BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut. Hal ini dapat berlaku terhadap Negara Jepang (Suryohadiprojo, 1982:1). Secara topografi, Jepang merupakan bagian dari suatu deretan pegunungan yang panajng yang terangkai dari Asia Tenggara samapi jauh ke Alaska. Menurut survey dari Lembaga Survai Geogarfi Kementrian Pembangunan Jepang, kawasan pegunungan mencapai 70% dari seluruh daratan Jepang (Anonim, 1982:3). Disanasini terdapat gunung-gunung yang menjulang tinggi dan diantaranya adalah gunung berapi. Luasnya daerah pegunungan menyebabkan tanah dataran berwujud sempit antara pegunungan dengan pantai Samudera Pasifik dan Laut Jepang. Sempitnya dataran menyebabkan tanah pertanian hanya meliputi 15 % saja dari seluruh daratan Jepang. Walalupun memiliki daratan yang sempit, berkat keuletannya, bangsa Jepang dapat menghasilkan 10 juta ton beras setiap tahun. Jepang sebagai negara kepulauan, sifat maritimnya menyebabkan bangsa Jepang menjadi bangsa pelaut yang ulung (Suryohadiprojo, 1982:3). Meskipun memiliki kondisi topogarafi seperti ini Jepang tidak pernah putus asa bahkan terus berjuang dengan rajin dalam membangun negara dan bangsanya hal initerbukti pada masa kini, Negara Jepang menjadi Negara yang kuat. Kekuatan Jepang mulai terlihat pada masa perang dunia kedua, Jepang muncul sebagai negara

2 yang kuat dan ditakuti. Jepang bersama sekutunya menebarkan horor diseluruh dunia. Jepang merebut Indonesia dari Belanda pada tahun 1942 dan menjajah Indonesia sampai perang dunia kedua berakhir pada tahun 1945 (Majalah angkasa, 2008:81). Sebagai negara yang kalah perang, Jepang harus membayar sejumlah pampasan perang yang nilainya tidak sedikit. Bukan hanya itu saja, mereka juga terpaksa membiarkan sekutu menduduki Jepang sampai pada tahun Walupun demikian, Jepang pada tahun yang sama mencapai produksi yang jumlahnya hampir sama seperti sebelum perang (Vogel, 1982:26). Semuanya ini diperoleh karena keuletan yang dimiliki bangsa Jepang dan sikap disiplinnya. Selain disiplin dan keuletannya, Jepang juga memiliki kultur yang mendukung seperti kultur awase, kultur haji no bunka, dan kultur masyarakat vertiakal-horizontal. Kultur Awase atau Awase no Bunka ( 合わせの文化 ) berasal dari kata dalam bahasa Jepang yaitu kata au ( 合う )dan bunka ( 文化 ). Kata au ( 合う ) memiliki makna menyatukan atau menggabungkan. Sedangkan kata bunka ( 文化 ) mempunyai makna budaya. Apabila kedua kata ini digabungkan memiliki makna secara harfiah yaitu budaya menyatukan atau budaya menggabungkan. Ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Kinhide, kultur awase adalah kultur yang mengandung pengertian menerima ini atau itu (Kinhide, 1981: 7). Hal ini terlihat dalam kepercayaan mereka, dimana mereka mau menerima dan menganut dua agama sekaligus. Kultur haji no bunka ( 恥の文化 ) terdiri atas dua kata yang berasal dari bahasa Jepang yaitu haji ( 恥 ) dan bunka ( 文化 ). Haji ( 恥 ) memiliki arti malu sedangkan bunka ( 文化 ) memiliki arti budaya. Apabila kedua kata ini digabungkan memiliki makna secara harfiah yaitu budaya malu Budaya ini terlihat dari sikapnya yang tidak senang jika tidak dapat membalas apa yang mereka terima karena memalukan. Kultur

