BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi secara umum berasal dari bahasa Latin communicatio yang. dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (Lasswell)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi secara umum berasal dari bahasa Latin communicatio yang. dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (Lasswell)"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Komunikasi Komunikasi secara umum berasal dari bahasa Latin communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Jadi, secara garis besar dalam suatu komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaa makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). Adapun beberapa definisi komunikasi dari para pakar, sebagai berikut: 1. Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (Lasswell) 2. Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan informasi dari satu orang kepada orang lain dengan maksud tertentu 3. Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda-tanda (alamiah atau universal berupa simbol-simbol berdasarkan perjanjian manusia) verbal maupun nonverbal yang didasari atau tidak didasari yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap orang lain. 4. Komunikasi adalah proses dimana seseorang individu atau komunikator mengoperkan stimulant biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal maupun nonverbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain (Carl I. Hovland) 7

2 8 2.2 Reinterpretasi Pengertian Reinterpretasi Reinterpretasi bermula dari kata interpretasi atau interpretation yang artinya penafsiran. Interpretasi yang merupakan proses komunikasi baik lisan atau gerakan antara dua atau lebih yang tidak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik secara simultan atau berurutan serta bertujuan untuk meningkatkan pengertian. 1 Suatu interpretasi dapat merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran informasi yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik. Informasi itu dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika, atau berbagai bentuk bahasa lainnya. Makna yang kompleks dapat timbul sewaktu penafsiran baik secara sadar ataupun tidak melakukan rujukan silang terhadap suatu objek dengan menempatkannya pada kerangka pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas. Sedangkan re-interpretasi merupakan sebuah percobaan kembali dari hasil interpretasi yang sudah dihasilkan. Pengulangan kembali ini bertujuan untuk memaparkan secara lebih jelas dan detail akan hasil interpretasi yang masih mengambang dan belum terlalu kuat dalam penjabaran penafsiran akan suatu objek maupun simbol. 1 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah. Komunikasi Massa. Simbiosa Rekatama Media 2007 hal 15

3 9 2.3 Gaya Hidup (Life Style) Gaya hidup adalah sebuah adaptasi fiktif individu terhadap kondisi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain. Gaya hidup mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan, pola-pola respons terhadap hidup, serta terutama untuk perlengkapan hidup. Cara berpakaian, cara kerja, pola konsumsi, bagaimana individu mengisi kesehariannya merupakan unsur-unsur yang membentuk gaya hidup. Gaya hidup dipengaruhi juga oleh keterlibatan seseorang dalam kolompok sosial, dari seringnya berinteraksi dan menanggapi berbagai stimulus disana. 2 Gaya hidup menunjuk pada frame of reference (kerangka acuan) yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku. 3 Istilah gaya hidup (lifestyle) memiliki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup yang khas dari berbagai kelompok status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah dari mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan dan seterusnya dipandang sebagai indicator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen. 4 Weber mengemukakan bahwa kelompok status dinyatakan melalui persamaan gaya hiudp. Di bidang peraulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah. 2 Bagong Suyanto. Sosiologi Ekonomi, Kencana Prenada Media Group 2013 hal Alex Sobur. Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya 2009 hal Featherstone, Mike(Penerjemah Miisbah Zulfa Elizabeth) Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Hal 201. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

4 10 Selain adanya pembatasan dalam pergaulan, menuurut Weber kelompok status ditandai pula oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan idel dan material. Kelompok status dibeda-bedakan atas gaya hidup yang tercermin dalam gaya konsumsi. Weber mengemukakan bahwa kelompok status merupakan pendukung adat, yang menciptakan dan melestarikan seua adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat. 5 gaya hidup dirinci dalam lima dimensi (Susianto, 1993:59): 6 Pertama, morfologi. Sebagai aspek lingkungan dan geografi dari gaya hidup, dimensi ini melihat sejauh mana individu menggunakan kota dan fasilitasnya. Kedua, hubungan sosial. Dimensi ini menggali pola hubungan sosial individu. Ketiga, domain. Lewat dimensi ini diperoleh informasi mengenai aktivitas yang ditekankan di dalam jaringan sosial, serta peran apa yang dinilai berharga oleh individu. Keempat, makna. Dimensi ini menggali bagaimana individu memberikan makna pada kegiatan-kegiatannya. Kelima, style. Dimensi yang menampilkan aspek lahiriah dar gaya hidup menggunakan simbol-simbol dan memberikannilai simbolik pada objek-objek sekitarnya. 5 Sunarto, Karmanto Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Hal 93. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 6 Ibid

5 11 Gaya hidup oleh beberapa ahli sering disebut merupakan sebuah dunia modern atau modernitas. Artinya siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. 7 Istilah gaya hidup, baik dari sudut pandang individual maupun kolektif, mengandung pengertian bahwa gaya hidup sebagai cara hidup mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola respons terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup Komunitas (Community) Menurut Ralph Linton (Soekanto, 2003: 24) Komunitas adalah sekumpulan manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menggangap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. 9 Sehingga manusia saling berhubungan satu sama lainnya dan dari hubungan antara manusia itu kemudian melahirkan keinginan, perasaan, kesan, penilaian, dan sebagainya. Semua itu kemudian menjadikan adanya sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut. Dalam sistem hidup itulah muncul budaya yang mengikat antara satu manusia dengan lainnya. 7 Bagong Suyanto,op.cit.hal Ibid 9 Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi. Kencana Prenada Media Group Jakarta 2006 hal 29

6 12 Rasa persaudaraan yang erat membuat solidaritas dan loyalitas antar anggota menjadi kuat. Keinginan untuk dapat dikenal dan diakui keberadaannya membuat anggota komunitas melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. 2.5 Perkembangan Teori Interaksi Sombolik Para ilmuan pragmatis percaya bahwa realitas bersifat dinamis. Keyakinan ontologis yang berbeda dibandingkan ilmuan terkemuka lainya, mereka mencetuskan pemikiran mengenai munculnya struktur sosial dan mereka bersikeras bahwa makna diciptakan dalam suatu interaksi. 10 Awal perkembangan interaksi simbolik dibedakan menjadi dua aliran yaitu aliran / mahzab Chicago yang dipelopori oleh Herbert Blumer. Blumer menyakini bahwa studi manusia tidak dapat diselelenggarakan didalam cara yang sama dari ketika tentang benda mati. Tradisi Chicago melihat orang-orang yang kreatif, inovatif dalam situasi yang tidak bisa diramalkan. Masyarakat dan diri dipandang sebagai proses yang bukan struktur untuk membekukan proses adalah untuk menghilangkan inti sari hubungan sosial. Tradisi / mahzab yang kedua, aliran / mahzab lowa mengambil lebih dari satu pendekatan ilmiah. Manford Kuhn dan Carl Dipan, para pemimpinnya percaya konsep interaksionis itu dapat diterapkan. Kuhn beragumentasi bahwa 10 Richard West dan Lynn H Turner. Pengantar Teori Komunikasi. Salemba Humanika Jakarta 2008 hal 97

7 13 metode sasaran jadilah lebih penuh keberhasilan dibandingkan yang lembut metode yang dipekerjakan oleh Blumer. 11 a. Aliran Chicago George Helbert pada umumnya dipandang sebagai pemula dari pergerakan dan pekerjaannya yang pasti membentuk mahzab Chicago. Blumer merupakan pemikir terkemuka, menemukan istilah interksionisme simbolik. Blumer mengacu pada label ini sebagai suatu sedikit banyaknya pembentukan kata baru liar yang di dalam suatu jalan tanpa persiapan. Ketiga konsep dalam teori Blumer menangkap didalam jabatan pekerjaan terbaik yang dikenalnya adalah masyarakat diri dan pikiran. Diri mempunyai dua segi, masing-masing melayani sutu fungsi penting. Menjadi bagian dari yang menuruti kata hati, tak tersusun, tak diarahkan, tak dapat diramalkan. Menurut Blumer, objek terdiri dari tiga fisik yaitu tipe (barang), sosial (orang-orang), abstrak (gagasan). Orang-orang menggambarkan objek dengan cara yang berbeda tergantung bagaimana mereka membiarkan ke arah tersebut. b. Aliran Lowa Kuhn adalah pengembang dari teori simbolik sebelumnya. Kuhn memelihara dasar prinsip sebelumnya akan tetapi tidak mengambil langkahlangkah pada teori yang konservatif. Seperti yang digunakan oleh Blumer, individu ini memiliki empat kualitas. Pertama, mereka adalah orang-orang untuk 11 Ibid

8 14 siapa individu secara emosional dan secara psikologis dilakukan. Kedua, mereka menyediakan orang yang kosakata umum, pusat konsep dan kategori. Ketiga, mereka menyediakan individu dengan perbedaan dasar antara orang lain dan diri pribadi. Keempat, orang lain melakukan komunikasi wawancara yang terus menerus menopang konsep diri dari individu itu. Interaksi simbolik telah menyatukan studi bagaimana kelompok mengkoordinir tindakan mereka, bagaimana kenyataan dibangun, bagaimana diri diciptakan, bagaimana struktur sosial besar mendapatkan dan dibentuk dan bagaimana publik dapat dipengaruhi. Jadi pada dasarnya, interaksi simbolik berakar dan berfokus pada hakikat manusia adalah makhluk relasional. Setiap manusia terlibat relasi dengan sesamanya Teori Interaksi Simbolik Menurut Littlejohn, interkasi simbolik mengandung inti premis tentang komunikaksi dan masyarakat (core of common premises about communication and society) (Littlejohn, 1996:159). Interaksi simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan dinamis manusia, kontras dengan pendekatan struktural yang memfokuskan diri pada individu dan ciri-ciri kepribadiannya, atau bagaimana struktur sosial membentuk perilaku tertentu individu Deddy Mulyana dan Solatun. Metode Penelitian Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya Bandung 2013 hal 93

9 15 Perspektif interaksi simbolik berada di bawah payung perspektif yang lebih besar, yaitu perspektif fenomenologis atau perspektif interpretatif. Maurice Natanson (dalam Mulyana, 2006: 59) mengakui bahwa George Herbert Mead dipengaruhi representasi perspektif fenomenologis ini. Teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Herbert Mead ( ). Mead dilahirkan di Hadley, satu kota kecil di Massachusetts, Amerika Serikat. Karir Mead berawal saat ia menjadi seorang profesor di kampus Oberlin, Ohio, Amerika Serikat. Kemudian Mead berpindahpindah mengajar dari satu kampus ke kampus lain, sampai akhirnya saat ia di undang untuk pindah dari Universitas Michigan ke Universitas Chicago oleh John Dewey. Di Chicago inilah Mead sebagai seseorang yang memiliki pemikiran yang orisinal dan membuat catatan kontribusi kepada ilmu sosial dengan meluncurkan the theoretical perspective yang pada perkembangannya menjadi cikal bakal Teori Interaksi Simbolik. 13 Istilah interaksionisme simbolik dicetuskan oleh Herbert Blumer pada tahun Namun, ide-ide dasar perspektif ini tampaknya mengerucut pada ideide Herbert Mead yang tidak lain adalah guru dari Herbert Blumer ketika ia belajar di Universitas Chicago. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila sebagian kalangan sosiolog kemudian mencoba untuk melacak akar dari perspektif ini melalui pemikiran-pemikiran yang telah memengaruhi karya-karya Mead Everett Rogers.A History of Communication Study. The Free Press. Hal Ibid

10 16 Mind, Self, and Society merupakan karya George Herbert Mead yang terkenal (Mead 1934 dalam West-Turner, 2008: 96), dalam buku tersebut memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain: (1) Pentingnya makna bagi perilaku manusia, (2) pentingnya konsep mengenai diri, (3) hubungan antara individu dan masyarakat. Interaksi simbolik berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, yang dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretatif oleh individu melalui proses interaksi untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama. Individu menggunakan makna untuk menafsirkan kejadian-kejadian di sekitarnya. Jelasnya, mereka tidak dapat berkomunikasi tanpa berbagi makna dari simbolsimbol yang digunakan dalam institusi-institusi tersebut. Dalam Morrisan &Wardhani, (2009:146), Blumer mengajukan tiga premis: Premis pertama, bahwa human act toward people or things on the basis of the meanings they assign to those people or things. Maksudnya, manusia bertindak atau bersikap terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya dilandasi atas pemaknaan yang mereka kenakan kepada pihak lain tersebut. Premis kedua Blumer adalah meaning arises out of the social interaction that people have with each other. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu

11 17 atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa muncul dari sananya. Makna berasal dari hasil proses negosiasi melalui penggunaan bahasa (language) dalam perspektif interaksionisme simbolik. Di sini, Blumer menegaskan tentang pentingnya penamaan dalam proses pemaknaan. Sementara itu Mead juga meyakini bahwa penamaan simbolik ini adalah dasar bagi masyarakat manusiawi (human society). Premis ketiga Blumer adalah an individual s interpretation of symbols is modified by his or her own thought process. Interaksionisme simbolik menggambarkan proses berpikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Proses berpikir ini sendiri bersifat refleksif. Kita perlu untuk dapat berkomunikasi secara simbolik. Bahasa pada dasarnya ibarat software yang dapat menggerakkan pikiran kita. Menurut Mead, hanya apabila kita memiliki simbol-simbol yang bermakna, kita berkomunikasi dalam arti yang sesungguhnya. Komunikasi melibatkan tidak hanya proses verbal yang diucapkan dan didengar, tetapi juga proses non verbal. Proses non verbal meliputi seperti isyarat, pakaian, artefak, diam, temporalitas, dan ciri paralinguistik, bagi Mead tidak boleh diremehkan dalam komunikasi manusia. Melalui interaksi atau komunikasi orang-orang dapat bertukar makna, nilai dan pengalaman dengan menggunakan simbol dan tanda. Mead membedakan simbol signifikan (significant symbols) yang merupakan bagian dari dunia makna manusia dengan tanda alamiah (natural signs) yang merupakan bagian dari dunia

12 18 fisik. Yang pertama digunakan secara spontan dan tidak disengaja dalam merespon stimuli. 15 Manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi simbol-simbol. Kemampuan itu diperlukan untuk komunikasi antarpribadi dan pikiran subjektif. Manusia dianggap sebagai aktor yang sadar dan reflektif yang menyatukan objek-objek yang diketahuinya melalui self indication. Self indication adalah proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberi makna dan memutuskan untk bertindak berdasarkan makna itu. 16 Menurut Blumer (1969: ) dengan melakukan interaksi simbolik seseorang mencoba menginterpretasikan makna tindakan orang lain, membuat definisi situasi, kemudian bertindak atas dasar makna atau definisi situasi tersebut. Melalui interaksi simbolik, individu juga memberikan indikasi atau sinyal tentang tindakan apa yang diharapkan dari mitra interaksinya. Selain simbol dan tindakan Mead juga percaya bahwa manusia harus mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan orang lain dan ini mampu membuat kita menciptakan setting interior bagi masyarakat yang kita lihat beroperasi di luar diri kita. Mead menyatakan bahwa keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. Dunia nyata penuh dengan masalah dan memungkinkan orang beroperasi lebih efektif dalam kehidupan. 15 Deddy Mulyana.Metodologi Kualitatif.PT Remaja Rosdakarya,2006: Hal Basrowi Sukidin.Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Insan Cendekia,2002: Hal.122

13 19 Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri ( self-concept), atau seperangkat persepsi yang relatif stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Interaksi simbolik sangat tertarik dengan cara orang mengembangkan konsep diri. Mead mengidentifikasi dua aspek atau fase diri yang ia namakan I dan Me. Mead menyatakan, Diri pada dasarnya adalah proses sosial yang berlangsung dalam dua fase yang dapat dibedakan. Diri seorang manusia sebagai subjek adalah I dan diri seorang manusia sebagai objek adalah Me. I adalah aspek diri yang bersifat non-reflektif yang merupakan respon terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya pertimbangan. Dan, ketika di dalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun pemikiran, maka pada saat itu I berubah menjadi Me. Menurut Ritzer & Goodman, Mead mengemukakan bahwa seseorang yang menjadi Me, maka dia bertindak berdasarkan pertimbangan terhadap normanorma, generalized other, serta harapan-harapan orang lain. Adapun I adalah ketika terdapat ruang spontanitas, sehingga muncul tingkah laku spontan dan kreativitas di luar harapan dan norma yang ada. Dengan kata lain, Me adalah penerimaan atas orang lain yang digeneralisasikan. Sejalan dengan konsep-konsep dasar sebelumnya yang lebih menekankan pada pentingnya individu dan interaksi, perspektif ketiga Mead mengenai masyarakat dilihat sebagai sebuah proses, di mana individu-individu saling berinteraksi secara terus-menerus. Blumer sendiri menegaskan bahwa masyarakat

14 20 terbentuk dari aktor-aktor sosial yang saling berinteraksi dan dari tindakan mereka dalam hubungannya dengan yang lain Konsep Diri (Self Concept) Secara umum konsep diri merupakan sebagai keyakinan, pendangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut (ciri-ciri, sifat) yang dimiliki (Brehm & Kassin, 1993). Jalaluddin Rakhmat (1996: 99) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran dan penilaian diri kita, pandangan dan perasaan kita tentang diri ita sendiri. 17 Definisi lain menyebutkan bahwa konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri meliputi kemampuan, karakter diiri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Those physical, social and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others (Brooks, 1974: 61). 18 Individu dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis dan penuh rasa percaya diri dan juga selalu bersikap positif terhadap kegagalan yang dialaminya. Berbeda dengan individu dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimis terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, aka nada dua pihak yang disalahkan, entah menyalahkan diri sendiri (secara 17 Suranto AW. Komunikasi Interpersonal. Graha Ilmu hal Nina W.Syam. Psikologi Sosial. Simbiosa Rekatama Media hal 55

15 21 negatif) atau menyalahkan orang lain. Dunia individu yang sangat berarti ini yang dengan kuatnya mempengaruhi tingkah laku. 19 Konsep diri keseluruhan persepsi kita mengenai cara orang lain melihat kita. Mengenal gambaran kita melalui interaksi simbolik selama bertahun-tahun dengan orang lain selama hidup kita. 20 Dalam konsep diri memiliki lima komponen, yaitu: a. Gambaran diri (body image) b. Ideal diri c. Harga diri d. Peran dan identitas diri a. Gambaran Diri Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mecakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan diri yang realistik terhadap diri dan menerima serta menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Individu yang stabil, realistik dan konsisten 19 Nina W.Syam.op.cit hal Morissan, Andy Corry, Farid Hamid. Teori Komunikasi Massa.Ghalia Indonesia hal 130

16 22 terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan terhadap realisasi yang akan memacu sukses didalam kehidupannya. b. Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar pribadi (Stuart & Sundeen, 375: 1991). Standar dapat berhubungan dengan tipe orang berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai. Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak telalu tinggi tapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai. Ideal diri masing-masing individu perlu ditetapkan, apa yang ingin dicapai atau dicita-citakan baik ditinjau dari pribadi maupun masyarakat. c. Harga Diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku mengetahui ideal diri (Stuard & Sundeen, 376: 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri jika individu selalu sukses maka cenderung harga diri akan tinggi. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri akan rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Sebagai makhluk sosial sikap negatif harus dikontrol sehingga setiap orang yang bertemu dengan diri kita dengan sikap yang positif merasa dirinya berharga. Harga

17 23 diri akan rendah apabila kehilangan rasa kasih sayang dan penghargaan dari orang lain. d. Peran Menurut Kozier Barbara, peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran, bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. e. Identitas Diri Identitas diri merupakan kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan utuh (Stuard & Sundeen,378: 1991). Seseorang yang mempunyai perasaan indentitas diri yang kuat maka akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya. Individu yang memiliki identitas diri yang kuat akan memandang dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpisah dari orang lain dan individu tersebut akan mempertahankan identitasnya walau dalam kondisi sesulit apapun. Konsep diri mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat.

18 Proses Pembentukan Konsep Diri Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Dalam konsep diri terdapat beberapa unsur antara lain: 1. Penilaian diri merupakan pandangan diri terhadap: a. Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. b. Suasana hati yang sedang kita hayati seperti bahagia, sedih atau cemas. Keadaan ini akan mempengaruhi konsep diri positif dan negatif. c. Bayangan subjektif terhadap tubuh. Konsep diri yang positif akan dimilki kalau merasa puas (menerima) keadaan fiisik diri sendiri. Sebaliknya, kalau merasa tidak puas dan menilai buruk keadaan fisik diri sendiri 2. Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana individu menerima penilaian lingkungan sosial pada dirinya. Dalam pola asuh keliru dan negatif atau lingkungan yang kurang mendukung, senderung mempunyai konsep diri yang negatif. Namun, jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, tumbuhlah konsep diri yang positif. 3. Konsep lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri adalah self image atau citra diri, yaitu merupakan gambaran :

19 25 a. Siapa saya, yaitu bagaimana kita menilai keadaan pribadi seperti tingkat kecerdasan, status sosial ekonomi keluarga atau peran lingkungan sosial kita. b. Saya ingin jadi apa, yatu apa harapan-harapan dan cita-cita ideal yang ingin dicapai yang cenderung tidak realistis. c. Bagaimana orang lain memandang saya, pertanyaan ini menunjukkan pada perasaan keberartian diir kita bagi lingkungan sosial maupun bagi diri kita sendiri. Konsep diri yang terbentuk pada diri juga akan menentukan penghargaan yang akan diberikan pada diri. Penghargaan terhadap diri ini meliputi penghargaan terhadap diri manusia yang memilki tempat di lingkungan sosial. Penghargaan ini akan memengaruhi dalam berinteraksi denga orang lain Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, yakni: 1. Orang Lain Menurut Gabriel Marcell, peranan orang lain dalam memahami diri kita the fact is that the we can understand ourselves by starting from the other, or from others, and only by starting from them, kita mengenal diri kita dengan mengenal diri orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda mengenal saya akan membentuk konsep diri saya.

20 26 2. Kelompok Rujukan Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri seseorang, ini disebut dengan kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Terdapat lima tanda orang yang memiliki konsep diri positif yaitu: 1. Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah 2. Ia merasa setaran dengan orang lain 3. Ia menerima pujian tanpa rasa malu 4. Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan, dan prilaku yang tidak seluuruhnya disetujui masyarakat 5. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup menggungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha sebaliknya. Dan terdapat empat tanda orang yang memilki konsep diri negatif yaitu: 1. Ia peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak terima dengan kritikan yang diterimanya 2. Responsitif sekali terhadap pujian. Berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusismenya pada waktu menerima pujian 3. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain 4. Bersikap pesimis terhadap kompetisi sseperti terungkap dalam keenganannya untuk besaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.

21 27 Konsep diri merupakan dasar dari perilaku seseorang, oleh sebab itu konsep diri memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan dari individu. Dengan adanya konsep diri yang positif, maka individu dapat melihat kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, mempunyai harga diri yang sesuai serta memilki identitas diri yang jelas sehingga individu akan peka terhadap dirinya dan lingkungannya. Tingkah laku tidak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamanmasa lalu dan saat ini, tetapi makna-makna pribadi pada masing-masing individu ikut mempengaruhi. Makna pribadi dapat diartikan sifat-sifat yang dimiliki individu, dimana sifat pribadi ini merupakan salah satu faktor yang diturunkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang adalah lingkungan. Penghargaan lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap konsep diri individu, karna individu akan merasa dihargai, dipertimbangkan dan dibutuhkan keberadaanya. Bentuk konkret dari penghargaan lingkungan terhadap diri yaitu dengan diberikannya status.

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Proses komunikasi interpersonal anggota SFCK di awali dengan tahap proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota SFCK dan interaksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD. Blumer sekitar tahun Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya

BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD. Blumer sekitar tahun Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya 35 BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya sudah lebih

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK. teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK. teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK A. Pikiran, Diri, dan Masyarakat Dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara BAB IV ANALISIS DATA a. Temuan Penelitian 1. Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan persoalan penelitian. Dalam bab II ini akan membahas pengertian mengenai komunikasi, interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seperti yang dikutip penulis dalam Fadwa El Guindi (2005:30), jilbab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seperti yang dikutip penulis dalam Fadwa El Guindi (2005:30), jilbab BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hijab sebagai Pemaknaan Sosial Seperti yang dikutip penulis dalam Fadwa El Guindi (2005:30), jilbab secara etimologi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu veil. Veil mempunyai empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mempertahankan hidupnya. Hal ini terbukti dari salah satu seni di

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mempertahankan hidupnya. Hal ini terbukti dari salah satu seni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi dunia seperti ini dimana banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat membuat masyarakat semakin semangat di dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh 50 BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD A. Interaksionisme Simbolik Teori yang relevan untuk menjelaskan judul ini adalah interaksionisme simbolik. Istilah interaksionisme simbolik pertama kali

Lebih terperinci

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations Modul ke: TEORI INTERPRETIF INTERAKSIONAL SIMBOLIK Fakultas 15FIKOM Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations Interaksionisme Simbolik Teori interaksionisme simbolik sangat berpengaruh dalam

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SOSIAL. Diri sosial (social self)

PSIKOLOGI SOSIAL. Diri sosial (social self) 1 PSIKOLOGI SOSIAL Pengertian Psikologi Sosial Psikologi sosial adalam merupakan cabang ilmu dari psikologi yang baru muncul dan intensif dipelajari pada tahun 1930. Secara sederhana objek material dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kepada orang lain; berhubungan dengan orang lain. Dari kata kerja itu. pemberitahuan, dan perhubungan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. kepada orang lain; berhubungan dengan orang lain. Dari kata kerja itu. pemberitahuan, dan perhubungan. BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi Sosial Kata komunikasi berasal dari kata latin commnicare yang mempunyai tiga arti: bergaul dengan seseorang; memberitahukan sesuatu kepada orang

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi. Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi BROADCASTING

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi. Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi BROADCASTING Modul ke: Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi BROADCASTING www.mercubuana.ac.id Pengertian Sosiologi Sosiologi Komunikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan 33 BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD Kehidupan social itu sendiri tidak pernah terlepas dari adanya sebuah interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

Lebih terperinci

BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER

BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER A. Teori Interaksionisme Simbolik Yang menjadi objek kajian sosiologi adalah masyarakat yang

Lebih terperinci

REVIEW BUKU A FIRST LOOK AT COMMUNICATION THEORY KARANGAN EM GRIFFIN CHAPTER 4 : INTERAKSI SIMBOLIK Oleh George Herbert Mead

REVIEW BUKU A FIRST LOOK AT COMMUNICATION THEORY KARANGAN EM GRIFFIN CHAPTER 4 : INTERAKSI SIMBOLIK Oleh George Herbert Mead REVIEW BUKU A FIRST LOOK AT COMMUNICATION THEORY KARANGAN EM GRIFFIN CHAPTER 4 : INTERAKSI SIMBOLIK Oleh George Herbert Mead PENGANTAR George Herbert Mead adalah seorang filsuf dari Universitas Chicago,

Lebih terperinci

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Asumsi Dasar Interaksionisme-Simbolik Akar kesejarahan Interaksionisme-Simbolik Max Weber: Verstehen (Pemahaman Subyektif)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau

Lebih terperinci

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

PERAN SIGNIFICANT OTHERS PERAN SIGNIFICANT OTHERS DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI (Studi Kasus tentang Peran Romo dalam Pembentukan Konsep Diri Kaum Muda melalui Komunikasi Interpersonal di Gereja Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1 Latar belakang Banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia dan dijadikan trend bagi masyarakat Indonesia. Kebudayaan yang masuk pun datang dari barat dan timur dunia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi Interpersonal a. Pengertian Komunikasi Interpersonal Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan yaitu dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

Teori Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Teori-Teori Dalam Konteks Komunikasi Antar Pribadi

Teori Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Teori-Teori Dalam Konteks Komunikasi Antar Pribadi MODUL PERKULIAHAN Teori Komunikasi Pokok Bahasan 1 Antarpribadi 1.1 Elemen pembentuk kesadaran diri 1.2 Konsep-konsep yang mempengaruhi perkembangan kesadaran diri 1.3 Teori-Teori Tentang Diri (Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Teori Teori Sosiologi Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Yuliawati, S.Sos, M.IKom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT http://www.mercubuana.ac.id SOSIOLOGI = SOCIOLOGY= Socius

Lebih terperinci

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Untuk Apa Kita Berkomunikasi? Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi adalah kemampuan alamiah; setiap orang mampu

Lebih terperinci

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif Salah satu jenis pendekatan utama dalam sosiologi ialah interaksionisme simbolik. Interaksionisme simbolik memiliki perspektif dan orientasi metodologi tertentu. Seperti halnya pendekatan-pendekatan lain

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL Interaksi

Lebih terperinci

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Komunikasi: Suatu Pengantar Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi adalah kemampuan alamiah; setiap orang mampu melakukannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Paradigma Penelitian Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam kelompok adalah bagian dari kegiatan keseharian kita. Kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan, karena melalui kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Kata Paradigma berasal dari Bahasa yunani, paradeigma, yang bearti pola, Thomas Kuhn (1962) menggunakan kata paradigma untuk menunjukan kerangka konseptual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB II SIMBOL SIMBOL MAKNA HAUL GEORGE HERBERT MEAD. Mead. Akan tetapi Mead-lah yang paling populer sebagai perintis dasar teori

BAB II SIMBOL SIMBOL MAKNA HAUL GEORGE HERBERT MEAD. Mead. Akan tetapi Mead-lah yang paling populer sebagai perintis dasar teori 38 BAB II SIMBOL SIMBOL MAKNA HAUL GEORGE HERBERT MEAD A. Teori Interaksionisme Simbolik Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis interaksionisme simbolik, diantaranya James Mark Baldwin,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk. berkomunikasi, baik itu verbal ataupun nonverbal. Hal yang sama ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk. berkomunikasi, baik itu verbal ataupun nonverbal. Hal yang sama ini juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang selalu berkomunikasi, baik itu verbal ataupun nonverbal. Hal yang sama ini juga diungkapkan oleh Deddy

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN A. ANALISIS DATA PENELITIAN Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang diperoleh dari beberapa informan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Tahapan selanjutnya adalah proses penganalisaan terhadap data dan fakta yang di temukan, kemudian di implementasikan berupa hasil temuan penelitian untuk diolah

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini,

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Teori teori umum 2.1.1 Definisi Komunikasi Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan definisi komunikasi yang dikutip oleh Deddy Mulyana (2008: 68-69)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. data tersebut. Peneliti menemukan beberapa hal mengenai bahasa harian

BAB IV ANALISIS DATA. data tersebut. Peneliti menemukan beberapa hal mengenai bahasa harian 77 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Merujuk pada hasil penyajian data yang peneliti sajikan pada sub bab sebelumnya, saat ini secara mendetail dan sistematis dapat kami sampaikan temuan-temuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia. Dapat dikatakan mendasar karena, sikap individu baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari masa pranatal, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua. Masing-masing fase memiliki

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, saling berhubungan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, saling berhubungan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dengan berinteraksi kita bisa mengkomunikasikan sebuah pesan baik verbal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gaya Hidup dan Konsumsi 2.1.1 Gaya Hidup. Istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini memiliki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Manusia membutuhkan komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Sifat penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya itu maka manusia berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswi yang memiliki fashion yang baik serta menggunakan make up

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswi yang memiliki fashion yang baik serta menggunakan make up BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Mahasiswi yang memiliki fashion yang baik serta menggunakan make up untuk datang ke kampus memiliki citra tersendiri bagi orang yang melihatnya. Tidak hanya fashion

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut Deddy N. Hidayat dalam penjelasan ontologi paradigma kontruktivis, realitas merupakan konstruksi

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Media Massa dan Proses Sosialisasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT www.mercubuana.ac.id Sosialisasi dan Agen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Teori Interaksi Simbolik Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan suatu pendekatan yang di kenal dengan pendekatan interaksional simbolik. Salah satu tokoh pelopor teori

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Subyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Subyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Teori Berdasarkan Pendekatan Subyektif Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Teori Pendekatan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING ABSTRACT

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING ABSTRACT PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING Teza Andriani 1, Yuzarion Zubir 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan narapidana umum lainnya, yang menajdi pembeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Budaya Komunikasi sebagai proses seperti yang dikatakan Donald Byker dan Loren J. Andersen : Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. dijadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas

BAB IV ANALISIS DATA. dijadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas BAB IV ANALISIS DATA Salah satu proses analisis data ini telah dikembangkan lebih lanjut yang materinya diambil dari hasil deskripsi data penelitian untuk nantinya dijadikan sebagai suatu temuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai sosial, manusia senantiasa berinteraksi dan melakukan kontak sosial dengan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judi Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSI SOSIAL DAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK. menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompokkelompok

BAB II INTERAKSI SOSIAL DAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK. menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompokkelompok BAB II INTERAKSI SOSIAL DAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK A. Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompokkelompok

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Kecakapan Antar Personal Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Teori Interaksi Simbolik Teori Interaksi Simbolik Diperkenalkan oleh G. Herbert Mead tahun 1934 di Universitas Chicago Amerika. Menurut Mead, terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI OLEH. AHMAD RIZA FAIZAL S.Sos., IMDLL.

TEORI KOMUNIKASI OLEH. AHMAD RIZA FAIZAL S.Sos., IMDLL. TEORI KOMUNIKASI OLEH AHMAD RIZA FAIZAL S.Sos., IMDLL. Aliran-aliran dalam Ilmu Komunikasi 1. Teori Struktural & Fungsional Menurut aliran ini, struktur sosial adalah nyata dan berjalan dalam fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan pernah hilang selama kehidupan manusia berlangsung. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN QUICK JUDGEMENT TEST IST (PPSDM CONSULTANT)

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN QUICK JUDGEMENT TEST IST (PPSDM CONSULTANT) LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN QUICK JUDGEMENT TEST IST (PPSDM CONSULTANT) Disusun Oleh : Yuli Asmi Rozali 200110148 Novendawati Wahyu Sitasari 215020571 Sulis Mariyati 201030160 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK

MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK M. Ali Rajai 1 Vismaia S. Damaianti 2 ABSTRAK Pembelajaran yang masih bersifat pemindahan isi melatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Harga Diri 1.1. Pengertian harga diri Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi

Lebih terperinci

HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B

HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B06210003 Komunikasi dalam kehidupan manusia terasa sangat penting, karena dengan komunikasi dapat menjembatani segala bentuk ide yang akan disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci