BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Budaya Komunikasi sebagai proses seperti yang dikatakan Donald Byker dan Loren J. Andersen : Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih, menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson adalah Komunikasi sebagai proses memahami dan berbagi makna, dan Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss mengatakan Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara Komunikasi dua orang atau lebih. 15 Apapun bentuk definisi komunikasi selalu ada unsur timbal balik dari suatu gagasan yang berkembang sebagai pengaruh dari reaksi kita terhadap respons mereka. Menurut Herbert- Mead komunikasi secara murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak saja memberikan makna terhadap perilaku mereka sendiri, tetapi memahami atau berusaha memahami makna yang diberikan pihak lain. 16 Berdasarkan definisi komunikasi diatas, Lasswell mengatakan bahwa komunikasi saling bergantung dari adanya sebuah pesan yang disampaikan oleh sumber kepada penerima dengan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Dalam pesan yang disampaikan memiliki tiga komponen yaitu : Makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk organisasi pesan. Simbol terpenting 15 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal Ida Bagus Wirawan. Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Penerbit: Kencana Prenada Media Group hal

2 11 adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasaaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, dsb nya). Ataupun tulisan berupa artikel, surat, novel, puisi dsb nya. Kata-kata memungkinkan kita berbagi pikiran dengan orang lain. pesan juga dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, senyuman, lirikan mata, tatapan mata dsb nya), juga dapat melalui musik, tarian, patung, lukisan dsb nya (I.B Wirawan, 2012:63). Komunikasi budaya tidak dapat dipisahkan karena budaya menentukan bagaimana berbahasa, bersikap, cara pandang terhadap kehidupan. Termasuk halnya sebuah tarian adalah bagian dalam bentuk komunikasi budaya yang memiliki misi untuk dikembangkan agar memperoleh identitas dari budaya tersebut. 17 Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Menurut definisi budaya sebagai pengalaman yang dihasilkan atas nilai, kepercayaaan, sikap pemaknaaan, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, yang menampakan pola-pola bahasa dan dalam bentuk kegiatan pada suatu masyarakat yang dialami. 18 Menurut Deddy Mulyana budaya dapat dikatakan sebagai suatu pola hidup menyeluruh. Bersifat kompleks, abstrak, dan luas serta aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif I Nyoman Darma Putra. Bali Dalam Proses Pembentukan Karakter Bangsa. Penerbit: Pustaka Larasan 2011 hal Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal Ibid. 26

3 12 Komunikasi budaya pada tarian membentuk pemaknaan dalam objek budaya yang ditampilkan melalui interaksi sosial dalam memahami budaya setempat. Bahwa kesenian ini adalah misi kesenian bagi siapa saja yang ingin mempelajari tarian tersebut, menjadikan sebuah produk dari fenomena yang terjadi sebagai simbol pemaknaan dari daerah itu berasal, dan membentuk image atas tarian masyarakat setempat. 20 Tarian yang diciptakan pula tidak terlepas dari adanya hubungan interaksi sosial dengan individu lainnya. Didalam kegiatan komunikasi ada sebuah fungsi komunikasi yang melahirkan sebuah bentuk komunikasi yang menjadikan sebagai alat untuk dapat dikembangkan secara simultan seperti yang dikatakan sebagai kegiatan ritual manusia, biasanya diadakan dalam sebuah tradisi dalam bentuk suatu komitmen yang secara turun-temurun telah dilakukan sebelumnya, makna yang terkandung didalamnya merupakan bentuk komunikasi sebagai komunikasi ritual. 21 Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka. Ritual juga menciptakan perasaan tertib (a sense of order) dalam dunia yang tampaknya kacau balau. Ritual memberikan rasa nyaman akan keteramalan (a sense of predictability). Dalam komunikasi ritual tersebut orang-orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik. Dalam suatu komunitas yang sering melalukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage mulai dari upacara kelahiran, 20 Ibid Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal 30

4 13 sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan dan hingga pada upacara kematian adalah suatu kegiatan dari peristiwa yang terjadi berdasarkan pengalaman hidup sebagai suatu cara untuk berinteraksi kepada sang pencipta maupun kepada manusia yang dilakukan dengan mengikuti perkembangan zaman hingga saat ini dan dijadikan menjadi suatu hal yang rutin oleh masyarakat setempat sebagai bentuk ritual untuk berkomunikasi. Fungsi dari komunikasi ritual adalah, sebagai: 1. Suatu bentuk ekspresif seseorang dalam menyatakan perasaan terdalam seseorang 2. Sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada alam semesta seperti dalam acara keagamaan 3. Bahwa simbol dan makna yang terbentuk memberikan pemahaman dan dijadikan sebagai bentuk komitmen sebuah budaya untuk dikembangkan dan tetap dilestarikan dari zaman ke zaman (Mulyana, 2004:25-27). Berkomunikasi berarti menciptakan sebuah hubungan dengan orang lain dalam melakukan kegiatan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Maka dari itu manusia tidak mungkin mampu hidup sendiri tanpa adanya bersosialisasi dengan orang lain. Melalui komunikasi terlahir pula bagaimana manusia berperilaku, membentuk sebuah kelompok atau komunitas dari budaya mana kita berasal.

5 14 Sebuah budaya dan komunikasi mempunyai peran yang saling berkaitan. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi yang nantinya menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. 22 Komunikasi dalam hal ini merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi kepada generasi berikutnya (Mulyana, 2004:6). Perilaku manusia adalah sebuah alat untuk berkomunikasi pada umumnya, hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang yang berada disekitarnya. Sebuah perilaku itu harus memenuhi dua syarat. Pertama perilaku harus diobservasi oleh seseorang, dan kedua perilaku harus mengandung makna. Dengan kata lain, setiap perilaku yang dapat diartikan adalah suatu pesan. 23 Konsep komunikasi ini didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna diberikan kepada suatu perilaku. Keterkaitan komunikasi dan budaya sangat erat hubungannya dengan apa yang terjadi sebelumnya baik dalam bentuk bahasa ataupun perilaku. Budaya memainkan suatu peranan penting dalam pembentukan kepercayaan, nilai dan sikap. Sekalipun menentukan bagaimana komunikasi berlangsung dari budaya tersebut akan melahirkan beraneka ragam praktik komunikasinya (Mulyana, 1993:19). 22 Ibid Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal 13

6 15 Sebuah komunikasi dalam suatu budaya yang kita jumpai dapat berjalan efektif, sebaiknya kita telah mengetahui konsep dari komunikasi budaya tersebut dengan: 1. Berusaha untuk mengobservasi terlebih dahulu dan mencari tahu dari perilaku budaya yang diadakan pada budaya setempat; baik dalam segi bahasa, sikap-sikap sosial, agama, penampakan fisik, yang berlaku pada daerah tersebut 2. Sikap tulus dan adanya keinginan untuk berkomunikasi efektif akan mengurangi kesalah-pahaman dan 3. Menerima perbedaan budaya yang ada sebagai sebuah pengetahuan dan informasi dalam fenomena yang terjadi. 24 Edward T. Hall mengatakan: Komunikasi adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah komunikasi. Bahwa kebudayaan memiliki sistem dan dinamika yang mengatur tata cara pertukaran simbol-simbol komunikasi; dan hanya dengan komunikasi maka pertukaran simbol-simbol dapat dilakukan, sebuah kebudayaan akan tetap eksis jika ada komunikasi. 25 Seorang pakar Antropologi budaya E.B Taylor mendefinisikan budaya sebagai Keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan atau kebiasaankebiasaan lain yang diperoleh anggota-anggota suatu masyarakat Ibid Alo Liliweri. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Penerbit;Pustaka Pelajar hal Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal 60

7 16 Hubungan antara budaya dan komunikasi keduanya saling mempengaruhi dengan apa yang kita lihat, pola berbicara, berpikir dengan apa yang kita pikirkan akan terpengaruh dan terbentuk dari pola budaya yang kita anut. 2.2 Penari Penari adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggerakan tubuhnya sebagai alat ekspresi ataupun sarana dalam berkomunikasi seseorang melalui pesan yang ingin disampaikan dalam tarian tersebut kepada penonton. 27 Tari sendiri adalah sebuah ungkapan, pernyataan, dan ekspresi dalam gerak yang memuat komentar-komentar mengenai realitas kehidupan, yang bisa merasuk di benak penikmatnya setelah pertunjukan selesai. 28 Beberapa aspek dalam menari dibutuhkan beberapa rumusan seperti: adanya: 1) Bentuk sebuah tarian akan menemukan bentuk seninya bila pengalaman batin pencipta (penata tari) maupun penarinya dapat menyatu dengan pengalaman lahirnya (ungkapannya), yaitu tari yang disajikan bisa menggetarkan perasaan atau emosi penontonnya. Penonton merasa terkesan setelah menikmati pertunjukan tari, 2) Gerak berarti pertanda kehidupan reaksi manusia terhadap kehidupan, situasi dan kondisi, serta hubungannya dengan manusia lainnya terungkap melalui gerak, 3) Tubuh berarti orang memiliki tubuh dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, perbedaan ini yang menjadi identitas jati diri bagi pemiliknya dalam tari peranan tubuh sebagai media komunikasi yang khas, maka tubuh merupakan alat, wahana atau instrument di dalam tari. 4) Irama tidak kalah 27 M.Jazuli. Telaah Teoretis Seni Tari. IKIP Semarang Press. hal Ibid.

8 17 pentingnya sebagai aspek dalam tari, ada 3 macam kepekaan irama yang harus dikuasai oleh seorang penari, yaitu: kepekaan terhadap irama iringan (lagu atau gendhing), kepekaan terhadap irama gerak, yaitu menggerakkan anggota tubuh dengan tempo yang telah ditentukan, dan kepekaan terhadap irama jarak, maksudnya adalah pengambilan jarak antara anggota tubuh yang digerakkan sesuai dengan tata aturan yang ditetapkan pada suatu tarian tertentu. 5) Jiwa dalam tubuh seorang penari harus berbekal kemampuan menjiwai terhadap suatu tarian yang ditarikan, jiwa disini merupakan satu kesatuan yang unik dari kesan-kesan, intuisi-intuisi, dan keyakinan-keyakinan yang menafsir seluruh pengalaman. Dalam jiwa manusia, yakni memiliki cipta (akal), rasa (emosi), dan karsa (kehendak) ketiga hal ini saling melengkapi dalam setiap aktivitas tari. 29 Sebutan bagi seorang penari adalah orang yang memahami pengertian tari yang harus selalu melihat aspek-aspek dari segi bentuk, gerak, tubuh, irama, dan jiwa yang menjadi latar belakang keberadaan tari yang tidak terlepas dari kehendak penciptanya dan lingkungannya Tarian Sebagai Komunikasi Peranan Tari dalam kehidupan manusia mencakup tiga aspek, yaitu stimulans individual, sosial dan komunikasi. Tari mempunyai dua sifat yang mendasar yaitu: individual dan sosial. Sifat individual karena tari merupakan ekspresi jiwa yang berasal dari individu, sifat sosial karena gerak-gerik tari tidak terlepas dari pengaruh dari keadaan dan mengacu kepada kepentingan 29 Ibid Ibid. 8

9 18 lingkungannya dan tari berfungsi sebagai sarana komunikasi guna menyampaikan ekspresi jiwa kepada orang lain. Oleh karena itu, di dalam tari tidak pernah ada istilah seni untuk seni yang sebenarnya. Meskipun orang menari mempunyai keinginan untuk mengekspresikan diri untuk dipersembahkan kepada yang disembah (sifat individu), tetapi persembahan itu sendiri juga untuk dinikmati oleh pihak yang disembah (sosial). 31 Tarian adalah gerakan badan, tangan dan sebagainya yang berirama dan biasanya diiringi dengan bunyi-bunyian seperti musik, ataupun gamelan. 32 Sebuah tarian merupakan seni tubuh berdasarkan irama, gerakan, dan isyarat yang saling terhubung melalui pola dan gagasan musik yang memiliki tujuan dan makna. 33 Tarian pada dasarnya memiliki 5 fungsi dalam kehidupan, yaitu: 1. Tari membentuk komunikasi yang mengekspresikan emosi, suasana hati, atau gagasan, atau mengisahkan suatu cerita 2. Tari dapat menjadi bagian ritual 3. Tari dapat menjadi bentuk rekreasi (suatu hiburan) yang menyenangkan 4. Tari memiliki peran penting dalam fungsi sosial atau tempat dari daerah mana tarian itu menjadi ciri khas budaya tersebut. 5. Tari memiliki peran penting untuk menarik pasangan sebagai bentuk menampilkan keindahan, dan keluwesan M.Jazuli. Telaah Teoretis Seni Tari. IKIP Semarang Press. hal Tri Kurnia Nurhayati. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Penerbit: Eska Media Jakarta hal Marcel Danesi. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra hal Ibid. 87

10 19 Adapun fungsi tarian dalam kehidupan manusia di antaranya adalah : 1. Untuk kepentingan upacara; tarian sebagai sarana upacara-upacara untuk menjalin hubungan spiritual kepada dewa atau leluhurnya 2. Untuk hiburan; bagi pelakunya (penari) mungkin hanya sekedar untuk menyalurkan hobi/kesenangan, mengembangkan keterampilan 3. Tari sebagai seni pertunjukan atau tontonan; untuk mempertunjukan sesuatu yang bernilai seni tetapi senantiasa berusaha untuk menarik perhatian bila ditonton dari diperolehnya pertunjukan yang ditonton seperti merasa memperoleh wawasan baru, pengalaman baru dan kedalaman dalam menangkap sesuatu sehingga bermakna. 4. Tari sebagai media pendidikan; untuk mengembangkan kemampuan berapresiasi dan berkarya kreatif yang semuanya itu sangat membantu sikap, perilaku, dan pola pikir seseorang, sehingga senantiasa terkontrol dalam setiap aktivitasnya. 35 Tarian dalam konteks komunikasi telah banyak mengalami pergeseran budaya, dahulu orang primitif menari sebagai alat komunikasi untuk memperoleh kekuatan atau persembahan kepada dewa yang disembahnya bukan bertujuan untuk ditonton, melainkan untuk mengekspresikan kehendaknya. 36 Pertunjukan sebuah tarian saat ini dijadikan bentuk komunikasi untuk memperkenalkan repertoar seperti cuplikan adegan cinta atau perang dari wayang orang yang merupakan bahasa gerak. Dalam hal ini pula tarian dapat pula sebagai penghibur penonton, berbagi pengalaman, dan mengembangkan repertoar untuk 35 M.Jazuli. Telaah Teoretis Seni Tari. IKIP Semarang Press. Hal Ibid. 62

11 20 keperluan tur ke luar negri maupun dalam negri dan sebagai misi yang mewakili Negara Teori Interaksi Simbolik Perilaku manusia dalam berinteraksi dengan individu lainnya memiliki keanekaragaman dalam pengalaman hidupnya, maka dari itu lahirlah teori interaksi simbolik yaitu perilaku simbolik yang menghasilkan saling berbagi makna dan nilai-nilai diantara partisipan dalam tingkat yang beragam menurut (Faules dan Alexander, 1978:5). 38 Teori interaksionisme simbolik berorientasi pada prinsip bahwa orangorang merespons makna yang mereka bangun sejauh mereka berinteraksi satu sama lain. Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrument penting dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang memengaruhi mereka (Miller.2002:51). 39 Sebuah karakteristik dalam interaksi simbolik yang dikembangkan oleh Herbert-Mead adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu yang melahirkan pola interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang 37 I Nyoman Darma Putra dan I Gde Pitana. Bali Dalam Proses Pembentukan Karakter Bangsa. Penerbit: Pustaka Larasan hal Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Penerbit: LKIS Yogyakarta hal Elvinaro Ardianto dan Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi. Penerbit: Simbiosa Rekatama Media hal 136

12 21 mereka ciptakan dan realitas sosial yang terjadi merupakan rangkaian peristiwa pada beberapa individu dalam masyarakat. 40 Menurut Mead-Blumer interaksi simbolik adalah kemampuan seseorang untuk bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul di dalam sebuah situasi tertentu, orang akan bergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya pada orang, benda, dan peristiwa. Makna-makna inilah yang diciptakan dalam bahasa yang digunakan sebagai komunikasi dengan orang lain, dengan dirinya sendiri ataupun pikiran pribadinya dan untuk berinteraksi dengan orang lainnya dalam sebuah komunitas. 41 Adapun Sejumlah asumsi-asumsi dengan menggunakan interaksi simbolik, yang diperkenalkan oleh Blumer yaitu: 1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasar makna-makna yang dimiliki benda itu bagi mereka 2. Makna-makna itu merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat manusia 3. Makna-makna dimodifikasikan dan ditangani melalui suatu proses penafsiran yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan tanda-tanda yang dihadapinya. 42 Tiga konsep utama dalam pemikiran Mead yaitu masyarakat, diri sendiri dan pikiran (Blummer, 1969) : 40 Ida Bagus Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Penerbit: Kencana Prenada Media Group hal Richard West & Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Penerbit: Salemba Humanika hal Ida Bagus Wirawan,op.cit., 113

13 22 Pertama, masyarakat (society), atau kehidupan kelompok, terdiri atas perilaku-perilaku kooperatif anggotanya. Kerjasama manusia mengharuskan kita untuk memahami maksud orang lain yang juga mengharuskan kita untuk memahami apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Jadi, kerja sama terdiri dari membaca tindakan dan maksud orang lain serta menanggapainya dengan cara yang tepat. Kedua, diri-sendiri kita memiliki diri karena dapat merespon diri sendiri sebagai sebuah objek. Caranya dengan melalui pengambilan peran atau menggunakan sudut pandang orang lain dan inilah yang menyebabkan seseorang memiliki konsep diri. Istilah lain untuk konsep diri adalah refleksi umum orang lain (generalized other), semacam gabungan sudut pandang yang memandang diri kita sendiri. Ketiga adalah pikiran, kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol yang signifikan untuk merespons pada diri sendiri menjadikan berpikir adalah sesuatu yang mungkin. Pikiran bukanlah sebuah benda tapi merupakan sebuah proses. Hal ini tidak lebih dari sekedar berinteraksi dengan diri sendiri. Kemampuan ini yang berkembang sejalan dengan diri, sangat penting bagi kehidupan manusia karena merupakan bagian dari tiap tindakan manusia. Berpikir melibatkan keraguan (menunda tindakan yang jelas) ketika menafsirkan situasi. Di sini, berpikir melalui situasi dan merencanakan tindakan selanjutnya (Blumer:1969). Dari tema konsep pemikiran George Herbert Mead tersebut diperoleh hal mendasar pada interaksi simbolik antara lain:

14 23 1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia, bahwa manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasrkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka. Bahwa makna yang diberikan merupakan produk interaksi sosial dan menggambarkan kesepakatan kita untuk menerapkan makna tertentu pada simbol tertentu pula. 43 Contoh: tarian legong keraton pada gelungan legong masih ada hubungan erat dengan kepercayaan agama hindu dimana itu masih dikramatkan Pentingnya konsep mengenai diri, bahwa karena manusia memiliki diri, mereka memiliki mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri, melihat diri sebagai proses. 45 Contoh: Jika saya merasa yakin akan kemampuan saya dalam menari, maka akan sangat mungkin saya akan menjadi penari profesional. 3. Hubungan antara individu dengan masyarakat, bahwa orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses sosial dan budaya serta struktur sosial yang dihasilkan melalui interaksi sosial. 46 Contoh: Di Indonesia saat ini memakai batik adalah simbol dari pakaian untuk menghadiri acara formal ataupun semi formal dan sebagai hasil karya budaya bangsa Indonesia. 43 Richard West & Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Penerbit: Salemba Humanika hal Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya Bali. Perkembangan Legong Keraton sebagai Seni Pertunjukan. Bali. 1975, hal Richard West & Lynn H. Turner,op.cit., Ibid.

15 24 Selain interaksi simbolik, Mead membahas masalah hubungan timbal balik antara diri sebagai objek dan diri sebagai subjek. Diri sebagai objek ditunjukan sebagai konsep me, sebagai subjek yang bertindak ditunjuknya dengan konsep I. Dalam konteks ini me adalah sosok diri saya yang dilihat oleh orang lain, sedangkan I yaitu bagian yang memerhatikan diri saya sendiri. 47 Seperti yang dikatakan oleh Arnold Rose pula ia mengemukakan serangkaian asumsi mengenai substansi dari teori interaksi simbolis, yaitu: (1) manusia hidup dalam suatu lingkungan simbol-simbol; (2) melalui simbol-simbol manusia berkemampuan menstimuli orang lain dengan cara-cara yang mungkin berbeda dari stimuli yang diterimanya dari orang lain; (3) melalui komunikasi simbol-simbol dapat dipelajari sejumlah besar arti dan nilai-nilai, sehingga dapat dipelajari cara-cara tindakan orang lain; (4) simbol, makna, serta nilai-nilai yang berhubungan dengan mereka tidak hanya terpikirkan oleh mereka dalam bagianbagian yang terpisah, tetapi selalu dalam bentuk kelompok. 48 Suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, adalah dengan berkomunikasi dengan pertukaran simbol yang diberi makna dengan lingkungan disekitar yang pernah dialaminya sebagai bagian dalam interaksi. Seorang penari merupakan bagian dari eksistensi diri, yang dapat dilihat melalui pemahaman interaksi simbolik baik dalam konsep sebagai objek melihat kapasitasnya dirinya oleh orang lain melihatnya sebagai sosok penari dan sebagai subjek penari akan melihat dirinya sudah sejauh apa pandangan dirinya tentang penampilan, menarik tidaknya dirinya dihadapan orang lain. 47 Ibid Ida Bagus Wirawan. Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Penerbit: Kencana Prenada Media Group hal

16 25 Bahwa seseorang akan membentuk konsep dirinya dengan jalan mengambil perspektif orang lain dan melihat dirinya sendiri sebagai objek Metode Fenomenologi Secara etimologis, fenomenologi adalah terusan dari fenomenon dan logos. Fenomenon adalah sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bersinar atau bercahaya yang kita sebut dengan gejala, atau sesuatu yang sedang menampakan diri ataupun sesuatu yang sedang menggejala. Logos berarti sebuah uraian, pengertian, dan ilmu pengetahuan. Dalam arti yang lebih luas, kata fenomenologi berarti membicarakan fenomen-fenomen atau hal-hal yang tampak. 50 Fenomenologi adalah salah satu cabang ilmu filsafat yang diperkenalkan Edmund Husserl yang beranjak dari kebenaran fenomena, yang tampak apa adanya. Yaitu suatu fenomena yang tampak sebenarnya merupakan refleksi realitas yang tidak berdiri sendiri, karena yang tampak itu adalah objek yang penuh dengan makna yang transendental (sukar dipahami), (Hadiwiyono, 1985: ). Max Weber dalam memperkenalkan konsep pendekatan verstehen untuk memahami makna tindakan seseorang, berasumsi bahwa seseorang dalam bertindak tidak hanya sekedar melaksanakan, tetapi juga menempatkan diri dalam lingkungan berpikir dan perilaku orang yang mengarah pada suatu tindakan bermotif pada tujuan yang hendak dicapai atau in order to motive. Tetapi menurut 49 Ibid Alex Sobur. Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi. Penerbit: remaja Rosdakarya hal 14-15

17 26 Schutz bahwa tindakan subjektif dari informan tidak mungkin muncul begitu saja tetapi melalui suatu proses panjang. Karena sebelum masuk pada tataran in order to motive ada tahapan yang mendahuluinya yaitu because motive. Fenomenologi hadir untuk memahami makna subjektif manusia yang diatributkan pada tindakantindakannya dan sebab-sebab objektif serta konsekuensi dari tindakannnya. 51 Menurut Orleans (2000:1458), Fenomenologi digunakan dalam dua cara mendasar, yaitu:1) untuk menteorikan masalah sosiologi yang substansial; dan 2) untuk meningkatkan kecukupan metode penelitian sosiologis. 52 Menurut Collin (1997:111), fenomenologi mampu mengungkap objek secara meyakinkan, meskipun objek itu berupa objek kognitif maupun tindakan ataupun ucapan. 53 Menurut Hall dan Lindzey (dalam Sobur,2001) fenomenologi secara deskripsi adalah berusaha memahami-bukan menerangkan gejala-gejala. Van Kaam (1966) merumuskannya sebagai Metode dalam psikologi yang berusaha untuk menyingkapkan dan menjelaskan gejala-gejala tingkah laku sebagaimana gejala-gejala tingkah laku tersebut mengungkapkan dirinya secara langsung dalam bentuk pengalaman. 54 Menurut Schutz melihat dari pandangan Weber menafsirkan bahwa dunia tak pernah bersifat pribadi, bahkan dalam kesadaran seseorang terdapat kesadaran orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan berhadapan dengan realitas 51 Ida Bagus Wirawan. Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Penerbit: Kencana Prenada Media Group hal Ibid Ibid. 54 Alex Sobur. Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal 16

18 27 makna bersama, dimana seluruh pengalaman tersebut dapat dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk bahasa dan tindakan. 55 Manusia adalah mahluk yang melakukan komunikasi, interaksi, partisipasi, dan penyebab yang bertujuan. Manusia memang terlahir sebagai mahluk sosial, akibatnya kesadaran akan kehidupan sehari-hari adalah sebuah kesadaran sosial Simbol Menurut Susanne K Langer kebutuhan dasar ini, yang memang hanya ada pada manusia, adalah kebutuhan akan simbolisasi. Fungsi pembentukan simbol ini adalah satu di antara kegiatan-kegiatan dasar manusia, seperti makan, melihat, dan bergerak. Ini adalah proses fundamental dari pikiran, dan berlangsung setiap waktu dan Alfred Korzybski mengatakan bahwa prestasi-prestasi manusia bergantung pada penggunaan simbol-simbol. 57 Kebutuhan manusia akan mengenal simbol adalah bagian dari komunikasi untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Menurut Herbert Mead simbol sebagai label arbitrer representasi dari fenomena. Simbol membentuk esensi dari teori interaksi simbolik. 58 Dan proses dengan mana manusia secara arbitrer 55 Ibid Ibid Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal Richard West & Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Penerbit: Salemba Humanika hal 96

19 28 menjadikan hal-hal tertentu untuk mewakili hal-hal lainnya bisa disebut proses simbolik. 59 Lambang atau simbol dapat dikatakan sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu hal yang lainnya. Simbol ini dapat berupa kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. 60 Bentuk paling sederhana dan paling pokok dalam komunikasi dilakukan melalui isyarat. Hal ini disebabkan karena manusia mampu menjadi objek untuk dirinya sendiri dan melihat tindakan-tindakannya sebagaimana orang lain dapat melihatnya. Komunikasi simbolis manusia itu tidak terbatas pada isyarat-isyarat fisik bisa juga pada penekanan suara. 61 Bahasa pun adalah sebuah simbol yang paling rumit dan terus berkembang hingga saat ini, bahwa manusia dalam kesepakatan bersama dapat menjadikan suatu simbol bagi suatu hal lainnya. Seperti halnya pengucapan dalam bahasa asing yang biasa diucapkan dan sistem saraf kita akan mengikuti dan akan mengalami sejenis kejadian yang serupa dalam sistem saraf kita, dengan menghasilkan suara yang hampir sama dalam pengucapan. 62 Menurut Charon (1998:40) bahwa simbol adalah objek sosial yang digunakan untuk merepresentasikan apa-apa yang memang disepakati bisa direpresentasikan oleh simbol tersebut. Seperti halnya pada Penari Bali dengan kostumnya yang indah dan aksesoris dan make up yang menarik para penonton 59 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal Deddy Mulyana. Ilmu komunikasi Suatu Pengantar. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal Ida Bagus Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Penerbit: Kencana Prenada Media Group hal Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal 104

20 29 yang melihatnya adalah sebagai simbol seorang penari bali yang ingin menghibur penonton dengan menunjukan kemampuannya dalam menari atau saat di pura para penari melakukan tarian atas dasar acara sakral keagamaan. Memiliki sangkut paut yang sangat erat hubungannya dengan agama Hindu bali. Simbol yang dimaknai merupakan bentuk kesepakatan masyarakat dalam memaknai arti simbol itu sendiri Makna Blumer (1969:hal 5) mengatakan Makna adalah produk sosial atau ciptaan yang dibentuk dalam dan melalui pendefinisian aktivitas manusia ketika mereka berinteraksi. Jadi, Makna yang kita berikan pada simbol merupakan produk dari interaksi sosial dan menggambarkan kesepakatan kita untuk menerapkan makna tertentu pada simbol tertentu pula. 63 Makna memegang peranan penting dalam komunikasi kita. Makna bagi Blumer berdasarkan interaksionis simbolik bertumpu pada: 1) manusia bertindak terhadap sesuatu bagi mereka; 2) makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain; 3) makna-makna tersebut disempurnakan pada saat proses interaksi sosial berlangsung. Makna-makna tersebut berasal dari interaksi dengan orang lain, sebagaimana dinyatakan oleh Blumer, Bagi seseorang, makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam kaitannya dengan sesuatu itu. Mengenai hal itu adalah individu yang membentuk objek-objek, lalu merancang objek-objek yang 63 Deddy Mulyana. Ilmu komunikasi Suatu Pengantar. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal

21 30 berbeda, kemudian memberinya arti, menilai kesesuaiannya dengan tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Jadilah, makna yang itu yang dihasilkan. 64 Ide dasar yang terdapat dalam pemikiran Blumer mengenai makna dalam Interaksi simbolik terdiri dari: 1) Masyarakat terdiri atas manusia yang berinteraksi. Mereka bersama-sama membentuk organisasi atau struktur sosial. 2) Interaksi mencakup berbagai kegiatan manusia yang saling berhubungan. Seperti bahasa merupakan simbol yang paling umum. 3) Objek-objek tidak mempunyai makna yang intrinsik; makna lebih merupakan produk interaksi simbolis. 65 Makna adalah hasil representasi sebuah objek yang dilihat dan menghasilkan arti yang sebenarnya. Pendekatan kita terhadap komunikasi telah berfokus pada pemberian makna kepada perilaku. Bahwa kita memberikan makna yang telah kita miliki kepada perilaku yang kita observasi di lingkungan kita. Berbagai makna ini telah tumbuh sepanjang hidup sebagai hasil dari pengalamanpengalaman pribadi dalam budaya tersebut. Makna adalah relatif bagi kita masing-masing, oleh karena kita masing-masing adalah seorang manusia yang unik dengan latar belakang dan pengalaman-pengalaman yang unik pula Interaksi Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui pertukaran informasi, ide-ide, gagasan, 64 Ida Bagus Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Penerbit: Kencana Prenada Media Group hal Ibid Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal 15

22 31 maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbol-simbol dengan orang lain. Seperti kata Wan Xiao (1997): Interaksi sosial membentuk sebuah peran yang dimainkan setiap orang dalam wujud kewenangan dan tanggung jawab yang telah memiliki pola-pola tertentu. Pola-pola itu ditegakkan dalam institusi sosial (social institution) yang mengatur bagaimana cara orang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, dan organisasi sosial (social organization) memberikan wadah, serta mengatur mekanisme kumpulan orang-orang dalam suatu masyarakat. 67 Blumer (1969) menyatakan bahwa interaksi adalah Proses sosial dalam kehidupan kelompok menciptakan dan menghancurkan aturan, bukan aturanaturan yang menciptakan dan menghancurkan kehidupan kelompok. Karenanya, individu bertindak selaras demi menyangga norma-norma atau aturan-aturan perilaku. 68 Menurut Mead, Manusia akan memulai berinteraksi dalam bertindak ia akan berpikir untuk memulai tindakan yang sebenarnya. Sebelum melakukan tindakan yang sebenarnya, seseorang akan melakukan olah pikir tentang segala kemungkinan alternatif tindakan itu secara mental melalui pertimbangan pemikirannya. Karena itu, dalam proses tindakan manusia terdapat suatu proses mental yang tertutup sebelum proses tindakan yang sebenarnya dalam bentuk tingkah laku yang sebenarnya atau kelihatan. 69 Setiap interaksi yang dilakukan oleh seseorang atau lebih akan memiliki makna yang berbeda. 67 Alo Liliweri. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Penerbit;Pustaka Pelajar hal Ida Bagus Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Penerbit: Kencana Prenada Media Group hal Ibid. 132

23 Teori Diri Atau Konsep Diri Diri (self) atau konsep diri (self concept) adalah hubungan yang tidak dapat dipisahkan. (Dalam Sobur, 2003: ) William James menjelaskan bahwa Diri ialah Komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai eksistensi individualitasnya, pengamatannya tentang apa yang merupakan miliknya, pengertiannya mengenai siapakah dia itu, serta perasaannya tentang sifat-sifatnya, kualitas dan segala milikinya. Diri seseorang adalah jumlah total dari apa yang kita sebut kepunyaan. 70 Menurut pembahasan Mead mengenai Konsep diri atau self-concept, Bahwa antara diri sebagai objek dan diri sebagai subjek. Diri sebagai objek ditunjukkan oleh Mead melalui konsep me, dan subjek yang bertindak ditunjuknya dengan konsep I. Dalam konteks ini me adalah sosok diri saya sebagaimana dilihat oleh orang lain dan sebagai proses reflektif, sedangkan I yaitu bagian yang memerhatikan saya sendiri merupakan proses pemikiran dan proses tindakan yang aktual. Jika me adalah suatu sikap orang lain yang sudah diorganisasikan, maka I merespons pada me dan me merefleksikan I dalam suatu proses dialektika secara terus-menerus. Dua hal ini menurut Mead menjadi sumber orisinalitas, kreativitas, dan spontanitas. 71 Mead memandang diri itu adalah individu yang menjadi objek sosial bagi dirinya. Menjadi objek sosial bagi dirinya berarti individu itu memperoleh makna- 70 Alex Sobur. Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi. Penerbit: Remaja Rosdakarya hal Ida Bagus Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Penerbit: Kencana Prenada Media Group hal 123

24 33 makna yang diartikan oleh orang lain disekelilingnya. Setelah diri berkembang dengan sempurna, maka diri itu tidak akan statis. Ia akan senantiasa akan berubah sesuai perubahan yang dialami oleh kelompok itu. Hal ini bukanlah satu-satunya dasar dari perubahan diri. Berdasarkan uraian Mead mengenai perbedaan me dan I sebagai dua fase diri. me itu merupakan organisasi diri yang biasa dan menurut adat. Ia mengandung sikap orang lain yang dikelola sebagai panduan bagi tingkah laku orang itu. Oleh karena kita memasukan sikap orang lain untuk membentuk kesadaran diri kita sendiri, maka me itu menjadi diri sebagai objek yang kita sadari, maka me itu menjadi diri sebagai objek yang kita sadari semasa kita mengingat kembali tingkah laku kita. Dan menurut Mead I yang merujuk pada aspek diri yang aktif dan mengikuti gerak hati. Apa yang kita lakukan semasa merespons citra diri (me) itu tidak pernah sama dengan citra diri itu. Ada perkara baru yang diciptakan antara refleksi dan tindakan, dan perkara baru dalam tindakan itulah yang dinamakan I. Jadi, I itu merupakan aspek diri yang kreatif dan inovatif, yang memungkinkan bentuk-bentuk baru tingkah laku terwujud dalam tindakan seseorang itu. 72 Mead menyebutkan, bahwa seseorang itu dalam membentuk konsep dirinya dengan jalan mengambil perspektif orang lain dan melihat dirinya sendiri sebagai objek. 73 Konsep diri merupakan bagian dari diri. Ada lima aspek dari diri, yaitu: 1) fisik diri; 2) Diri sebagai proses; 3) diri-sosial; 4) konsep-diri; dan 5) cita-diri. Bahwa untuk konsep-diri dan cita-diri tidak dapat dipisahkan karena cita-diri 72 Ibid Ibid. 125

25 34 merupakan faktor yang paling penting dari perilaku kita, karena cita-cita yang kita inginkan akan menentukan konsep-diri kita dengan mengukur prestasi kita yang sebenarnya dibandingkan dengan cita-diri yang membentuk konsep-diri kita. 74 Individu memperoleh konsep diri dalam interaksinya dengan orang-orang lain sebagai bagian dari proses yang sama dengan proses pemunculan pikiran. Konsep diri merupakan susunan kesadaran individu mengenai keterlibatan khusus dalam suatu komunitas yang terorganisasi Ibid 75 Ida Bagus Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Penerbit: Kencana Prenada Media Group hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD. Blumer sekitar tahun Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya

BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD. Blumer sekitar tahun Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya 35 BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya sudah lebih

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK. teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK. teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK A. Pikiran, Diri, dan Masyarakat Dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan 33 BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD Kehidupan social itu sendiri tidak pernah terlepas dari adanya sebuah interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

Lebih terperinci

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations Modul ke: TEORI INTERPRETIF INTERAKSIONAL SIMBOLIK Fakultas 15FIKOM Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations Interaksionisme Simbolik Teori interaksionisme simbolik sangat berpengaruh dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang bertujuan. Setiap pernyataan padadasarnya adalah tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang bertujuan. Setiap pernyataan padadasarnya adalah tindakan 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Konstruktivis Komunikasi di pahami, di atur, dan dihidupkan oleh pernyataanpernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan padadasarnya adalah tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mempertahankan hidupnya. Hal ini terbukti dari salah satu seni di

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mempertahankan hidupnya. Hal ini terbukti dari salah satu seni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi dunia seperti ini dimana banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat membuat masyarakat semakin semangat di dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh 50 BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD A. Interaksionisme Simbolik Teori yang relevan untuk menjelaskan judul ini adalah interaksionisme simbolik. Istilah interaksionisme simbolik pertama kali

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara BAB IV ANALISIS DATA a. Temuan Penelitian 1. Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Alternatif Pandangan Organisasi 2. Perkembangan Teori Dalam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya mulai dari seni budayanya, seni tari, alat alat musik tradisional serta adat istiadat. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

PERAN SIGNIFICANT OTHERS PERAN SIGNIFICANT OTHERS DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI (Studi Kasus tentang Peran Romo dalam Pembentukan Konsep Diri Kaum Muda melalui Komunikasi Interpersonal di Gereja Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari)

Lebih terperinci

MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI

MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Penyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Proses komunikasi interpersonal anggota SFCK di awali dengan tahap proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota SFCK dan interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial, secara kodrati manusia hidup bersama dengan orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia membutuhkan

Lebih terperinci

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Musik sebagai bagian dari kebudayaan suatu bangsa, merupakan ungkapan serta ekspresi perasaan bagi pemainnya. Kebudayaan juga merupakan cerminan nilai-nilai personal,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kesenian Sebagai Unsur Kebudayaan Koentjaraningrat (1980), mendeskripsikan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah masuknya budaya barat yang ikut mempengaruhi perubahan serta perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1 Latar belakang Banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia dan dijadikan trend bagi masyarakat Indonesia. Kebudayaan yang masuk pun datang dari barat dan timur dunia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa BAB IV ANALISIS DATA A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaen Mojokerto Setelah data berhasil diuji menggunakan teknik korelsi product

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua kata lainnya communion dan community berasal dari kata Latin Communicare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua kata lainnya communion dan community berasal dari kata Latin Communicare BAB II 2.1 Pengertian Komunikasi TINJAUAN PUSTAKA Kata komunikasi atau Communication secara etimologis berkaitan dengan dua kata lainnya communion dan community berasal dari kata Latin Communicare yang

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Kecakapan Antar Personal Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Teori Interaksi Simbolik Teori Interaksi Simbolik Diperkenalkan oleh G. Herbert Mead tahun 1934 di Universitas Chicago Amerika. Menurut Mead, terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai etnografi komunikasi. Untuk mendukung penelitian ini, penelitian yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan ekspresi dan kreasi seniman serta masyarakat pemiliknya yang senantiasa hidup dan berkembang seiring dinamika atau perubahan zaman. Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk. berkomunikasi, baik itu verbal ataupun nonverbal. Hal yang sama ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk. berkomunikasi, baik itu verbal ataupun nonverbal. Hal yang sama ini juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang selalu berkomunikasi, baik itu verbal ataupun nonverbal. Hal yang sama ini juga diungkapkan oleh Deddy

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1.KOMUNIKASI Berikut ini beberapa pendapat menutut para ahli mengenai pengertian komunikasi diantaranya : menurut Barnlund komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini merupakan Penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan keanekaragaman budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling membutuhkan antara satu dengan yang lainya. Manusia sebagai mahluk social didunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku Jawa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan BAB II LANDASAN TEORI A. Kebudayaan Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi yang majemuk karena bermodalkan berbagai kebudayaan lingkungan wilayah yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seni 1. Pengertian Seni Menurut Soedarso (1988: 16-17) bahwa kata seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, palayanan, donasi, permintaan atau mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan dari si pencipta.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. M usik tak sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis adalah paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Salah satu hal yang penting bagi suatu organisasi adalah komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif Salah satu jenis pendekatan utama dalam sosiologi ialah interaksionisme simbolik. Interaksionisme simbolik memiliki perspektif dan orientasi metodologi tertentu. Seperti halnya pendekatan-pendekatan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sebagai fenomena yang berkembang saat ini, dalam pemasaran terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang merupakan bagian dari masyarakat, dan hidup dalam masyarakat dengan beraneka

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan 533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.

Lebih terperinci

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Seni merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia dan bagian dari kebudayaan yang diciptakan dari hubungan manusia dalam lingkungan sosialnya, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan gedung perpustakaan merupakan upaya menyediakan wadah informasi baik dalam bentuk buku maupun bentuk bahan lainnya bagi para pemustaka. Keberadaanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK GERAK TARI KREASI GEUNTA PADA SANGGAR SEULAWEUET

ANALISIS BENTUK GERAK TARI KREASI GEUNTA PADA SANGGAR SEULAWEUET ANALISIS BENTUK GERAK TARI KREASI GEUNTA PADA SANGGAR SEULAWEUET Rina Syafriana 1*, Tri Supadmi 1, Aida Fitri 1 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 11 Fakultas FDSK Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk Grafis Dan Multimedia www.mercubuana.ac.id IDE Dalam dunia seni rupa umumnya dikenal

Lebih terperinci