Kajian Model Okulasi di Pembibitan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Model Okulasi di Pembibitan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao"

Transkripsi

1 Kajian Model Okulasi di Pembibitan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao Fransiskus Palobo 1) dan Aulia Dina Pramesti 2) 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan frans.merauke@gmail.com Abstrak Okulasi merupakan salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif untuk mempercepat produksi tanaman kakao.tujuan untuk mendapatkan bentuk okulasi memiliki pertumbuhan terbaik dan seragam dan sejauh mana pengaruh bebrapa bentuk okulasi terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Pengkajian dilaksanakan lahan petani, di kota Jayapura. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) perlakuan non faktorial yaitu model okulasi. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan. Model T terbalik, Model Forket (model U terbalik), Model forket di sempurnakan, Model Jendela, Model segi empat. Hasil pengkajian yang dilaksanakan selama 7 bulan. Ukuran tanaman tertinggi adalah 20,33 cm, diameter batang adalah 0,68 cm yang masing-masing termodel pada perlakuan model U, jumlah daun adalah 10 lembar lebar daun adalah 8 cm yang masing-masing termodel pada perlakuan model T, dan panjang daun adalah 21 cm yang termodel pada perlakuan model jendela. Kata kunci : kakao, model okulasi, teknologi. Pendahuluan Pengembangan perkebunan kakao di Papua yang melibatkan petani kepala keluarga sampai dengan tahun 2013 telah mencapai Ha, luas tanaman yang telah menghasilkan Ha dengan produktivitas 804,77 kg biji kering, sehingga produktivitas tersebut masih mempunyai peluang untuk dinaikkan, dengan adanya terobosan teknologi baru (BPS Papua, 2014). Selama ini perkebunan rakyat,, negara dan swasta yang bergerak pada perkebunan kakao lebih banyak mengembangkan cara generatif (biji) sedangkan vegetatif (cangkok, stek) jarang dikembangkan dengan generatif-vegetatif (okulasi / menempel, sambung samping ). Sehingga pengembangan komoditas ini di Papua perlu mendapatkan perhatian khusus karena beberapa tahun terakhir sudah mulai terlihat kendala yang mengakibatkan penurunan produktivitas. Untuk itu perlu dikembangkan/diperbanyak dengan generatif vegetatif karena mempunyai kelebihan dari hasil okulasi / menempel adalah mempunyai mutu lebih baik dari induknya karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik, produksi tinggi dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. (Widianto, 2001). Dengan demikian kehadiaran teknologi yang dimaksud diharapkan dapat memberi nilai tambah dalam meningkatkan pendapatan petani dalam usahanya (Cholil, 1997). Salah satu teknologi pengembangan kakao adalah pembibitan, yang dilaksanakan mencoba mengkaji model okulasi di pembibitan terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Untuk mendapatkan model okulasi yang memiliki pertumbuhan terbaik dan seragam dan sejauh mana pengaruh bebrapa model okulasi terhadap pertumbuhan tanaman kakao Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

2 Metodologi Bahan dan Alat Pengkajian dilaksanakan Koya Barat, Distrik Muara Tami Kota Jayapura. waktu pelaksanaan 7 (tuj uh) bulan. Adapun jenis tanahnya adalah hydromof kelabu, curah hujan ratarata 190 mm/ bulan dengan rata- rata suhu bulanan berkisar 31,8º C dan tinggi tempat kurang lebih 500 dpl. Alat yang digunakan antara lain : linggis, skop, polybag, tali plastik, gunting pangkas, pisau okulasi, mistar, alat tulis menulis, sprayer, gembor, jangka sorong. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu : tanah dan pupuk kandang, biji kakao, pupuk urea, pestisida, mata entries dengan klon UIT 1. Metode Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode eksperimen Sedangkan model rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan non faktorial yaitu model okulasi. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan. Bagan tata letak satuan percobaan di lapangan disajikan dalam lampiran 2. Satuan percobaan yang digunakan terdiri dari 15 x 18 = 270 tanaman okulasi. Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut : Model T, Model T terbalik, Model Forket ( model U terbalik ), Model Forket yang di sempurnakan ( model H ), Model Jendela, Model Segiempat. Hasil dan Pembahasan Variabel Vegetatif Pada sidik ragam terlihat bahwa perlakuan beberapa model okulasi berpengaruh nyata terhadap variabel vegetatif. Pengaruh beberapa model okulasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh model okulasi di pembibitan terhadap variabel vegetatif pada umur 16 minggu setelah okulasi tumbuh. Model Okulasi Tinggi tanaman (cm) Diameter batang (cm) Jumlah daun (Helai ) Panjang Daun (cm ) Lebar Daun (cm ) Model Huruf T 16,33 0, ,83 8 Model Huruf T Terbalik 13,5 0, ,33 6,9 Model Huruf U ( Forket ) 20,33 3,83 7,67 15,67 7,73 Model Huruf H ( Forket yang 10,5 0, ,67 7 disempurnakan ) Model Jendela 13,67 0, ,6 Model Segiempat 12,33 0,53 6,67 14,33 7,83 Sumber : diolah data primer. Tinggi Tanaman Pada sidik ragam terlihat bahwa perlakuan beberapa model okulasi tanaman kakao berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kakao pada umur 2 (dua) minggu sampai 16 (enambelas) minggu setelah okulasi. Pada tabel 2, terlihat bahwa tinggi tanaman kakao rata-rata yang tertinggi pada umur 16 minggu setelah okulasi tumbuh dicapai pada perlakuan model huruf U (Forket ) kemudian disusul model huruf T, Model jendela, model huruf T terbalik dan model segi empat. Sedangkan rata-rata tanaman kakao hasil okulasi yang paling pendek dicapai pada perlakuan model huruf H (F orket yang disempurnakan). Hasil tabulasi dan sidik ragam data Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1519

3 tinggi tanaman kakao pada minggu pengamatan minggu ke-2 hingga minggu ke-16 serta hasil uji BNJ-nya disajikan pada tabel 2 Tabel 2. Tinggi Tanaman Kakao Rata-rata Pada Umur 2 Minggu Hingga Minggu ke 16 Setelah Okulasi Tumbuh dan Hasil Uji BNJ. 0,05 Tinggi Tanaman Kakao Hasil Okulasi (cm)... Model huruf T 5,57a 11,17a 12,17a 14,17a 16a 16a 16,33a 16,33a Model huruf T terbalik 3,5a 6a 7,17a 7,67a 9,83a 11,5a 13,5a 13,5a Model huruf U (Forket) 6,87a 7,33a 8,13a 8,5a 11,67a 18,33a 18,33a 20,33a Model huruf H 5,67a 6,67a 7,83a 8,67a 9,17a 9,67a 10,5a 10,5a Model Jendela 8,33a 10,6a 12,83a 13,5a 13,5a 13,5a 13,5a 13,67a Model Segi empat 3,67a 6,83a 11a 12a 12a 12a 12,33a 12,33a BNJ 0, Keterangan : Rata-rata tinggi tanaman kakao yang diikuti dengan huruf yang sama tidak beda nyata pada selang kepercayaan 95%. Pada minggu ke-2 pengamatan, ukuran rata-rata tinggi tanaman kakao tertinggi adalah 8,33 cm pada tanaman kakao yang tumbuh pada okulasi perlakuan model jendela, sedangkan ukuran terendah adalah 3,5 cm pada tanaman yang tumbuh okulasi model T terbalik. Ukuran tinggi tanaman kakao pada model U lebih tinggi namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan model T, model T terbalik, model H, model jendela dan perlakuan model segi empat. Ukuran yang tinggi dan relatif sama disebabkan umur dan pertumbuhan bibit juga beraspek pada tingkat ketersediaan nutrisi dan hormon. Puncak konsentrasi hormon terjadi bersamaan dengan saat bertunasnya bibit (Are, 1969 cit.,are et al., 1972). Variabel pengamatan tinggi tanaman yang terbaik untuk penelitian ini termodel pada tanaman yang diokulasi dengan perlakuan model U karena pada okulasi ini kondisi pertumbuhan tanaman berada pada kondisi yang ideal baik terhadap iklim mikro disekitar tajuk tanaman maupun persaingan terhadap unsur-unsur lingkungan lainnya. Diameter Batang Pada sidik ragam terlihat bahwa perlakuan beberapa model okulasi berpengaruh nyata terhadap diameter tanaman kakao pada umur 2 (dua) minggu hingga 7 (tujuh) minggu setelah okulasi tumbuh. Hasil tabulasi dan analisis data tinggi tanaman kakao pada minggu pengamatan minggu ke-2 hingga minggu ke-16 serta hasil uji BNJ-nya disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Diameter Batang Rata-rata Pada Umur 2 Minggu Hingga Minggu ke 16 Setelah Okulasi Tumbuh dan Hasil Uji BNJ. 0,05 Diameter Batang Tanaman Kakao Hasil Okulasi (cm) Model huruf T 0,27ab 0,31ab 0,39ab 0,41a 0,41a 0,60a 0,65a 0,66a Model huruf T terbalik 0,18a 0,20a 0,25a 0,32a 0,32a 0,49a 0,49a 0,51a Model huruf U (Forket) 0,25ab 0,28ab 0,35ab 0,38a 0,38a 0,57a 0,64a 0,68a Model huruf H 0,23ab 0,26ab 0,31ab 0,32a 0,32a 0,41a 0,46a 0,47a Model Jendela 0,33b 0,39b 0,41b 0,45a 0,45a 0,52a 0,55a 0,55a Model Segi empat 0,23ab 0,27ab 0,38ab 0,44a 0,44a 0,50a 0,49a 0,53a BNJ 0,05 0,13 0,14 0, Keterangan : Rata-rata diameter batang kakao yang diikuti dengan huruf yang sama tidak beda nyata pada selang kepercayaan 95% Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

4 Pada Minggu pengamatan ke-2 hingga minggu ke-6 menunjukan perbedaan yang nyata antara perlakuan sedangkan minggu ke-4 perbedaan yang sangat nyata. Untuk minggu-minggu pengamatan ini telah dilakukan uji beda yang antara lain menunjukan : Minggu ke-2 ukuran tanaman terbesar batangnya terlihat pada tanaman yang diberi perlakuan model jendela 0,25 yang berbeda nyata dengan tanaman pada perlakuan model huruf T terbalik 0,18, dan model segi empat 0,33, Sedangkan model huruf T 0,25, model huruf U 0,25, model huruf H 0,23 dan model segi empat 0,33 tidak berbeda nyata. Sedangkan minggu ke-4 ukuran tanaman terbesar batangnya pada terlihat pada tanaman yang diberi perlakuan model jendela 0,39 yang berbeda nyata dengan tanaman pada perlakuan model huruf T terbalik 0,25, dan model huruf T 0,31, model huruf U 0,28, model huruf H 0,26, A6 model segi empat 0,27 tidak berbeda nyata. Minggu Ke-6 ukuran tanaman terbesar batangnya terlihat pada tanaman yang diberi perlakuan model jendela 0,41 yang berbeda nyata dengan tanaman pada perlakuan model huruf T terbalik 0,25, dan model huruf T 0,39, model huruf U 0,35, model huruf H 0,31 dan model segi empat 0,38 tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap diameter batang tanaman kakao pada minggu pengamatan ke-2 hingga minggu pengamatan ke-16 diperoleh bahwa pada minggu pengamatan Ke-2,4 dan 6, rata-rata diameter batang tanaman kakao berbeda nyata untuk perlakuan pada beberapa model okulasi yang berbeda diduga karena pada minggu- minggu pengamatan tersebut model pertuatan sehingga diameter batang mengalami perbedaan yang nyata. Menurut Van Hall (197 2) suatu tanaman bila dilukai berusaha untuk mengalirkan unsur hara ke tempat luka sehingga termodel pertuatan dengan sendirinya diameter batang cepat membesar. Pada minggu pengamatan ke-2 hingga minggu pengamatan ke-6 diameter batang tanaman kakao langsung memperlihatkan perbedaan yang cukup berarti. Ukuran diameter batang terbesar untuk minggu-minggu pengamatan ke-2 hingga ke-6 ini termodel pada tanaman yang diokulasi dengan pemberian perlakuan model jendela yaitu 0,41cm.Pada perlakuan model jendela, diduga kecepatan mengalirkan unsur hara, air, dan zat-zat yang dibutuhkabn lebih cepat dibandingkan dengan tanaman yang diokulasi pada perlakuan okulasi model T, model T terbalik, model U, model H dan model segi empat. Jumlah Daun Hasil sidik ragam pada minggu pengamatan ke-2 dan 12 memperlihatkan perlakuan okulasi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun yang dihasilkan tanaman (F hitung berbeda nyata). Minggu pengamatan ke 4, 6 dan 16 memperlihatkan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun yang dihasilkan tanaman. Oleh karena itu untuk pengamatan ke-4,6 dan 16 tidak dilanjutkan dengan uji BNJ. Minggu pengamatan ke-8, 10, dan 14, hasil sidik ragamnya memberikan pengaruh yang sangat nyata, jumlah okulasi terhadap daun yang dihasilkan tanaman kakao. Rata-rata jumlah dan yang dihasilkan hasil uji BNJ 0,05 disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Jumlah Daun Rata-rata Pada Umur 2 Minggu Hingga Minggu ke 16 Setelah Okulasi Tumbuh dan Hasil Uji BNJ. 0,05 Jumlah Daun Tanaman Kakao Hasil Okulasi (cm) Model huruf T 4,67b 5,67a 4,67a 6,67b 8,67b 9b 9b 10a Model huruf T terbalik 3,67a 4,33a 4,67a 5a 5a 5,33a 7,33ab 8a Model huruf U (forket) 4,33ab 4,33a 5a 5,53ab 7ab 7,33ab 7,67ab 7,67a Model huruf H 3,33a 3,67a 5a 5,33ab 5,33ab 6,33ab 7ab 7a Model Jendela 4,33ab 4,33a 5,67a 6,67b 7ab 7ab 7ab 7a Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1521

5 Jumlah Daun Tanaman Kakao Hasil Okulasi (cm) Model Segi empat 3,33a 4,33a 6,33a 6,33bc 6,33ab 6,67ab 6,67a 6,67a BNJ 0,05 1, ,25 3,68 7,04 4,99 - Keterangan : Jumlah daun rata-rata tanaman kakao yang diikuti dengan huruf yang sama tidak beda nyata pada selang kepercayaan 95%. Data pada tabel 4 memperlihatakan jumlah daun rata-rata pada minggu pengamatan ke-4 jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan model huruf T yaitu 5,67 tidak menunjukan perbedaan yang nyata dengan, model huruf T terbalik 4,33, model huruf U 4,33, model huruf H 3,67, model jendela 4,33 dan model segi empat 4,33 begitupun pada Minggu Pengamatan ke- 6 dan 16. Ini ditunjukan dengan hasil uji F dalam sidik ragam yang tidak nyata. Minggu pengamatan ke-8, 10, dan 14 jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman kakao dalam hasil uji sidik ragamnya menunjukan pengaruh yang sangat nyata dari perlakuan okulasi terhadap jumlah daun yang dihasilkan tanaman. Untuk mengetahui perbedaan antara setiap perlakuan okulasi tersebut maka Uji BNJ 0,05 yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa pada minggu ke-2, ratarata jumlah daun terbanyak adalah pada tanama dengan okulasi model huruf T 4,67 yang jumlah daunnya berbeda nyata dengan jumlah daun pada model huruf T 3,67, model huruf H 3,33 dan model segi empat 3,33, A2 model huruf T terbalik 3,67. Sedangkan model huruf U 4,33, dan model jendela 4,33 tidak berbeda nyata. Pada minggu ke-8, 10, 12 dan 14 rata-rata jumlah daun terbanyak termodel pada tanaman dengan okulasi model huruf T 9 dan yang paling sedikit pada perlakuan model huruf T terbalik 5. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jumlah daun tanaman kakao pada minggu pengamatan ke-2 hingga minggu pengamatan ke-16 diperoleh bahwa pada minggu pengamatan Ke-2 dan 12 rata-rata jumlah daun tanaman kakao berbeda nyata untuk perlakuan pada beberapa model okulasi yang berbeda. Sedangkan pada pengamatan minggu ke-4, 6 dan 16 rata-rata jumlah daun tanaman kakao tidak berbeda nyata untuk perlakuan pada beberapa model okulasi yang tidak nyata. Sebaliknya pada minggu pengamatan ke-8, 10 dan 14 rata-rata diameter batang tanaman kakao berbeda sangat nyata untuk perlakuan pada beberapa model okulasi berbeda nyata, sedang pada minggu pengamatan ke-16 rata-rata jumlah daun tanaman kakao tidak nyata untuk perlakuan pada beberapa model okulasi berbeda. Menurut Beesoon & Proebsting (1988), bahwa cadangan nutrisi lebih berkaitan positif dengan jumlah daun dan cadangan nutrisi dari batang lebih menentukan keberhasilan pertuatan dari pada nutrisi yang ada dikandung atau yang dapat disediakan oleh entres. Panjang Daun Hasil tabulasi dan sidik ragam data panjang daun kakao pada minggu pengamatan minggu ke-2 hingga minggu ke-16 serta hasil uji BNJ-nya disajikan pada tabel 6. Tabel 5. Panjang Daun Rata-rata Pada Umur 2 Minggu Hingga Minggu ke 16 Setelah Okulasi Tumbuh Serta Hasil Uji BNJ. Panjang Daun Tanaman Kakao Hasil Okulasi (cm) Model huruf T 11,83a 13ab 15ab 15ab 15,83ab 15,83ab 15,8ab 15,83ab Model huruf T terbalik 10,1a 11,8a 13ab 13,83ab 13,83ab 14,33ab 14,33ab 14,33ab Model huruf U 11,8a 11,87a 12,5a 12,53ab 12,53ab 14,67ab 14,67ab 15,67ab 1522 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

6 Panjang Daun Tanaman Kakao Hasil Okulasi (cm) Model huruf H 12,3a 12,3ab 12,33a 12,3a 12,33a 12,67a 12,67a 12,67a Model Jendela 21ab 21b 21b 21b 21b 21b 21b 21b Model Segi - Empat 11,8a 12,03ab 13,03ab 13,5abc 13,5ab 14,33ab 14,33ab 14,33ab BNJ. 0,05 4,78 4,74 5,89 6,11 6,30 4,62 4,88 4,88 Keterangan : Panjang daun rata-rata tanaman kakao yang diikuti dengan huruf yang sama tidak beda nyata pada selang kepercayaan 95%. Data pada tabel 5 memperlihatakan rata-rata panjang daun tanaman kakao pada minggu pengamatan ke- 2, 4, 6, 8, 12, 14 dan 16 menunjukan perbedaan yang sangat nyata dari perlakuan okulasi terhadap panjang daun. Ini ditunjukan dengan hasil uji F dalam sidik ragam yang sangat nyata. Sedangkan minggu pengamatan ke-10 menunjukan perbedaan nyata. Ini ditunjukan dengan hasil uji F dalam sidik ragam yang berbeda nyata. Untuk mengetahui perbedaan anatara setiap perlakuan okulasi tersebut maka Uji BNJ 0,05 yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa pada minggu ke-2, rata-rata panjang daun terbanyak adalah pada tanama dengan okulasi model jendela 21 yang panjang daunnya berbeda sangat nyata dengan jumlah daun pada model huruf T 11,83, model huruf T terbalik) 10,1, model huruf U 11,8, model jendela 11,8 dan model segi empat 12,3. Pada minggu ke-4, 6, 8, 10,12, 14 dan 16 rata-rata panjang daun terpanjang termodel pada tanaman dengan okulasi model jendela yaitu 21cm sedangkan rata-rata panjang daun terpendek termodel pada minggu ke-4 dan ke 6 masing-masing 11,8 cm dan 12,5 cm. Lebar Daun Pengukuran lebar daun mulai dari minggu ke-2 setelah okulasi tumbuh hingga minggu ke-16 setelah okulasi tumbuh, pengukuran dilakukan dengan cara mengukur dari ujung daun sampai pangkal daun dengan alat mistar. Hasil tabulasi dan sidik ragam lebar daun kakao pada minggu pengamatan minggu ke-2 hingga minggu ke-16 serta hasil uji BNJ-nya disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Lebar Daun Rata-rata Pada Umur 2 Hingga minggu ke 16 Setelah Okulasi Tumbuh Serta Hasil Uji BNJ. 0,05 Lebar Daun Tanaman Kakao Hasil Okulasi (cm) Dan Hasil Uji BNJ 0,05 Minggu Pengamatan Ke.. Model huruf T 4,1ab 5,03a 5,6a 5,87a 5,87a 7,5a 7,67a 8a Model huruf T terbalik 3,37a 4,1a 4,73a 5,7a 5,07a 5,07a 5,07a 6,9a Model huruf U (Forket) 4,37ab 4,67a 4,5a 4,9a 4,9a 5,33a 5,33a 7,73a Model huruf H 4ab 4a 4a 4,3a 4,3a 4,83a 4,83a 7a Model Jendela 5,97b 6,13a 6,27a 6,57a 6,6a 6,6a 6,6a 6,6a Model Segi empat 5,17b 5,33a 5,83a 5,83a 5,83a 6,83a 6,83a 7,83a BNJ 0,05 2, Keterangan : Lebar daun rata-rata tanaman kakao yang diikuti dengan huruf yang sama tidak beda nyata pada selang kepercayaan 95%. Pada tabel 6 memperlihatakan rata-rata lebar daun tanaman kakao pada minggu pengamatan ke-2 menunjukan perbedaan yang sangat nyata dari perlakuan okulasi terhadap lebar daun hasil uji F dalam sidik ragam sangat nyata. Sedangkan Minggu pengamatan ke-4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 tidak menunjukan perbedaan nyata hasil uji F dalam sidik ragam yang tidak nyata. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1523

7 Untuk mengetahui perbedaan antara setiap perlakuan okulasi tersebut maka Uji BNJ 0,05 yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa pada minggu ke-2, rata-rata lebar daun terluas adalah pada tanaman dengan okulasi model jendela 5,97 dan model segi empat 5,17 yang lebar daunnya berbeda sangat nyata dengan jumlah daun pada model huruf T terbalik 3,37 dan tidak berbeda nyata dengan model huruf T 4,1, model huruf U 4,37, dan model huruf H 4. Pada minggu ke-4, daun terlebar pada perlakuan A6 model segi empat) 5,33, diikuti model jendela 5,03, model huruf U 4,67, model huruf T terbalik 4,1 dan model huruf H 4 tidak berbeda nyata. Begitupun pada minggu pengamatan ke- 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 tidak menunjukan perbedaan nyata. Sedangkan rata-rata lebar daun terlebar termodel pada tanaman perlakuan okulasi model segi empat yaitu7,83 cm sedangkan rata-rata lebar daun terpendek termodel pada minggu ke-4 dan minggu ke-6 masing-masing lebar daun 4 cm. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lebar daun tanaman kakao pada minggu pengamatan ke-2 hingga minggu pengamatan ke-16 diperoleh bahwa rata-rata lebar daun tanaman kakao pada minggu pengamatan ke-2 rata-rata lebar daun tanaman kakao berbeda nyata untuk perlakuan pada beberapa model okulasi yang berbeda. Sedangkan pada minggu pengamatan ke-4 hingga minggu pengamatan ke-16 rata-rata lebar daun tanaman kakao tidak nyata untuk perlakuan pada beberapa model okulasi yang berbeda. Kesimpulan Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa yang memiliki pertumbuhan yang terbaik dan seragam dalam pertumbuhan pada perlakuan model okulasi U (forke t) dan model okulasi T terbaik. Daftar Pustaka Abdoelrachman Budidaya Coklat. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta. Allen, J.B and Lass.R>A London cacao trade Amazone project. Final report. Phase I Cocoa grow. No Anonimous Penanaman coklat.departemen Pertanian BIP. Ujung Pandang Warta Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao. Jember Program Dan Hasil Pengkajian Tanaman Pangan Dan Perkebunan Di Irian Jaya. LPTP Koya Barat. Jember Pelita Perkebunan, Jurnal penelitian Kopi Dan Kakao. APPI Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Propinsi Papua Kapita Selekta Tanaman Perkebunan. Dinas Perkebunan Kab. Jayapura. Papua. Harun, Asmir Cocoa Processing. Kursus / Latihan Pengenalan Komoditi Kelapa Sawit dan Coklat. BPP Medan. 9p. Harris, Napitupulu, L Rehabilitasi tanaman semaian kakao yang kurang produktif dengan okulasi klon unggul. Bulitin perkebunan Jember. No Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

8 LPTP, Koya Barat Prosiding Program Dan Hasil Pengkajian Tanaman Pangan Dan Perkebunan di Irian Jaya Buku II, Jaya Pura, Papua. Marwardi, Surip : Tujuh Puluh Tahun Penelitian Cokelat di Indonesia. Menara Perkebunan Jakarta. Rini Wudianto Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta, Cetakan XV. Siregar, T.H.S Pendekatan fisiologis Pada Pengolahan Tajuk Dan Pelindung Cokelat. PT. Penebar Swasta Jakarta. Slamet Riyadi Cokelat Pembudidayaan Pengolahan Dan Pemasaran. PT. Penebar Swadaya Jakarta Suwasono, H Ekofiologi Pertanian Suatu Tinjau Aspek Fisik Lingkungan, Pertanian. Sinar Baru Bandung. Suhedi, D Pembangunan Kebun Benih Kakao dan Prosedur Sertifikasinya. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 14(1), Sri Winarsi Pedoman Teknis Sambung Pucuk Dan Okulasi Kakao, 15(1), Sudjana Metoda Statistika, Edisi Pertama, Penerbit Tarsito Bandung. Suhardjono, A Pengantar Rancangan Percobaan, Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, Cetakan III, Ujung Pandang. Tumpal H.S. Siregar Cokelat Pembudidayaan Pengolahan Dan Pemasaran. PT. Penebar Swadaya Jakarta. Wahju Muljana Bercocok Tanam Cokelat, Penerbit Aneka Ilmu, Cetakan II, Semarang. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1525

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK Media Litbang Sulteng IV (1) : 01 07, Juni 2011 ISSN : 1979-5971 PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO Oleh : Nyoman Mertade 1) dan Zainuddin Basri 2) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu semai bibit tomat sampai tanaman dipindahkan di polybag adalah 3 minggu. Pengukuran tinggi tanaman tomat dimulai sejak 1 minggu setelah tanaman dipindahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) Karterine Dewiˡ* ), Meihanaˡ, Nasrullahˡ Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama Palembang *) Corresponding

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Hortikultura yang beralamat di Jl. Kaharudin Nasution KM 10, Padang Marpoyan

III. MATERI DAN METODE. Hortikultura yang beralamat di Jl. Kaharudin Nasution KM 10, Padang Marpoyan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Tanaman Pangan, Balai Benih Induk Hortikultura yang beralamat di Jl. Kaharudin Nasution KM 10, Padang Marpoyan Pekanbaru,

Lebih terperinci

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

Ketersediaan klon kakao tahan VSD Alternatif Pengendalian Penyakit VSD (vascular-streak dieback) Melalui Penggantian Tajuk Tanaman Teguh Iman Santoso 1), Sudarsianto 1), dan A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT Jurnal AgroPet Vol. 10 Nomor 1 Juni 2013 ISSN: 1693-9158 PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT Oleh: Endang Sri Dewi.HS. 1) RINGKASAN Peningkatan kebutuhan tomat

Lebih terperinci

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP GRAFTING atau ent, istilah asing yang sering didengar itu, pengertiannya ialah menggambungkan batang bawah dan batang atas dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) Oleh : PH Padang,SP PBT. BBPPTP Surabaya PENDAHULUAN Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman perkebunan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Agrium, Oktober 2012 Volume 17 No 3 EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Saijo Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

3. METODE DAN PELAKSANAAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN 3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI.

LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI. LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI Oleh SAVITRI SARI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO S E

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono A. Stek Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H. R. Soebrantas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU (Fragraea fragarans ROXB) 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Imam Muslimin 2) ABSTRAK Tembesu (Fragraea fragrans ROXB) merupakan jenis

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI. Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S.

PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI. Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S. PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 1 TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar 1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar Nama Daerah : Benuang bini, benuwang, banuang, bunuang, benua, wenuang Nama Ilmiah : Octomeles Sumatrana Miq Family

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) The Influence of Storage Period and Diameter Stump on Stump Rubber Growth (Hevea

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 07 14, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO Oleh : Zainuddin Basri 1) ABSTRAK Kemampuan produksi dan kualitas hasil tanaman sangat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanaman kakao lindak di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan

Lebih terperinci

Repositori FMIPA UNISMA

Repositori FMIPA UNISMA Studi Pemberian NAA dan 2,4-D pada Stek Batang Pohon Terompet Kuning (Tabebuia aurea) Ahmad Syafi'i 1, Ari Hayati 2 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang Abstrak Stek batang lebih menguntungkan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Induk Hortikultura Jalan Kaharuddin Nasution Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN 1979 5777 81 PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN Lestari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE

PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE Agus Ruhnayat 1) dan Muhammad Syakir 2) 1) Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Yuliana Susanti & Bq. Tri Ratna Erawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) NTB Jl.

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN 20 III.METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Februari 2016 di lahan percobaan di desa Giriharjo, Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA

PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA Sylvia Madusari, Toto Suryanto, April Kurniawan Abstrak Penggunaan bambu sebagai wadah media

Lebih terperinci

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa @ 2012 Penyusun: 1. Ujang S. Irawan, Senior Staff Operation Wallacea Trust

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK Sunyoto *, R. Murtopo, dan M. Kamal Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

I.MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

I.MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. I.MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari 2014. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang akan

Lebih terperinci

Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai

Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai Buletin 16 Teknik Pertanian Vol. 16, No. 1, 2011: 16-20 Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili TEKNIK PENGUJIAN TINGKAT SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING (SIDE GRAFTING) PADA JUMLAH SAMBUNGAN DAN LINGKAR BATANG YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING (SIDE GRAFTING) PADA JUMLAH SAMBUNGAN DAN LINGKAR BATANG YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING (SIDE GRAFTING) PADA JUMLAH SAMBUNGAN DAN LINGKAR BATANG YANG BERBEDA Erna Halid 1, Syatrawati

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 16, Nomor 2, Hal. 63-68 Juli - Desember 211 ISSN:852-8349 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 8 Jurnal Agrotek Tropika 6(1): 08-14, 2018 Vol. 6, No. 1: 08 14, Januari 2018 PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING

Lebih terperinci

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi, adapun kombinasi perlakuannya sebagai berikut:

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi, adapun kombinasi perlakuannya sebagai berikut: m. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah Kasa Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina widya, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Januari 2012 sampai Maret 2012. 3.2. Alat dan Bahan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) 1 Zulkarnain Husny, 2 Yuliantina Azka, 3 Eva Mariyanti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Volume 8, No 3 : 38-42 TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt. L) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, dilaksanakan terus-menerus oleh pemerintah bersama-sama segenap warga masyarakatnya atau dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas perkebunan terbesar ke empat di Indonesia setelah karet, kelapa sawit dan cokelat (BPS, 2013). Komoditas tersebut mampu menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT Mochamat Bintoro 1 dan Yuslaili Ningsih 2 1 Produksi Pertanian, 2 Jurusan Bahasa, Komunikasi dan Pariwisata, Politeknik Negeri Jember 1 mochamatb17@gmail.com, 2 yuslaili74@gmail.com

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak dijalan

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak dijalan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak dijalan H.R. Soebrantas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI 1 KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) Ferdi Asdriawan A.P (20110210016) Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penelitian

Lebih terperinci