EFEKTIVITAS PENURUNAN SUHU TUBUH MENGGUNAKAN KOMPRES AIR HANGAT DAN KOMPRES PLESTER PADA ANAK DENGAN DEMAM DI RUANG KANTHIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS PENURUNAN SUHU TUBUH MENGGUNAKAN KOMPRES AIR HANGAT DAN KOMPRES PLESTER PADA ANAK DENGAN DEMAM DI RUANG KANTHIL"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS PENURUNAN SUHU TUBUH MENGGUNAKAN KOMPRES AIR HANGAT DAN KOMPRES PLESTER PADA ANAK DENGAN DEMAM DI RUANG KANTHIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS Djuwariyah, * Sodikin, ** Mustiah Yulistiani *** ABSTRACT Background : Fever is a condition when the body temperature is higher than normal or above normal temperatures. Fever can be experienced by anyone wrote, from babies to the elderly. Fever is a clinical sign of disease in children. There were several attempts to lower body temperature during fever, among others, use the warm water compress and compress bandage Aim : The aim of research is to find out the effectiveres of compressing method both with warm water and compress bandage. Metodology : the research is a type of experimental quation with the t- paried test (in pairs). Whit the Consecutive accidental sampling chosen to choose the sampling. This research also involves. Result : The result of the research is that from two variables (warm water compress and bandage compress) shows differenc influence to the decreasing of body temperature of the children while bandage compress only decreasing for about 0,13 0 C (p=0,0001) in average the warm water compress decreasing until 0,71 0 C in average (p=0,0001) Conclusion : the treatmen of giving both warm water and bandage compress are very effective in RSUD Banyumas hospital. Key words : Fever, Warm Water Compress and bandage Compress

2 PENDAHULUAN Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Indonesia tahun 2001, jumlah anak usia sekolah di Indonesia 5-14 tahun (20,76%), sedang usia 0-4 tahun (5,8%) dari total penduduk Indonesia ( ). Rasio laki-laki dengan perempuan hampir seimbang (1,003). Dari 49,1% bayi berusia lebih dari 1 tahun dan 54,8% anak balita berusia 1-4 tahun mengeluh sakit dalam sebulan terakhir. Di antara anak usia 0-4 tahun tersebut ditemukan prevalens panas sebesar 33,4%, batuk 28,7%, batuk dan nafas cepat 17,0%, dan diare 11,4%. Di Indonesia 5 penyakit terbesar yang menyerang anak usia 5-14 tahun, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, antara anak laki-laki dan perempuan relatif sama. Lima jenis penyakit yang sering terjadi terdiri dari Anemia (laki-laki 52,8%, dan perempuan 49,2%), periodontal (laki-laki 30,2%, perempuan 33,6%), infeksi akut saluran nafas (laki-laki 29,2%, perempuan 29,6%), gangguan telinga luar (laki-laki 23,3% pada perempuan 22,7%), dan tonsilitis kronik (10,5 % pada laki-laki, 13,7 % pada perempuan (BPPN, 2004). 1 Bermacam penyakit itu biasanya makin mewabah pada musim peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan maupun sebaliknya. Sebagai wilayah tropis Indonesia merupakan tempat yang cocok bagi kuman untuk berkembang biak contohnya flu, malaria, demam berdarah, dan diare. Terjadinya perubahan cuaca tersebut mempengaruhi perubahan kondisi kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu. Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi dari biasannya atau suhu diatas normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami ganguan kesehatan. Suhu badan normal biasanya berkisar C. 2 Jadi seseorang dikatakan demam setelah suhu badan mencapai 37,5 0 C atau lebih. Demam dapat dialami oleh siapa saja, dari bayi sampai orang lanjut usia. Demam merupakan tanda klinis suatu penyakit pada anak. Demam dapat terjadi ketika seseorang megalami gangguan kesehatan. Secara tradisional, demam diartikan sebagai kenaikan suhu tubuh di atas normal. Terjadinya peningkatan suhu di atas suhu normal disebabkan karena adanya reaksi infeksi oleh virus, bakteri, jamur atau parasit yang menyerang tubuh misalnya batuk, pilek, radang tenggorokan dan pneumoni. Orang tua banyak yang menganggap demam berbahaya bagi kesehatan anak karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak. 3

3 Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37 C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas. 4 Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas. 5 Kompres yaitu salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila anak demam. Selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan yang diterapkan saat anaknya demam. Namun kompres menggunakan es sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataannya demam tidak turun, bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil dan kebiruan. Pada saat sekarang kompres yang dianjurkan adakah kompres air hangat karena dianggap lebih efektif dari pada kompres dingin. Ada juga kompres yang dianggap praktis yaitu kompres plester buatan pabrik. Kompres ini pemakaianya dengan cara ditempelkan pada dahi anak. Menurut data catatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas ruang Kanthil bulan Januari sampai dengan Maret 2011, terdapat 10 besar penyakit yaitu 1) diare, 2) Thalasemia, 3) Febrile convulsions, 4) Fungtional diarrhea, 5) Pneumonia unspecified, 6) Epilepsy, 7) Chronic pharyngitis, 8) Bacteria pneumonia, 9) Fever, unspecified 10) Typhoid fever. Jumlah anak yang dirawat di ruang Kanthil 362 kasus. Setiap anak yang dirawat di Ruang Kanthil sebagian besar disertai dengan peningkatan suhu tubuh (demam).

