LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP NUTRISI DI PERAIRAN PANTAI SERAMBI DELI KECAMATAN PANTAI LABU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP NUTRISI DI PERAIRAN PANTAI SERAMBI DELI KECAMATAN PANTAI LABU"

Transkripsi

1 1 LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP NUTRISI DI PERAIRAN PANTAI SERAMBI DELI KECAMATAN PANTAI LABU The Decomposition Rate and The nutrition contribution of Rhizophora mucronata Litter Leaf in Serambi Deli Beach Pantai Labu Sub-district Albino Panjaitan 1), Yunasfi 2), Tajuddin Siregar 2) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, ( albino.panjaitan@gmail.com) 2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT The mangrove litter which has been decomposed contributes organic matter as food source for many species of fish and other organisms in the mangrove ecosystem. The purpose of this research is to know the decomposition rate of R. mucronata litter leaf and to know the nutrient content of carbon (C), nitrogen (N) and phosphorus (P) in the R. mucronata litter leaf which been released during the decomposition time. This research was done at Serambi Deli Beach Deli Serdang Regency, North Sumatra Province during July until November This research used purposive sampling method at three stations and the determination of the station is done by seeing the availability of R. mucronata at the Serambi Deli Beach. The results showed that the decomposition rate of R. mucronata litter leaf on day 105 are 6,41 in stasiun I, 3,56 in station II and 5,35 in station III. The fastest decomposition rate is the station I with 6,41 and the slowest decomposition rate is the station II with 3,56. The nutrient of carbon during decomposition in 105 days are 23,48% at station I, 21,96% at station II and 28,4% at station III. Nutrient of nitrogen which been decomposed on day 105 are 0,42% in station I, 0,7% in station II and 0,54% in station III. Nutrient of phosphorus during decomposition in 105 days are 0,20% in station I, 0,22% in station II and 0,23% in station III. Keywords : Serambi Deli Beach, Decomposition, Rhizophora mucronata PENDAHULUAN Pantai Serambi Deli secara administrasi terletak di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dan secara geografis berada pada ,9 LU dan 98o54 30,7 BT. Pantai Serambi Deli merupakan daerah pengembangan budidaya laut dan tambak yang memiliki ekosistem mangrove dan vegetasi yang dominan di pantai Serambi Deli adalah mangrove berjenis Rhizophora. Pantai tersebut memiliki potensi ekowisata yang menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat di sekitarnya.

2 2 Mangrove berperan untuk memperta hankan kelangsungan hidup biota laut seperti ikan, udang, kepiting, siput dan biota lainnya. Mangrove juga berfungsi sebagai sumber makanan atau kesuburan pantai, tempat berlindung, berkembang biak atau tempat pembesaran biota laut lain. Serasah yang masuk ke perairan mengalami penguraian atau proses dekomposisi, serasah menjadi senyawa organik sederhana dan menghasilkan hara, sehingga dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Peran serasah dalam proses penyuburan tanah dan tanaman sangat tergantung pada laju produksi dan laju dekomposisinya. Proses dekomposisi serasah menghasilkan unsur hara yang berperan sangat penting bagi pertumbuhan mangrove dan menyokong kehidupan organisme di ekosistem laut dan estuari. Apabila produksi serasah di hutan mangrove ini dapat diperkirakan dengan benar dan dipadukan dengan perhitungan biomassa lainnya, akan diperoleh informasi penting dalam produksi, dekomposisi, dan siklus nutrisi di ekosistem hutan mangrove. Serasah mangrove yang terdekomposisi akan menghasilkan unsur hara yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman dan digunakan oleh jasad renik di lantai hutan dan sebagian lagi akan terlarut dan terbawa air surut ke perairan sekitarnya. Dekomposisi serasah terjadi karena beberapa faktor seperti jenis tanah, tingkat salinitas, ph tanah, suhu lingkungan, kandungan dalam bahan tanaman dan lain-lain. Salinitas akan mempengaruhi jumlah makrobentos yang terdapat di perairan karena perbedaan salinitas dapat keanekaragaman jenis maupun jumlah makrobentos yang berfungsi mempercepat laju dekomposisi. Pantai Serambi Deli merupakan daerah pengembangan budidaya laut dan tambak yang berada di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Pantai Serambi Deli memiliki ekosistem mangrove dan Vegetasi yang dominan di pantai Serambi Deli adalah mangrove berjenis Rhizophora. Pantai tersebut memiliki potensi ekowisata yang menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat di sekitarnya. Penelitian tentang laju dekomposisi serasah mempunyai arti penting karena serasah merupakan salah satu bagian terbesar dari ekosistem mangrove yang berperan penting terhadap kesuburan perairan melalui dekomposisi.berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu penelitian laju dekomposisi serasah daun. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan dari bula n Juli hingga November 2014.Penga mbilan sampel dilakukan di Pantai Serambi Deli, Kecamatan Pantai Labu, Deli Serdang, Sumatera Utara dan pengujian dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah serasah R. mucronata, MnSO 4, KOH-KI, H 2 SO 4, Na 2 S 2 O 3, amilum dan aquades. Alat yang digunakan berupa kantong serasah (litter bag) berukuran 40 x 30 cm yang terbuat dari nylon, jarum, benang nylon, oven, timbangan analitik, kamera

3 3 digital, cool box, tali, amplop, cutter, jarum suntik, thermometer, ph meter, refractometer, botol winkler, erlenmeyer, alat tuis dan koran. Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu untuk melihat kondisi lingkungan dan ketersediaan tanaman mangrove. Terdapat 3 stasiun pengambilan sampel dan penentuan stasiun berdasarkan Ketersediaan tanaman mangrove dari tepi pantai menuju daratan. Pengambilan serasah daun langsung dilakukan dari serasah yang jatuh secara alami di bawah pohon mangrove. Selanjutnya di siapkan 21 kantong serasah untuk tiap stasiun. Serasah daun R.mucronata di timbang dengan berat 50g tiap kantong menggunakan timbangan analitik selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong serasah. Setelah daun dimasukkan, kantong serasah di jahit kemudian di beri lubang pada dua sisi kantong agar kantong kantong dapat dihubungkan dengan tali. Kemudian kantongan serasah diikatkan pada lokasi yang sudah ditentukan. Pada sampling pertama (hari ke- 15) sampel di ambil secara acak dan sampel yang diambil tiap stasiunnya adalah 3 kantong. Kantong serasah dibersihkan selanjutnya sampel di bentangkan di atas koran untuk dikeringkan sehingga diperoleh berat basah pada serasah. Selanjutnya sampel dikeringk an dengan oven selama 1 x 24 jam. Setelah dikeringkan dengan oven, sampel ditimbang dengan timbangan analitik untuk memperoleh berat kering. Kemudian sampel digunakan untuk analisis unsur hara C, N dan P yang di analisis di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Analisis unsur hara dilakukan pada hari ke 0 (kontrol), 15, 45, 75 dan 105. Laju dekomposisi serasah daun R. mucronata dihitung dari penyusutan bobot serasah yang terdekomposisi. Metode Pengukuran Laju Dekomposisi Serasah Daun R. mucronata Pendugaan nilai laju dekomposisi serasah dilakukan menurut persamaan berikut (Olson) : Xt Xo = e kt Keterangan : X t = Berat serasah setelah periode..pengamatan ke-t X 0 = Berat serasah awal e = Bilangan logaritma...natural (2,72) k = Nilai Laju Dekomposisi t = Periode pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Parameter Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan pada tiap stasiun dilakukan sebanyak 8 kali pengukuran. Parameter fisika dan kimia yang diukur adalah: suhu, salinitas, ph, dan oksigen terlarut. Pada setiap stasiun di lokasi penelitian memiliki perbedaan nilai parameter fisika dan kimia perairan. Kisaran nilai parameter fisika dan kimia perairan di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1.

4 4 Tabel 1. Kisaran nilai parameter fisika dan kimia perairan Parameter Fisika Kimia Suhu Salinitas ph Oksigen Terlarut Satuan C 0 / 00 - mg/l Lokasi Stasiun I Stasiun II Stasiun III ,0-7,8 3,0-5, ,1-8,1 2,0-5, ,9-8,0 2,0-2,8 Laju Dekomposisi Dekomposisi serasah daun R. mucronata ditandai dengan terjadinya pengurangan bobot serasah pada tiap periode pengamatan yang dimulai dari hari ke-15 hingga hari ke-105. Semakin lama waktu pengamatan dekomposisi serasah, semakin besar pula persentase (%) penyusutan bobot serasah daun R. mucronata. Berdasarkan 105 hari pengamatan, nilai berat kering tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 31,98 gram sedangkan nilai berat kering terendah terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 7,9 gram. Berat kering serasah dapat dilihat pada gambar 1. stasiun II bernilai 3,56 dan stasiun III bernilai 5,35. Laju dekomposisi serasah dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Laju dekomposisi...serasah daun R..mucronata. Kandungan Unsur Hara Karbon, Nitrogen dan Fosor Kandungan unsur hara karbon (C) tertinggi di stasiun I dan II terdapat di hari ke 45, yaitu pada stasiun I sebesar 26,48%, stasiun II sebesar 30,64%. Sedangkan pada stasiun III terdapat di hari ke 105 yaitu sebesar 28,4%. Kandungan unsur hara karbon dapat dilihat pada gambar 3 Gambar 1. Berat kering serasah...r.mucronata Laju dekomposisi serasah daun R. mucronata selama 105 hari menunjukkan penurunan nilai yang cukup besar pada periode awal pengamatan. Nilai laju dekomposisi serasah daun R. mucronata pada hari ke 105 di stasiun I bernilai 6,41, Gambar 3. Kandungan unsur hara.karbon R. mucronata

5 5 Berdasarkan hasil dari laboratorium, kandungan unsur hara nitrogen tertinggi terdapat di hari ke 45, yaitu pada stasiun I sebesar 1,23%, stasiun II sebesar 1,08% dan stasiun II sebesar 1,39%. Kandungan unsur hara nitrogen dapat dilihat pada gambar 4. pada stasiun III yaitu sebesar 16,87%.Dapat dilihat pada gambar 6 Gambar 6. Rasio C/N R. mucronata Gambar 4. Kandungan unsur hara.nitrogen R.mucronata Berdasarkan hasil Laboratori um Riset dan Teknologi kandungan unsur hara fosfor yang diperoleh menunjukkan nilai yang tidak terlalu tinggi. Nilai unsur hara fosfor yang tertinggi terdapat di hari ke 45 pada stasiun III yaitu 0,28%. Kandungan unsur fosfor dapat dilihat pada gambar 5. Makrobentos Makrobentos merupakan salah satu organisme yang berperan dalam proses dekomposisi serasah daun R. mucronata. Makrobentos mengkonsumsi serasah mangrove dengan mencacah dan merobekrobek serasah menjadi bagian yang kecil, kegiatan konsumsi tersebut menghasilkan kotoran yang kemudian dikonsumsi oleh bakteri dan fungi. Kelas Ordo Genus Gastropoda Mesogastropoda Basammotophora Eubonia, Telescopium Pupoides Crustaceae Decapada Chiromantes Gambar 5. Kandungan unsur hara.fosfor R. mucronata Rasio C/N merupakan salah satu indikator dalam laju dekomposisi serasah daun R. mucronata. Dari hasil analisis diketahui nilai C/N termasuk kategori tinggi, nilai C/N tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu sebesar 58,95 %. Nilai C/N terendah terdapat Turbellaria Macrostomida Microstonum Tabel 2. Jenis-jenis makrobentos...yang ditemukan di dalam...kantong serasah daun R..mucronata Pembahasan Parameter Fisika dan Kimia Perairan Parameter kualitas air berpe ngaruh terhadap laju dekomposisi serasah daun Rhizophora mucronata di pantai Serambi Deli. Kisaran masing-masing nilai parameter fisika dan kimia lingkungan perairan pantai Serambi Deli meliputi suhu,

6 6 salinitas, ph dan DO (oksigen terlarut). Nilai parameter fisika dan kimia perairan dijelaskan sebagai berikut. Suhu Berdasarkan hasilpengukuran suhu di Pantai Serambi Deli, stasiun I berkisar C, pada stasiun II dan stasiun III berkisar C. Suhu pada tiap stasiun tergolong tinggi, hal ini disebabkan oleh pengukuran suhu yang dilakukan pada siang menjelang sore hari. Penyebab lainnya adalah wilayah pengambilan merupakan daerah yang terbuka, sehingga intensitas cahaya yang diterima tinggi. Suhu yang sesuai bagi kehidupan dan produksi daun mangrove adalah suhu rata-rata daerah tropis yaitu C dan kisaran suhu yang diukur di setiap stasiun pengamatan termasuk dalam kisaran tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu di lokasi penelitian sesuai untuk pertumbuhan mangrove. Sesuai dengan Baku Mutu pada kepmen LH No. 51 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa suhu air laut yang ideal untuk mangrove adalah C (MNLH, 2004). Salinitas Nilai kisaran salinitas antar stasiun adalah Hasil nilai kisaran salinitas antar stasiun yaitu pada stasiun I /oo, stasiun II /oo dan stasiun III /oo. Menurut Arksonkoe (1993), salinitas merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan perkembangan hutan mangrove, terutama bagi laju pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Nilai kisaran salinitas tertinggi terdapat pada stasiun I dengan nilai /oo, disebabkan oleh letak stasiun I yang dekat pantai sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun III dengan nilai /oo. Hasil pengamatan pada stasiun III tersebut diduga karena lokasinya yang dekat dengan aliran sungau dan jauh dari pantai sehingga tidak terlalu dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Derajat Keasaman (ph) Kisaran nilai ph yang didapat dari masing-masing stasiun pengamatan cenderung bersifat basa yaitu 6,0 7,8 pada stasiun I, 6,1 8,1 pada stasiun II, dan 5,9 8,0 pada stasiun III. Hal ini sesuai dengan penelitian Wibisana (2004) yang menyatakan bahwa nilai ph berkisar antara merupakan ph perairan cenderung bersifat basa termasuk kisaran normal bagi ph air laut Indonesia yang pada umumnya bervariasi berkisar antara Nilai kisaran ph tertinggi terdapat di stasiun II yaitu 6,1 8,1. Letak stasiun II yang berdekatan dengan aliran sungai memungkinkan terjadinya perubahan nilai ph. Menurut Handayani (2004), nilai ph di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain salinitas, aktivitas fotosintesis, aktivitas biologi, suhu. Perubahan nilai ph sedikit saja akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga pada perairan tersebut. Oksigen Terlarut ( DO ) Kisaran nilai kandungan oksigen terlarut (DO) pada tiap stasiun pengamatan tergolong rendah, yaitu 3,0 5,0 pada stasiun I, 2,0 5,0 pada stasiun II. Nilai kandungan oksigen terendah terdapat pada pada stasiun III yaitu 2,0 2,8. Rendahnya nilai kandungan oksigen terlarut diduga

7 7 karena tingginya aktivitas organisme dan mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik yang berasal dari sumbangan hutan mangrove maupun dari darat. Tis in (2008) kandungan oksigen yang lebih rendah pada stasiun pengamatan sesuai dengan produksi serasah yang cenderung lebih tinggi sehingga kebutuhan oksigen untuk proses dekomposisi juga relatif lebih besar. Laju Dekomposisi Serasah Daun R. mucronata Nilai laju dekomposisi pada tiap stasiun menunjukkan perbedaan pada periode tertentu, dimana nilai laju dekomposisi tertinggi terjadi di periode awal penelitian. Lamanya waktu penelitian mempengaruhi nilai laju dekomposisi yang ditandai dengan semakin menurunnya nilai laju dekomposisi hingga sisa periode (waktu akhir) penelitian. Berdasarkan hasil penelitian nilai laju dekomposisi tertinggi terjadi di 15 hari pertama periode penelitian dan hal ini terjadi di tiap stasiun penelitian. Tingginya dekomposisi serasah pada 15 hari pertama diduga karena di awal waktu serasah gugur terjadi penguraian bahan-bahan organik yang dilakukan oleh dekomposer yang ditandai dengan berkurangnya berat serasah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilaporkan oleh (Farooqui, dkk., 2014), bahwa laju dekomposisi daun mangrove A. marina dan R. mucronata menunjukkan kehilangan berat yang sangat cepat pada awal penelitian dan selanjutnya laju dekomposisi mengalami penurunan hingga sisa periode penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan lokasi mempengaruhi nilai laju dekomposisi pada tiap stasiun. Hal ini diduga faktor lingkungan seperti parameter fisika kimia yang bervariasi pula setiap harinya menyebabkan keberadaan organisme dan mikroorganisme pengurai pada kawasan tersebut juga bervariasi. Menurut (Prabudi, 2013), kecepatan terdekomposisi mungkin berbedabeda dari waktu ke waktu tergantung factor-faktor yang mempengaruhi nya. Pada hari ke-105, bobot berat kering serasah daun R. mucronata pada stasiun I adalah sebesar 7,9, stasiun II sebesar 17,93, dan pada stasiun III sebesar 10,73. Nilai bobot kering terendah terdapat pada stasiun I sebesar 7,9 yang artinya stasiun I mengalami laju dekomposisi paling cepat. Penurunan bobot kering/sisa serasah daun yang sangat drastis terjadi pada awal pengamatan di hari ke- 15. Jika ditinjau dari faktor fisika kimia lingkungan pada awal pengamatan di stasiun II parameter ph sebesar 7.8, suhu sebesar 31 ºC dan salinitas sebesar 28, kondisi tersebut sangat bagus untuk perkembangan makrooganisme dan mikroorganisme sehingga proses pendekomposisian berlangsung cepat. Hasil pengamatan DO termasuk rendah sebesar 3 mg/l kondisi ini menunjukkan adanya aktivitas biota yang tinggi pada stasiun tersebut. Kandungan Unsur Hara Karbon, Nitrogen dan Fosfor Kandungan unsur hara di dalam serasah daun mangrove R. mucronata dapat dimanfaatkan oleh hewan air, tumbuhan maupun mikroorganisme di wilayah hutan mangrove. Laju dekomposisi yang ditandai dengan berkurangnya bobot serasah daun dapat menunjukkan adanya kandungan usur hara yang dilepas dari serasah daun. Nilai laju

8 8 dekomposisi serasah daun yang tinggi (cepat) memberi dugaan tingginya kandungan unsur hara yang terlepas dari serasah daun. Menurut (Ulqodry, 2008), bahwa kualitas nutrisi yang tinggi akan menghasilkan proses dekomposisi yang lebih cepat. Kandungan unsur hara yang dianalisis meliputi karbon, nitrogen dan fosfor. Karbon (C-Organik) Kandungan unsur hara karbon dalam serasah daun R. mucronata yang terdekomposisi mengalami peningkatan pada awal pendekomposisian yang terjadi di stasiun I dan stasiun II, yaitu pada hari ke- 15 dan hari ke- 45 kemudian mengalami penurunan kembali pada hari ke- 75 seterusnya sampai akhir pendekomposisian hari ke Kandungan unsur hara karbon dengan lama dekomposisi 15 hari pada stasiun I sebesar 24,76 %, stasiun II sebesar 23,54%. Kandungan karbon meningkat pada hari ke 45 yakni stasiun I sebesar 26,48%, stasiun II sebesar 30,64%. Pada hari ke 75 dan 105 kandungan unsur hara karbon mengalami penurunan. Sesuai dengan yang dinyatakan Ulqodry (2008), bahwa kandungan unsur hara karbon cenderung menurun seiring dengan penambahan waktu dekomposisi dan pengurangan ukuran partikel serasah. Nitrogen Berdasarkan hasil analisis kandungan nitrogen tertinggi ialah pada hari ke 45 di stasiun III yang bernilai 1,39 %, sedangkan kandungan nitrogen terendah terdapat di stasiun I pada hari ke 15 dan 105 dengan nilai 0,42 %. Berdasarkan hasil dari Gambar 15, dijelaskan bahwa peningkatan kadar unsur hara Nitrogen terjadi pada hari ke 15 sampai hari ke 45 selanjutnya serasah mengalami penurunan unsur hara Nitrogen pada hari ke 75 sampai hari ke 105. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nilai kandungan nitrogen pada setiap stasiun dan lama waktu proses pendekomposisian yang dilakukan di lapangan, hal ini diduga oleh aktifitas makrobentos yang terdapat pada tempat serasah itu di letakkan dan aktifitas fungi yang terdapat pada serasah daun R. mucronata yang membantu proses dekomposisi serasah yang menyebabkan perbedaan kadar nitrogen. Seperti yang dinyatakan oleh Ulqodry (2008), serasah yang memiliki kandungan unsur hara N tinggi cenderung disukai oleh dekomposer karena lebih mudah dicerna (digestibility). Fosfor Berdasarkan hasil Gambar 5 kandungan nilai fosfor yang dihasilkan relatif rendah. Nilai tertinggi terdapat pada hari ke- 45 di stasiun III yaitu 0,28 %, sedangkan nilai terendah terdapat pada hari ke- 15 di stasiun II yaitu 0,13 %. Kandungan fosfor di stasiun II mengalami peningkatan, dimana hari ke- 15 bernilai 0,13 %, hari ke 45 bernilai 0,20 %, hari ke- 75 dan 105 sama yaitu 0,22 %. Kandungan fosfor pada stasiun II memiliki kadar yang berbeda tanpa menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Handayani (2004) yang menyatakan bahwa kandungan unsur hara p dalam serasah relatif rendah, disebabkan oleh sifat P yang mudah bergerak didalam tanaman sehingga bila terjadi kekurangan unsur ini pada suatu tanaman. Unsur hara P

9 9 yang ada pada jaringan tanaman akan dialokasikan ke jaringan yang masih aktif sehingga serasah yang merupakan jaringan tua akan mengandung P yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan organ tanaman yang belum jatuh (masih aktif). Rasio C/N Hasil analisis yang diperoleh dalam laju dekomposisi serasah daun R. mucronata menunjukkan bahwa rasio C/N selama periode penilitian memiiliki nilai rata- rata di atas 30. Rasio C/N yang tinggi menunjukkan bahan organik masih mentah dan menunjukkan tingkat kesulitan substrat terdekomposisi. Menurut Dewi (2009) bahwa C/N merupakan salah satu indikator untuk melihat laju dekomposisi bahan organik, dimana semakin tinggi C/N maka akan semakin lama bahan organik itu terdekomposisi. Hal ini tidak sesuai dengan hasil laju dekomposisi serasah daun R. mucronata pada stasiun III (hari ke 105) yang merupakan stasiun yang paling lama mengalami proses dekomposisi namun memiliki nilai rasio 52,59. Menurut Arief (2003) nisbah C/N serasah awal R. mucronata dan A. Marina maupun selama proses dekomposisi selama (2 bulan) mempunyai nilai diatas 30 yang berarti terjadi immobilitasi nitrogen tanah. Nisbah C/N yang tinggi menunjukan bahwa dekomposisi belum lanjut atau baru dimulai. Makrobentos Laju dekomposisi serasah daun dipengaruhi oleh makroorganisme dan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik. Biota mangrove sendiri membutuhkan serasah daun sebagai pakan dimana makroorganisme dan mikroorganisme membutuhkan karbohidrat dan protein. Hal ini didukung oleh penelitian (Siddiqui, dkk., 2009) bahwa makrobentos berperan penting dalam laju dekomposisi di hutan mangrove Indus Delta, Pakistan. Kepadatan makrobentos mempengaruhi laju dekomposisi. Kehidupan makrobentos dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan semakin tinggi suhu akan meningkatkan aktivitas makrobentos yang juga akan mempercpat laju dekomposisi. Kehidupan makrobentos membutuhkan habitat berlumpur yang telah dihambat oleh perakaran pohon.selain itu, makrobentos harus mampu hidup dengan membenamkan diri dalam lumpur di bawah pohon (Gultom, 2009). Hal ini sesuai dengan lokasi penelitian untuk tiap stasiun, dimana semua stasiun memiliki substrat yang berlumpur sehingga terdapat keanekaragaman makrobentos yang mempengaruhi proses laju dekomposisi. Jenis-jenis makrobentos yang ditemukan pada kantong serasah R.mucronata adalah dari kelas Gastropoda, Crustaceae dan Turbellaria. Jenis makrobentos tersebut merupakan jenis yang umum dijumpai pada kawasan hutan mangrove. Hal ini sesuai dengan Talib (2008) bahwa beberapa jenis invertebrata makrobentik yang bisa dijumpai di habitat mangrove antara lain adalah dari jenis krustasea seperti lobster lumpur (Thalassina sp.), kepiting bakau, serta beberapa jenis dari gastropoda, polychaeta, brachyurans, dan sipunculida. Jumlah makrobentos di tiap stasiunnya didominasi oleh jenis

10 10 siput yang selalu ada pada tiap periode pengambilan kantongan serasah daun. Siput mendominasi sejak periode awal hingga akhir penelitian dan diikuti oleh kepiting dan cacing yang ditemukan pada periode pertengahan hingga akhir penelitian. Jumlah dari tiap jenis makrobentos turut mempengaruhi nilai laju dekomposisi serasah daun, banyaknya makrobentos yang didapat mengindikasikan tingginya pengurangan bobot serasah daun dan tingginya nilai laju dekomposisi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Nilai laju dekomposisi serasah daun R, mucronata pada tiap stasiun mengalami perbedaan yang disebabkan oleh variasi parameter fisika dan kimia serta aktivitas makrobentos di tiap stasiun. Nilai laju dekomposisi di hari ke 105 pada stasiun I sebesar 6,41, stasiun II sebesar 3,56 dan stasiun III sebesar 5, Kandungan unsur hara karbon tertinggi terjadi pada stasiun II sebesar 30,64 % dan terendah terjadi pada stasiun III sebesar %. Kandungan unsur hara nitrogen tertinggi terjadi pada stasiun III dan stasiun II sebesar 1.39 % dan terendah terjadi pada stasiun I,II dan III sebesar 0.42 % dan kandungan unsur hara fosfor tertinggi terjadi pada stasiun III sebesar 0.28 % dan terendah terjadi pada stasiun II sebesar 0.13 %. 3. Nilai kandungan unsur hara (C, N, P) menunjukkan perbedaan pada setiap lokasi penelitian disebabkan oleh pengaruh laju dekomposisi. Nilai laju dekomposisi yang tinggi memberikan dugaan tingginya kandungan unsur hara yang dilepas ke perairan. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kajian kepadatan dan analisis vegetasi hutan mangrove dan kaitannya dengan laju dekomposisi serasah daun Rhizophora mucronata. DAFTAR PUSTAKA Arief, A Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaat. Kanisius. Yogyakarta. Aksornkoae, S. Ecology and Management of Mangrove. IUCN, Bangkok, Thailand Dewi, N Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina Pada Berbagai Tingkat Salinitas. [Skripsi]. USU. Medan. Farooqui, Z., J. S. Pirzada and R. Munawwer Changes in Organic, Inorganic Contents, Carbon Nitrogen Ratio indecomposing Avicennia marinaand Rhizophora mucronata Leaves on TidalMudflats in Hajambro Creek, Indus Delta, Pakistan. The Jounal of Tropical Life Science. 4 (1) : Gultom, I. M Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizopora mucronata Pada Berbagai Tingkat Salinitas. [Skripsi]. USU. Medan. Handayani, T Laju Dekomposisi Serasah Mangrove Rhizopora

11 11 mucronatadi Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, Jakarta. [Skripsi]. IPB. Bogor. MNLH Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta: KEP No.51/MNLH/I/2004. Prabudi, T Laju Dekomposisi Serasah Rhizophora stylosa Pada Berbagai Tingkat Salinitas. [Skripsi]. USU. Medan. Siddiqui, P. J. A., F. Zafar., E. V. Ehsan., R. Munawwer and S. Sheema Studies on Decomposition Rates of Avicennia andrhizophora Leaves on Tidal Mudflats in Active Indus Deltaic Area of Pakistan. Journal Int. J. Phycol. Phycocem. 5 (1) : Takalar, Sulawesi Selatan. [Tesis] Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Ulqodry, T. Z Produktifitas Serasah Mangrove dan Potensi Kontribusi Unsur Hara di Perairan Mangrove Tanjung Api-Api Sumatera Selatan. [Tesis]. IPB. Bogor. Wibisana, B. T Produksi dan Laju Dekomposisi Serasah Mangrove di Wilayah Pesisir Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. [Skripsi] Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. IPB. Bogor Talib, M.F Struktur dan Pola Zonasi (Sebaran) Mangrove Serta Makrozoobenthos Yang Berkoeksistensi, Di Desa Tanah Merah dan Oebelo Kecil Kabupaten Kupang. [Skripsi] Program Studi Ilmu Dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor Tis in, M Tipologi Mangrove dan Keterkaitannya dengan Populasi Gastropoda Littorina neritoides (LINNE, 1758) di Kepulauan Tanakeke, Kabupaten

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP NUTRISI DI PERAIRAN PANTAI SERAMBI DELI KECAMATAN PANTAI LABU

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP NUTRISI DI PERAIRAN PANTAI SERAMBI DELI KECAMATAN PANTAI LABU LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP NUTRISI DI PERAIRAN PANTAI SERAMBI DELI KECAMATAN PANTAI LABU The Decomposition Rate and The Nutrition Contribution of Avicennia

Lebih terperinci

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina SETELAH APLIKASI FUNGI Aspergillus sp PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS SKRIPSI OLEH:

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina SETELAH APLIKASI FUNGI Aspergillus sp PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS SKRIPSI OLEH: LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina SETELAH APLIKASI FUNGI Aspergillus sp PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS SKRIPSI OLEH: SAPRIL ANAS HASIBUAN 071202026/BUDIDAYA HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. N dan P dilakukan secara Ex situ di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas

METODE PENELITIAN. N dan P dilakukan secara Ex situ di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas 22 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan (Februari 2017 sampai April 2017). Pengambilan sampel akan dilakukan di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjungbalai

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE Rhizophora stylosa DI DESA PULAU SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA FINA FITRIYANI 120302007 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Decomposition Rate of Rhizophora apiculata Litter and Nutrient Analysis C, N and P at the Serambi Deli Beach Pantai Labu, Sumatera Utara

Decomposition Rate of Rhizophora apiculata Litter and Nutrient Analysis C, N and P at the Serambi Deli Beach Pantai Labu, Sumatera Utara Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora apiculata dan Analisis Unsur Hara C, N dan P di Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Decomposition Rate of Rhizophora apiculata Litter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: Widya Kurniawan Putra Budidaya Hutan

SKRIPSI OLEH: Widya Kurniawan Putra Budidaya Hutan LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata SETELAH APLIKASI FUNGI Penicillium sp., Aspergillus sp., DAN Curvularia sp. PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS SKRIPSI OLEH: Widya Kurniawan Putra 061202003

Lebih terperinci

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS SKRIPSI Oleh : NURITA DEWI 051202011/BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. daratan dengan ekosistem lautan. Oleh karena itu, ekosistem ini mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. daratan dengan ekosistem lautan. Oleh karena itu, ekosistem ini mempunyai 5 TINJAUAN PUSTAKA Mangrove merupakan suatu formasi hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, lantai hutannya tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut. Ekosistem mangrove merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di hutan mangrove pesisir Desa Durian dan Desa Batu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di hutan mangrove pesisir Desa Durian dan Desa Batu III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di hutan mangrove pesisir Desa Durian dan Desa Batu Menyan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

Acta Aquatica, 4:2 (Oktober, 2017): Acta Aquatica. Aquatic Sciences Journal

Acta Aquatica, 4:2 (Oktober, 2017): Acta Aquatica. Aquatic Sciences Journal ISSN. 246-9825 Acta Aquatica, 4:2 (Oktober, 217): 88-94 Acta Aquatica Aquatic Sciences Journal Dekomposisi serasah daun mangrove Rhizophora apiculata di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjungbalai, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah Purpossive Random Sampling dengan menentukan tiga stasiun pengamatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juni sampai dengan 31 Juli 2013. Penelitian meliputi kegiatan lapangan dan kegiatan laboratorium. Kegiatan

Lebih terperinci

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS THE RATE OF LEAF LITTER DECOMPOSITION Rhizophora mucronata AT DIFFERENT LEVELS OF SALINITY Dibimbing : 1. Dr. Sunarto,

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret- 20 Juli 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API (Avicennia marina Forssk. Vierh) DI DESA LONTAR, KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN Oleh: Yulian Indriani C64103034 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak di Cagar Alam Leuweung Sancang. Cagar Alam Leuweung Sancang, menjadi satu-satunya cagar

Lebih terperinci

Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya

Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya Amirunnas * Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marinapada BERBAGAI TINGKAT SALINITAS

DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marinapada BERBAGAI TINGKAT SALINITAS DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marinapada BERBAGAI TINGKAT SALINITAS DecompositionAvicennia marina Leaf Litter At Various Levels Of Salinity Elisa Januarita Doloksaribu 1), Yunasfi 2), Zulham A. Harahap

Lebih terperinci

Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo   ABSTRAK ANALISIS LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Soneratia alba J.E Smith DI KAWASAN PESISIR DESA KRAMAT KECAMATAN MANANGGU KABUPATEN BOALEMO Widyawati Adam 1., Ramli Utina 2., Dewi Wahyuni K. Baderan 2., 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kajian populasi Kondisi populasi keong bakau lebih baik di lahan terlantar bekas tambak dibandingkan di daerah bermangrove. Hal ini ditunjukkan oleh nilai kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang memiliki ciri khusus yaitu lantai hutannya selalu digenangi air, dimana air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS SKRIPSI Oleh: INTAN MARLINA GULTOM 041202012/BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 17 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008-Mei 2009 di Lokasi Rehabilitasi Lamun PKSPL-IPB Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Dua, Kepulauan

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE Rhizophora stylosa DI DESA PULAU SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

PRODUKSI DAN DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE Rhizophora stylosa DI DESA PULAU SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA PRODUKSI DAN DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE Rhizophora stylosa DI DESA PULAU SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA (Production and Decomposition of Mangrove Leaf Litter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunitas yang hidup didalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta

TINJAUAN PUSTAKA. komunitas yang hidup didalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove Hutan mangrove adalah Pohon- pohon yang tumbuh didaerah pantai, yang memiliki ciri yaitu tidak terpengaruh iklim, dipengaruhi oleh pasang surut, tanah terus tergenang air

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdapat di sepanjang pantai tropis dan sub tropis atau muara sungai. Ekosistem ini didominasi oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memegang peranan penting, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai berlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi pertukaran materi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian secara umum berada di Kabupaten Indramayu tepatnya di Desa Brondong Kecamatan Pasekan. Wilayah pesisir di sepanjang pantai

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI GASTROPODA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KECAMATAN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI GASTROPODA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KECAMATAN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA KEPADATAN DAN DISTRIBUSI GASTROPODA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KECAMATAN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA LonggonTanjung*), Suwondo, Elya Febrita, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi. Habitat berbagai organisme makrobentik. Polychaeta

Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi. Habitat berbagai organisme makrobentik. Polychaeta Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi Habitat berbagai organisme makrobentik Kelompok makrobentik infauna yang berperan penting pada ekosistem substrat lunak Berperan dalam proses

Lebih terperinci

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03LU '6.72 BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km. 8 menyebabkan kematian biota tersebut. Selain itu, keberadaan predator juga menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi hilangnya atau menurunnya jumlah makrozoobentos. 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara megabiodiversitas memiliki diversitas mikroorganisme dengan potensi yang tinggi namun belum semua potensi tersebut terungkap. Baru

Lebih terperinci

1. Laju dekomposisi serasah tertinggi antar stasiun pada daun A. alba terdapat hari

1. Laju dekomposisi serasah tertinggi antar stasiun pada daun A. alba terdapat hari 51 1. Laju dekomposisi serasah tertinggi antar stasiun pada daun A. alba terdapat hari ke 15 pada stasiun III dengan nilai 2,81 nilai terendah hari ke 90 pada stasiun III dengan nilai 0,52. 2.Unsur hara

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2010 pada 3 (tiga) lokasi di Kawasan Perairan Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat,

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

2.2. Struktur Komunitas

2.2. Struktur Komunitas 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fisika Kimia Perairan Lokasi budidaya rumput laut diketahui memiliki dasar perairan berupa substrat pasir dengan serpihan karang mati. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan dilakukan dengan Metode Purpossive Random Sampling pada tiga stasiun penelitian. Di masing-masing stasiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup yang berada di suatu lingkungan akan saling berinteraksi, interaksi terjadi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup itu sendiri maupun makhluk

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia sekitar 3.735.250 ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove Indonesia

Lebih terperinci

Diagram pie perbandingan zona pasang tertinggi dan terendah

Diagram pie perbandingan zona pasang tertinggi dan terendah hasil stok karbon Diagram pie perbandingan zona pasang tertinggi dan terendah Biomassa Mangrove di Zona Pasang Tertinggi 0% Batang Nekromassa 16% 0% Akar seresah Biomassa Mangrove di zona Pasang Terendah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis PENDAHULUAN Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting dalam pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis kondisi dan keberadaannya. Beberapa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT. 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau

Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT. 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau ANALYSIS ORGANIC MATERIALS AND COMMUNITY STRUCTURE IN THE MANGROVE SWAMP OF MAKROZOOBENTHOS IN ROKAN HILIR REGENCY by Melia Azian 1 ), Irvina Nurrachmi 2 ), Syahril Nedi 3 ) Fisheries and Marine Science

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah perairan, perairan tersebut berupa laut, sungai, rawa, dan estuari. Pertemuan antara laut dengan sungai disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Tjardhana dan Purwanto,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda (tawar dan laut)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan lingkungan baik di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan kualitas tanah dan di perairan

Lebih terperinci

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA Nurida siregar*), Suwondo, Elya Febrita, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lingkungan Penelitian Pada penelitian ini, lokasi hutan mangrove Leuweung Sancang dibagi ke dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove memiliki sifat khusus yang berbeda dengan ekosistem hutan lain bila dinilai dari keberadaan dan peranannya dalam ekosistem sumberdaya alam, yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Mangrove Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama yang diberikan kepada mangrove merah (Rhizopora spp.). Nama mangrove diberikan kepada jenis tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang khas dimana dibentuk dari komunitas pasang surut yang terlindung dan berada di kawasan tropis sampai sub tropis.

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN Jalil 1, Jurniati 2 1 FMIPA Universitas Terbuka, Makassar 2 Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pantai Nanganiki merupakan salah satu pantai yang terletak di Desa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pantai Nanganiki merupakan salah satu pantai yang terletak di Desa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai Nanganiki merupakan salah satu pantai yang terletak di Desa Ne otonda Kecamatan Kotabaru Kabupaten Ende. Keindahan Pantai Nanganiki dapat dinikmati sebagai objek

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestaraian mangrove dengan mengubahnya menjadi tambak-tambak. Menurut

I. PENDAHULUAN. pelestaraian mangrove dengan mengubahnya menjadi tambak-tambak. Menurut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan di era tahun 1980 an hingga pertengahan tahun 1990 an banyak memberikan pandangan keliru tentang pengelolaan hutan mangrove yang berorientasi pada

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelompok Umur Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP.

Lebih terperinci

Utara, ( Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia ABSTRACT

Utara, (  Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia ABSTRACT HUBUNGAN KERAPATAN MANGROVE TERHADAP KELIMPAHAN KEPITING BAKAU (Scylla spp.) DI DESA TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA (The Relationship of Mangrove

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN POLA ZONASI (SEBARAN) MANGROVE SERTA MAKROZOOBENTHOS YANG BERKOEKSISTENSI, DI DESA TANAH MERAH DAN OEBELO KECIL KABUPATEN KUPANG

STRUKTUR DAN POLA ZONASI (SEBARAN) MANGROVE SERTA MAKROZOOBENTHOS YANG BERKOEKSISTENSI, DI DESA TANAH MERAH DAN OEBELO KECIL KABUPATEN KUPANG STRUKTUR DAN POLA ZONASI (SEBARAN) MANGROVE SERTA MAKROZOOBENTHOS YANG BERKOEKSISTENSI, DI DESA TANAH MERAH DAN OEBELO KECIL KABUPATEN KUPANG Oleh: Muhammad Firly Talib C64104065 PROGRAM STUDI ILMU DAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI

KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI RAISSHA AMANDA SIREGAR 090302049 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Production and the rate of decomposition of Mangrove leaf litter in Los island Tanjungpinang

Production and the rate of decomposition of Mangrove leaf litter in Los island Tanjungpinang Production and the rate of decomposition of Mangrove leaf litter in Los island Tanjungpinang Horas Galaxy Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, glxy.lg@gmail.com Arief Pratomo Dosen Ilmu Kelautan, FIKP

Lebih terperinci

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Udayana, Denpasar. Alamat   (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 8,No. 2, Oktober 2017 ISSN: 2086-3861 E-ISSN: 2503-2283 KAJIAN KUALITAS AIR DAN PENILAIAN KESESUAIAN TAMBAK DALAM UPAYA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos

Lebih terperinci

Kelimpahan, Keanekaragaman dan Kemerataan Gastropoda di Ekosistem Mangrove Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara

Kelimpahan, Keanekaragaman dan Kemerataan Gastropoda di Ekosistem Mangrove Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara Kelimpahan, Keanekaragaman dan Kemerataan Gastropoda di Ekosistem Mangrove Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara 1,2 Riskawati Nento, 2 Femy Sahami dan 2 Sitti Nursinar 1 riskawati.nento@ymail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 pada beberapa lokasi di hilir Sungai Padang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU SEMINAR KOMPREHENSIF Dibawah Bimbingan : -Dr. Sunarto, S.Pi., M.Si (Ketua Pembimbing)

Lebih terperinci

ANWAR SADAT SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004

ANWAR SADAT SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004 29 KONDISI EKOSISTEM MANGROVE BERDASARKAN INDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN DAN PENGUKURAN MORFOMETRIIC DAUN DI WAY PENET, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROPINSI LAMPUNG ANWAR SADAT SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN

Lebih terperinci

MANGROVE DAN KETERKAITANNYA DENGAN POPULASI GASTROPODA

MANGROVE DAN KETERKAITANNYA DENGAN POPULASI GASTROPODA ABSTRAK Musayyadah Tis in. TIPOLOGI MANGROVE DAN KETERKAITANNYA DENGAN POPULASI GASTROPODA Littorina neritoides (LINNE, 1758) DI KEPULAUAN TANAKEKE, KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN. Di bawah bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropika yang terdiri dari 17.504 buah pulau (28 pulau besar dan 17.476 pulau kecil) dengan panjang garis pantai sekitar

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: 99-107 ISSN : 2088-3137 STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI MANGROVE DI PESISIR KECAMATAN SUNGAI RAYA KEPULAUAN KABUPATEN BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alongi et al. (1993) dan Alongi (1996) mengemukakan bahwa ekosistem mangrove merupakan daerah hutan pantai yang produktif, asosiasi rantai makan dan siklus nutriennya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran

Lebih terperinci

Hubungan Kerapatan Mangrove terhadap Kepadatan Makrozoobenthos di Pesisir Desa Jaring Halus Kabupaten Langkat Sumatera Utara

Hubungan Kerapatan Mangrove terhadap Kepadatan Makrozoobenthos di Pesisir Desa Jaring Halus Kabupaten Langkat Sumatera Utara 1 Hubungan Kerapatan Mangrove terhadap Kepadatan Makrozoobenthos di Pesisir Desa Jaring Halus Kabupaten Langkat Sumatera Utara 1 Icha Andari Ritonga, 2 Hasan Sitorus, 2 Yoes Soemaryono 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta

Lebih terperinci

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini II. TINJAIJAN PliSTAKA Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai wilayah di Nusantara. Kerusakan hutan mangrove ini disebabkan oleh konversi lahan menjadi areal

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD Oleh : IRMA DEWIYANTI C06400033 SKRIPSI PROGRAM STUD1 ILMU

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN KANDUNGAN KARBON SERTA LAJU DEKOMPOSISI SERASAH Xylocarpus sp di PERAIRAN SUNGAI MESJID DUMAI, RIAU. Oleh :

PRODUKSI DAN KANDUNGAN KARBON SERTA LAJU DEKOMPOSISI SERASAH Xylocarpus sp di PERAIRAN SUNGAI MESJID DUMAI, RIAU. Oleh : PRODUKSI DAN KANDUNGAN KARBON SERTA LAJU DEKOMPOSISI SERASAH Xylocarpus sp di PERAIRAN SUNGAI MESJID DUMAI, RIAU. Oleh : Deyan Apdhan 1), Aras Mulyadi 2), Zulkifli 2) ABSTRAK The research was conducted

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori Hutan mangrove merupakan ekosistem wilayah pesisir yang potensial yang memiliki kaitan erat dengan kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

Produktivitas Serasah Mangrove di Kawasan Wonorejo Pantai Timur Surabaya. Abi Gayuh Sopana, Trisnadi Widyaleksono, dan Thin Soedarti

Produktivitas Serasah Mangrove di Kawasan Wonorejo Pantai Timur Surabaya. Abi Gayuh Sopana, Trisnadi Widyaleksono, dan Thin Soedarti Produktivitas Serasah Mangrove di Kawasan Wonorejo Pantai Timur Surabaya Abi Gayuh Sopana, Trisnadi Widyaleksono, dan Thin Soedarti Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di daerah beriklim tropis dan merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya perairan. Laut tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. PT. Bintuni Utama Murni Wood Industries 1

PENDAHULUAN. PT. Bintuni Utama Murni Wood Industries 1 PENDAHULUAN PT. Bintuni Utama Murni Wood Industries (PT. BUMWI) adalah merupakan salah satu perusahaan pengusahaan hutan yang mengelola hutan bakau (mangrove). Dan seperti diketahui bahwa, hutan mangrove

Lebih terperinci