BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan syariah yaitu laporan keuangan yang membutuhkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan syariah yaitu laporan keuangan yang membutuhkan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan syariah yaitu laporan keuangan yang membutuhkan sebuah kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kerangka dasar merupakan system yang berada pada tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada sebuah standar yang konsisten dan ini berupa sifat-sifatnya, fungsi, dan batasan dari akuntansi keuangan serta laporan keuangan. Kerangka dasar berfungsi sebagai jalan atau solusi atas masalah-masalah praktis yang muncul sesuai dengan perkembangan dari lingkungan bisnis. Laporan keuangan syariah memiliki dua penekanan yaitu pertama adalah tekanan yang bersifat ideal. Yang dimaksud tekanan ideal yaitu suatu pemenuhan kewajiban yang secara langsung berkaitan dan berhubungan dengan Allah SWT misalnya pemenuhan kewajiban dalam zakat, sedamgkan yang kedua adalah tekanan bersifat praktis, ini dimaksudkan sebagai penekanan untuk memperoleh informasi-informasi dari kegiatan usaha teruntuk yang diperlukan pemilik dan tujuan lainnya yaitu untuk menciptakan hubungan sosial tanpa adanya perselisihan (isma-ismi.com). Agar dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan koperasi maka kita perlu mengadakan analisa laporan keuangan terhadap data-data keuangan koperasi. Harjito (2003) menyatakan bahwa,laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.

2 2 Menurut Riyanto (1995) laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan financial suatu perusahaan, dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada saat tertentu dan laporan Laba-Rugi (Income Statement) mencerminkan hasil-hasil yang telah dicapai selama periode waktu tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Analisa laporan keuangan adalah merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu untuk menentukan perkiraan dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Dengan menganalisa laporan keuangan koperasi, manajer akan dapat mengetahui perkembangan dan keadaan keuangan koperasi serta hasil-hasil yang telah dicapai koperasi diwaktu yang lalu dan diwaktu yang sedang berjalan, untuk itu perlu dilakukan suatu analisa keuangan. Dalam mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat digunakan alat analisis yang disebut analisis rasio keuangan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugilaba saja, atau pada neraca dan laporan laba rugi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kinerja dan kesehatan keuangan suatu perusahaan termasuk koperasi adalah menjadi sangat penting dan bersifat strategis dalam kaitannya terhadap kemajuan usaha.

3 3 Kesehatan koperasi syariah bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pejabat penilai, gerakan koperasi dan masyarakat agar KJKS dan UJKS koperasi dapat melakukan kegiatan usaha pembiayaan, investasi dan simpanan berdasarkan jatidiri koperasi dan pola syariah secara professional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat disekitarnya. Sasaran Pedoman Penilaian Kesehatan KJKS dan UJKS adalah : a) terwujudnya pengelolaan KJKS dan UJKS koperasi yang sehat dan mantap sesuai dengan jatidiri koperasi dan prinsip syariah, b) terwujudnya pengelolaan KJKS dan UJKS koperasi yang efektif, efisien, dan professional, c) terciptanya pelayanan prima kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya. Kesehatan KJKS dan UJKS koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Koperasi mempunyai peran penting dalam tercapainya kesejahteraan bagi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi dalam kegiatannya memiliki dua karakter yang khas yaitu bersifat mementingkan pendidikan perkoperasian bagi anggota dan masyarakat (Anoraga dan Widiyanti, 2002). Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi merupakan suatu badan usaha, sehingga koperasi tetap tunduk terhadap kaidah-kaidah perusahaan dan prinsip-prinsip ekonomi yang berlaku. Karena itu koperasi harus dapat menghasilkan keuntungan dalam mengembangkan organisasi dan usahanya. Pembangunan koperasi yang merupakan perwujudan kearah amanat konstitusi bangsa Indonesia, yaitu pada

4 4 Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) yaitu perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan koperasi adalah bangunan usaha yang sesuai dengan susunan perekonomian yang dimaksud. Oleh karena itu,koperasi diharapkan memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu koperasi sebagai guru perekonomian Indonesia. Untuk mengembangkan usaha agrobisnis skala kecil perlu dibentuk koperasi, tanpa koperasi tidak mungkin agrobisnis kecil dapat berkembang. Lewat koperasi masyarakat pedesaan dapat belajar berbagai hal tidak hanya belajar bertani, berternak, dan berkebun tetapi dapat belajar pemasaran, manajemen, dan administrasi keuangan. Koperasi lahir dengan dilatarbelakangi oleh bagaimana caranya agar masyarakat yang berada di papan bawah, seperti kaum buruh, petani, pengrajin dan sebagainya tidak banyak dirugikan akibat diberlakukannya sistem kapitalisme. Dengan kata lain, sejarah lahirnya koperasi lebih menitik beratkan pada cara meningkatkan kesejahteraan kaum buruh, petani, pengrajin dan sebagainya. Oleh karena itu, sejarah pemikiran tentang koperasi lebih banyak mengedepankan pentingnya berusaha secara berkelompok daripada individu. Koperasi Simpan Pinjam Syariah dalam istilah undang-undang perkoperasian juga disebut KJKS atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah sebuah bentuk koperasi yang telah mendapat pengesahan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang system pengoperasiannya kurang lebih sama dengan koperasi konvensional, hanya saja menggunakan konsep syariah atau bagi hasil.

5 5 Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 35. 3/Per/M. KUKM/X/2007 tentang petunjuk pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah memberikan pengertian bahwa Koperasi Simpan Pinjam Syariah atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Koperasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) Makmur Batang. Sebagai koperasi syariah, kegiatan usaha KSPS Makmur Batang bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan berdasarkan pola bagi hasil (syariah). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah No. 39/Per/M.UKM/XII/2007 Pasal 1 ayat (3) bahwa kegiatan KJKS adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah. Penelitian ini memfokuskan pada KJKS dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: (1) Keluarnya fatwa bungan haram dari MUI yang di release tanggal 16 Desember 2003, (2) Meningkatnya kesadaran umat Islam untuk melakukan praktek berekonomi secara syariah, yang diindikasikan dengan pesatnya pertumbuhan Bank Syariah, Asuransi Syariah, dan lembaga keuangan syariah lainnya, (3) Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam sehingga memberi peluang pasar yang potensial untuk produk-produk berbasis syariah, (4) tingkat pendidikan masyarakat yang semakin baik sehingga perkembangan ilmu ekonomi syariah juga semakin baik, (5) Kondisi ekonomi global yang dilanda krisis, menjadikan ekonomi syariah sebagai sistem alternatif penyelesaiannya, (6) Institusi bisnis syariah

6 6 yang telah terbukti mempunyai daya tahan tinggi terhadap krisis dan menerapkan prinsip adil (Siswanto dalam Arofah, 2008). Selain alasan tersebut, pemilihan KJKS juga didasari oleh pendapat Arofah (2008) bahwa KJKS memiliki banyak keunggulan dibandingkan oleh lembaga keuangan informal seperti rentenir, yaitu siap memberikan pinjaman modal tanpa agunan, dengan prosedur administrasi yang mudah, rendah biaya transaksi, dan yang tak kalah penting bebas bunga. Hal tersebut tentuny akan menjadi daya tarik bagi pengusaha mikro untuk beralih dari lembaga keuangan informal semacam rentenir kepada KJKS. KSPS Makmur Batang sebagai koperasi syariah jika dibandingkan dengan koperasi konvensional dari jenis produknya, ternyata relatif hampir sama yaitu berkaitan dengan produk simpanan dan produk pinjaman. Namun, apabila dibandingkan dengan sistem, maka terdapat perbedaan yaitu koperasi syariah menggunakan sistem bagi hasil, sedangkan koperasi konvensional menggunakan sistem bunga (Ma wa, 2013). KSPS Makmur Batang memiliki tiga kantor, yaitu satu kantor pusat yang beralamat di Jl. Raya Banyuputih No. 314 Batang, serta dua kantor kas yang beralamat di Kompleks Terminal Bus Limpung No. B.64 Limpung dan Timur Pasar Batang No. 171 Pasar Batang. Koperasi ini berdiri pada tahun 2001 dan hingga akhir tahun 2013 memiliki anggota sebanyak 979 orang. Semakin berkembangnya kegiatan koperasi di Indonesia maka tuntutan agar pengelolaan koperasi dilaksanakan secara lebih professional akan semakin besar. Pengelolaan tersebut memerlukan adanya sistem pertanggungjawaban yang baik dan informasi yang sama serta dapat diandalkan dalam pengambilan

7 7 keputusan, perencanaan maupun pengendalian. Keberhasilan koperasi ditentukan oleh kemampuannya dalam menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan perubahan dan memperkuat budaya yang mendukungnya. Kemampuan manajemen dalam menyusun rencana kerja, rencana pendapatan, dan belanja yang disusun setiap tahun secara efektif dan efisien serta adanya pengendalian operasional juga faktor yang turut diperhatikan dengan mengukur laporan keuangan koperasi. Dengan melihat pentingnya kesehatan laporan keuangan pada suatu koperasi terlebih bagi pimpinan koperasi,maka penulis mengambil judul MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH MAKMUR BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KOPERASI dan UKM No /Per/ M. KUKM/ X/ 2007 PERIODE 2012 dan Rumusan Masalah KJKS MAKMUR tidak terlepas dari masalah-masalah dibidang keuangan. Besarnya sisa hasil usaha yang diperoleh KJKS MAKMUR di setiap akhir tahun (tutup buku) belum tentu menjadi tolak ukur bahwa koperasi telah menggunakan modalnya dengan efisien. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengajukan masalah sebagai berikut : 1. Apakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dilihat dari aspek permodalan menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No /Per/ M. KUKM/ X/ 2007 menunjukkan kriteria sehat?

8 8 2. Apakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dilihat dari aspek kualitas aktiva produktif menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No /Per/ M. KUKM/ X/ 2007 menunjukkan kriteria sehat? 3. Apakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dilihat dari aspek efisiensi menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No /Per/ M. KUKM/ X/ 2007 menunjukkan kriteria sehat? 4. Apakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dilihat dari aspek likuiditas menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No /Per/ M. KUKM/ X/ 2007 menunjukkan kriteria sehat? 5. Apakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dilihat dari aspek kemandirian dan pertumbuhan menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No /Per/ M. KUKM/ X/ 2007 menunjukkan kriteria sehat? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu mengetahui tingkat kesehatan dilihat dari aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, dan kemandirian dan pertumbuhan Koperasi Jasa Keuangan Syariah MAKMUR dari tahun

9 9 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis sendiri Agar dapat menerapkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen keuangan serta menjadi wawasan dan kemampuan yang bermanfaat sebagai acuan untuk terjun ke masyarakat. 2. Bagi koperasi Agar bisa mengelola koperasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemberian motivasi kepada pengurus dan anggota koperasi. 3. Bagi Pihak Manajemen KJKS MAKMUR Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi agar bisa digunakan pihak manajemen untuk proses evaluasi dan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan manajerial terutama dalam bidang pengelolaan keuangan serta sebagai pedoman pihak manajemen kedepannya. 4. Bagi pihak-pihak lain Bagi peneliti selanjutnya bisa sebagai bahan informasi atau bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penyusunan skripsi yang digunakan penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masaah, rumusan masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

10 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran. BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini terdiri dari objek penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metod analisis dan tahapan penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini dikemukakan gambaran umum perusahaan, mengenai analisis data, dan pembahasan hasil penelitian BAB V PENUTUP Bagian ini menjelaskan secara singkat mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan serta saran mengenai hasil penelitian.

11 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Koperasi Syariah Koperasi Simpan Pinjam Syariah dalam istilah undang-undang perkoperasian dan pada dasarnya masuk dalam kategori Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Menurut Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah No. 35. /Per/M.KUKM/X/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Pasal 1 ayat (2) menjelaskan bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang selanjutnya disebut KJKS adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Definisi ini sama dengan yang disebutkan dalam Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah No /Per/M.KUKM/X/2007 tentang Pengawasan KJKS dan UJKS Koperasi Pasal 1 ayat (3), yaitu Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah Fungsi dan Peran Koperasi Syariah Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, pasal 4, tentang Perkoperasian yaitu: a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonoi dan sosialnya.

12 12 b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi Tujuan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Menurut Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah No. 91/Per/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Pasal 2, tujuan pengembangan KJKS adalah: a. Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui sistem syariah; b. Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada umumnya; c. Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam kegiatan KJKS Landasan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Praktek usaha koperasi yang dikelola secara syariah telah tumbuh dan berkembang di masyarakat, serta mengambil bagian penting dalam memberdayakan ekonomi masyarakat khususnya kalangan usaha kecil dan mikro. Landasan hukum mengenai pelaksanaan kegiatan usaha koperasi syariah diatur dalam Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecil dan

13 13 Menengah No. 91/Per/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Praktik KJKS juga didasarkan oleh dalil agama yang bersumber dari Qs Al Baqarah ayat 282. Surat ini menjelaskan mengenai masalah utang piutang sebagai persoalan fiqih sehingga mendapatkan perhatian. Bunyi Qs Al Baqarah ayat 282 adalah: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utangpiutang (ber-muamalah tidak secara tunai) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan adil. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Sedangkan menurut catatan (Baswir, 2000) masih ditambah lagi dengan 3 (tiga) unsur yaitu : a. Pembatasan bunga atas modal; b. Keanggotaan bersifat sukarela; dan

14 14 c. Semua anggota menyumbang dalam permodalan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, dalam konsidrannya dicantumkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota koperasi, maka kegiatan simpan pinjam perlu ditumbuhkembangkan, dan kegiatan tersebut harus dikelola secara berdaya guna dan berhasil guna. Dalam pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995 ini ditegaskan bahwa Koperasi Simpan Pinjam adalah Koperasi yang kegiatannya hanya Usaha Simpan Pinjam. Dan hal tersebut ditegaskan lagi dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, bahwa Koperasi Simpan Pinjam dalam peraturan ini disebut KSP adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya hanya untuk simpan pinjam (Pasal 1 ayat 2). Setiap kegiatan yang bermotif ekonomi modal mutlak diperlukan selain sumberdaya yang lain yang diantaranya sumber daya manusia, sumber daya alam, ketrampilan dan yang lain, demikian juga dalam pengelolaan sebuah badan usaha yang bernama koperasi, dalam Bab IV pasal 41 dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992, bahwa modal koperasi dapat berupa modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berupa: 1. Simpanan Pokok Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Jumlah

15 15 simpanan pokok setiap anggota adalah sama besar. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 2. Simpanan Wajib Simpanan Wajib adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan anggota dalam jangka waktu tertentu. Biasanya dibayar tiap bulan. Jumlah simpanan wajib tidak harus sama untuk setiap anggota. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 3. Dana Cadangan Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha (SHU). Dana cadangan berfungsi untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila dirugikan. 4. Hibah Dana hibah adalah dana pemberian dari orang atau lembaga lain kepada koperasi Pengertian Laporan Keuangan Ada beberapa pengertian laporan keuangan diantaranya sebagai berikut : 1. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Kieso, 2002). 2. Menurut IAI (IAI, 2002) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap yang basanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana)

16 16 catatan (notes) dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. 3. Menurut Munawir (2000) Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut Laporan Keuangan Koperasi Laporan keuangan koperasi yang umum disajikan adalah Neraca dan Laporan Sisa Hasil Usaha. Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan yaitu aktiva, utang dan modal Koperasi pada suatu saat tertentu. Sedangkan Laporan Sisa Hasil Usaha menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai koperasi dalam suatu periode operasi.(revrisond Baswir, 2000) Tujuan Laporan Keuangan : Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi : 1. Untuk keputusan investasi dan kredit 2. Mengenai jumlah dan timing arus kas 3. Mengenai kinerja perusahaan 4. Mengenai sumber dan penggunaan kas 5. Penjelas dan interpretif, serta 6. Untuk menilai stewardship

17 17 Keenam tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan pengungkapan laporan keuangan. Menurut PSAK No. 1 : Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujun tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4) pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas Komponen Laporan Keuangan Koperasi Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 35 disebutkan bahwa Laporan keuangan terdiri dari komponen komponen berikut ini : a) Neraca b) Perhitungan Hasil Usaha c) Perubahan Ekuitas d) Catatan Atas Laporan Keuangan Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan Laba Rugi dan Neraca ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masingmasing unsur tersebut dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut,

18 18 dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. (Ghozali, 2008) Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan analisa laporan keuangan secara garis besar adalah sebagai berikut: (Arief Sugiono, 2008) 1. Screening (sarana informasi), analisa dilakukan hanya berdasarkan laporan keuangan saja. Dengan demikian seorang analis tidak perlu turun langsung ke lapangan untuk mengetahui situasi serta kondisi perusahaan yang dianalisa. 2. Understanding (pemahaman), analisa dilakukan dengan cara memahami perusahaan, kondisi keuangannya dan bidang usahanya serta hasil dari usahanya. 3. Forecasting (peramalan), analisa dapat digunakan juga untuk meramalkan kondisi perusahaan pada masa yang akan datang. 4. Diagnosis (diagnosa), analisa memungkinkan untuk dapat melihat kemungkinan terdapatnya masalah baik di dalam manajemen ataupun masalah yang lain dalam perusahan. 5. Evaluation (evaluasi), analisa digunakan untuk menilai serta mengevaluasi kinerja perusahaan termasuk manajemen dalam meningkatkan tujuan perusahan serta efisiensi Kegiatan Analisis Laporan Keuangan 1) Membandingkan laporan keuangan yaitu Laba Rugi dan Neraca dengan menggunakan time series analysis. 2) Menghitung rasio laporan keuangan, yang meliputi rasio Profitabilitas.

19 19 3) Menilai angka-angka yang berupa perhitungan rasio tersebut. 4) Menghubungkan antara satu data dengan data lain, baik antara data kuantitatif maupun data kualitatif. 5) Usaha untuk mempertahankan kualitas kinerja dan kelangsungan usaha berdasarkan prinip syariah tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas dari penanaman dana (manajemen dana) Kinerja Keuangan Koperasi Kinerja keuangan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan seperti rasio keuangan yang terdiri dari likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan tingkat stabilitas usaha (Munawir, 2000). Kinerja keuangan suatu perusahaan biasanya tercermin dalam laporan keuangan, sehingga laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya) ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu. Kinerja keuangan menurut a. UU No.25 Tahun 1992 Kinerja keuangan adalah salah satu bentuk penilaian dengan asas manfaat dan efesiensi dalam penggunaan anggaran keuangan. Sehingga penilaian terhadap kinerja keuangan menjadi sangat penting diberbagai macam usaha khususnya perkoperasian. Penilaian kinerja keuangan digunakan perusahaan supaya kegiatan operasionalnya lebih baik terutama pada bagian keuangannya.

20 20 b. Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 04/ Per/M.KUKM/ X/ 2007 Kinerja keuangan koperasi merupakan hasil dari kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesarbesarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya. Dalam mewujudkan koperasi yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, diperlukan adanya kepastian terhadap standar dan tatacara yang dapat digunakan sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian kesehatan koperasi. Penilaian terhadap kinerja keuangan koperasi dianggap penting untuk mengetahui apakah koperasi tersebut mengalami peningkatan atau penurunan tiap tahunnya. Sesuai dengan keputusan menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah No. 35.3/ Per/ M.KUKM/ X/ 2007 penilaian kinerja koperasi bisa diketahui dari berbagai aspek diantaranya aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan dan jatidiri koperasi Analisis Kinerja Keuangan Koperasi Analisis terhadap laporan keuangan dapat digunakan untuk mengukur perkembangan serta kinerja keuangan suatu perusahaan dimasa lalu serta pada masa sekarang yang juga dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi keuangan perusahaan sehingga bermanfaat untuk mengetahui kelemahan serta peluang yang ada. Analisis tersebut diantaranya, yaitu: a. Analisis Rasio Analisis rasio merupakan suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan kondisi financial suatu perusahaan.

21 21 Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan menjelaskan dan memberikan gambaran tentang posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart (Munawir, 1996). Pada dasarnya penilaian kinerja koperasi memiliki standar tersendiri yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 35.3/ Per/ M.KUKM/ X/ Tujuan penetapan standar penilaian koperasi adalah meningkatkan peringkat kualitas koperasi, mengetahui kinerja koperasi dalam suatu periode tertentu, dan mendorong koperasi agar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaidah bisnis sehat. Rasio keuangan yang digunakan menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 35.3/ Per/ M.KUKM/ X/ 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kesehatan Keuangan Koperasi, adalah sebagai berikut: 1. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Modal, yaitu untuk mengukur kemampuan koperasi dalam menghimpun modal sendiri dibandingkan dengan modal yang dimiliki. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Modal = modal sendri total modal 100% 2. Rasio Efisiensi, yaitu menunjukkan kemampuan koperasi dalam memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan aset yang dimiliki. Rasio efisiensi merupakan perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

22 22 Rasio Efisiensi = Biaya Operasional Pelayanan Partisipasi Bruto 100% 3. Rasio Aktiva Tetap terhadap Total Aset, yaitu mengukur kemampuan koperasi di dalam meningkatkan aktiva dari total aset yang dimiliki. Rasio Aktiva Terhadap Total Aset = Aktiva Tetap Total Aset 100% 4. Likuiditas, yaitu perbandingan antara aktiva lancar koperasi (kas + bank) dan passiva lancar (kewajiban jangka pendek). Likuiditas = Kas dan Bank Kewajiban Lancar 100% 5. Rentabilitas Asset, yaitu menunjukkan kemampuan koperasi menghasilkan laba terhadap total asetnya. Rentabilitas Asset = SHU Total Asset 100% 6. Rentabilitas Modal Sendiri, yaitu menunjukkan kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba terhadap total modal sendiri yang dimiliki. Rentabilitas Modal Sendiri = SHU Total Modal Sendiri 100% 7. Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan, yaitu kemampuan koperasi dalam mengelola kegiatan usahanya dibandingkan dengan biaya operasionalnya. Kemandirian Operasional Pelayanan = Kesehatan Koperasi Syariah Pendapatan Usaa Biaya Operasional 100% Supaya mewujudkan Koperasi yang sehat, tangguh dan mandiri sebagai gerakan ekonomi maka perlu diterapkan prinsip-prinsip ekonomi yang mendukung kegiatan koperasi, sehingga koperasi dapat tumbuh dan berkembang serta mampu menigkatkan taraf hidup rakyat banyak.sama

23 23 halnya dengan usaha-usaha lainnya, koperasi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan harapan keuntungan tersebut dapat memenuhi/membiayai seluruh aktivitas operasi usaha koperasi, sehingga dapat terus berlangsung dan dilanjutkan dengan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat luas dan khususnya kepada para anggota koperasi. Koperasi harus memperhatikan dan mempertahankan kedudukannya di masyarakat. Salah satu segi yang harus diperhatikan dan dipertahankan yaitu masalah keuangan koperasi yang akan menunjang koperasi agar tetap beraktivitas. Kesehatan koperasi dapat diartikan keadaan financial (keuangan) suatu koperasi merupakan faktor utama di dalam menunjang tingkat kesehatan koperasi. Pada dasarnya tingkat kesehatan koperasi merupakan gambaran suatu koperasi ditinjau dari laporan keuangannya. Laporan keuangan memegang peranan yang sangat penting karena untuk mengetahui bagaimana kondisi koperasi pada saat itu. Menurut peraturan pemerintah No.35.3/Per/M.KUKM/X/2007 kesehatan koperasi merupakan kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Menurut Baswir (2012), penilaian kesehatan koperasi membantu organisasi koperasi dalam menyajikan informasi keuangan yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan-keputusan ekonomi oleh berbagai pihak yang terkait dengan organisasi atau perusahaan tersebut. Adapun pihak yang memerlukan informasi akuntansi koperasi meliputi pengurus, anggota, dan kreditur.

24 24 Tabel 2.1 Bobot Penilaian KJKS dan Aspek Komponen No Aspek Yang Dinilai Komponen 1. Permodalan b. Rasio modal sendiri terhadap total modal 2. Kualitas Aktiva Produktif modal sendiri 100% total modal c. Rasio kecukupan modal ( CAR) modal tertimbang 100% ATMR a. Rasio tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah terhadap jumlah piutang dan pembiayaan Bobot Penilaian (dalam %) 5 10 Pendekatan Penilaian Kuantitatif 5 Kuantitatif 10 Kuantitatif jumla pembiayaan dan piutang bermasala jumla piutang dan pembiayaan 100% b. Rasio portofolio pembiayaan beresiko jumla portofolio beresiko jumla piutang dan pembiayaan 100% c. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) 20 5 Kuantitatif 5 Kuantitatif PPAP PPAPWD 100% 3. Efisiensi a. Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto 4 Kuantitatif biaya operasional pelayanan partisipasi bruto 100% b. Rasio aktiva tetap terhadap total asset aktiva tetap total asset 100% c. Rasio efisiensi staf jumla mitra pembiayaan 100% jumla staf 4. Likuiditas a. Cash ratio kas + bank kewajiban lancar 100% b. Rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima 4 10 Kuantitatif 2 Kuantitatif 10 Kuantitatif 15 5 Kuantitatif 5. Kemandirian dan Pertumbuhan total pembiayaan dana yang diterima 100% a. Rentabilitas asset 3 Kuantitatif

25 25 SHU sebelum nisba, zakat dan pajak total asset 100% b. Rentabilitas modal sendiri SHU bagian anggota total modal sendiri 100% c. Kemandirian operasional pelayanan 10 3 Kuantitatif 4 Kuantitatif pendapatan usaa biaya operasional pelayanan 100% Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/ Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Syariah 1. Permodalan 1) Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Modal Untuk memperoleh rasio modal sendiri teerhadap total modal ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio permodalan lebih kecil atau sama dengan 0 diberikan nilai kredit 0 b. Untuk setiap kenaikan rasio permodalan 1% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 5 dengan maksimum nilai 100 c. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 5% diperoleh skor permodalan. Tabel 2.2 Kriteria Rasio Permodalan Rasio Permodalan (%) Nilai Kredit Bobot Skor (%) Skor Kriteria , ,25 1,26 2, ,50 2,51 3, ,75 3,76 5, ,0 Tidak sehat Kurang sehat Cukup sehat Sehat Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/2007

26 26 2) Rasio Kecukupan Modal (CAR) Perhitungan rasio CAR ditetapkan dengan tahapan sebagai berikut : a. Menghitung nilai modal sendiri (modal inti) dan modal pelengkap yang karakteristiknya sama dengan modal sendiri dengan cara menjumlahkan hasil perkalian setiap komponen modal koperasi yang ada dalam neraca dengan bobot pengakuannya. Tabel 2.3 Komponen Modal Inti dan Pelengkap No Komponen Modal Nilai (Rp) Bobot Pengakuan (%) Modal Yang Diakui (Rp) (1) (2) (3) (4) (3) x (4) MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP 1 Modal Anggota 100 a. Simpanan Pokok b. Simpanan Wajib 2 Modal Penyetaraan Modal Penyertaan 50 4 Cadangan Umum Cadangan tujuan risiko 50 6 Modal sumbangan SHU belum dibagi 50 JUMLAH Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/2007 b. Menghitung nilai ATMR diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot risiko masing-masing komponen aktiva. Tabel 2.4 Bobot Risiko Komponen Aktiva No Komponen Aktiva Nilai (Rp) Bobot Risiko Modal Tertimbang (%) (Rp) (1) (2) (3) (4) (3) x (4) 1 Kas 0 2 Simpanan /rekening di bank syariah 20 3 Simpanan /rekening di 50 KJKS lain

