Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati"

Transkripsi

1 Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Idaryani dan Sahardi BPTP Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km-17,5 idaryanidj@gmail.com Abstrak Peningkatan produktivitas dan produksi kakao tidak terlepas dari usaha pemeliharaan tanaman yang baik. Pemupukan merupakan salah satu upaya pemeliharaan tanaman dengan tujuan memperbaiki kesuburan tanah melalui cara penambahan unsur hara, baik makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Tujuan kegiatan adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman kakao. Pengkajian dilakukan di Kabupaten Luwu pada bulan April- Nopember Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati dapat meningkatkan kema saman (ph) tanah dan sifat kimia tanah serta hasil tanaman kakao. Hasil tanaman kakao tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian Kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr yaitu 54,5 buah sedangkan hasil tanaman kakao yang terendah diperoleh pada perlakuan Kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr, yaitu 31,5 buah. Kata kunci : kakao, pupuk organik, pupuk hayati Pendahuluan Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan sumber devisa negara. Luas areal kakao Indonesia pada tahun 2007 adalah ha, yang didominasi oleh perkebunan rakyat (92,34%), melibatkan sebanyak kk dengan produksi ton, sehingga menempatkan Indonesia sebagai produsen kakao kedua didunia setelah Pantai Gading (Ivory Coast ) (Tambunan, 2009). Sulawesi Selatan merupakan pemasok/produsen utama kakao Indonesia, diikuti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Dari ke empat propinsi tersebut, Sulawesi Selatan merupakan propinsi dengan pertumbuhan tertinggi yang mencapai 8,6% (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007). Namun dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sejak tahun 2004 tampaknya produksi dan produktivitas kakao setiap tahun semakin menurun, dari tahun 2004 poduksi dan produktivitas masing-masing sebesar ton dan ton/ha, dan tahun 2007 baik produksi maupun produktivitas menurun masing-masing menjadi ton dan 677 ton/ha, demikian pula volume ekspor tahun 2004 sebesar ton menjadi ton pada tahun 2007 (DISBUN, 2008). Bahkan kinerja ekspor kakao Sulawesi Selatan pada Januari tahun 2008 merosot hingga 71.72% menjadi 4.34 juta USD dibanding bulan sama tahun sebelumnya sebesar juta USD (BPS SulSel, 2008). Peningkatan produktivitas dan produksi kakao tidak terlepas dari usaha pemeliharaan tanaman yang baik. Pemupukan merupakan salah satu upaya pemeliharaan tanaman dengan tujuan memperbaiki kesuburan tanah melalui cara penambahan unsur hara, baik makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Dalam upaya mencapai 1502 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

2 produktivitas yang tinggi sesuai potensi genetiknya, maka pemupukan merupakan faktor penentu utama khususnya pada keseimbangan dosis dan jenis pupuk yang digunakan dan bukan tingkat dosis yang tinggi (Wachar dan Kadarisman, 2007). Unsur-unsur hara utama yang perlu ditambahkan pada pemupukan tanaman kakao meliputi nitrogen, fosfor, kalium, dan magnesium. Pada umumnya unsur-unsur tersebut diperoleh dari penambahan pupuk anorganik. Hasil penelitian Angkapradipta et al. (1988) menunjukkan bahwa pemberian pupuk Urea dan TSP berpengaruh terhadap pertumbuhan kakao lindak tanaman belum menghasilkan pada tanah latosol yang ditunjukkan oleh pertumbuhan panjang dan lilit batang. Akan tetapi menurut Abdoellah (1996) pemberian pupuk anorganik saja bukanlah jaminan untuk memperoleh hasil maksimal tanpa diimbangi pupuk organik, karena pupuk organik mampu berperan terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, yang pada akhirnya terhadap produksi kakao. Pengelolaan bahan organik tanah sudah waktunya mendapat perhatian dalam perbaikan tingkat kesuburan tanah, peningkatan efisiensi pupuk, serta peningkatan produksi tanaman. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pada dasarnya kandungan bahan organik dalam tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk organik seperti limbah hasil pertanian yang telah dikomposkan. Tanaman kakao umumnya dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah tergantung pada sifat fisik dan kimia tanahnya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Kemasaman tanah (ph), kadar bahan organik, unsur hara, kapasitas absorbsi dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan sifat fisik yang meliputi kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, srtuktur dan konsistensi tanah. Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan pengkajian mengenai pengaruh penggunaan pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman kakao. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu kakao melalui perbaikan sifat kimia dan kesuburan tanah. Metodologi Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Luwu sebagai salah satu daerah sentra produksi kakao di Sulawesi Selatan, yang berlangsung dari bulan April Nopember Pengkajian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan jumlah perlakuan sebanyak 7 dan diulang tiga kali, sehingga jumlah plot yang digunakan sebanyak 21. Setiap perlakuan diaplikasikan pada 24 pohon kakao, dan setiap plot diambil tanaman sampel sebanyak 8 pohon. Perlakuan yang dicobakan adalah: P1 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 15 gram per pohon P2 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 30 gram per pohon P3 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 15 gram per pohon + Pestisida nabati P4 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 30 gram per pohon + Pestisida nabati P5 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 15 gram per pohon + Bio urine P6 = Kompos 5 kg + Pupuk Hayati 30 gram per pohon + Bio Urine P7 = Pupuk Urea NPK 300 kg/ha, sesuai rekomendasi setempat (Kontrol) Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1503

3 Parameter yang diamati adalah : 1. Analisis tanah (ph, C-organik, N-total, dan C/N) Analisis tanah pada awal penelitian dilakukan dengan menganalisis sampel tanah secara komposit dari 21 petak percobaan. Pada akhir penelitian sampel tanah diambil lagi pada masing-masing petak perlakuan dan dilakukan secara komposit per ulangan 2. Analisis jaringan tanaman (N, P, K, Ca, Mg, dan Na) Analisis jaringan tanaman dilakukan dengan menganalisis salah satu bagian tanaman yaitu daun kakao pada masing-masing petak perlakuan dan dilakukan secara komposit per ulangan 3. Hasil tanaman kakao Hasil tanaman kakao yaitu jumlah buah yang diperoleh selama 5 bulan pengamatan Analisis ragam dengan univariat (Anova) dilakukan terhadap data pengamatan dari variabel kimia tanah dan jaringan tanaman serta hasil kakao. Jika dari analisis ragam terdapat keragaman yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil dan Pembahasan Hasil Analisis Tanah Hasil analisis tanah sebelum percobaan menunjukkan bahwa tanah lokasi percobaan memiliki kandungan bahan organik dan N yang sangat rendah, secara rinci hasil analisis tanah lokasi percobaan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis tanah awal pada lokasi kajian No Unsur Kandungan 1 Textur - Pasir (%) 19 - Debu (%) 35 - Liat (%) 46 2 ph (H2O) 6,25 3 Bahan Organik - C (%) 0,63 - N (%) 0,12 - C/N (%) 5 4 Extract HCl 25% - P2O5 (mg/100 gram) 34 - K2O (mg/100 gram) 7 5 Nilai Tukar Kation - Ca (mg/100 gram) 30,53 - Mg (mg/100 gram) 5,40 - K (mg/100 gram) 0,13 - Na (mg/100 gram) 1,49 - KTK (mg/100 gram) 29,03 Hasil analisis sifat fisik tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah termasuk kategori tanah lempung liat berdebu dengan kandungan pasir 19%, debu mencapai 35%, dan kandungan liat mencapai 46%. ph tanah (H 2 O) agak masam (6,25), C-organik sangat rendah (0,63%), N-organik rendah (0,12%), nisbah C/N rendah (5), P-HCl sedang (34 mg/100 g), dan K-HCl sangat rendah (7 mg/100g). Ca sangat tinggi (30,53), Mg tinggi (5,40), K rendah (0,13), Na sangat tinggi (1,49), dan KTK tinggi (29,03). Berdasarkan data hasil analisis laboratorium untuk sampel kesuburan tanah (Tabel 1), diperoleh gambaran umum bahwa tingkat kesuburan tanah ini tergolong relatif rendah. Jika dilihat 1504 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

4 dari tingkat pengelolaannya, maka tanah ini termasuk yang sulit diolah dan memerlukan masukan teknologi yang sedang sampai dengan tinggi untuk mencapai kualitas dan kuantitas yang tinggi (optimum). Liat yang dominan menunjukkan bahwa terjadi pencucian yang intensif, dan terhadap basa-basa berjalan lebih lanjut. Salah satu faktor yang dapat digunakan untuk mengetahui idealnya produktivitas tanah adalah kandungan bahan organik (C organik). Hasil analisis menunjukkan bahwa C organik pada lokasi kegiatan tergolong sangat rendah, sehingga input bahan organik diharapkan akan menunjang usaha perbaikan tanah-tanah miskin. Kemasaman Tanah (ph) Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa setiap perlakuan pemberian berbagai taraf dosis pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati memberikan pengaruh yang nyata dan meningkatkan kemasaman (ph) tanah. Hal ini diduga disebabkan karena dosis pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati yang digunakan mampu meningkatkan ph tanah. Pemberian pupuk organik (kompos) dapat merubah ph tanah, hal ini diduga karena anion organik yang dihasilkan asam organik melalui proses dekomposisi mampu menetralkan Al. Hal ini sejalan dengan pendapat Hardjowigeno (1995) bahwa pada beberapa tanah masam, pupuk organik dapat meningkatkan ph tanah, karena pupuk organik mampu menetralkan Al dengan membentuk Al-organik melalui asam humik yang terkandung pada setiap pupuk organik yang bertindak sebagai penyangga tanah, sehingga dapat memberikan fleksibilitas perubahan reaksi tanah, sedangkan H + yang terdapat pada misel tanah tetap sehingga ph tanah yang terukur meningkat. ph tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian Kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr sedangkan ph terendah diperoleh pada perlakuan pemberian Urea 250 gr + NPK 300 gr (kontrol). Tabel 2. Pengaruh pemberian kompos dan pupuk hayati terhadap kemasaman (ph) tanah. Perlakuan Rata-rata ph P1 6,26 a P2 6,50 d P3 6,45 c P4 6,33 b P5 6,30 b P6 6,26 a P7 (kontrol) 6,25 a Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%. Kandungan N, P, K, C, dan C/N Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian pupuk organik (kompos) da n pupuk hayati memberikan pengaruh yang nyata terhadap P, K, terhadap N. C, dan C/N, dan tidak berpengaruh nyata Berdasarkan data kandungan unsur hara dalam tanah, terlihat bahwa secara umum pemberian kompos, pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pestisida nabati memberikan kandungan hara yang cenderung lebih tinggi, baik nitrogen, posfat, kalium, dan karbon dalam tanah dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk organik (pemberian pupuk anorganik) atau perlakuan kombinasi antara kompos+pupuk hayati+bio urine. Demikian juga halnya dengan kadar karbon organik yang terdapat di dalam tanah setelah akhir pengkajian lebih tinggi pada perlakuan (3) atau pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + pestisida nabati. Kandungan N tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian kompos 5 kg ditambah pupuk hayati Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1505

5 (baik dosis 15 gr maupun 30 gr) yang dikombinasikan dengan pestisida nabati. Diduga pupuk hayati yang digunakan mengandung N yang tinggi telah menyumbangkan unsur N-nya ke dalam tanah. Kandungan N tanah sebesar 0,12 % termasuk dalam kategori rendah sebelum diberikan perlakuan, dan pada akhir pengkajian kandungan N dalam tanah untuk perlakuan pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati (15 gr atau 30 gr) yang dikombinasikan dengan pestisida nabati mengalami peningkatan yaitu 0,21% dengan kategori sedang. Ini berarti bahwa penambahan kompos, pupuk hayati, dan pestisida nabati dapat meningkatkan unsur N bagi tanaman. Kemungkinan akibat hujan pada saat pengkajian dapat membantu mempercepat proses dekomposisi kompos dan pupuk hayati sehingga ketersediaan N dalam tanah cukup, terutama yang dilepaskan N dalam bentuk nitrat (Baon dan Abdoellah, 2008). Ditambahkan oleh Baon et al., (2003) bahwa penambahan pupuk organik dapat meningkatkan kadar N dibandingkan dengan yang tidak menggunakan bahan organik. Tingginya kandungan N pada tanah yang diberi perlakuan bahan organik dihubungkan dengan meningkatnya perombakan bahan organik tanah yang sangat dimungkinkan dengan ketersediaan bahan organik dan lengas tanah. Tabel 3. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Kandungan Unsur Hara Nitrogen, Posfat, Kalium, dan Karbon Organik dalam Tanah. Perlakuan N P K C C/N (mg/100 tanah) P1 0,21 33 c 18 d 2,03 c 10 c P2 0,21 26 b 12 b 1,93 b 9 b P3 0,21 23 a 10 a 2,78 d 13 c P4 0,21 41 d 12 b 1,76 b 8 b P5 0,19 27 a 9 a 1,10 a 6 a P6 0,20 27 a 12 b 1,35 a 7 a P7 (kontrol) 0,19 25 b 18 d 2,10 c 11 c Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%. Kandungan P tertinggi diperoleh pada perlakuan 4 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr + pestisida nabati. Tingginya P-total tanah dengan adanya perlakuan tersebut disebabkan oleh adanya sumbangan langsung dari P yang terkandung dalam ketiga bahan tersebut. Dengan penambahan P tersebut, maka intensitas P dalam larutan tanah juga meningkat. Menurut Utami dan Handayani (2003), peningkatan P tersedia dapat terjadi karena pelepasan P dari bahan organik yang ditambahkan, juga karena terjadinya pengaruh tidak langsung bahan organik terhadap P yang ada dalam kompleks jerapan tanah. Kandungan K tertinggi diperoleh pada perlakuan 1 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr. Kalium umumnya banyak diperoleh melalui jaringan tanaman, daun dan tangkai yang jatuh ketanah akhirnya mati. Dengan didekomposisinya bahan tanaman tersebut, kalium akan terurai dan masuk ke dalam tanah. Kandungan C dan nisbah C/N tertinggi diperoleh pada perlakuan 3 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + pestisida nabati. Analisis Jaringan Tanaman Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati memberikan pengaruh yang nyata terhadap P, K, Ca, dan Na dalam jaringan tanaman, tapi tidak berpengaruh nyata terhadap N dan Mg pada jaringan tanaman. Kandungan hara dalam jaringan daun kakao pada umumnya meningkat pada setiap perlakuan dibandingkan sebelum diberikan perlakuan (analisis awal). Kandungan N tertinggi 1506 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

6 diperoleh pada perlakuan 6 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr + bio urine. Sedangkan kandungan P tertinggi daun diperoleh pada perlakuan 5 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + bio urine. Hal ini diduga karena dengan adanya penambahan bio urine dapat meningkatkan kadar P pada jaringan tanaman (daun). Selanjutnya umumnya kandungan K, Ca, dan Mg dalam daun untuk setiap perlakuan sangat rendah meskipun ketiga unsur ini dalam tanah adalah sangat tinggi dan tinggi. Kandungan Ca tertinggi dalam daun diperoleh pada perlakuan 2 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr, meskipun dengan perlakuan yang sama kandungan K dalam daun cenderung terendah. Hal ini dimungkinkan karena pada perlakuan tersebut mengandung unsur K yang tinggi sehingga mengakibatkan unsur K berlebih akibatnya akan menginterfensi penyerapan dan ketersediaan unsur Ca dan Mg. Unsur Na merupakan salah satu unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman kakao. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Baon, et al., 2003 menunjukkan bahwa tanaman kakao dalam pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan sejumlah tertentu Na dalam kompleks pertukaran di dalam tanah. Kandungan Na tertinggi diperoleh pada perlakuan 5 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + bio urine. Tabel 4. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik (Kompos) dan Pupuk Hayati terhadap Kandungan Unsur Hara Nitrogen (N), Posfat (P), Kalium (K), dan Karbon Organik (Ca), Magnesium (Mg), dan Natrium (Na) pada Jaringan Tanaman Perlakuan N P K Ca Mg Na (%) P1 1,69 0,12 a 1,59 c 2,61 c 0,62 40 b P2 1,69 0,11 a 0,84 a 2,85 d 0,56 45 b P3 1,64 0,15 b 1,17 b 2,56 c 0,58 36 a P4 1,68 0,14 b 1,41 c 2,37 b 0,51 23 a P5 1,66 0,18 c 1,28 b 2,07 a 0,51 93 d P6 1,70 0,17 c 1,78 d 1,80 a 0,50 61 c P7 (kontrol) 1,69 0,17 c 1,70 d 2,30 b 0,54 50 b Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%. Hasil Tanaman Kakao Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah rata-rata buah panen per plot pohon sampel. Jumlah buah panen selama 4 bulan pengamatan menunjukkan bahwa bulan pertama (Mei) jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan 4, yaitu pemberian kompos 5 kg+pupuk hayati 30 gr+pesnab yaitu 40 buah sedangkan hasil terendah diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk Urea 250 gr + NPK 300 gr (kontrol) yaitu 12 buah. Pada pengamatan bulan kedua (Juni) dimana pada bulan ini merupakan puncak panen, jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan 2, yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr yaitu 136 buah, sedangkan jumlah buah terendah juga diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk Urea 250 gr + NPK 300 gr (kontrol) yaitu 54 buah. Pada pengamatan ketiga (Juli) jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan kompos 5 kg+pupuk hayati 30 gr+pesnab yaitu 16 buah. Pada pengamatan keempat (September) jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan 2, yaitu pemberian pupuk kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr yaitu 58 buah. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemberian 5 kg kompos yang dikombinasikan dengan pupuk hayati 30 gr dengan atau tanpa pesnab akan meningkatkan jumlah panen buah kakao. Hal ini diduga karena pemberian kompos dan pupuk hayati dengan dosis Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1507

7 tersebut dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman kakao pada lokasi kajian. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Baon dan Abdoellah, 2002, menyatakan bahwa penambahan bahan organik berupa kompos sebanyak 5 kg dapat meningkatkan hasil buah kakao karena bahan organik merupakan penyedia hara sekunder dan hara tambahan bagi tanaman. Sedangkan menurut pengalaman petani kooperator setelah melalukan pengamatan pada beberapa kali aplikasi perlakuan menyimpulkan bahwa pemberian kompos 5 kg yang dikombinasikan dengan pupuk hayati 30 gr dan pestisida nabati memberikan jumlah buah yang terbanyak (perlakuan ke-4). Tabel 5. Pengaruh pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap total jumlah buah panen pada empat kali pengamatan. Jumlah buah panen (buah) Rataan Perlakuan I (Mei) II III IV (Juni) (Juli) (Sept) P ,5 P ,5 P ,5 P P ,5 P P7 (kontrol) Tabel 6. Pengaruh pemberian dan pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap berat ratarata per buah pada empat kali pengamatan. Berat rata-rata per buah (gr) Perlakuan I (Mei) II (Juni) III (Juli) IV (Sept) Rataan P1 386,94 a 448,67 a 455,33 a 469,33 a 440,07 P2 405,06 a 419,33 a 423,00 a 426,67 a 418,52 P3 421,67 a 478,00 a 459,67 a 455,00 a 453,59 P4 400,67 a 392,67 a 385,67 a 387,67 a 389,41 P5 441,94 a 433,67 a 468,33 a 481,67 a 456,4 P6 443,89 a 372,00 a 409,67 a 448,33 a 418,47 P7 (kontrol) 342,22 a 427,33 a 422,00 a 464,00 a 413,89 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati dan pestisida nabati berpengaruh nyata terhadap berat per buah, tapi tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Berat rata-rata buah kakao yang tertinggi diperoleh pada perlakuan 5, yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + bio urin yaitu sebesat 456,4 gram. Hal ini disebabkan karena diduga dengan adanya penambahan pupuk hayati yang dikombinasikan dengan Bio urine dapat meningkatkan berat buah kakao. Hal ini dimungkinkan karena kompos dan pupuk hayati banyak mengandung mikroorganisme yang akan menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan yang dapat memacu dan perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah-daerah pencarian unsur-unsur hara semakin luas. Dengan demikian maka dapat lebih menambah hara sebagai nutrisi yang dapat ditranslokasikan ke bagian tanaman termasuk buah yang dihasilkan (Tambunan E.R., 2009). Selain itu bio urine merupakan sumber energi dan karbon bagi mikroorganisme tanah yang aktif dalam proses dekomposisi hara bagi tanaman. Pemberian pupuk organik dan bio urine dalam jumlah yang sesuai akan mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

8 Kesimpulan 1. Pemberian pupuk organik (kompo s) dan pupuk hayati dapat meningkatkan kemasaman (ph) tanah dan sifat kimia tanah lainnya sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah 2. Pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati dapat meningkatkan kandungan hara pada jaringan tanaman 3. Hasil tanaman kakao tertinggi diperoleh pada perlakuan perlakuan pemberian Kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr yaitu 54,5 buah sedangkan hasil tanaman kakao yang terendah diperoleh pada perlakuan Kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr, yaitu 31,5 buah. 4. Berat rata-rata buah kakao tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + biourin yaitu 1825,61 gram, dan terendah diperoleh pada Kompos 5 kg+pupuk hayati 30 gr+pesnab Daftar Pustaka Abdoellah. S Perkembangan Penelitian. Panduan lengkap Kakao. Manajemen Agribisnis dari hulu hingga hilir. Penebar Swadaya. Jakarta Badan Pusat Statistik, Sulawesi Selatan Dalam Angka. Makassar, Sulawesi Selatan Baon B.J., Abdoellah S., Status Lengas dan Hara Pertanaman Kopi Robusta Saat Kemarau Akibat Penambahan Pupuk Nitrogen dan Bahan Organik. Pelita Perkebunan. Jurnal Penelitian Kopi dan Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Vol. 18 Nomor 2 Baon B.J., Abdoellah S., Nurkholis, Sugiyono, dan Sri Winarsih Produksi Tanaman Kakao dan Status Hara Tanaman Maupun Tanah Akibat Penggantian Pupuk Kalium Klorida dengan Natrium Klorida. Pelita Perkebunan. Jurnal Penelitian Kopi dan Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Vol. 19 Nomor 2 Dinas Perkebunan Action plant (Langkah Operasional) Gerakan Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao ton pada tahun Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Perkebunan Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao untuk Mendukung Rencana Pengembangan Industri Pengolahan Kakao. Pemerintah Sulawesi Selatan. [DJP] Direktorat Jenderal Perkebunan, Pedoman Umum Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional Departemen Pertanian. Jakarta Hardjowigeno, S Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Utami dan Handayani, Pengaruh Pemupukan N terhadap Status Lengas Tanah dan Daun Kopi pada Perioede Bulan Kering. Pelita Perkebunan. 12, Wachyar, A. dan L. Kadarisman Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik Cair dan Pupuk Organik serta Frekuensi Aplikasinya terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao ( Theobroma cacao, L) Belum Menghasilkan. Bul. Agronomi. 35 (3): Tanbunan TR, Jakarta Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1509

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan PENDAHULUAN Latar belakang Kakao adalah salah satu komoditas unggulan perkebunan yang prospektif serta berpeluang besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena sebagian besar diusahakan melalui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri lainnya.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L) PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L) The Effect of Local Micro Organisms and NPK Fertilizers on Growth

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Volume 8, No 3 : 38-42 TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt. L) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2), karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara IV. HASIL 4.. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Data fisikokimia tanah awal percobaan disajikan pada Tabel 2. Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong agak masam yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik dan Kimia Tanah Awal Sifat fisik tanah di lokasi penelitian dengan jenis tanah Vertisol menunjukkan tekstur lempung liat berdebu. Fraksi tanah yang dominan

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang dalam bahasa (Jawa) adalah nama tanaman dari familia Alliaceae. Umbi dari tanaman bawang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: 978-602-18962-9-7 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTOSIL TERHADAP TOTAL MIKROORGANISME TANAH DAN AKTIVITAS MIKROORGANISME (RESPIRASI) TANAH PADA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Fisika dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisik dan kimia tanah tempat pelaksanaan penelitian di Dutohe Kecamatan Kabila pada lapisan olah dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan salah satu komoditas ekspor dari sektor perkebunan hortikutura. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. PENDAHULUAN Latar Belakang Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. Pada perusahaan makanan dan minuman, melon digunakan sebagai bahan penyedap rasa dan memberikan aroma

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN RESPON PERTUMBUHAN STEK TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP JENIS DAN TAKARAN PUPUK ORGANIK Lendri Yogi, Gusmiatun, Erni Hawayanti Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi seperti vitamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan lahan pertanian yang cukup besar, sebagaian besar penduduk Indonesia hidup pada hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 Nasih Widya Yuwono, Benito Heru Purwanto & Eko Hanudin Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Survei lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam berbagai segi kehidupan manusia, hewan dan tanaman. Tanah mengandung banyak bahan organik dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura berjenis umbi lapis yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut 29 TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber K Tanah Sumber hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut mengandung

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG Nerty Soverda, Rinaldy, Irmia Susanti Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah di Bontonompo Gowa-Sulsel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza. : Dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pengembangan PT. East West Seed Indonesia.

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza. : Dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pengembangan PT. East West Seed Indonesia. 49 Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza Asal Tanaman Golongan Umur Batang Tinggi Tanaman Tinggi letak tongkol Warna daun Keseragaman tanaman Bentuk malai Warna malai Warna sekam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting di Indonesia. Selain memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, cabai juga memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan jenis sayuran yang sebagian besar daunnya bewarna hijau pucat dengan bentuk bulat serta lonjong. Sayuran ini mengandung vitamin

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS NUTRIFARM AG TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao)

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS NUTRIFARM AG TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao) PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS NUTRIFARM AG TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao) (The Influence of The Allotment of Some Doses Fertilizer Nutrifarn AG on The Growth of The Kakao Plant

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk majemuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, bobot segar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai sumber daya alam sangat penting dalam meyediakan sebahagian besar kebutuhan hidup manusia, terutama pangan. Pada saat ini kebutuhan akan pangan tidak

Lebih terperinci