BAB I : PENDAHULUAN. Australian Greens, Our Story, < diakses pada Senin 4 Mei
|
|
- Hengki Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Australia adalah sebuah negara yang unik, terutama terkait isu lingkungan. Baik pemerintah maupun masyarakat Australia memiliki perhatian yang besar terhadap isu lingkungan. Pada tahun 1983 pemerintah Australia mengeluarkan World Heritage Properties Conservation Act 1983 yang merupakan peraturan perlindungan terhadap situs-situs warisan dunia. Pemerintah Australia juga terlibat dalam Earth Summit di Rio de Janeiro pada tahun 1992, yang menghasilkan rencana penstabilan gas rumah kaca di dunia. Pada tahun yang sama, beberapa partai lokal di Australia bergabung menjadi partai Australian Greens. 1 Partai nasional pertama di dunia yang mengadopsi pemikiran Green Politics dan gagasan lingkungan sebagai landasannya. Tidak hanya melalui partai politik, pasca tahun 1992 mulai banyak organisasi non-pemerintah atau Non-Governmental Organization (NGO) di Australia. NGO ini membantu mengangkat isu lingkungan di Australia agar mendapat perhatian dari masyarakat luas dan pemerintah Australia. NGO ini juga membantu pemerintah dalam riset dan rasionalisasi kebijakan pemerintah agar sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat dan lingkungan di Australia. Sejak tahun 1978 World Wide Found for Nature (WWF) membuka kantor di Australia untuk menyuarakan perlindungan terhadap lingkungan di Australia. Dengan fokus terhadap perlindungan terhadap satwa dan ekosistem, WWF Australia memperjuangkan kesetaraan antara manusia dan alam. Sehingga manusia dan alam dapat hidup berdampingan tanpa saling merusak dan merugikan satu sama lain. 2 Dengan menjalin relasi dengan berbagai penentu kebijakan, seperti anggota 1 Australian Greens, Our Story, < diakses pada Senin 4 Mei WWF Australia, About Us, < diakses pada Jumat 24 Juli
2 parlemen, simpatisan partai, pelaku bisnis, komunitas masyarakat, dan individu, WWF Australia menekan atau mendorong kebijakan lingkungan di Australia. 3 Sejauh ini beberapa keberhasilan WWF Australia dalam memperjuangkan perlindungan lingkungan di Australia. Diantaranya mengadvokasi pelarangan penambangan mineral di kawasan Antartika dalam Protocol on Environmental Protection to the Antarctic Treaty (The Madrid Protocol) pada tahun Bersama dengan pemerintah Australia, WWF Australia mengajukan pelarangan segala bentuk penambangan di kawasan Antartika, untuk menjaga ekosistem asli yang ada di sana. Sejak beberapa tahun yang lalu WWF Australia juga terlibat dalam perlindungan dan konservasi kawasan Great Barrier Reef di negara bagian Queensland. Setelah berbagai negosiasi WWF Australia berhasil memperluas kawasan perlindungan dalam Taman Nasional Great Barrier Reef. Kawasan perlindungan yang awalnya hanya 4.6% dari seluruh Taman Nasional diperluas menjadi 33% pada tahun Kawasan Great Barrier Reef merupakan kawasan yang sangat penting di Australia. Kawasan ini, selain merupakan tujuan wisata karena gugusan koralnya yang sangat indah, merupakan rumah dari spesies ikan, 400 lebih jenis koral, 134 spesies pari dan hiu, 6 dari 7 spesies penyu yang di lindungi, dan lebih dari 30 spesies mamalia air seperti Lumba-lumba, Dugong, dan Paus. Namun kondisinya yang terus memburuk mengundang berbagai NGO lingkungan untuk menyelamatkan kawasan ini, termasuk WWF Australia. Beberapa hal yang menjadi fokus dari WWF Australia dalam penyelamatan kawasan Great Barrier Reef. Yaitu : memperbaiki kualitas air di kawasan taman nasional, memasukan ancaman pemanasan global dan perubahan iklim dalam 3 WWF Australia, How we Work, < diakses pada Jumat 24 Juli Australian Antartic Division, The Madrid Protocol, < diakses pada Jumat 24 Juli Australian Conservation Foundatiion, ACF leads the environmental evolution, < diakses pada Jumat 24 Juli
3 rencana-rencana perlindungan Great Barrier Reef, perlindungan Great Barrier Reef dari industrialisasi, dan perlindungan laut yang tegas dan transparan. 6 Dari objektif di atas, akan sulit bagi WWF Australia untuk mewujudkannya sendiri. Untuk itu WWF Australia menjalin relasi dan kerja sama dengan berbagai pihak seperti pelaku bisnis, komunitas dan kelompok masyarakat, juga pemerintah. Pemerintah menjadi relasi yang penting bagi WWF Australia, karena keputusan dan undang-undang yang dibuat oleh pemerintah memilik dampak jangka panjang dan signifikan terhadap lingkungan. Faktor ini yang membedakan WWF dengan NGO lingkungan lainnya, karena WWF menjalin relasi dengan berbagai pihak, dari individu, praktisi serta pengampu kebijakan. Sehingga dalam menekan kepentingannya, WWF akan menggunakan seluruh relasinya dari berbagai pihak. WWF tidak hanya memberikan tekanan pada pemerintah, namun juga terlibat dalam memberikan solusi atas kondisi yang ada. Sebagai mitra pemerintah, WWF Australia memberikan banyak masukan dan rekomendasi, bahkan terkadang menjadi bagian dari pelaksana kebijakan dari pemerintah terkait perlindungan lingkungan di Australia. WWF Australia juga terlibat dalam berbagai perumusan kebijakan di Australia. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengajukan pertanyaan penelitian, yaitu : Apa peran yang di ambil WWF Australia dalam mempengaruhi perumusan kebijakan penyelamatan Great Barrier Reef? 1.3 Landasan Konseptual Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas, penulis akan menempatkan WWF Australia dalam proses pembuatan kebijakan publik yang ada di Australia. Penulis akan mencoba menempatkan WWF Australia sebagai kelompok 6 WWF Australia, Great Barrier Reef What WWF is doping, < places/great_barrier_reef/solutions/> diakses pada Jumat 24 Juli
4 kepentingan dengan kepentingan untuk menjaga lingkungan Australia dan menyetarakan hubungan antara manusia dengan alam. Kemudian penulis akan menganalisa lebih lanjut peranan WWF Australia dalam pembentukan The Reef 2050 Long-Term Sustainbilty Plan dalam sistem pembuatan kebijakan publik di Australia. Untuk itu penulis akan menggunakan dua konsep yaitu Kelompok Kepentingan dan Model Sistem dalam Perumusan Kebijakan Publik Kelompok Kepentingan Kelompok kepentingan adalah pelaku tidak resmi yang memiliki peran dalam penentuan kebijakan publik. Mereka dapat memberikan informasi, bantuan teknis, juga sumbangan pandangan rasional atas sebuah kebijakan publik. Pengaruh kelompok kepentingan terhadap sebuah kebijakan publik bergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan. Mulai dari faktor internal kelompok seperti keanggotaan dalam kelompok tersebut, keuangan dan sumber pendanaan, dan kecakapan dari pemimpinnya. Selain faktor internal, ada juga faktor eksternal seperti persaingan antar kelompok atau organisasi, hubungan dengan pemerintah, dan tempat pengambilan keputusan dalam sistem politik yang dianut. 7 Di Australia, kelompok kepentingan memiliki peranan yang sangat penting. Kelompok kepentingan menjadi kelompok yang menginisiasi agenda politik modern di Australia. Kelompok kepentingan, karena lebih dekat dengan kelompok marjinal, membantu mengadvokasi kepentingan yang sebelumnya tidak menjadi agenda politik yang di perjuangkan oleh partai politik. Partai politik di Australia mulai kehilangan kemampuannya untuk membentuk agenda politik baru, dan cenderung untuk mengangkat isu yang sama antar partai politik. Kepentingan yang disuarakan oleh kelompok kepentingan kemudian di adopsi oleh partai politik menjadi agenda politik dari partai politik tersebut. 8 Kemampuan kelompok kepentingan untuk menyuarakan kepentingan kelompok marjinal dan membentuk agenda politik modern bagi partai politik di Australia menunjukkan bahwa 7 B. Winarno, Kebijakan Publik; Teori, Proses dan Studi Kasus (Edisi Revisi), CAPS (Center of Academic Publishing Service), Yogyakarta, pp S. Rodney, V. Ariadne dan C. Ian, Contemporary Politics in Australia : Theores, Practices and Issues, Cambridge University Press, New York, 2012, pp
5 kelompok kepentingan memiliki peranan yang penting dalam perumusan kebijakan di Australia. Fungsi dari kelompok kepentingan ini dapat dibedakan menjadi tiga fungsi, yaitu : Agenda Setter, Policy Input dan Policy Implementer. Sebagai Agenda Setter, kelompok kepentingan mengangkat isu baru atau isu yang awalnya kurang populer menjadi isu yang hangat dan perlu segera ditangani oleh pemerintah. Mengubah opini publik dengan meningkatkan kesadaran masyarakat atas sebuah isu, menekan pemerintah dengan membuat petisi dan demonstrasi, dan mempromosikan kepentingan mereka. Sebagai Policy Input, kelompok kepentingan memberikan bantuan teknis, riset, publikasi akademis ataupun tekanan pada pemerintah. Masukan ini akan membantu pemerintah menentukan kebijakan yang efektif dan efisien untuk isu tersebut. Kelompok kepentingan juga dapat berperan sebagai Policy Implementer, kelompok kepentingan yang sebagian besar terdiri dari akademisi, para praktisi dan tenaga profesional serta kedekatan dengan masyarakat menjadikan kelompok kepentingan delegasi yang sangat cocok untuk menjalankan kebijakan, atau menjadi Implementer dari sebuah kebijakan. 9 Menempatkan WWF Australia sebagai kelompok kepentingan dalam sistem kebijakan publik di Australia akan menjelaskan peranan-peranan WWF Australia dalam mempengaruhi pembuatan kebijakan. Dengan mengambil peran sebagai kelompok kepentingan, WWF Australia dapat memberikan tekanan dan dorongan pada isu-isu lingkungan yang mereka perjuangkan. Sebagai sebuah NGO Lingkungan, WWF Australia ingin menjaga lingkungan Australia tetap lestari dan dikelola secara berkelanjutan. Nilai dan tujuan ini yang mendorong WWF Australia untuk mengamankan kepentingan mereka. 9 G. Davis, et. al., Public Policy in Australia, Allen & Unwin, Australia, 1988, p
