PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

Transkripsi

1 Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Disampaikan pada Diskusi Publik Analisis dan Evaluasi Hukum Dalam Rangka Penguatan Sistem Pertahanan Negara Medan, 12 Mei 2016

2 PASAL 1 BUTIR 2 UU NO 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN PASAL 1 BUTIR 6 UU NO. 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI SISTEM PERTAHANAN NEGARA: SEBAGAI SISTEM PERTAHANAN YANG BERSIFAT SEMESTA YANG MELIBATKAN SELURUH WARGA NEGARA, WILAYAH, DAN SUMBER DAYA NASIONAL LAINNYA, SERTA DIPERSIAPKAN SECARA DINI OLEH PEMERINTAH DAN DISELENGGARAKAN SECARA TOTAL, TERPADU, TERARAH, DAN BERLANJUT UNTUK MENEGAKKAN KEDAULATAN NEGARA, KEUTUHAN WILAYAH, DAN KESELAMATAN SEGENAP BANGSA DARI SEGALA ANCAMAN

3 DARAT LAUT DAN UDARA RUANG ANGKASA? BAGAIMANA SISTEM PERTAHANAN NEGARA DI WILAYAH LAUT?

4

5 Wilayah Laut Wilayah Perairan Wilayah Yurisdiksi Laut Lepas dan Kawasan Dasar Laut Internasional

6 Wilayah Perairan Perairan Pedalaman Perairan Kepulauan Laut Teritorial

7 Wikayah Yurisdiksi Zona Tambahan Zona Ekonomi Eksklusif Landas Kontinen

8 HAK LINTAS DAMAI HAK LINTAS TRANSIT HAK LINTAS ALUR KEPULAUAN

9

10 KEPENTINGAN EKONOMI: PEMANFAATAN KEKAYAAN HAYATI DAN NON-HAYATI KEPENTINGAN PELAYARAN INTERNASIONAL JALUR KEJAHATAN TRANSNASIONAL: PERDAGANGAN MANUSIA, PENYELUDUPAN MANUSIA, SENJATA, NARKOBA KEPENTINGAN PERTAHANAN: KEPENTINGAN NEGARA-NEGARA BESAR

11 RENCANA PEMBANGUNAN SISTEM HUKUM DAN TATA PEMERINTAHAN; SISTEM PERENCANAAN SISTEM KOORDINASI MONEV PEMBANGUNAN KELAUTAN UNDANG-UNDANG 32 TAHUN 2014 MENGAMANAHKAN TATA KELOLA DAN KELEMBAGAAN LAUT DIATUR DALAM PERATURAN PEMERINTAH

12 MENGINTEGRASIKAN : a. ANTARA PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH; b. ANTAR-PEMERINTAH DAERAH; c. ANTAR SEKTOR; d. ANTARA PEMERINTAH, DUNIA USAHA, DAN MASYARAKAT; e. ANTARA EKOSISTEM DARAT DAN EKOSISTEM LAUT; DAN f. ANTARA ILMU PENGETAHUAN DAN PRINSIP- PRINSIP MANAJEMEN.

13 DALAM PEMBANGUNAN SISTEM HUKUM PERLU MENDAPAT PERHATIAN SERIUS. PRAKTEK PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGELOLAAN LAUT, PEMERINTAHAN DAERAH, PENGELOLAAN PESISIR DAN PPK SERING TERJADI DISTORSI.

14 UU 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PESISIR DAN PPK : PASAL 7 (3) : PEMERINTAH DAERAH WAJIB MENYUSUN SEMUA RENCANA (STRATEGIS, ZONASI, PENGELOLAAN DAN AKSI) SESUAI DENGAN KEWENANGAN MASING-MASING. PASAL 7 (5) : PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA MENYUSUN RENCANA ZONASI RINCI DI SETIAP ZONA KAWASAN PESISIR DAN PPK DALAM WILAYAHNYA.

15 SEMENTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PASAL 14 (1) MENYEBUTKAN : PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN, KELAUTAN SERTA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIBAGI ANTARA PEMERINTAH DAN DAERAH PROVINSI. KEWENANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA MENJADI SANGAT MINIM DALAM BIDANG KELAUTAN.

16 UU 23 TAHUN 2014 MENYERAHKAN SEMUA KEWENANGAN PENGELOLAAN RUANG LAUT SEJAUH 12 MIL LAUT KEPADA DAERAH PROVINSI. KEWENANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI LAUT UNTUK SUB URUSAN PERIKAN TANGKAP : (1) PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL, (2) PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI). KEWENANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA UNTUK SUB URUSAN PARIWISATA (1) PENGELOLAAN KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA, (2) PENGELOLAAN DESTINASI PARIWISATA, (3) PENETAPAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA KAB/KOTA.

