SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. OLEH : Andre William NIM :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. OLEH : Andre William NIM :"

Transkripsi

1 TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUNAN PADA PENYANDANG DISABILITAS PADA KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT (Studi Pada PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Merak) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum OLEH : Andre William NIM : DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAN BW UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS HUKUM MEDAN 2017

2 TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUNAN YANG DITERIMA OLEH PENYANDANG DISABILITAS PADA KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT (StudiPada PT. ASDP Indonesia Ferry CabangMerak) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dalam memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum OLEH : Andre William NIM : DEPARTEMEN HUKUM PERDATA Disetujui oleh: Ketua Departemen Hukum Perdata Prof. Dr. H. HasimPurba SH, M.Hum NIP: Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. H. Hasim Purba SH, M.Hum Aflah SH. M. Hum NIP: NIP FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

3 TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUAN YANG DITERIMA OLEH PENUMPANG PENYANDANG DISABILITAS PADA KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT (Studi Pada PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Merak) ABSTRAK Andre William * Hasim Purba ** Aflah** Perusahaan angkutan laut bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan yang diangkut diatas kapal. Tanggung jawab yang dimaksud dapat berupa kematian atau lukanya penumpang yang diangkut, musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut, keterlambatan angkutan penumpang, serta kerugian pihak ketiga. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah bagaimana penerapan pemberian santunan bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, bagaimanakah perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, bagaimanakah tanggung jawab PT. ASDP Terhadap penumpangpenyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan angkutan laut. Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris dan spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pengumpulan data melalui data primer dan data skunder. Metode analisis yang dipakai adalah kualitatif, dan penyajian datanya dalam bentuk laporan tertulis secara ilmiah. Penerapan pemberian santunan bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut adalah sama dengan penumpang lainya yang memiliki tiket. Adanya tiket penumpang kapal laut tersebut, maka menimbulkan hak dan kewajiban para pihak. Pengangkut mulai bertanggung jawab atas penumpang maupun barang yang diangkut. Sebelum penumpang naik ke dalam kapal laut, penumpang tersebut harus membayar lunas biaya angkutan. Selain membayar biaya angkutan, penumpang juga harus membayar iuran wajib yang dibayar secara bersamaan dengan pembayaran angkutan. Perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut adalah penumpang memiliki hak atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Penumpang juga berhak mendapatkan ganti rugi apabila ada hak-haknya yang tidak terpenuhi.. Tanggung jawab PT. ASDP terhadap penumpang penyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan angkutan laut adalah bertangggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang yang diangkutnya dan mengasuransikan semua penumpang sehingga jika terjadi kecelakaan atau musibah semua penumpang yang terdaftar dalam manifest akan mendapatkan santunan yang besarnya telah diatur dan ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Kata Kunci : Santunan, Disabilitas, Angkutan Laut.. *Mahasiswa Fakultas Hukum **Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum. *** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum

4 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Telah menjadi Kewajiban bagi setiap mahasiswa yang hendak menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum untuk menyusun dan menyelesaikan suatu skripsi, dan untuk itu penulis melakukan kewajiban sebagaimana mestinya untuk menyusun suatu skripsi dengan judul TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUNAN YANG DITERIMA OLEH PENYANDANG DISABILITAS YANG MENGALAMI KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT (Studi Pada PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Merak). Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada para pihak yang telah memberikan dukungan, pengetahuan serta doanya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Serta secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum. 3. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum., Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum. 4. Ibu Puspa Melati, SH., M.Hum., Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum, dan juga sebagai Dosen Pembimbing

5 5. II yang mana telah berkenan untuk meluangkan waktu untuk membantu dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum., Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum. 7. Bapak Dr. Hasyim Purba, SH, M.Hum, Selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pengetahuan beliau untuk membimbing, mengarahkan dan memeriksa skripsi ini agar menjadi lebih baik. 8. Ibu Aflah, SH, M.Hum, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta masukan dalam penulisan skripsi ini. 9. Dan seluruh para staf pengajar, staf, pegawai, staf pendidikan serta staf kepustakaan yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. 10. Kepada yang tercinta Bapak dan Mama saya, Jack Silaban dan Esther Meyliana Sitompul yang telah memberikan dorongan moril, keuangan serta tenaga dalam masa perkuliahan saya sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan saya dengan baik. 11. Kepada adik saya Angel Silaban yang ikut serta memberikan semangat dalam perkuliahan saya. 12. Kepada tulang Nelson dan tulang Ferdinand yang terus menerus memberikan nasehat kepada saya agar dapat menyelesaikan kuliah saya dengan baik. 13. Kepada semua keluarga saya yang tidak dapat saya sebutkan semua.

6 14. Kepada yang tersayang Jane Kembarini Barus yang memberikan saya nasehat serta dorongan moril ketika saya mengerjakan skripsi ini. 15. Kepada teman-teman seperjuangan saya dari semester 1, Yesaya Valianto Simanjuntak dan Anhari Nafiz Nasution yang banyak membantu saya dari awal kuliah hingga akhir perkuliahan. 16. Kepada Dedi Kurnia Ginting yang dari awal saya mengerjakan skripsi hingga akhir pengerjaan skripsi tetap membantu dan memberikan dorongan kepada saya. 17. Kepada teman-teman yang tergabung dalam Grup Kedai Kopi Nations yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang selalu menemani saya disaat susah maupun senang. 18. Serta teman-teman seperjuangan stambuk 2012 yang telah menjadi bagian dari saya selama kuliah di Fakultas Hukum. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun diterima dengan tangan terbuka demi kebaikan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tuhan memberkati, melindungi dan menyertai kita semua. Medan, Februari 2017 Penulis, ANDRE WILLIAM

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI.. ii ABSTRAK... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Permasalahan C. Tujuan Penulisan D. Manfaat Penulisan E. Metode Penelitian.. 15 F. Sistematika Penulisan.17 G. Keaslian Penulisan.. 18 BAB II ANALISA KARAKTERISTIK KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT A. Jenis-Jenis Kecelakaan Angkutan Laut. 20 B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pada Angkutan Laut.. 30 C. Pihak-Pihak Yang Bertanggung Jawab Terhadap Terjadinya Kecelakaan Angkutan Laut 38

8 BAB III SANTUNAN PADA PENGANGKUTAN LAUT A. Jenis-Jenis Santunan Pada Angkutan Laut. 43 B. Alasan Pemberian Santunan Pada Pengangkutan Laut C. Cara memperoleh Santunan Pada Angkutan Laut D. Pihak-Pihak Yang Berhak Mendapatkan Santunan Atas Kecelakaan Pada Angkutan Laut. 60 BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUNAN PADA PENYANDANG DISABILITAS KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT (Studi Pada PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Merak) A. Penerapan Santunan Bagi Penyandang Disabilitas pada Kecelakaan Angkutan Laut. 67 B. Perlindungan Hukum Bagi Penyandang Disabilitas pada Kecelakaan Angkutan Laut. 83 C. Tanggung jawab PT. ASDP Terhadap Penumpang Penyandang Disabilitas yang Mengalami Kecelakaan Angkutan Laut BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN.. 97 B. SARAN.. 98 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi bagi bangsa Indonesia merupakan hal terpenting dalam menunjang kehidupan masyarakat, yang erat kaitannya dengan perekonomian masyarakat dan bangsa Indonesia. Perkembangan transportasi di Indonesia tidak luput dari mobilitas ataupun kepentingan dari masyarakat itu sendiri.mulai dari kepentingan yang bersifat ekonomi, maupun kepentingan yang sifatnya sosial budaya. Ada tiga macam transportasi yang dikenal di Indonesia ini, yaitu Transportasi Darat, Transportasi Udara, dan Transportasi Laut. Itu dikarenakan Indonesia memiliki kawasan darat, udara, dan laut. 1 Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, transportasi, memiliki posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah. 2 Menyadari peranan transportasimaka pelayaran sebagai salah satu modal transportasi, penyelenggaraannya harus ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang dengan tingkat kebutuhan dan tersedianya pelayanan 1 Elfrida Gultom, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan Ekonomi Nasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 207, hal Tjakranegara Soegijatna, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Penerbit Rineka Cipta; Bandung, hlm. 24

10 angkutan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman, dan efisien dengan biaya yang wajar serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. 3 Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berciri nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan sangat luas dengan batas-batas, hak-hak, dan kedalaulatan yang ditetapkan oleh undang-undang. 4 Indonesia juga memiliki ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, tentunya sangat memerlukan alat transportasi udara dan laut. Oleh karena keterbatasan sarana dan prasarana untuk menunjang perkembangan transportasi udara di tiap pulau di Indonesia, maka dipilihlah transportasi laut untuk melakukan kegiatan atau aktivitas yang sifatnya ekonomi maupun sosial budaya. Meskipun pada kenyataannya masyarakat masih lebih memilih menggunakan transportasi udara dengan alasan cepat.keberadaan transportasi laut bukanlah wajah baru bagi dunia transportasi di Indonesia.Transportasi laut atau bisa juga dikatakan sebagai angkutan laut sudah dikenal sejak zaman penjajahan dahulu.nenek moyang kita menggunakan transportasi laut sebagai sarana untuk menyalurkan hasil bumi ke seluruh Indonesia.Para Penjajahpun datang ke Indonesia dengan menggunakan transportasi laut.maka dari itu transportasi laut atau bisa dikatakan juga sebagai angkutan laut termasuk angkutan yang terbilang terkenal dari zaman dahulu.keberadaan angkutan laut di Indonesia ini sangatlah vital dikatakan vital karena didasari oleh berbagai faktor baik geografis maupun 3 Ibid, Hal Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Menimbang (a)

11 kebutuhan yang tidak dapat dihindari dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. 5 Berbicara mengenai transportasi, erat kaitannya dengan angkutan atau pengangkutan. Menurut beberapa ahli penganngkutan adalah merupakan Memindahkan barang atau orang dari satu tempat ketempat lain dengan maksud untuk meningkatkan guna dan nilai. 6 Menurut HMN. Poerwosutjipto mengatakan bahwa: Pengangkutan adalah perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari satu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. 7 Sedangkan Abdul Kadir Muhammad mengatakan bahwa: Pengangkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang kedalam pengangkutan,membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkut ke tempat yangditentukan. 8 5 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Cetakan Kelima, 2013, hal.30 6 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 3, Penerbit Djambatan, Jakarta,;2001. Hal. 1 7 Purwosutjipto H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 5, Penerbit Djambatan;Jakarta,2000.Hlm.10 8 Muhammad Abdul Kadir, Hukum Pengangkut Darat, laut dan Udara, Cipta Aditya Bahkti; Jakarta,1991, Hlm.18..

12 Menurut Sution Usma Adji, bahwa pengangkutan adalah: Sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakanpengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan tertentu dengan selamat tanpa berkurang jumlah dari barang yang dikirimkan, sedangkan pihak lainnya (pengirim atau penerima) berkeharusan memberikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut. 9 Dalam pengangkutan kita bisa melihat siapa saja yang menjadi pihak yang terkait dalam perjanjian pengangkutan, menurut Hasim Purba dalam perjanjian pengangkutan barang pihak yang terkait terdiri dari: Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan), yakni pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas penerimaan tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan Pihak pengguna barang (pengguna jasa angkutan) yakni pihak yang berkewajiban untuk membayar kewajiban tarif angkutan sesuai yang telah disepakati dan berhak memperoleh pelayanan jasa angkutan atas barang dikirimnya Pihak penerima barang (pengguna jasa angkutan) yakni sama dengan pihak pengrim barang dalam hal ini penerima dan pengirim adalah 9 Sution Usman Adji, dkk, Hukum Pengangkutan di Indonesia,PT Rinka Cipta, cet.2; Jakarta,1991, Hlm.26.

13 merupakan subjek berbeda. Namun ada kalanya pihak pengirim barang juga sebagai pihak penerima barang yang diangkut ketempat tujuan. 10 Sedangkan dalam hal penumpang, maka pihak yang terkait adalah: Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan) yakni pihak yang berkewajiban memberikan jasa pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas penerima pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang ditetapkan. Pihak penumpang (pengguna jasa angkutan) yakni pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang ditetapkan. 11 Pengangkutan sebagai proses merupakan sistem hukum yang mempunyai unsur-unsur sistem, yaitu: 12 Subjek (pelaku) hukum pengangkutan, yaitu pihak-pihak dalam perjanjian dan pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan. Status pelaku hukum pengangkutan, khususnya pengangkut selalu berstatus perusahaan badan hukum atau bukan badan hukum. Objek hukum pengangkutan, yaitu proses penyelenggaraan pengangkutan. Peristiwa hukum pengangkutan, yaitu proses penyelenggaraan pengangkutan. 10 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan Di Laut, Perspektif Teori dan Praktek, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, Hal Ibid, Hal.4 12 Abdulkadir Muhammad, opcit, Hlm.12

14 Hubungan hukum pengangkutan, yaitu hubungan kewajiban dan hak antara pihak-pihak dan mereka yang berkepentingan dengan pengangkutan. Dalam peningkatan permintaan jasa angkutan oleh masyarakat harus diimbangi dengan sistem penyelenggaraan angkutan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara terpadu. Adapun jenis-jenis pengangkutan dalam pengangkutan barang maupun penumpang yakni : Pengangkutan Darat Pengangkutan darat dapat dilakukan dengan beberapa jenis yaitu dengan kendaraan bermotor di jalan raya maupun kereta api. Adapun yang dapat diangkut melalui angkutan darat adalah barang dan orang, sedangkan sifatnya dari pengangkutan darat itu sendiri adalah fleksibel, luwes dan praktis serta tidak banyak formalitasnya. Peraturan pengangkutan barang secara umum melalui darat ada diatur dalam buku I bab ke-5 bagian ke-3 KUH Dagang, mengatur secara umum tentang pengangkutan barang saja yang menegaskan tentang pengangkutan yang melalui darat dan nahkoda-nahkoda yang melayari sungai-sungai di pedalaman termasuk terusan dandanau. Adapun peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengangkutan melaluidarat, antara lain: 1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tenatang lalu lintas dan angkutan jalan. Undang tersebut dilengkapi dengan beberapa peraturan pelaksana: a. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan Umum;

15 b. Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan dan Kendaraan bermotor di jalan; c. Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas jalan; d. Peraturan Pemerintah No 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Bermotor 2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yaitu Buku I, Bab V, bahagian 2 dan 3. dari Pasal 90 sampai Pasal 98, peraturan ini mengatur tentang pengangkutan barang 3. Undang-Undang No 6 Tahun 1984 tentang Pos, Undang-Undang No 13 Tahun 1969 tentang konstitusi perhimpunan pos sedunia, Undang-Undang No.5 Tahun 1964 tentang telekomunikasi,peraturan Pemerintah No 35 Tahun 1965, Undang-Undang No 10 Tahun 1969 tentang Konvensi International Telecomunication Union Di Montreux Undang-Undang No 13 Tahun 1992 tentang Perkereta Apian. Pengangkutan Udara Pengangkutan udara merupakan sarana transportasi yang mengangkut barang dan penumpang melalui lalu lintas udara, yang melintasi batas wilayah peraturan maupun negara. Pengangkutan udara ini dengan menggunakan pesawat udara atau pesawat terbang. Peraturan pokok yang mengatur tentang pengangkutan udara di Indonesia adalah Ordonans Pengangkutan Udara (luchtvervoer OrdonantieStb ) atau disingkat dengan OPU, OPU ini dibuat sesuai dengan perjanjian Intenasional

16 di Warsawa tanggal 12 Oktober 1929, akan tetapi ketentuan OPU ini tidak semua pengangkutan udara ini tunduk pada OPU ini.17tanggung jawab pengangkut udara pada umumnya dikenal dengan 2 macam jenis, yaitu: 1. Presumtion of liabilty 2. Limitation of liability 13 Pertanggung jawaban pengangkutan penumpang dan barang bawaan berlaku Presumtion of Liability, sedangkan mengenai bagage ditempatkan pada Limitation of Liability. Dalam pengangkutan udara kita harus memiliki surat/dokumen pengangkutan udara, yaitu: tiket penumpang, tiket bagasi dan surat muatan, hal ini diatur didalam OPU, dalam hal ini surat/dokumen harus dimiliki oleh pemakai pengangkutan udara ini karena surat/dokumen sebagai bukti bahwa barang tersebut adalah miliknya agar dia dapat mengajukan klaim kepada pihak pengangkut apabila adanya kesalahan terhadap pengangkut yang tunduk terhadap perjanjian OPU. Adapun peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengangkutan udara adalah: 1. Undang-Undang No. 1 Tahun Luchtvervoer Ordonantie(Stb ), tentang Ordonansi Pengangkutan Udara. 3. Luuchtversverkeersverrodening(Stb ), yang mengatur tentang lalu lintas udara, misalnya: pnerangan, tanda dan isyarat yang harus digunakan dalam penerbangan. 13 Soegjatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta;Jakarta, 2005, Hal. 103.