6 1.3.2 Model Sistem dalam Perumusan Kebijakan Publik Model sistem dalam perumusan kebijakan publik merupakan model yang dikembangkan oleh Paine dan Naumes; yang merujuk pada model sistem yang dikembangkan oleh David Easton. Model ini menjelaskan pentingnya dimensidimensi dari lingkungan sekitar para pembuat kebijakan yang berpengaruh pada pembentukan kebijakan. Paine dan Naumes menggambarkan pembuatan kebijakan sebagai interaksi yang dinamis antara lingkungan dengan para pembuat kebijakan. 10 Interaksi yang terjadi dalam bentuk masukan dan keluaran (inputs dan outputs). 11 Model ini menjelaskan pengaruh lingkungan sekitar dalam proses perumusan kebijakan publik. Pelaku tidak resmi seperti masyarakat, gerakan, kelompok atau organisasi dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan sebuah kebijakan. Pengaruh ini dapat berupa tekanan atau dukungan terhadap kebijakan sebagai inputs dalam perumusan kebijakan publik. Kebijakan publik adalah outputs dalam proses ini, sebagai jawaban atas tuntutan dan dukungan dari lingkungan. Kebijakan publik kemudian akan mengubah tatanan lingkungan dan menimbulkan tanggapan dari lingkungan, dan menjadi inputs baru dalam sistem kebijakan publik. 10 Winarno, pp F.T. Paine dan W. Naumes, Strategy & policy formation; An Integrative Approach, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1974, pp
7 Grafik 1 : Model Pembuatan Kebijakan yang Dikembangkan oleh Paine dan Naumes Sumber: Budi Winarno, Kebijakan Publik; Teori, Proses dan Studi Kasus (Edisi Revisi), CAPS (Center of Academic Publishing Service), Yogyakarta, 2014, p. 102 Di Australia model ini dikembangkan oleh Bridgman dan Davis dengan mendefinisikan Sistem dalam Perumusan Kebijakan Publik sebagai sebuah proses yang membuat sistem politik terlihat berirama dalam dunia yang sepertinya kacau. Menurut Bridgman dan Davis, model ini menekankan pada pemerintah sebagai sebuah proses dan bukan institusi. Dan kebijakan publik dihasilkan dari sebuah proses, dan proses ini tidak berhenti ketika kebijakan terbentuk, namun berlanjut pada implementasi dan evaluasi. 12 Menggunakan model ini akan menjelaskan posisi dan peranan dari WWF Australia dalam proses pembentukan kebijakan publik di Australia. Model ini juga cocok dalam menjelaskan proses perumusan kebijakan publik di Australia yang 12 M. Sarah dan D. Richard, An Introduction to Australian Public Policy; Theory and Practice, Cambridge University Press, New York, 2009, pp
8 sangat di pengaruhi oleh aktor-aktor informal seperti kelompok kepentingan, pelaku bisnis, juga individu. Model ini juga akan menjelaskan hubungan antara WWF Australia dan aktor lainnya dalam proses pembentukan kebijakan publik di Australia. Dengan menggunakan model sistem dalam perumusan kebijakan publik juga akan membantu dalam memberikan pemahaman mengenai bagaimana kebijakan lingkungan dapat dipengaruhi oleh NGO lingkungan seperti WWF Australia. 1.4 Hipotesa Melihat fakta dari kasus pembentukan kebijakan penyelamatan Great Barrier Reef dan pembuatan kebijakan The Reef 2050 Long-Term Sustainabilty Plan menunjukkan bahwa WWF Australia mengambil peran sebagai kelompok kepentingan dalam sistem kebijakan publik di Australia. Dalam hal ini, WWF Australia menjalankan peranan sebagai Agenda Setter dan Policy Input. WWF Australia mengangkat isu penyelamatan kawasan Great Barrier Reef menjadi agenda politik baru di Australia. WWF Australia juga memberikan masukanmasukan pada pemerintah Australia agar kebijakan penyelamatan Great Barrier Reef ini menjadi efektif untuk meningkatkan kesehatan kawasan ini. Usaha WWF Australia untuk mendorong penyelamatan kawasan Great Barrier Reef dengan mempengaruhi berbagai pihak seperti Partai Politik, anggota parlemen, bahkan pelaku bisnis semakin memperkuat pengaruh WWF Australia dalam pembentukan kebijakan ini. Interaksi yang terjadi antar pelaku pembuat kebijakan ini seperti yang dijelaskan oleh Paine dan Naumes dalam Model Sistem dalam Perumusan Kebijakan Publik. 1.5 Metode Penelitian Dalam penulisan penelitian ini, penulis akan menggunakan metode kualitatif dengan dukungan data kualitatif dan data berkala melalui studi literatur dari buku, jurnal maupun artikel daring. Pada proses pengumpulan data, penulis akan menggunakan studi literatur/kajian pustaka. Adapun bahan bacaan diperoleh dari buku atau jurnal ilmiah yang berupa media cetak maupun digital serta artikel 8
