BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Batik Seni tekstil yang memiliki kaitan erat dengan nilai budaya masyarakat salah satunya yaitu batik. Karya yang dapat dikerjakan oleh sebuah kelompok masyarakat atau individu menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Batik salah satu bentuk eksplorasi sebuah seni tradisi yang semakin berkembang meningkatkan nilai kebudayaan Indonesia. Batik juga sebagai salah satu seni tradisional Indonesia yang menyimpan konsep artistik yang tidak dibuat semata-mata untuk keindahan. Batik juga fungsional sebagai pilihan busana sehari-hari, untuk keperluan upacara, adat, tradisi, kepercayaan, agama, bahkan status sosial. Batik bukan saja indah, tetapi juga bermakna, mencakup nilai-nilai moral, adat, agama (Wulandari, 2011 : 75). Teknologi yang berkembang memudahkan untuk mendapat informasimengenai batik saat ini. Singkat batik merupakan kain bermotif dibuat dengan cara menggambar diatas kain menggunakan malam panas disebut batik tulis sedangkan prosesnya disebut membatik. Wulandari (2011 : 3-4)menjelaskan pembatik adalah orang membatik atau orang yang pekerjaannya membuat batik, dan proses pembuatannya memakan waktu lebih dari dua sampai tiga bulan. Pembatikan adalah tempat pembatik, perusahaan batik, atau bisa juga proses, cara, dan pembuatan batik. Seni gambar diatas kain yang hanya dapat digunakan dalam kraton oleh para raja dan keluarga raja sebagai pakaian kebesaran.kain tersebut dikenal dengan 8

2 9 motif batik larangan, motif larangan dikraton Yogyakarta lebih terperinci dibanding dengan kraton Surakarta. Larangan di Yogyakarta yaitu motif ParangRusak, Semen Ageng, dan Sawat Gurda. Motif batik larangan kraton Surakarta meliputi motif Parang Rusak, Cemukiran, Udan Liris(Wulandari, 2011 : 58). Tata tertib pengelompokan untuk menunjukkan tingkat keningratan menurut buku Indonesia Indah Batik oleh Soeharto, dkk (1997 : 62) : a. Penguasa, putera mahkota dan permaisuri atau istri: 1) Semua jenis corak ParangRusak 2) Sembagen Huk Gambar 1. Motif ParangRusak Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 62 Gambar 2. Motif Sembagen Huk Sumber:Soeharto, dkk, 1997 : 66

3 10 3) Garuda Ageng b. Khusus bagi para anggota keluarga yang bergelar pangerann serta keturunan penguasa: Gambar 3. MotifGaruda Ageng Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 63 1) Semua corak Semendengan sayap garuda berganda maupun tunggal Gambar 4.MotifSemen, Lar Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 63

4 11 2) Udanliris Gambar 5.MotifUdanLiris Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 62 c. Keluarga jauh yang bergelar Raden Mas atau Raden: 1) Semua corak semen tanpa bentuk-bentuk sayap Gambar 6. Semen Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 63

5 12 2) Kawung Gambar 7. MotifKawung Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 63 3) Rujak Sente mirip UdanLiris yang umumnya menggunakan garis-garis diagonal bercorak (Soeharto, dkk, 1997 : 62-63) Gambar 8. MotifCatur Karsa Sumber: Doellah, 2002 : 26 Acara kebesaran untuk menghadap raja maka para permaisuri, patih, bangsawan dan petinggi kerajaan menggunakan pakaian resmi yaitu jarityang dibuat dari batik. Abdidalem kerajaan selalu berpakaian tradisional Jawa dengan mengenakan jarit, baju beskap dan blangkon. Ibu-ibu juga menggunakan batik

6 sebagai selendang untuk melengkapi kebaya dan alat untuk menggendong (Lisbijanto, 2013 : 2). Jumlah pengikut atau abdidalem banyak yang tinggal diluar kraton maka seni batik dibawa keluar dan dikerjakan oleh abdidalem dirumah masing-masing. Seni batik dapat ditiru oleh rakyat sehingga meluas menjadi pekerjaan wanita untuk mengisi waktu kosong. Zaman kraton Yogyakarta pendidikan membatik telah dipadukan dengan seni tari dan paes (mempercantik wajah). Batik kental dalam pendidikan etika dan estetika untuk wanita zaman dulu (Soeharto, dkk, 1997 : 32).Penggunaan kain batik dapat menunjukkan status sosial yang tinggi di dalam masyarakat serta untuk jaminan pinjaman uang di pegadaian. Keputusan sultan dan sunan pada abad 17 tentang kepopuleran batik. Bahwa batik sudah kehilangan sifat ekslusifnya yang dahulu, karena kini dibuat oleh para pengrajin Jawa. Oleh sebab itu pangkat dan kedudukan tidak lagi dihubungkan dengan produk itu sendiri. Sehingga dibuat desain batik yang berbeda untuk membedakan pemakai batik dari keluarga kerajaan dengan mereka para pemakai batik orang kebanyakan (Dharsono, 2007:42). Batik merupakan sehelai kain yang dibuat dengan teknik menahan warna dengan malam (lilin) dalam pembentukan motif diatas kain menggunakan canting. Batik memiliki ragam hias variasi dan warna yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk kesatuan rancangan yang berpola. Variasi ragam hias berdasarkan latar belakang pembuatan batik seperti letak geografis, kepercayaan, adat istiadat, tatanan sosial, gaya hidup dan lingkungan alam setempat. Wilayah penghasil batik memiliki motif berbeda-beda dibuat untuk mencerminkan suatu tradisi budaya dan melukiskan lingkungan asli pembatikan.wilayah-wilayah daerah penghasil batikmemiliki kesamaan ragam hias karena perdagangan dan hubungan pernikahan atau persaudaraan (Soeharto, dkk, 1997 : 42). 13

7 14 2. Motif-Motif Batik Motif-motif batik yang berkembang menurut Lisbijanto (2013 : 46) dibagi menjadi dua yaitu motif batik kontemporer dan motif batik klasik. a. Motif batik modern Lisbijanto (2013 : 48) menjelaskan motif batik modern adalah memodifikasi dari motif batik yang telah ada tidak menggunakan patokan batik klasik, seperti gabungan antara motif Parang dan klithik dari motif Sekar Jagad. Warna, desain dan bahan tidak menggunakan pakem sehingga lebih bebas dan mandiri dalam mencipta. Proses pengerjaan mudah dan dapat dikerjaan secara singkat. Warna batik sesuai dengan tradisi yang berkembang di daerah tersebut misalnya warna merah, hijau, kuning, biru muda dan sebagainya (Soeharto, dkk, 1997 : 44). Bahan batik yang digunakan dapat berkembang dalam penggolahannya menggunakan teknologi canggih dan disebut batik printing. b. Motif batik klasik Motif batik klasik memiliki pakem dan terdapat batasan-batasan tertentu pada ornamen maupun warna yang digunakan sejak dahulu. Motif klasik sudah mengalami perkembangan dan penyempurnaan dalam kurun waktu yang relatif lama, sehingga diakui keberadaannya yang memiliki ciri khas yang sudah baku. Motif batik klasik terlihat indah, halus dan mewah walaupun kaku dan bentuk garis yang belum sempurna (Lisbijanto, 2013 : 47). Alat dan bahan yang digunakan pada saat itu menggunakan kanji ketan, alat terbuat dari bambu. Warna yang dibuat juga sederhana yaitu warna biru atau wedelan, dan warna coklat atau soga. Batik klasik memilikiciri-ciri sebagai berikut:

8 15 1) Motif-motif yang memiliki makna atau pesan yang baik untuk pemakainya. 2) Unsur-unsur ragam hias yang ada berupa motif ular, barong geometris dan pagoda. 3) Motif-motif yang digunakan merupakan ciri khas daerah asal mula batik tersebut, dan 4) Warna khas motif batik klasik cenderung putih, hitam, coklat tua atau hitam. Motif batik yang termasuk dalam batik klasik seperti motif batik Sida Mukti, Sida Luhur, truntum, ceplok, kawung, Parang Kusumo, Parang Rusak, dan lain sebagainya(lisbijanto, 2013 : 47). Motif batik klasik menjadi sebuah tradisi mulai dari bentuk ragam hias atau motif yang dibuat secara turun temurun dan menjadi kebisaan masyarakat tersebut (Soeharto, dkk, 1997 : 5). Batik tradisi memiliki arti dalam kehidupan, diyakini sebagai sebuah do a yang dipanjatkan untuk pemakai. Kain tradisi biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti proses mitoni, persalinan, khitanan, pernikahan, kematian, dan lain-lain. Ciri-ciri ragam hias batik tradisi yaitu: 1) Motif yang terdiri klowong, cecekan, tembokan, isen-isen. 2) Terdapat tata letak, corak, pewarnaan yang sederhana. 3) Corak batik yang memiliki arti simbolik pada masing-masing motifnya, sehingga terdapat perbedaan fungsi pemakaian seperti hanya digunakan untuk kelengkapan upacara-upacara tertentu.

9 4) Warna cenderung gelap (warna tanah) yaitu putih, hitam, coklat, kehitaman atau coklat tua (Riyanto, dkk, 2010 : 24) Batik Kraton Yogyakarta Kekayaan budaya membatik di Indonesia berasal dari kraton-kraton Jawa. Wastra batik memunculkan keindahan ragam hias, abadi, dan mengandung nilainilai perlambangan yang berkaitan erat dengan latar belakang penciptanya (Doellah, 2002 : 54). Penelusuran munculnya batik tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan dari kerajaan yang berada di pulau Jawa meliputi Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta pada masa itu. Batik kraton adalah seni batik yang ada dan berkembang diatas dasar-dasar filsafat budaya Jawa yang mengandung nilai-nilai magis dan pemurnian diri, serta keseimbangan manusia dan semesta alam dan serasi (Soeharto dkk, 1997 : 5). Wilayah Yogyakarta diyakini sebagai munculnya batik kraton. Kegiatan membatik dalam kraton merupakan media untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena memiliki makna filosofis dan sarat akan makna kehidupan. Batik menjadi olahraga para puteriputeri raja, dan batik berkaitan dengan tingkat keningratan dan kebangsawanan. Motif yang dibuat rumit dan halus, memiliki beberapa warna kalem seperti soga, indigo, hitam, coklat dan putih. (Wulandari, 2011 : 54). Ambar (2011 : 36) mengatakan motif kuno kraton seperti motifbanji (abad ke-14), gringsing (abad 14), kawung diciptakan Sultan Agung ( ), parangdanmotif anyaman (nitik).motif larangandibuat dan digunakan untuk raja, namun berbeda pada saat ini terdapat satu motif yang tidak boleh digunakan saat berkunjung ke kraton Yogyakarta yaitu motif parang. Motif batik yang digunakan untuk raja dan

10 17 keturunannya memiliki ciri khas tersendiri, sejarah munculnya motif Parangtidak lepas dari sejarah berdirinya kerajaan Mataram Islam oleh Panembahan Senopati. Pusat kerajaan Mataram Islam berpindah dari Demak ke Mataram, sehingga raja sering bertapa di sepanjang pesisir pulau Jawa, antara lain Parang kusuma menuju Dlepih Parang Gupito, menelusuri tebing Pegunungan Seribu yang tampak seperti pereng atau tebing berbaris. Wilayah tersebut menjadi inspirasi raja Mataram dalam membuat motif Parang yang kemudian digunakan untuk raja dan keturunannya dilingkungan istana (Ambar, 2011 : 36-37). Perselisihanyang terjadi dalam kerajaan maka oleh pihak Belanda mengusulkan untuk membuat perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti ditandatangani pada tahun 1755, akibatnya perpecahan terjadi menjadi kraton Surakarta dan kraton Yogyakarta (Suyami, 2008 : 24-25). Perbedaan dibuat oleh kraton Yogyakarta untuk membedakan kedua kerajaan seperti tata adibusana sampai batik. Kraton Surakarta mulai berkembang dengan berinovasi serta pada motif pakem tetap bersumber pada batik kraton Yogyakarta. Ciri khas batik Yogyakarta memiliki pola geometris besar, diperkaya dengan parang, nitik dan berlatar dasar warna putih (bledak) (Wulandari, 2011 : 55). Perjanjian tersebut membuat wilayah-wilayah pembatik di Yogyakarta untuk memenuhi kebutuhan lingkungan kraton dan para bangsawan. Tradisi membuat batik dengan pewarna alam masih berlangsung hingga kini di Galur, Kulonprogo. Motif-motif khas Yogyakarta banyak dijumpai di wilayah Imogiri, Bantul terutama di desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta (Yudhoyono, 2011: 63).

11 18 4. Penggolongan Motif Batik Unsur-unsur motif batik yaitu ornamen utama, ornamen tambahandan isen-isenyang disusun akan membentuk sebuah motif.motif yang diulang-ulang akan membentuk sebuah pola. Motif pada seni batik dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu motif geometris dan motif non geometris (Sewan, 1980 : 213) a. Motifgeometris Motif batik yang terdiri dari ornamen-ornamen yang disusun berdasarkan unsur-unsur antara lain berupa segitiga, bintang, lingkaran, persegi empat dan lain sebagainya. Ciri dasar pola batik geometris dibagi menjadi bagianbagian disebut report. Report berbentuk segiempat panjang atau lingkaran yaitu golongan motif Banji, Ceplok, Kawung. Report berbentuk garis miring sehingga membentuk belahketupat yaitu parang atau lereng (Lisbijanto, 2013 : 50-51). Motif yang termasuk dalam golongan motif geometris; 1) Motif Banji Motif yang berdasarkan ornamen swastika (motif kuno), yang dibentuk serta disusun dari setiap ujung ornamen swastika kemudian dihubungkan satu sama lain dengan gais-garis (Sewan, 1980 : 218).Motif Banji digunakan sebagai penghias bidang pada kain yang terdiri dari motif isen-isen dan motif pengisi lain sehingga terlihat penuh. Buku Batik Nusantara dari Wulandari (2011 : 108) menjelaskan motif Banji digunakan untuk melambangkan perjuangan melawan ketidakadilan.

12 19 Gambar 9. Motif Banji Banyumas Sumber: Sewan, 1980:219 2) MotifCeplok Gambar 10. Motif Ceplok Kembang Cengkeh Sumber: Hamzuri, 1994 : 70 Motif yang terdiri gambar-gambar yang berasal dari bentuk-bentuk lingkaran, bintang, persegi panjang, jajaran genjang, atau bentuk-bentuk lain yang disusun dalam tatanan persegi.sewan (1980 : 221) menjelaskan motif Ceplok artinya dalam Jawa keplok atau ceples sehingga sesuai dengan bentuk yang digambarkan. Beberapa nama motif Ceplok yaitu CeplokNogo Sari, Ceplok Kesatrian, Ceplok Supit Urang, Ceplok Truntum,Ceplok Cokra Kusuma.

13 20 3) Motif Nitik (anyamanatautenunan) Motif yang tersusun dari garis-garis putus, titik-titikk dan variasinya sehingga menyerupai anyaman maka disebut juga motif anyaman. Motif ini dianggap motif asli dan tergolong motif tua. Nama-nama motif Nitik yaitu NitikRengganis, Nitik Cakar Ayam, Nitik Kembang Blimbing, dan lain sebagainya (Sewan, 1980 : 224). Gambar 11. Motif NitikCakar Ayam Sumber: Rabi ah, 2000 : 84 4) MotifKawung Motif ini terbentuk oleh susunan lingkaran atau oval diilhami dari buah aren yang dibelah dan tersusun diagonal dua arah. Bila diperhatikan susunan biji-bijian ini terukur. Memiliki empat bentuk oval sehingga motif utama yang tersusun dalam sebuah lingkaran (Soeharto, dkk, 1997 : 45).Motif ini melambangkan raja dengan dikelilingi empat orang patih atau juga merupakan lambang pancapat.tafsirkan lain jika pola ini menggambarkan teratai yang sedang mekar dengan empat kelopak. Nama-nama dari motif Kawung didasarkan pada besar kecilnya Kawung tersebut, seperti: a) Kawung berbentuk kecil-kecil (KawungPicis). Picis adalah Kawung yang berbentuk kecil-kecil menyerupai bentuk mata uang dari logam

14 21 yang paling kecil. Ragam hias ini ada sejak 2000 SM dan baru dimunculkan pada batik setelah ditemukan canting dan dinamai KawungPicis (Ambar, 2011 : 42). b) Kawung yang berukuran agak besar disebut KawungBribil. Bribil adalah mata uang logam yang besarnya lebih dari Picis (Sewan, 1980 : 226). c) Kawung yang lebih besar dari KawungBribil disebut KawungSen (Sewan, 1980 : 226). 5) Motif Parang Gambar 12. Motif KawungPicis Sumber: Ahya, 2013 : 22 Motif motif ini tersusun membentuk garis-garis sejajar dengan sudut miring 45 derajad. Ragam hias khas dalam motif Parang berbentuk belah ketupat disebut mlinjon. Motif yang tersusun miring tidak terdapat mlinjon disebut Lereng. Contoh motif Lerengialah motif Udan Liris, motif Pring Sedapur, dan motif Sekar Kopi. Motif Parang yaitu motif ParangRusak, motif Parang Kusuma, motif Parang Rusak Barong, motif Parang Gondosuli, dan lain sebagainya (Sewan, 1980 : 227).

15 22 b. Motifnon geometris Gambar 13. Motif ParangKusuma Sumber: Ahya, 2013 : 18 Motif non geometris memiliki susunan motif yangtidak teratur, tidak dapat diukur secara pasti, dapat terjadi pengulangan seluruh motif seperti motif Semen, motif Lung-lungan dan motif Buketan (Soeharto, dkk, 1997 : 45). Motif non geometris terdapat ornamen-ornamen yang digunakan yaitu tumbuhan, meru, pohon hayat, candi, binatang, burung, garuda, ular atau naga tidak teratur menurut bidang geometris. 1) Motif Buketan, terdiriataskuncupdaun-daunansertabunga- bungaan.motif terdiri dari rangkaian bunga atau kelopak bunga, kupu-kupu, burung, atau berbagai satwa kecil sehingga membentuk satu kesatuan yang selaras dan dapat dijumpai pada batik pedesaan dan batik saudagaran (Doellah, 2002 : 21)

16 23 Gambar 14. Motif Buketan Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 72 Motif Semenmerupakan ragam hias batik yang tersusun secara bebas dan memiliki pakem pada ornamen-ornamennya. Kata semen berasal dari kata semi yang berarti bersemi. Golongan semen dibedakan menjadi tiga macam yaitu motif Semen terdiri dari ornamen motif Semen terdiri binatang), dan motif tumbuh-tumbuhan saja (bunga, kuncup bunga dan daun), dari ornamen tumbuhan dan binatang (bunga, daun dan Semen terdiri dari ornamen tumbuhan, binatang, lar-laran atau binatang bersayap. Ragam hias utama yang menjadi ciri khas motif Semen yaitu meru (Sewan, 1980 : 213). Gambar 15. Motif SemenGurdo Sumber: Doellah, 2002 : 27

17 24 2) Motif Lung-lungan, Doellah (2002 : 20) menjelaskanmotif Lung- serta tidak lungan ini memiliki ragam hias tidak lengkap seperti semen menggunakan meru. MotifLung-lungan seperti motif Babon Angkrem dan Grageh Waluh. Gambar 16. Motif Lung-LunganGrageh Waluh Sumber: Doellah, 2002 : Unsur-Unsur Motif Batik a. Warna batik Batik memiliki komponen dasar yaitu warna, garis, dan titik memiliki peran penting dalam arti simbolis dan membuat suatu batik menjadi menarik. 1) Warna Karya desain atau karya seni dan kerajinan unsur warna menjadi salah satu kekuatan dan kekayaan tersendiri sebagai identitas lokal. Zat warna yang digunakan dalam batik ada dua yaitu: zat warna nabati dan zat warna sintetis (Lisbijanto, 2013 : 53). a) Zat warnaa nabati Zat warnaa nabati (alam) adalah zat warna yang diperoleh dari alam atau tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar zat pewarna nabati (alam) tidak pudar dan dapat menempel dengann baik, maka hal pertama pada prosess pewarnaan dengan mordanting. Proses mordanting yaitu

18 25 memasukkan unsur logam ke dalam serat. Bahan pewarna alam yang bisa digunakan untuk batik dapat diambil pada tumbuhan bagian daun, buah, kulit kayu, atau bunga. Dihasilkan warna merah dari kulit akar, warna soga dihasilkan oleh tiga jenis tanaman yang digabungkan atau diekstrak bersama-sama antara lain tingi, jambal, dan tegeran.ada tiga tahap proses pewarnaan alam yang harus dikerjakan yaitu: proses mordanting,proses pewarnaan atau pencelupan, dan proses fiksasi (Wulandari, 2011:79). b) Zat warna sintetis Zat warna sintetis atau zat wana kimia mudah untuk diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya. Zat warna sintetis yang banyak dipakai untuk pewarnaan batik yaitu zat warna remasol, napthol dan indigosol. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan dicolet (Wulandari, 2011 :80). 2) Garis Menurut Lisbijanto (2013 : 55) dalam buku Batik menjelaskan garis merupakan goresan diatas permukaan yang memiliki arti. Motif batik memiliki fungsi garis sebagai pembatas atau memperindah motif itu sendiri. Garis tidak lurus tetapi garis yang memiliki ketebalan yang menyesuaikan dengan motif. Garis menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi garis lengkung, garis putusputus, garis gelombang, garis zig-zag, garis lurus, dan garis imajinatif. 3) Titik Titik dalam batik berfungsi untuk mengisi pola yang ada atau bagian dari isen-isen. Dibutuhkan alat bantu untuk membuat titik yang disebut dengan canting(lisbijanto, 2013 : 55).

19 26 b. Motif Motif dan pola memiliki pengertian yang berbeda. Motif merupakansusunan dari motif utama, motif pengisi, dan motif isian (isen). Pola batik merupakan perulangan motik di atas kain. Ragam hias/ornamen memiliki pengertian yang hampir serupa corak, yaitu corak hiasan berupa gambaran dari irama berwujud garis atau bidang sebagai pengungkap ekspresi (Ambar, 2011 : 113). Tiga unsur pokok dan perlu diperhatikan dalam membuat motif batik yaitu: ornamen utama, ornamen tambahan, dan isen-isen. Tiga unsur pokok tersebut memiliki penjelasan yang sama dengan motif utama, motif pengisi dan isian (isen) dari Dharsono Sony Kartika untuk menganalisisestetika motif batik. 1) Ornamen utama Ornamen utama adalah ragam hias/corak yang menentukan motif utama dalam sebuah batik yang masing-masing mempunyai makna. Termasuk ornamen pokok/utama ini antara lain: ornamen meru, ornamen pohon hayat, ornamen burung, ornamen ular danornamen lidah api (Sewan, 1980 : 212). 2) Ornamen tambahan Ornamen tambahan adalah ragam hias/corak yang tidak mempunyai arti didalam motif melainkan pengisi atau motif selingan untuk melengkapi ornamen utama (Sewan, 1980 : 212). 3) Isen-isen Isen-isenadalah pengisi ornamen utama dan ornamen tambahan yang berupa garis, titik, garis dan titikyang berukuran kecil dan rumit memerlukan ketelitian sehingga menciptakan sebuah keindahan pada motif secara keseluruhan (Wulandari, 2011 : 105). Motif batik klasik isen-isen menjadi unsur-unsur penentu

20 isen memiliki nama 27 bentuk kehalusan hasil dan proses pembuatan khususnya yang kecil-kecil. Isen- yang berbeda-beda sesuai bentuknya. Ragam hias isen-isen dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu pengisi latar kain antara corak utama dan pengisi bidang di dalam ragam hias (Soeharto, dkk, 1997 : 50) berikut macam-macam isen-isenpada motif batik:

21 28

22 29

23 30 Gambar 17. Isen-IsenBatik Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 48

24 31 6. Teori Estetika Teori yang digunakan sebagai landasan dalam pengkajian tentang batik tradisi Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta adalah pendekatan berdasarkan estetika menurut Darshono Sony Kartikayang didukung oleh pendapat estetika dari Agus Sachari. a. Estetika Kebudayaan merupakan pola-pola tingkah laku dan pola-pola bertingkah laku, baik eksplisit maupun implisit yang diperoleh dan diturunkan melalui simbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dan karakteristik dari kelompok manusia, termasuk perwujudannya sebagai benda-benda ataupun materi. Tradisi dalam suatu masyarakat dapat berubah, tetapi nilai-nilai budaya yang dianggap adiluhung tetap dilestarikan. Seni tradisi klasik Jawa yang membuahkan kesenian adiluhung bukan kebetulan. Seperti seni batik klasik tradisional bukan muncul sebagai produk kebetulan, tetapi mengalami proses yang panjang dan berkaitan dengan sistem dialek budaya dan kekuasaan saat itu (Dharsono, 2015 : 1-2, 83). Melestarikan dan mengembangkan seni tradisi klasik sebagai media pendidikan. Batik dapat dikatakan seni pertunjukan sebab sarana seni yang mengandung nilai yang kental dengan kekuatan kosmis-magis. Kekentalan kosmis-magis sebuah kekuatan yang menjadi dasar munculnya local-genius. Digambarkan seni yang religius menjadi seni sebagai dakwah (ajaran atau tuntunan) dan sebagai pertunjukan (tontonan), setelah periode Islam dapat disebut seni sebagai tuntunan dan tontonan (Dharsono, 2015 : 42-43). Kajian batik dari sudut pandang estetika merupakan kajian makna, bentuk visual, pola atau motif batik, dan warna. Darsono (2007 : ) dalam buku pengantar estetika menjelaskan struktur batik merupakan struktur atau prinsip dasar penyusun batik yang terdiri dari unsur pola atau motif batik yang disusun

25 32 berdasarkan pola/struktur yang sudah baku. Pola terdiri dari motif utama, motif pengisi (pelengkap), dan isian (isen). 1) Motif utama, Merupakan unsur pokok berupa gambar-gambar dari wujud tertentu. Motif utama merupakan unsur (elemen) pokok maka sering disebut ornamen pokok (utama). Pada kesenian klasik, motif utama merupakan motif yang mengandung falsafah atau ajaran (tuntunan). 2) Motif pengisi (pelengkap). Merupakan pola berupa gambar-gambar yang dibuat untuk mengisi bidangmotif utama ataudalam pola batik. Berbentuk lebih kecil dan tidak turut memberikan arti atau jiwa pola tersebut, ini disebut ornamen pengisi. Fungsinya untuk melengkapi tatasusun dalam pembuatan pola dan dan menghias pola. 3) Isian(isen) Berfungsi untuk memperindah pola secara keseluruhan baik ornamen pokok maupun ornamen pengisi. Isian berupa hiasan, titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis (dalam tari disebut variasi gerak). Biasanya isen dalam seni batik mempunyai bentuk dan nama tertentu dan jumlahnya banyak (Dharsono, 2015: 43-44).Penggambaran pola/motif pada tata susun terdapat di daerah Indonesia dengan berbagai variasi dan ciri khas daerah masing-masing. Menganalisis estetika bentuk seni batik merupakan sebuah tontonan dan tuntunan dapat diperkuat pandangan estetika dari Agus Sachari jika dalam bentuk yang terdiri dari pengulangan ragam hias/corak tersusun menjadipola, kemudian diulang kembali dengan indah menjadi motif yang mengandung nilai falsafahsehingga disebut motif utama sebab memiliki simbol dan makna. Peran

26 motif pendukung, isen sebagai penambah nilai keindahan sehingga terlihat sebagai daya perkembangannya motif batik Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta. Filsafat yang membahas esensi dari totalitas kehidupan estetik dan artistik yang sejalan dengan zaman. Estetika tidak lagi menyimak keindahan dalam pengertian konvensional, melainkan telah bergeser ke arah sebuah wacana dan fenomena. Estetika dalam karya seni modern, jika di dekati melalui pemahaman filsafat seni yang merujuk pada konsep-konsep keindahan zaman Yunani atau abad pertengahan karena estetika bukan hanya simbolisasi dan makna, melainkan juga daya (Sachari, 2002 : 3). b. Makna Menjelaskan jika seorang penafsir terikat empat aspek tematis dalam menafsirkan makna. Pertama, tidak memiliki awal sebagai penafsiran makna. Kedua, tidak memiliki pandangan yang menyeluruh untuk memahami suatu objek dalam sementara. Ketiga, tidak ada keadaan yang mutlak membatasi karena tidak memiliki penafsiran secara keseluruhan. Keempat, fenomena yang dilihat manusia tidak memiliki sifat tertutup, maka terdapat peluang untuk memadukan antara fenomena (Fitriani, 2015 : 29). Proses pemaknaan dianggap penting dalam sebuah objek kebudayaan baik secara subyektif maupun secara lebih luas. Makna yang terdapat pada objek-objek budaya yang dihasilkan oleh satu generasi sebelumnya, maka karya-karya yang dihasilkan akan hilang dalam peradaban umat manusia dikemudian hari (Fitriani, 2015 : 30). Tomy F awuy sebagai sarjana filsafat dalam keindahan, pengamat melihat dari permasalahan yang muncul. Kondisi apresiasi estetik masyarakat dalam memahami dan menempatkan seni yang mulai kehilangan maknanya sehingga mempengaruhi kedangkalan apresiasi (Sachari, 2002 : 63-64). c. Simbol 33

27 Estetika yang penting adalah mengupas simbolisme karena manusia bukan saja sebagai makhluk pembuat alat, melainkan juga sebagai makhluk pembuat simbol melalui bahan-bahan visual. Proses simbolisasi suatu objek estetika menjadi penting karena makna secara tajam dapat diamati pada proses penyimbolan satu fenomena atau juga penyimbolan gagas estetik (Sachari, 2002 : 14). Cassirer mengemukakan gagasan-gagasan tentang bentuk simbolis adalah karya estetis bukanlah semata-mata reproduksi dari realitas yang selesai. Seni merupakan satu jalan ke arah pandangan objektif atas benda-benda dan kehidupan manusia. Seni mengajarkan manusia untuk menjadikan benda-benda itu berwujud rupa, bukan hanya konseptualisasi atau pemanfaatan tetapi menyajikan realitas yang lebih kaya, lebih hidup, dan penuh warna-warni, sehingga wawasan estetis menjadi lebih menukik ke dalam struktur formal realitas (Sachari, 2002 : 15-17). Langer berusaha merumuskan teori seni yang dekat dengan hasil teori simbol. Simbol estetis bukan suatu struktur atau konstruksi melainkan suatu kreasi utuh. Simbol tersebut memiliki makna tersendiri, tidak hanya menjadi unsur-unsur tunggal, tersusun dalam prinsip yang bersifat tidak teratur. Susunan secara umum memiliki makna, tetapi sebuah keteraturan tidak memiliki makna. Simbol estetika adalah satu atau utuh dalam menyampaikan pesan untuk diresapi dimana di dalamnya terdapat nilai-nilai yang hendak dikomunikasikan dan dapat dimengerti (Sachari, 2002 : 18-19). Hubungan erat dengan kepercayaan dan timbal balik antara simbol yang dipilih dengan benda yang disimbolkan terdapat dalam simbol. Bahasa Yunani menjelaskan simbol yaitu simbolis berarti ciri, tanda, sedangkan lambang merupakan suatu hal yag mengandung arti tertentu dan tersembunyi sama halnya dengan lampu merah sebagai tanda berhenti dan lain-lain. 34

28 35 d. Daya (pemberdayaan) Daya berkaitan dengan pemberdayaan. Pemberdayaan memiliki keterkaitan dengan upaya untuk mengimbangi kedayaan yang mengancam atau mendominasi suatu kegiatan yang mengalami hambatan untuk berkembang (Sachari, 2002 : 84). Beberapa ilmuan memaparkan daya (pemberdayaan), Robert Dahl berpendapat bahwa pemberdayaan merupakan kekayaan yang mempengaruhi perilaku lain untuk bertindak sesuai kehendak pembuatnya. Pemberdayaan dinilai sebagai usaha memberi daya terhadap objek tersebut (Sachari, 2002 : 90). Pergeseran nilai pemberdayaan merupakan upaya untuk mengubah ekonomi maupun lingkungan sekitar daerah tersebut dengan cara yang khusus, berdasarkan bakat seseorang, kedayaan pribadi, maupun kedayaan cinta. Daya berpengaruh terhadap simbol dan makna. Dibutuhkan daya dalam proses perwujudan dari makna ke simbol agar dapat dikomunikasikan dengan baik. Begitu juga ketika mencoba menafsirkan simbol-simbol untuk mengetahui makna (Sachari, 2002 : 91).

29 36 B. Kerangka Pikir Model kerangka pikir / alur pikiran Batik Keraton Yogyakarta Batik Tradisi Giriloyo Tontonan Tuntunan Motif Utama: Simbol dan Makna Motif Pengisi Isian (Isen) Daya Estetika Batik Tradisi di desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta Bagan 1. Kerangka Pikir / Alur Pikiran

30 37 Pemahaman dasar dalam permasalahan yang akan diteliti dan teori atau pendekatan yang akan dipakai untuk mengkaji penelitian. Penulis mempelajari tentang batik kratonyogyakarta untuk memahami hubungan batik tradisi Giriloyo dengan kraton Yogyakarta. Hubungan tersebut memunculkan batik tradisi Giriloyo yang secara turun temurun dibuat hingga saat ini, serta proses membatik tetap menggunakan malam dan cantingtidak terpengaruh oleh perindustian batik lain yang menggunakan printing untuk membuat batik. Penulis menggali informasi untuk memperkuat dari beberapa buku-buku yang bersangkutan dengan obyek dan juga bisa dilakukan dengan observasi, wawancara, rekaman saat wawancara dengan para pelaku sejarah atau dengan siapapun yang masih ada hubungan dengan obyek penelitian.data-data tentang batik-batik tradisi di Giriloyo sesuai jenis kelompok motif batik yang dijadikan sebagai dasar penulis untuk menggungkapkan sisi keindahannya dengan pendekatan estetika. Penulis menggunakan pendekatan estetika sebab seni motif tradisional terdapat simbol-simbol dan makna yang dibuat dengan adanya keinginan untuk menyampaikan pesan-pesan. Peneliti mengkaji menurut Dharsono Sony Kartika dalam estetika batik meliputi tontonan berupa visual pada motif utama, motif pengisi dan isian(isen) dari sebuah motif batik. Tuntunan berupa filosofi pada motif utama yang terkait oleh estetika Agus Sachari dari simbol, makna dan daya. Tuntunan berkaitan dengan simbol dan makna berupa wujud bentuk motif utama dan warna mengandung harapan yang akan disampaikan. Terlihat juga sebuah daya berasal dari pengaruh kondisi sosial masyarakat agar melakukan pengembangan melestarikan sebuah tradisi membatik yang sudah dilakukan turun temurun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, inovasi produk, dan

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10 Pada awalnya batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dibuat dari kapas (kain mori). Sekarang ini semakin berkembang dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Lebih terperinci

Ragam Hias Kain Batik

Ragam Hias Kain Batik RAGAM RIAS KAIN BATIK 45 Ragam Hias Kain Batik A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari ragam hias kain batik Nusantara. Batik merupakan cara menghias latar kain melalui teknik celup rintang. Cara

Lebih terperinci

KAJIAN ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI, BANTUL, YOGYAKARTA

KAJIAN ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI, BANTUL, YOGYAKARTA KAJIAN ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Program Studi Kriya Tekstil Fakultas Seni

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY PENDAHULUAN Kain batik yang diidentikkan sebagai kain Nusantara kini berkembang menjadi industri modern. Konsekuensi dari masuknya batik ke dalam industri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Mata Kuliah Kriya Tekstil dan Batik III Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya Tekstil dan Batik II. Mata kuliah Kriya Tekstil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini dipilih beberapa tulisan yang berkaitan dengan pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk skripsi.

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Penciptaan Taj Mahal adalahsalah satu keajaiban dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang bernama Agra

Lebih terperinci

BAB II. A. Kajian Pustaka

BAB II. A. Kajian Pustaka BAB II A. Kajian Pustaka 1. Batik Batik adalah sehelai wasrta, yakni sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional, beragam hias pola batik tertentu, yang

Lebih terperinci

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornament adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari Hasil Penelitian yang telah diuraikan dimuka, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keraton Kasunanan Surakarta mulai dibangun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN BAB II MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN II.1 Batik Batik merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang sudah ada sejak lama. Pengertian batik itu sendiri adalah suatu proses teknik pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri kreatif merupakan kumpulan aktivitas terkait dengan penciptaan atau penggunaan ilmu pengetahuan dan informasi untuk menciptakan nilai dan pemecahan

Lebih terperinci

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Klara Puspa Indrawati Tulisan mengenai batik sebagai sebuah produk geometri ini muncul dari ketertarikan saya terhadap keindahan pada detail. Dalam ilmu arsitektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam permasalahan penelitian tentang estetika batik tradisi di desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta ini adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikat celup merupakan upaya penciptaan ragam hias permukaan kain setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di Indonesia tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

Perbedaan Desain Batik Kawung Klasik dan Batik Kawung Modern. Tri Suerni. Abstrak

Perbedaan Desain Batik Kawung Klasik dan Batik Kawung Modern. Tri Suerni. Abstrak Perbedaan Desain Batik Kawung Klasik dan Batik Kawung Modern Tri Suerni Abstrak Batik adalah kain tekstil hasil pewarnaan celup-rintang menurut ragam hias khas batik Indonesia dengan menggunakan lilin

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 208 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Merujuk uraian pada bab-bab yang terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perwujudan ragam hias kumudawati pada langit-langit pendhapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Potensi Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Batik merupakan salah satu ciri khas kebudayaan Indonesia yang telah menjadi warisan peradaban dunia. Jenis corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB IV. ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB IV. ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI, BANTUL, YOGYAKARTA BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI, BANTUL, YOGYAKARTA A. Batik Tradisi di Desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta 1. Munculnya Batik Tradisi di Desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul,

Lebih terperinci

BATIK TULIS DI CV. PESONA TEMBAKAU MANDING TEMANGGUNG JAWA TENGAH DITINJAU DARI PENGEMBANGAN BENTUK MOTIF DAN WARNA SKRIPSI

BATIK TULIS DI CV. PESONA TEMBAKAU MANDING TEMANGGUNG JAWA TENGAH DITINJAU DARI PENGEMBANGAN BENTUK MOTIF DAN WARNA SKRIPSI BATIK TULIS DI CV. PESONA TEMBAKAU MANDING TEMANGGUNG JAWA TENGAH DITINJAU DARI PENGEMBANGAN BENTUK MOTIF DAN WARNA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Oleh Sarimo NIM: K3201008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban bangsa Indonesia telah berlangsung dalam kurun

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2017 DESKRIPSI KARYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri atau sifat-sifat yang terdapat didalam citra dan membentuk suatu pola-pola dengan interval

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BATIK MOTIF SEKAR JAGAD YOGYAKARTA SKRIPSI

KARAKTERISTIK BATIK MOTIF SEKAR JAGAD YOGYAKARTA SKRIPSI KARAKTERISTIK BATIK MOTIF SEKAR JAGAD YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5. 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kain batik cap di sentra batik Paoman Art analisis deskriptif ornamen kain batik cap, peneliti memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau 1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda),

BAB II KAJIAN TEORI. keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda), BAB II KAJIAN TEORI A. Sejarah Kebudayaan Ruang lingkup sejarah kebudayaan sangat luas. Sema bentuk manifestasi keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda), Mentifact (fakta

Lebih terperinci

Teknik dasar BATIK TULIS

Teknik dasar BATIK TULIS Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni batik merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang telah berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI Nama Djawa Hokokai mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yaitu organisasi Putera menjadi Organisasi

Lebih terperinci

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cirebon termasuk wilayah Pantura, perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, maka sangat memungkinkan terjadinya persilangan kebudayaan antara kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. permukaan kain setelah melalui proses penenunan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. permukaan kain setelah melalui proses penenunan. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis dan Perkembangan Teknik Batik Batik adalah upaya pembuatan ragam hias pada permukaan kain dengan cara menutup bagian-bagian yang tidak dikehendaki berwarna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I 1.1. Latar belakang PENDAHULUAN Batik merupakan kain bergambar yang sangat identik dengan penggunaan teknik khusus yang dibuat mulai dari penggambaran motif, menerapkan malam (lilin) panas pada kain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggarapan produk kerajinan tradisional pada kelompok masyarakat pekriya tradisional di daerah-daerah di Indonesia banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi SENI KRIYA Oleh: B Muria Zuhdi PENGERTIAN SENI KRIA Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai estetik, simbolik,

Lebih terperinci

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Batik Betawi DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda C. Definisi Sekura Cakak Buah D. Kesimpulan dan Koreksi Kegiatan Penyusunan

Lebih terperinci

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari  kratonpedia.com BATIK oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal) diartikan hal-hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Kajian Batik Tulis Riau

Kajian Batik Tulis Riau Kajian Batik Tulis Riau Oleh : Ria Enita Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Batik tulis adalah seni melukis yang di lakukan di atas kain dengan menggunakan lilin atau malam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK

KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK Suwito Casande Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI Jl. Nangka 58 Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Indonesia scasande@gmail.com.

Lebih terperinci

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU 2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk menyebutkan kain batik yang dihasilkan pengrajin batik dari daerah Blora,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk menyebutkan kain batik yang dihasilkan pengrajin batik dari daerah Blora, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik Blora merupakan istilah atau sebutan untuk produk batik khas dari daerah Blora (Ceviana, 2013). Penyebutan batik Blora pada awalnya digunakan untuk menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan mengolah benda-benda dan kekayaan alam lingkungan sekitar kita menjadi suatu benda yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

Menata Pola Ragam Hias Tekstil MENATA POLA RAGAM HIAS TEKSTIL 81 Menata Pola Ragam Hias Tekstil A. RINGKASAN Dalam bab ini kita akan belajar menata pola ragam hias tekstil. Sebelumnya kita telah memiliki pengetahuan tentang keragaman

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah

A. Bagan Pemecahan Masalah 39 BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Dampak Fast Fashion dan Pewarna Sintetis Permasalahan Merancang karya tekstil dengan eco printing yang maksimal dengan menggunakan potensi alam

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pengertian Busana Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dengan kebudayaan itu manusia mampu menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi

Lebih terperinci

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan. Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan. Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3 1 Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3 Tegal adalah kota strategis memiliki batik yang berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO Rasjoyo MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik untuk Kelas VI SD dan MI 3 Berdasarkan Kurikulum Muatan Lokal Pekalongan Tahun 2006 PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan Pengembangan ragam hias batik Banten memiliki keterkaitan dengan lingkungan non fisik. Dimana ragam hias batik banten memiliki ciri khas dan nilainilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MOTIF BATIK TULIS JETIS SIDOARJO ( ) Oleh: Desty Qamariah 1. Kata Kunci: Perkembangan, Motif, Batik Tulis, Jetis Sidoarjo.

PERKEMBANGAN MOTIF BATIK TULIS JETIS SIDOARJO ( ) Oleh: Desty Qamariah 1. Kata Kunci: Perkembangan, Motif, Batik Tulis, Jetis Sidoarjo. Abstrak PERKEMBANGAN MOTIF BATIK TULIS JETIS SIDOARJO (2008-2011) Oleh: Desty Qamariah 1 Motif batik merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang mengekspresikannya melalui kegiatan membatik.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Studi Pustaka 1. Seni Batik Lukis Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik lukis dikerjakan dengan teknik tutup celup, menggunakan malam bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia kaya akan seni dan budaya, dari sekian banyak seni dan budaya yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah seni kriya dari bahan lidi. Penggarapan produk

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK

PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK Dimensi, Vol.1- No.1, September 2016 PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK Ulfa Septiana, Rizki Kurniawan Universitas Trilogi Email: ulfa.hadi@universitas-trilogi.ac.id Abstract Nowadays, variety of

Lebih terperinci

kuning sebagai penerang.

kuning sebagai penerang. kuning sebagai penerang. Keterangan yang diuraikan tersebut di atas berdasarkan pandangan yang bersifat metafisis atau mistis tentang dunia, akan tetapi ucapan m e t a f i s i s b u k a n s a j a d a p

Lebih terperinci