17 UNDANG-UNDANG 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH SEMPAT MELAHIRKAN KESALAHPAHAMAN SOAL PENGELOLAAN WILAYAH LAUT OLEH OLEH PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA. UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 MELURUSKAN KEADAAN DENGAN MENGATUR KETENTUAN PEMBAGIAN KEWENANGAN TIDAK BERLAKU BAGI PENANGKAPAN IKAN OLEH NELAYAN KECIL (PASAL 18 AYAT (6) UNDANG-UNDANG 23 TAHUN 2014 MENGHILANGKAN KEWENANGAN PENGELOLAAN LAUT BAGI DAERAH KABUPATEN/KOTA.

18 SAMPAI SAAT INI BAIK PEMERINTAH PROVINSI MAUPUN KABUPATEN/KOTA YANG MEMILIKI KEWENANGAN PENGELOLAAN WILAYAH PERAIRAN BELUM MEMILIKI KONSEP YANG TERUJI UNTUK GAKKUM DAN PENGAMANAN JALUR TANGKAPAN INI. AKIBATNYA SERING TERJADI KONFLIK FISIK TERBUKA ANTARA NELAYAN PEMILIK TRAWL DENGAN NELAYAN KECIL, (PERISTIWA BELAWAN, LANGKAT, TERAKHIR BATUBARA)

19 PENEGAKAN HUKUM YANG TERAKHIR GENCAR DILAKUKAN DENGAN MENGHANCURKAN KAPAL IKAN YANG MELANGGAR HUKUM (TERUTAMA KAPAL IKAN ASING) MAUPUN KAPAL IKAN NASIONAL SEBAIKNYA DIIRINGI DENGAN UPAYA MEMAJUKAN (MENCERDASKAN SDM) NELAYAN NASIONAL BAIK TERKAIT MODERNISASI ALAT TANGKAP MAUPUN ALAT NAVIGASI, AGAR TIDAK MELAKUKAN HAL YANG SAMA DI WILAYAH PERAIRAN NEGARA ASING. MEMBANGUN KEMAMPUAN ARMADA PERIKANAN RI GUNA MEMENUHI KETENTUAN PASAL 62 UNCLOS.

20 NEGARA PANTAI HARUS MENETAPKAN KEMAMPUANNYA UNTUK MEMANFAATKAN SUMBER KEKAYAAN HAYATI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF. DALAM HAL NEGARA PANTAI TIDAK MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK MEMANFAATKAN SELURUH JUMLAH TANGKAPAN YANG DIBOLEHKAN (TAC), MAKA NEGARA PANTAI MELALUI PERJANJIAN ATAU PENGATURAN LAINNYA MEMBERIKAN KESEMPATAN PADA NEGARA LAIN UNTUK MEMANFAATKAN JUMLAH TANGKAPAN YANG DAPAT DIBOLEHKAN YANG MASIH TERSISA.

21 KEBERADAAN BAKAMLA MENJADI ISU PENTING DALAM PENGUNDANGAN UU 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN. BAKORKAMLA = MULTI AGENCY, SINGLE TASK, BAKAMLA = SINGLE AGENCY, MULTI TASK. BAKAMLA MEMPUNYAI TUGAS MELAKUKAN PATROLI KEAMANAN DAN KESELAMATAN DI WILAYAH PERAIRAN INDONESIA DAN WILAYAH YURISDIKSI INDONESIA.

22 1. DALAM ASPEK GAKKUM, SECARA TERITORIAL SEMUA PROVINSI DI INDONESIA MEMPUNYAI WILAYAH PERAIRAN YANG OLEH UU DIBERIKAN KEWENANGAN PENGELOLAAN WILAYAH PERAIRAN. 2. KEPOLISIAN DAERAH ADA DI SEMUA PROVINSI, DI TINGKAT POLRES YANG MEMPUNYAI WILAYAH PERAIRAN TERDAPAT POLAIR. 3. FAKTA INI HARUS MENJADI PERTIMBANGAN PENTING DALAM PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS BAKAMLA, SEHINGGA TERDAPAT KEJELASAN PERAN, KEWENANGAN DAN FUNGSI POLRI DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN KAMTIBMAS DAN GAKKUM DI WILAYAH PERAIRAN.

23 PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA JARANG YANG FOKUS PADA ISU KEMARITIMAN DALAM ASPEK PERENCANAAN. SEBAGAI CONTOH SAMPAI SAAT INI BELUM DILAKSANAKAN PERENCANAAN TATA RUANG DI WILAYAH PERAIRAN BAIK OLEH PROVINSI MAUPUN KAB/KOTA BAHKAN UU TATA RUANG DAN PP RTRWN YANG SUDAH BERUMUR 9 TAHUN, TETAPI SAMPAI DENGAN SAAT INI SUMUT DAN SEJUMLAH KAB/KOTA DI SUMUT BELUM MENSAHKAN PERDA TENTANG RTRW.

24