. Pola itulah yang nantinya akan diterapkan pada benda lain yang nantinya akan menjadi sebuah corak (Setiati, 2008: 43). Corak adalah seluruh motif yang memenuhi permukaan juga dapat diartikan sebagai colour design, type, feature, and character. Merupakan identitas yang telah normatif, suatu tanda khusus untuk membedakan dengan yang lainnya. Corak dipakai dalam pembahasan objek-objek mati (Affanti, 2008: 17) Dalam desain ada beberapa komposisi motif diantaranya desain allover, desain border, desain mirror, desain panel, desain jumping, desain spot (Permana, 2009: 9-12). Desain motif allover adalah desain yang bentuk standar dan umum, biasanya layout motif penuh. Desain motif border adalah desain yang layout

13 20 motifnya disalah satu sisi atau kedua sisinya ada motif garis ataupun yang membentuk garis. Desain motif mirror adalah desain yang layout motifnya membentuk garis pada kedua belah sisinya, ukuran sama persis dan letaknya berseberangan, berhadapan seperti berdiri didepan cermin dan selalu simetris. Desain motif panel adalah desain yang layout motifnya ada garis atau yang membentuk garis pada keempat sisinya. Desain motif jumping adalah desain yang layoutnya penuh ada border dan ada motif allovernya, biasanya desain dibagi menjadi dua atau tiga bagian karena ukurannya sangat besar. Desain motif spot adalah desain yang layout motifnya hanya ada pada beberapa tempat tertentu yang diinginkan seperti pada bagian baju depan, bawah atau atas biasanya dipakai untuk teknik painting. Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau pola batik (Soesanto, 1980: 212). Keberagaman jenis motif pada batik dipengaruhi oleh beberapa unsur yang meliputi: a. Ornamen Berdasarkan ornamennya jenis motif batik dibagi menjadi tiga yakni ornamen utama, ornamen pengisi dan isen. 1) Ornamen utama Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari pada motif tersebut dan pada umunya ornamen-ornamen utama tersebut masing-masing mempunyai arti, sehingga susunan ornamenornamen tersebut dalam suatu motif membuat jiwa atau arti dari pada

14 21 motif itu sendiri. (Soesanto, 1980: 212) Bentuk motif ini sering kali dijadikan sebagai nama motif batik. Ornamen utama dalam motif batik adalah Meru, Pohon Hayat, Tumbuhan, Garuda, Burung, Bangunan, Lidah Api, Naga, Binatang dan Kupu-kupu. a) Meru Meru adalah bentuk gambaran gunung dilihat dari samping. Kadang-kadang digambarkan rangkaian dari tiga gunung, bagian tengah sebagai gunung puncak. (Soesanto, 1980: 259) b) Pohon Hayat Pohon hayat berupa suatu bentuk pohon khayalan yang bersifat perkasa dan sakti, lambang dari kehidupan. Pohon hayat digambarkan dengan bentuk lengkap dengan batang, dahan, kuncup dan daun, berakar tanjung atau sobrah. (Soesanto, 1980: 260) Seiring perkembangannya pada motif batik, pohon hayat ini digambarkan bervariasi, ada yang dikombinasi dengan motif lain seperti motif Meru hingga ada pula digambarkan dengan penggambaran yang sederhana. c) Tumbuhan Ornamen tumbuhan digambarkan stilir dari salah satu bagian, misalnya bunga, sekelompok daun atau kuncup, atau rangkaian dari daun dan bunga. Pada motif batik klasik ornamen

15 22 tumbuhan pegang penranan, baik sebagai ornamen pokok maupun sebagai ornamen pengisi. (Soesanto, 1980: 261) Kadang-kadang Tumbuhan digambarkan semacam tanaman menjalar, bentuk berlengkung-lengkung, bentuk ini disebut lunglungan, dalam seni ornamentik disebut pilin atau spiral. d) Garuda Ornamen Garuda didalam motif batik digambarkan sebagai bentuk stilir dari Burung Garuda, suatu bentuk burung yang perkasa seperti Rajawali. Kadang-kadang sebagai stilir semacam burung merak. Ornamen Garuda digambarkan dengan beberapa macam bentuk, antara lain bentuk dengan dua sayap dan lengkap dengan ekor atau biasa disebut sawat, bentuk garuda disusun dengan dua sayap yang biasa disebut mirong, dan garuda digambarkan dengan satu sayap seolah-olah digambarkan dari samping dan sebagai variasi pada pangkal sayap digambarkan kepala burung. Pada bentuk sayapnya sendiri ornamen garuda dibedakan menjadi dua macam, yaitu sayap terbuka dan sayap tertutup. (Soesanto, 1980: 263) e) Burung Ornamen burung dipakai sebagai ornamen pokok dan ornamen pengisi. Didalam motif batik ornamen burung dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe burung merak, tipe burung phoenix dan

