FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MINIATUR DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM ANAK TUNA GRAHITA KELAS V SD DI SLB DHARMA ANAK BANGSA KLATEN SKRIPSI Oleh: Aman Nurdin Nawawi K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i

2 ABSTRAK Aman Nurdin Nawawi. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MINIATUR DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM ANAK TUNA GRAHITA KELAS 5 SD DI SLB B/C DHARMA ANAK BANGSA KLATEN. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Oktober, Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar anak tunagrahita kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa dengan bantuan alat peraga miniatur. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerja sama antara peneliti, guru, siswa, dan pihak-pihak lain yang terkait untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa tunagrahita kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten. Adapun jumlah siswa kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten berjumlah 6 anak. Data dan sumber data penelitian diperoleh dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan tes. Indikator ketercapaian yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada siklus terakhir saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk siswa tunagrahita kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten tahun ajaran 2009/2010 dilihat dari keaktifan siswa diamati saat proses pembelajaran sedang berlangsung 3 dari 5 siswa aktif dan ketuntasan belajar dihitung dari jumlah siswa yang mampu mendapat nilai 60 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga miniatur efektif dalam meningkatkan prestasi belajar Anak tuna grahita dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten tahun ajaran 2009/2010. ii

3 ABSTRACT Aman Nurdin Nawawi. The effectiveness of miniature visual aid use in improving the science learning achievement in mental retarded children of 5 graders of Elementary school in SLB B/C dharma anak bangsa klaten. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, October, This research aims to improving the science learning achievement in mental retarded children of V graders of SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten with miniature visual aids use. This study employed a classroom action research approach, the one constituting the collaboration among the researcher, teachers, students and other related parties to create a better school performance. The subject of research was the mental retarded students of V graders of SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten. The data and data source of research were obtained from teachers and students. Techniques of collecting data used were interview, observation, and test. The indicator of achievement used in this research lies in the final cycle during Science learning for the mental retarded students of V graders of SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten in the school year of 2009/2010 viewed from students activeness. Observed during the learning process proceeding, it can be found that 3 of 5 students are active and their learning passing is calculated from the number of students who can get 60 score. Bassed on research result can explain that implementation of miniature visual aids use in improving the science learning achievement in mental retarded chindren of V graders of SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten 2009/2010. iii

4 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan anak didik se-optimal mungkin sesuai dengan situasi dan kondisi anak. Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 2 tentang sistem pendidikan Nasional (1989: 16-17) bahwa setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak hak mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat dan minat kemampuannya. Hal ini berarti bahwa pendidikan tersebut perlu juga diberikan kepada mereka yang mengalami keterbatasan dalam segi mental (intelektual), rohaniah (kejiwaan) dan sosial. Anak tunagrahita mampu didik adalah anak yang digolongkan dalam anak tuna grahita ringan, karena memiliki IQ antara 50/55-70/75. Kemampuan mentalnya setaraf dengan anak normal usia 7-10 tahun. Karena keterbatasan intelegensinya menyebabkan kemampuan dalam hal menerima pelajaran disekolah tidak dapat maksimal, sehingga mereka tertinggal dengan siswa yang lain, yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Luar Biasa adalah Ilmu Pengetahuan Alam. Tujuan dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menurut kurikulum 1994 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) tunagrahita ringan yaitu agar siswa memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah dengan dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan-nya. Pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan adanya pengembangan dalam komponen pengajaran yang antara lain : pengembangan metode pengajaran, sarana dan prasarana serta alat peraga dalam pengajaran. Dari berbagai komponen pengajaran tersebut alat peraga merupakan salah satu komponen yang sangat diperhatikan, mengingat dari karakteristik anak tunagrahita yang sulit menangkap commit materi to yang user sifatnya abstrak. Untuk itu alat 1

5 2 peraga sangat penting dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam bagi siswa Sekolah Luar Biasa. Peningkatan kemampuan dan minat anak tunagrahita mampu didik dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, maka digunakan alat peraga yang menarik perhatian anak didik. Seperti yang dikemukakan B.Suryosobroto (1986:78) mengatakan bahwa Pendidikan dan pengajaran hanya berhasil baik jika anak didik mempunyai perhatian terhadap bahan-bahan pendidikan dan pengajaran yang disajikan kepadanya. Alat peraga dalam proses pembelajaran mempunyai peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Setiap proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain : tujuan, bahan, metode alat, serta evaluasi.unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai tehnik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan itu, peran alat peraga sangat penting, karena memiliki pengaruh yang besar tentang sulit tidaknya anak dalam memahami pelajaran melalui alat peraga yang digunakan. Alat peraga yang efektif bukan ditentukan oleh mahal atau murahnya benda yang digunakan sebagai alat peraga maupun frekuensi penggunaannya, melainkan dihadapkan pada kesesuaian alat peraga dengan pokok bahasan dan kondisi anak tunagrahita mampu didik. Dalam hal ini peneliti menggunakan alat peraga Miniatur dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Alat peraga miniatur dipilih karena mudah dalam penggunaannya serta dapat menciptakan suasana belajar yang bervariasi. Yang dimaksudkan bervariasi yaitu : dapat disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak tunagrahita mampu didik yang diharapkan mampu membangkitkan kemampuan serta pemahaman berfikir anak. Alat peraga miniatur merupakan alat pelajaran yang berupa benda tiruan dari benda yang sebenarnya dalam bentuk kecil yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Dengan menggunakan alat peraga miniatur anak tunagrahita mampu didik mampu akan memperoleh pengalaman langsung melalui bendabenda tiruan. Dari pengalaman commit itu anak to tunagrahita user mampu didik akan lebih

6 3 termotivasi serta mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam karena mata pelajaran yang disampaikan mudah untuk dipahami. Berdasarkan pengamatan proses belajar mengajar yang dilakukan di Sekolah Luar Biasa bagian C menunjukkan bahwa dalam menyampaikan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, guru selama ini hanya menggunakan alat peraga gambar yang telah disediakan dari sekolahan. Penggunaan alat peraga gambar oleh guru dalam menerangkan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dianggap terlalu biasa dan siswa tidak selalu tahu bagaimana cara membaca gambar. Hal inilah yang menyebakan Anak Tunagrahita mampu didik kurang bersemangat dan prestasi belajarnya kurang meningkat. Oleh karena itu dalam penelitian, peneliti bermaksud mencobakan alat peraga miniatur untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada anak tunagrahita mampu didik. Atas dasar uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MINIATUR DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM ANAK TUNA GRAHITA KELAS V SD DI SLB DHARMA ANAK BANGSA KLATEN. B. Pembatasan Masalah Untuk menghindari agar penelitiantidak menyimpang dari tujuan penelitian,maka peneliti perlu mengadakan pembatasan masalah.dalam hal ini yang terbatas yaitu mengenai : 1. Efektivitas Efektivitas adalah suatu tindakan atau usaha untuk menyelesaikan pekerjaan secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur Alat peraga miniatur adalah alat pelajaran yang berupa benda tiruan yang bentuknya lebih kecil dari benda sebenarnya yang digunakan oleh guru guna memudahkan dalam penyampaian materi pelajaran agar dapat diterima oleh anak didik dengan mudah.