4 Untuk penatalaksanaan demam pada anak di Ruang Kanthil RSUD Banyumas menggunakan farmakologi dan non farmakologi. Penalataksanaan dilakukan diawal mula teknik farmakologi dengan menggunakan obat penurun demam dari golongan acetaminofen (paracetamol), namun untuk mendapatkan paracetamol pasien membutuhkan biaya. Berbeda dengan kompres air hangat yang tidak membutuhkan banyak biaya untuk mendapatkannya. Selain memakai paracetamol dan kompres air hangat ada juga yang melakukan kompres dengan menggunakan kompres plester. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas dari kedua teknik tersebut, yaitu antara kompres air hangat dengan kompres plester. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitan yang digunakan adalah metode quasi eksperimen design dengan rancangan pre test dan post test two group desain (menggunakan dua kelompok dua perlakuan). Kedua perlakuan tersebut diukur suhu tubuh sebelum dan sesudah perlakuan. Kelompok pertama mendapatkan perlakuan dengan kompres air hangat dan kelompok sampel ke dua mendapatkan perlakuan dengan kompres plester. Rancangan penelitian quasi experiment dengan rancangan pre test and post test with group design adalah sebagai berikut. 6 O 1 X 1 O 2 O 3 X 2 O 4 Keterangan: X 1 : Intervensi kompres air hangat X 2 : Intervensi kompres plester O 1 : Kelompok sebelum diberikan kompres air hangat O 2 : Kelompok setelah diberikan kompres air hangat O 3 : Kelompok sebelum diberikan kompres plester O 4 : Kelompok setelah diberikan kompres plester

5 Variabel independen dalam penelitian ini adalah kompres air hangat dan kompres plester, sedangkan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Data ini diperoleh secara langsung dan test pada anak dengan demam dengan cara observasi dan melakukan metode pre & post test. Teknik pengukuran penurunan suhu dalam penelitian ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Sebelum dan sesudah melakukan kompres air hangat dan kompres plester. b. Kompres air hangat dilakukan sebelum pemberian antipiretik. Kompres air hangat dilakukan sebanyak 3 kali. c. Kompres plester dilakukan sebelum pemberian antipiretik. Kompres dilakukan sebanyak 3 kali. d. Dari masing-masing data tersebut akan di ambil rata-rata. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, umur dan diagnosa medik. Distribusi frekuensi anak menurut jenis kelamin, umur dan diagnosa medik dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristi anak di ruang Kanthil RSUD Banyumas berdasarkan jenis kelamin, umur dan diagnosa medik. Variabel Kompres air hangat (n = 30) Kompres plester (n = 30) Total n (%) Jenis Kelamin Laki-laki 17 (56,7%) 18 (60%) 35 (58,3%) Perempuan 13 (43,3%) 12 (40%) 25 (41,7%) Umur Bayi (0-1 tahun) 10 (33,3%) 12 (40,7%) 22 (36,7%) Toddler (1-3 tahun) 15 (50%) 13 (43,3%) 18 (30%) Usia pra sekolah (3-5 tahun) 3 (10%) 2 (6,7%) 5 (8,3%) Usia sekolah (5-11 tahun) 1 (3,3%) 1 (3,3%) 2 (3,3%) Remaja (11-18 tahun) 1 (3,3%) 2 (6,7%) 3 (5%) Diagnosa Medik DCA (Diare cair akut) 14(46,7%) 20 (66,%) 34 (56,7%) ME (Meningoenchepalitis) 4 (12,9%) 1 (3,2%) 5 (8,3%) Sepsis 1 (3,3%) - 1 (1,7%) KDK 1 (3,3%) 1 (3,3%) 2 (3,3%) BRPN (Bronchopneumonia) 1 (3,3%) - 1 (1,6%)

6 Pneumonia 1 (3,3%) 2 (6,7%) 3 (5%) Vomitus 1 (3,3%) - 1 (1,7%) KDS (Kejang demam sederhana) 2 (6,7%) 2 (6,7%) 4 (6,7%) DHF (Dengue Haemorragic Fever) 2 (6,7%) - 2 (3,3%) Obs Febris - 1 (3,3%) 4 (6,7%) Rhinofaringitis - 1 (3,3%) 1 (1,7%) Febris 1 (3,3%) 1 (3,3%) 2 (3,3%) Enchephalitis 2 (6,7%) - 2 (3,3%) Prolong Diare 1 (3,3%) 1 (3,7%) Responden pada penelitian ini sebanyak 60 responden yang terdiri dari 35 (58,3%) laki-laki dan 25 (41,7%) perempuan. Kelompok umur anak dibagi menjadi lima kelompok yaitu bayi (0-1 tahun) sebanyak 22 (36,7%), Toddler sebanyak 18 (30%), pra sekolah sebanyak 5 (8,3%), sekolah sebanyak 2 (3,3%) dan remaja sebanyak (11-18) 3 (5%). Diagnosa medik anak dibagi menjadi sebelas yaitu DCA (Diare cair akut) sebanyak 34 (56,7%), ME (Meningoenchepalitis) sebnyak 5 (8,3%), Sepsis sebanyak 1 (1,7%), KDK sebanyak 2 (3,3%), BRPN (Bronchopneumonia) sebanyak 1 (1,7%), Pneumonia sebanyak 3 (5%), Vomitus sebanyak 1 (1,7%), KDS (Kejang demam sederhana) sebanyak 4 (6,7%), DHF (Dengue Haemorragic Fever) sebanyak 2 (3,3%), OBs Febris sebanyak 1 (1,7%), Rhinofaringitis sebanyak 1 (1,7%) dan Febris sebanyak 1 (1,7%), Enchephalitis 1 (1,7), Prolong Diare 1 (1,7%) seperti yang tertera pada tabel Efektifitas kompres air hangat dan kompres plester. Untuk mengetahui penurunan suhu tubuh yang signifikan antara anak yang sebelum dan sesudah dilakukan kompres air hangat maka dilakukan uji t-paired Banyumas. Tabel 4.2 Distribusi statistic rata-rata penurunan suhu tubuh responden di RSUD Variabel Kompres air hangat Kompres plester P value Mean SD mean SD Suhu tubuh Sebelum 38,39 0,50 38,14 0,46 0,0001 Sesudah 37,68 0,51 38,01 0,48 0,0001 Penurunan 0,71 0,21 0,13 0,30

7 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata penurunan suhu tubuh sebelum diberikan kompres air hangat adalah 38,39 terjadi penurunan setelah diberikan kompres air hangat yaitu menjadi 37,68 (dengan selisih sebesar 0,71). Setelah dilakukan perhitungan menggunakan uji t-paired diperoleh t hitung 17,99 dan p value 0,0001 (p value < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan kompres air hangat. Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata suhu tubuh anak sebelum diberikan kompres plester adalah 38,14, terjadi penurunan suhu sesudah diberikan kompres plester menjadi 38,01 (dengan selisih 0,13). Setelah dilakukan perhitungan menggunakan uji t-paired diperoleh t hitung 2,21 (p value 0,035). Karena nilai p jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan kompres plester. Dapat dilihat histogram 4.2 penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan kompres plester. Penurunan suhu tubuh yang lebih efektif antara kompres air hangat dan kompres plester dapat dilihat pada table 4.2, dimana penurunan suhu tubuh menggunakan kompres air hangat yaitu sebesar 0,71 0 C. Sedangkan penurunan suhu tubuh dengan menggunakan kompres plester yaitu sebesar 0,13 0 C. Hal ini membuktikan bahwa penurunan kompres air hangat untuk menurunkan suhu tubuh lebih besar dibandingkan dengan penurunan kompres plester, selain itu untuk mengetahui penurunan suhu yang lebih efektif dapat dilakukan dengan cara penurunan suhu tubuh menggunkan kompres air hangat di kurangi penurunan suhu tubuh menggunakan kompres plester dibagi penurunan suhu tubuh menggunakan kompres air hangat di kali 100%. efektifitas = penurunan kompres 汜 ir hangat penurunan kompres plester penurunan kompres air hangat = 0,71 0,17 0,71 = 74,6% 100% Hasil perhitungannya adalah 74,6%, hal ini menunjukan bahwa kompres air hangat 74,6% lebih efektif untuk menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan kompres plester, hal ini dapat dilihat dari hasil penurunan suhu tubuh pada kompres air hangat sebesar 0,71 0 Cdan untuk kompres plester 0,17 0 C.

8 2. Pembahasan 1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 responden. Responden dalam penelitian ini adalah anak dengan demam yang dirawat di RSUD Banyumas ruang Kanthil selama bulan Juni dan Juli Paling banyak responden dalam penelitian ini adalah laki-laki 35 (58,3%). Usia dalam penelitian ini yang banyak ditemui adalah Bayi (0-1 tahun) dibandingkan dengan usia-usia yang lain yaitu 29 responden (48,3%). Usia dalam penelitian ini hampir sama dengan Nurwahyuni (2010), dimana penelitian Nurwahyuni melibatkan usia 1-21 tahun. Menurut Arifianto (2007), demam sering terjadi pada anak dikarenakan anak masih rentan terhadap infeksi. 7 Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2-5%. Diagnosa medik yang banyak ditemui pada penelitian ini dibandingkan dengan diagnosa medik yang lain adalah diare cair akut (DCA) yaitu sebanyak 34 (56,7%). Diare cair akut dapat dikategorikan dalam demam karena infeksi dan juga demam fisiologis. Demam infeksi ini terjadi pada saat tubuh bekerja memerangi kuman, sehingga dapat mengeluarkan zat-zat tertentu yang dapat merangsang panas di dalam tubuh dapat menjadi meningkat, dimana fungsi system imun adalah mematikan atau menetralisasi kuman dan membentuk memori sehingga pertemuan berikutnya akan memberi respon spesifik yang jauh lebih cepat. 8 Respon yang terinduksi dini dan non adaptif meliputi mekanisme efektor tertuju pada mikroorganisme. Respon tersebut dipicu oleh reseptor tetapi responnya tidak member imunitas tahan lama atau menimbulkan memori. Begitu juga saat imunitas tubuh anak menurun, tubuh akan mengelurakan zat tertentu yang juga dapat merangsang naiknya suhu tubuh. Demam karena infeksilah yang dapat menghawatirkan, karena suhu tubuh dapat mencapai 39 0 C dan suhu tubuh dapat mencapai 40 0 C. Diare Cair Akut dapat dikatakan juga demam fisiologis karena diare cair akut pada balita dapat menyebabkan kekurangan cairan tubuh, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. 2. Efektifitas Kompres Air Hangat dan Kompres Plester a. Efektifitas Kompres Air Hangat

9 Efektifitas ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan, bahwa penurunan suhu pada kelompok intervensi sebesar 0,97 0 C, dimana pada penelitian dengan menggunakan antipiretik plus tepid sponge (kompres air hangat), sedangkan penelitian ini hanya menggunakan kompres air hangat saja tanpa ada tambahan antipireti (tabel 4.2), yang menunjukann bahwa ada penurunan suhu sebanyak 0,71 0 C (p-value 0,0001). Hal ini menunjukan bahwa kompres air hangat ini dapat digunakan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam. Penelitan lain juga menunjukan bahwa kompres air hangat efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada anak karena infeksi. 9 Dimana pada penelitian peneliti diagnosa medis paling banyak dijumpai anak demam karena infeksi. Dimana intervensi kompres air hangat ini juga dilakukan pada anak dengan infeksi yaitu DCA (Diare Cair Akut) sebanyak 34 (56,7%), menunjukan terjadinya penurunan suhu tubuh karena intervensi yaitu kompres air hangat, yang perlu diperhatikan dalam intervensi kompres air hangat, pada saat dilakukan intervensi harus selalu memperhatikan kondisi anak supaya dapat mencegah terjadinya hipotermi pada anak saat dilakukan kompres air hangat. Dari penelitian yang melakukan intervensi dengan 4 cara berbeda (kompres hangat, alcohol 20%, alcohol 40%, kompres air es) untuk menurunkan suhu tubuh. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kompres air hangat lebih cepat menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan 3 metode penurunan panas yang lain (10 menit). 10 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurwahyuni (2010), menyatakan bahwa kompres air hangat pada daerah axial menurunkan suhu tubuh dengan rata-rata 0,0933 (+ 0,036, p value=0,000) sedangkan suhu tubuh klien yang dikompres didaerah dahi mengalami rata-rata penurunan sebesar 0,0378 (+ 0,011, p value=0,000). 11 Kompres air hangat mempengaruhi suhu tubuh dengan cara memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi), member tambahan nutrisi dan oksigen untuk sel dan membuang sampah-sampah tubuh, meningkatkan suplai darah ke area-area tubuh, mempercepat penyembuhan dan dapat menyejukkan. 12 Selain itu, pemberian kompres hangat akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. 13 Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, system efektor mengeluarkan sinyal yang memulai

10 berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata pada tangkai otak, di bawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan atau kehilangan energy atau panas melalui kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali. Menurut ikatan dokter anak Indonesia, tubuh dapat melepaskan panas melalui empat cara yaitu radiasi, konveksi atau konduksi. Secara umum, enam puluh persen panas dilepas secara radiasi, yaitu transfer dari permukaan kulit melalui permukaan luar dengan gelombang electromagnet. Seper emat bagian lainnya dilepas melalui penguapan dari kulit dan paru, dalam bentuk air yang diubah dari bentuk cair menjadi gas, 243 kj (58kkal) dilepaskan untuk setiap 100 ml air. Konveksi adalah pemindahan panas melalui penggerakan udara atau cairan yang menyelimuti permukaan kulit, sedangkan konduksi adalah pemindahan panas antara dua objek secara langsung pada suhu berbeda. Pada kompres air hangat ini merupakan pelepasan panas melalui penguapan dari kulit. Susunan saraf pusat sebagai pengatur suhu tubuh yaitu dari daerah spesifik IL-1 preoptik dan hipotalamus anterior, yang mengandung sekelompok saraf termosentif yang berlokasi di dinding rostral ventrikel III, disebut juga sebagai korpus kalosum lamina terminalis (OVTL) yaitu batas antara sirkulasi dan otak. Saraf termosensitif ini terpengaruhi oleh daerah yang dialiri darah dan masukan dari reseptor kulit dan otot. Saraf sensitive terhadap hangat terpengaruhi dan meningkat dengan penghangatan atau penurunan dingin, sedang saraf sensitive terhadap dingin meningkat dengan pendinginan atau penurunan dengan penghangatan. Hasil akhir mekanisme kompleks ini adalah peningkatan thermostatic set point yang akan member isyarat serabut saraf eferen, terutama serabut simpatis untuk memulai menahan panas (vasokontriksi) dan produksi panas (menggigil). Peningkatan set point kembali normal apabila terjadi penurunan konsentrasi IL-1 atau pemberian intervensi seperti kompres air hangat, dimana kompres air hangat ini menggunakan air hangat-hangat kuku yaitu dengan cara mengompres seluruh bagian tubuh anak. Prostaglandin E2 diketahui mempengaruhi secara

11 negative feed back dalam pelepasan IL-1, sehingga mengakhiri mekanisme yang awalnya diinduksi demam. Vasopresin (AVP) bereaksi dalam susunan sarafpusat untuk mengurangi pyrogen induced fevers. Kembalinya suhu menjadi normal diawali oleh vasodilatasi dan berkeringat melalui peningkatan aliran darah kulit yang dikendalikan serabut simpatis. 14 b. Efektifitas Kompres Plester Penatalaksanaan demam menggunakan kompres plester yaitu dengan cara menempelkan plester dibagian tubuh tertentu, seperti dahi, ketiak dan lipatan paha. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai pembuluh-pembuluh darah besar. Kompres plester membantu pembuluh darah tepi di kulit melebar hingga pori-pori jadi terbuka yang selanjutnya memudahkan pengeluaran panas dari dalam tubuh, sehingga tubuh dapat mengalami penurunan suhu tubuh. 15 Plester kompres siap pakai yang banyak terdapat di apotek. Plester kompres ini dibuat dari bahan hydrogel on polyacrylate-basis dengan kandungan paraben dan mentol yang diformulasikan sehingga mampu mempercepat proses pemindahan panas dari tubuh ke plester kompres. Paraben adalah serbuk kristal putih, yang mudah larut dalam methanol, ethanol dan sulit larut dalam air yang mempunyai sifat antibakteri. Kompres plester merupakan kompres yang sederhana menunjukkan bahwa adanya penurunan suhu pada anak dengan demam. Dapat dilihat pada tabel 4.2 dengan rata-rata penurunan 0,17 0 C (p value 0,35). Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata suhu sebelum dilakukan kompres plester adalah 38,14 0 C, sedangkan rata-rata suhu tubuh sesudah dilakukan kompres plester adalah 38, 01 0 C. Setelah dilakukan kompres rata-rata selisih suhu yang turun adalah 0,13 0 C. Hal ini menunjukan bahwa kompres plester ini dapat digunakan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam. c. Efektivitas Kompres Air Hangat dan Kompres Plester Pada perhitungan hasil menunjukan bahwa 74,6 % lebih efektif kompres air hangat. Dapat juga dilihat pada histogram 3.4 yang menunjukan bahwa penurunan kompres air hangat sebesar 0,71 0 C dan kompres plester 0,13 0 C.

12 Menurut peneliti hal tersebut dikarenakan kompres air hangat mempunyai fungsi untuk memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi), member tambahan nutrisi dan oksigen untuk sel, membantu meningkatkan suplai darah ke area-area tubuh, sehingga dapat menurunkan suhu tubuh. Salah satu hasil penelitian menyebutkan bahwa, efek teknik pemberian kompres air hangat pada daearh dahi terhadap penurunan suhu tubuh. 11a Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil penurunan berdasarkan cara dan letak pengkompresan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kompres air hangat efektif untuk menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam, dengan penurunan suhu tubuh sebesar 0.71ºC (p<0,0001) 2. Kompres plester efektif untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien anak dengan demam, dengan penurunan suhu tubuh sebesar 0.13 ºC (p<0.0001). 3. Kompres air hangat lebih efektif 74,6% untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien anak dengan demam dari pada kompres plester. SARAN Selanjutnya, dengan mengacu pada hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu disarankan antara lain: 1. Bagi Rumah Sakit Seharusnya terdapat SOP kompres air hangat untuk anak demam, sebelum diberikan antipiretik 2. Bagi Petugas Kesehatan Mengajarkan keluarga dan menerapkan kompres air hangat pada anak dengan demam (>37.6 ºC) 3. Bagi Masyarakat a. Diharapkan masyarakat mempunyai thermometer untuk mengukur suhu badan anak, apabila anak demam dapat melakukan kompres air hangat b. Menerapkan kompres air hangat pada anak yang demam sebelum diberikan pengobatan lebih lanjut 4. Bagi Peneliti Selanjutnya

13 a. Penelitian ini hanya meneliti efektifitas penurunan suhu tubuh menggunakan kompres air hangat dan kompres plester pada anak dengan demam di ruang kanthil RSUD Banyumas, penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan meneliti efektifitas kompres teknik yang berbeda b. Dapat dilakukan penelitian kompres air hangat dengan interval waktu yang terpantau c. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan untuk menyamakan diagnosa medis agar hasil penelitian lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA 1. BAPENAS (2004) Program nasional bagi anak Indonesia. Diakses pada tanggal 4 April Widjaja, M.C (2001), Mencegah dan Mengatasi Demam Pada Balita, Jakarta: Kawan Pustaka 3. Avner, J.R. (2009). Acute fever. Pediatric in Review, 30(1), Setiawati, T. (2009). Pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pada anak usia pra sekolah dan sekolah yang mengalami demam di ruang perawatan anak rumah sakit Muhammadiyah Bandung (Tesis). Diakses pada tanggal 5 Maret 2011 dari 5. Tamsuri, A. (2007). Tanda-Tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta. EGC. 6. Partikya. A.W. (2007). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 7. Arifianto. (2007). Demam dan penanggulannya. Diakses pada tanggal 12 Maret 2011 dari 8. Munasir Z. (2006) Bayi Sakit Tak Selalu Disertai Dema. Diakses pada 25 April bayi.blogspot.com/2006/07/bayi-sakit-tak-selalu-disertaidemam.html 9. Suprapti. (2008). Perbedaan pengaruh kompres hangat dengan kompres dingin terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien anak karena infeksi di BP RSUD Djojonegoro Temanggung (Skripsi). Diakses pada tanggal 16 Maret 2011 dari jtptunimus-gdl-s supraptig2-422&phpsessid=1e67af6fa4bdd 962b254ed311c Chung, K.S., Kang, K.S., Hwang, A.R. (1989). Cold application using a sponge bath in healthy adults. Taehan Kanho. The Korean Nurse 1989 Aug 31; Vol 28 (3), pp DOI: Nurwahyuni, Ika. (2010). Perbedaan efek teknik pemberian kompres pada daerah axilla dan dahi terhadap penurunan suhu tubuh pada klien demam di ruang rawat inap RSUP dr Wahidin Sudirohusodo Makasar (Skripsi). Diakses pada tanggal 18 Februari 2011 dari kompres.html

14 12. Hegner, B.R (2003), Asisten Keperawatan Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Edisi 6, Jakarta,EGC 13. Nursanti (2009) Kompres Hangat, Diakses 23 April Soedarmo, et. All. (2008). Infeksi dan pediatrik tropis.jakarta : Ilmu Kesehatan Anak FKUI 15. Hilmansyah, H. (2011). 8 pertanyaan seputar demam. Diakses pada tanggal 86 Agustus 2011 dari * Penulis adalah Perawat Ruang Kanthil RSUD Banyumas Mahasiswa Kelas Paralel Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto ** Penulis adalah Staf Edukatif Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto *** Penulis adalah Staf Edukatif Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn: Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Daerah Temporalis dengan Kompres Hangat Daerah Vena Besar Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam di Ruang Perawatan Anak BPK RSUD Poso Tasnim 1) Abstrak: Kompres

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan. berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan. berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Menurut undang-undang perlindungan anak, dinyatakan bahwa anak adalah amanah dari karunia Tuhan Yang Maha Esa, juga tunas, potensi dan generasi muda penerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamur, atau parasit (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani M; 2013).

BAB I PENDAHULUAN. jamur, atau parasit (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani M; 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh mengalami peningkatan di atas normal. Seseorang dapat dikatakan demam jika suhu tubuhnya mencapai lebih dari 37,5 0

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan derajat suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kompres

Lebih terperinci

PERBEDAA EFEKTIVITAS KOMPRES AIR HA GAT DA KOMPRES AIR BIASA TERHADAP PE URU A SUHU TUBUH PADA A AK DE GA DEMAM DI RSUD TUGUREJO SEMARA G

PERBEDAA EFEKTIVITAS KOMPRES AIR HA GAT DA KOMPRES AIR BIASA TERHADAP PE URU A SUHU TUBUH PADA A AK DE GA DEMAM DI RSUD TUGUREJO SEMARA G PERBEDAA EFEKTIVITAS KOMPRES AIR HA GAT DA KOMPRES AIR BIASA TERHADAP PE URU A SUHU TUBUH PADA A AK DE GA DEMAM DI RSUD TUGUREJO SEMARA G Karina Indah Permatasari *) Sri Hartini **), Muslim Argo Bayu ***)

Lebih terperinci

TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG

TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG A. Pengertian Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipothalamus

Lebih terperinci

KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA BALITA PUSKESMAS KETAHUN BENGKULU UTARA. Nurhasanah

KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA BALITA PUSKESMAS KETAHUN BENGKULU UTARA. Nurhasanah KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA BALITA PUSKESMAS KETAHUN BENGKULU UTARA Nurhasanah Stikes Bhakti Husada Bengkulu Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Bengkulu Telp (0736) 23422 Email : stikesbh03@gmail.com

Lebih terperinci

Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo,

Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, Fatmawati Mohamad Email : rifka_waty@yahoo.co.id Staf Dosen

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK DEMAM USIA 1-3 TAHUN DI SMC RS TELOGOREJO SEMARANG

EFEKTIFITAS KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK DEMAM USIA 1-3 TAHUN DI SMC RS TELOGOREJO SEMARANG EFEKTIFITAS KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK DEMAM USIA 1-3 TAHUN DI SMC RS TELOGOREJO SEMARANG Sri Hartini *), Putri Pandu Pertiwi **) *) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Pada Axilla dan Servikal (Leher) dalam Penurunan Demam Anak di RSU Kota Tangerang Selatan

Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Pada Axilla dan Servikal (Leher) dalam Penurunan Demam Anak di RSU Kota Tangerang Selatan Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Pada Axilla dan Servikal (Leher) dalam Penurunan Demam Anak di RSU Kota Tangerang Selatan Gilang Dwi Pratiwi 1 Nirmala Cahya Ningrum 1 Program S1 Keperawatan, STIKes

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENURUNAN SUHU TUBUH MENGGUNAKAN KOMPRES AIR HANGAT DAN KOMPRES DAUN KEMBANG SEPATU PADA ANAK DENGAN DEMAM DI RUANG CEMPAKA RSUD

EFEKTIVITAS PENURUNAN SUHU TUBUH MENGGUNAKAN KOMPRES AIR HANGAT DAN KOMPRES DAUN KEMBANG SEPATU PADA ANAK DENGAN DEMAM DI RUANG CEMPAKA RSUD EFEKTIVITAS PENURUNAN SUHU TUBUH MENGGUNAKAN KOMPRES AIR HANGAT DAN KOMPRES DAUN KEMBANG SEPATU PADA ANAK DENGAN DEMAM DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DI AXILLA DAN DI FEMORAL TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA PRASEKOLAH DI RSUD AMBARAWA

EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DI AXILLA DAN DI FEMORAL TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA PRASEKOLAH DI RSUD AMBARAWA EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DI AXILLA DAN DI FEMORAL TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA PRASEKOLAH DI RSUD AMBARAWA Riskha Masruroh * ), Sri Hartini M.A.,** ), Rahayu Astuti ***

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Ali Ahmad Keliobas J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Ali Ahmad Keliobas J PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN KOMPRES TEPID SPONGE DAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM TIFOID DENGAN HIPERTERMI DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Ali Ahmad Keliobas

Lebih terperinci

Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo

Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan kelompok dalam masyarakat yang paling rentan terserang penyakit. Hal ini karena mereka belum mempunyai cukup perlindungan (imunitas atau

Lebih terperinci

Kusnanto*, Ika Yuni Widyawati*, Indah Sri Cahyanti*

Kusnanto*, Ika Yuni Widyawati*, Indah Sri Cahyanti* EFEKTIFITAS TEPID SPONGE BATH SUHU 32 o C DAN 37 o C DALAM MENURUNKAN SUHU TUBUH ANAK DEMAM (The Effectiveness of Tepid Sponge Bath with 32 o C and 37 o C to Decrease Body Temperature at Toddler with Fever)

Lebih terperinci

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017 EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT DAN SPONGE BATH TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH PASIEN ANAK GASTROENTERITIS (Efectiveness of Surface Cooling And Sponge Bath In Manipulating Body Temperature Of Gaastroenteritis

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENURUNAN SUHU TUBUH ANTARA PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT DENGAN TEPID SPONGE BATH PADA ANAK DEMAM

PERBEDAAN PENURUNAN SUHU TUBUH ANTARA PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT DENGAN TEPID SPONGE BATH PADA ANAK DEMAM PERBEDAAN PENURUNAN SUHU TUBUH ANTARA PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT DENGAN TEPID SPONGE BATH PADA ANAK DEMAM Arie Kusumo Dewi 1 Rumah Sakit Islam, Surabaya, Jawa Timur 1 Kutipan: Dewi, A. K. (2016). Perbedaan

Lebih terperinci

Bartolomeus Maling*)., Ns. Sri Haryani S, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes (Biomed)***)

Bartolomeus Maling*)., Ns. Sri Haryani S, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes (Biomed)***) PENGARUH KOMPRES TEPID SPONGE HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK UMUR 1-10 TAHUN DENGAN HIPERTERMIA (Studi Kasus Di RSUD Tugurejo Semarang) Bartolomeus Maling*)., Ns. Sri Haryani S, S.Kep**),

Lebih terperinci

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI Rosita Dinny Permata Sari, Tri Susilowati STIKES Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

1. FAUZI DWI SEPTIAN I4B YULIA NUR CAHYANI I4B INTAN NURDIANA

1. FAUZI DWI SEPTIAN I4B YULIA NUR CAHYANI I4B INTAN NURDIANA MAKALAH ANALISIS JURNAL STASE KEPERAWATAN ANAK PERBEDAAN PENURUNAN SUHU TUBUH ANTARA PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT DENGAN TEPID SPONGE BATH PADA ANAK DEMAM Oleh : KELOMPOK 1. FAUZI DWI SEPTIAN I4B017035

Lebih terperinci

e-journel Kperawatan (ekp). Volume 5, Nomor 2, November 2017

e-journel Kperawatan (ekp). Volume 5, Nomor 2, November 2017 EFEKTIVITAS KOMPRES AIR SUHU HANGAT DENGAN KOMPRES PLESTER TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK DEMAM USIA PRA-SEKOLAH DI RUANG ANAK RS BETHESDA GMIM TOMOHON Mariana S.Wowor Mario E.Katuuk Vandri D.Kallo

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH KESEIMBANGAN SUHU TUBUH Niken Andalasari Suhu tubuh: Keseimbangan antara panas yg diproduksi tubuh dgn panas yg hilang dari tubuh. Jenis2 suhu tubuh: 1. Suhu inti: suhu jar.tubuh bagian dlm ex: cranium,

Lebih terperinci

Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat Basah Dan Plester Kompres Terhadap Penuruan Suhu Tubuh Anak Demam Typhoid

Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat Basah Dan Plester Kompres Terhadap Penuruan Suhu Tubuh Anak Demam Typhoid Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat Basah Dan Plester Kompres Terhadap Penuruan Suhu Tubuh Anak Demam Typhoid Dede Mahdiyah 1, Topan Aditya Rahman 1, Aulia Dewi Lestari 2 1 Akademi Kebidanan Sari mulia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum TK Purwanida I

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum TK Purwanida I BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum TK Purwanida I TK Purwanida I terletak di Jalan Srikandi No 12 Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Anak Bronchopneumonia yang diberikan Kompres Hangat di Axilla dan Frontal

Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Anak Bronchopneumonia yang diberikan Kompres Hangat di Axilla dan Frontal Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Anak Bronchopneumonia yang diberikan Kompres Hangat di Axilla dan Frontal Rahmawati 1, Sari Fatimah 2, Ikeu Nurhidayah 2 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin, 2 Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi atau bakteri yang berada di dalam tubuh. Demam juga biasanya menjadi pertanda bahwa sistem imunitas anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi tubuh yang

Lebih terperinci

Rini Ernawati 1, Herlina Agustin 2 ABSTRACT

Rini Ernawati 1, Herlina Agustin 2 ABSTRACT PERBANDINGAN PEMBERIAN KOMPRES PLESTER DENGAN PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TAPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK TODDLER (1-3 TAHUN) YANG MENGALAMI DEMAM DI RUANGFLAMBOYAN C RSUD. KANUDJOSO

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Punggung adalah bagian tubuh yang paling keras, punggung harus bekerja selama 24 jam sehari. Dalam posisi duduk, berdiri, bahkan tidur punggung harus bekerja keras

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi,

Lebih terperinci

KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU DI RUMAH SAKIT JITRA BHAYANGKARA BENGKULU. Septi Andrianti

KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU DI RUMAH SAKIT JITRA BHAYANGKARA BENGKULU. Septi Andrianti KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU DI RUMAH SAKIT JITRA BHAYANGKARA BENGKULU Septi Andrianti STIKES Bhakti Husada Bengkulu Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Telp (0736) 23422 Email : stikesbh03@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Sudah semestinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Sudah semestinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Sudah semestinya kita dapat menjaga dengan senantiasa memperhatikan kebutuhan dan kesehatannya. Sehat berarti suatu

Lebih terperinci

Suhu tubuh: Keseimbangan antara panas yg diproduksi tubuh dgn panas yg hilang dr tubuh. Jenis2 suhu tubuh: 1. Suhu inti: suhu jar.

Suhu tubuh: Keseimbangan antara panas yg diproduksi tubuh dgn panas yg hilang dr tubuh. Jenis2 suhu tubuh: 1. Suhu inti: suhu jar. SUHU TUBUH Suhu tubuh: Keseimbangan antara panas yg diproduksi tubuh dgn panas yg hilang dr tubuh. Jenis2 suhu tubuh: 1. Suhu inti: suhu jar.tubuh bagian dlm ex: cranium, thorax, rongga perut, rongga pelvis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMPRES AIR SUHU BIASA DAN KOMPRES PLESTER TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA PRASEKOLAH DI RSUD UNGARAN SEMARANG ABSTRAK

EFEKTIVITAS KOMPRES AIR SUHU BIASA DAN KOMPRES PLESTER TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA PRASEKOLAH DI RSUD UNGARAN SEMARANG ABSTRAK EFEKTIVITAS KOMPRES AIR SUHU BIASA DAN KOMPRES PLESTER TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA PRASEKOLAH DI RSUD UNGARAN SEMARANG Dian Fatkularini *), Sri Hartini Mardi Asih **), Achmad Solechan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Sasaran : 1. Umum : Keluarga pasien ISPA 2. Khusus: Pasien ISPA Hari/Tanggal : Jumat, 24 Januari 2014 Waktu : Pukul 9.30 10.00

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompres adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang dilipat-lipat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompres adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang dilipat-lipat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kompres 2.1.1 Definisi Kompres adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang dilipat-lipat, dikenakan dengan tekanan, kadang-kadang mengandung obat dan dapat basah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50% mendapat terapi intravena (IV). Namun, terapi IV terjadi di semua lingkup pelayanan di rumah sakit yakni IGD,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sering dihadapi oleh tenaga kesehatan. Secara tradisional, demm diartikan

BAB I PENDAHULUAN. ini sering dihadapi oleh tenaga kesehatan. Secara tradisional, demm diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam merupakan tanda klinis suatu penyakit pada anak. Gangguan kesehatan ini sering dihadapi oleh tenaga kesehatan. Secara tradisional, demm diartikan sebagai kenaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Padukuhan Geblagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

ARTIKEL PERBEDAAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA SEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH KOMPRES DAUN LIDAH BUAYA DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG.

ARTIKEL PERBEDAAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA SEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH KOMPRES DAUN LIDAH BUAYA DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG. ARTIKEL PERBEDAAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA SEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH KOMPRES DAUN LIDAH BUAYA DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Oleh: NURUL FAJARIYAH NIM: 010214b043 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S)

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S) EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES ES PRA INJEKSI INTRAMUSKULAR KONTRASEPSI SUNTIK TERHADAP PENURUNAN RESPON NYERI KLIEN DI PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi CHARISA CHAQ (08.0257.S) RIZKA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : Ali Ahmad Keliobas J

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : Ali Ahmad Keliobas J PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN KOMPRES TEPID SPONGE DAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM TIFOID DENGAN HIPERTERMI DI RSUD SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

Volume 5, Nomor 1 Juli 2017, 25-32

Volume 5, Nomor 1 Juli 2017, 25-32 PENGARUH PEMBERIAN BULI-BULI HANGAT PADA DAERAH AKSILA DAN LIPATAN PAHA TERHADAP PENURUNAN DEMAM PASCA IMUNISASI DPT HARI KE-3 PADA BAYI USIA 2-6 BULAN DI DESA WAJAK KABUPATEN MALANG Endah Kusumawati,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DALAM MENANGANI HIPERTERMI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD MELATI DUSUN SLEKER DESA KOPENG KEC. GETASAN KAB.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DALAM MENANGANI HIPERTERMI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD MELATI DUSUN SLEKER DESA KOPENG KEC. GETASAN KAB. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DALAM MENANGANI HIPERTERMI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD MELATI DUSUN SLEKER DESA KOPENG KEC. GETASAN KAB. SEMARANG Siti Haryani*, Eka Adimayanti ** Prodi DIII Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian yang tersering pada anak-anak di negara yang sedang berkembang dan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) Mimatun Nasihah* Eka Ayu Apriliana** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa

Lebih terperinci

Tito Yunita Syltami Bardu**) **) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo 2014 ABSTRAK

Tito Yunita Syltami Bardu**) **) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo 2014 ABSTRAK Perbandingan Efektifitas Tepid Sponging dan Plester Kompres dalam Menurunkan Suhu Tubuh pada Anak Usia Balita yang Mengalami Demam di Puskesmas Salaman 1 Kabupaten Magelang Tito Yunita Syltami Bardu**)

Lebih terperinci

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C.

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C. Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C. Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa di negara yang sedang berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa di negara yang sedang berkembang seperti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, angka kejadian anak yang mengalami penyakit tropis cukup tinggi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) 1. Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum

Lebih terperinci

Naskah Publikasi HELENA WIDYASTUTI

Naskah Publikasi HELENA WIDYASTUTI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN SIKPA IBU PADA PENANGANAN PERTAMA DEMAM PADA ANAK DI PADUKUHAN GEBLAGAN, TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk organ di sekitarnya seperti sinus, rongga

Lebih terperinci

2

2 2 4 6 9 10 Setiap sel senantiasa terbenam dalam air Memerlukan air utk melaksanakan fungsi sel tersebut medium dimana metabolisme tubuh berlangsung. alat pengangkutan tubuh. bahan pelicin utk pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang harus dijaga dan dilindungi. Anak merupakan generasi penerus bangsa maka dari itu harus tumbuh menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara memelihara kesehatan.upaya kesehatan masyarakat meliputi : peningkatan

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS METODE EDUKASI KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO TENTANG SWAMEDIKASI DEMAM PADA ANAK NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS METODE EDUKASI KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO TENTANG SWAMEDIKASI DEMAM PADA ANAK NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS METODE EDUKASI KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO TENTANG SWAMEDIKASI DEMAM PADA ANAK NASKAH PUBLIKASI Oleh: IRFAN AHSANI K 100090025 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mekanisme pengaturan tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang mengenai saluran pernapasan. Istilah ini diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

UPAYA PENURUNAN SUHU TUBUH DENGAN KOMPRES HANGAT PADA ANAK DBD DI RSPA BOYOLALI

UPAYA PENURUNAN SUHU TUBUH DENGAN KOMPRES HANGAT PADA ANAK DBD DI RSPA BOYOLALI UPAYA PENURUNAN SUHU TUBUH DENGAN KOMPRES HANGAT PADA ANAK DBD DI RSPA BOYOLALI PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PNEUMONIA BALITA PADA RAWAT JALAN PUSKESMAS I PURWAREJA KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2004 Indri Hapsari dan Ika Wahyu Budi Astuti

Lebih terperinci

PENGARUH MANDI RENDAM PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEJADIAN HIPOTERMI DI RS DR. R SOEDJATI PURWODADI

PENGARUH MANDI RENDAM PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEJADIAN HIPOTERMI DI RS DR. R SOEDJATI PURWODADI PENGARUH MANDI RENDAM PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEJADIAN HIPOTERMI DI RS DR. R SOEDJATI PURWODADI Oleh; Mun Aminah 1), Riski Sahara 2) 1). Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi DIII Kebidanan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR Siti Nasrah 1, Andi Intang 2, Burhanuddin Bahar 3 1 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks merupakan salah satu organ yang fungsinya belum diketahui secara pasti. Apendiks sering menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah apendisitis (Sjamsuhidayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2 sampai 68 per 1000 kelahiran hidup dimana negara Kamboja dan Myanmar memiliki angka kematian bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISPA 2.1.1 Definisi ISPA Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian.masa neonatal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER Waspadai Penyakit Infeksi Pada Musim Kemarau Oleh : Dra.LilisSuryani.,M.Kes (NIK: 173013/NIDN 0510026801) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan perubahan gaya hidup manusia berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun terakhir ini, masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase jumlah penduduk berdasarkan usia di pulau Jawa paling banyak adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Swamedikasi 1. Definisi Swamedikasi Pelayanan sendiri didefinisikan sebagai suatu sumber kesehatan masyarakat yang utama di dalam sistem pelayanan kesehatan. Termasuk di dalam

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina Korespondensi: Lilin Turlina, d/a : STIKes Muhammadiyah

Lebih terperinci

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi : KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA RUANG KELAS III INSTALASI RAWAT INAP TERPADU A DAN RAWAT INAP TERPADU B RUMAH SAKIT UMUM

Lebih terperinci