BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas adalah suatu kosakata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas adalah suatu kosakata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Efektivitas Pengertian Efektivitas Efektivitas adalah suatu kosakata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Inggris efective yang berarti berhasil, ditaati, mengesankan, mujarab dan mujur. Efektivitas (berjenis kata benda) berasal dari kata dasar efektif (kata sifat). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga karangan Eko Endarmoko, Efektif adalah 1. Keadaan berpengaruh, hal berkesan 2. Kemanjuran, kemujaraban (obat) 3. Keberhasilan (usaha, tindakan) 4. Hal mulai berlakunya (tentang undang-undang, peraturan) Ada beberapa pandangan mengenai efektivitas, ada yang menyebut efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewarno Handayaningrat yang mengatakan efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Cambel J.P pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah: 1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran 3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat ouput dan input 13

2 5. Pencapaian tujuan menyeluruh Organisasi biasanya berada dalam lingkungan yang bergejolak dengan sumber data yang terbatas. Lingkungan yang berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman, perubahan tersebut akan mempengaruhi efektivitas organisasi. Dalam lingkungan demikian organisasi harus tanggap dan pandai mengantisipasi perubahan agar organisasi tetap dapat mempertahankan keberadaannya dan dapat berfungsi maka organisasi itu harus efektif (Thoha, 2007:98). Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Dalam artian efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian teorits dan praktis, tidak ada persetujuan yang universal mengenai apa yang dimaksud dengan efektivitas. Berbagai pandangan yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda tentang pengertian dan konsep efektivitas dipengaruhi oleh latar belakang dari keahlian yang berbeda pula. Hidayat menyatakan efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target kuantitas, kualitas dan waktu telah tercapai. Semakin besar persentase target yang dicapai, maka semakin tinggi efektivitasnya. Gibson juga berpendapat efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama (Ibnu, 2009). Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, ada empat hal yang merupakan unsur-unsur efektifitas yaitu sebagai berikut: 1. Pencapaian tujuan, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya 2. Ketepatan waktu, sesuatu yang dikatakan efektif apabila penyelesaian atau tercapainya tujuan sesuai atau bertepatan dengan waktu yang telah ditentukan 3. Manfaat, sesuatu yang dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan manfaat bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhannya 14

3 4. Hasil, sesuatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu memberikan hasil Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efektifitas adalah tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Adanya ketentuan waktu dalam memberikan pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan padanya Pendekatan Terhadap Efektivitas Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang berbeda dari lembaga dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya. Pendekatan terhadap efektivitas terdiri dari: 1. Pendekatan sasaran ( Goal Approach) Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan mengidentifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi Official Goal dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. 2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach) Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memproleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan system agar dapat 15

4 menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan system suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi. 3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach) Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga (Cambel, 1989:115) Narkoba Hakekat Narkoba Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) yang digunakan untuk kepentingan medis atau pengobatan dan penggunaannya secara terukur di bawah kendali ahli medis. Namun, dalam perkembangannya menjadi barang haram karena telah diedarkan secara gelap dan disalahgunakan untuk kepentingan di luar medis serta berdampak terhadap gangguan kesehatan. Dan tidak hanya itu, narkoba juga membuat hancur dan matinya karakter bangsa, yang diawali dengan rusaknya sel-sel saraf syaraf otak sebagai dampak menggunakan narkoba ilegal. Kerusakan syaraf otak ini akan berpengaruh buruk pada kepribadian, temperamen dan karakter manusia. Jadi, pada hakekatnya narkoba memiliki 2 dampak yakni: 16

5 1. demi kepentingan medis 2. untuk kepentingan bisnis ilegal oleh kalangan mafia yang tidak bertanggung jawab, menghancurkan kehidupan manusia Terkait dengan ini maka perlunya membangun karakter manusia sebagai embrio karakter bangsa. Karakter bangsa yang kuat akan mampu memiliki daya imunitas yang lebih baik untuk menghadapi peredaran gelap narkoba. Dengan daya tahan yang handal maka pengaruh negatif narkoba dapat dicegah Pengenalan Narkoba Istilah Narkoba sesuai dengan Surat Edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukan ke dalam tubuh baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dsb dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang. A. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Berdasarkan bahan asalnya narkotika terbagi dalam 3 golongan yaitu: 1. Alami, yakni jenis zat/obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi, isolasi atau proses produksi lainnya. Contohnya: ganja, opinium, daun koka, dll. 2. Semi sintesis, yakni zat yang diproses sedemikian rupa melalui proses ekstraksi dan isolasi. Contohnya: morfin, heroin, kodein, dll. 3. Sintesis, yakni jenis obat/zatyang diproduksi secara sintesis untuk keperluan medis dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit. Contohnya: amfetamin, pethidin, methadon, LSD, dll. 17

6 B. Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Dalam bidang farmakologi, psikotropika dibedakan dalam 3 golongan yaitu: 1. Golongan psikostimulansi, yaitu jenis zat yang menimbulkan rangsangan. Contohnya: amfetamin (lebih populer di kalangan masyarakat sebagai shabu-shabu dan ekstasy), desamfetamine. 2. Golongan psikodepresan, yaitu golongan obat tidur, penenang dan obat anti cemas. Contohnya: amobarbital, pheno karkital, penti kartital. 3. Golongan sedativa, yaitu jenis obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas dan digunakan dalm terapi. Contohnya: diazepam, klobazam, nitrazezam, dll. C. Bahan Adiktif Bahan Adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan. Jenis-jenis bahan adiktif yaitu: 1. Inhalen, yakni zat yang terdapat pada lem dan pengencer cat. Penggunaannya dengan cara dihirup. Efeknya hilang ingatan, tidak dapat berpikir, mudah berdarah, kerusakan hati dan ginjal, kejang-kejang otot. 2. Alkohol, yaitu minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi. Efeknya menyebabkan depresi pada sistem syaraf pusat, menyebabkan oedema otak, menimbulkan habilutasi, toleransi dan ketagihan, peradangan lambung, melemahkan jantung dan hati menjadi keras. 18

7 3. Tembakau/Rokok. Pengaruh penggunaan tembakau/rokok dapat dilihat apabila digunakan dalam jumlah besar atau jangka waktu yang lama. Zat tembakau itu sendiri merupakan zat yang menimbulkan ketergantungan pada umumnya. Hal yang paling mempengaruhi adalah racun dalam tembakau yang disebut nikotin. Efeknya menyumbat saluran darah, menimbulkan penyakit kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan. 4. Obat penenang, yaitu obat tidur, pil koplo, valium, nipam, dll. Efeknya bicara jadi pelo, memperlambat respon fisik, mental dan emosi. 5. Zat yang mudah menguap, yaitu lem aica aibon, thinner, bensin. Efeknya memperlambat kerja otak, menimbulkan rasa senang, penurunan kesadaran Jenis Narkoba 1. Candu, adalah zat yang dihasilkan dari tanaman berbunga papaversomniferum L yang berisi berbagai macam zat kimia aktif. Beberapa diantaranya mempunyai khasiat untuk pengobatan, tetapi sebagian lagi mengandung zat yang mempunyai daya kecanduan sangat besar sehingga merugikan kesehatan. Narkoba yang termasuk golongan ini merupakan produk olahan dari zat opiad itu. Misalnya, heroin, kokain, morfin, dll. Heroin, adalah zat yang dihasilkan oleh pohon candu yang mempunyai daya adiktif sebesar 30 kali candu kasar. Heroin merupakan narkoba jenis opiad yang paling banyak disalahgunakan. Nama lain heroin adalah putaw, bahasa slangnya untuk putih karena heroin berwarna putih kecoklatan. Putaw memberi efek senang sesaat karena zat aktif putaw sebenarnya secara ilmiah juga ada di dalam otak manusia. Zat aktif itu mempengaruhi paling sedikit tiga reseptor (mulut kecil) yang sangat penting dalam mencapai kesenangan. Zat-zat tersebut dikenal dengan nama enkaplalin dan endomorphine. Ketika seseorang menggunakan putaw maka kemampuan alamiah zat 19

8 untuk mencapai kesenangan akan terhenti. Akibatnya untuk mendapat kesenangan orang tersebut selalu tergantung sumber dari luar yaitu putaw tersebut. 2. Depresan adalah zat yang menekan susunan syaraf pusat dengan akibat rasa tenang dan mengantuk. Jadi fungsi depresan berlawanan dengan stimulant. Di dalam depresan ini termasuk kelompok obat penenang dan minuman beralkohol. Alasan orang menggunakan depresan adalah karena adanya zat aktif dalam depresan yang memperkuat bagian otak yang memberikan ketenangan sehingga berefek menidurkan atau menenangkan. Karena itu orang tertentu merasa ketika menggunakan depresan sebagai suatu kenikmatan. Padahal tanpa sadar hal tersebut dapat pula menimbulkan efek ketergantungan yang sangat merugikan. 3. Stimulan adalah zat yang bila digunakan menimbulkan stimulus atau rangsangan yang bersifat bersemangat, gembira berkhayal tinggi, percaya diri besar dan mempunyai energi tak terbatas. Contohnya shabu-shabu, ekstasi, dll. Kelompok stimulan mempengaruhi mekanisme rangsangan antara ujung syaraf sehingga beberapa zat terkumpul lebih banyak dari seharusnya. Dengan demikian si pemakai akan merasakan kekuatan dan rasa senang berlebihan. Jenis stimulan yang banyak disalahgunakan adalah pil ekstasi atau ineks dan shabu-shabu. 4. Inhalan adalah zat yang mudah menguap seperti campuran cat, lem, dan sejenisnya. Penyalahgunaan inhalan adalah dengan cara menghirup uap dari zat-zat tersebut dikenal dengan istilah ngelem. Senyawa aktif dalam benda-benda tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otot, syaraf dan organ lain dan dapat mengakibatkan masalah sumsum tulang. Kematian mendadak akibat menghirup (Sudden Sniffing Death/SSD) dapat terjadi pada si pemakai. 20

9 Manfaat Narkoba Dari segi medis penggunaan obat-obatan yang mengandung narkoba bermanfaat dan memang diperbolehkan secara legal atau sah melalui rekomendasi ahli medis atau hanya sebatas untuk pertolongan medis saja. Diberikan oleh tenaga medis secara terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Sisi positif dari penggunaan jenis narkoba memang dikembangkan oleh tenaga medis dalam kaitannya demi memberikan pertolongan kemanusiaan belaka dan kegiatan penelitian ilmiah/keilmuan. Selain itu seluruh jenis narkoba menjadi aspek positif dikaitkan dengan kepentingan ilmiah baik pengembangan ilmu pengetahuan tentang narkoba maupun penelitian terkait dengan dampak negatifnya, dalam kaitannya dengan antisipasi terhadap efek negatif dan bahayanya Dampak Negatif Narkoba Selain narkoba memiliki dampak yang sangat positif bagi kegiatan pertolongan medis yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan pendekatan keilmuan yang telah terukur maka narkoba dapat memberikan dampak negatif bagi pemakainya terutama bila dilakukan dengan cara disalahgunakan. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan multidimensi dikalangan masyarakat yang sudah tentu akan menimbulkan kerawanan sosial yang tentunya harus segera diwaspadai keberadaannya. Masalah yang bersifat multidimensi itu antara lain (dalam 3 dimensi yang paling penting): 1. Dimensi Kesehatan a. Penyalahgunaan narkoba dapat merusak atau menghancurkan kesehatan manusia baik secara jasmani maupun mental dan emosional. b. Penyalahgunaan narkoba dapat merusak susunan saraf pusat di otak, organ-organ lain seperti hati, jantung, ginjal, paru-paru, usus, dan penyakit komplikasi lainnya. c. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan gangguan pada perkembangan normal remaja, daya ingat, perasaan, persepsi, dan kendali diri. 21

10 d. Penyalahgunaan narkoba merusak sistem reproduksi, yaitu produksi sperma menurun, penurunan hormon testosteron, kerusakan kromosom, kelainan seks, keguguran, dan lain sebagainya. e. Infeksi saluran nafas bawah. f. Kematian akibat over dosis. 2. Dimensi Ekonomi a. Pengeluaran seorang penyalahguna narkoba sangat besar untuk konsumsi narkoba. b. Pengeluaran yang besar bagi seorang penyalahguna narkoba yang sudah rusak kesehatannya (untuk biaya kesehatan / berobat akibat narkoba). c. Masyarakat menanggung beban dan kerugian akibat menurunnya tingkat produktivitas sumber daya manusia, biaya pengobatan medis, harta yang dicuri, rusak atau kecelakaan. Para penyalahguna narkoba juga lebih cenderung mengalami kecelakaan kerja di tempat kerjanya. 3. Dimensi Sosial dan Pendidikan a. Penyalahguna narkoba mempengaruhi kehidupan di lingkungan masyarakat, misalnya adanya kecemasan masyarakat akan kejahatan yang akan mereka timbulkan. b. Penyalahgunan narkoba memperburuk kondisi keluarga yang pada umumnya tidak harmonis. Keluarga-keluarga yang penuh masalah akan mempengaruhi kehidupan di lingkungan masyarakat. c. Banyak penyalahguna narkoba yang mencuri, merampok, menipu, jadi pengedar narkoba, bahkan membunuh untuk mendapatkan uang demi kebutuhan akan barang haram tersebut. 22

11 d. Para penyalahguna narkoba menjadi orang yang asosial, antisosial dan menimbulkan gangguan kemanan dan ketertiban pada lingkungannya dan merugikan masyarakat. e. Kerugian dibidang pendidikan juga terjadi yaitu dengan merosotnya prestasi penyalahguna narkoba di sekolah/kampus ataupun tempat kerja. f. Para penyalahguna narkoba biasanya cenderung untuk mengajak atau mempengaruhi teman-temannya untuk terlibat (Karsono, 2004:23-28). Penyalahgunaan narkoba memberikan pengaruh yang menyenangkan bagi si pemakai namun kesenangan itu hanya sesaat, sementara penuh kepalsuan. Seolah-olah hidup bahagia dan menyenangkan, serta indah padahal kenyataannya tidak begitu. Penyalahgunaan narkoba bukan hanya berpengaruh buruk bagi pemakai saja tetapi juga bagi masyarakat dan negara. Bagi pemakai dampak yang ditimbulkan terbagi atas 3, yaitu: 1. Dampak psikis a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah. b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga. c. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan. d. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. 2. Dampak sosial a. Gangguan mental, anti sosial, dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan. b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga. c. Pendidikan terganggu masa depan suram. 3. Dampak fisik a. Gangguan pada sistem syaraf : kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran. b. Gangguan pada jantung dan pembulu darah: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah. 23

12 c. Gangguan pada kulit : penanahan, alergi. d. Gangguan pada paru-paru : penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernapas, pengerasan jaringan paru. e. Sering sakit kepala, mual dan muntah, pengecilan hati dan sulit tidur. f. Akan berakibat fatal apabila terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over Dosis dapat menyebabkan kematian (Abdalla, 2008). g. Sedangkan bagi kesehatan reproduksinya, dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan sex, disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis, pembesaran payudara dan gangguan sperma. Sedangkan pada wanita terjadi penurunan dorongan sex, gangguan pada hormon estrosen dan progesteron, kegagalan orgasme, hambatan menstruasi, pengecilan payudara, gangguan sel telur, serta pada wanita hamil dapat menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga dapat kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat menyebabkan bayi keguguran (Lin, 2007) Program Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Hakekat P4GN Pada hakekatnya P4GN merupakan rumusan kebijakan nasional Badan Narkotika Nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. Dalam rangka melaksanakan program P4GN tersebut harus didukung dengan kebijakan nasional, strategi serta implementasinya di bidang pemberdayaan 24

13 masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat di lingkungan masing-masing yakni lingkungan pendidikan (sekolah dan kampus), lingkungan kerja (pemerintah dan swasta), dan masyarakat (lingkungan keluarga, tokoh agama dan media massa) Ruang Lingkup P4GN Sebagaimana singkatan yang telah lazin digunakan di kalangan institusi Badan Narkotika Nasional, P4GN singkatan Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. Secara khusus fokus pembahasan aspek pencegahan merupakan bagian penting dalam penanganan narkoba di berbagai belahan dunia. Dalam pencegahan salah satu unsur penting adalah dengan melibatkan masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif. Dalam konteks ini maka pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu aspek strategis. Pemberdayaan masyarakat merupakan dampak keberhasilan program P4GN. Asepek-aspek dalam P4GN: 1. Aspek pencegahan. Dalam aspek ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran siswa, mahasiswa, pekerja, keluarga dan masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Meningkatnya peranan instansi pemerintah dan kelompok masyarakat dalam upaya menciptakan dan meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba menjadikan masyarakat memiliki pengetahuan, pemahaman dan kesadaran akan bahaya narkoba. 2. Aspek pemberdayaan masyarakat. Dengan sasaran terciptanya lingkungan pendidikan, lingkungan kerja, masyarakat, lingkungan keluarga bebas narkoba melalui peran serta instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat, bangsa dan negara. 3. Aspek pemberantasan. Aspek ini meliputi sasaran: 25

14 a. Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Terungkapnya jaringan sindikat peredaran gelap narkotika, pemutusan jaringan sindikat narkoba. b. Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan sosial yang dikelola oleh instansi pemerintah. c. Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan sosial yang dikelola oleh komponen msyarakat. d. Meningkatnya pelaksanaan pasca rehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba. e. Pulihnya penyalahguna narkoba. f. Berkurangnya kasus relapse melalui optimalisasi panti rehabilitasi baik yang diselenggarakan oleh UPT terapi dan rehabilitasi BNN maupun pembangunan swadaya oleh LSM atau institusi pemerintah lainnya Ruang Lingkup P4GN Pemberdayaan Masyarakat/Peran Serta Masyarakat Dalam pemberdayaan masyarakat melingkupi tujuan dengan sasaran terciptanya lingkungan yang sehat yang meliputi: 1. Lingkungan pendidikan yang bersih dari narkoba. Selain upaya mewujudkan lingkungan pendidikan yang bersih dari narkoba maka terjadinya proses pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui pendidikan sejak usia dini hingga jenjang perguruan tinggi sehingga menghasilkan perilaku yang imun terhadap narkoba. Dengan kondisi masyarakat yang imun tersebut maka dapat dijadikan ukuran keberhasilan pemberdayaan masyarakat. 2. Lingkungan kerja dan masyarakat yang beresiko tinggi terbebas dari narkoba. Lingkungan kerja yang sehat dan bebas dari penyalahgunaan narkoba sangat berdampak positif dalam mendukung produktivitas kerja. Perlu memberdayakan 26

15 mereka melalui berbagai pendekatan yang bertumpu pada penyadaran pentingnya pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat tersebut memiliki daya tangkal yang tinggi. 3. Lingkungan keluarga yang harmonis dan bebas dari narkoba. Keluarga yang utuh dan kuat akan menjadi penyangga bangsa yang kuat dalam mencegah bahaya narkoba. Mewujudkan lingkungan keluarga yang bebas dari narkoba sangat membutuhkan peran serta aktif berbagai instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat, bangsa dan negara secara konsisten. 4. Pemberdayaan alternatif. Menurunnya lahan ganja dan petani ganja di NAD melalui program pengembangan alternatif, terjadinya perubahan kesadaran masyarakat di pemukiman. 5. Meningkatnya efektivitas pembangunan komunitas (community development) di berbagai tempat yang menjadi sasaran program pemberdayaan komunitas agar mampu menanggulangi bahaya narkoba Implementasi Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Implementasi P4GN Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat mempunyai peranan penting dalam P4GN. Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan masalah yang kompleks dilihat dari segi penyebabnya maupun dari segi jangkauan pengaruh buruknya. Maka peran serta aktif segenap lapisan masyarakat baik secara individu maupun kelompok sangat dibutuhkan dalam penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Tanpa partisipasi aktif dari masyarakat mustahil upaya tersebut dapat tercapai secara tuntas. 27

16 Masalah penyalahgunaan narkoba bukan saja tanggung jawab pemerintah. Masalah tersebut adalah masalah masyarakat juga. Karenanya wajar bilamana masyarakat berkewajiban dan bertanggung jawab pula untuk menanggulangi masalah tersebut. Pada umumnya tujuan semua sektor masyarakat yang bergerak dalam pencegahan sama yaitu mengurangi permintaan pada narkoba dan membantu generasi muda bebas narkoba. Ini jelas menunjukan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut tidak ada sektor dalam masyarakat yang dianggap sebagai kelompok tersendiri atau terpisah tetapi sebagai komponen atau bagian integral masyarakat. Pengalaman menunjukan bahwa sumber tenaga yang paling besar dan kuat dalam pencegahan adalah jaringan orang-orang yang saling mendukung, saling bertukar informasi dan saling bekerja. Peran serta masyarakat dalam P4GN dijamin dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika sebagai berikut: 1. Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta membangun pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (pasal 104). 2. Masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (pasal 105). 3. Hak masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba diwujudkan dalam bentuk: a. Mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana narkoba. b. Memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan memberikan informasi tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana narkoba kepada penegak hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana narkoba. 28

17 c. Menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana narkoba. d. Memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak hukum atau BNN. e. Memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan melaksanakan haknya atau diminta hadir dalam proses peradilan. 4. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 104, pasal 105, pasal 106 dapat dibentuk dalam suatu wadah yang dikoordinasi oleh BNN (pasal 108 ayat 1). 5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan peraturan kepala BNN (pasal 108 ayat 2). Adapun pembentukan wadah peran serta masyarakat diatur dalam peraturan kepala BNN Nomor 6 Tahun Untuk mengimplementasikan peran serta masyarakat sebagaimana yang diamanahkan dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba, BNN membentuk Deputi Pemberdayaan Masyarakat yang salah satu direktoratnya bernama Direktorat Peran Serta Masyarakat yang menangani lingkungan pendidikan, lingkungan kerja dan masyarakat Implementasi P4GN Peran Serta Masyarakat di Lingkungan Pendidikan Peran serta masyarakat di lingkungan pendidikan ini meliputi lingkungan sekolah ataupun kampus. Adapun yang menjadi tujuannya adalah lingkungan sekolah atau kampus bersih narkoba. Lingkungan sekolah atau kampus memiliki beberapa komponen di dalamnya. Oleh karena itu dalam melaksanakan peran serta di lingkungan pendidikan baik sekolah atau kampus harus menyentuh kepada komponen yang ada di sekolah atau kampus. Implementasi peran serta masyarakat di lingkungan sekolah/kampus untuk mencapai lingkungan bersih narkoba adalah: 29

18 1. Pemberian informasi, peningkatan kemampuan dan ketrampilan individu/siswa/mahasiswa, kegiatannya antara lain meliputi: a. Penyampaian informasi tentang P4GN. b. Pemberian dan peningkatan ketrampilan sosial. c. Pemberian pendidikan dan kesehatan. 2. Pembentukan kelompok teman sebaya. Dalam kegiatan ini sekolah/kampus membentuk kelompok yang terdiri atas siswa/mahasiswa yang bersih narkoba yang mempunyai komitmen untuk membantu teman-temannya yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba untuk meninggalkan perbuatan tersebut dan kembali menjadi siswa/mahasiswa yang benar-benar ingin belajar mencapai cita-cita. 3. Satgas sekolah/satgas kampus. Program ini memiliki 2 kegiatan yaitu: a. Pembentukan satgas sekolah/kampus. Di sekolah/kampus tempat dilaksanakan kegiatan dibentuk satgas yang berasal dari perwakilan siswa/mahasiswa yang bersih/tidak menyalahgunakan narkoba dan mempunyai komitmen untuk mendukung terciptanya sekolah/kampus bebas narkoba. Anggota satgas tersebut diberi pembekalan tentang narkoba dan dampaknya, Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba dan materi tentang bagaimana caranya menolong korban. b. Operasi satgas sekolah/kampus. Satgas sekolah/kampus ini hendaknya difasilitasi untuk melaksanakan operasi di lingkungan sekolahnya/kampus. Operasi satgas ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mencari informasi, melakukan pengawasan di lingkungan sekolah/kampus untuk mengetahui apakah di lingkungannya ada hal-hal yang dapat dijadikan petunjuk awal penyalahgunaan narkoba ataupun peredaran narkoba, misalnya: 30

19 Tempat yang digunakan untuk meyalahgunakan narkoba ataupun untuk transaksi narkoba. Orang yang mengedarkan narkoba di lingkungan sekolah/kampus misalnya alumni yang suka datang ke sekolah/kampus tanpa kepentingan yang jelas. Siswa/mahasiswa yang suka membawa narkoba ke sekolah/kampus. Mengamati siswa/mahasiswa yang dicurigai sebagai penyalahguna. Apabila satgas sekolah/kampus tadi mengetahui adanya aktivitas yang mengarah pada penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba maka harus melaporkan kepada pihak sekolah/kampus yang dilanjutkan kepada petugas yang berwenang. 4. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan orang tua di bidang P4GN, meliputi: a. Pemberian pengetahuan tentang narkoba dan permasalahannya. b. Pendidikan pola pengasuhan anak termasuk pendidikan anak usia dini. c. Menerapkan pencegahan penyalahgunaan narkoba di rumah. 5. Peningkatan peran sekolah/kampus di bidang P4GN, yaitu: a. Penyusunan kebijakan yang jelas tentang penyalahgunaan narkoba, penanganan, sanksi, pengawasan, dll. b. Mendidik siswa dan guru di bidang P4GN. c. Meningkatkan ketrampilan siswa dan guru dalam menanggulangi permasalahan narkoba. d. Meningkatkan pengawasan di lingkungan sekolah/kampus. e. Meningkatkan disiplin dan tata tertib. f. Membentuk jaringan sekolah/kampus dengan orang tua. g. Memberikan kegiatan ekstra kurikuler. 31

20 h. Pembentukan dan peningkatan fungsi UKS dalam menangani permasalahan kesehatan siswa. i. Mengadakan test urine kepada siswa dan guru. j. Melaksanakan kegiatan terpadu dengan masyarakat sekitar. 6. Monitoring dan evaluasi program P4GN di sekolah. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan pada setiap tahap kegiatan. Hasil yang diharapkan setelah dilakukan evaluasi adalah diketahuinya keberhasilan atau kesenjangan antara pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai dan teridentifikasinya masalah dan hambatan yang dihadapi. 7. Sertifikasi sekolah/kampus bersih narkoba. Bagi sekolah/kampus yang telah dievaluasi dan hasilnya menunjukan bahwa sekolah/kampus tersebut telah melaksanakan program P4GN secara berkesinambungan dan dari hasil test urine ternyata sekolah/kampus tersebut siswanya/mahasiswanya tidak ada yang positif menyalahgunakan narkoba maka bisa diberikan sertifikat bersih narkoba oleh BNN Kerangka Pemikiran Kejahatan narkoba bukan lagi kejahatan konvensional, melainkan telah menjadi kejahatan yang dilakukan oleh jaringan kejahatan internasional terorganisir. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menunjukan kecenderungan yang terus meningkat di negeri ini. Hal ini diindikasikan dengan dijadikannya Indonesia sebagai tempat transit dalam mata rantai perdagangan gelap narkoba. Gelagat kejahatan narkoba memanfaatkan kondisi kemiskinan, kebodohan bahkan kelemahan di bidang penegakan hukum di wilayah negeri ini. Bila tidak dilakukan pencegahan dan pemberdayaan masyarakat akan semakin memprihatinkan lagi kondisi bangsa ini. 32

21 Apabila tidak disikapi secara profesional dalam pencegahan dan pemberantasannya lambat laun akan merongrong eksistensi masyarakat dan bangsa negeri ini. Selain kompetensi penegak hukum, petugas pencegahan dan rehabilitasi, maka pemberdayaan masyarakat harus semakin meningkat guna melakukan deteksi dini untuk selanjutnya mencegah hingga memutus jaringan maupun strategi eksploitasi oleh mafia perdagangan gelap narkoba. Dampak negatif kejahatan narkoba terhadap kehidupan manusia sangat dahsyat baik terhadap aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan pertahanan keamanan. Berkembangnya kasus kejahatan narkoba akan menjadi hambatan serius terhadap pembangunan peradaban bangsa. Menghadapi bahaya narkoba maka mutlak membutuhkan strategi yang efektif. Badan Narkotika Nasional (BNN) telah memerankan sebagai subyek, melalui metode P4GN dengan sasaran pemberdayaan masyarakat yang melibatkan peran serta masyarakat. Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga pemerintah yang menjadi focal point dituntut meningkatkan profesionalismenya, bersama seluruh elemen masyarakat, LSM, dan tentunya melibatkan peran serta masyarakat secara aktif dan dinamis. Sejalan dengan itu berbagai terobosan telah dilakukan langkah strategis dan inovatif terkait dengan program pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berperan serta aktif. Peran serta aktif segenap lapisan masyarakat baik secara individu maupun kelompok sangat dibutuhkan dalam penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Tanpa partisipasi aktif dari masyarakat mustahil upaya tersebut dapat tercapai secara tuntas. Untuk mengimplementasikan peran serta masyarakat sebagaimana yang diamanahkan dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba, Badan Narkotika Nasional (BNN) membentuk Deputi Pemberdayaan Masyarakat yang salah satu direktoratnya bernama Direktorat Peran Serta Masyarakat yang menangani lingkungan pendidikan. Peran serta masyarakat di lingkungan pendidikan ini meliputi lingkungan sekolah ataupun kampus. 33

22 Adapun yang menjadi tujuan peran serta masyarakat di lingkungan pendidikan adalah agar lingkungan sekolah atau kampus bersih dari narkoba/bebas narkoba. Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan hubungan konsep-konsep atau variabel-variabel penelitian menjadi sesuatu yang berbentuk skema. Artinya, yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema (Siagian, 2011: 132). Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 34

23 Gambar 1 Kerangka Pemikiran Secara Sistematis Badan Narkotika Nasional (BNN) Program Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di lingkungan pendidikan Alat Ukur Efektivitas Pelaksanaan Program P4GN di lingkungan pendidikan: 1. Ketepatan sasaran program 2. Kepuasan terhadap program 3. Keberhasilan Pelaksanaan Program 4. Tujuan dan Manfaat Efektif Tidak Efektif 35

24 2.6. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional Defenisi Konsep Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah-istilah yang digunakan yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi tentang apa yang akan diteliti dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Singarimbun, 1989:33). Untuk memfokuskan penelitian ini maka peneliti memberikan batasan konsep sebagai berikut: 1. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Dengan demikian, suatu usaha atau kegiatan dikatakan efektifas apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan dapat memberikan manfaat yang nyata sesuai dengan kebutuhan. 2. Program P4GN merupakan rumusan kebijakan nasional Badan Narkotika Nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Dalam rangka melaksanakan program P4GN tersebut harus didukung dengan kebijakan nasional, strategi serta implementasinya di bidang pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan peran serta masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat di lingkungan masing-masing khususnya dalam penelitian ini yakni lingkungan pendidikan (sekolah/kampus). 3. Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) yang disalahgunakan untuk kepentingan di luar medis sehingga berdampak terhadap gangguan kesehatan serta 36

25 untuk kepentingan bisnis ilegal oleh kalangan mafia yang tidak bertanggung jawab, menghancurkan kehidupan manusia. 4. Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan upaya-upaya P4GN dalam rangka meminimalisasi permasalahan narkoba di Indonesia. Berdasarkan Undang- Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120). Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar efektivitas pelaksanaan program P4GN oleh Badan Narkotika Nasional di SMA Methodist 1 Medan, meliputi : 1. Efektivitas pelaksanaan program P4GN, yang diukur dengan indikator: a. Ketepatan sasaran program yakni program P4GN yang dilakukan oleh BNN. Yang diteliti adalah siapa saja yang ikut serta dalam sosialisasi dan pembentukan kader yang dilakukan oleh petugas BNN, apakah mereka terlibat langsung atau tidak serta mendapat informasi mengenai program P4GN dalam sosialisasi dan pembentukan kader tersebut. b. Kepuasan terhadap program. Disini yang akan diteliti adalah bagaimana pemberian informasi mengenai program P4GN oleh petugas BNN kepada siswa SMA Methodist 1 Medan dan bagaimana kepuasan responden terhadap sosialisasi 37

26 program dan pembentukan kader P4GN yang dilakukan oleh petugas BNN di sekolah tersebut. c. Keberhasilan pelaksanaan program yakni sosialisasi dan pembentukan kader P4GN yang dilakukan oleh petugas BNN. Yang akan diteliti adalah proses kegiatan sosialisasi dan pembentukan kader P4GN yang diberikan oleh petugas BNN, bagaimana waktu pelaksanaan program sosialisasi dan pembentukan kader mengenai P4GN kepada siswa SMA Methodist 1 Medan. d. Tujuan dan manfaat sosialisasi dan pembentukan kader. Disini yang akan diteliti adalah bagaimana hasil dari pelaksanaan sosialisasi dan pembentukan kader yang dilakukan oleh BNN. Hasil apa sajakah yang telah berhasil diperoleh dari kegiatan tersebut, apakah responden memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut, dan apakah tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. 38

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 29 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 29 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 40 BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 A. Faktor-faktor Terjadinya Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

Lebih terperinci

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif NARKOBA Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif Narkotika Obat atau zat dari bahan alami, sintetis atau semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Rahmi Sofah, Harlina, Rani Mega Putri, Vira Afriyanti Universitas Sriwijaya E-mail: rani@konselor.org ABSTRAK Narkoba adalah satu

Lebih terperinci

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran narkoba secara tidak bertanggungjawab sudah semakin meluas dikalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah narkoba ini muncul sekitar tahun 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang yang termasuk

Lebih terperinci

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT Kamis, 11 September 2014 10:28:28 Medan (SIB)- Badan Narkotika Nasional Provinsi melakukan tes urine terhadap pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara di kantor perwakilan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 MUHAMMAD AFIED HAMBALI Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta PROCEDDING A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Narkoba 1.1.1 Pengertian Narkoba Narkoba adalah senyawa kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati dan perilaku seseorang jika masuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang

Lebih terperinci

Zat Adiktif dan Psikotropika

Zat Adiktif dan Psikotropika Bab 11 Zat Adiktif dan Psikotropika Sumber: image.google.com Gambar 11.1 Berbagai jenis zat adiktif dan psikotropika Di era modern ini banyak sekali kasus penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea Ke Empat yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan Negara Indonesia adalah melindungi segenap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkoba, kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perlindungan korban tindak pidana dalam sistem hukum nasional nampaknya belum memperoleh perhatian serius. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. Pendahuluan Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera, tertib dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

Lebih terperinci

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA C.02 STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA Rilla Sovitriana Fakultas Psikologi, UPI YAI rilla.sovitriana@gmail.com Abstraksi. Subjek (A) adalah seorang remaja putri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang pesat dalam bidang tekhnologi, komunikasi dan sistem informasi di dunia ini sesungguhnya membawa dua dampak yang sangat besar yaitu dampak

Lebih terperinci

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H A. PENDAHULUAN Narkoba sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, narkoba sudah menjadi momok bagi orang tua

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain narkoba, istilah yang di perkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, remaja tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, remaja tidak lagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode peralihan, dimana status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, remaja tidak lagi seorang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkoba (Narkotika dan obat-obat terlarang) atau Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang penggunaannya di

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bahwa visi atau tujuan Nasional Negara Republik Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Budiningsih (2005) juga

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Budiningsih (2005) juga BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Adapun istilah lainnya yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat terbatas. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba itulah yang mendorong terjadinya penyalahgunaan terhadap

Lebih terperinci

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor : III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan

Lebih terperinci

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : 15061143 Prodi Akuntansi Tugas Aplikom 1 Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015 SAY NO TO DRUGS SEJAK Anak bisa berkomunikasi, mereka mulai menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN Pada bagian awal dari bab in akan dibahas tentang permasalahan narkoba dan mengenai ditetapkannya Strategi Nasional Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan peredaran Gelap Narkotika,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.465, 2014 PERATURAN BERSAMA. Penanganan. Pencandu. Penyalahgunaan. Narkotika. Lembaga Rehabilitasi. PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN BAHAN ADIKTIF

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012 PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 17 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini, masalah penyalahgunaan narkoba meningkat luas, tidak hanya di kota besar namun juga di kota-kota kecil dan pedesaan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini peredaran narkoba semakin merajalela, dan dalam menjalankan aksinya pun para pengedar menggunakan berbagai macam cara. Untuk mengatasi tindak pidana

Lebih terperinci

PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN NARKOTIKA DI DESA PASAR JUJUN KECAMATAN KELILING DANAU KABUPATEN KERINCI

PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN NARKOTIKA DI DESA PASAR JUJUN KECAMATAN KELILING DANAU KABUPATEN KERINCI PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN NARKOTIKA DI DESA PASAR JUJUN KECAMATAN KELILING DANAU KABUPATEN KERINCI Haryadi dan A Zarkasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Jambi email:

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega No.303, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pelayanan. Lembaga Rehabilitasi Narkoba. Komponen Masyarakat. Pelaksanaan. Penelitian. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

NAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA.

NAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA. NAPZA Priya PKBI Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA. Berdasarkan proses pembuatannya di bagi ke dalam 3 Golongan : 1. Alami yaitu jenis ata zat yang diambil langsung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) SERTA PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Di masa sekarang ini Pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai untuk anastesi yang dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Harm Reduction (pengurangan dampak buruk narkoba) di Indonesia telah lahir sejak 1999 pertamakali di Bali dan telah digunakan dalam berbagai cara untuk mengatasi persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang ditujukan untuk melindungi kepentingan anak baik sebagai pelaku kejahatan atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang tercatat dalam sejarah manusia, NAPZA dipuja karena manfaatnya bagi manusia tetapi sekaligus dikutuk karena efek buruk yang diakibatkannya. NAPZA alami sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari semakin memprihatinkan terlebih di Indonesia. Narkotika seakan sudah menjadi barang yang sangat mudah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas upaya kesehatan pada setiap periode kehidupan sepanjang siklus hidup, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN PEMBINAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DALAM MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN NARKOBA DAN SEX BEBAS DIKALANGAN REMAJA DI KECAMATAN PRAMBANAN KLATEN Tim Pengabdi: Erwin Setyo Kriswanto,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan sebutan narkoba, pada sisi penyalahgunaan narkoba, dewasa ini justru menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang apabila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini penggunaan narkoba dikalangan remaja dan pelajar meningkat pesat. Hal tersebut merupakan fakta mengejutkan yang cukup meresahkan karena remaja dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN MINUMAN BERALKOHOL, PENYALAHGUNAAN ALKOHOL, OBAT- OBATAN DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PELAYANAN LEMBAGA REHABILITASI NARKOTIKA KOMPONEN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35 Akhir akhir ini, Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) begitu populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia. Hal ini didukung oleh data

Lebih terperinci

STRATEGI BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOTA SAMARINDA DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA DI KOTA SAMARINDA

STRATEGI BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOTA SAMARINDA DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA DI KOTA SAMARINDA ejournal Ilmu Pemerintahan 2017, 5(1): 107-120 ISSN 2477-2458, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 STRATEGI BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOTA SAMARINDA DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN DAN

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id Bahaya

Lebih terperinci

Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA)

Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA) Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA) GOLONGAN NARKOTIKA 1. Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi setiap hari antara anggota-anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Pergaulan tersebut

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL, PENYALAHGUNAAN ALKOHOL, MINUMAN DAN OBAT OPLOSAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah. 344 BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah penulis menguraikan pembahasan ini bab demi bab, berikut ini penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah. 1. Dalam Hukum Islam narkoba (al-mukhaddirat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

Lebih terperinci

Efektivitas Undang Undang No 35 Tahun 2009 Untuk Menekan Penyalahgunaan Narkotika

Efektivitas Undang Undang No 35 Tahun 2009 Untuk Menekan Penyalahgunaan Narkotika Efektivitas Undang Undang No 35 Tahun 2009 Untuk Menekan Penyalahgunaan Narkotika MH. Sri Rahayu Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Jl. Letjend

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Narkoba Narkoba atau Narkotika dan Obat (bahan berbahaya) merupakan istilah yang sering kali digunakan oleh penegak hukum dan masyarakat. Narkoba dikatakan sebagai

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2 1. Amfetamin bagi tubuh manusia berfungsi sebagai... SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2 Sebagai zat adikitif Sebagai stimulan Pencegah rasa sakit Sebagai obat penenang

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA Standar Kompetensi: Memahami masalah penyimpangan sosial. Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat. Peran dan partisipasi rakyat sangat besar peranannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data dari WHO tercatat 91 juta orang yang terjejas karena penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya kecelakaan dan tindak kriminal di dunia.

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, kasus peredaran dan penyalahgunaan narkoba saat ini semakin marak terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk sekitar

Lebih terperinci

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba dan obat terlarang menyebabkan dampak negatif bagi pemakainya. Dampak negatif sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi kesehatan mental dan fisik.

Lebih terperinci

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG PROPINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG TUGAS DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara dengan

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara dengan 48 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 0 14 dengan 105 0 45 Bujur Timur dan 5 0 15 6 0. Mengingat letak yang demikian ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia remaja merupakan masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan tingkah laku

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DAN PENYALAHGUNAAN OBAT OPLOSAN SERTA ZAT ADIKTIF LAINNYA

Lebih terperinci

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) Sejarah penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum. Masalah

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Kasus penyalahgunaan narkoba

Kasus penyalahgunaan narkoba Narkoba Perusak Generasi Bangsa # Humas Poltekkes Kemenkes Bengkulu # A. PENDAHULUAN Didorong pula oleh rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba, mereka mnerima bujukan tersebut. Selanjutnya akan dengan

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG NARKOBA DAN PERILAKU PENCEGAHAN NARKOBA PADA MAHASISWA FAKULTAS KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS ESA UNGGUL Saya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

Lebih terperinci

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Korban dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) atau yang biasa dikenal sebagai NARKOBA (Narkotika dan Obat berbahaya)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Pengertian Wewenang dan Kewenangan. Pengertian Kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan dalam lapangan hukum publik. Namun sesungguhnya terdapat perbedaan

Lebih terperinci

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D3407267 POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2008-2009 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN BAHAYA NARKOBA OLEH Dedy Sambahtera, S.Kep., M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahngunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (selanjutnya disebut narkoba) merupakan permasalahan kompleks baik dilihat dari faktor penyebab maupun

Lebih terperinci