7 4 3. Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu tingkat keberhasilan anak dalam menguasai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan alat peraga miniatur yang sesuai dengan materi yang disampaikan. 4. Anak Tunagrahita anak tunagrahita sebagai anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangan daya pikir serta seluruh kepribadian sehingga ia tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri dalam masyarakat meskipun dengan cara sederhana. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah penggunaan alat peraga miniatur dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada anak tunagrahita kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten?. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada anak tunagrahita kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten dengan menggunakan alat peraga miniatur secara efektif. E. Manfaat Penelitian Beberapa hal yang dapat diambil manfaatnya dari penelitian, antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru yang mempunyai kaitan antara alat peraga yang digunakan dengan prestasi

8 5 belajar bagi guru kelas yang mengajar pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten. b. Bagi peneliti dapat memperoleh pengetahuan tentang penggunaan alat peraga miniatur yang dapat mempengaruhi prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat sebagai cara baru bagi guru dalam peningkatan prestasi belajar bidang IPA pada pokok bahasan Mengenal jenis jenis hewan dan makanannya melalui alat peraga miniatur pada anak tunagrahita kelas V di SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten. b. Memberikan alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan pembelajaran IPA pada pokok bahasan Mengenal jenis jenis hewan dan makanannya di SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten

9 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Banyak istilah yang di gunakan untuk menyebut tunagrahita yaitu menunjukkan kondisi kecerdasan penderita tunagrahita di bawah rata-rata. Istilah dalam bahasa Indonesia yang pernah di gunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, retardasi mental, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Istilah tunagrahita digunakan karena di pandang lebih tepat dalam penerapannya di bidang pendidikan. PP No. 72 tahun 1991 dalam Moh. Amin (1995: 10) menyebutkan bahwa anak tunagrahita adalah anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan/atau lebih lamban daripada anak normal, naik perkembangan sosial maupun kecerdasan. Seseorang dianggap sebagai tunagrahita apabila fungsi intelegensinya dibawah rata-rata dan mengalami kesulitan dalam adaptasi karena tingkah lakunya terbelakang dibanding usia kronologis, mengalami keterlambatan kecerdasan dalam perkembangan, dan individu tunagrahita memerlukan pengajaran dan pendidikan secara khusus. 1. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita a. Pengertian Anak Tunagrahita Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut mereka yang kondisi kecerdasannya di bawah rata-rata. Dalam bahasa Indonesia istilah yang pernah di gunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, retardasi mental, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam penelitian ini cenderung menggunakan istilah tunagrahita karena di pandang lebih tepat dalam penerapannya di bidang pendidikan. Tunagrahita umumnya di artikan sebagai bentuk kelainan intelegensi, yaitu suatu kondisi kecerdasan di bawah rata-rata normal. Untuk lebih jelasnya penulis kemukakan pendapat sebagai berikut : 6

10 Menurut Munzayanah (2000:13) menyatakan bahwa anak tunagrahita sebagai anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangan daya pikir serta seluruh kepribadian sehingga ia tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri dalam masyarakat meskipun dengan cara sederhana. Mental retardation (MR) is one of the most distressing handicaps in any society. Development of an individual with mental retardation depends on the type and extent of the underlying disorder, the associated disabilities, environmental factors, psychological factors, cognitive abilities and comorbid psychopathological conditions (Ludwik, et al., 2001). ( e=18;issue=1;spage=56;epage=59;aulast=kumar) AFMR (Vivian Navaratman, 1987:403) dalam Wardani (2008;6.5) menggariskan bahwa seorang tunagrahita yang keadaan kecerdasannya yang jelasjelas di bawah rata-rata. Individu yang menderita tunagrahita tidak mampu ada kecenderungan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tuntutan yang berlaku di masyarakat. berikut: Dari defenisi tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai 1) Fungsi intelektual umum secara signifikan berada di bawah ratarata, maksudnya bahwa kekurangan itu harus benar-benar meyakinkan sehingga yang bersangkutan memerlukan layanan pendidikan khusus. Sebagai contoh anak normal rata-rata mempunyai IQ (Intelligence Qouatient), sedangkan anak tunagrahita memiliki IQ paling tinggi 70. 2) Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian (perilaku adaptif), maksudnya bahwa yang bersangkutan tidak/kurang memiliki kesanggupan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan usianya. Ia hanya mampu melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan oleh anak yang usianya lebih muda darinya. 3) Ketunagrahitaan berlangsung pada periode perkembangan, maksudnya adalah ketunagrahitaan itu terjadi pada usia perkembangan, yaitu sejak konsepsi hingga usia 18 tahun. Dari beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai intelektual di bawah rata-rata, memiliki IQ yang setingkat lebih rendah commit di bandingkan to user dengan anak lambat belajar, 7

11 kemampuan berpikirnya rendah, perhatian dan ingatan lemah tetapi masih mempunyai potensi untuk dapat di kembangkan dalam bidang akademik seperti membaca, menulis dan berhitung. Selain itu mereka masih dapat bersosialisasi dengan lingkungan dan bila dilatih dapat dijadikan bekal hidup bagi dirinya setelah dewasa. b. Penyebab Anak Tunagrahita Penyandang tunagrahita pada umumnya memiliki keadaan tubuh yang baik, namun memiliki tingkat kecerdasan yang kurang di banding dengan orang orang pada umumnya.penyebabnya dapat dikarenakan oleh beberapa faktor,yang digolongkan menjadi 3. Antara lain faktor yang terjadi sebelum lahir (pre natal), saat kelahiran (natal), dan setelah lahir (post natal).selain itu juga dapat di sebabkan karena faktor dari lingkungan tempat tinggal. Moh. Amin, 1995:62 membagi faktor penyebab ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi dan lain-lain. Wardani (2008:6.10) mengemukakan penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan,ialah: 1) Faktor Keturunan Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan meliputi hal-hal berikut : a. Kelainan kromosom b.kelainan gen 2) Gangguan Metabolisme dan Gizi 3) Infeksi dan Keracunan 4) Trauma dan Zat Radioaktif 5) Masalah Pada Kelahiran 6) Faktor Lingkungan Dengan melihat pendapat yang telah di kemukakan di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa banyak faktor-faktor penyebab yang mengakibatkan terjadinya ketunaan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor makanan dan minuman serta faktor lingkungan. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya ketunagrahitaan baik pada commit saat to prenatal, user natal, maupun postnatal. 8