9 atau informasi dari situs resmi dan media massa terkait NGO lingkungan di Australia dan hubungannya dengan pemerintah Australia. Sedangkan untuk menganalisa data yang telah di peroleh untuk penelitian ini, penulis akan menggunakan metode analisis data kualitatif. Dengan menggunakan metode analisis kualitatif penulis dapat mengorganisasikan data menurut kebutuhan penelitian. Dari metode ini penulis dapat mengidentifikasi pola dari beberapa informasi, mengambil inti dari beberapa data atau mengambil intisari dari sebuah informasi yang didapatkan. Studi kasus mengenai keterlibatan WWF Australia dalam pembentukan kebijakan penyelamatan kawasan Great Barrier Reef akan memperkuat data-data mengenai pengaruh NGO lingkungan dalam mempengaruhi kebijakan lingkungan di Australia. Dengan begitu penulis dapat melihat usaha dan seberapa besar pengaruh dari NGO lingkungan di Australia dalam pembuatan kebijakan di Australia, terutama kebijakan lingkungan. 1.6 Organisasi Penulisan Penelitian ini akan terdiri atas lima bab dengan rincian sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Pada bab ini, hal-hal yang menjadi dasar dari penelitian akan dijelaskan. Hal tersebut meliputi; latar belakang penulisan penelitian ini, tujuan dari penulisan penelitian rumusan masalah, landasan teori yang akan digunakan, dan hipotesis. Bab pertama ini secara garis besar menggambarkan arah dan alur dari penelitian ini. Bab II : Politik Australia Dan Kepentingan WWF Australia Dalam Bab ini penulis akan memaparkan sistem politik dan proses pembentukan kebijakan publik di Australia. Penulis juga akan memaparkan aktoraktor yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan publik di Australia. 9
10 Pada bagian selanjutnya penulis akan memaparkan memaparkan kepentingan dari WWF Australia dalam usaha pembentukan kebijakan penyelamatan kawasan Great Barrier Reef. Dengan menganalisa kepentingan dari WWF Australia, akan membantu memperlihatkan seberapa jauh pengaruh dari WWF Australia dalam proses pembuatan kebijakan publik di Australia. Dengan membandingkan kepentingan dari WWF Australia dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, juga cara-cara dari WWF Australia ini dalam mengangkat isu yang menjadi kepentingannya. Bab III : Usaha WWF Australia Dalam Mempengaruhi Perumusan Kebijakan Penyelamatan Great Barrier Reef Pada bab ini penulis akan memaparkan usaha-usaha yang dilakukan oleh WWF Australia dalam mempengaruhi proses pembuatan kebijakan di Australia. Dengan menggunakan kasus perumusan The Reef 2050 Long-Term Sustainibility Plan. Di sini penulis akan menjelaskan bagaimana interaksi antar aktor dalam perumusan kebijakan publik di Australia. Dengan memperhatikan kepentingan WWF Australia dalam kasus ini, dan kebijakan yang akhirnya dikeluarkan oleh pemerintah Australia, penulis akan menjelaskan peranan dari WWF Australia sebagai NGO lingkungan terhadap proses perumusan kebijakan di Australia. Bab IV : Kesimpulan Dengan menggunakan data dan fakta yang telah di dapat pada bab sebelumnya sebagai bahan kajian untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Dengan mengambil peran sebagai sebuah kelompok kepentingan, WWF Australia menekan pemerintah Australia untuk mengakomodasi kepentingannya. Dalam sistem perumusan kebijakan publik di Australia, kelompok kepentingan dapat mempengaruhi aktor-aktor lain dalam perumusan kebijakan publik. 10
11 Pada bagian selanjutnya penulis akan menyimpulkan temuan-temuan dari penelitian ini. Temuan ini akan membantu dalam menjelaskan bagaimana NGO Lingkungan dapat mempengaruhi pembentukan sebuah kebijakan dalam sistem kebijakan publik di Australia. 11
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tasmanian Wilderness oleh Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Tasmanian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini mendiskusikan tentang politisasi kawasan konservasi Tasmanian Wilderness oleh Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Tasmanian Wilderness merupakan salah