27 27 4 Pembiayaan Penyertaan pada koperasi, 50 anggota dan pihak lain 6 Aktiva tetap dan inventaris 70 7 Aktiva lain-lain 70 JUMLAH Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/2007 c. Rasio CAR dihitung dengan cara membandingkan nilai modal yang diakui dengan nilai ATMR dikalikan dengan 100% maka diperoleh rasio CAR. d. Untuk rasio CAR lebih kecil dari 6% diberi nilai kredit 25, untuk kenaikan rasio CAR 1% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan nilai CAR 8% nilai kredit maksimal 100. e. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5%, diperoleh skor CAR. Tabel 2.5 Kriteria Rasio CAR Rasio Nilai Bobot Skor Kriteria CAR < 6 Kredit 25 (%) 5 1,25 Tidak sehat 6 - < ,50 Kurang sehat 7 - < ,75 Cukup sehat ,00 Sehat Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/ Kualitas Aktiva Produktif 1) Rasio Tingkat Pembiayaan dan Piutang bermasalah terhadap jumlah piutang dan pembiayaan Untuk memperoleh rasio piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap piutang dan pembiayaan yang disalurkan, ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio lebih besar dari 12% sampai dengan 100% diberi nilai skor 25

28 28 b. Untuk setiap penurunan rasio 3% nilai kredit ditambah dengan 5 sampai dengan maksimum 100 c. Nilai kredit dikalikan bobot 10% diperoleh skor penilaian. Tabel 2.6 Kriteria Rasio Piutang Bermasalah dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Piutang dan Pembiayaan yang disalurkan Rasio Piutang Bermasalah dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Piutang dan Pembiayaan yang disalurkan (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria > , < 2,5 Tidak Lancar ,00 2,5 - < 5,00 Kurang Lancar ,50 5,00 - < 7,50 Cukup Lancar < ,00 7,50 10,00 Lancar Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/2007 2) Rasio Portofolio Pembiayaan Berisiko a. Untuk rasio lebih besar dari 30% sampai dengan 100% diberi nilai kredit 25, untuk setiap penurunan rasio 1% nilai kredit ditambah dengan 5 sampai dengan maksimum 100. b. Nilai kredit dikalikan bobot 5% diperoleh skor penilaian. Tabel 2.7 Kriteria Rasio PAR Rasio Nilai Bobot Skor Kriteria PAR Kredit (%) > , < 1,25 Sangat Berisiko ,50 1,25 - < 2,50 Kurang Berisiko 21 - < ,75 2,50 - < 3,75 Cukup Berisiko < ,00 3,75 5,0 Tidak Berisiko Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/2007

29 29 3) Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD) Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen koperasi menyisihkan pendapatannya untuk menutupi risiko (penghapusan) aktiva produktif yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan dan piutang. Pengukuran tingkat kesehatan rasio ini ditetapkan sebagai berikut : a. Mengklasifikasikan aktiva produktif berdasarkan kolektibilitasnya, yaitu : a) Lancar b) Kurang lancar c) Diragukan d) Macet b. Menghitung nilai PPAP dari neraca pada komponen cadangan penghapusan pembiayaan c. Menghitung PPAPWD dengan cara mengalikan komponen persentase pembentukan PPAPWD dengan kolektibilitas aktiva produktif. Perhitungan PPAPWD 1) 0,5% dari aktiva produktif lancar 2) 10% dari aktiva produktif kurang lancer dikurangi nilai agunannya 3) 50% dari aktiva produktif diragukan dikurangi nilai agunannya 4) 100% dari aktiva produktif macet dikurangi agunannya

30 30 Rasio PPAP (%) Apabila nilai jaminan tidak dapat diketahui maka nilai agunan sebagai pengurang adalah sebesar 50% debet. d. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif dapat diperoleh dengan membandingkan nilai PPAP dengan PPAPWD dikalikan dengan 100% e. Untuk rasio PPAP sebesar 0% nilai kredit sama dengan 0. Untuk setiap kenaikan rasio PPAP 1% nilai kredit ditambah 1 sampai dengan maksimum 100 f. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5%, diperoleh skor tingkat rasio PPAP Nilai Kredit Tabel 2.8 Kriteria Rasio PPAP , , , , , ,0 Bobot (%) Skor Kriteria 0 - < 1,25 Macet 1,25 - < 2,5 Diragukan 2,5 - < 3,75 Kurang Lancar ,5 3,75 5 Lancar , , ,0 Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/ Penilaian Efisiensi 1) Rasio biaya operasional terhadap pelayanan Cara perhitungan rasio biaya operasional atas pelayanan ditetapkan sebagai berikut :

31 31 a. Untuk rasio lebih besar dari 100 diperoleh nilai kredit 25 dan untuk setiap penurunan rasio 15% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai kredit 100 b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian Tabel 2.9 Kriteria Rasio biaya Operasional terhadap pelayanan Rasio biaya operasional Nilai Bobot Skor Kriteria terhadap pelayanan (%) Kredit (%) > Tidak efisien Kurang efisien Cukup efisien Efisien Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/2007 2) Rasio aktiva tetap terhadap total modal ditetapkan sebagai berikut a. Setiap penurunan rasio biaya operasional 25%, maka nilai kredit bertambah 25, begitu juga sebaliknya apabila setiap kenaikan rasio 25%, maka nilai kredit turun 25. b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian : Tabel 2.10 Kriteria Rasio Aktiva tetap terhadap Total Modal Rasio aktiva tetap terhadap Total Modal (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/2007

32 32 3) Rasio efisiensi staf dihitung sebagai berikut a. Untuk rasio efisiensi staf kurang dari 50 orang diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap kenaikan 25 orang nilai skor ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum nilai kredit 100 b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 2% diperoleh skor penilaian Rasio efisiensi staf (org)) Tabel 2.11 Kriteria Rasio Efisiensi Staf Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < ,5 Tidak baik Kurang baik ,5 Cukup baik > Baik Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/ Likuiditas 1) Cash Ratio Pengukuran rasio kas terhadap dana yang diterima ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 14% dan lebih besar dari 56% diberi nilai kredit 25, untuk rasio antara 14% sampai dengan 20% dan antara 46% sampai dengan 56% diberi nilai kredit 50, rasio antara 21% sampai dengan 25% dan 35% sampai dengan 45% diberi nilai kredit 75, dan untuk rasio 26% sampai dengan 34% diberi nlai kredit 100 b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 10% diperoleh skor penilaian

33 33 Rasio kas (%) Tabel 2.12 Kriteria Rasio Kas Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 14 dan > ,5 Tidak likuid (14-20) dan (46-56) Kurang likuid (21-25) dan (35-45) ,5 Cukup likuid (26-34) Likuid Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/2007 2) Rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima Pengukuran rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 50% diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan mksimum 100 b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian Rasio pembiayaan Tabel 2.13 Kriteria Rasio Pembiayaan Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < ,25 Tidak likuid ,50 Kurang likuid ,75 Cukup likuid > Likuid Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/ Kemandirian dan Pertumbuhan 1) Rasio rentabilitas asset Rasio rentabilitas asset yaitu SHU sebelum zakat dan pajak dibandingkan dengan total asset ditetapkan sebagai berikut :

34 34 a. Untuk rasio rentabilitas asset lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum 100 b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian Rasio Rentabilitas Asset (%) Tabel 2.14 Kriteria Rasio Rentabilitas Aset Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 5% ,75 Rendah 5 7, ,50 Kurang 7, ,25 Cukup > ,00 Tinggi Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/2007 2) Rasio rentabilitas ekuitas Rasio rentabilitas ekuitas yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total ekuitas ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio rentabilitas ekuitas lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum 100 b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian Rasio Rentabilitas Ekuitas (%) Tabel 2.15 Kriteria Rasio Rentabilitas Ekuitas Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < 5% ,75 Rendah 5 7, ,50 Kurang 7, ,25 Cukup > ,00 Tinggi Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/2007

35 35 3) Rasio Kemandirian Operasional Rasio Kemandirian Operasional (%) Rasio kemandirian operasional yaitu pendapatan usaha dibandingkan biaya operasional ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio kemandirian operasional lebih kecil dari 100% diberi nilai kredit 25. Untuk setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum 100 b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 4% diperoleh skor penilaian Tabel 2.16 Kriteria Rasio Kemandirian Operasional Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria < Rendah Kurang Cukup > Tinggi Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/ Penetapan Kesehatan Koperasi Syariah Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap lima komponen sebagaimana dimaksud pada angka 1-5 diperoleh skor secara keseluruhan. Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan koperasi yang dibagi dalam 4 golongan yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Tabel 2.17 Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah SKOR PREDIKAT SEHAT 66- < 81 CUKUP SEHAT 51 - < 66 KURANG SEHAT 0 - < 51 TIDAK SEHAT Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No /Per/M.KUKM/X/200

36 Penelitian Terdahulu Tabel 2.18 Penelitian terdahulu No Peneliti/tahun Judul 1. Pandi Afandi/ Ni Luh Gede Ariantini Anjuman Zukhri Made Ari Meitriana (2014) 3. Nining (2010) Analisis Kinerja Keuangan untuk Mengukur Kesehatan Keuangan Koperasi KSU BMT ARAFAH Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Penerapan SAK ETAP dalam penyusunan laporan keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam Lembing Sejahtera Mandiri Kinerka Keuangan Koperasi Simpan Pinjam di Kota Kediri Metode Analisis Analisa Deskriptif Kuantitatif Analisa Deskriptif Kuantitatif Metode Deskriptif Kuantitatif Hasil Penelitian Secara keseluruhan kinerja keuangan pada Koperasi KSU BMT arafah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan tingkat kesehatan keuangan dengan predikat sehat. Menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan KSP Lembing Sejahtera Mandiri tahun 2013 terdiri atas laporan neraca dan laporan sisa hasil usaha, penyajian laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan SAK ETAP, dan penerapan SAK ETAP berimplikasi pada penurunan sisa hasil usaha KSP Lembing Sejahtera Mandiri tahun 2013 Menunjukkan bahwa perkembangan kinerja koperasi dari tahun mengalami kenaikan pada rasio likuiditasnya tetapi mengalami penurunan pada rasio solvabilitas dan rasio rentabilitasnya.

37 Kerangka Pemikiran Kerangka konseptual ini dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan tentang permasalahan yang akan diteliti dan membantu peneliti menguraikan secara sistematis pokok permasalahan dalam penelitian sebagai berikut: Laporan Keuangan KJKS MAKMUR tahun 2012 dan 2013 Menurut KepMen No /Per/M.KUKM/X/2007 Analisis Rasio menurut KepMen No. 35.5/Per/M.KUKM/X/2007 Aspek Permodalan : 1. Rasio modal sendiri terhadap total modal 2. Rasio kecukupan modal (CAR) Aspek kualitas aktiva produktif : 1. Rasio tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah terhadap jumlah piutang dan pembiayaan 2. Rasio portofolio pembiayaan berisiko 3. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) Aspek efisiensi: 1. Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto 2. Rasio aktiva tetap terhadap total asset 3. Rasio efisiensi staf Aspek likuiditas : 1. Cash ratio 2. Rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima Aspek kemandirian dan pertumbuhan: 1. Rentabilitas asset 2. Rentabilitas modal sendiri 3. Kemandirian operasional Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat Rekomendasi Gambar 2.1 kerangka pemikiran Berdasarkan gambar kerangka konseptual, dapat diketahui bahwa laporan keuangan merupakan salah satu aspek penting yang diperhatikan baik bagi pihak intern maupun pihak ekstern.

38 38 BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Objek Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian yaitu tentang analisa kesehatan laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan di KJKS Makmur Batang. Kantor pusat dari KJKS ini adalah Jl. Raya Banyuputih No. 314 Batang. 3.2 Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik Kepustakaan Penelitian kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh peneliti dari buku-buku dan literatur yang relevan dengan topik yang sedang diteliti serta kuliah yang diperoleh peneliti yang berhubungan dengan penelitian ini. 2. Teknik Dokumentasi Adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa laporan keuangan pada KSU Kencana Mulya periode Teknik Wawancara Adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung ketika seorang responden ditanyai pewawancara guna mengungkapkan perasaan, motivasi, sikap, atau keyakinan terhadap suatu topik.

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DAN UNIT JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN LAPORAN KEUANGAN KJKS MAKMUR BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI DAN UKM NO.35.3/PER/M.KUKM/X/2007 PERIODE 2012 DAN 2013

MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN LAPORAN KEUANGAN KJKS MAKMUR BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI DAN UKM NO.35.3/PER/M.KUKM/X/2007 PERIODE 2012 DAN 2013 MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN LAPORAN KEUANGAN KJKS MAKMUR BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI DAN UKM NO.35.3/PER/M.KUKM/X/2007 PERIODE 2012 DAN 2013 Oleh: Sarah Anami Tsania Dosen Pembimbing: Yulita Setiawanta,

Lebih terperinci

ASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset

ASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam (KSP/USP) Koperasi haruslah dikelola agar sehat sehingga meningkatkan citra dan kredibilitas kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi sebagai lembaga keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN (Skripsi) Oleh MUHAMMAD RIDWAN AFIF

ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN (Skripsi) Oleh MUHAMMAD RIDWAN AFIF ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010-2012 (Skripsi) Oleh MUHAMMAD RIDWAN AFIF FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip dan Tujuan Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi yang berawal dari kata co yang berarti bersama dan operation yang berarti bekerja, sehingga koperasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian koperasi berdasarkan Undang-Undang no. 17 tahun 2012 pasal 1 disebutkan bahwa : Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Subandi (2011) Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama. Dengan kata lain berarti segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cocok untuk perekonomian Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. cocok untuk perekonomian Indonesia. Menurut Undang-undang Republik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia memiliki Tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tinjauan dari penelitian terdahulu yang dijadikan pertimbangan adalah penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja Keuangan

Lebih terperinci

APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI

APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI TUJUAN PEMBELAJARAN 1. TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN Diharapkan peserta mengerti dan memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip dan Tujuan Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari kata Co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Perusahaan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Perusahaan) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 2 September

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian Bab 1 Pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Aike Mariya Anusasanawati (2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari bahasa inggris yaitu co-operation. Co-operation berarti suatu bentuk perusahaan yang didirikan oleh orang-orang tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah an everchangging discipline, berubah terus menerus sepanjang masa (Morgan 1988, Hines 1989 dan Francis 1990). Akuntansi adalah proses mengidentifikasi,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KOPANESA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KOPANESA ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KOPANESA ARVIATI ELNAMITA 090462201041 FAKULTAS EKONOMI, JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pelaksanaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pelaksanaannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Koperasi Pemerintah melaksanakan pembangunan dibidang Ekonomi dengan tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pelaksanaannya pemerintah berusaha

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. BMT Gapura Makmur Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT GAPURA MAKMUR berdiri di desa Sidowayah, Polanharjo, Klaten pada tanggal 6 Juli 21. Bergerak dalam bidang jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Perbankan nomor 7 tahun 1992, pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perbankan Syariah Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mencakup kelembagaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Perkoperasian Sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, koperasi memiliki perbedaan dengan bentuk perusahaan lainnya. Namun apabila dilihat dari kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan, Landasan dan Asas, serta Nilai dan Prinsip- Prinsip Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Pengertian Koperasi menurut Hendar dan Kusnadi (2005:18) adalah :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu lembaga keuangan non Bank yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu lembaga keuangan non Bank yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan salah satu lembaga keuangan non Bank yang cukup berperan dalam menumbuh kembangkan perekonomian Indonesia. Dalam sejarah perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kemakmuran negara antara lain terlihat dari pendapatan nasional dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Tingkat pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BPR BKK KARANGMALANG CABANG KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BPR BKK KARANGMALANG CABANG KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BPR BKK KARANGMALANG CABANG KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertama, penelitian yang dilakukan oleh Mariya (2009) di koperasi KANINDO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertama, penelitian yang dilakukan oleh Mariya (2009) di koperasi KANINDO BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan peneliti terdahulu yang dijadikan pertimbangan penulis yaitu pertama, penelitian yang dilakukan oleh Mariya (2009) di koperasi KANINDO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia. Usaha pemerintah untuk membangun perekonomian masyarakat Indonesia selama ini, termasuk saat menghadapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Pengertian 1.1.1 Analisis Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH Oleh : Junaedi,SE,M.Si Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut pendapat Darsono (2010: 47), Kinerja Keuangan adalah hasil kegiatan perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka

Lebih terperinci

NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Masodah,SE.,MMSi

NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Masodah,SE.,MMSi ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PADA KOPERESI PEGAWAI BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ( BPK RI ) BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH No.14/Per/M.KUKM/XII/2009

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK. bank, maupun OJK selaku pemilik otoritas dalam mengawasi bank. 1

BAB II TEORI PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK. bank, maupun OJK selaku pemilik otoritas dalam mengawasi bank. 1 BAB II TEORI PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK A. Tingkat Kesehatan Bank Kesehatan merupakan hal penting dalam setiap kehidupan. Hal ini pun juga berlaku bagi lembaga keuangan. Kesehatan suatu lembaga keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEHATAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) STUDI KASUS PADA LPD DESA ADAT KEDONGANAN KUTA BADUNG TAHUN

ANALISIS KESEHATAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) STUDI KASUS PADA LPD DESA ADAT KEDONGANAN KUTA BADUNG TAHUN ANALISIS KESEHATAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) STUDI KASUS PADA LPD DESA ADAT KEDONGANAN KUTA BADUNG TAHUN 2013 2015 I Made Bagiada, S.E., M.Si., Ak., CA 197512312005011003 Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI UNIT DESA AMERTHA BUANA BERDASARKAN PSAK NO. 27

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI UNIT DESA AMERTHA BUANA BERDASARKAN PSAK NO. 27 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI UNIT DESA AMERTHA BUANA BERDASARKAN PSAK NO. 27 Ni Putu Sastrawati Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Aike Mariya (2009) Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuan Umum Tentang Perkoperasian Koperasi di Indonesia suatu wadah perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotong royongan serta merupakan ciri khas tata kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU 1 ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU 2006-2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Variabel Definisi Operasional Rumus Permodalan Kualitas Aktiva Produktif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya Sebagai suatu badan usaha, BMT dalam menjalankan kegiatan usahanya, tentu ingin mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

PENILAIAN KESEHATAN KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM RIAS P1 MARDIHARJO KABUPATEN MUSI RAWAS. Herman Paleni (Dosen Tetap STIE Musi Rawas) ABSTRAK

PENILAIAN KESEHATAN KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM RIAS P1 MARDIHARJO KABUPATEN MUSI RAWAS. Herman Paleni (Dosen Tetap STIE Musi Rawas) ABSTRAK PENILAIAN KESEHATAN KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM RIAS P1 MARDIHARJO KABUPATEN MUSI RAWAS Herman Paleni (Dosen Tetap STIE Musi Rawas) ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengetahui kesehatan keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PT. SINAR SEMESTA KLATEN SKRIPSI

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PT. SINAR SEMESTA KLATEN SKRIPSI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PT. SINAR SEMESTA KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI

Lebih terperinci

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya 8 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Peraturan Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 04/Per/M.Kukm/Vii/2012, Koperasi adalah :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun perhitungan rasio masing-masing aspek dalam menentukan tingkat kesehatan koperasi dapat dilihat dari data laporan keuangan tahun buku 2013. 4.2 Aspek Permodalan c.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersentuhan dengan keberadaan lembaga keuangan. Pengertian lembaga. lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.

BAB I PENDAHULUAN. bersentuhan dengan keberadaan lembaga keuangan. Pengertian lembaga. lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam praktik transaksi ekonomi masyarakat selama ini banyak bersentuhan dengan keberadaan lembaga keuangan. Pengertian lembaga keuangan di dalam Surat Keputusan (SK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis. yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang

BAB 2. Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis. yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang BAB 2 Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Koperasi 1. Definisi Koperasi Sumarsono (2003) menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang

Lebih terperinci

NALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI X DI KABUPATEN GRESIK TAHUN BUKU 2008-2010

NALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI X DI KABUPATEN GRESIK TAHUN BUKU 2008-2010 i NALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI X DI KABUPATEN GRESIK TAHUN BUKU 2008-2010 RANGKUMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya melalui pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya melalui pembinaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang dituntut untuk senantiasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya melalui pembinaan pilar ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan Penilaian kinerja keuangan bagi manajemen dapat diartikan sebagai pengukiran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian pencapaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. didirikan oleh orang perseorangan atau badanhukum koperasi, dengan pemisahan

BAB II LANDASAN TEORI. didirikan oleh orang perseorangan atau badanhukum koperasi, dengan pemisahan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Koperasi Menurut Undang-Undang Perkoperasian Bab 1 pasal 1tahun 2012 koperasi mempunyai pengertian sebagai berikut: Koperasiadalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

ANALISA LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI ALAT EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PT. AKSARA SOLOPOS

ANALISA LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI ALAT EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PT. AKSARA SOLOPOS ANALISA LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI ALAT EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PT. AKSARA SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang bertujuan untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD BPR BKK KANTOR CABANG TIRTOMOYO TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD BPR BKK KANTOR CABANG TIRTOMOYO TAHUN NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD BPR BKK KANTOR CABANG TIRTOMOYO TAHUN 2010 2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Prinsip manajemen perusahaan mengharuskan agar dalam proses memperoleh maupun menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran Koperasi dirasa semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran Koperasi dirasa semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran Koperasi dirasa semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, Koperasi diharapkan mampu menjadi soko guru perekonomian. Koperasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kualitas Aktiva Produktif, Likuiditas, dan Efisiensi di USPPS Jabal

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kualitas Aktiva Produktif, Likuiditas, dan Efisiensi di USPPS Jabal BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Kualitas Aktiva Produktif, Likuiditas, dan Efisiensi di USPPS Jabal Rahmah Sidoarjo Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan pada USPPS Jabal Rahmah Sidoarjo, berikut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan 1) Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Lebih terperinci

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB GaneÇ Swara Vol. No. Maret 6 PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB ABSTRAK SAHRUL IHSAN Fakultas Ekonomi Universitas Gunung Rinjani

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi-transaksi tersebut dapat mengakibatkan perubahan terhadap aktiva, hutang,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. TAMBANG TIMAH Tbk PERIODE TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. TAMBANG TIMAH Tbk PERIODE TAHUN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. TAMBANG TIMAH Tbk PERIODE TAHUN 2001 2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu : 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya KSU Sejahtera Bersama Tapin KSU Sejahtera Bersama Tapin didirikan di Desa Tangkawang Baru Kecamatan Bakarangan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berkaitan dengan tingkat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berkaitan dengan tingkat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berkaitan dengan tingkat kesehatan KSP/USP yang dijadikan objek penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa total

Lebih terperinci

SUMBER DANA KOPERASI. koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal

SUMBER DANA KOPERASI. koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal Manajemen keuangan koperasi berkaitan dengan aktivitas pengumpulan dana dan penggunaan dana tersebut secara efektif dan efisien (Hendar 2010). Ini kerap menjadi masalah klasik yang kerap menjadi awal perselisihan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 1 telah digariskan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 1 telah digariskan bahwa BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Koperasi Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 1 telah digariskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini sedang berada dalam pembangunan di. berbagai bidang perekonomian. Keberhasilan dalam bidang perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini sedang berada dalam pembangunan di. berbagai bidang perekonomian. Keberhasilan dalam bidang perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia saat ini sedang berada dalam pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Keberhasilan dalam bidang perekonomian di suatu negara dapat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan memerlukan laporan keuangan perusahaan, Laporan keuangan yang dimaksudkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Melihat situasi politik ekonomi yang terjadi saat ini, perkembangan perusahaan banyak mengalami hambatan. Keadaan ini mengharuskan pimpinan

Lebih terperinci

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI Koperasi sebagai badan usaha sekaligus gerakan ekonomi rakyat haruslah dikelola secara profesional dengan menerapkan prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan

Lebih terperinci

Draft Htl Maharani Agustus 2008

Draft Htl Maharani Agustus 2008 Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, bidang keuangan menjadi bidang yang sangat penting bagi perusahaan. Perekonomian yang semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Akuntansi Keuangan 2.1.1 Pengertian Akuntansi Keuangan Data akuntansi merupakan salah satu sumber pokok analisis keuangan, oleh karena itu pemahaman terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan masyarakat pada umumnya. Menurut Undang-undang. kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan masyarakat pada umumnya. Menurut Undang-undang. kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 1, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut IAI dalam SAK ETAP Bab 3 (2013:17) paragraf 3.12 yaitu bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat strategis dan keberadaannya sangat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat strategis dan keberadaannya sangat mutlak dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat strategis dan keberadaannya sangat mutlak dalam pembangunan ekonomi sebagai lembaga keuangan yang berfungsi

Lebih terperinci

ISSN ANALISIS STATEMENT OF CASHFLOW UNTUK MENGEVALUASI KEMAMPUAN KOPERASI DALAM MENGHASILKAN KAS DAN SETARA KAS

ISSN ANALISIS STATEMENT OF CASHFLOW UNTUK MENGEVALUASI KEMAMPUAN KOPERASI DALAM MENGHASILKAN KAS DAN SETARA KAS ISSN 1829-5282 46 ANALISIS STATEMENT OF CASHFLOW UNTUK MENGEVALUASI KEMAMPUAN KOPERASI DALAM MENGHASILKAN KAS DAN SETARA KAS Oleh: Ni Luh Gede Erni Sulindawati Dosen Jurusan Akuntansi Program Diploma III

Lebih terperinci

Pengelolaan Keuangan. Permodalan. Modal Sendiri

Pengelolaan Keuangan. Permodalan. Modal Sendiri Pengelolaan Keuangan 3 Permodalan Berhasil tidaknya suatu koperasi sangat tergantung pada pengelolaan keuangannya. Pengelolaan keuangan mencakup sumber pendanaan dan penggunaan modal koperasi. Banyak koperasi

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep BAB II LANDASAN TEORI Untuk dapat memulai suatu penelitian diperlukan suatu landasan teori yang relevan dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LAPORAN KEUANGAN 1. Pengertian Laporan Keuangan Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi sebagai gerakan lembaga ekonomi yang mempunyai tugas. dan tanggungjawab mensejahterakan seluruh anggota melalui pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi sebagai gerakan lembaga ekonomi yang mempunyai tugas. dan tanggungjawab mensejahterakan seluruh anggota melalui pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi sebagai gerakan lembaga ekonomi yang mempunyai tugas dan tanggungjawab mensejahterakan seluruh anggota melalui pemenuhan kebutuhan yang layak dan memadai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan (negara maupun swasta) untuk bersaing sangat ketat baik terhadap perusahaan lain yang sejenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dan dipublikasikan. Data sekunder yaitu laporan keuangan publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Koperasi dikenal sebagai suatu bentuk perusahaan yang bukan milik perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya koperasi, perekonomian

Lebih terperinci

BAB. II Telaah Literature dan Pengembangan Hipotesis 2.1. Teori yang mendasari Konsep Koperasi Pengertian koperasi telah dikemukakan oleh

BAB. II Telaah Literature dan Pengembangan Hipotesis 2.1. Teori yang mendasari Konsep Koperasi Pengertian koperasi telah dikemukakan oleh BAB. II Telaah Literature dan Pengembangan Hipotesis 2.1. Teori yang mendasari 2.1.2 Konsep Koperasi Pengertian koperasi telah dikemukakan oleh beberapa pakar koperasi. Menurut Koesoemo dalam Razak (2012:3)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak BAB II LANDASAN TEORI A. Bank 1. Pengertian Bank Perbankan adalah sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya.

Lebih terperinci