12 c. Karakteristik Anak Tungrahita Dapat di ketahui secara fisik bahwa anak tunagrahita tidak berbeda dengan anak normal pada umumya, tetapi secara psikis ada perbedaan dengan anak normal. Anak tunagrahita lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan dalam kata-kata. Mereka mengalami kesukaran berpikir abstrak tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun sekolah khusus. Karakteristik anak tunagrahita yang di kemukakan oleh Munzayanah (2000:22) adalah sebagai berikut : 1) Anak Idiot a) Mereka tidak dapat bercakap-cakap karena kemampuan berpikir b) Tidak mampu mengerjakan atau mengurus dirinya sendiri meskipun di beri latihan c) Hidupnya seperti bayi yang selalu membutuhkan perawatan dan pertolongan d) Kadang-kadang tingkah lakunya di kuasai oleh gerakan yang berlangsung di luar kesadarannya jadi bersifat otomatis e) Jarang mencapai umur panjang karena adanya proses kemunduran organ-organ di dalam tubuhnya (deteriorisasi) 2) Anak Imbisil a) Dapat menggunakan kata-kata yang sederhana b) Dapat dilatih untuk merawat diri sendiri c) Dapat dilatih untuk aktivitas hidup sehari-hari d) Masih membutuhkan pengawasan orang lain e) Sulit mengadakan sosialisasi 3) Anak Debil atau Moron a) Dapat dilatih untuk bermacam-macam tugas yang lebih tinggi atau komplek b) Dapat dilatih dalam bidang sosial atau intelektual dalam batas-batas tertentu, misalnya membaca, menulis, dan menghitung c) Dapat dilatih untuk pekerjaan-pekerjaan rutin maupun keterampilan 4) Anak Mongolsm atau Mongoloid a) Letak matanya miring dan biasanya jarak antara dua mata lebih jauh dibandingkan dengan anak normal, serta mata sipit. b) Muka datar, bundar, dan lebar c) Bibir tebal dan lebar d) Lidah panjang dan lebar sampai biasanya menjulur keluar e) Hidung pesek dan pangkal hidung melebar f) Tengkorak dari muka sampai dengan belakang kepala pendek g) Leher belakang pendek 9

13 h) Tangan, kelima jari pendek dan membengkak, jari pertama (ibu jari) tertanam lebih rendah dan ada juga garis lurus di telapak tangan di bawah jari kedua sampai jari kelima. 10 Sedangkan karakteristik anak tunagrahita menurut James D. Page (Suhaeri, HN: 1979) dalam Wardani (2008:6-19) sebagai berikut : 1) Akademik Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih kapasitasnya mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (rote learning) dari pada dengan pengertian. Dari hari ke hari mereka membuat kesalahan yang sama. Mereka cenderung cepat lupa, sukar membuat kreasi baru, serta rentang perhatiannya pendek. 2) Sosial/Emosional Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara dan memimpin diri. Ketika masih muda mereka harus di bantu terus karena mereka mudah terperosok ke dalam tingkah laku yang kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau bermain bersama dengan anak yang lebih muda darinya. Namun, dibalik itu semua mereka menunjukkan ketekunan dan rasa empati yang baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau perlakuan dan lingkungan yang kondusif. 3) Fisik/Kesehatan Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak tunagrahita kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan gerakannya kurang indah. Karakteristik anak tunagrahita menurut Moh. Amin (1995:37), yaitu: 1) Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan/Mampu didik Anak tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya, mengalami kesukaran berfikir abstrak. Tetapi masih dapat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa atau sekolah khusus. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun. 2) Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang

14 11 Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran akademik. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita ringan. Mereka hampir selalu tergantung pada perlindungan orang lain, tapi dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Mereka masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti ekonomi. Pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan yang sama dengan umur 7 tahun atau 8 tahun. 3) Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak memelihara diri sendiri (makan, berpakaian, ke WC dan sebagainya harus di bantu). Pada umumnya mereka tidak berbahaya, tidak mungkin berpartisipasi dengan lingkungan di sekitarnya, dan jika sedang berbicara maka kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasan seorang anak tunagrahita berat dan sangat berat hanya 3 dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berumur 3 atau 4 tahun. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan secara umum karakteristik anak tunagrahita adalah sebagai berikut : 1) Mengalami kelambatan dalam segala hal kalau di bandingkan dengan anakanak normal sebaya, baik di tinjau dari segi psikis, fisik, sosial dan lain-lain. 2) Perlu mendapat pendidikan dan pelayanan khusus. 3) Daya abstraknya rendah. 4) Tidak dapat memusatkan perhatian terlalu lama (cepat bosan) 5) Perbendaharaan kata sangat terbatas. Ditinjau dari segi perkembangan ciri-ciri fisik dan psikis tersebut menjadi hambatan bagi anak dalam upaya peningkatan kemampuan pemahaman ilmu pengetahuan alam, sehingga anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam proses belajar, karena anak tunagrahita tidak dapat memperhatikan sesuatu hal dengan serius dan perhatiannya berpindah-pindah, commit to dengan user demikian untuk meningkatkan

15 12 kemampuan berhitungnya memerlukan media yang tepat yang nyata, yang menarik perhatian anak yang disesuaikan dengan kondisi anak atau tingkat kemampuan daya pikir yang dimiliki siswa, agar dapat mengembangkan kemampuan yang di milikinya, media mengajar yang di pandang dapat di pergunakan adalah alat peraga miniatur. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan karakteristik anak tunagrahita ringan yaitu mereka mengalami perkembangan dibawah normal baik fisik, mental, bahasa, dan kecerdasan, mengalami keterbatasan dalam aspek kehidupannya, tetapi masih dapat dilatih mengenai keterampilan-keterampilan untuk dijadikan bekal hidupnya, dapat dilatih pekerjaan yang sifatnya rutinitas. d. Klasifikasi Anak Tunagrahita Klasifikasi anak tunagrahita yang di kemukakan oleh AAMD dan PP 72 Tahun 1991 dalam (Moh. Amin, 1995: 22) adalah sebagai berikut: 1) Tunagrahita ringan IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50 sampai 70, dalam penyesuaian sosial mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial tidak saja lingkungan yang terbatas tetapi juga pada lingkungan yang lebih luas bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam masyarakat. 2) Tunagrahita sedang IQ-nya 30 sampai <50 IQ anak tunagrahita sedang berkisar 30 sampai <50, sehingga tingkat kemajuan dan perkembangan yang dapat dicapai bervariasi. Mereka yang teramsuk dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita. 3) Tunagrahita berat dan sangat berat IQ-nya kurang dari 30 IQ anak tunagrahita berat dan sangat berat kurang dari 30, anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja. Munzayanah (2000:20) mengklasifikasikan anak tunagrahita menjadi 6 macam sebagai berikut : 1) Klasifikasi menurut derajat kecacatanya terbagi menjadi : a) Idiot (IQ 0-25) b) Imbesil (IQ 26 50)

16 c) Debil (IQ 51-70) 2) Klasifikasi menurut etiologi antara lain : a) Anak tunagrahita karena keturunan b) Anak tunagrahita karena gangguan fisik c) Anak tunagrahita karena kerusakan pada otak 3) Klasifikasi menurut tujuan pendidikannya a) Anak perlu rawat b) Anak mampu latih c) Anak mampu didik 4) Klasifikasi menurut tipe klinis a) Mongol (mongolisme, mongoloid) b) Microcephalus c) Cretinisme (kretin, kerdil, cebol) d) Hydrocephalus e) Cerebral palsy 5) Klasifikasi dari The American Pshychiatric Association adalah : a) Mild deficiency b) Moderate deficiency c) Severe deficiency 6) Klasifikasi menurut American Association on Mental Defeciency (AAMD) atas dasar tinjauan medik, meliputi : a) Penyakit karena infeksi b) Penyakit karena intoksitasi c) Penyakit akibat trauma d) Penyakit kebergantungan metabolisme, pertumbuhan e) Penyakit akibat pengaruh hormon Dari penggolongan atau klasifikasi anak tunagrahita di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Anak tunagrahita ringan IQ rata-rata antara ) Anak tunagrahita sedang IQ rata-rata antara 25 sampai <50. 3) Anak tunagrahita berat dan sangat berat IQ rata-rata anatara 0 sampai <25. 4) Tujuan pendidikan anak tunagrahita dibagi menjadi: anak tunagrahita ringan atau mampu didik, anak tunagrahita sedang atau mampu latih dan anak tunagrahita berat atau perlu di rawat Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Mampu didik a. Pengertian Anak Tunagrahita Mampu didik