Lebih terperinciPERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001
PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Konservasi No. 5 Tahun 1990, sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciAustralia Awards Indonesia
Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Kepemimpinan Organisasi dan Praktek-praktek Manajemen untuk Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) Page 1 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya penggunaan hutan dan beragamnya alih fungsi hutan di Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan. Sumberdaya hutan di Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian selanjutnya berkaitan dengan pengaruh NGO dalam pelestarian lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable Development:
Lebih terperinciDaftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013
Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian publik pada pertengahan tahun Pada saat itu salah satu stasiun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pekerja anak di perkebunan kakao Afrika Barat mulai menarik perhatian publik pada pertengahan tahun 2000. Pada saat itu salah satu stasiun televisi Inggris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan alam tropis yang tak ternilai harganya dan dipandang di dunia internasional. Tidak sedikit dari wilayahnya ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis Siti Chadidjah Kaniawati pada situs Balai Taman Nasional Kayan Mentarang menjelaskan dalam beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir, isu mengenai pemanasan global menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam artikelnya di www.detikhealth.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi memberikan pengaruh yang begitu besar bagi kehidupan. Di era modern ini, manusia tidak terlepas dari teknologi informasi yang menggiring
Lebih terperinciPerlindungan Terhadap Biodiversitas
Perlindungan Terhadap Biodiversitas Pendahuluan Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer secara baik, maka tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam
Lebih terperinciSecara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:
PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan keprihatinan masyarakat dunia tentang pentingnya pelestarian lingkungan, hal ini tentu
Lebih terperinciPercepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil
Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas
Lebih terperinci(1) dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan atau KA ANDAL, (3) dokumen RKL dan RPL, di sisi lain terdapat dokumen
A. Sejarah Amdal Di Indonesia AMDAL merupakan kependekkan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang merupakan suatu sistem atau proses yang melibatkan suatu kajian/studi dan menghasilkan beberapa dokumen
Lebih terperinciKerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia
Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (O Riodran, 1994) yang menurut Ekins (1999) dalam Green Fiscal. masalah lingkungan oleh perubahan iklim (Baronchelli et all, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara yang berasal dari orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa dan tidak mendapatkan imbalan langsung yang digunakan untuk pengeluaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dianggap tidak memiliki peran penting dan bisa dibilang dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hubungan masyarakat memiliki peranan penting dalam keberlangsungan hidup suatu perusahaan, sekaligus harus mampu menjembatani dan mempertahankan citra positif
Lebih terperinciLIBRARIES, DEVELOPMENT, AND THE UN 2030 AGENDA
INTERNATIONAL ADVOCACY PROGRAMME LIBRARIES, DEVELOPMENT, AND THE UN 2030 AGENDA 17 TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) DAN RUMUSAN IFLA TENTANG PERAN PERPUSTAKAAN DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN TPB TUJUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor
BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik
Lebih terperinciManajemen Isu dan Manajemen Krisis
Manajemen Isu dan Manajemen Krisis Modul ke: 10 Fakultas Ilmu Komunikasi Strategi pengelolaan hubungan dengan para stakeholder di saat krisis: Pengenalan publik eksternal suatu organisasi, Pengelolaan
Lebih terperinciGrafik 1. Area Bencana
Untuk mendapatkan gambaran awal sejauh mana masyarakat Indonesia sadar akan isuisu lingkungan dan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dalam jangka panjang, pada penghujung tahun 2013, WWF-Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program EcoCulture yang dibuat oleh CitraRaya. EcoCulture memiliki arti. masyarakat sekitar lingkungan CitraRaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini ruang lingkup hijau di alam bebas dinilai sudah mengurang dan butuh perubahan kearah yang lebih baik yakni budaya dan kebiasaan
Lebih terperinciBETI, DALLY, DEDEH, DEVI, FITRIA, GINANJAR, JUNAEDI, LIDYA, RANI
BETI, DALLY, DEDEH, DEVI, FITRIA, GINANJAR, JUNAEDI, LIDYA, RANI Advokasi Tenaga Kesehatan lini pertama Konstan Mayoritas Kontinyu Koordinatif The Baccalaureate Degree in Nursing as Minimal Preparation
Lebih terperinciTerjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011
Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Pak Muliadi S.E yang terhormat, Terima kasih atas surat Anda tertanggal 24 Februari 2011 mengenai Kalimantan Forests and Climate
Lebih terperinciBAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS
BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem
Lebih terperinciIUCN Merupakan singkatan dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources sering juga disebut dengan World Conservation Union adalah sebuah organisasi internasional yang didedikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan salah satu modal utama untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional, yaitu pemanfaatan sumber daya yang sebesar-besarnya
Lebih terperinciInvestasi cerdas untuk perlindungan keanekaragaman hayati laut dan membangun perikanan Indonesia. Wawan Ridwan
Investasi cerdas untuk perlindungan keanekaragaman hayati laut dan membangun perikanan Indonesia Wawan Ridwan Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 9 10 Mei 2017 (c) Nara
Lebih terperinciPerbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon
Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang kebebasan informasi publik menjadi tantangan baru bagi pemerintah, karena secara nyata merupakan upaya mewujudkan transparansi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media sebagai bagian dari alat perputaran informasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencari dan menyampaikan informasi kepada publik. Setiap perusahaan memiliki
Lebih terperinciDISCUSSION PAPER REVISI PSAK UNTUK ENTITAS NIRLABA
DISCUSSION PAPER REVISI PSAK UNTUK ENTITAS NIRLABA Tanggapan tertulis atas discussion paper paling lambat diterima pada tanggal 1 Februari 2018. Tanggapan dikirimkan ke: Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Lebih terperinciLESSON LEARNED DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KELAUTAN DI EKOREGION SUNDA KECIL
LESSON LEARNED DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KELAUTAN DI EKOREGION SUNDA KECIL Putu Oktavia, Uly Faoziyah, B. Kombaitan, Djoko Santoso Abi Suroso, Andi Oetomo, Gede Suantika Email: putu.oktavia@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap, dan perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Humas merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengevaluasi opini, sikap, dan perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur suatu individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada publik mengenai kebijakan Pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan Humas di lingkungan pemerintahan sangat penting dalam membangun citra positif bangsa dan negara. Apalagi saat ini pemerintah tengah menghadapi berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi
Lebih terperinciProduksi Media PR Cetak
Produksi Media PR Cetak Modul ke: 07Fakultas FIKOM Humas dan Audiens Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Program Studi HUMAS Latar Belakang Public Relations merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertugas
Lebih terperinciMateri Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6
Materi Kuliah ETIKA BISNIS Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6 Latar Belakang Munculnya isu pemanasan global, penipisan ozon, kerusakan hutan, kerusakan lokasi di pertambangan, pencemaran
Lebih terperinciLOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 A. Dasar Pemikiran Tanggal 10 Juli 2017, Pemerintah Indonesia telah mengundangkan Peraturan Presiden
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat menyediakan produk inovatif untuk mendukung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin memperketat persaingan di industri telekomunikasi, khususnya pada perusahaan operator telekomunikasi. Pasalnya, perusahaan harus dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan
Lebih terperinciKERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)
KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.
Lebih terperinciLINGKUNGAN HIDUP: masalah dan solusinya
LINGKUNGAN HIDUP: masalah dan solusinya Pembekalan Peserta Pemilihan Putri Pariwisata Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Ramli Utina Ecologist & Environmental Education Department of Biology - Gorontalo State
Lebih terperinciSebuah Temuan Awal dari XPDC Alor Flotim Penulis: Amkieltiela Marine Science and Knowledge Management Officer, WWF-Indonesia
Status Ekosistem Terumbu Karang Perairan Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar dan Laut Sekitarnya, Suaka Alam Perairan (SAP) Flores Timur, dan Perairan Sekitarnya Tahun 2017 Sebuah Temuan Awal dari XPDC
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KONSULTAN KOMUNIKASI CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA
KERANGKA ACUAN KONSULTAN KOMUNIKASI CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA Nama Organisasi Periode pekerjaan: Conservation International Indonesia Mei : Mendukung pencapaian visi dan misi CI Indonesia melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami
Lebih terperinci11 Media Relations. Manajemen Isu dan Manajemen Krisis. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM. Public Relations. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi
Manajemen Isu dan Manajemen Krisis Modul ke: 11 Media Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pertemuan 11 Media Relations
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. mengemuka seiring dengan populernya paradigma governance dalam tata
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perspektif administrasi publik, kemitraan merupakan isu yang mengemuka seiring dengan populernya paradigma governance dalam tata kepemerintahan. Tata kepemerintahan
Lebih terperinciPRINSIP DASAR PENGELOLAAN KONSERVASI
PRINSIP DASAR PENGELOLAAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 Lima prinsip dasar Pengelolaan Konservasi 1. Proses ekologis seharusnya dapat dikontrol 2. Tujuan dan sasaran hendaknya dibuat dari sistem pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diakui dan dihormatinya satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa di Indonesia merupakan perwujudan penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas permukiman
Lebih terperinciKRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010
KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman
Lebih terperinciBab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Bab 5 Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI secara Eksklusif Ditinjau dari Aspek Hukum dan Kebijakan Kesehatan merupakan modal penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi serta komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aktivitas dasar manusia, dengan adanya proses komunikasi manusia dapat saling berhubungan satu dengan lainnya baik dalam kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepulauan Wakatobi merupakan salah satu ekosistem pulau-pulau kecil di Indonesia, yang terdiri atas 48 pulau, 3 gosong, dan 5 atol. Terletak antara 5 o 12 Lintang Selatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. beragam konteks. Cultural Studies, istilah ini diciptakan oleh Richard
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cultural Studies atau kajian budaya adalah studi kebudayaan atas praktek signifikasi representasi, dengan mengeksplorasi pembentukan makna pada beragam konteks. Cultural
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kerusakan lingkungan yang dihadapi manusia di zaman modern ini semakin serius. Kita sering mendengar istilah global warming dan rumah kaca. Isu lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak dipisahkan dari negara Indonesia yang terkenal akan keanekaragamannya. Keanekaragaman ini menjadi unsur perekat kesatuan dan persatuan
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperinciPROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN
PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN Oleh : Budi wardono Istiana Achmad nurul hadi Arfah elly BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN
Lebih terperinciCATATANKEBIJAKAN. Peta Jalan Menuju EITI Sektor Kehutanan. No. 02, Memperkuat Perubahan Kebijakan Progresif Berlandaskan Bukti.
No. 02, 2013 CATATANKEBIJAKAN Memperkuat Perubahan Kebijakan Progresif Berlandaskan Bukti Peta Jalan Menuju EITI Sektor Kehutanan (Program: Working Toward Including Forestry Revenues in the Indonesia EITI
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciCORAL TRIANGLE INITIATIVE FOR CORAL REEFS, FISHERIES & FOOD SECURITIES Oleh: M. Eko Rudianto 1
CORAL TRIANGLE INITIATIVE FOR CORAL REEFS, FISHERIES & FOOD SECURITIES Oleh: M. Eko Rudianto 1 Di dunia ini terdapat 3 kawasan di katulistiwa yang merupakan pusat kenekaragaman hayati dunia, yaitu Amazone
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni 1972. Pemerintah Indonesia sendiri menaruh
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk aktivitas tangggung jawab sosial perusahaan dengan cepat. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat dan informasi menjadi semakin mudah diakses. Dunia ekonomi semakin transparan. Era keterbukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN OLEH PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi membutuhkan peran public relations untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan atau organisasi membutuhkan peran public relations untuk menyampaikan pesan kepada pihak terkait dan membentuk citra dan opini yang baik agar perusahaan
Lebih terperinciPERENCANAAN PENGELOLAAN EKOWISATA
EKOWISATA Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta lingkungan menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian
Lebih terperinciRINGKASAN UNTUK MEDIA
LIVING PLANET REPORT 2012 RINGKASAN UNTUK MEDIA Living Planet Report 2012 adalah laporan berbasis analisis Ilmiah tentang kesehatan planet Bumi serta dampaknya terhadap aktivitas manusia. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan alam yang luar biasa dan kekayaan budaya Indonesia yang melimpah, merupakan modal yang kuat untuk Indonesia agar dapat meningkatkan lagi tarik dan
Lebih terperinciBAB V. Penutup. lingkungan yang terus terjadi, yang kemudian disebut sebagai ecocide. Sebagai
BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan Gerakan Eradicating Ecocide merupakan salah satu gerakan sosial yang muncul akibat keresahan dan ketidakpuasan masyarakat atas kerusakan lingkungan yang terus terjadi, yang
Lebih terperinciterlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.
BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup
Lebih terperinci2) faktor-faktor yang terkait dengan peranan Indonesia di dalam kerjasama multilateral CTI-CFF adalah faktor geografis dan ketahanan pangan. Jadi sela
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisis pada bab empat terkait pembahasan terhadap peran Indonesia dalam kerjasama multilateral CTI-CFF untuk upaya menjaga keanekaragaman hayati laut
Lebih terperincipemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri. Dalam menjalankan fungsinya Rumah Sakit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi karyawan, pasien,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tren Eco-Friendly telah masuk dalam dunia perumahsakitan. Konsep Green Hospital saat ini telah berkembang menjadi pendekatan sisi baru dalam pengelolaan Rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem terbesar kedua setelah hutan bakau dimana kesatuannya
Lebih terperinciStrategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016
Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Selain itu pemilu
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)
RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) TENTANG FOINI Freedom of Information Network Indonesia (FOINI) merupakan jaringan organisasi masyarakat sipil dan individu yang intensif
Lebih terperinci