3 masyarakat horizontal-vertikal yang dimiliki Jepang terlihat dalam sikap bangsa Jepang yang senang berkelompok. Ketiga kultur ini, baik kultur awase, kultur haji no bunka ataupun kultur masyarakat vertical-horizontal juga dapat ditemukan dalam hubungan diplomasi Jepang Indonesia yang telah mencapai umur lima puluh tahun pada tahun 2008 yang lalu. Kultur awase terlihat dalam sikap diplomasi Jepang yang bersifat soft power (tanpa kekerasan0 atau sering dikenal dengan sebutan soft diplomacy (diplomasi tanpa kekerasan). Dalm diplomasi ini tidak ada penekanan menggunakan senjata. Joseph S. Nye dalam Utomo (2008:1) mengungkapkan soft power sebagai kemampuan mencapai tujuan dengan tindakan atraktif dan menjauhi tindakan kohersif (kekerasan atau intimidasi). Di tataran hubungan Internasional, soft powers diawali dengan membangun hubungan kepentingan dan asistensi ekonomi sampai tukar menukar denagn budaya lainnya. Meskipun belakangna ini soft powers menjadi arus global, jauh hari jepang telah menerapkannya untuk membangun kembali hubungn baik dengan negara-negara bekas jajahan termasuk Indonesai. Jepang menggunakan soft power berupa bantuan ekonomi atau pinjaman lunak untuk mengikat hati negaranegara sahabat, lalu dilanjutkan dengan bilateral yang mengikat sehingga ketergantungna kepada Jepang semakin meningkat (Utomo, 2008:1). Kultur haji no bunka terlihat dari keseriusan Jepang untuk membayar pampas an perang sebagai pertanggung-jawaban kepada Indonesia atas segala kerugian yang dialami Indonesia pada masa penjajahan Jepang di Indonesia. Jepang juga tidak pernah membuat perjanjian yang menyebabkan negara itu berhutang kepada Indonesia. Bahkan bantuan Jepang menempati urutan pertama dibanding dengan negara-negara lain yang memberi bantuan kepada Indonesia (anonim, 2005: 3). Kultur masyarakat vertical-horizontal terlihat pada upaya membentuk persahabatan yang lebih erat antar

4 pemerintah kota tau provinsi sehingga terbentuklah diplomasi kota kembar. Medan tempat penulis tinggal saat ini adalah kota kembar dari kota Ichikawa di prefektur Chiba (Aneka Jepang, 2008:18). Hubungan diplomasi Jepang dan Indonesai ini menempuh perjalan yang panjang jika dilihat dari sudut pandang sejarah. Pada mulanya Jepang datang sebagi penjajah pada tahun 1943 menggantikan Belanda yang kalah perang. Setelah kekalahan Jepang pada tahun 1945, kedua Negara disibukkan dengan upaya merekonsiliasi negaranya pasca perang dunia kedua sedangkan Indonesia sebagai Negara yang baru merdeka masih berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan itu sendiri. Hubunga bilateral kedua Negara secara resmi dimulai pada tahun 1958 tepatnya pada tanggal 20 Januari dengan penadatangan perjanjian perdamaian RI- Jepang. Hubungn ini memasuki tahun emas pada tahun 2008 yang lalu yang dirayakan oleh kedua negara (Surkajapura, 2008:3). Semua upaya yang dilakukan dalam hubungan diplomasi ini dilandasi oleh banyak factor. Salah satu faktor adalah status Jepang asebagai Negara maju. Setelah Jepang berkembang menjadi Negara modern dan aktif dalam pergaulan Internasional, maka ia pun menaruh minat agar hubungannya dengan negara-negara kepulauan di Asia Tenggara terpelihara denag baik. Ini penting dari sudut geosentrisnyua, yaitu posisi Negara-negara lepas pantai terthadap Negara daratan. Selain itu, Negara-negara kepulauan Asia Tenggra menjamin keamana lalu lintas yang membawa ekspor dari Jepang ke luar negeri. Bahkan,Negara-negara itu sendiri menjadi negara sumber bahan-bahan mentah dan energy, serta menjadi pasar untuk ekspor Jepang seperti Indonesia (Suryohadiprojo, 1982:6). Bagi Jepang, Indonesia adalah negara yang yang sangat penting. Diantara masyarakat kedua Negara ini terentang tali persaudaraan yang terjalin sejak lama.

5 Lagi pula, anara negara itu telah terbina hubungan yang sangat erat di bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan lainnya. Selain itu, dilihat dari sisi manapun, seperti luas geografis, jumlah penduduk, kekayaan sumber daya alam, Indonesai merupakan negar terbesar di Asia Tenggara. Karena itu, bagi Jepang dan negara-negara Asia lainnya, perkembangan negara Indonesia secara ekonomi dan sosial di dalam iklim politik yang stabil, merupakan hal yang sangat pentiang (anonim, 2005:3). Jepang juga kerap memberikan bantuan keapda Indonesia seperti bantuan pengetasan kemiskinan, bantuan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, bantuan untuk pembentukkan masyarakat yang adil dan makmur, bantuan untuk pelestarain lingkungan, dan bantuan untuk perdamaian. Sebaliknya, Indonesia sering mengirimkan bahan-bahan mentah untuk produksi Negara Jepang bahkan kebutuhan masyarakat Jepang seperti gas dan minyak bumi. Hubungan yang sudah berumur 50 tahun ini bukannya tidak pernah diterpa badai. Beberapa kali hubungan kedua Negara mengalami goncangan tetapi tidak menyebabkan hubungan kedua negara mencapai titik terendah berupa pemutuan hubungan diplomatik (Sukarjapura, 2008: 3). Keinginan untuk lebih mengetahui bagaimana hubungan diplomasi Jepang-Indonesia dan kultur yang terkandung dalam hubungan diplomasi yang melandasi penulisan skripsi ini. 1.2 Rumusan Masalah Hubungan diplomasi yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia kini sudah berlangsung lebih dari lima puluh tahun dan sudah memasuki tahun emas. Hal ini kelihatan sangat menarik untuk dibahas. Penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan diplomasi Jepang, Indonesia dan kultur apa yang menyertainya. Hubungan diplomasi ini juga tidak terlepas dari aspek kesejarahan. Aspek kesejarahan ini

6 penting untuk diperhatikan karena itu penulis juga mencoba mencari sejarah perkembangan hubungn diplomasi Jepang dan Indonesia. Jepang memiliki bermacam kultur didalam kebudayaannya. Seperti kultur awase, kultur haji no bunka dan kultur masyarakat vertical-horizontal yang memiliki kaitan dengan diplomasi yang dilakukan Jepang terhadap Indonesia. Penulis juga ingin mengetahui jenis hubungan diplomasi yang dilakukan Jepang dan Indonesia. Saat ini, banyak kota di Indonesia menjalin hubungan diplomasi antar kota yang disebut diplomasi kota kembar.penulis ingin mengetahui kultur apa yang terdapat didalam diplomasi jenis ini. Dengan berbagai macam permasalahan yang penulis temukan ketika membaca beberapa sumber, penulis menetapkan permasalahan yang akan penulis bahas, yaitu: 1. Apa ada kaitan hubungn diplomasi Jepang Indonesia denag kultur yang dimiliki oleh Jepang seperti kultur awase, kultur haji no bunka dan kultur masyarakat vertical-horizontal. Selain itu apa yang mendasari hubungan diplomasi Indonesia? 2. Apa bentuk hubung diplomasi yang dilakukan Jepang dan Indonesia, permasalahan dalam diplomasi dan bagaimana cara menagtasinya? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Diplomasi Jepang Indonesia adalah suatu permasalahan yang sangat kompleks. Jika tidak diberi batasan dalam mebahasnya dapat menimbulkan kerancuan dan tidak akurat. Untuk hal inilah, penulis memberi batasan-batasan yang akan dibahas. Penulis akan membahas pengertian diplomasi, kultur yang terdapat dalam diplomasi Jepang seperti kultur awase, kultur haji ni bunka dan kultur masyarakat vertikal- horizontal, kemudian kultur apa yang mendasari hubungan diplomasi

7 Indonesia. Penulis juga akan membahas bentuk-bentuk diplomasi yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia. Hubungan diplomasi yang dibahs adalah hubungan diplomasi yang dijalin setelah tahun Hal ini dikarenakan pada masa sebelumnya hubungan Jepang dan Indonesia adalah penjajah dengan negara terjajah. Jadi jelas ada hubungan diplomasi seperti yang akan dibahas dalam skripsi ini. 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka amat diperlukan untuk mengukur keakuratan sebuah penjelasan terhadap permasalahan yang ada. Tinjauan Pustaka ini berasal dari beberapa ahli. Berikut ini beberapa tinjauan pustaka yang digunakan oleh penulis. Diplomasi menurut Sir Earnest Satow dalam Roy (1995:2) merupakan penerapan kepandaian dan taktik pada pelaksanaan hubungn resmi antara pemerintah negara-negara berdaulat. Menurut K.M. Panikar dalam Roy (1995:3) diplomasi, dalam hubungnnya denag politik Internasional adalah seni mengedepankan kepentingan suatu Negara dalam hubunganny denga Negara lain. Menurut Svarlien dalam Roy (1995:3) mendefinisikan diplomasi sebagai seni dan ilmu perwakilan Negara dan perundingan. Kata yang sama juga telah dipakai untuk menyatakan secara umum keseluruhan kompleks hubungn luar negeri suatu Negara, yaitu departemen luar negerinya. Menurut Ivo D. Ducharck dalam Roy (1995:3) diplomasi biasanya didefinisikan sebagai praktek pelaksanaan politik negeri suatu Negara denga cara negoisasi denag Negara lain. S.L Roy (1995:5) menyimpulkan pandangan mengenai diplomasi sebagai berikut:

8 Diplomasi, yang sangat erat hubunagnnya dengan hubungan antar Negara adalah seni mengedepankan kepentingan suatu Negara melalui negoisasi dengan caracara damai apabila mungkin, dalam berhubungan dengan Negara lain. Apabila cara-cara damai gagal untuk memperoleh tujuan yang diinginkan, diplomasi mengizinkan penggunaan ancaman atau kekuatan nyata sebagai cara untuk mencapai tujuan-tujuannya. Menurut Sukarwarsini Djelantik (2008:3) diplomasi memiliki kaitan yang erat denga politik luar negeri karean diplomasi merupakan implementasi dari kebijakkan luar negeri yang dialakukan pejabat-pejabat resmi yang terlatih. Jepang memiliki gaya runding yang berbeda-beda dari Negara-negara Barat. Jepang dalam diplomasinya memiliki kultur-kultur seperti kultur awase dan erabi, kultur haji no bunka dankultur masyarakat vertikal-horizontal. Kultur erabi atau erabi no bunka diambil dari kata erabu dan bunka. Erabu memiliki arti memilih sedangkan IbunkaI memiliki arti budaya. Apabila kedua kata ini digabungkan akan membnetuk makna harfiah yaitu budaya memilih. Kultur erabi mengandung pengertian suatu rangkaian prilaku apabila seseorang menetapkan tujuannya, menyusun suatu rencana untuk mencapaiii tujuan tersebut, dan kemudian bertindak mengubah lingkunagn itu sejalan dengan rencananya. Kultur awase sebaliknya, menolak gagasan bahwa manusia bias memanipulasi lingkungannya dan sebagai gantinya mengharuskan ia menyesuaikan dirinya dengannya. Jepang adalah Negara yang menggunakan kultur awase, sedangkan Negara-negara Barat seperti Ameriak menggunakan kultur erabi (Kinhide, 1981:7). Ruth Benedict (1981:107) mengatakan on sebagai kata yang selalu dipakai dalam arti pengbdian tanpa batas, kalu ini menyangkut tentang seseorang yang

9 terbesar dan terutama, yaitu on kekaisaran. Ruth Benedict juga menekankan (1981:121) kalau on adalah utang yang harus dibayar kembali. Apabila on ini tidak dapat dibayar, mereka kan mendapatkan malu sehingga disebut sebagai kultur haji no bunka. Najane Chie (1981: ) menjabarkan secara jelas bagaimana orang Jepang membutuhkan persahabatan Orang Jepang sangat membutuhkan persahabatan. Mereka membentuk persahabatan atas dasar persamaan tempat kerja, seksi atau lembaga. Diluar itu dapat dikatakan orang luar. Persahabatan orang Jepang bersifat sensitif atau lebih banyak memeras pikiran daripada tenaga karena perasaannya yang luar biasa. Mereka cenderung menyembunyikan keinginan dan perasaan yang sesungguhnya Kerangka Teori Kerangka teori memnurut Koentjaningrat dalam Siarait (2008: 100 berfungsi sebagai pendorong berpikir deduktif yang bergerak dari alam abstarak ke alam konkret, suatu teori yang dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembahsan terhadap fakta-fakta konkret yang tidak terbilang banyaknya dalam kenyataan masyarakat yang harus diperhatikan. Penulis menggunakan teori pendekatan kesejarahan untuk melihat aspek sejarah dalam diplomasi Jepang. Menurut Nevins dalam Nazir (1988:55) sejarah adalah pengetahuan yang tetap terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran. Penulis menggunakan pendekatan fenomologis. Dalam pandangan fenomologis ada usaha untuk memahami peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap

10 orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Mereka berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para subjek sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Para fenomolog percaya bahwa pada makhluk hidup terdapat berbagai cara untuk menginterprestasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan (Moleong, 2002: 9). Perspektif fenomologi (phenomology) menurut Deutscher dalam Suryanto (2005: 167) memiliki sejarah panjang dalam filosofi dan sosiologi dan mempelajari bagaiamana kehidupan ini berlangsung dan melihat tingkah laku manusia yang meliputi yang dikatakan dan diperbuat sebagai hasil dari bagaimana manusia mendefinisikan dunianya. Pendekatan interaksi simbolis membahas semua prilaku manusia mendefinisikan dunianya. Pendekatan interaksi simbolis membahas semua perilaku manusia yang pada dasarnya memiliki social meanings (makna-makna sosial). Makna-makna sosial dari perilaku manusia melekat pada dunia sekitarnya itu penting untuk dipahami, hal itu dikatakan oleh Taylor dalam (2005 : 167) Penulis menggunakan pendekatan fenomologi karena dalam penelitaian yang dilakukan penulis melibatkan masyarakat dan perilakunya yang tercermin dalam kehidupan berdiplomasi. Penulis juga menggunakan pendekatan etnografi. Beberapa antropolog mendefinisikan kebudayaan sebagai pengetahauan yang diperoleh manusia dan dipergunakan untuk menafsirkan pengalaman dan menimbulkan perilaku seperti yang diungkapakan oleh Spradley dalam Moleong (2002 : 13), yaitu menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini, seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu pristiwa menurut cara sebagai berikut : sebaiknya etnogarafi mempertimbangkan

11 prilaku manusia dengan cara menguraikan apa yang diketahui mereka yang membolehkan mereka berprilaku secara baik sesuai dengan common sense. Alasan penulis menggunakan pendekatan etnogarafi adalah adanya common sense dalam diplomasi yang dilakukan Jepang terhadap Indonesia. Hal ini terlihat dalam kultur diplomasi mereka seperti dalam kultur awase, aji no bunka ataupun masyarakat vertikal- horizontal. Konsep lainnya yang penulis gunakan adalah mengenai kebudayaan yang diambil dari Rosalie Wax (1971), yaitu yang mendiskusikan tugas etnografi dalam rangka pengertian. Pengertian bukanlah beberapa empati yang misterius diantara orang-orang melainkan merupakan suatu kenyataan dari pengertian yang dialami bersama. Dengan demikian, antropolog mulai dari luar, baik secara harfiah dalam rangka penerimaan sosialnya maupun secara kiasan dalam rangka penegertian (Moleong, 2002 : 14) Penulis menggunakan konsep kebudayaan yang dikemukakan oleh Rosalie Wax dikarenakan, penulis memandang diplomasi dari sudut luar atau permukaan saja. Bagian luar dari kebudayaan juga tidak dapat dipisahkan dari bagian dalam. Dan untuk mempelajari bagian dalam dari kebudayaan, kita harus tahu bagian luar kebudayaan itu juga. Penulis menggunakan konsep kultur awase. Kultur awase adalah kultur yang menolak gagasan bahwa manusia bisa memanipulasi lingkungannya dan sebagai gantinya, mengharuskan ia menyesuaikan diri dengannya. Penulis menggunakan konsep ini dikarenakan penulis melihat bagaimana Jepang dalam diplomasinya menggunakan Soft powers seperti terhadap Indonesia. Mereka menggunakan pendekatan dengan cara membantu perekonmian Indonesia lewat bantuan pinjaman.

12 Hal ini membuktikan adanya pengertian Jepang terhadap situasi yang dialami Indonesia. Penulis menggunakan konsep kultur haji no bunka. Ruth Benedict (1981:107) mengatakan on sebagai kata yang selalu dipakai dalam arti pengabdian tanpa batas, kalau itu menyangkut tentang seseorang yang terbesar dan terutama, yaitu on kekaisaran orang tadi. Ruth Benedict juga menekankan (1981:121) Kalau on adalah utang yang harus dibayar kembali. Apabila on ini tidak dapat dibayar, mereka akan mendapatkan malu sehingga kultur ini dikatakan sebagai budaya malu atau budaya haji no bunka juga dapat dikatakan sebagai budaya giri. Penulis menggunakan konsep ini karena dalam kehidupan masyarakat Jepang, mereka menolak bantuan pihak asing tapi sering memberikan bantuan kepada pihak asing. Jepang mengalokasikan dana bantuan pembangunan kepada Indonesia sangat banyak melebihi Negara-negara yang pernah dibantu Jepang. Dalam haji no bunka ada istilah membayar sejuta kali lipat. Hal ini lah yang menyebabkan mereka terus memberi bantuan kepada Negara-negara asing. Penulis menggunakan konsep kultur masyarakat vertikal-horizontal yang dikemukakan oleh Nakane Chie. Nakane Chie (1981: ) menjabarkan secara jelas bagaimana orang Jepang membutuhkan persahabatan. Orang Jepang sangat membutuhkan persahabatan. Mereka membentuk persahabatan atas dasar persamaan tempat kerja, seksi atau lembaga diluar itu dapat dikatakan orang luar. Persahabatan orang Jepang bersifat sensitif atau lebih banyak memeras pikiran daripada tenaga karena perasaannya yang luar biasa. Mereka cenderung menyembunyikan keinginan dan perasaan yang sesungguhnya. Penulis menggunakan pendekatan ini setelah melihat adanya upaya-upaya yang dilakukan Jepang untuk menarik benang merah untuk menyatukan dua Negara

13 yaitu negara Jepang dan Negara Indonesia. Benang merah itu sudah ditarik sejak kedatangan Jepang pada tahun 1943 sebagai penjajah di Indonesia. Mereka mengatakan diri mereka sebagai saudara tua dari bangsa Indonesia. Pada masa ini, Jepang membuat jalinan diplomasi yang kuat yang dilakukan antara kota dan pemerintahan kota. Ada persamaan-persamaan yang menyatukan kota-kota yang berada di Jepang dengan kota-kota yang berada di Indonesia seperti hubungan diplomasi antar kota antara kota Medan dan kota Ichikawa di prefektur Chiba. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui beberapa hal, antara lain: 1. untuk menegetahui secara jelas mengenai diplomasi Jepang Indonesia dilihat dari aspek kesejarahan dan kultur yang terdapat dalam diplomasi yang dilakukan Jepang. 2. untuk mengetahui bentuk-bentuk diplomasi Jepang Indonesia Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan: 1. menambah waawasan pengetahuan khususnya tentang diplomasi Jepang Indonesia yang telah melewati tahun emasnya 2. penelitian ini diharapakan dapat menambah pengertian mengenai kebudayaan yang dapat mempengaruhi hubungan diplomasi 3. penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bidang-bidanmg apa saja yang merasakan hubungan diplomasi kedua Negara.

14 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Suyanto (2005 :165) metode kualitatif digunakan karena yang dapat diteliti adalah masalah yang menyangkut masalah social. Kehidupan sosial yang diteliti juga sangat kompleks. Metode pegumpulan data menggunakan metode kepustakaan, yakni suatu metode pengumpulan data-data untuk mengungkapakan berbagai teori, pandangan hidup, pemikiran filsafat yang dapat ditemui dalam berbagai peninggalan tertulis, dengan cara membaca buku-buku referensi yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Metode pengolahan data dilakukan dengan cara mengklasifiaksi atau mengategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitiaannya. Pengolahan data kualitatif ini dapat dilakukan dengan mengunakan komputer. Penyajian data adalah membagi pemahaman kita tentang suatu hal pada orang lain. Oleh karena itu, data yang diperoleh berbentuk kata-kata bukan angka. Hal ini dikatakan oleh Emi Susanti dalam Suyanto (2005 : 173).

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat berlaku terhadap Negara Jepang (Suryohadiprojo, 1982:1).

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat berlaku terhadap Negara Jepang (Suryohadiprojo, 1982:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karakteristik geografis suatu Negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa

Lebih terperinci

Kata diplomasi berasal dari Yunani, diploun. yang berarti melipat.

Kata diplomasi berasal dari Yunani, diploun. yang berarti melipat. Kata diplomasi berasal dari Yunani, diploun yang berarti melipat. Menurut Nicholson (seorang pengkaji dan ahli dalam diplomasi abad 20) pada masa kekaisaran Romawi semua paspor, yang melewati jalan milik

Lebih terperinci

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

1 BAB I 2 PENDAHULUAN 1 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2.1 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik yang terjadi antara dua negara tentu dapat meningkatkan keuntungan antara kedua belah pihak negara dan berjalan dengan lancar.

Lebih terperinci

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi Mata Kuliah Dosen : Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si Memahami Diplomasi Pada masa kini dengan berkembang luasnya isu internasional menyebabkan hubungan internasional tidak lagi dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia.

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia. BAB VI KESIMPULAN Malcolm Fraser dilahirkan 21 mei 1930, dari keluarga petani dan peternak domba yang kaya, kakeknya Sir Simon Fraser adalah salah seorang pertama-tama dipilih sebagai senator mewakili

Lebih terperinci

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009 Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 24 Juni 2009 Pada tanggal 23 Juni 2009 di Markas Besar Legiun Veteran RI diselenggarakan ceramah tentang masalah Ambalat. Yang bertindak sebagai pembicara adalah Laksma

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini penulis menyajikan kesimpulan berdasakan hasil penelitian yang penulis peroleh. Kesimpulan ini memaparkan beberapa pikiran pokok yang merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya tanpa berhubungan dengan negara lain. setiap negara pasti akan memiliki kepantingan

Lebih terperinci

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibagi menjadi dua aliansi militer, yaitu sekutu dan poros 1. Perang ini

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibagi menjadi dua aliansi militer, yaitu sekutu dan poros 1. Perang ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang Dunia II adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rosmiati Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rosmiati Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Turki di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Pasha merupakan negara yang terkenal dengan sekularisasinya atau usaha-usaha untuk meniru ke negara-negara Barat

Lebih terperinci

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional,

BAB IV KESIMPULAN. Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional, BAB IV KESIMPULAN Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional, khususnya dalam pembangunan negara-negara berkembang melalui pemberian ODA. Kebijakan ODA Jepang ini sangat

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

menurut nama Raja Spanyol pada waktu itu, Philipe II. Megelhaens meninggal dunia di

menurut nama Raja Spanyol pada waktu itu, Philipe II. Megelhaens meninggal dunia di NEGARA FILIPINA a. Profil Negara Nama internasional Luas wilayah Ibu kota Bentuk pemerintahan : Republic of The Philippines : ± 330.324 km2 : Manila : Republik Hari kemerdekaan : 12 Juni 1898 Kepala negara

Lebih terperinci

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

Lebih terperinci

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai 2 Pendudukan atas pulau Sumatera juga dimaksudkan oleh Jepang untuk dijadikan pangkalan pengawasan terhadap kapal-kapal milik Sekutu di Samudera Hindia bagian barat, juga sebagai daerah pemasok bahan makanan,

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SILABUS MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SILABUS MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 Nama Guru : Rina Suryati,

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL

HUBUNGAN INTERNASIONAL BAB I HUBUNGAN INTERNASIONAL A. Pengertian Hubungan Internasional Hubungan internasional dapat diartikan sebagai hubungan antarbangsa, yang menyangkut hubungan di segala bidang yaitu di bidang politik,

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 Nama Guru :... NIP/NIK :...

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA 4 IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI POTENSI GEOGRAFIS DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak membawa sukses yang besar dibandingkan dengan penyebaran yang dilakukannya di negara Asia

Lebih terperinci

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Kemerdekaan. Bisa juga dalam acara kepemudaan. Silahkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP N 3 Magelang Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : VII/1 Materi Pokok : Manusia, Tempat, Lingkungan Materi pembelajaran : Potensi

Lebih terperinci

POLITIK LUAR NEGERI. By design Drs. Muid

POLITIK LUAR NEGERI. By design Drs. Muid POLITIK LUAR NEGERI By design Drs. Muid Tujuan Pembelajaran Menjelaskan arti politik luar negeri yang bebas dan aktif Menunjukkan Dasar hukum politik luar negeri dengan Tidak bergantung pada orang lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

variable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi

variable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi BAB IV KESIMPULAN Skripsi ini berusaha untuk menjawab dua pertanyaan masalah, yaitu mengapa kohesivitas regional di dalam SAARC sampai saat ini masih cenderung lemah dan juga apa saja yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut bebas di antara pulau-pulau di Indonesia. Laut bebas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendudukan Jepang di Indonesia Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah meletuskan suatu perang di Pasifik. Pada tanggal 8 Desember 1941

Lebih terperinci

PERKUMPULAN DHARMAPUTRI SMP KATOLIK STELLA MARIS SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PERKUMPULAN DHARMAPUTRI SMP KATOLIK STELLA MARIS SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PERKUMPULAN DHARMAPUTRI SMP KATOLIK STELLA MARIS SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : IPS Kurikulum : KTSP 2006 Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk

Lebih terperinci

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. 115 maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 tidak hanya memberi keuntungan-keuntungan ekonomi

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai

Lebih terperinci

AMANAT TERTULIS PRESIDEN RI PADA PERINGATAN HARI BELA NEGARA Sabtu, 19 Desember 2015

AMANAT TERTULIS PRESIDEN RI PADA PERINGATAN HARI BELA NEGARA Sabtu, 19 Desember 2015 AMANAT TERTULIS PRESIDEN RI PADA PERINGATAN HARI BELA NEGARA Sabtu, 19 Desember 2015 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita sekalian Om Swastyastu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan melalui UU No. 7 Th. 1976 (LN. 1976-36) tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara

Lebih terperinci

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA YANG BEBAS DAN AKTIF SERTA PENGARUHNYA BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA YANG BEBAS DAN AKTIF SERTA PENGARUHNYA BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA YANG BEBAS DAN AKTIF SERTA PENGARUHNYA BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Materi Poliik luar negeri adalah wawasan internasional. Oleh karena itu, poliik luar negeri cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Nama Kelompok 1. Anisa Khafida (14144600207) 2. Rahardhika Adhi Negara (14144600182) 3. Zafitria Syahadatin (14144600195) a) Strategi perjuangan bangsa Indonesia secara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Assamu alaikumwr. Wb. Yang Mulia Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, Para Ketua Delegasi. Yang terhormat Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Assamu alaikumwr. Wb. Yang Mulia Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, Para Ketua Delegasi. Yang terhormat Wakil Presiden Jusuf Kalla. Teks Pidato Assamu alaikumwr. Wb. Foto / Screenshot Yang Mulia Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, Para Ketua Delegasi. Yang terhormat Wakil Presiden Jusuf Kalla. Yang kami hormati Ibu Megawati Soekarnoputri,

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang menginginkan tubuh sehat dan bugar biasanya pasti melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda, mulai dari jenis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia akan senantiasa berinteraksi dengan mahluk lain sehingga aktivitas-aktivitas sosial mereka dapat terpenuhi. Interaksi sosial yang menjadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses terbentuknya Organisasi Militer di Indonesia, ditandai dengan masa pendudukan Jepang di tahun 1942-1945. Proses pembentukan tersebut terjadi ketika bangsa Jepang

Lebih terperinci

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Disampaikan pada Diskusi Publik Analisis dan Evaluasi Hukum Dalam Rangka Penguatan Sistem Pertahanan Negara Medan, 12 Mei 2016 PASAL 1 BUTIR 2 UU NO 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sulawesi dan Papua serta ribuan pulau-pulau kecil lainnya (archipelagic

I. PENDAHULUAN. Sulawesi dan Papua serta ribuan pulau-pulau kecil lainnya (archipelagic I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki wilayah daratan yang dipisahkan oleh lautan dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lima

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KURIKULUM 2013 SILABUS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru : NIP/NIK Sekolah : : 11 SILABUS MATA PELAJARAN ILMU

Lebih terperinci

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4925 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177 ) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, kepulauan tidak hanya berarti sekumpulan pulau, tetapi juga lautan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, kepulauan tidak hanya berarti sekumpulan pulau, tetapi juga lautan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari sudut pandang geografis, kepulauan merupakan formasi dari pulaupulau yang dikelompokkan bersama menjadi satu kesatuan. Dari sudut pandang bahasa, kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi. kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan suatu negara dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi. kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan suatu negara dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan suatu negara dipengaruhi oleh karakteristik geografis negara

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. kekuasaan dan mempertahankan penjajahan Jepang di Indonesia, khususnya di

BAB V KESIMPULAN. kekuasaan dan mempertahankan penjajahan Jepang di Indonesia, khususnya di BAB V KESIMPULAN Pada masa pemerintahan Jepang berkuasa di Yogyakarta dari tahun 1942-1945. Jepang membuat peraturan mengenai pemerintahan Jepang yang ditujukan kepada kepentingan dan usaha perang, dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses BAB V KESIMPULAN Dinamika hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah mengalami berbagai perkembangan, mulai dari masa penjajahan, kerjasama ekonomi hingga bidang politik dan keamanan. Politik luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS Setiap negara memiliki kepentingan masing-masing untuk bisa membangun negara menjadi lebih baik. Kerjasama menjadi bagian terpenting di dalam hubungan antara satu negara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi

Lebih terperinci

Luncur Buku Mehmet Ozay & Bincang Kebudayaan Aceh dan Turki 19 Nopember 2014

Luncur Buku Mehmet Ozay & Bincang Kebudayaan Aceh dan Turki 19 Nopember 2014 Luncur Buku Mehmet Ozay & Bincang Kebudayaan Aceh dan Turki 19 Nopember 2014 LUNCUR BUKU MEHMET OZAY & BINCANG KEBUDAYAAN ACEH DAN TURKI 19 NOPEMBER 2014 LUNCUR BUKU MEHMET OZAY & BINCANG KEBUDAYAAN ACEH

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia senantiasa menjadi pelopor dan pemimpin bangsa dalam berbagai perjuangan. Sejarah telah menunjukkan

Lebih terperinci