17 4. Luchtvaartquarantie Ordonantie(Stb , Jo Stb ) yang mengatur tentang persoalan-persoalan pencegahan disebarkan penyakit oleh penumpang pesawat terbang. 5. Verodening Toezicht Luchtvaart (Stb ) tentang pengawasan penerbangan. Pengangkutan Laut Pengangkutan laut ini sama halnya dengan pengangkutan udara yang dapatmelintasi lintas batasa negara, tetapi peruntukannya lebih luas, seperti ekspor-impor minyak, Hukum Laut itu mempunyai banyak Facet dan bidang yang beraneka warna, tidak hanya dalam hubungan nasional, tetapi juga dalam hubungan Internasional. 14 Karena Laut adalah merupakan sebagian dari isi dari permukaan bumi dan penuh risiko ketidakpastian maka sifat hukum laut adalah sebagai pelengkap, kalau sesuatu yang semula dapat diatur, maka ketentuan-ketentuan yang sifatnya mutlak, yang artinya ketentuan tersebut tidak dapat dikesampingkan. 15 Dalam pengangkutan di laut ini kita akan menggunakan Kapal, dengan ini kita harus mengetahui apa yang menjadi pengertian kapal tersebut. Dalam Pasal 309 ayat (1) KUH Dagang, kapal adalah semua perahu dengan nama apapun, dan dari macam apapun juga, ayat (2) segala yang diaggapi meliputisegala alat perlengkapannya.sedangkan Pasal 310, kapal laut adalah kapal yang dipakai untuk pelayaran laut atau yang diperuntukan untuk itu. Adapun peraturan peraturan yang mengatur tentang pengangkutan laut ini adalah: 14 Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, dkk, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta; Jakarta, 2007, Hal Ibid, Hal. 216

18 - Undang-Undang No 18 Tahun 2007 tentang pelayaran. - KUH Dagang buku II bab V tentang charter kapal. - KUH Dagang buku II bab VA tentang pengangkutan barang. - KUH Dagang buku II bab VB tentang pengangkutan orang. Dalam transportasi laut, salah satu faktor yang terpenting adalah kapal.karena pengangkutan barang atau penumpang yang melalui transportasi laut, membutuhkan kapal sebagai pendukungnya.selain dapat memuat muatan yang cukup besar, kapal juga memiliki perlengkapan dan alat kelengkapan yang lebih memadai. Adapun yang dimaksud dengan kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. 16 Atas dasar hal-hal tersebut di atas, maka disusunlah Undangundang(UU)tentang Pelayaran, yang merupakan penyempurnaan dan kodifikasi, agarpenyelenggaraan pelayaran dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat, bangsa dan negara, memupuk dan mengembangkan jiwa bahari, dengan mengutamakan kepentingan umum, dan kelestarian lingkungan, koordinasi antara pusat dan daerah serta antara instansi, sektor, dan antar unsur terkait serta pertahanan keamanan negara Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran 17 Ibid, Hal. 26

19 Jika berbicara mengenai kapal, erat kaitannya dengan adanya penumpang.penumpang tersebut berasal dari suatu perjanjian terikat yang terdapat dalam tiket.baik penumpang maupun Pihak yang menyediakan sarana transportasi laut seperti PT. ASDP telah mengikatkan Hak dan Kewajibannya masingmasing.dalam angkutan laut, penumpang menjadi tanggung jawab yang sangat penting, itu dikarenakan kemungkinan resiko atas suatu kecelakaan kapal.sudah menjadi tanggung jawab PT. ASDP untuk menanggung resiko yang dialami para penumpang angkutan laut. Atau dengan kata lain antara penumpang dengan penyedia jasa angkutan laut mempunyai hubungan hukum antar keduanya, atas dasar mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu prestasi dari yang lain, yang lain berkewajiban melaksanakan dan bertanggung jawab atas suatu prestasi. 18 Sejalan dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat, maka penggunaan akan transportasi akan semakin meningkat terlebih transportasi laut. Tetapi perkembangan kebutuhan atau perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak di barengi dengan perkembangan sarana dan prasarana keselamatan transportasi laut.masih banyak terjadi kecelakaan terhadap angkutan laut, Kecelakaan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor.ada yang disebabkan oleh kondisi kapal yang tidak layak jalan, faktor teknis, human error dan lain-lain. Kecelakaan tersebut tidak lepas dari adanya korban,baik korban yang mengalami luka-luka, korban yang meninggal dunia, maupun korban yang mengalami trauma. Korban tersebut ada yang berasal dari penumpang maupun awak kapal. 18 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1996, hal. 1.

20 Perusahaan angkutan laut bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan yang diangkut diatas kapal.tanggung jawab yang dimaksud dapat berupa kematian atau lukanya penumpang yang diangkut, musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut, keterlambatan angkutan penumpang, serta kerugian pihak ketiga. 19 Biasanya tanggung jawab dari pihak yang menyediakan jasa angkutan laut bagi penumpang yang mengalami luka-luka atau cacat sementara akan ditanggung biaya pengobatan sampai sembuh. Jika suatu kecelakaan kapal menimbulkan korban jiwa, maka pihak keluarga korban yang meninggal dunia akan mendapatkan santunan yang diberikan oleh pihak penyedia jasa angkutan laut seperti PT. ASDP. Santunan itu sendiri bermacam-macam jenis dan jumlahnya, tergantung dari kebijakan penyedia jasa angkutan laut.tetapi dalam perkembangannya, terdapat penumpang yang mempunyai keterbatasan mental atau cacat fisik, atau yang sering kita sebut sebagai penyandang disabilitas. Penyedia jasa angkutan laut sudah mempunyai fasilitas yang disediakan untuk para penumpang penyandang disabilitas..tentunya fasilitas yang disediakan cukup berbeda dari fasilitas yang diberikan kepada penumpang pada umumnya.pelayanan yang diberikan juga berbeda pada umumnya. Sesuai dengan bunyi pasal 42 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran bahwa, perusahaan angkutan di perairan wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak dibawah usia 5(lima) tahun,orang sakit, dan orang lanjut usia. Maka dari itulah, pihak penyedia angkutan laut berhak sepenuhnya dalam memberikan pelayanan bagi penumpang 19 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal 41

21 penyandang disabilitas.pelayanan ataupun pemberian fasilitas bagi penumpang penyandang disabilitas juga tanpa dipungut biaya.karena fasilitas ataupun pelayanan yang diberikan oleh pihak angkutan laut sudah menjadi kewajiban yang dimuat dalam sebuah tiket tersebut. B. Permasalahan Berdasarkan alasan pemilihan judul dan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan dikemukakan dalam skripsi ini, yaitu : 1. Bagaimanakah penerapan pemberian santunan bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut? 3. Bagaimanakah tanggung jawab PT. ASDP Terhadap penumpangpenyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan angkutan laut? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir penulis dan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Universitas Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui seperti apa penerapan pemberian santunan bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut.