17 Anak Tunagrahita mampu didik adalah salah satu bagian dari anak tunagrahita. Dalam menyebut tunagrahita mampu didik dikenal juga dengan istilah anak debil atau anak tunagrahita ringan, sedangkan istilah yang umum dipakai dalam dunia pendidikan adalah anak tunagrahita mampu didik. Menurut Y.B Suparlan ( ).Anak tunagrahita mampu didik yaitu: Anak tunagrahita mampu didik disebut juga anak Debil dengan IQ antara Mereka dapat dilatih tentang tugas tugas yang lebih tinggi (Kompleks) dalam kehidupan sehari-hari dapat pula dididik dalam bidang sosial dan intelektual sampai pada batas-batas tertentu. Michael L Hardman (1990: 94) memberikan pengertian anak tunagrahita mampu didik sebagai berikut : The Educate has IQ s to about 70. Second to fifth grade achievement in school academic areas, social adjustment will permit some grade of independence in community.occupational sufficiency will permit partial or total self support. Dari definisi di atas dapat diambil pengertian bahwa anak tunagrahita mampu didik adalah anak yang memiliki IQ kurang lebih 70. Masih dapat mengikuti pendidikan dasar meskipun hanya sederhana seperti membaca, menulis, berhitung serta keterampilan sederhana yang dipakai bekal dalam kemandiriannya di masyarakat. Dari kedua pendapat tersebut, dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud anak tunagrahita mampu didik adalah anak yang mempunyai intelegensi di bawah rata-rata, kemampuan berfikirnya rendah, perhatian dan ingatan yang lemah, tetapi masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang akademis, lebih lebih dalam hal keterampilanya. 14 b. Karakteristik Anak Tunagrahita Mampu didik Dapat di ketahui secara fisik bahwa anak tunagrahita ringan memliki intelegensi/iq berkisar antara 50/55 70/75, tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya, tetapi secara psikis ada perbedaan dengan anak normal. Sri Rumini (1987 : 47) mengatakan bahwa karakteristik anak mampu didik dapat dijabarkan sebagai berikut :

18 1) IQ sekitar 50/55-70/75, dengan MA 7-10 tahun. 2) Sukar berfikir abstrak dan terkait pada lingkungan. 3) Kurang dapat mengendalikan perasaannya. 4) Daya abstraksinya sangat lemah. 5) Dapat mengikuti beberapa istilah tetapi kurang tahu maknanya. 6) Mudah dipengaruhi. 7) Kepribadiannya kurang harmonis. 8) Daya konsentrasinya kurang baik. 9) Kalau dimasukkan SD normal prestasinya rendah. Karakteristik anak tunagrahita mampu didik menurut S.A Bratanata (1977: 53), dibedakan menjadi dua macam gejala yaitu psikis dan sosial. Gejala dalam bidang Psikis. Gejala psikis yang umum dijumpai pada anak tunagrahita mampu didik adalah cara berfikirnya yang kurang lancar dan konkrit, kurang memiliki kesanggupan untuk menganalisa dan menilai kejadian yang di hadapi, daya fantasinya lemah, dapat mengingat beberapa istilah tetapi kurang mampu memahami sugestibel, kurang mampu mengadakan penilaian mengenai unsurunsur susila, dalam pemecahan masalah selalu dengan coba-coba, serta kepribadiannya kurang harmonis. Gejala dalam bidang sosial anak tunagrahita mampu didik menunjukkan gejala kurangnya kesanggupan untuk berdiri sendiri, dan nampak jelas setelah anak tidak bersekolah. Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka anak tunagrahita mampu didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang mengalami hambatan dalam segi intelektualnya, sukar berfikir abstrak, sugestibel, daya konsentrasinya lemah, mengalami kesulitan dalam belajar, dapat mengingat beberapa istilah tetapi tidak mengerti maknanya, tidak dapat menanggapi masalah yang dihadapinya dengan baik, tetapi masih mungkin dikembangkan potensinya dalam bidang akademis dalam taraf sederhana sesuai dengan kemampuannya Tinjauan tentang Alat Peraga a. Pengertian Alat Peraga Dalam dunia pendidikan banyak sekali metode atau cara yang digunakan oleh para guru dalam penyampaian commit to materi,atau user pada saat mengajar.yang

19 16 diantaranya dengan membacakan materi,atau menuliskan di depan kelas,tetapi masih sedikit yang menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar tersebut.hal itu dapat kita lihat di sekolah-sekolah yang terdekat di sekitar kita. Nana Sudjana (1987:99) mengemukakan bahwa alat peraga sering disebut audio visual, yang memiliki arti bahwa alat peraga itu dapat dinikmati oleh indra penglihatan dan indra pendengaran. Alat peraga tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah dipahami oleh para siswanya. Menurut Moch Uzer Usman (1989:26) alat peraga pengajaran adalah alatalat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa untuk mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Berdasarkan keterangan tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan mengenai alat peraga, yaitu segala sesuatu yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar agar materi pelajaran yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa. Munadi (2008: 114) menyatakan bahwa media atau alat pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang diadakan dengan sengaja dan berencana, yang secara langsung maupun tidak langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Media atau alat pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu: (1) alat pembelajaran bersifat material dan (2) alat pembelajaran bersifat nonmaterial. 1) Alat peraga bersifat material merupakan alat-alat kebendaan nyata yang diperlukan dalam pendidikan (pembelajaran). Seperti gedung, meja, kursi, alat-alat laboratorium, tape, kaset, OHP, dan masih banyak lagi sesuai dengan situasi dan kondisi materi yang diajarkan. 2) Alat peraga bersifat non material berupa tindakan dan perbuatan yang secara sengaja diciptakan sebagai sarana dalam melaksanakan kegiatan belajar, seperti nasehat dan saran. Macam-macam alat pembelajaran seperti papan tulis, bulletin board dan display, gambar dan ilustrasi fotografi, slid dan filmstrip, film, rekaman pendidikan (tape rekorder), radio pendidikan, televisi pendidikan, peta atau globe, buku pembelajaran, miniature, dan commit overhead to user projector (Danim, 1999: 22).

20 17 Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat-alat yang digunakan oleh seorang guru ketika sedang mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada anak didik atau siswa. b. Fungsi Alat Peraga dalam Pengajaran Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Metode dan alat merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai tehnik atau cara untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam proses belajar mengajar alat peraga digunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Nana Sudjana (1987:68), mengatakan bahwa fungsi alat peraga dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: 1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif. 2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi belajar. 3) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral / sesuai dengan tujuan dari materi pelajaran. 4) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dalam membantu siswa dalam menangkap pengertian dari pelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Moh Uzer Usman (1989:27) fungsi alat peraga adalah sebagai berikut : 1) Sangat menarik siswa dalam belajar 2) Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin mengetahui lebih banyak. 3) Menghemat waktu belajar. Guru tidak usah menerangkan sesuatu dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperhatikan suatu gambar, benda yang sebenarnya atau benda yang lain.

21 18 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi alat peraga dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: 1) Alat peraga sebagai alat bantu untuk mewujudkan minat siswa dalam situasi belajar mengajar yang efektif. 2) Alat peraga merupakan bagian penting dari keseluruhan situasi belajar. 3) Alat peraga untuk merangsang / memotivasi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa. 4) Alat peraga diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang disampaikan guru. 5) Alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu proses belajar mengajar. Kesimpulan dari fungsi alat peraga dalam pengajaran yaitu untuk memudahkan, mendorong, menarik minat, menghemat waktu kegiatan pengajaran, dan memotivasi siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru. c. Prinsip Penggunaan Alat Peraga Penggunaan alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Dalam hal ini alat peraga mempunyai pengaruh besar dalam peningkatan prestasi belajar siswa,sehingga harus bersifat tepat sasaran atau subyek dan tepat obyek atau sesuai dengan materi yang disampaikan.metode dan alat merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai tehnik/cara untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa prinsip tentang penggunaan alat peraga. Moh Uzer Usman, (1989:28), memberikan beberapa prinsip tentang penggunaan alat peraga sebagai berikut: 1) Merupakan alat bantu yang dianggap paling baik 2) Alat alat tertentu tepat daripada yang lain berdasarkan jenis pengertian atau dalam hubungannya dengan tujuan. 3) Audiovisual dan sumber-sumber yang digunakan merupakan bagian yang integral dari pengajaran.p

22 4) Perlu diadakan persiapan yang seksama oleh guru dan siswa mengenai alat audiovisual 5) Siswa menyadari tujuan alat audiovisual dan merespon data yang diberikan. 6) Alat audiovisual dan sumber-sumber yang digunakan untuk menambah kemampuan komunikasi kemungkinan belajar lebih leluasa karena adanya hubungan antara alat dengan sumber. Menurut Nana Sudjana (1987:104) mengemukakan bahwa prinsip penggunaan alat peraga adalah : 1) Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru menggunakan alat peraga yang sudah dipilih terlebih dahulu apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. 2) Menetapkan atau memperhitungkan subyek dengan tepat, artinya perlu memperhitungkan apakah penggunaan alat peraga itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik. 3) Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan peraga dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu dan sarana yang ada. 4) Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat. Artinya kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar alat peraga digunakan. Tentu tidak setiap saat atau selama proses mengajar terus menerus memperlihatkan atau memperjelas sesuatu dengan alat peraga. Berdasarkan kedua pendapat di atas maka prinsip penggunaan alat peraga memiliki pengertian yang tidak jauh beda, yaitu merupakan alat yang paling baik yang sangat mendukung dalam proses belajar mengajar Tinjauan tentang Alat Peraga Miniatur a. Pengertian Alat Peraga Miniatur Fasilitas termasuk sarana dan prasarana pendidikan. Keberadaan fasilitas dalam proses pendidikan tidak bisa diabaikan, khususnya dalam proses belajarmengajar. Dalam pembaharuan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar-mengajar merupakan hal yang esensial dalam commit mengadakan to user perubahan dan pembaharuan

23 20 pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Metode dan alat merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai tehnik/cara untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam proses belajar mengajar alat peraga digunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Alat peraga adalah suatu alat penyampaian berita yang aktif, media dapat mempengaruhi efektivitas suatu kegiatan. Dalam dunia pendidikan untuk kegiatan belajar-mengajar dikenal adanya media pendidikan. Alat peraga sebagai media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru atau pendidik dalam rangka melakukan kegiatan pembelajaran (Danim, 1994: 6). Alat peraga miniatur adalah alat pelajaran yang berupa benda tiruan yang bentuknya sama atau lebih kecil dari benda sebenarnya yang digunakan oleh guru guna memudahkan dalam penyampaian materi pelajaran agar dapat diterima oleh anak didik dengan mudah. Penggunaan alat peraga miniatur pada umumnya digunakan untuk pelajaran Saint, sebab pada pelajaran tersebut lebih banyak kegiatan praktikumnya dibanding dengan kegiatan teorinya. Adapun kelebihan alat peraga miniatur seperti yang dikemukakan dalam penataran lokakarya tahap III P3G (1981:23) adalah : 1) Alat peraga miniatur memberikan sumbangan bagi pengertian yang lebih hidup dan lebih menarik. 2) Alat peraga miniatur dapat mengembangkan pengertian dengan lebih baik. 3) Alat peraga miniatur mudah dipahami 4) Alat peraga miniatur lebih mudah dibawa ke dalam ruang kelas. 5) Alat peraga miniatur sangat membantu dalam mewujudkan realitas yang tidak dapat dilihat tetapi juga dapat diraba. 6) Alat peraga miniatur mudah untuk commit digunakan. to user

24 21 7) Alat peraga miniatur dapat menghilangkan verbalisme. Dari pendapat tentang kelebihan alat peraga miniatur dapat terlihat jelas bahwa alat peraga miniatur merupakan alat peraga 3 dimensi sedangkan seperti halnya alat peraga gambar hanya 2 dimensi. Selain itu alat peraga miniatur lebih menarik perhatian anak tunagrahita mampu didik. Hal ini disebabkan karena alat peraga miniatur tidak hanya dapat dilihat melainkan dapat diraba, sehingga dengan demikian anak memperoleh kesan yang mendalam dari penggunaan alat peraga miniatur, serta dapat memberikan arti yang sebenarnya dari masalah yang dijelaskan, karena penggunaan imajinasi anak yang lebih hidup. Kesimpulan alat peraga miniatur adalah alat pelajaran yang berupa benda tiruan yang bentuknya sama atau lebih kecil dari benda sebenarnya yang digunakan oleh guru guna memudahkan dalam penyampaian materi pelajaran agar dapat diterima oleh anak didik dengan mudah. b. Penggunaan Alat Peraga Miniatur dalam Pembelajaran IPA Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa anak tunagrahita mampu didik adalah anak yang mempunyai tingkat kecerdasan di bawah rata-rata anak normal pada umumnya yaitu sekitar 50/50-70/75 sehingga memungkinkan anak mengalami kesulitan atau kelambanan dalam menerima pelajaran. Untuk mengejar ketinggalan itu berbagai cara yaitu dengan digunakannya miniatur sebagai alat bantu atau alat peraga pelajaran. Prawiradilaga (2007:136) menyatakan Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas tujuan pembelajaran, kajian isi/materi ajar, strategi pembelajaran (metode, media, waktu, sistem penyampaian) serta asesmen belajar. Sagala (2005:64) mengemukakan Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Lebih lanjut Sagala (2005:61) menyatakan bahwa Pembelajaran mengandung arti setiap

25 22 kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari sesuatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Dimyati dan Mujiono (1999:297) berpendapat bahwa Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada sumber belajar. Lanjutnya Dimyati dan Mujiono (1999:76) menyatakan bahwa pembelajaran tidak mengabaikan karakteristik pembelajar dan prinsip-prinsip belajar. Oleh karena itu dalam program pembelajaran guru perlu berpegang bahwa pembelajar adalah Primus motor dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk memusatkan perhatian, mengelola, menganalisis dan mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan (i) perhatian dan motivasi belajar siswa (ii) keaktifan siswa (iii) optimalisasi keterlibatan siswa (iv) melakukan pengulangan-pengulangan belajar (v) pemberian tantangan agar siswa bertanggung jawab (vi) memberikan balikan dan penguatan terhadap siswa dan (vii) mengelola proses belajar sesuai perbedaan individual siswa. Penelitian ini mengggunakan alat peraga miniatur dalam pembelajaran IPA. Adapun pertimbangan penggunaan alat peraga miniatur tersebut dengan alasan bahwa : 1) Alat peraga miniatur memberikan sumbangan bagi pengertian yang lebih hidup dan lebih menarik. 2) Alat peraga miniatur dapat mengembangkan pengertian lebih baik. 3) Alat peraga miniatur mudah dipelajari. 4) Alat peraga miniatur mudah dibawa ke dalam ruang kelas. 5) Alat peraga miniatur sangat membantu mewujudkan realitas yang tidak dapat dilihat tetapi juga dapat diraba. 6) Alat peraga miniatur mudah digunakan. Pada saat proses pembelajaran terhadap anak, langkah yang harus ditempuh guru adalah berusaha untuk dapat memaksimalkan kemampuan anak tanpa pemaksaan. Adapun dengan penggunaan alat peraga miniatur siswa dapat mengamati, meraba dan melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas, commit penyampaian to user pelajaran dengan alat peraga

26 23 miniatur akan lebih lengkap daripada hanya dengan gambar. Lebih-lebih dalam mengajar anak tunagrahita mampu didik, karena mereka akan mengalami kesulitan menerima pelajaran bila penyampaiannya secara abstrak, mereka lebih cepat menerima pelajaran apabila dalam pembelajarannya didukung dengan alat peraga untuk mengkonkritkan apa yang dibicarakan dalam pelajaran. Alat peraga miniatur yang berupa miniatur organ-organ tubuh manusia dapat dibawa ke dalam kelas. Dalam hal ini membuktikan bahwa alat peraga minitur yang berwujud organ tubuh manusia yang tidak dapat dijumpai dengan bebas, dan hanya dimiliki setiap manusia dan terletak didalam tubuh manusia bagian dalam, kemudian diwujudkan dalam bentuk tiruan dan dalam bentuk mini dapat diberikan kepada anak di dalam kelas. Demikian juga terhadap obyek-obyek sebenarnya yang tidak dapat dibawa ke dalam kelas dapat diwujudkan dalam bentuk miniatur, misalnya pohon, candi dan lain-lain. Penggunaan alat peraga miniatur dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam membuat anak lebih mudah dalam menerima tanggapan dari materi yang disampaikan oleh guru. Perhatian anak terpusat pada alat peraga miniatur yang digunakan oleh guru, sebab seolah-olah anak melihat obyek yang sebenarnya walaupun dalam ukuran kecil, dan anak mudah mengingatnya. Dalam penelitian mengambil pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan pokok bahasan organ tubuh manusia. Dimana alat peraga miniatur dalam penelitian ini sebagai alat peraga yang bisa memperjelas proses pembelajaran tersebut dari pada penggunaan alat peraga gambar. 5. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar IPA a. Pengertian Prestasi Belajar Winkel (1991) menyatakan bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Di dalam pengertian tersebut prestasi merupakan suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksanaan suatu usaha tersebut. Menurut Arifin (1998), prestasi yang dimaksud tidak lain adalah kemampuan ketrampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.

27 24 Dalam hal ini prestasi hanya dibatasi dalam bidang pendidikan, khususnya pengajaran. Menurut Roijakker (dalam Winkel, 1991) mengemukakan bahwa prestasi belajar mampunyai pengertian: 1) Merupakan bukti kemampuan yang didapat melalui perubahan belajar. 2) Bukti perubahan diketahui dengan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes ini salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar. Prestasi adalah hasil yang di capai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Prestasi belajar mempunyai arti penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang ditunjukkan dengan nilai tes, angka aktivitas belajar dalam menerima, memahami dan menguasai materi yang dipelajari, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu (Ahmadi dan Supriyono, 2001). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah merupakan hasil usaha belajar yang mencakup kemampuan dan sikap serta keterampilan siswa dalam menyelesaikan belajarnya, yang dapat diketahui dari perubahan tingkah laku. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengalaman terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Ahmadi dan Supriyono (2001:27) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah: a. Faktor internal adalah:

28 25 1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. 2) Faktor psikologis yang bersifat bawaan yang di peroleh yang terdiri atas: a) Faktor intelektual yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi belajar yang dimiliki. b) Faktor non intelektual, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. c) Faktor kemampuan fisik maupun psikis. b. Faktor eksternal ialah: 1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. 2) Faktor budaya seperti, adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesusilaan. 3) Faktor lingkungan fisik seperti rumah, fasilitas belajar dan iklim. 4) Faktor lingkungan spiritual atau kemampuan. 5) Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Menurut Ngalim Purwanto (1994) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu dari dalam dan faktor dari luar peserta didik. Adapun faktor dari dalam individu siswa antara lain: 1) Faktor kematangan atau dukungan atau pertumbuhan, tiap orang dalam tubuh manusia dapat dikatakan telah matang jika anak telah mencapai sesanggupan menjalankan fungsi masing-masing. 2) Faktor kecerdasan atau inteligensi, berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan didalamnya (ingatan, fantasi, minat dan sebagainya yang turut mempengaruhi inteligensi seseorang). 3) Faktor latihan dan motivasi, karena seringnya latihan dan seringnya mengulang sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki dapat menjadi makin menguasai dan makin mendalam.

29 26 4) Faktor motivasi, berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. 5) Faktor pribadi, tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadianya masingmasing yang berbeda antara seseorang dengan yang lain. Selanjutnya faktor dari luar individu antara lain: 1) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak mau menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak peserta didik. 2) Guru dan cara mengajar, sikap kepribadian guru termasuk didalamnya cara guru memberikan atau menyampaikan materi pelajaran dan bagaimana guru dapat membawa kepada suasana yang kondusif agar peserta didik dapat termotivasi dan berminat serta siap menerima materi, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru. 1) Materi yang dipelajari, antara lain instrument atau pelengkapan belajar, Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal yang meliputi faktor fisiologis dan psikologis, kecerdasan, kematangan dan motivasi dan faktor ekternal yang meliputi kondisi lingkungan sosial atau non sosial yang masih berada disekitar lingkungan belajar peserta didik yang termasuk sarana dan prasarana pendukung proses belajar. c. Pengukuran prestasi belajar Pada dunia pendidikan, pengukuran prestasi belajar sangat diperlukan karena dengan diketahui prestasi balajar anak dapat diketahui pada kemampuan dalam keberhasilan anak didalam belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar dapat dilakukan dengan cara memberikan penilaian atau evaluasi, dengan tujuan supaya anak mengalami perubahan positif. Penilaian artinya usaha untuk mengetahui sejauhmana perubahan yang telah terjadi melalui kegiatan belajar mengajar. Pengajaran harus mengetahui sejauhmana anak telah mengetahui bahan yang telah diajarkannya. Penilaian commit memberi to user informasi tentang hasil pengajarannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan memiliki berbagai istilah tergantung dari sudut pandang para ahli memberikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA 84 BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada bab ini akan dilakukan analisis data.

Lebih terperinci

MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam

MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam 1 MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA A. Pengertian Dilihat dari tingkat kecerdasannya, ada anak normal, ada anak di bawah normal, dan ada anak di atas normal. Sehingga dalam belajarnya pun ada anak yang lamban,

Lebih terperinci

BIMBINGA G N N P ADA S ISWA W DENGAN HAMBATA T N

BIMBINGA G N N P ADA S ISWA W DENGAN HAMBATA T N BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN KECERDASAN (TUNAGRAHITA) DEFINISI Tunagrahita merupakan kondisi yg kompleks, menunjukkan kemampuan intektual yang rendah dan mengalami hambatan dalam perilaku adaptif

Lebih terperinci

Tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Subaverage),

Tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Subaverage), TUNA GRAHITA Tunagrahita Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna = Merugi. Grahita = Pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) = terbelakang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Kategori Ringan 1. Pengertian tentang anak tunagrahita kategori ringan Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bangsa Indonesia sedang mengerahkan segala daya upaya untuk melakukan pembangunan di segala bidang demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN

BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN 12 BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN A. Tunagrahita 1. Pengertian Tunagrahita Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kecerdasan kemampuan intelektual

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : RESTY HERMITA NIM K4308111 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut,

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut, BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian yang penulis ajukan dalam bab I dan hasil penelitian lapangan yang penulis uraikan dalam bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan seperti di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah. Islam sebagai agama yang dianut penulis mengajarkan bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga negara. Bahkan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA 590 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke-6 2017 PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA THE USE OF THREE-DIMENSIONAL MEDIA TO IMPROVE STUDENTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang terjadi pada saat masa perkembangan dan memiliki hambatan dalam penilaian adaptif. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang memiliki keterbatasan dalam mengikuti proses pembelajaran karena ia menyandang kelainan fisik,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTENING BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI I BAJENG

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTENING BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI I BAJENG STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTENING BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI I BAJENG CONTEXTUAL LEARNING STRATEGY FOR IMPROVING LEARNING OUTCOMES

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN STRATEGI TEAM QUIZ, MEDIA AUDIO VISUAL, DISERTAI MODUL PEMBELAJARAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN STRATEGI TEAM QUIZ, MEDIA AUDIO VISUAL, DISERTAI MODUL PEMBELAJARAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN STRATEGI TEAM QUIZ, MEDIA AUDIO VISUAL, DISERTAI MODUL PEMBELAJARAN SKRIPSI Oleh: IKA MAWARNINGTYAS X4307034 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

RATIH DEWI PUSPITASARI K

RATIH DEWI PUSPITASARI K HUBUNGAN ANTARA IQ, MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: RATIH DEWI PUSPITASARI K4308021

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN Dewi Nuraeni, Usada, A. Dakir PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Ir. Sutami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita sedang Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang disebut juga embisil. Kelompok ini memiliki

Lebih terperinci

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K Pengaruh Penggunaan Media Kartu Limbah Rumah Tangga Bungkus Plastik Bermerk Terhadap Kemampuan Membaca Kata Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas DII SLB C YSSD Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini tidak selalu tumbuh dan berkembang secara normal. Ada diantara anak-anak tersebut yang mengalami hambatan, kelambatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuna grahita Ringan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna grahita adalah kata lain

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB Septina Tria Pratiwi 1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali seperti dijelaskan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X.1 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh: WARYANTO K4308061 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang telah mengalami banyak perkembangan, majunya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut juga dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Skripsi

Lebih terperinci

MEKAR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA ANAK TUNAGRAHITA. Oleh: Tawar SLB-C YPAALB Prambanan ABSTRACT

MEKAR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA ANAK TUNAGRAHITA. Oleh: Tawar SLB-C YPAALB Prambanan ABSTRACT MEKAR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA ANAK TUNAGRAHITA Oleh: Tawar SLB-C YPAALB Prambanan ABSTRACT The purpose of this research is to describe about the improve of

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KARANGPANDAN MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ DISERTAI MODUL

PENINGKATAN KEAKTIFAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KARANGPANDAN MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ DISERTAI MODUL PENINGKATAN KEAKTIFAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KARANGPANDAN MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ DISERTAI MODUL SKRIPSI Oleh : Siti Nurjanah NIM K4307049 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER Jupe UNS, Vol 2, No 1, Hal 83 s/d 94 Muzayyanah Hidayati, Upaya Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Akuntansi Melalui Pembelajaran Tipe Numbered Head Together. Juli 2013. UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI

Lebih terperinci

ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

ARTIKEL JURNAL SKRIPSI PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS DASAR III DI SLB INSAN MANDIRI DLINGO BANTUL ARTIKEL JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari permasalahan anak tunagrahita adalah individu yang mengalami penyimpangan, kelainan dan hambatan mental. Hambatan mental tersebut sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD Suciono Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan, kab. Langkat Abstract: This study aims to determine whether

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA Skripsi Oleh: TRY NESIA NURHEMY X4307053 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggarannya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITF DAN RANAH AFEKTIF SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 KARANGANYAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRING MINDS WANT TO KNOW (IMWK)

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRING MINDS WANT TO KNOW (IMWK) PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRING MINDS WANT TO KNOW (IMWK) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 Peningkatan Hasil Belajar... (Lilik Endang Dewani) 1.353 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 IMPROVING MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri. Batang maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri. Batang maka dapat di simpulkan sebagai berikut : 104 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarka penelitian Metode Pembelajaran Individual Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang maka dapat di simpulkan sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IIS 2 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Henggar Dimas Pradiva NIM K8411035

Lebih terperinci

Disusun Oleh: ENDANG HARIYANTI X

Disusun Oleh: ENDANG HARIYANTI X UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KOSA KATA MELALUI MEDIA GAMBAR DAN KARTU KATA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III SDLB SARTIKA NGAWEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : VERA IRAWAN WINDIATMOJO NIM K4308058

Lebih terperinci

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Judul : Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Nama Penulis : Widad Nabilah Yusuf (209000274) Pendahuluan Soemantri (2006) mengatakan tunagrahita memiliki

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DI SDN 11 PINANG SINAWA KABUPATEN SOLOK SELATAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DI SDN 11 PINANG SINAWA KABUPATEN SOLOK SELATAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DI SDN 11 PINANG SINAWA KABUPATEN SOLOK SELATAN Farida¹, Wince Hendri¹, Fazri Zuzano¹ ¹ School Teacher Education,

Lebih terperinci

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerjasama antara sejumlah kemampuan. Kesanggupan seseorang dalam membaca atau menangkap makna

Lebih terperinci

Zaharah, Otang Kurniaman, Lazim N

Zaharah, Otang Kurniaman, Lazim N 1 THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF TALKING STICK TYPE TO INCREASE IPS STUDY RESULT OF THE THIRD GRADE STUDENTS AT SDN 06 KADUR KECAMATAN RUPAT UTARA Zaharah, Otang Kurniaman, Lazim N.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap orangtua pasti menginginkan memiliki anak yang normal dan sehat baik secara jasmani maupun rohani. Anak

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNAGRAHITA PADA POKOK BAHASAN PERKALIAN

PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNAGRAHITA PADA POKOK BAHASAN PERKALIAN PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNAGRAHITA PADA POKOK BAHASAN PERKALIAN Oleh: Widhi Astuti, Rusdiana Indianto PLB FKIP UNS ABSTRACT The purpose is this

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia di masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam segala bidang kehidupan. Bahasa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI SISWA KELAS V

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI SISWA KELAS V Penerapan Model Pembelajaran... (Ain Maigina) 1.899 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI SISWA KELAS V TGT IMPLEMENTATION TO IMPROVE 5TH GRADE STUDENTS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 GEMEKSEKTI TAHUN AJARAN 2015/2016 Siti Rokhmah 1, Wahyudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran dan pasal 31 ayat 2 yang berbunyi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan meliputi rencana dan proses yang akan menentukan hasil yang ingin di capai sebagaimana termasuk dalam UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat (1) tentang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA MAGNIT MELALUI ALAT PERAGA KIT IPA BAGI SISWA TUNADAKSA KELAS V SEMESTER II SLB/D YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Sri Rahayuningsih

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :132-140 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT 1-10 BAGI ANAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi belajar merupakan dorongan dari proses belajar dengan kata lain tujuan dari belajar adalah mendapat hasil yang baik. Banyak siswa yang mengalami masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan adalah berarti, mengandung arti yang penting (Poewardarminta, 1976). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

LINDA ROSETA RISTIYANI K

LINDA ROSETA RISTIYANI K PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 JURNAL Oleh: LINDA ROSETA RISTIYANI

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PLASTISIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR SEDERHANA PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III SDLB NEGERI KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI KEGUNAAN BAGIAN-BAGIAN TUBUH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI KEGUNAAN BAGIAN-BAGIAN TUBUH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR SISWA Lis Suliatin 49 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI KEGUNAAN BAGIAN-BAGIAN TUBUH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR SISWA Lis Suliatin Sekolah Dasar Negeri Brondong 4 UPT

Lebih terperinci

PENERAPAN GUIDED INQUIRY

PENERAPAN GUIDED INQUIRY PENERAPAN GUIDED INQUIRY DISERTAI MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : PURWO ADI NUGROHO K 4308109

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda perkembangan fisik, mental, atau sosial dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGUASAAN VOCABULARY MENGGUNAKAN MEDIA E-DICTIONARY KELAS VI SD NEGERI 1 TELUK PURWOKERTO E-JOURNAL

PENINGKATAN PENGUASAAN VOCABULARY MENGGUNAKAN MEDIA E-DICTIONARY KELAS VI SD NEGERI 1 TELUK PURWOKERTO E-JOURNAL PENINGKATAN PENGUASAAN VOCABULARY MENGGUNAKAN MEDIA E-DICTIONARY KELAS VI SD NEGERI 1 TELUK PURWOKERTO E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGGUNAAN ALAT PERAGA METERAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGGUNAAN ALAT PERAGA METERAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGGUNAAN ALAT PERAGA METERAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Nama : LATIFA NIM : K 5106025 E mail : aku.evha@gmail.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BERHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN DEKAK-DEKAK BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS VI SDLBC DI SLB YAPENAS

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BERHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN DEKAK-DEKAK BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS VI SDLBC DI SLB YAPENAS PENINGKATAN HASIL BELAJAR BERHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN DEKAK-DEKAK BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS VI SDLBC DI SLB YAPENAS THE INCREASE OF NUMERACY LEARNING ACHIEVEMENT SUMMATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah diciptakan Alloh SWT sebagai makhluk yang sempurna dalam segala hal dibanding dengan makhluk yang lain. Kesempurnaan manusia dari segi fisik memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN SKRIPSI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI CERITA PENDEK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB-ABC PUTRA MANUNGGAL TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

21 Februari Ibid 6 Peristilahan dan Batasan-Batasan Tunagrahita

21 Februari Ibid 6 Peristilahan dan Batasan-Batasan Tunagrahita 3 ANAK TUNAGRAHITA III.1 ANAK TUNAGRAHITA DAN PERKEMBANGANNYA Pengertian akan tumbuh kembang anak mencakup 2 hal kondisi yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan berkaitan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Wasty Soemanto (2003: 34), mengartikan perhatian

Lebih terperinci

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran... Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Rowotamtu 02 Jember pada Pokok Bahasan Peristiwa Alam Tahun Pelajaran 2012/2013 (Implementation

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010

PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010 PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010 SKRIPSI Oleh SUDILAH NIM :X5108529 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunagrahita

Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunagrahita Modul Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunagrahita E.Rochyadi. D PENDAHULUAN alam modul-modul sebelumnya, Anda telah mempelajari tentang pengantar pendidikan luar biasa yang secara khusus membahas hakikat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pembelajaran IPA. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key Words: Learning achievement, Small group discussion/buzz group strategies

ABSTRACT. Key Words: Learning achievement, Small group discussion/buzz group strategies PENERAPAN STRATEGI BELAJAR DISKUSI KELOMPOK KECIL/BUUZ GROUP UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN DASAR OTOMOTIF MATA DIKLAT ALAT UKUR DI KELAS 10 TKR D SMK N 1 SEDAYU TAHUN 2014/2015

Lebih terperinci

Key words: media, motivation, learning achievement

Key words: media, motivation, learning achievement PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SISTEM BAHAN BAKAR MOTOR BENSIN SISWA KELAS XI TSM DI SMK BINA MANDIRI KLAMPOK BANJARNEGARA TAHUN AJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada BAB V PEMBAHASAN A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita Sebagaimana data yang telah peneliti temukan dan kemukakan di atas, selanjutnya peneliti akan menganalisa

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS HASIL OBSERVASI PADA SISWA KELAS VII-C DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DI SMP NEGERI 1 REMBANG PURBALINGGA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia khususnya pembangunan di bidang pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS 1C SLB B, C AUTIS BINA ASIH SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS 1C SLB B, C AUTIS BINA ASIH SURAKARTA TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS 1C SLB B, C AUTIS BINA ASIH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : Susi Wahyuningrum K 5106006

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1. Kajian Teori a. Pelajaran Bercerita Pelajaran berceritera bagi anak dimaksudkan untuk menambah kemahiran anak menyampaikan yang hendak diberitakannya kepada orang lain dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci