Nuansa Teknologi KAJIAN TINGKAT KEBERHASILAN SAMBUNGAN PADA PENERAPAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING TANAMAN KAKAO DI SULAWESI SELATAN
|
|
- Vera Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN TINGKAT KEBERHASILAN SAMBUNGAN PADA PENERAPAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING TANAMAN KAKAO DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK Rehabilitasi dan perbaikan mutu tanaman kakao merupakan salah satu program pembangunan perkebunan di daerah ini yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya produkstivitas tanaman kakao. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendukung program tersebut adalah pengkajian peningkatan produksi dan kualitas tanaman kakao melalui kegiatan pengujian penggunaan bahan tanaman berupa entres baik yang berasal dari klon lokal maupun klon introduksi. Pengkajian ini dilaksanakan di. kabupaten Soppeng pada lahan petani kakao dengan super impose seluas 2,5 ha,melibatkan 5 orang petani sebagai ulangan. Bahan tanaman(entres) yang digunakan sebagai perlakuan berasal dari kakao unggul lokal dan introduksi. Perlakuan disusun menurut Rancangan Acak Kelompok. Kegiatan pengkajian dilaksanakan mulai Januari 2010 dan berakhir pada bulan Desember 2010, bertujuan untuk mengkaji tingkat keberhasilan sambungan dari beberapa jenis entres lokal maupun introduksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaaan nyata pada kemampuan petani melakukan sambung samping. Demikian juga keberhasilan sambungan dipengaruhi oleh jenis klon dimana entres berasal. Tingkat keberhaslan sambungan tertinggi dihasilkan dari klon Sulawesi 1 yakni 74,5%, sedangkan terendah dari klon TSH 858 yakni 53,2%. Pola tersebut juga sejalan dengan pola pertumbuhan tanaman dimana tinggi tunas, jumlah cabang, dan jumlah daun klon TSH 858 lebih sedikit dibandingkan dengan klon lainnya. Kata Kunci : Kakao, Entres, Vegetatif, Klon unggul ABSTRACT Rehabilitation and improvement of the quality of the cocoa plant is one of the plantation development program in this area that can be done to overcome the low productivity of cocoa. One activity that can be done to support these programs is the assessment and quality improvement of cocoa production through the use of testing the plant material in the form of good entres clones derived from local and introduced clones. The research was conducted in Soppeng district on cocoa farmers' fields with super impose covers 2.5 ha, involving 5 people farmers as replications. The plant material (entres) used as a treatment derived from local and introduced cocoa superior. The treatments arranged according to randomized block design. Assessment of activities carried out from January 2010 and ended in December 2010, aims to examine the grafting success rate of some types of local and introduced entres. The results showed the real difference in the ability of farmers doing the graft. Likewise, the grafting success is influenced by the type of clone which originated entres. The highest level of grafting success
2 generated from Sulawesi 1 clone that is 74.5%, while the lowest is TSH 858 namely 53.2%. The pattern is also consistent with the pattern of plant growth where the height of plant, number of branches, and leaves number of TSH 858 clones, fewer than the other clones. Keywords: Cocoa, Entres, Vegetative, superior clones I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) sebagai komoditi ekspor dapat meningkatkan pendapatan petani bahkan mendatangkan devisa negara yang cukup besar. Hasil dileniasi, arahan penggunaan lahan dan alternatif pengembangan komoditas utama berdasarkan AEz Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa tanaman kakao merupakan salah satu komoditas unggulan di daerah ini. Menurut Dinas Perkebunan Propinsi Sulsel pada tahun 2009 luas areal kakao mencapai ha yang terdapat pada 21 kabupaten. Produksi yang dicapai diproyeksikan sebesar ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 4,093 triliun Pada tahun 2009 melalui program Gernas Kakao dikucurkan dana sebesar Rp. 302 miliar. (Harian Fajar 2009) dan dialokasikan pada 11 kabupaten mulai dari Luwu Utara, Luwu Timur, Luwu, Enrekang, Soppeng, Sidrap, Wajo, Soppeng, Bone, Bantaeng, dan Bulukumba. Program ini akan melakukan kegiatan peremajaan, rehabilitasi, dan intensifikasi pada areal pengembangan kakao seluas ha yang terdiri dari ha untuk kegiatan peremajaan, ha untuk kegiatan rehabilitasi kebun dan ha untuk kegiatan intensifikasi (Harian Fajar 2008),. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan komoditas kakao di Sulawesi Selatan terutama di daerah pengembangan Luwu Utara, Luwu Timur, Luwu, Enrekang, Soppeng, Sidrap, Wajo, Soppeng, Bone, Bantaeng,, dan Bulukumba ialah produktivitas yang rendah (kurang dari 500 kg per ha per tahun) Hal ini disebabkan oleh kegiatan para petani kakao yang mendatangkan benih yang tidak jelas asal keturunannya antara lain dari Jawa, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan. Akibatnya tanaman kakao yang telah ditanam selama bertahun-tahun tidak menghasilkan buah Selain itu sebagian besar tanaman kakao sudah berumur lebih dari 10 tahun sehingga tidak produktif lagi. Tanaman kakao yang tidak produktif tersebut dapat direhabilitasi menggunakan teknologi sambung samping. Teknologi ini merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman kakao secara vegetatif, dimana tanaman kakao tua dan tidak produktif digunakan sebagai batang bawah (root stock) disambung dengan entres yang diperoleh dari klon unggul kakao sebagai batang atas (scion). Dengan teknologi ini pekebun tidak mengalami kehilangan hasil dari batang bawahnya. Tanaman hasil sambung samping telah mulai dapat dipetik buahnya pada umur 18 bulan setelah disambung, dan setelah berumur 3 tahun hasil buah sebanyak buah per pohon (Limbongan et al. 1999). Beberapa klon kakao lindak yang telah dilepas diantaranya klon GC 7 dengan SK Menteri Pertanian
3 No. 736/Kpts/ TP.240/7/97, dan klon ICS 13 dengan SK Menteri Pertanian No. 736/Kpts/TP.240/ 7/97. Klon GC 7 memiliki produktivitas kg/ha /th, lebih tinggi dibandingkan klon kontrol DR 1, mutu hasil sesuai permintaan konsumen dan klon ICS 13 dengan daya produktivitas kg per ha per tahun, Klon ICS juga banyak digunakan sebagai sumber bahan tanaman untuk program klonalisasi di Caribia, Costa Rica (Johnson, E.S. et al. 2007). Klon-klon tersebut sudah ditanam cukup luas di beberapa perkebunan negara dan swasta nasional, serta dijadikan bahan untuk program klonalisasi. Hasil kajian teknik sambung samping yang dilaksanakan oleh Limbongan, et al., (2007) di Propinsi Papua menyimpulkan bahwa prosentase sambungan jadi yang dicapai melalui teknik sambung samping mencapai 5-65%. Dibandingkan dengan di Jember (Kalisepanjang berkisar 84,5% pada klon ICS60 dan 93,5% pada klon ICS13). Penelitian sambung samping yang dilakukan Limbongan et al. (2000) di Sulteng menunjukkan persentase sambung jadi berkisar antara 69% pada klon GC7 dan 75% pada klon ICS 60 dengan tingkat produktivitas kakao mencapai 1,9 ton biji kering per ha per tahun untuk klon GC 7. Tingkat keberhasilan sambungan merupakan salah satu indikator keberhasilan teknik sambung samping selain produktivitas yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas ternyata ada perbedaan persentase sambung jadi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Demikian juga ada variasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan persentase sambung jadi tersebut. Sehingga pertanyaan yang harus dijawab ialah berapa tingkat keberhasilan sambungan dan faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat keberhasilan sambung samping kakao di Sulawesi Selatan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan sambungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan tersebut pada kegiatan penerapan teknologi sambung samping tanaman kakao di Sulawesi Selatan. 2. Metodologi Pengkajian Pengkajian Tingkat Keberhasilan Sambungan pada Penerapan Teknologi Sambung Samping Tanaman Kakao dilaksanakan di kabupaten Soppeng, yang merupakan salah satu sentra pengembangan kakao di Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan di lahan petani kakao dengan super impose seluas 2,5 ha dengan memilih 5 orang petani sebagai ulangan. Kegiatan dilaksanakan mulai Januari 2010 dan berakhir pada bulan Desember Bahan tanaman(entres) yang digunakan sebagai perlakuan berasal dari empat jenis kakao unggul lokal yaitu : Klon Sulawesi 1, klon Sulawesi 2, klon Muhtar 01, klon Empat Lima, dan satu klon Intoduksi yaitu TSH 858. Perlakuan disusun menurut Rancangan Acak Kelompok dan diulangi lima kali, dengan susunan perlakuan sebagai berikut : A = Klon Sulawesi 1; B = Klon Sulawesi 2; C = Klon Muhtar 01; D = Klon Empat Lima; dan E = Klon TSH 858. Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, entres kakao, pisau okulasi, gunting pangkas, tali rafiah, polibag, plastik
4 transparan, parafin, pupuk, pestisida, hand sprayer, papan plot, label tanaman, tali, meteran, ATK serta alat bantu lainnya. Data yang dikumpulkan terdiri dari : Persentase sambung jadi yaitu jumlah sambungan yang tunasnya tumbuh dengan baik, pertumbuhan tunas (tinggi tunas, jumlah daun pada tunas, jumlah cabang yang tumbuh dari tunas), waktu yang diperlukan untuk penyambungan, data produksi kakao hasil sambung samping yang sudah berumur 3-4 tahun dan data produksi kakao hasil penanaman baru diperoleh di lokasi pengkajian, jumlah input yang digunakan (pupuk, pestisida, bahan pembantu lainnya, jumlah tenaga kerja (HOK), data sosial ekonomi lainnya, data curah hujan di lokasi kegiatan. Dari hasil pengamatan, data yang telah terkumpul dari setiap kegiatan dilakukan analisis secara deskriptif dan dengan menggunakan analisis sidik ragam (Anova) sedangkan dari aspek ekonomi dianalisa dengan analisis efisiensi usahatani B/C. 3. Hasil dan Pembahasan Keadaan Umum Petani Kooperator Hasil pengamatan Luas Garapan, Umur Tanaman, Jumlah Tanaman, Jenis Kakao, dan Pengalaman Sambung Samping Petani Kooperator di kabupaten Soppeng dapat dilihat pada Tabel 1.. Tabel 1. Hasil Pengamatan Luas Garapan, Umur Tanaman, Jumlah Tanaman, Jenis Kakao (batang bawah), dan Pengalaman Sambung Samping Petani Sampel pada Pengkajian Tingkat Keberhasilan Sambung Samping Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan No. Nam Petani Luas Garapan (Ha) Umur Tanaman Kakao Jumlah Tanaman Jenis Kakao (batang bawah) Pengalaman Sambung Samping 1. Dalle 0, Lokal Belajar 2. A. Aris 0, Lokal 1 tahun 3. H.Congkeng 0, Lokal 2 tahun 4. Muliadi 0, Lokal Belajar 5. Pantong 0, Lokal Belajar Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa petani memiliki luas garapan rata-rata 0,5 ha, umur tanaman sebagian besar 20 tahun atau lebih kecuali satu petani yang bernama Pantong umur tanamannya 9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kakao sebagian besar sudah tidak produktif lagi karena hanya menghasilkan kurang dari 200 kg biji kering per ha. Menurut Suryani et al.(2007), tanaman kakao produktif hanya sampai umur tahun dan
5 setelah itu produktivitasnya terus menurun. Dilihat dari kondisi tanaman di lapangan : jenis kakao lokal, populasi tanaman yaitu tanaman per ha dengan jarak tanam 3 x 3 meter, baris tanaman lurus, pemeliharaan misalnya pemangkasan, pemupukan, penyiangan tidak dilaksanakan sesuai standar karena mereka kekurangan tenaga dan modal kerja. Kemampuan petani melakukan penyambungan bervariasi karena ada yang baru belajar, ada yang sudah satu tahun melakukan sambung samping, ada yang dua tahun bahkan ada yang sudah lebih 5 tahun dan sudah berpengalaman melakukan penyambungan tanaman kakao di Negara Malaysia. Persentase Sambung Jadi setiap Klon Hasil pengamatan persentase sambung jadi pada Pengkajian Tingkat Keberhasilan Sambungan pada Penerapan Teknologi Sambung Samping Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa angka persentase sambung jadi yang tertinggi dihasilkan dari klon Sulawesi 1 yaitu 74,2%, namun angka tersebut tidak berbeda dengan persentase sambung jadi yang dihasilkan dari klon Sulawesi 2, klon M 01 dan klon 45. Persentase sambung jadi terkecil dihasilkan dari klon TSH 858 (Medan) yaitu sebesar 53,2% dimana angka tersebut berbeda nyata dengan angka persentase sambung jadi yang dihasilkan dari klon Sulawesi 1, klon Sulawesi 2, klon M 01, dan klon 45. Tabel 2. Rata-rata Persentase Sambung Jadi dari setiap klon Pengkajian Tingkat Keberhasilan Sambungan pada Penerapan Teknologi Sambung Samping Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan Nama Klon Jumlah Sambungan Persentase Sambung jadi Sulawesi ,2 a Sulawesi ,2 ab Muhtar ,2 ab Empat Lima ,4 a TSH ,2 b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 0,05 Kenyataan ini menunjukkan bahwa setiap klon memiliki kemampuan yang berbeda untuk menghasilkan sambungan jadi. Selain itu kecilnya persentase sambung jadi dipengaruhi jumlah curah hujan yang sangat ekstrim yaitu sebesar 1492 mm selama bulan Mei-Nopember 2010 (Lampiran 1), sedangkan pada bulan yang sama tahun 2009 hanya sebesar 532 mm. Hasil penelitian yang dilaksanakan di Sulawesi Tengah (Limbongan, 2007), diperoleh angka persentase sambung jadi bervariasi antar klon yaitu 69,9% sampai 75,4%.