22 2. Untuk mengetahui bagaimanakah perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut. 3. Untuk mengetahui apa saja tanggung jawab PT. ASDP terhadap penumpang penyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan angkutan laut. D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis a. Diharapkan dapat memberikan seumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya terhadap ilmu pengetahuan hukum. b. Diharapkan dapat memberikan refrensi untuk pengembangan penelitian terhadap santunan bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut. c. Dapat memberikan gambaran tentang pemberian santunan bagi penumpang penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut. 2. Secara Praktis a. Untuk mengembangkan pola pikir dan mengetahui kemampuan penulis untuk menetapkan ilmu yang di peroleh. b. Untuk memberikan masukan bagi pihak yang bersangkutan tentang pemberian santunan pada penumpang penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut.

23 E. Metode Penelitian Istilah metodologi berasal dari kata metode tang berarti jalan ke ; namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan, dengan kemungkinankemungkinan, sebagai berikut: Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian, 2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan, 3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur. Terhadap pengertian metodologi, biasanya diberikan arti-arti, sebagai berikut: Logika dari penelitian ilmiah, 2. Studi terhadap prosedur dan teknik penelitian, 3. Suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian. Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian hukum yang digunakan penulis meliputi: 1. Yuridis Normatif (Penelitian Perpustakaan/Library Research) Jenis penilitian ini adalah penelitian yang menunjukan perpustakaan sebagai tempat dilaksanakannya suatu penelitian.sebenarnya suatu penelitian mutlak menggunakan kepustakaan sebagai sumber data sekunder.di tempat inilah diperoleh hasil-hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang sangat berguna bagi mereka yang sedang melaksanakan penelitian.peneliti dapat memilih dan menelaah bahan-bahan kepustakaan hukum yang diperlukan guna dapat memecahkan dan menjawab permasalahan pada penelitian yang dilaksanakan Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-PRESS, Jakarta, 2008, hal Ibid., hal Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal. 21

24 1. Yuridis Empiris (Penelitian Lapangan/Field Research) Penelitian ini menunjukan lapangan atau kancah adalah tempat para peneliti untuk mendapatkan data primer.peneliti tidak seyogianya tidak hanya mencukupkan data sekunder yang telah diperoleh dari kepustakaan.kelengkapan data sangat menentukan hasil penelitian yang diperoleh. 23 Berdasarkan fokus penelitiannya, penelitian hukum dibagi lagi menjadi beberapa jenis, Abdulkadir Muhammad dalam bukunya membagi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris yang dibagi berdasarkan fokus penelitiannya. Penjelasan mengenai jenis penelitian tersebut adalah sebagai berikut : Adapun metode penelitian lapangan (yuridis empiris) penulis lakukan dengan metode wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan pimpinan atau staf di PT. Pelni Jakarta untuk mendapatkan informasi yang akurat, nyata, dan benar. 24 a. Penelitian hukum normatif (normative law research) menggunakan studi kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum, misalnya dengan rancangan undang-undang, pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang, sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum, 23 Ibid., hal Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 52

25 taraf sinkronisasi hukum, perbandingan hukum, dan sejarah hukum. b. Penelitian hukum empiris menggunakan studi kasus hukum empiris berupa perilaku hukum masyarakat, pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior) sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat. Sumber data penelitian hukum empiris tidak bertolak pada hukum positif yang tertulis, melainkan hasil observasi di lokasi penelitian. F. Sistematika Penulisan Dalam memudahkan serta memahami pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat rancangan sistematika yang memuat tentang beberapa pokok bahasan yang kemudian diuraikan menjadi beberapa bagian yang lebih khusus sub-sub pokok bahasan. Secara sistematis skripsi ini terbagi atas 5 (lima) bab dan masing-masing bab terbagi lagi menjadi beberapa sub bab, dengan uraian sebagai berikut : Bab I (Pendahuluan), berisi mengenai hal-hal yang bersifat umum, yaitu mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian,sistematika penulisan, dan keaslian penulisan. Bab II (Analisa Karakteristik Kecelakaan Angkutan Laut), berisi tentang jenis-jenis kecelakaan pada angkutan laut, faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan pada angkutan laut, dan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap terjadinya kecelakaan pada angkutan laut.

26 Bab III (Santunan Pada Pengangkutan Laut), membicarakan tentang jenisjenis santunan pada angkutan laut, alasan pemberian santunan pada pengangkutan laut, cara memperoleh santunan pada angkutan laut, dan pihak-pihak yang berhak mendapatkan santunan atas kecelakaan pada angkutan laut. Bab IV (Tinjauan Hukum Terhadap Pemberian Santunan Pada Penyandang Disabilitas Pada Kecelakaan Angkutan Laut, yang akan dibahas seluruh rangkaian teoritis dari bab-bab sebelumnya yang dirangkai dengan datadata yang didapat di dalam praktek atau lapangan, yaitu pada PT. ASDP cabang Merak. Didalamnya dibahas mengenai penerapan santunan bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, dan tanggung jawab PT. ASDP terhadap penumpang penyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan angkutan laut. Bab V (Kesimpulan dan Saran), berisi tentang kesimpulan dari uraianuraian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan sekaligus memberikan beberapa saran yang dianggap perlu yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. G. Keaslian Penulisan Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara, belum pernah ada penulisan mengenai Tinjauan Hukum Terhadap Pemberian Santunan Yang Diterima Oleh Penumpang Penyandang Disabilitas Pada Kecelakaan Angkutan Laut (Studi pada PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Merak).Penulisan ini dibuat unntuk mengetahui penerapan

27 pemberian santunan kepada penumpang penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, dan perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, serta tanggung jawab PT. ASDP terhadap penumpang penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut. Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur dan data-data yang berkaitan dengan Pemberian Santunan Pada Penyandang Disabilitas Pada Kecelakaan Angkutan Laut, karena itu keaslian penulisan ini terjamin adanya, kalaupun kutipan-kutipan dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang sangat diperlukan didalam penyempurnaan penulisan ini. Oleh karena itu penulisan ini merupakan asli hasil karya penulis sendiri.

28 BAB II ANALISA KARAKTERISTIK KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT A. Jenis-Jenis Kecelakaan Angkutan Laut Berbicara mengenai angkutan laut, erat kaitannya dengan kapal yang menjadi salah satu alat transportasi yang digemari masyarakat Indonesia. Sudah menjadi pihak penyedia kapal atau penyedia angkutan laut untuk merawat kapal,menjaga kenyaman dan keamanan kapal. Baik sebelum berlayar, sedang berlayar, ataupun sesudah berlayar.itu dikarenakan angkutan lautlah yang memiliki resiko kecelakaan yang cukup tinggi.baik penumpang maupun awak kapal bisa terancam nyawanya apabila kapal tersebut tidak layak jalan. Berbicara mengenai kecelakaan erat kaitannya dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, atau yang sering disebut dengan (K3). Prinsip K3 tersebut dibuat dengan maksud untuk memberikan jaminan ataupun perlindungan pada setiap pekerja yang melakukan pekerjaan. Prinsip K3 tersebut juga dibuat dengan berbagai macam tujuan, antara lain : 25 Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, maupun psikologis. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, seefektif mungkin. Agar semua hasil produksi di pelihara keamananya. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 25 Mangkunegara Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya:Bandung Hal. 162

29 Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau konsisi kerja. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Sesuai dengan tujuan yang dibuatnya prisnsip keselamatan dan kesehatan kerja tersebut, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa, agar terjadi peningkatan pekerjaan ditinjau dari hasil kerjanya, serta agar membuat para pekerja merasa terlindungi pada saat melakukan pekerjaan, dan agar setiap pekerjaan yang dilakukan terhindar dari segala macam kecelakaan. Untuk menghindari kecelakaan juga, perusahaan dalam mengawasi pekerjanya harus memperhatikan beberapa hal, agar terhindar dari segala kecelakaan : Harus memeriksa apakah calon pegawai ataupun pekerja dalam keadaan sehat atau tidak. Artinya dari mulai alat indera, stamina, emosi, motivasi harus diperhatikan. Pemakaian peralatan kerja harus digunakan secara benar. Keadaan lingkungan kerja harus memungkinkan, artinya lingkungan kerja harus terhindar dari segala bahaya yang dapat mengancam keselamatan kerja. Masih banyak lagi hal-hal yang harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Terkadang semua aturan mengenai keselamatan kerja tetap dilakukan, tetapi masih saja kecelakaan dapat terjadi. Itulah sebabnya semua aspek yang berkaitan dengan keselamatan kerja harus diperhatikan dengan baik.

30 Kecelakaan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan menimpa siapa saja.maka dari itu sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga kenyaman dan keselamatan pada saat berlayar. Awak kapal maupun pihak yang menyediakan angkutan laut tersebut harus memperhatikan kelayakan kapal, apakah kapal tersebut dalam keadaan layak atau tidak untuk berlayar, juga memeriksa kelengkapan dan perlengkapan dalam menunjang keselamatan pada saat berlayar apakah semua sudah memenuhi standard operasional apa belum.sedangkan para penumpang wajib menjaga perlengkapan dan kelengkapan keselamatan didalam kapal agar tidak rusak ataupun dicuri, serta para penumpang wajib mengikuti semua peraturan yang telah dibuat oleh penyedia jasa angkutan laut, selama berlayar. Kecelakaan dalam pelayaran harus menjadi tanggung jawab seluruh pihak yang terkait dalam praktek pelayaran.salah satu pihak yang turut bertanggung jawab dalam kecelakaan yangvterjadi pada suatu kapal adalah Nahkoda ataupunawak kapal dari kapal tersebut. Dalam KUHD disebutkan dalam pasal 341 bahwa Nahkoda adalah pemimpin kapal. Sehingga sebagai pemimpin kapal, diharapkan Nahkoda dapat memenuhi pertanggung jawabannya seperti yang diisyaratkan oleh Undang-Undang. 26 Kecelakaan yang terjadi pada saat berlayar ada berbagai macam jenis dan faktor penyebabnya. Berikut akan dijelaskan terlebih dahulu Jenis-Jenis Kecelakaan, yaitu : 26 Andrea Nathaly Sitompul, Pertanggungjawaban Nahkoda dan Pengangkut Terhadap Kecelakaan Kapal ( Tinjauan KEPUTUSAN Mahkamah Pelayaran No.973/051/XII/MP-8), (Skripsi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta: 2010), hlm. 6-8

31 1. Tenggelam Menurut beberapa literatur secara garis besar yang disebut dengan tenggelam adalah kematian yang disebabkan mati lemas (kekurangan napas) ketika cairan menghalangi kemampuan tubuh untuk menyerap oksigen dari udara hingga menyebabkan asfiksia. 27 Tetapi dalam pembahasan ini bukanlah tenggelam yang di terangkan diatas, melainkan tenggelam yang dialami oleh sebuah kapal ataupun angkutan laut yang kadang kala terjadi dalam sebuah pelayaran. Yang dimaksudkan dengan tenggelam disini ialah peristiwa masuknya badan kapal sebagian atau seluruhnya yang mengakibatkan sebuah kapal tidak dapat lagi berlayar atau beroperasi.sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan tenggelam ialah masuk terbenam didalam air. 28 Peristiwa tenggelamnya sebuah kapal dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : a. Faktor Cuaca Dalam sebuah pelayaran yang dilakukan oleh sebuah kapal, cuaca sangat berpengaruh dalam kelancaran dan keamanan kegiatan pelayaran tersebut. Sering kali cuaca yang tidak mendukung menyebabkan terhambatnya ataupun mengganggu kegiatan pelayaran. Bahkan jika sebuah kapal melakukan pelayaran ditengah cuaca yang sedang buruk, akan menyebabkan kecelakaan kbbi.web.id/tenggelam

32 Seperti yang dialami oleh Pelayaran yang dilakukan pada tanggal April 1912 dilautan Atlantis, sebuah kapal yangbernama Titanic tenggelam yang disebabkan oleh cuaca yang sangat buruk. 29 Pada saat itu Titanic berlayar dalam kondisi cuaca yang sedang berkabut sehingga mengganggu pandangan dari sang Nahkoda kapal, pada saat yang bersamaan iklim pada saat itu sedang mempertemukan Labrador Current dan the Gulf Stream atau pertemuan dua air dingin dan hangat yang menyebabkan arus yang sangat deras, serta pada saat pelayaran tersebut sedang mengalami musim dingin yang menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan es di Samudera Atlantis tersebut. Selain peristiwa yang terjadi di Samudera Atlantis, peristiwa tenggelamnya sebuah kapal yang disebabkan oelh faktor cuaca juga terjadi di Indonesia. Yakni peristiwa yang terjadi di Denpasar pada perairan Jungut Batu, Nusa Lembongan, Klungkung Bali. Sebuah kapal yang berkapasitas 40 orang itu tenggelam yang disebabkan oleh cuaca yang buruk, dan memaksa gelombang tinggi untuk menghantam kapal tersebut. 30 Masih banyak lagi kejadian-kejadian tenggelamnya sebuah kapal yang disebabkan oleh cuaca buruk yang terjadi di Indonesia maupun di luar Indonesia. Pada intinya sebelum melakukan pelayaran seorang Nahkoda wajib memeriksa informasi kondisi cuaca maupun iklim yang terjadi pada jalur pelayaran. Informasi mengenai cuaca dan iklim dapat diterima Nahkoda kapal dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Dan memang Perusahaan Angkutan Laut

33 harus mengadakan ikatan dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) demi menunjang kelancaran dan kenyamanan pada saat kegiatan pelayaran. b. Human Error Bagi sebuah kapal laut terutama sekali apabila sedang dalam pelayaran menyebrangi lautan, peranan dan keberadaan seorang nahkoda sebagai pejabat tertinggi yang memimpin dan bertanggung jawab atas keselamatan kapal dan segala sesuatu yang berada didalamnya, mempunyai arti yang sangat penting. 31 Juga, setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal, termasuk perlengkapannya, serta pengoperasian kapal di Indonesia harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal. 32 Maka dari itu Nahkoda dan/atau anak buah kapal harus memberitahukan kepada pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal apabila mengetahui bahwa kondisi kapal atau bagian dari kapalnya dinilai tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal. 33 Terlebih anak buah kapal harus mematuhi juga menaati nahkoda secara cepat dan cermat. Terkadang anak buah kapal mengabaikan perintah yang diberikan oleh Nahkoda kapal untuk memeriksa perlengkapan serta kelengkapan untuk menunjang kelancaran pelayaran. Serta para anak buah dari kapal tersebut sering kali mengambil jalan keluar yang tidak di kordinasikan terlebih dahulu dengan Nahkoda mengenai keadaan mesin yang rusak atau kapal yang tidak layak 31 Santosa Djohari. Pokok-Pokok Hukum Perkapalan. Yogyakarta: UII Press,2004. Hal Muhammad Abdulkadir. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, Hal Ibid., Hal.105

34 untuk berlayar. Peristiwa seperti itulah yang banyak menyebabkan tenggelamnya kapal yang disebabkan oleh keadaan kapal yang kurang layak untuk melakukan pelayaran, akibat kelalaian dari anak buah kapal ataupun Nahkoda kapal. Adapun yang menyebabkan sebuah kapal dapat tenggelam akibat sang Nahkoda kapal menghiraukan kapasitas penumpang dan barang pada kapalnya tersebut. Akibatnya kapal tidak dapat menahan kapasitas yang berada didalamnya. Seperti yang dialami oleh Kapal Mitra Abadi yang pada saat itu berada di Pelabuhan Jambrud Timur, Tanjung Perak Surabaya. Kapal yang akan berlayar dengan tujuan Donggala Sulawesi Tengah harus tenggelam sebelum berlayar akibat kelebihan muatan atau Over Capacity. Kapal tersebut memuat berbagai barang campuran makanan dan minuman, dan bahan-bahan kebutuhan lainnya yang melebihi kapasitas, yang mengakibatkan kapal tersebut tenggelam. 34 c. Terbakar Kecelakaan yang selanjutnya yaitu kebakaran yang di alami oleh sebuah kapal. Kecelakaan ini jarang terjadi pada saat pelayaran, lebih sering kecelakaan ini terjadi pada saat sebuah kapal sedang bersandar di pelabuhan. Kebakaran pada sebuah kapal dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Korseleting listrik yang terjadi pada komponen-komponen mesin yang berguna untuk menjalankan motor kapal tersebut. 2. Sabotase yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, dengan tujuan tertentu, 34

35 3. Kondisi kelistrikan kapal yang tidak layak lagi untuk digunakan, yang mengakibatkan terjadinya arus pendek, 4. Tabrakan kapal yang dapat mengeluarkan bahan bakar kapal tersebut keluar,dan mungkin saja dapat mengakibatkan kebakaran kapal, 5. Lubang buang (scuppers) tidak dimatikan pada waktu bongkar/muat dan bahan nya yang mudah terbakar. d. Tubrukan Kejadian tubrukan kapal sering kali terjadi pada saat pelayaran, tubrukan yang terjadi oleh sebuah kapal dapat terjadi antara kapal dengan kapal dan kapal dengan benda keras yang dapat membahayakan kegiatan pelayaran. Ada beberapa pengertian mengenai Tubrukan kapal, suatu tubrukan kapal dapat diartikan sebagai suatu bencana laut yang menjadi sumber dari kerugian-kerugian yang timbul pada salah satu pihak atau kedua belah pihak. Dan akibat-akibat hukum yang timbul dari peristiwa tubrukan kapal itu harus diatur dalam Undang- Undang. Untuk itulah bab VI, buku kedua KUHD dibuat. 35 Pengertian yang lain mengenai tubrukan kapal juga terdapat dalam pasal 544 dan 544-a, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Apabila sebuah kapal, sebagai akibat dari caranya berlayar atau karena tidak memenuhi suatu ketentuan Undang-Undang, sehingga menimbulkan kerugian pada kapal lain, barang-barang atau orang yang ada di kapal tersebut, maka peristiwa tersebut termasuk dalam pengertian tubrukan kapal (pasal 544). Disini tidak terjadi tabrakan 35 Purwosutjipto, H.M.N,. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia:Hukum Pelayaran Laut dan Perairan Darat. Jakarta: Djambatan Hal. 274

36 atau singgungan antara kapal yang satu dengan lainnya, meskipun begitu peristiwa ini dimasukkan dalam pengertian tubrukan kapal. 2. Jika sebuah kapal menabrak benda lain yang bukan kapal, baik yang berupa benda tetap maupun bergerak, misalnya: pangkalan laut atau dermaga, lentera laut, rambu-rambu laut (baken) dan lain-lain, maka peristiwa tabrakan antara kapal dengan benda lain yang bukan kapal tersebut dapat disebut tabrakan kapal (pasal 544-a). 36 Tubrukan yang terjadi antara kapal dengan kapal, biasanya disebabkan oleh perubahan haluan yang dilakukan oleh sebuah kapal yang mengakibatkan terambilnya jalur pelayaran kapal yang lainnya. Dan biasanya kejadian tubrukan kapal terjadi dikarenakan kurangnya komunikasi yang dilakukan antar nahkoda kapal, sehingga terjadi tubrukan kapal. Nahkoda kapal juga harus memperhatikan beberapa peraturan agar tidak terjadi tubrukan kapal, yaitu Nahkoda kapal harus memperhatikan ruang gerak dilaut yang cukup. Ruang gerak terhadap kapal yang luas sangat memungkinkan sebuah kapal merubah haluannya dengan tujuan untuk menghindari bahaya ataupun halangan yang berada didepannya. Jika ruang gerak dari kapal tersebut terbatas, sebuah kapal tidaklah mungkin untuk merubah arah haluannya, karena akan mengganggu jalur pelayaran kapal lain ataupun menabrak se.suatu benda yang dapat menimbulkan kecelakaan. Nahkoda pada sebuah kapal juga harus memperhatikan kecepatan kapalnya, nahkoda harus menjaga kecepatan kapal selama pelayaran Jika Nahkoda tidak memerhatikan kecepatan kapal tersebut 36 Ibid. Hal. 275

37 apalagi menambah kecepatan kapal tersebut, memungkinkan kapal tersebut akan mengalami tubrukan dengan kapal yang berada didepannya ataupun dengan kapal yang lainnya dengan jalur yang berbeda. 37 Ataupun kejadian tubrukan kapal terjadi karena penyalahgunaan kekuasaan oleh Nahkoda. Sang Nahkoda dengan sengaja tidak memperhatikan peraturan-peraturan dalam mengemudikan kapal. Padahal, Undang-Undang telah memberikan kekuasaan begitu besar kepada seorang Nahkoda, namun demikian Undang-Undang juga memberikan acaman pidana dan denda keperdataan serta tindakan disipliner terhadap nahkoda, apabila Nahkoda tersebut menyalahgunakan kekuasaannya. Bagi Nahkoda yang bertindak buruk terhadap kapal yang dikemudikannya dengan putusan Mahkamah Pelayaran Indonesia, wewenang dari Nahkoda tersebut untuk mengemudikan kapal dicabut selama jangka waktu maksimal 2 (dua) tahun. 38 Sedangkan tubrukan kapal yang terjadi karena kapal menabrak bendabenda tertentu seperti pegunungan es, yang terjadi pada kapal Titanic, itu disebabkan oleh faktor cuaca yang sangat buruk. e. Kandas Kapal yang mengalami kandas biasanya disebabkan oleh nahkoda kapal yang terlalu memaksakan melewati perairan dengan keadaan air yang sedang surut. Seperti yang terjadi pada KM Titian Nusantara yang mengalami kandas di Muara Jungkat. Sang Nahkoda dari KM Titian Nusantara memkasakan kapalnya untuk Santosa Djohari, op.cit. Hal.57

38 keluar dari Pelabuhan Dwikora Pontianak melewati Muara Jungkat yang keadaan air pada saat itu sedang surut. Akibatnya KM Titian Nusantara mengalami kandas. 39 Kandasnya sebuah kapal dapat juga disebabkan oleh menabrak sebuah gundukan yang berada didasar laut. Maka dari itu peran penting seorang Nahkoda sangat berpengaruh, Nahkoda harus memperhatikan keadaan permukaan air pada saat pelayaran untuk menghindari kandas. Nahkoda harus menghindari permukaan air yang sedang surut dan juga harus memperhatikan apakah didalam permukaan air tersebut atau didasar air laut terdapat gundukan apa tidak yang dapat menyebabkan sebuah kapal kandas. B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pada Angkutan Laut Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi bangsa. Dapat dilakukan melalui udara, laut, dan darat untuk mengangkut orang dan barang. Dalam perjalanannya dalam melakukan pengangkutan melalui udara, laut, dan darat sering mendapat halangan ataupun hal-hal yang menghambat pengangkutan tersebut. Salah satu hambatan ataupun halangan tersebut adalah kecelakaan. 40 Kecelakaan (Accident) adalah peristiwa hukum pengangkutan berupa kejadian atau musibah; yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak; terjadi sebelum, dalam waktu, atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan; karena perbuatan Sinta Uli. Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara. Medan.USU Press Hal.1

BAB II PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM ANGKUTAN DARAT. Pengangkutan adalah berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan

BAB II PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM ANGKUTAN DARAT. Pengangkutan adalah berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan 19 BAB II PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM ANGKUTAN DARAT A. Pengangkutan dan Pengaturan Hukumnya Pengangkutan adalah berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan membawa, sedangkan istilah pengangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia dalam suatu masyarakat, sering menderita kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya dicuri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau-pulau besar maupun kecil, yang terhubung oleh selat dan laut. Pada saat

Lebih terperinci

BAB II ANALISA KARAKTERISTIK KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT. menjadi pihak penyedia kapal atau penyedia angkutan laut untuk merawat

BAB II ANALISA KARAKTERISTIK KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT. menjadi pihak penyedia kapal atau penyedia angkutan laut untuk merawat BAB II ANALISA KARAKTERISTIK KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT A. Jenis-Jenis Kecelakaan Angkutan Laut Berbicara mengenai angkutan laut, erat kaitannya dengan kapal yang menjadi salah satu alat transportasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN A. Pengertian dan Fungsi Pengangkutan Istilah pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan membawa, sedangkan istilah pengangkutan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN 2.1. Pengangkut 2.1.1. Pengertian pengangkut. Orang yang melakukan pengangkutan disebut pengangkut. Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang hampir setiap orang menggunakan alat transportasi untuk mereka bepergian, pada dasarnya penggunaan alat transportasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh. Budi Ryando Sidabukke DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

S K R I P S I. Oleh. Budi Ryando Sidabukke DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PT. SAMUDERA INDONESIA DALAM PELAKSANAAN BONGKAR MUAT BARANG MELALUI ANGKUTAN LAUT (Studi pada PT. Samudera Indonesia Cab. Belawan Medan) S K R I P S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada sektor transportasi dan informasi dewasa ini menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi perdagangan luar negeri atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti 17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN 2.1 Pengertian Perjanjian Pengangkutan Istilah pengangkutan belum didefinisikan dalam peraturan perundangundangan, namun banyak sarjana yang mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan individu untuk melakukan proses interaksi antar sesama merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan merupakan bidang yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju mundurnya perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi massal saat ini menjadi sangat penting karena letak Indonesia yang begitu luas serta dikelilingi lautan. Transportasi tersebut akan menjadi

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laut Dan Perairan Darat, (Jakarta: Djambatan, 1989), hal 120. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Laut Dan Perairan Darat, (Jakarta: Djambatan, 1989), hal 120. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state) yang terbesar di dunia dengan memiliki luas wilayah laut yang sangat luas Oleh karena itu, kapal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, bidang transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda kehidupan perekonomian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, dimana dunia memasuki era gobalisasi, sektor ekonomi dan perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam dunia perdagangan soal

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara. Melintang di khatulistiwa antara benua Asia dan Australia serta antara Samudera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia merupakan daratan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta berupa perairan yang terdiri dari sebagian besar laut dan sungai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan tak dapat dipungkiri, hal ini ditandai dengan berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan tersebut sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena wilayahnya meliputi ribuan pulau. Kondisi geografis wilayah nusantara tersebut menunjukkan

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA Suprapti 1) 1) Program Studi Manajemen Transportasi Udara, STTKD Yogyakarta SUPRAPTI071962@yahoo.co.id Abstrak Pada era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini pengangkutan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan dengan makin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia selalu berusaha untuk memperoleh kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan 30 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA 2.1. Pengertian Angkutan Multimoda Dengan dikenalnya sistem baru dalam pengangkutan sebagai bagian dari perekonomian saat ini yaitu pengangkutan multimoda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG DALAM PENGANGKUTAN KAPAL PENYEBERANGAN DI KAWASAN MEDAN BELAWAN (STUDI PADA KANTOR PT PELNI) SKRIPSI.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG DALAM PENGANGKUTAN KAPAL PENYEBERANGAN DI KAWASAN MEDAN BELAWAN (STUDI PADA KANTOR PT PELNI) SKRIPSI. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG DALAM PENGANGKUTAN KAPAL PENYEBERANGAN DI KAWASAN MEDAN BELAWAN (STUDI PADA KANTOR PT PELNI) SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II PENGANGKUTAN PENUMPANG MELALUI PENGANGKUTAN UDARA

BAB II PENGANGKUTAN PENUMPANG MELALUI PENGANGKUTAN UDARA BAB II PENGANGKUTAN PENUMPANG MELALUI PENGANGKUTAN UDARA A. Pengangkutan dan Pengaturan Hukumnya Kata pengangkutan sering diganti dengan kata transportasi pada kegiatan sehari-hari. Pengangkutan lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM 2.1 Pengangkut 2.1.1 Pengertian pengangkut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah pengangkut adalah (1) orang yang mengangkut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan dan udara dengan batas-batas, hakhak, dan kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan pelaksanaan pembangunan di Indonesia yang sasaran utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan ketepatan, maka jasa angkutan udara sangatlah tepat karena ia merupakan salah satu transportasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang 16 BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang 1. Sejarah Pengangkutan Barang Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ASPEK HUKUM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG DALAM PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DARAT (STUDI PADA PT BINTANG REZEKI UTAMA JAKARTA) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2013 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5448) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, dengan beribu-ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan yang terdiri atas perairan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG A. Perjanjian dan Pengangkutan Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG) PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG) A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan yang

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB PENILAI KERUGIAN ASURANSI DALAM INDUSTRI ASURANSI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.

ANALISIS HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB PENILAI KERUGIAN ASURANSI DALAM INDUSTRI ASURANSI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. ANALISIS HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB PENILAI KERUGIAN ASURANSI DALAM INDUSTRI ASURANSI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2014 S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan meningkat setiap harinya, masyarakat pun menganggap kebutuhan yang ada baik diri maupun hubungan dengan orang lain tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan Dalam Penyelenggaraan pengangkutan sangat diperlukan adanya suatu Perjanjian, dimana perjanjian merupakansumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang transportasi dalam penyediaan sarana transportasi. Pemerintah juga melakukan. peningkatan pembangunan di bidang perhubungan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang transportasi dalam penyediaan sarana transportasi. Pemerintah juga melakukan. peningkatan pembangunan di bidang perhubungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan pasca reformasi dewasa ini telah menunjukkan perkembangan pembangunan di segala bidang, bentuk perkembangan pembangunan itu salah satunya di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia untuk melakukan sesuatu dengan cara cepat dan mudah. Salah satu hal yang ingin dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT Oleh : I Gusti Agung Ayu Laksmi Astri I Dewa Made Suartha Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Jurnal ini berjudul

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB OTORITAS PELABUHAN DALAM HAL KENAVIGASIAN TERHADAP KAPAL YANG AKAN BERSANDAR (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan)

TANGGUNG JAWAB OTORITAS PELABUHAN DALAM HAL KENAVIGASIAN TERHADAP KAPAL YANG AKAN BERSANDAR (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan) TANGGUNG JAWAB OTORITAS PELABUHAN DALAM HAL KENAVIGASIAN TERHADAP KAPAL YANG AKAN BERSANDAR (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN ASURANSI SOSIAL PADA PT JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG MEDAN TERHADAP KORBAN KECELAKAAN PENUMPANG DALAM LALU LINTAS PENGANGKUTAN DARAT

PELAKSANAAN ASURANSI SOSIAL PADA PT JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG MEDAN TERHADAP KORBAN KECELAKAAN PENUMPANG DALAM LALU LINTAS PENGANGKUTAN DARAT PELAKSANAAN ASURANSI SOSIAL PADA PT JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG MEDAN TERHADAP KORBAN KECELAKAAN PENUMPANG DALAM LALU LINTAS PENGANGKUTAN DARAT SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pengangkutan dalam dunia perdagangan, merupakan sarana yang penting dimana dengan adanya angkutan akan memudahkan pendistribusian barang/jasa dari produsen ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas beribu ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan terdiri atas

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UDARA DALAM PENERBANGAN DOMESTIK (Studi Pada PT. Garuda Indonesia Airlines Tbk) SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UDARA DALAM PENERBANGAN DOMESTIK (Studi Pada PT. Garuda Indonesia Airlines Tbk) SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UDARA DALAM PENERBANGAN DOMESTIK (Studi Pada PT. Garuda Indonesia Airlines Tbk) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara merupakan suatu pilihan yang tidak dapat dielakkan, Indonesia adalah negara yang terdiri atas

Lebih terperinci

PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. PELINDO I TERHADAP KAPAL YANG BERSANDAR (Studi PT. PELINDO I ) SKRIPSI

PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. PELINDO I TERHADAP KAPAL YANG BERSANDAR (Studi PT. PELINDO I ) SKRIPSI 1 PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. PELINDO I TERHADAP KAPAL YANG BERSANDAR (Studi PT. PELINDO I ) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. KAJIAN YURIDIS MENGENAI DAMPAK HUKUM AKIBAT NAIK-NYA HARGA BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP REGULASI KENAIKAN TARIF ANGKUTAN UMUM (Studi Pada Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM)) SKRIPSI Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

S K R I P S I. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH

S K R I P S I. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH PERANAN DINAS PERHUBUNGAN TERHADAP PELAKSANAAN UJI LAIK JALAN ANGKUTAN UMUM DAN ANGKUTAN BARANG DITINJAU DARI UU NO. 22 TAHUN 2009 (Studi Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Langkat) S K R I P S I Diajukan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN A. Pengertian Pelayaran Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran menyatakan bahwa pelayaran adalah segala sesuatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Harus diakui

Lebih terperinci

INDA PUSPITA SARI HASIBUAN

INDA PUSPITA SARI HASIBUAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT ROKAN HULU S K R I P S I Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan kegiatan pendukung bagi aktivitas masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan geografis

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional Dengan kemajuan teknik pada masa kini, kecelakaan-kecelakaan pesawat udara relatif jarang terjadi.

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pengangkutan dapat dilakukan melalui darat, laut

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pengangkutan dapat dilakukan melalui darat, laut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan sarana transportasi saat ini sangat penting. Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain memerlukan sarana yang

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain memerlukan sarana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan sarana transportasi saat ini sangat penting. Mobilitas yang tinggi tidak hanya berlaku pada manusia tetapi juga pada benda/barang. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makin maju dan berkembang suatu masyarakat, makin tinggi pula mobilitas sosialnya, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Untuk mendukung mobilitas sosial

Lebih terperinci

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG OBJEKNYA HAK GUNA BANGUNAN (Studi pada Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan)

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG OBJEKNYA HAK GUNA BANGUNAN (Studi pada Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan) PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG OBJEKNYA HAK GUNA BANGUNAN (Studi pada Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan) S K R I P S I Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, alat transportasi terdiri dari berbagai macam yaitu alat transportasi darat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dalam menjalani kehidupannya, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya. Yang memiliki letak sangat strategis serta kekayaan alam melimpah

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN HAK PENUMPANG PESAWAT UDARA PADA PT. LION AIR MEDAN

ANALISIS HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN HAK PENUMPANG PESAWAT UDARA PADA PT. LION AIR MEDAN ANALISIS HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN HAK PENUMPANG PESAWAT UDARA PADA PT. LION AIR MEDAN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh : DITHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini tak ada seorangpun yang dapat memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan baik dan sempurna. Meskipun telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN. A. Pengertian Pengangkutan Dan Hukum Pengangkutan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN. A. Pengertian Pengangkutan Dan Hukum Pengangkutan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN A. Pengertian Pengangkutan Dan Hukum Pengangkutan 1. Pengertian Pengangkutan Beberapa ahli, memberikan pengertian mengenai pengangkutan di antaranya: a. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu perkembangan mobilitas yang disebabkan oleh kepentingan maupun keperluan

BAB I PENDAHULUAN. itu perkembangan mobilitas yang disebabkan oleh kepentingan maupun keperluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia jika dilihat secara geografis merupakan negara kepulauan yang terdiri atas beribu - ribu pulau besar dan kecil serta sebagian besar lautan, selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian a. Pengertian Umum Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perikatan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak kecelakaan lalu lintas yang terjadi disebabkan oleh kelalaian pengemudi baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Beberapa faktor yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG 1.1 Hukum Pengangkutan 2.1.1 Pengertian Pengangkutan Dalam dunia perniagaan masalah pengangkutan memegang peranan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA TERTANGGUNG DARI PERUSAHAAN ASURANSI YANG PAILIT ANDAR R. PANJAITAN. Nim:

PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA TERTANGGUNG DARI PERUSAHAAN ASURANSI YANG PAILIT ANDAR R. PANJAITAN. Nim: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA TERTANGGUNG DARI PERUSAHAAN ASURANSI YANG PAILIT SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH: ANDAR R. PANJAITAN Nim:

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA

ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA KONTRAK PT. CLIPAN FINANCE INDONESIA TBK. DAN PT. DIPO STAR FINANCE) SKRIPSI Disusun untuk melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya. dapat dipastikan proses perdagangan akan terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya. dapat dipastikan proses perdagangan akan terhambat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perdagangan dalam masyarakat tidak dapat dilepas dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya perdagangan,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM TANGGUNG JAWAB PO. CV. SUMBER REZEKI TERHADAP PENGIRIM DALAM PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG DI KOTA JAMBI SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

BAB II PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN MELALUI LAUT

BAB II PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN MELALUI LAUT BAB II PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN MELALUI LAUT A. Pengertian Pengangkutan Kata pengangkutan berasal dari kata angkut yang artinya bawa atau muat dan kirimkan. Jadi pengangkutan diartikan sebagai pengangkutan

Lebih terperinci

TANGGUNGJAWAB ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERDATA (Studi pada Rumah Sakit Permata Bunda Medan) SKRIPSI

TANGGUNGJAWAB ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERDATA (Studi pada Rumah Sakit Permata Bunda Medan) SKRIPSI TANGGUNGJAWAB ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERDATA (Studi pada Rumah Sakit Permata Bunda Medan) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN UDARA. suatu barang. Pengangkutan merupakan salah satu kunci perkembangan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN UDARA. suatu barang. Pengangkutan merupakan salah satu kunci perkembangan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN UDARA A. Pengertian Hukum Pengangkutan Udara Kemajuan pengangkutan adalah sebagai akibat kebutuhan manusia untuk bepergian ke lokasi atau tempat yang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat penting dalam kehidupan masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa maupun Kota baik sebagai rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan hidup yang tidak kalah penting di era globalisasi ini adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling mengirim barang

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PENETAPAN TARIF TIKET ANGKUTAN PENUMPANG OLEH PERUSAHAAN PENERBANGAN SESUAI DENGAN SK MENTERI PERHUBUNGAN

ASPEK HUKUM PENETAPAN TARIF TIKET ANGKUTAN PENUMPANG OLEH PERUSAHAAN PENERBANGAN SESUAI DENGAN SK MENTERI PERHUBUNGAN ASPEK HUKUM PENETAPAN TARIF TIKET ANGKUTAN PENUMPANG OLEH PERUSAHAAN PENERBANGAN SESUAI DENGAN SK MENTERI PERHUBUNGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : CINTHIA F RAMADHANI NIM: DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DG

SKRIPSI. Oleh : CINTHIA F RAMADHANI NIM: DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DG TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PT. KERETA API INDONESIA DALAM PENGANGKUTAN CPO PTPN IV KEBUN AIR BATU (Studi Pada PT. Kereta Api Medan) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh :

S K R I P S I. Oleh : 1 ANALISA HUKUM ASURANSI KENDARA AN BERMOTOR (MENURUT KUH DAGANG) S K R I P S I Diajukan Untukk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : KRISTON BOLIM

Lebih terperinci

KENDALA PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KELALAIAN (CULPA) PADA PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN MATINYA KORBAN (STUDI PADA POLDASU) SKRIPSI

KENDALA PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KELALAIAN (CULPA) PADA PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN MATINYA KORBAN (STUDI PADA POLDASU) SKRIPSI KENDALA PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KELALAIAN (CULPA) PADA PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN MATINYA KORBAN (STUDI PADA POLDASU) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU. (STUDY PUTUSAN NOMOR 1515/Pid.B/2013/PN/MDN SKRIPSI

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU. (STUDY PUTUSAN NOMOR 1515/Pid.B/2013/PN/MDN SKRIPSI PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU (STUDY PUTUSAN NOMOR 1515/Pid.B/2013/PN/MDN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), baik yang bersifat hayati (perikanan, pertanian, dan perkebunan) maupun nonhayati (hasil tambang).

Lebih terperinci