16 23 tipe burung khayalan. Ornamen burung pada umumnya terdapat pada Semen, sebagian kecil saja terdapat pada motif ceplok atau motif yang lain. Burung sebagai ornamen pengisi digambarkan dengan bentuk kecil. (Soesanto, 1980: 265) f) Bangunan Ornamen bangunan ialah bentuk yang menggambarkan semacam rumah, terdiri dari lantai atau dasar dan atap. Pada penggambarannya sebagai variasi biasanya dibagian bawah terdapat semacam bentuk bagian tumbuhan. Variasi lain terdapat pada tingkatan dari bagian dasar, dari satu tingkat sampai tiga tingkat. (Soesanto, 1980: 267) g) Lidah api Lidah api dalam seni batik atau motif batik digambarkan dengan dua macam bentuk, yaitu: (1) sebagai deretan nyala api, biasa dipakai untuk hiasan pinggir atau batas antara bidang bermotif dan bidang tidak bermotif. Bentuk ini dalam pembatikan disebut cemukir atau modang. (2) Bentuk yang berupa deretan ujung lidah api membentuk seperti blumbangan memanjang. Ornamen lidah api ini seperti halnya ornamen bangunan, sangat terbatas dapat ditemui pada motif batik. Ornamen ini hanya akan ditemui pada motif-motif batik klasik yang digunakan pada kain kemben, dodot maupun ikat kepala. (Soesanto, 1980: 269)

17 24 h) Naga Ornamen naga adalah bentuk khayalan seperti halnya Garuda dan Pohon hayat. Dalam pengertian symbol, Naga melambangkan dunia bawah, air, perempuan, bumi, yoni, pintu dan musik. Pada penggambarannya biasanya naga digambarkan memakai mahkota, kadang-kadang bersayap, kadang-kadang bersayap dan berkaki, kadang juga digambarkan dua naga disusun simetris sehingga menyerupai ornamen Garuda atau bentuk lainnya. (Soesanto, 1980: 270) i) Binatang Ornamen binatang yang sering digambarkan dalam ornamen seni berupa Lembu, Kijang, Gajah, Singa atau Harimau. Binatang-binatang tersebut kadang-kadang juga digambarkan dengan bentuk aneh atau khayalan, misalnya digambarkan singa bersayap, gajah bersayap, kuda atau lembu berbelalai, atau binatang dengan ekor berbunga. Didalam motif batik dari daerah Yogya dan Solo ornamen binatang digambarkan secara stilir yaitu bentuk khusus dalam motif batik, namun didaerah lain terutama didaerah pantai utara Jawa, binatang digambarkan riil atau bentuk nyata. (Soesanto, 1980: 272)

18 25 j) Kupu-kupu Ragam hias yang bentuknya semacam kupu, biasanya digambarkan penampang dari sebelah atas punggung pada keadaan terbang. Ornamen dalam golongan ini terdapat pula bentuk-bentuk yang aneh, seperti ekor seperti daun, dirangkai dalam tumbuhan, sayapnya mendekati bentuk pohon hayat, badannya seperti susunan daun dan bunga, sayangnya seperti rangkaian daun, dan lain sebagainya. (Soesanto, 1980: 274) 2) Ornamen tambahan atau pengisi. Ornamen tambahan adalah suatu ragam hias yang tidak mempunyai arti dalam pembentukan motif dan berfungsi sebagai pengisi bidang. (Soesanto, 1980: 212) Pada ornamen tambahan ini umumnya bentuknya digambarkan lebih kecil dan lebih sederhana, sedang dari pada ornamen utama. Ornamen tambahan atau pengisi ini juga sering disebut motif selingan. Dalam ornamen pengisi yang digambarkan dapat berbagai macam seperti bentuk burung, bentuk binatang sederhana atau bentuk tumbuhan, seperti kuncup, daun, bunga atau lung-lungan. Dalam satu motif, ornamen pengisi itu dapat hanya satu macam ornamen pengisi, dapat pula diisi dengan beberapa macam ornamen pengisi. (Soesanto, 1980: 276)

19 26 3) Isen Isen motif adalah berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis, yang berfungsi sebagai pengisi bidang ornamen dari motif atau mengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut. (Soesanto, 1980: 212) Isen motif berguna untuk memperindah pola batik secara keseluruhan. Isen ini memiliki nama-nama tertentu sesuai bentuknya, dan tidak jarang nama isen ini disertakan pada nama motif batik. b. Bentuk Sedangkan jika berdasarkan susunan dan bentuk-bentuk ornamen didalam motif batik, maka motif-motif tersebut dapat digolongkan dalam pembagian sebagai berikut: 1) Golongan geometris Motif geometri secara umum adalah motif yang mengandung unsur-unsur garis dan bangun, seperti garis miring, bujur sangkar, persegi panjang, trapezium, belah ketupat, jajaran genjang, lingkaran dan bintang yang disusun secara berulang dan membentuk satu kesatuan motif (Wulandari, 2011: 106). Yang termasuk kedalam jenis golongan motif geometris adalah sebagai berikut: a) Motif banji. Motif banji berdasar pada ornamen swastika, dibentuk atau disusun dengan tiap ujung dari: swastika tersebut dihubungkan satu

20 27 sama lain dengan garis-garis, sehingga tersusun suatu motif yang diberi nama Banji. (Soesanto, 1980: 218). Batik banyumas adalah daerah yang masih membuat motif banji ini, dengan proses bedesan sehingga hanya terdapat warna hitam dan coklat. Motif ini tergolong motif klasik. Nama-nama motif banji antara lain banji guling, banji bengkok, banji kerton, dan banji lancip. b) Motif ganggong Banyak orang beranggaan motif ganggong adalah motif ceplok karena sepintas hampir sama. Namun jika diperhatikan dengan detail akan terlihat perbedaan antara motif ganggong dengan motif ceplok (Wulandari, 2011: 107). Ciri khas yang membedakan corak ganggang dengan ceplok adalah adanya bentuk isen yang terdiri atas seberkas garis yang panjangnya tidak sama dan ujung garis yang paling panjang berbentuk serupa tanda salib. (Soesanto: 1980: 219) Nama-nama motif ganggong antara lain ganggong sari, ganggong rejuna, ganggong madusari, gsnggong branto, dan masih banyak lagi. c) Motif ceplok atau ceplokan Motif ceplok atau ceplokan adalah motif-motif batik yang didalamnya terdapat gambaran-gambaran berbentuk lingkaran, roset, binatang dan variasinya. Oleh karena gambaran-gambaran

21 28 tersebut terletak pada bidang-bidang berbentuk segi empat, lingkaran dan variasinya. Beberapa nama motif ceplok, yaitu: ceplok nogosari, ceplok supit urang, ceplok truntum, ceplok kembang pepe, ceplok banyu, dan masih banyak lagi. (Soesanto, 1980: 221) d) Motif nitik atau anyaman. Motif nitik adalah motif yang tersusun atas garis-garis putus, titik-titik dan variasinya, sehingga motif nitik disebut juga motif anyaman. Motif ini diangga motif asli dan tergolong motif tua (Soesanto, 1980: 224) Motif-motif dalam golongan nitik pada umumnya tersusun menurut bidang geometris, seperti halnya motif ceplok, ganggong dan banji. Kain batik golongan ini yang terkenal adalah kain cinden atau cinde. e) Motif kawung. Motif kawung yaitu motif yang tersusun dalam bentuk bundar, lonjong atau elips. Susunan memanjang menurut garis diagonal miring kekiri dan kekanan secara berselang-seling (Soesanto, 1980: 226). Motif kawung digambarkan berupa lingkaran-lingkaran yang saling berpotongan atau bentuk bulat lonjong yang saling mengarah kesatu titik yang sama. Makna filosofis dari motif kawung adalah lambing dari kesempurnaanm kemurnian dan kesucian.

22 29 Nama-nama dari motif kawung didasarkan pada besar kecilnya kawung tersebut, misalnya: (1) Kawung yang berbentuk kecil-kecil disebut kawung picis. Picis adalah nama mata uang dari logam yang paling kecil. (2) Kawung yang berukuran agak besar disebut kawung bribil. Bribil adalah mata uang logam yang besarnya lebih besar dari picis. (3) Kawung yang berukuran lebih besar dari kawung bribil disebut kawung sen. (4) Kawung yang terbesar adalah motif kawung beton atau kawung kemplong. f) Motif parang dan lereng, Motif parang dan lereng terdiri atas satu atau lebih ragam hias yang tersusun membentuk garis-garis sejajar dengan sudut kemiringan 45 o. Contoh motif parang dan lereng adalah parang rusak dan lereng ukel. (Wulandari, 2011: 107) Pada bidang miring antara dua deret parang yang bertolak belakang digambar deretan segi empat yang disebut mlinjon. Jika tidak terdapat mlinjon berarti bukan parang tetapi lereng atau liris. Kalinggo Hanggopuro berpendapat bahwa batik parang dan lereng mempunyai ciri tersendiri: (1) Ciri batik parang ialah bentuk lereng diagonal 45 o, memakai mlinjon, memakai sujen da nada mata gareng.

23 30 (2) Ciri batik lereng ialah bentuk miring diagonal 45 0, tidak selalu memakai mlinjon, sujen dan mata gareng, hanya dibatasi garis lurus dan bisa memakai motif lung-lungan atau diselingi dengan bentuk parangan yang disebut glabangan. 2) Golongan non-geometris Pada golongan ini memiliki susunan motif tidak terukur, artinya motifnya memiliki pola yang tidak dapat diukur secara pasti, meskipun dalam bidang luas dapat terjadi pengulangan seluruh motif (Wulandari: 2011: 109). Motif yang termasuk dalam golongan ini yaitu: a) Motif semen Motif utama yang merupakan ciri motif semen adalah meru, suatu gubahan menyerupai gunung. Meru berasal dari nama Gunung Mahameru. Hakikat meru adalah lambang gunung atau tempat tumbuh-tumbuhan bertunas (bersemi) hingga corak ini disebut semen. Semen berasal dari kata dasar semi. Ragam hias utama semen adalah garuda, sawat, lar maupun mirong. Contoh corak semen adalah semen jolen dan semen gurdha atau garuda. (Wulandari: 2011: 109). b) Motif lung-lungan Sebagian besar corak lung-lungan mempunyai ragam hias serupa dengan corak semen. Berbeda dengan corak semen, ragam hias motif lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung

24 31 ragam hias meru. Motif lung-lungan diantaranya adalah grageh waluh dan babon angrem. (Wulandari: 2011: 110). c) Motif buketan Motif buketan mudah dikenal lewat rangkaian bunga atau kelopak bunga dengan kupu-kupu, burung, atau berbagai bentuk dan jenis satwa kecil yang mengelilinginya. Berbagai unsur tersebut tampil sebagai satu susunan yang membentuk satu kesatuan motif. (Wulandari: 2011: 111). Motif buketan ialah motif dengan tumbuhan atau lunglungan yang panjang selebar kain. Bentuk tumbuhan pada kain buketan tidak banyak variasinya, biasanya digambarkandengan gaya realis, dikombinasikan dengan bentuk burung atau binatang lainnya. Motif ini biasanya terdapat pada bagian kain sarung dari Pekalongan, Lasem, Tegal dan Cirebon atau daerah-daerah lainnya. (Soesanto, 1980: 240) d) Motif pinggiran Motif ini disebut corak pinggiran karena unsur hiasan pinggir atau hiasan pembatas antara bidang yang memiliki hiasan dan bidang kosong pada dodot, kemben, dan udheng. (Wulandari: 2011: 111) e) Motif dinamis Motif dinamis adalah motif-motif yang masih dapat dibedakan menjadi unsur-unsur motif, tetapi ornamen didalamnya

25 32 tidak lagi berupa ornamen-ornamen tradisionil, melainkan berupa ornamen-ornamen yang bergaya dinamis dan mendekati abstrak. Motif ini merupakan peralihan motif batik klasik dan modern, yaitu batik tanpa pola (Soesanto, 1980: 249) Motif-motif ini terus mengalami perkembangan dan perluasan sehingga semakin memperbanyak motif batik di Indonesia. Namun secara umum, motif batik masih berkisar pada corak-corak tersebut. Selain itu untuk mengembangkan kreatifitas, motif-motif dibuat untuk memperoleh pelanggan baru yang akan meningkatkan pemasaran batik. c. Tempat Pembuatan Berdasarkan tempat atau lokasi pembuatannya jenis motif batik terbagi menjadi dua jenis, yakni batik pedalaman dan batik pesisiran. 1) Batik Pedalaman Batik yang berasal dari keraton atau batik yang mendapat pengaruh sangat kuat dari keraton (Doellah, 2002: 21). 2) Batik pesisiran Batik jenis ini berbeda dengan batik pedalaman. Karena dibuat didaerah pesisir yang sarat pengaruh dari luar, batik pesisir memiliki motif dan warna yang mengandung budaya dari luar. (Doellah, 2002: 21)

26 33 d. Pembuat Berdasarkan pembuatnya jenis batik dibagi menjadi dua yaitu batik keraton dan batik rakyat. 1) Batik Kraton Batik kraton adalah wastra batik dengan pola tradisional, terutama yang semula tumbuh dan berkembang di kraton-kraton Jawa. Tata susun ragam hias dan pewarnaannya merupakan paduan mengagumkan antara matra seni, adat, pandangan hidup, dan kepribadian lingkungan yang melahirkannya, yaitu lingkungan kraton (Doellah, 2002: 54). Pada umunya, motif batik kraton mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini pada mulanya dibuat oleh para puteri keraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup dilingkungan keraton. Dan pada umunya motif yang dipakai adalah motif larangan. 2) Batik Rakyat Batik rakyat adalah batik yang berkembang diluar tembok kraton dan dikerjakan oleh rakyat yang hidup dilingkungan sekitar tembok keraton. Batik Rakyar dibedakan menjadi 2 jenis yaitu batik saudagaran dan batik petani, a) Pedagang (Saudagar) Batik saudagar adalah wastra batik yang dihasilkan oleh kalangan saudagar batik, polanya bersumber pada pola-pola batik kraton, baik pola larangan maupun pola batik kraton lainnya yang

27 34 ragam hias utana serta isen-isennya digubah sedemikian rupa sesuai dengan selera kaum saudagar (Doellah, 2002: 126). b) Petani Batik petani atau batik pedesaan adalah batik yang digunakan oleh kaum petani setelah pemakainan batik sebagai bahan busana menembus tembok keraton dan merambah masyarakat pedesaan. (Doellah, 2002: 126). Motif batik petani bersumber pada motif batik kraton dan digubah oleh para petani dengan motif yang berasal dari alam sekitar berupa tunbuh-tunbuhabm buah-buahan dan bahkan burung-buring kecil. B. Teori dan Kerangka Pikir. Pada penelitian ini mencoba meneliti fenomena batik dengan teknik malam dingin dengan pendekatan desain. Teori tentang desain yang dikemukakan oleh Agus Sachari akan digunakan untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini. 1. Teori Desain Definisi desain sendiri adalah suatu proses kreatif yang menghasilkan bentuk-bentuk yang bernilai serta diperlukan oleh manusia. Desain pada hakekatnya adalah kegiatan yang berupaya untuk mencari mutu yang lebih baik dari material teknis performansi dan bentuk untuk memenuhi sasaran kebutuhan

28 35 yang paling maksimal (Sachari, 1986: 84-85). Desain yang baik adalah desain yang mampu memenuhi kebutuhan manusia. Namun kenyataannya muncul kesulitan-kesulitan dalam menciptakan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Akhirnya desain melengkapi diri dengan metodologi dan basis keilmuan. Dilihat dari lingkup pengerjaannya, desain merupakan integrasi dari kegiatan sains (metode riset, ilmu fisika, matematika, ilmu bahan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu psikologi, ilmu budaya dan seterusnya). Teknologi (ilmu konstruksi, teknologi produksi, teknologi mesin, teknologi material dan seterusnya) dan seni rupa (ilmu bentuk, filsafat, estetika, teknik presentasi dan seterusnya). Yang pada intinya semua kegiatan itu akan tertuang dari kreatifitas setiap individu atau manusia (Sachari, 1986: 136) Hal serupa juga telah dikemukakan oleh Imam Buchori dalam bukunya Wacana Desain (2011: 208) bahwa desain memang mengandung unsur Seni karena adanya unsur heuristic dan estetik, mengandung unsur Sains alami karena berkaitan dengan prinsip dan sifat, fisikokemikal dari material, mengandung unsur teknologi karena melipatgandakan kemampuan manusia, dan ilmu sosial. Pertimbangan desain diatas diperkuat kembali oleh tulisan Agus sachari dalam bukunya Paradigma Desain Indonesia bahwa: Akar dari ilmu desain itu mencerap dari suatu kondisi yang mengharuskan terjadi perkawinan dua disiplin yang mulanya agak tabu dilakukan yakni pendidikan ekonomi dan pendidikan senirupa (Sachari, 1986: 135) Dapat diartikan bahwa desain itu tidak hanya indah atau memiliki nilai estetis, tetapi juga harus memiliki nilai ekonomi. Yaitu desain itu harus laku,

29 36 harus bermasyarakat. Demikian pula dikalangan industri dan ahli ekonomi, sadar betul bahwa produk itu tidak cuma sekedarnya, tapi pula harus mengundang minat beli, mengandung roh budaya serta dinamis menghadapi pelbagai cuaca perdagangan (Sachari, 1986: 136). Kegiatan desain selalu bermula dari riset atau penelitian pasar. Hasil dari penelitian pasar tersebut kemudian diolah dan dipergunakan untuk meramalkan bentuk desain yang dibutuhkan (Sachari, 1986: 149) Pendapat Baylay dalam Walker(2010: 29) juga mengemukanan definisi yang serupa bahwa desain dapat dilihat berdasar beberapa disiplin ilmu seperti seni dan ekonomi yaitu desain adalah sesuatu yang muncul ketika seni bertemu industri, ketika orang mulai membuat keputusan mengenai seperti apa seharusnya produk-produk yang dibuat secara massal. Industri disini sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu ekonomi. Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat diketahui bahwa desain adalah kegiatan menciptakan suatu barang atau meningkatkan kualitas suatu produk menjadi lebih indah dan menarik yang harus memiliki nilai proyeksi pemecahan suatu masalah dari kebutuhan fisik manusia dalam menjalani kehidupannya. Teknologi, seni rupa dan sains merupakan tiga hal yang saling berhubungan dalam proses desain. Seni rupa yang didalamnya terdapat unsurunsur rupa salah satunya estetika, dalam hal ini digunakan untuk mengkaji karakter visual produk batik yang dihasilkan dengan teknik malam dingin. Teknologi digunakan untuk mengkaji teknik produksi batik malam dingin. Sains yang memiliki banyak cabang ilmu, pada penelitian ini hanya menggunakan ilmu

30 37 ekonomi untuk mengkaji latar belakang kemunculan produk batik dengan teknik malam dingin dan daya saing batik malam dingin terhadap batik konvensional. Seperti diketahui bahwa suatu produk batik saat ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan para konsumen, walaupun tidak dapat dipungkiri ada pengaruh sosial budaya dalam memproduksi batik. 2. Kerangka Pikir Penelitian Pada dasarnya sebuah kerangka berfikir bertujuan sebagai pedoman atau arahan dalam pengetahuan dasar pada penelitian. Penggunaan kerangka berfikir bertujuan untuk memfokuskan proses penelitian yang akan dilaksanakan atau yang telah dilaksanakan. Penelitian ini mengkaji pada produk batik teknik malam dingin dengan pendekatan desain. Pada tahap awal penelitian dilakukan penelitian mengenai latar belakang kemunculan batik malam dingin dan awal perkembangan batik malam dingin. Pada tahap kedua dilakukan penelitian mengenai teknik produksi dan karakter visual yang mampu dihasilkan dengan teknik malam dingin. Pada tahap terakhir dilakukan penelitian mengenai daya saing batik dengan teknik malam dingin terhadap batik dengan teknik konvensional, dalam tahap ini akan diketahui perbandingan biaya produksi antar keduanya dan kualitas produk.

31 38 SAINS Ekonomi (Daya Saing) Biaya Produksi Produk Batik Malam Dingin Kualitas Produk TEKNOLOGI Teknik Produksi Karakteristik Produk Bagan 1. Kerangka Pikir Penelitian SENI Visual Produk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Pengertian batik secara etimologis berarti menitikkan malam dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Pengertian batik secara etimologis berarti menitikkan malam dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Batik Pengertian batik secara etimologis berarti menitikkan malam dengan canting sehingga membentuk cocok yang terdiri atas susunan titik dan garis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Batik Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakkan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10 Pada awalnya batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dibuat dari kapas (kain mori). Sekarang ini semakin berkembang dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Mata Kuliah Kriya Tekstil dan Batik III Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya Tekstil dan Batik II. Mata kuliah Kriya Tekstil

Lebih terperinci

BAB II. A. Kajian Pustaka

BAB II. A. Kajian Pustaka BAB II A. Kajian Pustaka 1. Batik Batik adalah sehelai wasrta, yakni sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional, beragam hias pola batik tertentu, yang

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. solo, serabi dan wedangan yang biasa disebut Hidangan Istimewa Kampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. solo, serabi dan wedangan yang biasa disebut Hidangan Istimewa Kampung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Solo merupakan kota yang memiliki beragam kekayaan kuliner. Tidak hanya makanan berat, tetapi juga makanan ringan atau jajanan yang unik dan menarik. Sebagai

Lebih terperinci

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY PENDAHULUAN Kain batik yang diidentikkan sebagai kain Nusantara kini berkembang menjadi industri modern. Konsekuensi dari masuknya batik ke dalam industri

Lebih terperinci

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) Lina Indra Kartika Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : m300adsa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Studi Pustaka 1. Seni Batik Lukis Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik lukis dikerjakan dengan teknik tutup celup, menggunakan malam bahkan

Lebih terperinci

FILSAFAT SEBAGAI DASAR KAJIAN DALAM PENERAPAN MOTIF- MOTIF SENI BATIK KLASIK

FILSAFAT SEBAGAI DASAR KAJIAN DALAM PENERAPAN MOTIF- MOTIF SENI BATIK KLASIK FILSAFAT SEBAGAI DASAR KAJIAN DALAM PENERAPAN MOTIF- MOTIF SENI BATIK KLASIK Oleh : Drs. Gde Yosef Tj. Jurusan Seni rupa Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia

Lebih terperinci

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Klara Puspa Indrawati Tulisan mengenai batik sebagai sebuah produk geometri ini muncul dari ketertarikan saya terhadap keindahan pada detail. Dalam ilmu arsitektur

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO Rasjoyo MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik untuk Kelas VI SD dan MI 3 Berdasarkan Kurikulum Muatan Lokal Pekalongan Tahun 2006 PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI

Lebih terperinci

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) FINAL TEST BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) GRADE 7 2011/2012 1. Konsep PTD adalah PGBU, yaitu... a. Pikir, Gambar, Buat, Ulangan b. Palu, Gergaji, Baut, Ulir c. Pikir, Gambar, Buat, Uji d. Pikir, Gabung,

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5. 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kain batik cap di sentra batik Paoman Art analisis deskriptif ornamen kain batik cap, peneliti memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda),

BAB II KAJIAN TEORI. keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda), BAB II KAJIAN TEORI A. Sejarah Kebudayaan Ruang lingkup sejarah kebudayaan sangat luas. Sema bentuk manifestasi keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda), Mentifact (fakta

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII 1. Batik berasal dari kata amba dan tik yang berarti... a. Menggambar, titik c. Menulis, garis b. Menulis, titik d. Menggambar, garis 2.

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57 Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama. 1) Ngemplong Ngemplong

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Karya Sejenis a. Bohemian Style Produk 1 : Baju Blouse Lengan Kalong Gambar 2. 1 Baju Blouse (Sumber: www.pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BATIK LUKIS PRAGITHA DI GUNTING GILANGHARJO PANDAK BANTUL

KARAKTERISTIK BATIK LUKIS PRAGITHA DI GUNTING GILANGHARJO PANDAK BANTUL KARAKTERISTIK BATIK LUKIS PRAGITHA DI GUNTING GILANGHARJO PANDAK BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini dipilih beberapa tulisan yang berkaitan dengan pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk skripsi.

Lebih terperinci

KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN

KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa

Lebih terperinci

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu Netty Juliana Abstrak Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menciptakan kreasi baru ragam hias Gorga Desa Naualau namun tidak menghilangkan bentuk aslinya. Ornamen

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Literatur Didapat dari macam-macam buku baik cetak maupun

Lebih terperinci

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN BAB II MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN II.1 Batik Batik merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang sudah ada sejak lama. Pengertian batik itu sendiri adalah suatu proses teknik pembuatan

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu EKSPLORASI WARNA ALAM MENGGUNAKAN KULIT BATANG, AKAR, DAUN DAN BUAH DARI TANAMAN MANGROVE (RHIZOPORA STYLOSA) SEBAGAI PEWARNA BATIK DENGAN PENGGUNAAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR Bayu Wirawan D. S.

Lebih terperinci

Perbedaan Desain Batik Kawung Klasik dan Batik Kawung Modern. Tri Suerni. Abstrak

Perbedaan Desain Batik Kawung Klasik dan Batik Kawung Modern. Tri Suerni. Abstrak Perbedaan Desain Batik Kawung Klasik dan Batik Kawung Modern Tri Suerni Abstrak Batik adalah kain tekstil hasil pewarnaan celup-rintang menurut ragam hias khas batik Indonesia dengan menggunakan lilin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, inovasi produk, dan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MOTIF BATIK PADA INDUSTRI BATIK DI KABUPATEN KUDUS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MOTIF BATIK PADA INDUSTRI BATIK DI KABUPATEN KUDUS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MOTIF BATIK PADA INDUSTRI BATIK DI KABUPATEN KUDUS Skripsi diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia 23 PENGARUH KOMPOSISI RESIN ALAMI TERHADAP SUHU PELORODAN LILIN UNTUK BATIK WARNA ALAM Effect of Natural Resin Composition on Temperature of Wax Removing for Batik Natural Dye Vivin Atika *, Agus Haerudin

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan Pengembangan ragam hias batik Banten memiliki keterkaitan dengan lingkungan non fisik. Dimana ragam hias batik banten memiliki ciri khas dan nilainilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola- pola ragam hias daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam hias yang ada

Lebih terperinci

Motif batik tulis kreasi baru Produksi batik merak manis di surakarta ( sebuah tinjauan estetika )

Motif batik tulis kreasi baru Produksi batik merak manis di surakarta ( sebuah tinjauan estetika ) Motif batik tulis kreasi baru Produksi batik merak manis di surakarta ( sebuah tinjauan estetika ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Kriya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad 18 atau awal abad 19. Batik diakui sebagai warisan budaya asli Indonesia milik dunia

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Batik Seni tekstil yang memiliki kaitan erat dengan nilai budaya masyarakat salah satunya yaitu batik. Karya yang dapat dikerjakan oleh sebuah kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kembang Telekan Kembang Telekan (Tagetes Erecta L) Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) Tanaman ini sering ditanam di halaman rumah dan taman-taman

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

Ragam Hias Kain Batik

Ragam Hias Kain Batik RAGAM RIAS KAIN BATIK 45 Ragam Hias Kain Batik A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari ragam hias kain batik Nusantara. Batik merupakan cara menghias latar kain melalui teknik celup rintang. Cara

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Potensi Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada permasalahan yang muncul dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN

PENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN PENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN Abdul Malik 1, Retno 2, Ayu 3 Jurusan Teknik Kimia-Tekstil, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam

Lebih terperinci

BATIK TULIS DI CV. PESONA TEMBAKAU MANDING TEMANGGUNG JAWA TENGAH DITINJAU DARI PENGEMBANGAN BENTUK MOTIF DAN WARNA SKRIPSI

BATIK TULIS DI CV. PESONA TEMBAKAU MANDING TEMANGGUNG JAWA TENGAH DITINJAU DARI PENGEMBANGAN BENTUK MOTIF DAN WARNA SKRIPSI BATIK TULIS DI CV. PESONA TEMBAKAU MANDING TEMANGGUNG JAWA TENGAH DITINJAU DARI PENGEMBANGAN BENTUK MOTIF DAN WARNA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikat celup merupakan upaya penciptaan ragam hias permukaan kain setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di Indonesia tersebar

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas V SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas V SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO Rasjoyo MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik untuk Kelas V SD dan MI 2 Berdasarkan Kurikulum Muatan Lokal Pekalongan Tahun 2006 PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

Lebih terperinci

BATIK DARI INDONESIA

BATIK DARI INDONESIA BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah, merancang batik dengan berdasarkan mata pencaharian desa Bakaran, secara umum banyak menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sektor

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BATIK MOTIF SEKAR JAGAD YOGYAKARTA SKRIPSI

KARAKTERISTIK BATIK MOTIF SEKAR JAGAD YOGYAKARTA SKRIPSI KARAKTERISTIK BATIK MOTIF SEKAR JAGAD YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BATIK TULIS PRODUKSI CV. AGNESA NAGARASARI CIPEDES TASIKMALAYA SKRIPSI

BATIK TULIS PRODUKSI CV. AGNESA NAGARASARI CIPEDES TASIKMALAYA SKRIPSI BATIK TULIS PRODUKSI CV. AGNESA NAGARASARI CIPEDES TASIKMALAYA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA

PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA Lies Susilaning Sri Hastuti Peneliti pada Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl.Kusumanegara No 7 Yogyakarta E-Mail :hastuti2121@gmail.com ABSTRAK Tanaman

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK DI KAWASAN SENTRA BATIK LAWEYAN SOLO SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK DI KAWASAN SENTRA BATIK LAWEYAN SOLO SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK DI KAWASAN SENTRA BATIK LAWEYAN SOLO SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Penciptaan Taj Mahal adalahsalah satu keajaiban dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang bernama Agra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan. Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan. Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3 1 Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3 Tegal adalah kota strategis memiliki batik yang berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA IV. Kajian Estetika Feldman Kajian motif bunga mawar pada kelom geulis Sheny menggunakan teori Estetika Feldman, untuk mengkaji objek

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Drs. Syamsudin, M. Sn. Ir. Sri Herlina, M.Si. PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI Nama Djawa Hokokai mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yaitu organisasi Putera menjadi Organisasi

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka terdapat tiga permasalahan sehubungan dengan perancangan batik tulis dengan sumber ide tanaman buah kakao.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri kreatif merupakan kumpulan aktivitas terkait dengan penciptaan atau penggunaan ilmu pengetahuan dan informasi untuk menciptakan nilai dan pemecahan

Lebih terperinci

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Batik Betawi DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda C. Definisi Sekura Cakak Buah D. Kesimpulan dan Koreksi Kegiatan Penyusunan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fungsi dan Bentuk Fungsi daripada furnitur dan aksesoris yang dibuat adalah untuk membantu setiap tamu untuk melakukan aktifitas meditasi, sehingga furnitur berupa sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi, isu perdagangan global dan kesadaran akan pentingnya peran konsumen telah mengakibatkan banyak perubahan pada kondisi persaingan dalam

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri atau sifat-sifat yang terdapat didalam citra dan membentuk suatu pola-pola dengan interval

Lebih terperinci

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris

Lebih terperinci

Teknik dasar BATIK TULIS

Teknik dasar BATIK TULIS Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari Hasil Penelitian yang telah diuraikan dimuka, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keraton Kasunanan Surakarta mulai dibangun pada

Lebih terperinci