6 Kemampuan Petani Koperator Menyambung Tanaman Kakao Kemampuan Petani untuk Menyambung Tanaman Kakao di kabupaten Soppeng dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kemampuan Petani Menyambung Tanaman Kakao (Lama waktu penyambungan dan Persentase sambung jadi) pada Pengkajian Tingkat Keberhasilan Sambungan pada Penerapan Teknologi Sambung Samping Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan Nama Klon Jumlah Sambungan Rataan Waktu Penyambungan (menit/sambungan) Rataan Persentase Sambung Jadi Dalle c 72,8 ab A. Aris d 69,2 ab H.Congkeng e 74,4 a Muliadi b 53,8 c Pantong a 56,0 bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 0,05 Kemampuan petani melakukan penyambungan dapat dilihat dari angka lama waktu penyambungan dan persentase sambung jadi (Tabel 3). Ternyata waktu yang diperlukan untuk melakukan penyambungan berbeda nyata antara petani yang satu dengan petani lainnya. H. Congkeng menggunakan waktu paling sedikit yaitu hanya 3,7 menit per sambungan, sedangkan Pantong paling lama yaitu 7,5 menit per sambungan. Sejalan dengan waktu penyambungan ternyata H.Congkeng yang paling cepat melakukan penyambungan menghasilkan persentase sambung jadi tertinggi yaitu 74,4%. Angka tersebut berbeda dengan angka persentase yang dicapai oleh Muliadi dan Pantong yaitu 53,8% dan 56,0%. Perbedaan ini terjadi karena memang H. Congkeng sudah berpengalaman 2 tahun melakukan penyambungan kakao, sedangkan Muliadi dan Pantong baru mulai belajar tahun Di Sulawesi Tenggara (BPTP Sultra, 2008), petani hanya membutuhkan waktu 2 tahun untuk terampil melakukan sambung samping bahkan ada beberapa petani yang mampu menjadi agen pengembangan rehabilitasi kebun kakao. Lain halnya dengan Dalle yang walaupun baru mulai belajar tahun 2010 namun sudah bisa mencapai angka persentase sambung jadi sebesar 72,8% lebih tinggi dibandingkan dengan angka persentase yang dicapai oleh Muliadi. Hasil penelitian Prawoto et al (2005) diperoleh angka sambung jadi sebesar 62% dengan metode sambung pucuk pada klon DR2 di KP. Kaliwining. Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan sambung samping selain ditentukan oleh pengalaman, juga dipengaruhi oleh ketekunan melakukan sambungan. Jumlah tanaman yang disambung pada penelitian ini bervariasi mulai dari 381 sampai 416 tanaman dengan total seluruhnya 2017 tanaman.
7 Penyambungan pada satu pohon sebagian besar dilakukan pada satu sisi saja, namun ada beberapa yang dilakukan pada dua sisi. Pertumbuhan Entres Hasil Pengamatan Pertumbuhan Entres Kakao di Soppeng dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tunas Tanaman Kakao umur 50 hari setelah sambung pada Pengkajian Tingkat Keberhasilan Sambungan dengan Teknologi Sambung Samping Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan Nama Klon Tinggi Tanaman Jumlah (cm) Cabang Jumlah Daun Sulawesi 1 31,22 a 1,72 a 8,98 a Sulawesi 2 33,60 a 1,64 a 8,80 a Muhtar 01 30,82 a 1,70 a 7,34 ab Empat Lima 30,14 a 1,52 a 7,28 ab TSH ,16 b 1,18 b 5,56 b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 0,05 Yang dimaksud dengan tinggi tanaman adalah tinggi tunas hasil sambung samping yang diukur mulai dari tempat penyambungan hingga pucuk tunasnya. Hasil pengukuran tinggi tanaman pada umur 50 hari setelah sambung (Tabel 4) menunjukkan tunas yang paling rendah dihasilkan dari klon TSH 858 yaitu 25,16 cm, berbeda nyata dengan tinggi tunas yang dihasilkan dari klon Sulawesi 2 yaitu 33,60 cm. Namun tinggi tanaman antar klon Sulawesi 1, klon Sulawesi 2, klon Muhtar 01 dan klon Empat Lima tidak berbeda nyata satu dengan lainnya. Hasil pengamatan jumlah cabang juga sejalan dengan tinggi tanaman dimana klon TSH 858 adalah klon dengan jumlah cabang paling sedikit yaitu 1,18 cabang, berbeda nyata dengan jumlah cabang terbanyak yang dihasilkan dari klon Sulawesi 1. Namun jumlah cabang yang dihasilkan dari klon Sulawesi 1 tidak berbeda nyata dengan jumlah cabang yang dihasilkan dari klon Sulawesi 2, klon Muhtar 01, dan klon Empat Lima. Jumlah daun terbanyak pada umur 50 hari setelah sambung yaitu 8,98 lembar dihasilkan dari klon Sulawesi 1, namun angka tersebut tidak berbeda nyata dengan jumlah daun yang dihasilkan dari klon klon Sulawesi 2, klon M01, dan klon Empat Lima. Jumlah daun paling sedikit dihasilkan dari klon TSH 858 yaitu hanya 5,56 lembar. Sejalan dengan kurangnya hasil sambungan jadi pada klon TSH 858 ternyata diikuti juga dengan lambatnya pertumbuhan tunas hasil sambungan, baik tinggi tanaman, jumlah cabang, maupun jumlah daun. Analisis Input/Output Jumlah input/output tahun 2010 dan perkiraan Input/Output tahun pada Sistem Penanaman Biasa dan Sistem Sambung Samping di Soppeng dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel 5 (berdasarkan Lampiran 2) dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2010 baik sistem sambung samping maupun sistem penanaman biasa masih terjadi defisit keuangan,
8 dan selanjutnya pada tahun 2011 sistem penanaman biasa modalnya masih negatif Rp ,- per ha, sedangkan sistem sambung samping sudah memiliki modal + Rp ,- per ha. Selanjutnya pada tahun 2012 penanaman biasa baru memiliki modal sebesar Rp ,-, sedangkan sambung samping memiliki modal sebesar Rp ,- Tabel 5. Perkiraan Input/Output selama 4 tahun ke depan pada Sistem Penanaman Biasa dan Sistem Sambung Samping di Soppeng, tahun Uraian Penanaman Biasa Tahun I (2010) Tahun II (2011) Tahun III (2012) Tahun IV (2013) Pengeluaran (Rp) Penerimaan (Rp) Keuntungan (Rp) Analisis Ekonomi Sambung Samping Pengeluaran (Rp) Penerimaan (Rp) Keuntungan (Rp) Analisis Ekonomi Keterangan : Harga Kakao Rp ,- per kg Pada tahun 2013 modal yang diperoleh dari sambung samping sebesar Rp ,- atau 3,5 kali modal yang diperoleh dari penanaman biasa. Bahkan penerapan teknologi sambung samping di Sulawesi Tenggara melalui kegiatan primatani, penerimaan petani mencapai Rp. 50 juta per ha pada tahun 2008 (BPTP Sultra, 2008). Kesimpulan dan Saran a. Tingkat keberhasilan sambungan pada tanaman kakao sangat tergantung kepada jenis klon yang digunakan sebagai sumber entres, oleh karena itu perlu dicari jenis klon yang cocok dijadikan sebagai sumber entres. Klon S1, S2, Muhtar 01, Empat Lima menghasilkan persentase sambungan yang lebih baik dari klon TSH 858 yaitu berkisar antara 58-74%. Demikian juga pengalaman petani melakukan sambung samping sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan sambungan. Bagi petani pemula perlu diberi pelatihan mengenai teknik penyambungan dan pemeliharaan hasil sambungan. b. Pertumbuhan tunas hasil sambung samping yang terdiri dari tinggi tunas, jumlah cabang, dan jumlah daun, juga dipengaruhi oleh jenis klon yang digunakan sebagai sumber entres. Oleh karena itu untuk mendapatkan pertumbuhan tunas yang baik perlu pemilihan jenis klon yang sesuai. c. Disarankan untuk melakukan kajian-kajian lanjutan berupa pengaruh jarak pengangkutan entres terhadap tingkat keberhasilan sambungan. Demikian juga perlu dilakukan penelitian terhadap pohon induk kakao yang cocok digunakan sebagai sumber entres.
9 Daftar Pustaka Anshary Alam Potensi Klon Kakao Tahan Penggerek Buah Conopomorpha cramerella dalam Pengendalian Hama Terpadu. Risalah Simposium Nasional Penelitian PHT Perkebunan Rakyak, Bogor September Halaman Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sultra, Teknologi Sambung Samping Tanaman Kakao.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30 No.5. Halaman Harian Fajar Panggar Setujui Anggaran Revitalisasi Kakao Rp. 1 T. Harian Fajar, Jumat 24 Oktober 2009 halaman 2. Harian Fajar Proyek Besar Yang Tersembunyi.. Harian Fajar, Senin 24 Agustus 2009 halaman 8. Johnson E.S., Antonio Mora, dan Raymond J. Schnell Field Guide Efficacy in the Identification of Reallocated Clonally Propagated Accessions of Cacao (Theobroma cacao L.). Genet Resour Crop Evol (2007) 54 : Limbongan, J., Kemungkinan Penerapan Teknik Perbanyakan Tanaman Kakao Secara Vegetatif. Prosiding Seminar Nasional BPTP Papua 2007., halaman Limbongan, J., Marthina S.Lestari, Nicolas M., Frans Palobo, Edison A., Rosita K., Uji Beberapa Klon Kakao sebagai Entres untuk Perbanyakan Vegetatif di Provinsi Papua.Prosiding Seminar Nasional BPTP Papua Halaman Limbongan, J., M. Dirwan, Yakob L. Chatijah Kemungkinan Penerapan Teknik Sambung Samping (Side- Cleft- Grafting) Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Sulawesi Tengah. Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengkajian dan Penelitian Teknologi Pertanian Menghadapi Era Otonomi Daerah. Palu, 3-4 Nopember Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. hlm Prawoto A.A., Nurul Qomariyah, Sri Rahayu, dan Bambang Kusmanadhi Kajian Agronomis dan Anatomis Hasil Sambung Dini Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Pelita Perkebunan 21 (1), halaman Suhendi D., Kompoisis Klon dan Tata Tanam pada Rehabilitasi Tanaman Kakao dengan Teknologi Sambung Samping. Warta Puslit Kopi dan kakao Jember, Nomor 13 (1) halaman Suryani D. dan Zulfebriansyah, Komoditas Kakao, Potret dan Peluang Pembiayaan. Economic Riview No. 210 tahun Taufik M., Gustian, Auzar Syarif, dan Irfan Suliansyah Karakterisasi Penampilan Bibibt Kakao Berproduksi Tinggi. Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus No. 1. Halaman Jermia Limbongan, Syafruddin Kadir, Paulus Sanggola
Pengkajian Penggunaan Bahan Tanaman Unggul Menunjang Program Rehabilitasi Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan.
Pengkajian Penggunaan Bahan Tanaman Unggul Menunjang Program Rehabilitasi Tanaman Kakao di Sulawesi Selatan. Jermia Limbongan, Syafruddin Kadir, Dharmawida Amiruddin, Basir Nappu, dan Paulus Sanggola ABSTRAK
Lebih terperinciPERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING (SIDE GRAFTING) PADA JUMLAH SAMBUNGAN DAN LINGKAR BATANG YANG BERBEDA
Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING (SIDE GRAFTING) PADA JUMLAH SAMBUNGAN DAN LINGKAR BATANG YANG BERBEDA Erna Halid 1, Syatrawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN
BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena
Lebih terperinciAGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN
AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN 1979 5777 81 PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN Lestari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Jl.
Lebih terperinciKetersediaan klon kakao tahan VSD
Alternatif Pengendalian Penyakit VSD (vascular-streak dieback) Melalui Penggantian Tajuk Tanaman Teguh Iman Santoso 1), Sudarsianto 1), dan A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
Lebih terperinciKESIAPAN PENERAPAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK MENDUKUNG PROGRAM REHABILITASI TANAMAN KAKAO. Jermia Limbongan
KESIAPAN PENERAPAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK MENDUKUNG PROGRAM REHABILITASI TANAMAN KAKAO Jermia Limbongan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Jalan Perintis Kemerdekaan km 17,5,
Lebih terperinciTEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN
TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanaman kakao lindak di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan
Lebih terperinciKajian adaptasi beberapa klon sebagai bahan sambung samping kakao di Sulawesi Tengah
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 7, Oktober 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 1661-1665 DOI: 10.13057/psnmbi/m010722 Kajian adaptasi beberapa klon sebagai bahan sambung samping kakao di Sulawesi
Lebih terperinciPERBANYAKAN BIBIT KAKAO MELALUI TEKNIK GRAFTING, OKULASI, DAN SOMATIK EMBRIOGENESIS DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
PERBANYAKAN BIBIT KAKAO MELALUI TEKNIK GRAFTING, OKULASI, DAN SOMATIK EMBRIOGENESIS DI PROVINSI SULAWESI SELATAN M. Basir Nappu, Jermia Limbongan, dan Baso A. Lologau Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciPENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )
PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) Effect of Clone and Budgraft Time on Growth and Survival Rate Teak (Tectona grandis) Sugeng Pudjiono
Lebih terperinciPENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK
Media Litbang Sulteng IV (1) : 01 07, Juni 2011 ISSN : 1979-5971 PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO Oleh : Nyoman Mertade 1) dan Zainuddin Basri 2) ABSTRAK
Lebih terperinciKajian Model Okulasi di Pembibitan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao
Kajian Model Okulasi di Pembibitan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao Fransiskus Palobo 1) dan Aulia Dina Pramesti 2) 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciKAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI
KAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI Yuldanto Larekeng 1, Sakka Samudin dan Hendry Barus ² yuldantolarekeng@gmail.com Mahasiswa
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di
Lebih terperinciPENGKAJIAN PERBANYAKAN TANAMAN KAKAO SECARA VEGETATIF (OKULASI MATA ENTRIS DAN SAMBUNG PUCUK) Marietje Pesireron
PENGKAJIAN PERBANYAKAN TANAMAN KAKAO SECARA VEGETATIF (OKULASI MATA ENTRIS DAN SAMBUNG PUCUK) Assessment by Clonal Cacao by Vegetative (Grafting and Budding) Marietje Pesireron Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciKAKAO Pengenalan Klon, Rehabilitasi, Peremajaan dan Intensifikasi. Nasaruddin
KAKAO Pengenalan Klon, Rehabilitasi, Peremajaan dan Intensifikasi Nasaruddin KAKAO Pengenalan Klon, Rehabilitasi, Peremajaan dan Intensifikasi Nasaruddin Masagena Press 2012 KAKAO Pengenalan Klon, Rehabilitasi,
Lebih terperinciJermia Limbongan dan Fadjry Djufry
166J. Litbang Pert. Vol. 32 No. 2 Juni 2013:...-... J. Litbang Pert. Vol. 32 No. 4 Desember 2013: 166-172 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK SEBAGAI ALTERNATIF PILIHAN PERBANYAKAN BIBIT KAKAO Development
Lebih terperinciVISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2005 VISITOR FARM DAN UKT
Lebih terperinciKAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK
Media Litbang Sulteng 2 (1) : 07 14, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO Oleh : Zainuddin Basri 1) ABSTRAK Kemampuan produksi dan kualitas hasil tanaman sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kapas merupakan salah satu bahan baku industri yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional karena kapas merupakan komoditas utama penghasil serat alam untuk
Lebih terperinciKAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA
JURNAL KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA OLEH : FINAYAH AKHIRUL NIM. G2B114011 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
logo lembaga [ x.265 ] KAJIAN DAYA ADAPTASI BEBERAPA KLON UNGGUL KAKAO DISULAWESI TENGGARA Ir. Agussalim, MP Dr. Ir. Taufiq Ratule, M.Si Rusdin, SP KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciKAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO UNTUK MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI GORONTALO
KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO UNTUK MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI GORONTALO Muh. Asaad 1 dan Agus Hasbianto 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Gorontalo Jl. Kopi 270, Tilong
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar
Lebih terperinciPENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)
PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI
Lebih terperinciKORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)
Vegetalika Vol.2 No.2, 2013 : 31-39 KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.) THE CORRELATION OF SEED WEIGHT WITH ROOTSTOCK VIGOROUS IN RUBBER (Hevea
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian
Lebih terperinciPENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI
PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI Oleh Ahmad Fitriyanto NIM 091510501143 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja
Lebih terperinciPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
UJI BATANG BAWAH KARET (Hevea brassiliensis, Muell - Arg.) BERASAL DARI BENIH YANG TELAH MENDAPAT PERLAKUAN PEG DENGAN BEBERAPA KLON ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI MELINSANI MANALU 090301106 PROGRAM
Lebih terperinciPENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE
PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE Agus Ruhnayat 1) dan Muhammad Syakir 2) 1) Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Lebih terperinciRespon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Idaryani dan Sahardi BPTP Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km-17,5 E-mail : idaryanidj@gmail.com
Lebih terperinci[ nama lembaga ] 2012
logo lembaga 1.04.02 KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES DI WILAYAH GERNAS KAKAO Prof. Dr. Ir. Azmi Dhalimi, SU Balai Besar Pengkajian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber
PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan
47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa
Lebih terperinciPOTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE
POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE Arifuddin Kasim dan Syafruddin Kadir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua (BPTP) Jalan Yahim No. 49
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Perkembangan Budidaya Kakao Kakao (Thebroma cacao. L) merupakan salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan yang peranannya cukup penting dalam kehidupan sosial
Lebih terperinciPengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)
Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) The Influence of Storage Period and Diameter Stump on Stump Rubber Growth (Hevea
Lebih terperinciKERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT
KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciPengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit
J. Hort. 18(2):155-159, 2008 Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit Sutapradja, H. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban
Lebih terperinciI B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT
I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT Mochamat Bintoro 1 dan Yuslaili Ningsih 2 1 Produksi Pertanian, 2 Jurusan Bahasa, Komunikasi dan Pariwisata, Politeknik Negeri Jember 1 mochamatb17@gmail.com, 2 yuslaili74@gmail.com
Lebih terperinciVARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul)
VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul) Retno Utami H. dan Eko Srihartanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilensis Muell) adalah komoditas utama dalam bidang perkebunan yang merupakan produksi non migas dan menjadi sumber devisa negara yang cukup
Lebih terperinciEfektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering
Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR
UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao memegang peranan penting dalam hal pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Komoditas ini memberikan kontribusi terhadap pendapatan devisa negara, pengadaan lapangan
Lebih terperinciPENGARUH POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KETIGA
PENGARUH POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KETIGA Moch. Romli Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang ABSTRAK Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN BIBIT SAMBUNG PUCUK DINI KAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SUL-1 DAN SUL-2 YANG DIBERI PUPUK ORGANIK CAIR BERBEDA KONSENTRASI
e-j. Agrotekbis 4 (3) : 267-273, Juni 2016 ISSN :2338-3011 PERTUMBUHAN BIBIT SAMBUNG PUCUK DINI KAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SUL-1 DAN SUL-2 YANG DIBERI PUPUK ORGANIK CAIR BERBEDA KONSENTRASI The Growth
Lebih terperinciBoks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA
Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA Perkebunan kakao merupakan salah satu sektor unggulan di bidang pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara dimana sekitar 52% total
Lebih terperinciKAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO
KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN
EFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG Afrizon dan Siti Rosmanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl.
Lebih terperinciAnalisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung
PRISMA (08) PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung Ulfasari Rafflesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN
POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERKEBUNAN Jalan Perkebunan No. 7 Makassar Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan 1. Meningkatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan
Lebih terperinciTANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl
TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl Growth and Yield Respond of Two Clones of Patchouli Plant to Fertilizer
Lebih terperinciPENGUJIAN KLON BATANG ATAS DAN DOSIS PUPUK NPK PADA SAMBUNG SAMPING KAKAO RAKYAT
Pengujian Klon Batang Atas dan Dosis Pupuk NPK Pada Sambung Samping Kakao Rakyat (Bambang Eka Tjahjana dan Yulius Ferry) PENGUJIAN KLON BATANG ATAS DAN DOSIS PUPUK NPK PADA SAMBUNG SAMPING KAKAO RAKYAT
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO
Prosiding BPTP Karangploso No. 02 ISSN: 1410-9905 PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN BALAI
Lebih terperinciTEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00
Benih menjadi pintu gerbang (entry point) utama suatu kehidupan, termasuk bagi kehidupan tanaman. Perannya menjadi lebih strategis bagi tanaman perkebunan yang berumur panjang dan sifat usahanya tahunan.
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO
LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO PROGRAM: INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculantus) PADA PELAKUAN PUPUK DEKAFORM DAN DEFOLIASI
J. Agrisains 10 (1) : 10-15, April 2009 ISSN : 1412-3657 PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculantus) PADA PELAKUAN PUPUK DEKAFORM DAN DEFOLIASI Oleh : Nadira, S. 1), Hatidjah, B. 1) dan
Lebih terperinciPENGKAJIAN UJI ADAPTASI PENGGUNAAN BIBIT SOMATIK EMBRIO GENETIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO DI SULAWESI TENGAH
KODE JUDUL: X.264 PENGKAJIAN UJI ADAPTASI PENGGUNAAN BIBIT SOMATIK EMBRIO GENETIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO DI SULAWESI TENGAH PENELITI/PEREKAYASA: Ir. Yakob Langsa Ir. Asni Ardjanhar,MP.
Lebih terperinciSugeng Pudjiono 1, Hamdan Adma Adinugraha 1 dan Mahfudz 2 ABSTRACT ABSTRAK. Pembangunan Kebun Pangkas Jati Sugeng P., Hamdan A.A.
Pembangunan Kebun Pangkas Jati Sugeng P., Hamdan A.A. & Mahfudz PEMBANGUNAN KEBUN PANGKAS JATI SEBAGAI SALAH SATU SUMBER BENIH UNTUK MENDAPATKAN BIBIT UNGGUL GUNA MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM PENANAMAN
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT
Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk
Lebih terperinciPELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia
PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK adalah terkenal sebagai penghasil utama jagung di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber
Lebih terperinciTEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.)
TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.) Didiek Kristianto dan Ica Purwanti Balai Penelitian Tanaman Jeruk & Buah SubtropikaJl.Raya Tlekung
Lebih terperinciDisusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas
Lebih terperinciTEKNIK PERBANYAKAN SAMBUNG PUCUK MANGGA DENGAN CARA PENGIKATAN TALI LANGSUNG SUNGKUP. Oleh RUSJAMIN JADI ALI DAN FARIHUL IHSAN
TEKNIK PERBANYAKAN SAMBUNG PUCUK MANGGA DENGAN CARA PENGIKATAN TALI LANGSUNG SUNGKUP Oleh RUSJAMIN JADI ALI DAN FARIHUL IHSAN Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Jalan Raya Solok-Aripan KM. 8 Solok,
Lebih terperinciKERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu
KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU Afrizon, Dedi Sugandi, dan Andi Ishak (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu) afrizon41@yahoo.co.id Pengkajian Keragaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,
Lebih terperinciProspek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara
Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,
Lebih terperinci, ,56 99, , ,05 96,70
LAPORAN KONSOLIDASI PER PROGRAM/KEGIATAN/SUB.KEGIATAN/GROUP TAHUN ANGGARAN 2016 DANA DEKON DAN TUGAS PEMBANTUAN LINGKUP DITJEN PERKEBUNAN, P2HP DAN PSP Posisi : DESEMBER 2016 Sasaran Fisik Sasaran Keuangan
Lebih terperinciPENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)
PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) EFFECT OF DENSITY AND PLANTING DEPTH ON THE GROWTH AND RESULTS GREEN BEAN (Vigna radiata L.) Arif Sutono
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciKERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS
KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KAKAO DI SULAWESI TENGGARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KAKAO DI SULAWESI TENGGARA DEWI SAHARA, DAHYA DAN AMIRUDDIN SYAM 1) Balai Pengkajian Teknologi Sulawesi Tenggara ABSTRACT Cocoa is Southeast
Lebih terperinciANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE
ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE Leni saleh Dosen Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lakidende Email : Cici_raslin@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciPELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN
PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO
Prosiding BPTP Karangploso No. 02 ISSN: 1410-9905 PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN BALAI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBUN SUMBER BENIH KAKAO dan KOPI BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN
Lebih terperinciPEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)
PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) Karterine Dewiˡ* ), Meihanaˡ, Nasrullahˡ Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama Palembang *) Corresponding
Lebih terperinciADAPTASI TIGA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN INOVASI PTT DI LAHAN KERING BUMI NABUNG, LAMPUNG TENGAH
ADAPTASI TIGA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN INOVASI PTT DI LAHAN KERING BUMI NABUNG, LAMPUNG TENGAH Endriani dan Dewi Rumbaina Mustikawati BPTP Lampung. Jl. H.Z.A. Pagar Alam No.1A, Rajabasa Bandar Lampung.
Lebih terperinciRESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :
RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH : SARAH VITRYA SIDABUTAR 080301055 BDP-AGRONOMI PROGRAM
Lebih terperinciFAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH
FAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH RADHETA MILLATY PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciRESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI
RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI OLEH: RIZKI RINALDI DALIMUNTHE 080301018 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciINTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Dewi Rumbaina Mustikawati dan Nina Mulyanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Badan
Lebih terperinciPEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN
422 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 5 NOVEMBER-2013 ISSN: 2338-3976 PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN FERTILIZATION OF NPK ON LOCAL DURIAN (Durio zibethinus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan
Lebih terperinciKERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG Ahmad Damiri, Eddy Makruf dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Lebih terperinciMUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING ABSTRAK
Media Litbang Sulteng III (2) : 112 118, September 21 ISSN : 1979-5971 MUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING Oleh: Zainuddin Basri ABSTRAK Rehabilitasi tanaman kakao melalui sambung samping selain bertujuan
Lebih terperinciPENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH
PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH Muh. Rusdi, Herman S. dan Ruslan Boy Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NPK MUTIARA DAN PUPUK BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Thebroma Cacao L ) PADA MEDIA TANAH GAMBUT
SKRIPSI PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NPK MUTIARA 16-16-16 DAN PUPUK BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Thebroma Cacao L ) PADA MEDIA TANAH GAMBUT Oleh: Muhamad Dahlan 10782000005 PROGRAM STUDI
Lebih terperinci