PENGELOLAAN KELAS GURU IPS DI SMP SWASTA SE-KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012/2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN KELAS GURU IPS DI SMP SWASTA SE-KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012/2013"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN KELAS GURU IPS DI SMP SWASTA SE-KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang Oleh Vita Nandiasari JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

2 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Jum at Tanggal : 12 Juli 2013 Pembimbing I Pembimbing II Drs. Apik Budi Santoso, M.Si Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd. NIP NIP Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP: ii

3 iii PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Kamis Tanggal : 25 Juli 2013 Penguji Utama Drs. Sriyono, M.Si. NIP Penguji I Penguji II Drs. Apik Budi Santoso, M.Si Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd. NIP NIP Mengetahui: Dekan, Dr. Subagyo, M.Pd. NIP: iii

4 iv PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, 12 Juli 2013 Vita Nandiasari NIM: iv

5 v MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar (HR. Imam Bukhari). Kekayaan itu adalah kekayaan hati dan kemiskinan adalah kemiskinan hati (HR. An-Nasai). PERSEMBAHAN: 1. Ayah dan Ibuku, (Supandi dan Siti Basariah) yang memberikan doa, dukungan dan segalanya 2. Adikku, Sindi Saputra 3. Sahabat-sahabatku KFC 4. Seseorang yang selalu memberikan perhatian dan dukungannya 5. Teman-teman Pendidikan Geografi Teman-teman Al Fath Community v

6 vi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan RahmatNya sehingga skripsi dengan judul Pengelolaan Kelas Guru IPS di SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013 dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Pendidikan. Berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Subagyo M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES. 3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi FIS UNNES sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi serta memberikan bimbingan dan arahan. 4. Muh. Sholeh, S.Pd., M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan. 5. Drs. Sriyono, M.Si., Dosen penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi. 6. Kepala di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian ini. 7. Guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang telah memberikan dukungan dalam pelaksanaan penelitian. vi

7 vii 8. Siswa-siswi kelas VII di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran 2012/2013 yang telah membantu dalam penelitian. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas bantuan dan amal baiknya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Semarang, Juli 2013 Penulis vii

8 viii SARI Nandiasari, Vita Pengelolaan Kelas Guru IPS Di SMP Swasta Se- Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013. Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Pembimbing II: Muh. Sholeh, S.Pd, M.Pd. Kata Kunci: Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas merupakan kegiatan guru yang meliputi menata lingkungan fisik kelas, mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif dapat menciptakan proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? 2) Bagaimana pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? 3) Bagaimana pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 97 siswa dan 3 guru. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Variabel penelitian yaitu pengelolaan kelas yang meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan organisasional. Metode pengumpulan data adalah observasi dan angket. Teknik analisis data menggunakan deskriptif persentase. Berdasarkan hasil penelitian, besarnya rata-rata pengeloaan fisik kelas guru IPS adalah 77% termasuk kriteria baik. Besarnya rata-rata pengelolaan sosio-emosional guru IPS termasuk dalam kriteria sangat baik (87%). Besarnya rata-rata pengelolaan organisasional guru IPS termasuk dalam kriteria sangat baik (83%). Hal ini disebabkan pada saat sebelum diadakan penelitian, guru belum memaksimalkan pengelolaan kelas (pengelolaan fisik kelas, sosioemosional dan organisasional) yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan setelah penelitian, guru memahami indikator-indikator apa saja yang menyangkut pengelolaan kelas dan melaksanakannya dengan optimal. Simpulan dalam penelitian ini adalah pengelolaan kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas sudah sangat baik. Saran bagi kepala sekolah hendaknya dapat memberikan arahan mengenai kemampuan guru IPS dalam mempertahankan pengelolaan kelas. Bagi guru yang memiliki kemampuan pengelolaan kelas yang sangat baik diharapkan dapat mempertahankan kualitasnya dan meningkatkan kemampuannya terhadap pengelolaan kelas. Bagi siswa sebaiknya lebih fokus atau berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas dengan cara aktif bertanya jawab dengan guru. viii

9 ix DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN KELULUSAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi SARI... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penegasan Istilah... 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengelolaan Kelas Tujuan Pengelolaan Kelas Prinsip Pengelolaan Kelas Pendekatan Pengelolaan Kelas Aspek-Aspek Pengelolaan Kelas Pengelolaan Fisik Pengelolaan Sosio-Emosional Pengelolaan Organisasional ix

10 x 2.6. Hambatan Pengelolaan Kelas Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Sampel Variabel Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Angket Metode Observasi Analisis Instrumen Instrumen Angket Uji Validitas Uji Realibilitas Instrumen Observasi Metode Analisis Data Alur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Deskripsi Umum Daerah Penelitian Deskripsi Umum Objek Penelitian Hasil Angket Tanggapan Siswa Pengelolaan Fisik Kelas Pengelolaan Sosio-Emosional Pengelolaan Organisasional Hasil Observasi Kemampuan Guru IPS Pengelolaan Fisik Kelas Pengelolaan Sosio-Emosional Pengelolaan Organisasional x

11 xi 4.2. Pembahasan Pengelolaan Fisik Kelas Pengelolaan Sosio-Emosional Pengelolaan Organisasional BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 xii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3.1. Populasi Siswa kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/ Hasil Uji Validitas Angket Tingkat Skor Butir Pertanyaan Kriteria Deskriptif Persentase Profil Guru IPS Pengelolaan Fisik Kelas Ruangan Tempat Berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar Pengaturan Tempat Duduk Ventilasi dan Pengaturan Cahaya Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang Pengelolaan Sosio-Emosional Tipe Kepemimpinan Sikap Guru Suara Guru Pembinaan Hubungan Baik Pengelolaan Organisasional Penggantian Pelajaran Kehadiran Guru Masalah Antarsiswa Rata-Rata Kemampuan Guru IPS dalam Pengelolaan Kelas xii

13 xiii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1. Kerangka Berpikir Diagram Alur Penelitian SMP PGRI Bergas SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas SMP Kanisius Girisonta Bergas Kegiatan Belajar Mengajar Masalah Antarsiswa dalam Kegiatan Diskusi xiii

14 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba Daftar Nama Responden SMP PGRI Bergas Daftar Nama Responden SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas Daftar Nama Responden SMP Kanisius Girisonta Bergas Kelas VIIA Daftar Nama Responden SMP Kanisius Girisonta bergas Kelas VIIB Kisi-Kisi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas Rubrik Penskoran Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas SMP PGRI Bergas Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas SMP PGRI Bergas Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas SMP Kanisius Girisonta Bergas Rekapitulasi Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas SMP Kanisius Girisonta Bergas Rekapitulasi Rata-Rata Pengelolaan Kelas Guru IPS Di SMP Swasta se-kecamatan Bergas xiv

15 xv 17. Kisi-Kisi Instrumen Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan Kelas guru IPS Lampiran Halaman 18. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan Kelas guru IPS Uji Validitas dan Realibilitas Angket Data Hasil Penelitian Surat-Surat xv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Siswoyo (2008:25) menjelaskan bahwa peranan pendidikan dalam drama kehidupan kemajuan umat manusia semakin penting. Ini berkaitan dengan semakin perlunya bagi manusia pada umumnya dan pendidik khususnya untuk senantiasa mengembangkan pemahaman yang terus mengenal pendidikan. Lembaga pendidikan formal atau sekolah dikonsepsikan untuk mengemban fungsi reproduksi, penyadaran, dan mediasi secara simultan. Fungsifungsi sekolah itu diwadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran sebagai inti bisnisnya (Danim, 2008:1). Pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru atau kompetensi guru sangat menentukan proses pembelajaran di kelas dan pendidikan di sekolah. Kompetensi guru akan menentukan mutu lulusan suatu pendidikan, karena murid belajar langsung dari para guru (Musfah, 2011:60). 1

17 2 Widodo (2012:67) menyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu dan kualitas serta kuantitas kegiatan belajar mengajar, banyak upaya yang dapat dilakukan guru, seperti keterampilan mengelola kelas. Peranan guru dalam pengelolaan kelas adalah usaha untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik agar tujuan pengajaran tercapai secara optimal. Dengan demikian pengelolaan kelas harus ditangani secara serius karena erat kaitannya dengan keberhasilan belajar mengajar. Arikunto (1990:195) mengemukakan bahwa pengelolaan kelas adalah menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memaksimalkan pemanfaatan sarana, menjaga keterlibatan siswa dan memberikan layanan agar tercipta situasi kelas yang kondusif untuk terjadinya proses pengajaran yang efektif. Rusydie (2011:24) menjelaskan bahwa manajemen kelas adalah segala usaha yang dilakukan untuk mewujudkan terciptanya suasana belajar-mengajar yang efektif dan menyenangkan, serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan mereka. Menurut Sardiman (dalam Suryosobroto, 2002:49) kegiatan mengelola kelas menyangkut dua hal. Pertama mengatur tata ruang kelas, misalnya mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, dan yang kedua, menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi, artinya guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didik agar tidak merusak suasana kelas. Yamin (2009:40) menjelaskan bahwa kelas adalah ruang belajar (lingkungan fisik) dan rombongan belajar (lingkungan emosional). Lingkungan fisik meliputi ruangan, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan saran dan tempat

18 3 pengajaran, ventilasi. Sedangkan sosio emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan yang baik. Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat penting karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi menata lingkungan fisik, mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif dapat menciptakan proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif. Pembelajaran IPS pada hakikatnya adalah pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan siswa mengenali dan memahami gejala sosial dan kehidupan untuk menghadapi permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh lingkungan. Satu hal yang seharusnya disadari ketika seorang guru mengembangkan pembelajaran IPS adalah IPS lebih dari sekedar kumpulan fakta atau konsep, karena dalam IPS juga terdapat kumpulan proses yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata. SMP di Kecamatan Bergas terdiri dari satu sekolah negeri yaitu SMP Negeri 1 Bergas dan tiga sekolah swasta yaitu SMP PGRI Bergas, SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas, dan SMP Kanisius Girisonta Bergas. Jumlah sekolah swasta lebih banyak daripada sekolah negeri menjadi bukti bahwa pihak swasta turut berperan aktif dalam pembangunan dunia pendidikan di Kecamatan Bergas sehingga pengelolaan kelas, terutama pengelolaan kelas oleh guru IPS menjadi hal yang menarik untuk dijadikan fokus penelitian.

19 4 Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengambil judul: Pengelolaan Kelas Guru IPS di SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2012/ Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? 2. Bagaimana pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? 3. Bagaimana pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Mengetahui pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/ Mengetahui pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/ Mengetahui pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013.

20 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut tentang kemampuan pengelolaan kelas seorang guru, khususnya kemampuan pengelolaan kelas guru IPS Manfaat Praktis Bagi kepala sekolah Memberikan masukan terhadap kemampuan mengelola kelas yang dimiliki oleh seorang guru IPS sehingga lebih ditingkatkan lagi pembinaan serta pengawasan terhadap kinerja guru tersebut Bagi guru Memberikan umpan balik terhadap kemampuan mengelola kelas yang dimilikinya agar lebih ditingkatkan lagi kemampuan tersebut untuk proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa Bagi penulis Memberikan wawasan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, terutama wawasan mengenai pengelolaan kelas Penegasan Istilah Guna menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah yang terdapat dalam penelitian ini.

21 Pengelolaan Kelas Mulyasa (2008:91) menyatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Pengertian pengelolaan kelas dalam penelitian ini adalah suatu usaha yang dilakukan seorang guru IPS berdasarkan pengelolaan fisik, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan organisasional dengan tujuan menciptakan situasi pembelajaran ke arah yang lebih baik SMP Swasta Se-Kecamatan Bergas SMP Swasta yang terdapat di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang berjumlah tiga sekolah, yaitu SMP PGRI Bergas, SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas dan SMP Kansius Girisonta Bergas. Seluruh guru IPS dan siswa kelas VII semester II tahun ajaran 2012/2013 diketiga sekolah tersebut merupakan objek penelitian yang dijadikan populasi. Peneliti hanya mengambil sampel kelas VII karena siswa kelas VII merupakan siswa yang baru lulusan SD, sehingga kemampuan guru dalam pengelolaan kelas sangat penting untuk dioptimalkan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

22 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengelolaan Kelas Arikunto (dalam Mudasir, 2011:15) berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran atau membantu maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat melaksanakan kegiatan belajar seperti diharapkan. Djamarah (2005:173) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran. Pengelolaan kelas yang baik akan memberikan motivasi dan semangat belajar kepada peserta didik, sehingga keinginan peserta didik untuk bermainmain disaat belajar, membolos saat jam belajar, dan melakukan perbuatan yang tidak diharapkan tidak akan terjadi, tentu hal ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Maka, manajemen kelas merupakan persyaratan penting yang menentukan terciptanya pembelajaran yang efektif. Secara logika bahwa manajemen kelas yang efektif adalah suatu segi penting dari proses belajar mengajar (Widayati, 2011:29). Surjana (2002:67) menyatakan bahwa pengelolaan kelas didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan 7

23 8 kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan/persiapan mengajar. Kegiatan pengelolaan kelas merupakan usaha sengaja yang dilakukan (terencana), adanya pengorganisasian alat dan waktu, adanya fungsionalisasi sumber daya kelas yang ada, dan terciptanya efektifitas dan efisiensi belajar untuk mencapai tujuan (Jamil, 2009:51). Pengelolaan kelas atau manajemen kelas (classroom management) merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila terjadi gangguan atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal (Sugianto, 2008:117). Mato (2010:12) mengemukakan pengelolaan kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh seorang guru dalam berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan yang kreatif dan terarah. Berdasarkan uraian di atas, maka konsep dasar pengelolaan kelas sangat perlu dan penting dipahami oleh seorang pendidik karena berperan penting dalam menciptakan suasana kelas yang konduksif. Pengelolaan kelas menjadi sederhana untuk dilakukan apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan guru mengetahui bahwa gaya kepemimpinan situasional sangat bermanfaat bagi guru dalam melakukan tugas mengajarnya.

24 Tujuan Pengelolaan Kelas Secara umum, tujuan pengelolaan kelas adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran akan tercapai jika tercapainya tujuan pembelajaran. Karakter kelas yang dihasilkan karena adanya proses pengelolaan kelas yang baik akan memiliki sekurang-kurangnya tiga ciri, yaitu: 1. Speed, artinya anak dapat belajar dalam percepatan proses dan progress sehingga membutuhkan waktu yang relatif singkat. 2. Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan situasi kelas kondusif. 3. Self-confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri atau menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi (Fathurrohman, 2009:104). Arikunto (dalam Mudasir, 2011:18) menjelaskan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Rusydie (2011:29) menjelaskan bahwa secara umum, manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk tempat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dengan demikian, proses tersebut akan dapat berjalan dengan efektif dan terarah, sehingga cita-cita pendidikan dapat tercapai demi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas. Djamarah (2005: ) berpendapat bahwa semua komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan yang baik untuk anak didik maupun guru, yaitu:

25 10 1. Anak didik a. Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri. b. Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan. c. Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan. 2. Guru a. Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancer dan kecepatan yang tepat. b. Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik. c. Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik yang mengganggu. d. Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam kelas. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar, terciptanya suasana

26 11 sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, emosional dan sikap pada siswa Prinsip Pengelolaan Kelas Usman (2009:97) menjelaskan bahwa dalam melakukan pengelolaan kelas, untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat menimbulkan rasa senang, nyaman dan menantang bagi peserta didik, maka perlu diperhatikan prinsipprinsip sebagai berikut. 1. Kehangatan dan keantusiasan Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal. 2. Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. 3. Bervariasi Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar-mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. 4. Keluwesan Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar-mengajar yang efektif.

27 12 5. Penekanan pada hal-hal yang positif Pada dasarnya, didalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif. 6. Penanaman disiplin diri Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu, guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Djamarah (dalam Partono, 2009:95) menyatakan bahwa untuk menunjang dalam keberhasilan dalam mengajar, seorang guru juga harus dapat mengelola kelas dengan baik, adapun indikator dalam pengelolaan kelas meliputi: (1) hangat dan antusias, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) keluwesan, dan (5) penekanan pada hal-hal yang positif. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua prinsip pengelolaan kelas pada dasarnya merupakan hal penting bagi guru dalam rangka memperkecil masalah atau gangguan yang dihadapi guru dalam melakukan pengelolaan kelas Pendekatan Pengelolaan Kelas Terdapat beberapa pendekatan pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah (2005:145), yaitu:

28 13 1. Pendekatan Kekuasaan Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya. 2. Pendekatan Ancaman Pendekatan ancaman ini berarti bahwa pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses mengontrol tingkah laku anak didik. Pelaksanaannya dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, mengejek, menyindir dan memaksa. 3. Pendekatan Kebebasan Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses membantu anak didik untuk merasa bebas mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semakin mungkin kebebasan anak didik. 4. Pendekatan Resep (Cookbook) Pendekatan ini dilakukan dengan mendaftar apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk sesuai yang tertulis dalam resep. 5. Pendekatan Pengajaran Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan pemecahan diperlukan bila masalah tidak bisa dicegah. Pendekatan ini

29 14 menganjurkan tingkat guru dalam mengajar dapat mencegah atau menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. 6. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas disini diartikan sebagai suatu proses mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. 7. Pendekatan Sosioemosional Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim sosioemosional yang positif dalam kelas. Sosioemosional yang positif artinya adanya hubungan positif antara antara guru dengan didik. 8. Pendekatan Proses Kelompok Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses menciptakan kelas sebagai suatu sitem sosial dan proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar pengembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. 9. Pendekatan Pluralistik Pengelolaan kelas berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses interaksi edukatif berjalan dengan efektif dan efisien. Disini bebas memilih pendekatan yang sesuai dan dapat dilaksanakan. Dumiyati (2010:3-5) berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan yang umumnya dilakukan oleh para guru dalam melakukan pengelolaan kelas yaitu:

30 15 1. Behavior - Modification Approach (Behaviorism Approach) Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku baik dan buruk individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru. 2. Socio Emotional Climate Approach (Humanistic Approach) Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik-guru dan atau peserta didik-peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim, sosio-emosional yang baik. 3. Group Process Approach Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua prinsip pengelolaan kelas pada dasarnya merupakan hal yang penting bagi guru. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan seorang guru dalam rangka memperkecil masalah atau gangguan yang dihadapi dalam melakukan pengelolaan kelas.

31 Aspek-Aspek Pengelolaan Kelas Pengelolaan Fisik Kelas Salah satu faktor yang penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah lingkungan. Sejak dulu pengaruh lingkungan terhadap pendidikan telah disadari. Sekalipun lingkungan itu mempunyai makna yang luas, tetapi lingkungan fisik menjadi salah satu dari sekian banyak masalah yang berhubungan dengan penciptaan lingkungan yang baik, yang mampu menciptakan suasana kelas yang mampu mendorong siswa belajar dengan baik. Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan pendidikan subyek didiknya (siswa). Dengan teknik motivasi yang akurat, guru dapat menciptakan kontribusi iklim kelas yang sehat. Lingkungan ini hendaknya mencerminkan kepribadian guru dan perhatian serta penghargaan atas usaha siswanya. Siswa harus dibuat secara terus menerus memberikan reaksi pada lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Pengelolaan fisik kelas yang menjadi faktor penunjang terciptanya pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas yaitu: Ruangan Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar Ruangan tempat belajar di kelas harus memungkinkan semua siswa dapat bergerak secara leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara satu siswa dengan siswa yang lainnya pada saat pembelajaran. Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai macam faktor, diantaranya adalah jenis kegiatan dan jumlah siswa. Sebagaimana dinyatakan Rohani (2004:128) bahwa besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal antara lain: (1) jenis

32 17 kegiatan, apakah kegiatan pertemuan tatap muka dalam kelas ataukah bekerja di ruang praktikum dan (2) jumlah siswa yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama secara klasikal atau kelompok Pengaturan Tempat Duduk Hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan tempat duduk adalah memungkinkan terjadinya tatap muka secara tepat, yang artinya guru dapat mengontrol tingkah laku peserta didik pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses belajar mengajar (Rohani, 2004:128). Djamarah (2005:175) menyatakan bahwa tempat duduk mempengaruhi anak didik dalam belajar. Apabila pengaturan tempat duduk sesuai dengan postur tubuh anak didik, maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang. Apabila pada saat proses pembelajaran akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka formasi tempat duduk sebaiknya berbentuk melingkar. Sedangkan apabila pembelajaran ditempuh dengan metode ceramah, tempat duduk sebaiknya berderet memanjang ke belakang. Selain kedua pengaturan tempat duduk tersebut,, masih ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai kebutuhan guru dalam menyampaikan materi di dalam kelas Ventilasi Dan Pengaturan Cahaya Suhu, ventilasi, dan cahaya merupakan salah satu faktor yang perlu menjadi perhatian oleh seorang guru untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang berlangsung dengan nyaman. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, serta kondisi ventilasi yang mampu

33 18 menghasilkan udara sehat sehingga semua siswa dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung oksigen. Pengaturan cahaya perlu diperhatikan agar siswa dapat melihat tulisan yang ada di papan tulis maupun pada buku bacaan dengan jelas. Kapur tulis yang digunakan sebaiknya kapur yang bebas dari abu dan selalu bersih. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang tetapi tidak menyilaukan. Hal ini disebabkan agar pada saat siswa menulis atau mengerjakan sesuatu tidak terhalangi oleh bayangan yang dihasilkan apabila cahaya dating dari sebelah kanan Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang Barang-barang pendukung proses pembelajaran hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai apabila segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti absensi, buku pelajaran, atlas, peta, pedoman kurikulum dan sebagainya hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa. Yamin (dalam Arpan, 2010:64) mengemukakan bahwa kegiatan mengelola kelas menyangkut kegiatan menata ruang belajar (lingkungan fisik) meliputi: ruangan, keindahan kelas, kebersihan kelas, kerapian kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana dan tempat pengajaran, ventilasi dan jendela Pengelolaan Sosio-Emosional Pengelolaan sosio-emosional dalam kelas yang terjalin dengan baik akan berpengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan dan

34 19 motivasi siswa dalam belajar merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Rohani (2004:130) menyatakan bahwa pengelolaan sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan, sikap guru, suara guru, dan pembinaan hubungan baik. Secara lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: Tipe Kepemimpinan Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Apabila guru memiliki tipe kepemimpinan yang otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis tetapi dipihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif. Tipe kepemimpinan guru yang cenderung laissez-faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Apabila guru di dalam kelas, siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan, bukan kegiatan positif yang sifatnya aktif dalam pembelajaran. Tipe kepemimpinan guru yang paling baik digunakan oleh seorang guru agar dapat mengelola kelas dengan baik adalah tipe kepemimpinan yang bersifat demokratis. Tipe kepemimpinan ini lebih memungkinkan terjadinya jalinan yang hangat antara guru dan siswa dengan dasar saling memahami, mempercayai dan menghargai sehingga sikap ini dapat membantu menciptakan suasana yang menguntungkan antara guru dan siswa dalam terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang optimal dan mencapai tujuan Sikap Guru Sikap seorang guru di dalam kelas terhadap siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dan tidak hanya untuk kepentingan dirinya maka akan melakukan

35 20 pengelolaan kelas dengan tepat. Guru tersebut akan menaruh perhatian bagi siswa dan kelasnya. Guru akan melakukan yang terbaik bagi siswa. Dalam mentransfer materi pelajaran pada siswa, guru akan mempelajari dan mengatur kelas sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Guru akan mencermati kemampuan para siswa satu per satu, sehingga guru mengetahui kemampuan siswa pada tingkatan rendah, sedang atau tinggi. Dengan demikian, guru akan menentukan siswa-siswa yang mana, yang perlu mendapat bimbingan yang banyak guru dapat menentukan metoda mengajar atau media pembelajaran yang harus digunakan Suara Guru Suara guru yang terlalu keras ataupun terlalu pelan dapat merubah minat siswa untuk mendengarkan materi yang akan disampaikan. Suara guru ketika kegiatan pembelajaran berlangsung hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya dan terdorong untuk memperhatikan penjelasan guru secara maksimal sehingga kelas berada dalam kondisi yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat terccapai dengan optimal Pembinaan Hubungan Baik Terciptanya pembinaan hubungan baik atau komunikasi yang terjalin antara siswa dengan guru diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa seperti perasaan gembira, penuh gairah dan semangat dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya. Komunikasi yang kurang baik dapat mendorong terjadinya berbagai masalah dalam pengelolaan kelas.

36 Pengelolaan Organisasional Rohani (2004:132) menyatakan bahwa kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik ditingkat kelas maupun ditingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua peserta didik secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka akan menyebabkan tertanam pada diri siswa kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku. Beberapa hal yang menjadi kegiatan organisasi kelas, yaitu: Penggantian Pelajaran Beberapa mata pelajaran mungkin ada baiknya siswa berada dalam satu ruangan dan guru yang datang. Akan tetapi, untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti belajar di laboratorium, olah raga, dan kesenian, siswa diharuskan untuk berpindah ruangan. Hal semacam ini hendaknya diatur secara tertib dan berada di bawah pengawasan guru Guru Berhalangan Hadir Apabila suatu saat guru berhalangan hadir karena ada sesuatu hal, maka siswa sudah tahu cara mengatasinya, yaitu dengan cara melapor kepada guru piket dan guru piketlah yang akan mengambil inisiatif untuk mengatasi kekosongan guru tersebut Masalah Antarsiswa Apabila terjadi masalah antarsiswa yang tidak dapat diselesaikan oleh mereka, maka ketua harus melapor kepada guru untuk bersama-sama

37 22 memecahkan dan mengatasi masalah tersebut serta mendapatkan petunjuk kebijakan dalam mengatasi masalah tersebut. Djamarah (2005:179) mengemukakan untuk melatih dan menciptakan ketertiban kelas, perlu dibentuk organisasi anak didik di kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal melatih dan membina anak didik dalam hal berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggungjawab atas tugas yang dipercayakan. Organisasi anak didik dapat membantu guru dalam menyediakan sarana pengajaran, seperti menyediakan spidol, alat peraga, buku paket, mengisi presensi siswa atau guru dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua faktor pengelolaan kelas sangat penting dilakukan oleh seorang guru dalam penyediaan kondisi yang optimal agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Faktor-faktor tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi guru dalam melakukan pengelolaan kelas Hambatan Pengelolaan Kelas Rohani (2004:155) menyatakan bahwa hambatan dalam pengelolaan kelas dapat muncul dari berbagai macam hal, yaitu: Faktor Guru Guru dapat menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Faktor penghambat yang datang dari guru dapat berupa beberapa faktor, yaitu:

38 23 1. Tipe Kepemimpinan Guru Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap pasif atau agresif siswa. Kedua sikap siswa ini merupakan sumber masalah pengelolaan kelas karena berpengaruh terhadap komunikasi yang terjalin antara guru dengan siswa di kelas. 2. Format Kegiatatan Belajar Mengajar yang Monoton Format kegiatan belajar mengajar yang monoton menimbulkan kebosanan bagi siswa. Format kegiatan belajar mengajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan siswa bosan, frustasi/kecewa dan hal ini merupakan sumber pelanggaran disiplin. 3. Kepribadian Guru Seorang guru yang berhasil dituntut untuk bersikap hangat, adil, objektif, dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas. 4. Pengetahuan Guru Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah dan pendekatan pengelolaan kelas, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis dapat menimbulkan hambatan dalam pengelolaan kelas. Mendiskusikan masalah ini dengan teman sejawat akan membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan mengelola kelas dalam proses belajar mengajar.

39 24 5. Pemahaman Guru tentang Peserta Didik Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya. Kemungkinan karena tidak mengetahui caranya ataupun karena beban mengajar guru yang di luar batas kemampuannya sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk mengajar Faktor Siswa Siswa dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya. Siswa harus sadar bahwa jika mereka mengganggu temannya yang sedang belajar, berarti ia tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota masyarakat kelas dan tidak menghormati hak siswa lain untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan belajar mengajar. Kurang sadarnya siswa dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat menjadi faktor utama penyebab masalah pengelolaan kelas. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan siswa (dengan penuh kesadaran) akan membawa peserta didik kea rah yang lebih tertib.

40 Faktor Keluarga Tingkah laku siswa di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku siswa yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada siswa pengganggu dan pembuat rebut. Mereka itu biasanya berasal dari keluarga yang tidak utuh (broken home). Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan, ataupun terlalu dikekang merupakan latar belakang yang menyebabkan siswa melanggar disiplin kelas sehingga terlihat jelas bahwa tuntutan di kelas berbeda dengan kondisi keluarga yang menimbulkan kesukaran bagi siswa untuk menyesuaikan diri. Salah penyesuaian (maladjusted) siswa terhadap situasi kelas merupakan masalah dalam pengelolaan kelas. Disinilah pentingnya kerja sama yang seimbang antara sekolah dengan rumah agar terjadi keselarasan antara situasi dan tuntutan di kelas atau sekolah Faktor Fasilitas Faktor fasilitas merupakan salah satu penghambat dalam pengelolaan kelas. Faktor tersebut diantaranya yaitu: 1. Jumlah Siswa dalam Kelas Kelas yang jumlah siswanya banyak merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan kelas. Hal ini karena banyaknya siswa tersebut menyebabkan sulit dikelola oleh guru.

41 26 2. Besar Ruangan Kelas Ruangan kelas yang kecil dibandingkan dengan jumlah siswa dan kebutuhan siswa untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain bagi pengelolaan kelas. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang disbanding dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan memerlukan penanganan tersendiri. 3. Ketersediaan Alat Jumlah buku yang kurang atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah siswa yang membutuhkannya akan menimbulkan masalah dalam pengelolaan kelas. Berdasarkan uraian di atas, yaitu mengenai faktor guru, siswa, lingkungan keluarga, dan fasilitas merupakan faktor yang senantiasa harus diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam masalah pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam pengelolaan kelas merupakan suatu cara untuk mengkondisikan kelasm sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan secara optimal Kerangka Berpikir Masyarakat pada umumnya, siswa dan guru pada khususnya selalu menginginkan hasil belajar yang baik. Namun, untuk mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai prasyarat terjadinya kegiatan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Rohani (2004:127) menjelaskan bahwa pengelolaan kelas

42 27 dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu pengelolaan fisik, pengelolaan sosio-emosional, dan pengelolaan organisasional. Aspek-aspek ini merupakan bagian dari pengelolaan kelas yang saling berkaitan dan perlu dilakukan guru secara merata, menyeluruh, dan terintegrasi. Pengelolaan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Pengelolaan sosio-emosional dalam kelas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar. Siswa sebagai salah satu objek pendidikan di dalam kelas, tidak lepas dari hal-hal yang dapat mempengaruhi belajarnya. Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan dengan baik dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa menyebabkan kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku. Pencapaian aspek-aspek di atas oleh seorang guru diharapkan dapat mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal, menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, dan guru lebih mampu mengelola kelasnya dengan baik sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Kerangka berpikir dalam penelitian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

43 28 Pengelolaan Fisik (X1) a. Ruangan tempat berlangsungnya PBM b. Pengaturan tempat duduk c. Ventilasi dan pengaturan cahaya d. Pengaturan penyimpanan barang-barang Pengelolaan Kelas Pengelolaan Sosio- Emosional (X2) a. Tipe kepemimpinan b. Sikap guru c. Suara guru d. Pembinaan hubungan baik Hasil Belajar kognitif IPS Pengelolaan Organisasional (X3) a. Pergantian pelajaran b. Guru berhalangan hadir c. Masalah antarsiswa Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Populasi Siswa Kelas VII dan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2012/2013 No. Nama Sekolah Jumlah guru IPS Jumlah Siswa Kelas VII 1 SMP PGRI Bergas SMP Islam Terpadu 1 25 Cahaya Ummat Bergas 3 SMP Kanisius Girisonta 1 57 Bergas Jumlah 3 97 Sumber: Data Sekunder Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Teknik sampling yang digunakan untuk memilih sampel adalah teknik total sampling, karena jumlah seluruh guru IPS dan siswa kelas VII di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang adalah 3 guru dan 97 siswa, yang berarti jumlahnya kurang dari 100 orang, maka semuanya dijadikan sebagai sampel. Arikunto (2002:120) menyatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga merupakan sampel populasi atau semua populasi dijadikan sampel. 29

45 Variabel Penelitian Arikunto (2006:118) mengemukakan bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadikan titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah pengelolaan kelas yang terdiri dari sub variabel yang meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan organisasional. Definisi operasional dari masing-masing sub variabel dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Pengelolaan Fisik Kelas Indikator: a. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar b. Pengaturan tempat duduk c. Ventilasi dan pengaturan cahaya d. Pengaturan penyimpanan barang-barang 2. Pengelolaan Sosio-Emosional Indikator: a. Tipe kepemimpinan b. Sikap guru c. Suara guru d. Pembinaan hubungan baik 3. Pengelolaan Organisasional Indikator: a. Pergantian pelajaran

46 31 b. Guru berhalangan hadir c. Masalah antarsiswa 3.4. Metode Pengumpulan Data Metode angket/kuesioner Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006:151). Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pengelolaan kelas (pengelolaan fisik, sosio-emosional dan organisasional) yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 yang diperoleh dengan menggunakan lembar angket. Lembar angket yang digunakan adalah jenis angket yang tertutup (close from questioner), yaitu angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban yang lengkap, sehingga pengisi atau responden hanya memberikan jawaban silang pada jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor untuk angket adalah: a. Skor 4 untuk jawaban a b. Skor 3 untuk jawaban b c. Skor 2 untuk jawaban c d. Skor 1 untuk jawaban d

47 Metode observasi/pengamatan Arikunto (2006:156) menjelaskan bahwa di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Metode observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan guru IPS kelas VII dalam melakukan pengelolaan kelas (pengelolaan fisik, sosio-emosional dan organisasional). Metode ini dilakukan dengan cara menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh seorang observer (peneliti) yang duduk di belakang kelas dan terus mengamati jalannya pembelajaran selama tiga kali pertemuan. Observer mengamati jalannya pembelajaran dengan Standar Kompetensi: Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa dengan Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa Analisis Instrumen Instrumen Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan Kelas Guru IPS Instrumen angket yang telah disusun kemudian diuji coba kepada sejumlah sampel diluar sampel penelitian, yang bertujuan untuk mengetahui mutu angket yang dibuat. Sasaran uji coba instrument angket ini adalah siswa kelas VIII SMP PGRI Bergas. Analisis instrumen angket ini meliputi uji validitas dan reliabilitas angket.

48 Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Sebelum angket yang sesungguhnya disebar, terlebih dahulu perlu dilakukan uji coba instrumen pada beberapa responden sebagai sampel. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan butir pernyataan yang tidak relevan, mengevaluasi apakah pertanyaan yang diajukan dalam angket mudah dimengerti oleh responden atau tidak, dan untuk mengetahui lamanya pengisian angket. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment-Pearson (Arikunto, 2002:72) sebagai berikut. Keterangan: r xy X Y N : koefisien korelasi : skor butir soal : skor total : jumlah subyek Hasil perhitungan r xy dihitung kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%. Jika didapatkan harga r xy > r tabel, maka butir instrument dapat dikatakan valid, akan tetapi jika harga r xy < r tabel, maka dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak valid. Hasil uji validitas Angket Tanggapan Siswa tentang Pengelolaan Kelas dapat dilihat pada Tabel 3.2.

49 34 Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Angket Tanggapan Siswa tentang Pengelolaan Kelas Guru IPS No Item Soal r xy r tabel Kriteria No Item Soal r xy r tabel Kriteria 1 Item Valid 16 Item Valid 2 Item Valid 17 Item Valid 3 Item Valid 18 Item Valid 4 Item Valid 19 Item TIDAK 5 Item Valid 20 Item Valid 6 Item TIDAK 21 Item Valid 7 Item Valid 22 Item Valid 8 Item Valid 23 Item Valid 9 Item Valid 24 Item TIDAK 10 Item Valid 25 Item Valid 11 Item TIDAK 26 Item Valid 12 Item Valid 27 Item Valid 13 Item Valid 28 Item Valid 14 Item Valid 29 Item TIDAK 15 Item Valid 30 Item Valid Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen tanggapan siswa tentang pengelolaan kelas guru IPS pada Tabel 3.2 diketahui bahwa dari 30 item pertanyaan yang telah diujicobakan pada 29 siswa dan dianalisis menggunakan kevaliditasan, 25 pertanyaan diantaranya termasuk dalam kriteria valid karena pertanyaan tersebut mempunyai r xy lebih besar dari r tabel sedangkan 5 pertanyaan lainnya tidak valid karena r xy lebih kecil dari r tabel. Butir item yang tidak valid kemudian dihapus dan tidak digunakan dalam penelitian Uji Realibilitas Realibilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Pengukuran realibilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2006:196), yaitu:

50 35 Keterangan: : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal : jumlah varians butir : varians total Harga r 11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel r product moment dengan taraf signifikan 5%, dimana suatu instrumen dikatakan reliabel apabila harga r 11 lebih besar dari r tabel. Hasil perhitungan reliabilitas (Lampiran 19) dari 29 responden diperoleh nilai r 11 = 0,90 sedangkan r tabel = 0,367. Karena r 11 > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian reliabel, sehingga angket tersebut dapat digunakan sebagai alat penelitian Instrumen Observasi Kemampuan Guru IPS dalam Pengelolaan Kelas Untuk menganalisis instrumen kemampuan guru dalam pengelolaan kelas dilakukan analisis instrumen lembar observasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan kelas dengan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam menganalisis instrumen lembar observasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan kelas ini dilakukan uji validitas instrumen. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Pengujian validitas instrumen lembar observasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan

51 36 kelas ini menggunakan pengujian validitas konstruk. Untuk menguji validitas konstruk, dalam penelitian ini digunakan pendapat ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2008:352). Dalam penelitian ini ahli yang dimaksud adalah dosen pembimbing skripsi. Instrumen lembar observasi yang telah dikonsultasikan dan disetujui oleh para ahli tersebut dapat dikatakan valid Metode Analisis Data Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengelolaan kelas guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 yaitu deskriptif persentase. Analisis deskriptif persentase adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing sub variabel terhadap hasil belajar IPS kelas VII di SMP Swasta Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013. Langkah-langkah analisis data deskriptif persentase adalah: a. Mengkuantitatifkan jawaban butir pertanyaan dengan memberikan tingkattingkat skor untuk masing-masing jawaban yaitu: Tabel 3.3. Tingkat Skor Butir Pertanyaan No. Pilihan Skor 1. A 4 2. B 3 3. C 2 4. D 1 Sumber: Analisis Data Tahun 2013

52 37 b. Mendeskripsikan Sub Variabel yang ada dalam penelitian dengan cara sebagai berikut. 1) Menentukan jumlah item soal variabel. 2) Menghitung skor maksimal, dengan menggunakan rumus: Skor maksimal = item soal x skor tertinggi 3) Menghitung skor minimal dengan menggunakan rumus: Skor minimal = item soal variabel x skor tertinggi 4) Menentukan range dengan rumus: Range = skor maksimal skor minimal 5) Menentukan interval dengan rumus: Interval = 6) Membuat kriteria Kriteria dibagi menjadi empat, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Kriteria penilaian variabel pengelolaan kelas diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut. Skor maksimal : 100% Skor minimal : 20% Range : 100% - 20% = 80% Interval : 80% : 4 = 20% Tabel 3.4. Kriteria Deskripsi Persentase No. Interval Persentase Kriteria Persentase 1 81% - 100% Sangat Baik 2 61% - 80% Baik 3 41% - 60% Cukup Baik 4 20% - 40% Kurang Baik Sumber: Analisis Data Tahun 2013

53 38 7) Menghitung frekuensi untuk tiap kriteria 8) Jumlah yang diperoleh kemudian dipersentasekan dengan rumus: p = x 100 (Sudijono, 2008:43) Keterangan: p = angka persentase f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = (Numb of Cases) jumlah frekuensi/banyaknya individu 9) Mendeskripsikan hasil persentase yang diperoleh kemudian ditarik kesimpulan Alur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa langkah. Adapun langkahlangkahnya adalah: Pra Lapangan Tahap ini ada beberapa langkah yang ditempuh yakni yang pertama adalah penentuan lokasi penelitian, dan observasi lapangan. Langkah selanjutnya adalah penentuan populasi dan sampel sebelum menyusun rancangan penelitian yang dalam hal ini adalah pembuatan proposal penelitian yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Berikutnya adalah pembuatan surat ijin penelitian dan penyusunan perlengkapan penelitian, yakni instrumen penelitian seperti lembar observasi dan lembar angket.

54 Lapangan Pada tahap lapangan ini, yang pertama adalah uji coba instrumen yang meliputi uji coba angket kepada subjek yang bukan populasi penelitian, dalam hal ini subjek adalah dari siswa kelas VIII dari salah satu sekolah yang diambil secara acak, yaitu SMP PGRI Bergas. Langkah selanjutnya peneliti memberikan perlakuan yang sama antara SMP PGRI Bergas, SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas dan SMP Kanisius Girisonta Bergas yaitu guru melaksanakan proses pembelajaran seperti biasa dengan observer berada di belakang untuk mengobservasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan kelas yang meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosio-emosional dan pengelolaan organisasional. Hal ini dilakukan selama tiga kali pertemuan pada materi dengan Standar Kompetensi: Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa dengan Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa. Pada pertemuan terakhir, siswa diberikan lembar angket untuk mengetahui pengelolaan kelas yang telah dilakukan oleh guru IPS pada pelaksanaan pembelajaran Pasca Lapangan Tahap pasca lapangan ini data yang telah diperoleh di lapangan kemudian dianalisis dan selanjutnya hasil data-data tersebut disajikan dalam bentuk laporan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

55 40 Pra Lapangan Penentuan lokasi penelitian Observasi lapangan Penentuan populasi dan sampel Penyusunan rancangan penelitian Pembuatan surat ijin Penyusunan perlengkapan penelitian Lapangan Uji coba instrumen SMP PGRI Bergas SMP IT Cahaya Ummat Bergas SMP Kanisius Girisonta Bergas Melakukan observasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan kelas (pengelolaaan fisik kelas, sosio-emosional dan organisasional) selama proses pembelajaran Angket Pasca Lapangan Analisis dan Pengujian Hipotesis Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian

56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Deskripsi Umum Daerah Penelitian Kecamatan Bergas adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan ini terdiri dari 12 desa yaitu desa Gebugan, Munding, Wujil, Pagersari, Bergas Kidul, Bergas Lor, Karangjati, Diwak, Jatijajar, Ngempon, Wringinputih dan Gondoriyo. Lebih jelasnya tentang lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Batas-batas Kecamatan Bergas secara adminstratif yaitu: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Barat Sebelah Selatan : Kecamatan Ungaran Timur : Kecamatan Pringapus : Kecamatan Bandungan : Kecamatan Bawen Deskripsi Umum Objek Penelitian SMP di Kecamatan Bergas terdiri dari satu sekolah negeri dan tiga sekolah swasta. Jumlah sekolah swasta lebih banyak daripada sekolah negeri menjadi bukti bahwa pihak swasta turut berperan aktif dalam pembangunan dunia pendidikan di Kecamatan Bergas. Ketiga SMP Swasta yang menjadi objek penelitian ini adalah: 41

57 42 a. SMP PGRI Bergas Letak astronomis Alamat Sekolah : LS, BT : Jl. PTP-Ngobo, Bergas, Kab. Semarang Telepon : (0298) Akreditasi : B Visi: Membentuk siswa yang bertaqwa, berbudi, berdisiplin, trampil dan berprestasi. Misi: 1. Membiasakan siswa taat beribadah menurut kepercayaan masing-masing. 2. Membiasakan siswa berbakti pada orang tua, masyarakat, dan negara. 3. Membiasakan siswa memiliki kepribadian yang baik. 4. Membiasakan ketertiban di sekolah, rumah dan masyarakat. 5. Mengusahakan lingkungan belajar yang kondusif. 6. Meningkatkan prestasi siswa dalam berbagai disiplin ilmu. Sumber: Dokumentasi Peneliti Gambar 4.1. SMP PGRI Bergas

58 43 b. SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas Letak astronomis Alamat Sekolah : LS, BT : Jl. Kalinjaro Karangjati Bergas, Kab. Semarang Telepon : (024) Akreditasi : B Visi: Menjadi lembaga pendidikan Islam yang efektif, modern, dan berkualitas dalam rangka melahirkan generasi muslim yang kokoh dalam ilmu, iman dan amal Misi: 1. Menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan Islami. 2. Mengembangkan model pembelajaran yang kondusif dan efektif. 3. Menerapkan sistem pendidikan Islam terpadu dalam rangka membentuk kepribadian peserta didik agar cerdas, intelektual, emosional, dan spiritual. 4. Mengoptimalkan peran serta orang tua, masyarakat dan pemerintah. 5. Menjadi sekolah rujukan bagi sekolah negeri maupun swasta di Kabupaten Semarang dan sekitarnya. Sumber: Dokumentasi Peneliti Gambar 4.2. SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas

59 44 c. SMP Kanisius Girisonta Bergas Letak astronomis Alamat Sekolah : LS, BT : Jl. Soekarno-Hatta, Karangjati, Kab. Semarang Telepon : (0298) Akreditasi : B Visi: Sebagai agen perubahan sosial sekaligus tempat yang baik bagi munculnya pelaku perubahan-perubahan sosial. Misi: 1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga warga sekolah berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2. Mengembangkan kreatifitas seluruh warga sekolah. 3. Meningkatkan kedisiplinan warga sekolah di semua bidang. 4. Mengembangkan sikap bertanggung jawab. 5. Menerapkan management partisipasif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dengan penuh kekeluargaan. Sumber: Dokumentasi Peneliti Gambar 4.3. SMP Kanisius Girisonta Bergas

60 45 Dari ketiga sekolah tersebut diperoleh jumlah keseluruhan guru yang mengampu mata pelajaran IPS yaitu terdapat tiga orang. Profil guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Profil Guru IPS No. Asal Sekolah Nama Guru Umur Lama Mengajar Pendidikan Terakhir 1 SMP PGRI Vita Millia, S.Pd. 31 tahun 5 tahun S1 Pendidikan Bergas 2 SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas 3 SMP Kanisius Girisonta Bergas Sumber: Data Primer Tahun 2013 Kusdarti, S.Pd, Ek. Christiana Hermiyati, S.Pd. Akuntansi 51 tahun 31 tahun S1 Pendidikan Ekonomi 57 tahun 37 tahun S1 Bahasa Sastra Indonesia Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengelolaan Guru IPS Deskripsi variabel penelitian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian yang tersaji untuk masing-masing sub variabel penelitian dan setiap indikator sub variabel penelitian Pengelolaan Fisik Kelas Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran (Rohani, 2004:127). Kemampuan guru dalam mengelola kondisi fisik kelas merupakan salah satu cara untuk mengkondisikan kelas, sehingga proses pembelajaran dapat

61 46 berjalan secara optimal. Kondisi fisik kelas berpengaruh langsung terhadap siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas. Tabel 4.2. Pengelolaan Fisik Kelas Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase Rata-Rata Klasikal 32,6-40,0 Sangat Baik 26 27% 25,1-32,5 Baik 46 47% 72% 17,6-25,0 Cukup Baik 23 24% 10,0-17,5 Kurang Baik 2 2% Jumlah % Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 Hasil penelitian pada Tabel 4.2 tentang pengelolaan fisik kelas yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 diketahui bahwa dari 97 siswa, sebanyak 26 siswa atau 27% menilai sangat baik, 46 siswa atau 47% baik, 23 siswa atau 24% cukup baik, dan 2 siswa atau 2% kurang baik. Rata-rata klasikal yang diperoleh sebesar 72%, sehingga termasuk dalam kategori baik. Mengenai variabel pengelolaan fisik kelas untuk lebih detailnya dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap sub variabel pengelolaan fisik kelas sebagai berikut. a. Ruangan Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal, diantaranya: jenis kegiatan dan jumlah siswa. Sebagaimana dinyatakan Rohani (2004:128) bahwa besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal antara lain: (1) jenis kegiatan, apakah kegiatan pertemuan tatap muka dalam kelas ataukah bekerja di ruang praktikum

62 47 dan (2) jumlah siswa yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama secara klasikal atau kelompok. Ruangan tempat berlangsungnya pembelajaran berpengaruh terhadap proses belajar siswa di dalam kelas. Seorang guru yang kurang atau bahkan tidak memperhatikan ruangan di dalam kelas, misalnya acuh tak acuh terhadap ruangan yang terlalu sempit, tempat duduk siswa berdesak-desakan, siswa merasa tidak nyaman, tidak memperhatikan kepentingan dan kebutuhan siswa di dalam ruangan dapat menyebabkan kendala siswa dalam belajarnya. Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 4.3. mengenai kemampuan guru IPS di SMP Swasta se Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 dalam mengatur ruangan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, diketahui dari 97 siswa, sebanyak 52 siswa menilai sangat baik (54%), 24 siswa baik (25%), 17 siswa cukup baik (18%), dan 4 siswa (4%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 78%, sehingga kemampuan guru dalam mengelola ruangan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar termasuk dalam kategori baik. Tabel 4.3. Ruangan Tempat Berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 9,76-12,00 Sangat Baik 52 54% 7,51-9,75 Baik 24 25% 78% 5,26-7,50 Cukup Baik 17 18% 3,00-5,25 Kurang Baik 4 4% Jumlah % Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013

63 48 b. Pengaturan Tempat Duduk Djamarah (2005:175) menyatakan bahwa tempat duduk mempengaruhi anak didik dalam belajar. Bila tempat duduk bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, tidak berat, bundar, persegi empat panjang dan sesuai dengan postur tubuh anak didik, maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang. Tempat duduk dapat mempengaruhi siswa dalam belajar. Apabila tempat duduknya baik, formasinya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang sedang ditempuh maka siswa dapat belajar dengan tenang dan nyaman. Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 4.4 mengenai pengaturan tempat duduk yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas, diketahui sebanyak 46 siswa atau 47% menilai sangat baik, 35 siswa atau 36% baik, 10 siswa atau 10% cukup baik, dan 6 siswa atau 6% kurang baik. Ratarata yang diperoleh adalah 82%, sehingga mengenai pengaturan tempat duduk yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria sangat baik. Tabel 4.4. Pengaturan Tempat Duduk Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 6,6-8,0 Sangat Baik 46 47% 5,1-6,5 Baik 35 36% 82% 3,6-5,0 Cukup Baik 10 10% 2,0-3,5 Kurang Baik 6 6% Jumlah % Sangat Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 c. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam mengelola kelas adalah memperhatikan sirkulasi udara atau ventilasi dalam kelas. Hal ini

64 49 bertujuan untuk menjaga situasi belajar yang kondusif. Apabila kondisi kelas memiliki ventilasi yang baik, maka kesegaran dalam kelas tersebut akan terjaga dengan baik pula. Sedangkan apabila kondisi ventilasi udara dalam kelas itu buruk, maka kelas menjadi sumpek dan kurang kondusif. Berdasarkan Tabel 4.5. tentang ventilasi dan pengaturan cahaya yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas diketahui sebanyak 27 siswa (28%) menilai sangat baik, 40 siswa (41%) baik, 23 siswa (24%) cukup baik, dan 7 siswa (7%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 70%, sehingga ventilasi dan pengaturan cahaya yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria baik. Tabel 4.5. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 9,76-12,00 Sangat Baik 27 28% 7,51-9,75 Baik 40 41% 70% 5,26-7,50 Cukup Baik 23 24% 3,00-5,25 Kurang Baik 7 7% Jumlah % Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 d. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang Pengaturan penyimpanan barang-barang merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh seorang guru. Hal ini menjadi penting karena pengaturan penyimpanan barang-barang mempunyai peran dalam kemajuan belajar anak didik. Peran tersebut antara lain mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar yang terjadi dalam kelas. Berdasarkan hasil angket (Tabel 4.6) tentang pengaturan penyimpanan barang-barang yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan

65 50 Bergas diketahui bahwa sebanyak 16 siswa (16%) menilai sangat baik, 14 siswa (14%) baik, 37 siswa (38%) cukup baik, dan 30 siswa (31%) kurang baik. Ratarata yang diperoleh adalah 57%, maka pengaturan penyimpanan barang-barang yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas termasuk kriteria cukup baik. Tabel 4.6. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 6,6-8,0 Sangat Baik 16 16% 5,1-6,5 Baik 14 14% 57% 3,6-5,0 Cukup Baik 37 38% 2,0-3,5 Kurang Baik 30 31% Jumlah % Cukup Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun Pengelolaan Sosio-Emosional Rohani (2004:130) menyatakan bahwa suasana sosio-emosional dalam kelas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Pengelolaan sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan, sikap guru, suara guru, dan pembinaan hubungan baik. Sumber: Dokumentasi Peneliti Gambar 4.4. Kegiatan Belajar Mengajar

66 51 Berdasarkan Tabel 4.7. tentang pengelolaan sosio-emosional menunjukkan sebanyak 34 siswa (35%) menilai sangat baik, 42 siswa (43%) baik, 19 siswa (19%) cukup baik, dan 2 siswa (2%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 76%, sehingga pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria baik. Tabel 4.7. Pengelolaan Sosio-Emosional Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 32,6-40,0 Sangat Baik 34 35% 25,1-32,5 Baik 42 43% 76% 17,6-25,0 Cukup Baik 19 20% 10,0-17,5 Kurang Baik 2 2% Jumlah % Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 Mengenai variabel pengelolaan sosio-emosional untuk lebih detailnya dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap sub variabel pengelolaan sosio-emosional sebagai berikut. a. Tipe kepemimpinan Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan otoriter menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis tetapi dipihak lain juga menumbuhkan sikap yang agresif. Tipe kepemimpinan yang cenderung laissez-faire biasanya tidak produktif.tipe kepemimpinan guru yang demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang optimal.

67 52 Berdasarkan Tabel 4.8. tentang tipe kepemimpinan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas menunjukkan bahwa dari jumlah 97 siswa, sebanyak 40 siswa atau 41% menilai sangat baik, 38 siswa atau 39% menilai baik, 16 siswa atau 16% cukup baik, dan 3 siswa 3% kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 76%, sehingga tipe kepemimpinan guru IPS di SMP Swasta se- Kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria baik. Tabel 4.8. Tipe Kepemimpinan Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 9,76-12,00 Sangat Baik 40 41% 7,51-9,75 Baik 38 39% 76% 5,26-7,50 Cukup Baik 16 16% 3,00-5,25 Kurang Baik 3 3% Jumlah % Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 b. Sikap Guru Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah adalah tetap sabar dan bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa dapat diperbaiki. Guru hendaknya bersikap adil dalam bertindak dan menciptakan suatu kondisi yang menyebabkan siswa sadar terhadap kesalahannya dan ada dorongan untuk memperbaikinya. Berdasarkan Tabel 4.9 tentang sikap guru diketahui sebanyak 51 siswa (53%) menilai sangat baik, 22 siswa (23%) baik, 21 siswa (22%) cukup baik, dan 3 siswa (3%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 77%, maka sikap guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria baik.

68 53 Tabel 4.9. Sikap Guru Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 9,76-12,00 Sangat Baik 51 53% 7,51-9,75 Baik 22 23% 77% 5,26-7,50 Cukup Baik 21 22% 3,00-5,25 Kurang Baik 3 3% Jumlah % Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 c. Suara guru Suara guru mempunyai pengaruh dalam proses belajar mengajar. Suara guru harus bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya dan terdorong untuk memperhatikan penjelasan guru secara maksimal. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel mengenai suara guru IPS di SMP Swasta se- Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang diketahui bahwa sebanyak 28 siswa (29%) menilai sangat baik, 26 siswa (27%) baik, 39 siswa (40%) cukup baik, dan 4 siswa (4%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 75%, sehingga termasuk dalam kriteria baik. Tabel Suara Guru Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 6,6-8,0 Sangat Baik 28 29% 5,1-6,5 Baik 26 27% 75% 3,6-5,0 Cukup Baik 39 40% 2,0-3,5 Kurang Baik 4 4% Jumlah % Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 d. Pembinaan Hubungan Baik Terciptanya pembinaan hubungan baik antara siswa dengan guru diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa seperti perasaan

69 54 gembira, penuh gairah dan semangat dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel mengenai pembinaan hubungan baik yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas diketahui sebanyak 52 siswa (54%) menilai sangat baik, 21 siswa (22%) baik, 21 siswa (22%) cukup baik dan 3 siswa (3%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh yaitu 83%, sehingga termasuk dalam kriteria sangat baik. Tabel Pembinaan Hubungan Baik Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 6,6-8,0 Sangat Baik 52 54% 5,1-6,5 Baik 21 22% 83% 3,6-5,0 Cukup Baik 21 22% 2,0-3,5 Kurang Baik 3 3% Jumlah % Sangat Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun Pengelolaan Organisasional Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik ditingkat kelas maupun ditingkat sekolah dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua peserta didik secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka menyebabkan tertanam pada diri siswa kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku (Rohani, 2004:132). Berdasarkan Tabel tentang pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas menunjukkan bahwa dari 97 siswa, sebanyak 23 siswa (24%) menilai sangat baik, 55 siswa (57%) baik, 13 siswa (13%) cukup baik, dan 6 siswa (6%) kurang baik. Rata-rata yang

70 55 diperoleh adalah 73%, sehingga pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria baik. Tabel Pengelolaan Organisasional Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase Sangat Baik 23 24% Baik 55 57% 73% Cukup Baik 13 13% Kurang Baik 6 6% Jumlah % Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 Mengenai variabel pengelolaan organisasional untuk lebih detailnya dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap sub variabel pengelolaan organisasional sebagai berikut. a. Penggantian Pelajaran Beberapa mata pelajaran mungkin ada baiknya siswa berada dalam satu ruangan dan guru yang datang. Akan tetapi, untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti belajar di laboratorium, olah raga, dan kesenian, siswa diharuskan untuk berpindah ruangan. Hal semacam ini hendaknya diatur secara tertib dan berada di bawah pengawasan guru. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel yang membahas tentang penggantian pelajaran yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se- Kecamatan Bergas menunjukkan bahwa terdapat 38 siswa (39%) yang menilai sangat baik, 32 siswa (33%) baik, 20 siswa (21%) cukup baik, dan 7 siswa (7%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh adalah 75%, sehingga penggantian pelajaran yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria baik.

71 56 Tabel Penggantian Pelajaran Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 6,6-8,0 Sangat Baik 38 39% 5,1-6,5 Baik 32 33% 75% 3,6-5,0 Cukup Baik 20 21% 2,0-3,5 Kurang Baik 7 7% Jumlah % Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 b. Guru Berhalangan Hadir Apabila suatu saat guru berhalangan hadir karena ada sesuatu hal, maka siswa sudah tahu cara mengatasinya, yaitu dengan cara melapor kepada guru piket dan guru piketlah yang mengambil inisiatif untuk mengatasi kekosongan guru tersebut. Berdasarkan Tabel tentang kehadiran guru IPS Swasta se- Kecamatan Bergas menunjukkan bahwa 18 siswa (19%) menilai sangat baik, 18 siswa (19%) baik, 55 siswa (57%) cukup baik, dan 6 siswa (6%) kurang baik. Tabel Kehadiran Guru Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 6,6-8,0 Sangat Baik 18 19% 5,1-6,5 Baik 18 19% 67% 3,6-5,0 Cukup Baik 55 57% 2,0-3,5 Kurang Baik 6 6% Jumlah % Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013 c. Masalah Antarsiswa Apabila terjadi masalah antarsiswa yang tidak dapat diselesaikan oleh mereka, maka ketua harus melapor kepada guru untuk bersama-sama memecahkan dan mengatasi masalah tersebut serta mendapatkan petunjuk kebijakan dalam mengatasi masalah tersebut.

72 57 Pada gambar terjadi masalah antarsiswa dalam kegiatan diskusi dalam kelas. Seorang guru hadir dalam kegiatan diskusi tersebut kemudian memberi arahan, bimbingan, penjelasan dengan tujuan masalah antarsiswa dalam pembelajaran tersebut dapat diselesaikan. Sumber: Dokumentasi Peneliti Gambar 4.5. Masalah Antarsiswa dalam Kegiatan Diskusi Berdasarkan Tabel yang menunjukkan hasil penelitian tentang masalah antarsiswa yang diselesaikan oleh guru IPS di SMP Swasta se- Kecamatan Bergas diketahui bahwa sebanyak 62 siswa (64%) menilai sangat baik, 11 siswa (11%) baik, 20 siswa (21%) cukup baik, dan 4 siswa (4%) kurang baik. Rata-rata yang diperoleh sebesar 90%, sehingga penyelesaian masalah antarsiswa yang diselesaikan guru IPS di SMP Swasta Kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria sangat baik. Tabel Masalah Antarsiswa Interval Skor Kriteria Frekuensi Persentase 3,26-4,00 Sangat Baik 62 64% 2,51-3,25 Baik 11 11% 90% 1,76-2,50 Cukup Baik 20 21% 1,00-1,75 Kurang Baik 4 4% Jumlah % Sangat Baik Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013

73 Hasil Observasi Kemampuan Guru IPS Dalam Pengelolaan Kelas Hasil observasi kemampuan guru IPS dalam pengelolaan kelas di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 yang tersaji dalam masing-masing sub variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel Rata-Rata Kemampuan Guru IPS dalam Pengelolaan Kelas di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 No. Nama Sekolah Nama Guru 1 SMP PGRI Bergas 2 SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas 3 SMP Kanisius Girisonta Bergas Pengelolaan Fisik Kelas Persentase Aspek yang Diamati Pengelolaan Sosio- Emosional Pengelolaan Organisasional Vita Millia, S.Pd. 77% 90% 83% Kusdarti, S.Pd, Ek. 73% 88% 83% Christiana Hermiyati, S.Pd. 81% 85% 82,% Jumlah 231% 263% 248% Rata-Rata 77% 87% 83% Kriteria Baik Sangat Baik Sangat Baik Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2013 Berdasarkan Tabel maka dapat diuraikan secara lebih rinci tentang pengelolaan kelas yang meliputi pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosioemosional dan pengelolaan organisasional yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 sebagai berikut Pengelolaan Fisik Kelas Berdasarkan Tabel diketahui bahwa pengelolaan fisik kelas yang dilakukan guru IPS di SMP PGRI Bergas mencapai 77%, SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas sebesar 73% dan SMP Kanisius Girisonta Bergas mencapai 81%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengelolaan fisik kelas guru

74 59 IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas adalah 77% termasuk dalam kriteria baik Pengelolaan Sosio-Emosional Berdasarkan Tabel diketahui bahwa pengelolaan sosio-emosional yang dilakukan guru IPS di SMP PGRI Bergas mencapai 90%, SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas sebesar 88% dan SMP Kanisius Girisonta Bergas mencapai 85%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengelolaan sosioemosional guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas adalah 87% termasuk dalam kriteria sangat baik Pengelolaan Organisasional Berdasarkan Tabel diketahui bahwa pengelolaan organisasional yang dilakukan guru IPS di SMP PGRI Bergas mencapai 83%, SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat Bergas sebesar 83% dan SMP Kanisius Girisonta Bergas mencapai 82%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengelolaan organisasional guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas adalah 83% termasuk dalam kriteria sangat baik Pembahasan Pengelolaan Fisik Kelas Lingkungan fisik tempat belajar memiliki pengaruh terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat mendukung intensitas proses perbuatan belajar siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Pengelolaan fisik yang menjadi

75 60 perhatian dalam menunjang terciptanya pembelajaran adalah ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, pengaturan tempat duduk, ventilasi dan pengaturan cahaya dan pengaturan penyimpanan barang-barang. Salah satu faktor yang penting dalam proses pembelajaran adalah lingkungan fisik kelas. Lingkungan fisik kelas diatur sedemikian rupa sehingga mendukung keberlangsungan proses pembelajaran siswa. Lingkungan fisik kelas mengandung unsur kesehatan. Peredaran udara dan cahaya yang memadai sangat diperlukan. Apabila sinar matahari masuk terlalu tajam pada papan tulis atau wajah siswa, atau apabila terdapat tetesan air pada musim hujan, guru harus berusaha sedapat mungkin agar kesemuanya dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu pembelajaran. Pengaturan tempat duduk siswa juga diperhatikan dalam rangka pengelolaan fisik kelas. Pengaturan tempat duduk siswa dilakukan dengan berbagai variasi. Penggunaan pola pengaturan tempat duduk siswa tergantung pada kemampuan guru dan siswa sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan. Kegiatan pembelajaran yang didukung dengan keadaan fisik kelas yang baik, maka memberikan pengaruh terhadap seluruh siswa untuk belajar dan memacu mereka untuk bersaing meraih hasil belajar yang baik. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan angket, diketahui gambaran umum tentang pengelolaan fisik kelas yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 adalah 72% atau dalam kriteria baik. Hasil dari perhitungan tersebut sudah sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan bahwa rata-rata pengeloaan fisik kelas guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas adalah 77% termasuk

76 61 kriteria baik. Hal ini disebabkan pada saat sebelum diadakan penelitian, guru belum memaksimalkan pengelolaan fisik kelas yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan setelah penelitian, guru memahami indikator-indikator apa saja yang menyangkut pengelolaan fisik kelas. Observasi di lapangan menunjukkan bahwa guru mampu mengkondisikan ruang kelas dengan baik sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru dengan seksama memperhatikan pengaturan tempat duduk siswa, baik pada saat guru menyampaikan meteri dengan metode ceramah maupun pada saat guru akan melaksanakan proses diskusi di kelas. Selain itu, guru juga memperhatikan pengaturan ventilasi dan cahaya yang merupakan bagian dari keterampilan guru yang berhubungan dengan pengelolaan sarana dan prasarana kelas yang mendukung proses belajar IPS, pada pagi hari guru membuka jendela dengan tepat sehingga terjadi sirkulasi udara dengan baik. Kemampuan guru dalam memperhatikan pengaturan penyimpanan barang-barang yang berarti penggunaan media sudah baik, hal ini terlihat pada saat menerangkan materi yang berkaitan dengan letak suatu tempat, guru menggunakan media peta dan atlas sehingga dapat mendukung penyampaian materi yang disampaikan di dalam kelas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan yang dimiliki oleh guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas dalam melakukan pengelolaan fisik kelas termasuk dalam kriteria baik Pengelolaan Sosio-Emosional Proses pembelajaran yang efektif mempersyaratkan adanya iklim sosioemosional yang baik, artinya terciptanya suasana hubungan interpersonal yang

77 62 baik antara guru dan siswa serta antara siswa dengan siswa. Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik tersebut. Hubungan guru dengan siswa yang penuh dengan rasa simpati, saling menghargai dan menerima merupakan kunci pelaksanaan dari pengelolaan sosio-emosional dalam kelas. Hal yang terpenting adalah tingkah laku atau tindakan guru yang menyebabkan siswa memandang guru itu benar-benar terlibat dalam pembinaan siswa dan memperhatikan apa yang dialami siswa. Apabila pengelolaan sosioemosional yang terjalin sangat baik, tentu memberikan motivasi kepada siswanya untuk belajar dengan baik. Semakin baik kualitas sosio-emosional yang terjalin semakin baik juga hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tanggapan siswa tentang pengelolaan sosioemosional yang dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013 adalah sebesar 76% termasuk dalam kriteria baik. Hal ini sedikit berbeda dengan hasil observasi peneliti di lapangan yang menyatakan bahwa rata-rata pengelolaan sosio-emosional guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas termasuk dalam kriteria sangat baik (87%). Hal ini berdasarkan keadaan di lapangan bahwa pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas guru memiliki tipe kepemimpinan yang demokratis, mampu menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman terhadap siswa, guru mampu memperhatikan tingkah laku siswa yang duduk di depan maupun siswa yang duduk di belakang kelas dengan seksama. Selain itu, guru memiliki variasi suara yang baik dalam pembelajaran, baik suara harus pelan dan keras mampu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di dalam kelas. Guru

78 63 mampu berkomunikasi dengan baik terhadap siswanya dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan melibatkan siswa untuk berinteraksi dengan siswa lainnya tentang materi yang disampaikan yaitu dengan menggunakan diskusi pada saat pembelajaran, guru mempersilakan kepada siswa untuk berkomentar dan bertanya, guru menegur siswa yang berbuat salah di dalam kelas. Seluruh hal tersebut dilakukan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas pada saat peneliti melakukan observasi di lapangan selama tiga kali pertemuan di setiap sekolahnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas dalam melakukan pengelolaan sosioemosional termasuk dalam kriteria sangat baik Pengelolaan Organisasional Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik di tingkat kelas maupun pada tingkat sekolah mencegah masalah pengelolaan kelas. Pengaruh organisasi sekolah cukup menentukan pengarahan perilaku siswa. Dengan kata lain, guru dan siswa dipengaruhi oleh organisasi sekolah secara keseluruhan, termasuk penggantian jam pelajaran, guru berhalangan hadir dan masalah antarsiswa. Penggantian jam pelajaran yang tidak diperhatikan, guru yang sering berhalangan hadir di kelas dan masalah yang timbul dalam pembelajaran merupakan hal-hal yang dapat menimbulkan masalah dalam pengelolaan kelas. Berdasarkan hasil penelitian tentang tanggapan siswa terhadap kemampuan guru IPS di SMP Swasta se-kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2012/2013, pengelolaan organisasional yang dilakukan oleh guru IPS adalah sebesar 73% yang termasuk dalam kriteria baik. Sedangkan hasil observasi

79 64 di lapangan tentang rata-rata pengelolaan organisasional guru IPS termasuk dalam kriteria sangat baik (83%). Perbedaan hasil ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti siswa menjawab angket yang disediakan dengan memberikan jawaban yang asal-asalan, tidak memperhatikan keadaan guru yang sebenarnya, bersikap acuh tak acuh dan sesuai mood yang ia alami pada saat itu. Sedangkan hasil peneliti berdasarkan kondisi langsung di lapangan selama tiga kali pertemuan di setiap sekolah yang meliputi cara guru yang memperhatikan pergantian jam pelajaran, ketika guru sudah mendengar bunyi bel tanda pergantian jam pelajaran makaa kegiatan pembelajaran diakhiri, bukan jauh sebelum bel berbunyi guru sudah meninggalkan kelas. Selain itu, guru memiliki peran dalam penyelesaian masalah siswa dalam pembelajaran seperti guru mendekati siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan, guru memberikan penegasan jawaban yang berkaitan dengan pertanyaan siswa dalam suatu kegiatan diskusi kelompok, serta guru membahas kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan tugas. Sehingga berdasarkan keterangan dari hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan guru IPS di SMP Swasta se- Kecamatan Bergas dalam melakukan pengelolaan organisasional termasuk dalam kriteria sangat baik. Pengelolaan kelas diartikan sebagai kegiatan pengelolaan fisik kelas, sosio-emosional dan organisasional yang dilakukan oleh seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas sehingga kegiatan belajar siswa dapat berjalan dengan lancar dan optimal. Masing-masing pengelolaan tersebut

80 65 memiliki peran yang sama dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya dalam mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Pengelolaan kelas merupakan salah satu unsur penting yang sangat berperan dalam pembelajaran. Fisik kelas adalah komponen yang nyata dan utama seorang siswa dalam menerima pembelajaran. Pengelolaan fisik kelas perlu didukung dengan adanya pengelolaan sosio-emosional atau hubungan yang baik yang terjalin antara guru dengan siswa di dalam kelas. Selain pengelolaan fisik kelas dan sosio-emosional, faktor yang tak kalah penting adalah pengelolaan organisasional. Pengaruh organisasional dipandang cukup menentukan dalam pengarahan perilaku siswa sehingga mendukung terciptanya suasana pembelajaran yang diinginkan.

81 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Besarnya rata-rata pengeloaan fisik kelas guru IPS di SMP Swasta se- Kecamatan Bergas adalah 77% termasuk kriteria baik. Hal ini disebabkan pada saat sebelum diadakan penelitian, guru belum memaksimalkan pengelolaan fisik kelas yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan setelah penelitian, guru memahami indikator-indikator apa saja yang menyangkut pengelolaan fisik kelas dan melaksanakannya dengan optimal. 2. Besarnya rata-rata pengelolaan sosio-emosional guru IPS termasuk dalam kriteria sangat baik (87%). Hal ini berdasarkan keadaan di lapangan bahwa pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas guru memiliki tipe kepemimpinan yang demokratis, mampu menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman terhadap siswa, guru mampu memperhatikan tingkah laku siswa di kelas dengan seksama. 3. Besarnya rata-rata pengelolaan organisasional guru IPS termasuk dalam kriteria sangat baik (83%). Hal ini berdasarkan kondisi langsung di lapangan selama tiga kali pertemuan di setiap sekolah yang meliputi cara guru yang memperhatikan pergantian jam pelajaran, guru memiliki peran dalam 66

82 67 penyelesaian masalah siswa dalam pembelajaran, guru memberikan penegasan jawaban yang berkaitan dengan pertanyaan siswa dalam suatu kegiatan diskusi kelompok, serta guru membahas kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan tugas Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, selanjutnya diajukan beberapa saran yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, yaitu: 1. Bagi kepala sekolah, hendaknya dapat memberikan arahan mengenai kemampuan guru IPS dalam mempertahankan pengelolaan kelas, baik pengelolaan fisik kelas, pengelolaan sosio-emosional maupun pengelolaan organisasional. 2. Bagi guru, guru yang memiliki kemampuan pengelolaan kelas yang sangat baik diharapkan dapat mempertahankan kualitasnya dan meningkatkan kemampuannya terhadap pengelolaan kelas dengan cara mengikuti pelatihanpelatihan tentang pengelolaan kelas, belajar dengan teman sejawat serta mengikuti forum tentang pengelolaan kelas yang diadakan guru-guru IPS. 3. Bagi siswa, sebaiknya lebih fokus atau berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas dengan cara aktif bertanya jawab dengan guru dan lebih memperhatikan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran agar hasil belajar dapat ditingkatkan.

83 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: PT Rineka Cipta Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arpan Pengelolaan Kelas Oleh Guru Matematika. Dalam Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan. Vol 4. No. 1. Hal. 64. Diunduh di er=title&keyword=pengelolaan%20kelas tanggal 17 Februari Danim, Sudarwan Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi Ke Lembaga Akademik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dumiyati Penerapan Strategi Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Dalam Prospektus. No. 1. Hal Diunduh di tanggal 14 Maret Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno Strategi Belajar Mengajar Biologi Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama. Jamil, Zawaqi Afdal Urgensi Pengelolaan Kelas Dalam Proses Pembelajaran. Dalam Jurnal MEDIA SISFO. No. 1. Hal 51. Diunduh di er=title&keyword=pengelolaan%20kelas tanggal 29 Januari Mato, Arlina Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 5 Ampana Kabupaten Tojo Una-Una. Dalam Jurnal Biodidaktis. Vol. 4. No. 1. Hal. 12. Diunduh di er=title&keyword=pengelolaan%20kelas tanggal 17 Februari Mudasir Manajemen Kelas. Riau: Zanafa Publishing. 68

84 69 Mulyasa, E Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Musfah, Jejen Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana. Partono dan Ika Mubarokah Persepsi Siswa Atas Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Dan Pengelolaan kelas Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Dalam Jurnal Pendidikan Ekonomi. No. 1. Hal 95. Diunduh di er=title&keyword=pengelolaan%20kelas tanggal 29 Januari Rohani, Ahmad Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Rusydie, Salman Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas. Jogjakarta: Diva Press. Siswoyo, Dwi dkk Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sudijono, Anas Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugianto Pengelolaan Kelas Berbasis Pengajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan. Dalam Jurnal Kependidikan. Volume 1. No er=title&keyword=pengelolaan%20kelas tanggal 29 Januari 2013 Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Surjana, Andyarto Efektivitas Pengelolaan Kelas. Dalam Jurnal Pendidikan Penabur No.01/ Th.I/ hal Diunduh di er=title&keyword=pengelolaan%20kelas tanggal 29 Januari Suryosubroto Proses Belajar Mengajar di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, ayat 1. Jakarta: Sinar Grafika. Usman, Moh. Uzer Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

85 70 Widayati Strategi Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pengelolaan Kelas (Studi Deskriptif Kualitatif di SMP Negeri 2 Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang). Dalam Jurnal Imiah Manajemen Pendidikan. Vol 5. No.5. &filter=title&keyword=pengelolaan%20kelas tanggal 29 Januari Widodo Inovasi Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan. Vol. 6. No. 2. Hal. 67. Diunduh di Search.html?act=cari&halaman=1&filter=title&keyword=pengelolaan%20 kelas tanggal 17 Februari Yamin, dkk Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: GP.Press

86 LAMPIRAN

87 Lampiran 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi anatara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS

PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS OLEH: Nama Kelompok Program Studi Nama Dosen Pembimbing Mata Kuliah : Kelompok I : Pendidikan Fisika : Otang Kurniaman M.Pd : Pengelolaan Pendidikan JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. oleh seorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan kondisi belajar

BAB II KAJIAN TEORI. oleh seorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan kondisi belajar 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengelolaan Kelas 2.1.1 Pengertian Pengelolaan Kelas Dalam proses pembelajaran di kelas yang sangat urgen untuk dilakukan oleh seorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TARIK OBJEK WISATA PANTAI SUWUK SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN

KAJIAN DAYA TARIK OBJEK WISATA PANTAI SUWUK SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN KAJIAN DAYA TARIK OBJEK WISATA PANTAI SUWUK SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dalam menghadapi perkembangan zaman dengan berbagai perubahan dan persaingan mutu, maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menghadapi setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya bahwa proses pembelajaran merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya manusia. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KABILA. Intan Abdul Razak Dosen Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KABILA. Intan Abdul Razak Dosen Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KABILA Intan Abdul Razak Dosen Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Intan Abdul Razak, 2007 Teacher s Ability In Managing Classroom

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY

PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY AMPUL PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY PADA POKOK BAHASAN MATERI LITOSFER KELAS X DI SMA NEGERI 1 KESESI TAHUN 2014/2015 SKRIPSI Untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN HUSNI EL HILALI Abstrak Kemampuan mengelola kelas menjadi salah satu ciri guru yang profesional. Pengelolaan kelas diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

(Studi Etnografi di SMP Alam Ar Ridho Semarang)

(Studi Etnografi di SMP Alam Ar Ridho Semarang) IKLIM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH ALAM (Studi Etnografi di SMP Alam Ar Ridho Semarang) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Guna Mencapai Derajat Strata 1 Jurusan Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS (Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi di Indonesia Pada Siswa Kelas V Semester Ganjil SDN Rambipuji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK KECIL BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK KECIL BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK KECIL BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (Studi Di SMK PGRI 05 Jember Kelas 2 APk1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pokok Bahasan Struktur

Lebih terperinci

Margunani 1 Siti Fatimah 2

Margunani 1 Siti Fatimah 2 Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Sma Negeri Se Kabupaten Kebumen Margunani 1 Siti Fatimah 2 Abstrak : Pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi terciptanya

Lebih terperinci

BAB VIII PENGELOLAAN KELAS. A. Kompetensi Dasar Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memahami definisi

BAB VIII PENGELOLAAN KELAS. A. Kompetensi Dasar Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memahami definisi BAB VIII PENGELOLAAN KELAS A. Kompetensi Dasar Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memahami definisi pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas, pendekatan pengelolaan kelas,

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR SE GUGUS DIPONEGORO DI KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI

PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR SE GUGUS DIPONEGORO DI KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR SE GUGUS DIPONEGORO DI KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN ACCELERATED TEACHING

PENERAPAN PEMBELAJARAN ACCELERATED TEACHING PENERAPAN PEMBELAJARAN ACCELERATED TEACHING UNTUK MENGURANGI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS DI KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 8 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question 1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini bangsa Indonesia telah dituntut untuk bersaing disegala bidang, terutama bidang pendidikan. Dalam hal ini kesiapan generasi penerus bangsa baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi belajar sangat berperan dalam mencapai tujuan belajar. Tanpa adanya motivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh maka ia tidak akan dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar.

pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses perubahan yang dialami oleh seseorang dalam bentuk pembelajaran atau pelatihan dan perubahan itu meliputi pemikiran (kognitif),

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana PENINGKATAN SIKAP POSITIF DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DELIK 02 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang menjelaskan tentang pengertian dan tujuan. pendidikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang menjelaskan tentang pengertian dan tujuan. pendidikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menjelaskan tentang pengertian dan tujuan pendidikan bahwa pendidikan adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak lepas dari pendidikan. Untuk menghadapi tantangan IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara global. Oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

RIAN YOKI HERMAWAN NIM

RIAN YOKI HERMAWAN NIM PENERAPAN METODE PERMAINAN TEBAK KATA DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DI SDN KEBONSARI 04 JEMBER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Kalianda, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung

I. PENDAHULUAN. di Kalianda, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti di beberapa sekolah SMA di, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia dalam memperoleh bekal dalam kehidupan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Fiki Dwi Yuliastutik NIM

SKRIPSI. Oleh. Fiki Dwi Yuliastutik NIM PERBEDAAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA DAN SMK (Studi Kasus pada Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Genteng dan Siswa Kelas XII Akutansi SMK Muhammadiyah 1 Genteng Tahun Ajaran 2010-2011) SKRIPSI Oleh Fiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju sekarang ini, bangsa Indonesia berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN METODE TONGKAT BICARA (TALKING STICK) TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PEMALANG TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH PEMBELAJARAN METODE TONGKAT BICARA (TALKING STICK) TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PEMALANG TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGARUH PEMBELAJARAN METODE TONGKAT BICARA (TALKING STICK) TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PEMALANG TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang saat ini tengah berlangsung, banyak sekali memunculkan masalah bagi manusia. Manusia dituntut untuk meningkatkan kualitas dirinya agar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Ika Agustin NIM

SKRIPSI. Oleh Ika Agustin NIM INOVASI GURU BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAIKEM) DAN RELEVANSINYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA/MA DI TANGGUL JEMBER SKRIPSI Oleh Ika Agustin NIM

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI 176 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI terhadap prestasi belajar siswa b) pengaruh kemampuan guru SKI dalam mengelola kelas terhadap prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV akan membahas dari hasil penelitian tentang peran kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan minat belajar siswa di SMAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Yang Dilakukan Guru PAI Dalam Menciptakan Kelas Yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Yang Dilakukan Guru PAI Dalam Menciptakan Kelas Yang BAB V PEMBAHASAN A. Strategi Yang Dilakukan Guru PAI Dalam Menciptakan Kelas Yang Kondusif. Pengelolaan kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk memperlancar ataupun memperbaiki suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia akan memperoleh banyak hal baik pengetahuan, keterampilan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kimia pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Mohammad Chanifuddin

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kimia pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Mohammad Chanifuddin KESIAPAN SMA/MA DI KABUPATEN BLORA TERHADAP KEBUTUHAN PERALATAN DAN BAHAN PRAKTIKUM DALAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK KIMIA SEBAGAI SYARAT KELULUSAN SISWA SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang No 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh Yuni Nur Isneni NIM

SKRIPSI. oleh Yuni Nur Isneni NIM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN KATA PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 KESESI KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses budaya, sehingga dapat

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP DENGAN AUTHENTIC ASSESSMENT TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI (Siswa kelas X semester genap SMA Negeri 5 Jember tahun ajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI SMK PLUS BINA NUSANTARA MANDIRI KOTA PARIAMAN ARTIKEL ILMIAH

PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI SMK PLUS BINA NUSANTARA MANDIRI KOTA PARIAMAN ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI SMK PLUS BINA NUSANTARA MANDIRI KOTA PARIAMAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan di segala bidang aspek kehidupan suatu bangsa dan negara tidak lepas dari perkembangan dan kemajuan dibidang pendidikan. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana guru mengajar, berperilaku dan bersikap memiliki pengaruh terhadap siswanya (Syah, 2006). Biasanya,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

SKRIPSI. diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1) dan mencapai gelar sarjana

SKRIPSI. diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1) dan mencapai gelar sarjana PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MATERI POKOK KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SDN DAWUHAN WETAN 04 LUMAJANG TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Menurut

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENERAPAN METODE EKSPERIMEN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI HUBUNGAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN LINGKUNGAN, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL

PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang terutama untuk menghadapi masa depannya.

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN UMUM SEMESTER GANJIL PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VIII MTs NEGERI JEMBER III TANGGUL TAHUN AJARAN 2010/2011

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN UMUM SEMESTER GANJIL PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VIII MTs NEGERI JEMBER III TANGGUL TAHUN AJARAN 2010/2011 ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN UMUM SEMESTER GANJIL PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VIII MTs NEGERI JEMBER III TANGGUL TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh WIDAWATI NIM 050210301089 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia dibandingkan dengan daya saing SDM negaranegara Asia lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN SIKAP KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PERMAINAN BALOK PECAHAN DI KELAS V B SD NEGERI PANAMBANGAN SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini. manajemen dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan

BAB II KAJIAN TEORI. untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini. manajemen dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis Pada bagian ini akan dikemukakan landasan teori yang dijadikan dasar untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini. 1. Suasana Kelas Berbicara tentang suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintah membuktikan bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG Disusun Oleh : Nama : Esti imaniatun NIM : 7101409296 Prodi : Pend. Ekonomi Akuntansi FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA

PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas VII A SMP NURIS Jember Pada Mata Pelajaran IPS Dengan Materi Tindakan Ekonomi Berdasarkan Motif Dan Prinsip Ekonomi Tahun

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

PENERAPAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PENERAPAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL PADA SISWA KELAS VII D SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 9 JEMBER TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI

Lebih terperinci

MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER

MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER SKRIPSI Oleh : Yova Agustian Prahara Ema Putra ( 080210102037 ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KONSELING REALITA UNTUK MENGATASI SISWA MEMBOLOS DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS XI IPS 3 SMA N 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN

PENERAPAN MODEL KONSELING REALITA UNTUK MENGATASI SISWA MEMBOLOS DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS XI IPS 3 SMA N 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN PENERAPAN MODEL KONSELING REALITA UNTUK MENGATASI SISWA MEMBOLOS DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS XI IPS 3 SMA N 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh TRI ISTIKA SARI NIM 200831094 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan dibutuhkan dalam masa pembangunan yang sedang berlangsung. Melalui pendidikan sekolah berbagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 18 SEMARANG

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 18 SEMARANG BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 18 SEMARANG A. Analisis Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PANDUAN PENDIDIKAN KARAKTER MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Oleh: Bidang Kemahasiswaan UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PANDUAN PENDIDIKAN KARAKTER MAHASISWA Oleh: Bidang Kemahasiswaan UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SANGGRAHAN KRANGGAN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SANGGRAHAN KRANGGAN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SANGGRAHAN KRANGGAN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan yang dimilikinya. Pendidikan yang berkualitas akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan yang dimilikinya. Pendidikan yang berkualitas akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pelaksanaan pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga, masyarakat, dan persekolahan. Dengan melalui proses pendidikan, diharapkan manusia dapat meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

Oleh: BETHA DIAN PERMANA NIM

Oleh: BETHA DIAN PERMANA NIM PENERAPAN PENDEKATAN DEEP DIALOGUE CRITICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 5 JEMBER TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING TERHADAP MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN BANYUBIRU 01 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN AJAR DIGITAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN BAHAN AJAR DIGITAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PENGGUNAAN BAHAN AJAR DIGITAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pada Siswa Kelas X-E Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Tindakan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu cara yang digunakan meningkatkan kualitas pendidikan. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu cara yang digunakan meningkatkan kualitas pendidikan. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan yang penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran jurusan di sekolah menengah atas sehingga pelajaran geografi perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Manusia memerlukan pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya. Di indonesia,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Yuyun Ismiyati NIM

SKRIPSI. Oleh : Yuyun Ismiyati NIM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN TEKNIK PETA KONSEP SISWA KELAS IV SEMESTER GASAL SDN SLAWU 03 JEMBER

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003). 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN. Disetujui pada tanggal: 11 Januari Menyetujui: Pembimbing. Bambang Sumarno H.M, M. Kom. NIP

HALAMAN PERSETUJUAN. Disetujui pada tanggal: 11 Januari Menyetujui: Pembimbing. Bambang Sumarno H.M, M. Kom. NIP HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) PADA SISWA KELAS VIID

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG SKRIPSI Oleh : Rully Agustina NIM. 070210192039 PROGRAM

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci