Pemikiran Nahwu Ala Ibrahim Mustofa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemikiran Nahwu Ala Ibrahim Mustofa"

Transkripsi

1 Pemikiran Nahwu Ala Ibrahim Mustofa (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Nahwu) Dosen Pengampu: Tamim Mulloh, M.Pd. Disusun Oleh: Sajjatul Hidzqy ( ) Faiqotul Maziyah ( ) Ika Khoirin Nida ( ) Bagus Indra I. ( ) JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik serta menjadikannya sebagai makhluk istimewa diantara sekian makhluk yang diciptakan. Al-Kariim yang telah menganugrahi manusia dengan akal yang dapat dipergunakan untuk merenungi semua tanda-tanda yang ada dilangit dan di bumi agar manusia dapat mencapai kesejahteraan di dunia dan di akhirat serta menghilangkan segala gulita yang melingkupi relung-relung hati mereka. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah ke haribaan seseorang yang mendapat gelar uswatun hasanah, dan telah menunjukkan jalan yang terang kepada kita semua. Manusia pilihan yang telah menghimpun segala cahaya terang dengan baik lagi sempurna. Nabi Muhammad S.A.W yang telah diutus oleh Allah S.W.T sebagai rahmatallil aalamiin. Atas ridha, nikmat, dan kuasa-nya, wal hasil kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul, Pemikiran Nahwu Ala Ibrahim Mutofa. Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun taka da gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi evalwasi perbaikan dan tambahan bagi khazanah keilmuan dunia serta islam pada khususnya. Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca fiddunya wal akhirah aamiin. Malang, 28 Pebruari

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I...4 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan...5 BAB II...6 PEMBAHASAN Biografi Ibrahim Mustofa Pemikiran-pemikiran Ibrahim Mustofa Kritik terhadap Ihya an-nahw...17 BAB III...19 PENUTUP Kesimpulan Saran...19 DAFTAR PUSTAKA

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Nahwu atau biasa disebut nahwu, merupakan salah satu cabang pengetahuan tradisional Islam terpenting 1, khususnya terkait dengan masalah kebahasaan. Sejak awal perkembangannya sampai sekarang senantiasa menjadi bahan kajian yang dinamis dikalangan para pakar linguistic Arab. Sebagai salah satu cabang linguistic (Ilmu Lughoh), ilmu ini dapat dipelajari untuk dua keperluan. Pertama, sebagai prasyarat atau sarana untuk mendalami bidang ilmu lain yang referensi utamanya ditulis dengan bahasa Arab, misalnya Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, dan Ilmu Fiqih. Kedua, Ilmu Nahwu dipelajari sebagai tujuan utama (sebagai spesialisasi Linguistik bahasa Arab) 2. Akan tetapi dewasa ini, hampir semua negara Arab mengalami kesedihan mendalam berkenaan dengan kesulitan para pelajar dalam mempelajari ilmu nahwu. Lebih jauh dari itu, mereka telah kehilangan selera dalam mentradisikan berbahasa lisan dengan baik dan benar. Gambaran alegorisnya, bahasa mereka kini terkena sebuah penyakit yang membuat lidah mereka bengkok sehingga tak lagi bisa menyampaikan maksud keseharian mereka dengan menggunakan bahasa yang ideal 3. Kesulitan yang dialami generasi muda bangsa Arab ini adalah karena ilmu nahwu yang diajarkan kepada mereka 4. Bagi mereka, kesulitan itu muncul karena banyaknya bab-bab, pengelompokan bab demi bab juga sighah/bentuk yang telah turun temurun diajarkan di ruangan kelas dan disusun dalam buku-buku ajarnya. 1 A.S. Ade Wahyu. Perkembangan Ilmu Nahwu Kontemporer. (Makalah, UIN Syarif Hidayatullah:Jakarta, 2011). hlm.1 2 Kholisin. jurnal Cikal Bakal Kelahiran Ilmu Nahwu. Bahasa dan Seni Malang, Vol.31 No.1. Februari hlm Syawqi Dayf, Tjdid an- nahwi,(daar al- ma aarif:kairo. tt) hlm.3 4 Syawqi Dayf, Taysir An-Nahw At-Ta limi Qadiman wa Haditsan ma a Nahji Tajdidihi, (Daarul Ma'arif:Kairo, 1986) hlm.3. 4

5 Apa yang dijabarkan secara panjang lebar dalam buku-buku yang mereka pelajari kebanyakannya tidak terpakai dalam komunikasi lisan sehari-hari 5. Corak nahwu yang telah berkembang sedemikian rupa pada gilirannya telah mencuatkan sebuah kesadaran baru dari para tokoh nahwu generasi kontemporer ilmu nahwu seperti As suyuthi, Ibrahim Musthafa, Syauqi Dhoif, dan lain sebagainya, untuk membuat rumusan baru atau reformulasi dan mengembalikan tujuan semula ilmu ini dibangun. Dari uraian tersebut, maka pemakalah tertarik untuk mengambil judul yang berkaitan dengan para tokoh nahwu kontemporer pencentus rumusan baru atau reformulasi dan mengembalikan tujuan ilmu nahwu, PEMIKIRAN NAHWU ALA IBRAHIM MUSTOFA. 1.2 Rumusan Masalah Sementara itu, rumusan masalah yang dapat diangkat dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimanakah biografi dari Ibrahim Mustafa? 2. Bagaimanakah Pemikiran-pemikiran Ibrahim Mustafa? 3. Adakah kritik terhadap karya Ibrahim Mustafa? 1.3 Tujuan Makalah ini diharapkan mampu memenuhi beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan yang kami harapkan dari kegiatan ini adalah; 1. Untuk mengetahui biografi Ibrahim Mustafa 2. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Ibrahim Mustafa 3. Untuk mengetahui ada tidaknya kritik terhadap karya Ibrahim Mustafa. 5 Syaiqi Doif, Taysirul Lughawiyyah,(Daarul Ma'arif:Kairo, tt) hlm.9 5

6 BAB II PEMBAHASAN Dewasa ini, hampir semua negara Arab mengalami kesedihan mendalam berkenaan dengan kesulitan para pelajar dalam mempelajari ilmu nahwu. Lebih jauh dari itu, mereka telah kehilangan selera dalam mentradisikan berbahasa lisan dengan baik dan benar. Gambaran alegorisnya, bahasa mereka kini terkena sebuah penyakit yang membuat lidah mereka bengkok sehingga tak lagi bisa menyampaikan maksud keseharian mereka dengan menggunakan bahasa yang ideal 6. Kesulitan yang dialami generasi muda bangsa Arab ini adalah karena ilmu nahwu yang diajarkan kepada mereka 7. Bagi mereka, kesulitan itu muncul karena banyaknya bab-bab, pengelompokan bab demi bab juga sighah/bentuk yang telah turun temurun diajarkan di ruangan kelas dan disusun dalam buku-buku ajarnya. Apa yang dijabarkan secara panjang lebar dalam buku-buku yang mereka pelajari kebanyakannya tidak teraplikasikan dalam komunikasi lisan sehari-hari 8. Di zaman modern sekarang ini, upaya hingga seruan demi pembelajaran ilmu nahwu yang mudah dan efektif tak pernah surut. Bila di abad 19 lalu beberapa upaya ke arah pembelajaran ilmu nahwu yang mudah dilakukan dengan mengacu kepada atau terpengaruh oleh Ibn Madha 9. Di antara mereka yang terpengaruh pemikiran nahw Ibn Madha ini adalah Rifaah al- Tahtawi (1873 M) dalam bukunya at-tuhfah al-maktabiyah fi Taqrib al-lughat al- Arabiyyah, atau Ali al-jarim dan Mushtafa Amin (1987 M) dalam an-nahw al-wadih. Kitab an- Nahw al-wadih yang mashur di Indonesia ini ternyata pernah menjadi buku wajib 6 Syawqi Dayf, Syawqi Dayf, Tjdid an- nahwi, Op.cit, hlm.3 7 Syawqi Dayf, Taysir An-Nahw At-Ta limi Qadiman wa Haditsan ma a Nahji Tajdidihi, Op.cit, hlm.3. 8 Syaiqi Doif, Taysirul Lughawiyyah,Op.cit, hlm.9 9 Asep M. Tamam, Upaya Individual Pembaruan Ilmu Nahwu Abad XX (Uin Sunan Gunung Djati: Bandung) hlm.2 6

7 sekolah-sekolah menengah di Mesir dan bertahan lebih dari 40 tahun 10. Selain Rifa ah dan Ali al-jarim, ada juga tokoh seperti Hifni Nashif Bek yang menulis buku qawa id al-lughat al- Arabiyyah atau beberapa tokoh lain dengan masterpiece mereka 11. Di abad 20, upaya pembaharuan ilmu nahwu lebih gencar dan lebih deras lagi. Berbagai upaya demi lebih mempermudah pembelajaran ilmu nahwu dilakukan sesuai dengan berbagai tingkatan pendidikan. Para punggawa di bidang bahasa Arab telah mengerahkan puncak usaha yang bisa mereka kerahkan demi menjaga pertahanan terakhir bahasa al-quran al-kariim ini. Mereka begitu ikhlas dan penuh keyakinan bahwa usahanya itu mulia, penting dan bisa dimanfaatkan berbagai generasi pembelajar dan pengagum bahasa termulia ini. Dan ternyata, pelajaran ahasa Arab, utamanya para pembelajar ilmu nahwu modern telah memetik buah karya mereka yang dianggap memelopori upaya pembaruan untuk lebih mempermudah pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab. Tak hanya itu, usaha mereka pun telah mereformasi berbagai permasalahan dan berbagai kekurangan yang terjadi sebelumnya. Adapun tokoh yang akan dihadirkan dalam makalah singkat ini adalah Ibrahim Mustafa, representasi kritikus dan pembaharu nahwu abad modern yang banyak mengilhami para ahli nahwu lain mengikuti pandangan dan pola berpikirnya. 2.1 Biografi Ibrahim Mustofa Pemikir Arab di bidang ilmu Nahwu ini adalah orang pertama yang secara ilmiyah dan metodologis menghadirkan kritik terhadap wacana nahwu klasik. Ia pun mencoba mengubah beberapa format dan terminology nahwu. Demikian usaha ini dia dilakukan dalam rangka kontekstualisasi nahwu sesuai dengan perubahan, perkembangan dan kebutuhan zaman. Ia mencoba menginventarisir dan membatasi beberapa kelemahan, keganjilan dan kerancuan yang ia temukan dalam buku-buku pengajaran nahwu sebelumnya. Setelah diketemukan 10 Abdullah Jad al-karim, ad- Dars an-nahwi fi al- qarn al- isyrin (Maktabah Adab:Kairo, 2004), hlm Syawqi Dayf, Syawqi Dayf, Tjdid an- nahwi, Op.cit, hlm.3 7

8 permasalahannya, maka usaha selanjutnya adalah bagaimana mencari jawaban yang bisa menjadi solusi 12. Kritikus dan pembaharu nahwu abad modern ini dilahirkan di Andalus tahun 1863 H dan wafat pada tahun 1387 M /1927 H 13. Salah satu riwayat karir perjalanan hidup Beliau adalah menjadi dosen pada fakultas Adab Universitas Fu ad al-awal (kini menjadi Universitas Kairo). Senada dengan hal ini Toha Husain menyebutkan dalam kesimpulannya dari kitab al-ihya fi an-nahw al- Arby pernah belajar di Universitas Al Azhar, lalu melanjutkan ke Daarul Uluum, dan Universitas Mesir 14. Jika Ibnu Madha merupakan kritikus nahwu abad tengah (klasik), maka Ibrahim Musthafa adalah representasi kritikus dan pembaharu nahwu abad modern yang banyak mengilhami para ahli nahwu lain mengikuti pandangan dan pola berpikirnya Pada tahun 1936 ia menyelesaikan karyanya dibidang nahwu yang ia beri judul Ihyâ al-nahwi (revitalisasi ilmu nahwu) dan setahun kemudian yaitu pada abulan Juli diterbitkan oleh lajnat al-ta lif wa altarjamah wa al-nasyr Kairo 16. berikut: Pada bagian pengantar kitab ini, Ibrahim Musthafa menyatakan sebagai kitab ini membahas tentang nahwu yang aku geluti selama tujuh tahun tetapi aku sajikan hanya dalam beberapa lembar saja. Tujuanku adalah untuk mengubah metode nahwu dalam mempelajari bahasa Arab, melenyapkan bahasan nahwu yang memberatkan para pelajar dan menggantinya dengan cara-cara yang mudah dan simpel sehingga mereka dapat dengan mudah mempelajari bahasa Arab, 12 Asep M. Tamam, Op.cit. hlm.1 13 muqoddimah: Diroosat taqdiyah fi an-nahw al-'araby, 6/5/14 14 Ibrohim Mustofa, Ihya' an-nahwiyah, (lajnat al-ta lif wa al-tarjamah wa al-nasyr: Kairo, 1992) 15 Kamil J. Walwil, Jurnal Almajaalah Al-Arkadiniyah At-Tatbiqiyyah Al-Majalah Al-Hadiyah Taisiirul Nahw 'inda Ibrahim Mustafa. Simplifying Arabic Grammar, Vol.11. No.1, Agustus,2007, hlm diakses tanggal 6/5/14 8

9 juga mengantarkan mereka dapat memahami uslub-uslubnya (stylistikanya) 17. Dalam karyanya ini ditulis dengan maksud sebagai kritik dan penolakan atas berbagai prinsip nahwu. Ide pembaharuan Ibrahim Musthafa terhadap nahwu mencakup banyak aspek, diantaranya yang terpenting adalah: 1. Redefinisi Nahwu. 2. Penolakan terhadap amil. 3. Pembagian ulang masalah i rab. 4. Tanda-tanda i rab yang bersifat far iyah. Sedangkan di akhir kitabnya beliau menyatakan, I rab itu tidak ada pada fiil, I rab itu hanya pada isim, karena fiil tidak dapat dii rab Pemikiran-pemikiran Ibrahim Mustofa Ide pembaharuan Ibrahim Musthafa terhadap nahwu mencakup banyak aspek, diantaranya yang terpenting adalah: Redefinisi Nahwu, penolakan terhadap amil, pembagian ulang masalah i rab, tanda-tanda i rab yang bersifat far iyah dan lain sebagainya 19. Dalam kitab Ihya An Nahwi, beliau membagi beberapa tema di antaranya tentang batasan pengertian nahwu seperti yang ditulis oleh para ahli nahwu, macam-macam pembahasan nahwu, dasar dan makna I rob, dhommah sebagai tanda isnad, kasroh sebagai tanda idhofah, fathah bukan sebagai tanda I rob, dasar mabni itu sukun, cabang-cabang tanda I rob, At Tawaabi, dan shorof 20. Pemikiran beliau tentang beberapa hal yang berkaitan dengan nahwu, antara lain: 1. Redefinisi Nahwu Sebelum mengajukan definisi nahwu menurut versinya, Ibrahim Musthafa terlebih dahulu mengkritik para ulama nahwu klasik yang pada umumnya 17 al-sha idy, Abd al-muta al, al-nahwu al-jadîd, Mesir: (Dar al-fikr al-arabi:mesir,1947) 18 Ibrohim Mustofa, Op.cit 19 diakses tanggal 6/5/ Ishom Kadlim Al Gholibii, Kitab Ihya An Nahwi lil Ustadz Ibrahim Musthofa: Tahlil wa Naqd (2011). 9

10 memberi definisi nahwu dengan: pengetahuan yang dengannya dapat diketahui posisi akhir kata baik dari segi mu rab maupun mabninya. Ahmad Muhammad Abdurradhi menyebutkan, bahwasanya Ibrahim Mushtafa melihat para ulama sebelumnya telah mempersempit bidang ilmu nahwu dan menyimpulkan pemahamannya hanya kepada akhir kalimat saja. Ia memandang bahwa ilmu nahwu lebih luas lagi dari sekedar pemahaman dan perhatian terhadap akhir kalimat, lebih dari sekedar definisi, 21...علم يعرف به أو أخر الكلمة: إعرابا و بناء...اخل... Menanggapi fenomena ini beliau menyatakan bahwa definisi nahwu kajian nahwu seperti itu, hanya akan berkutat dan terfokus pada pada huruf-huruf terakhir pada sebuah kata-kata, khususnya lagi tentang mu rab dan mabninya. Definisi seperti ini sama dengan mempersempit wilayah kajian nahwu 22. Sedangkan Nahwu menurut Ibrahim Musthofa adalah; قانون تأليف الكالم وبيان لكل ما جيب أن تكون عليه الكلمة يف اجلملة واجلملة مع اجلمل حىت تتسق العبارة وميكن أن تؤدي معناها. 23 Aturan penyusunan suatu kalimat, dan menjelaskan posisi setiap kata yang ada di dalam suatu kalimat dan juga posisi kalimat satu dengan kalimat-kalimat yang lain, sehingga menjadi ibarot/ perkataan yang teratur dan menunjukkan maknanya 24. Menurut Ibrahim Musthofa, para ahli nahwu yang membatasi pengertian nahwu hanya pada akhir kalimat itu salah, karena dua alasan 25 : a. Mereka membatasi ilmu nahwu dan menyempitkan pembahasannya serta tidak memperhatikan uslub bahasa arab. 21 Abdurradhi, Ahmad Muhammad, ihya an- Nahwi wa al- Waqi al- Lughawi, Dirasah (Darul ma'arif:kairo, tt) hlm Ibrohim Mustofa, Op.cit 23 Ibid, hlm Muhammad Fahmi Syihab, dkk, Pemikiran Nahwu Ibrahim Musthofa (Makalah,Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012) hlm.3 25 Ibrohim Mustofa, Op.cit, hlm

11 b. Mereka menggunakan metode lafadhiyah. 2. Penolakan terhadap konsep Amil Sebelum mengkritik dan menolak konsep amil ini, Ibrahim Musthafa terlebh dahulu menggali dan mengambil intisari dari konsep amil tersebut dengan menyatakan sebagai berikut: lebih dari seratusribu tahun mereka menekuni dan mengkaji masalah i rab dan kaidah-kaidahnya, tetapi apa hasil yang mereka dapat dan kaidah-kaidahnya, tetapi apa hasil yang mereka dapat untuk membongkar rahasia i rab dan hakikatnya? Pada prinsipnya kajian mereka menyatakan bahwa I rab adalah wujud adanya pengaruh dari amil baik yang verbal (terucapkan) maupun yang tidak. Mereka membicarakan tentang amil, syarat-syaratnya dan cara kerjanya seacara panjang lebar hingga seolah-olah konsep amil bagi mereka adalah nahwu itu sendiri 26. Menurut Ibrahim, inti pembicaraan mereka tentang amil dapat disarikan sebagai berikut 27 : a. Setiap tanda i rab merupakan pengaruh dari amil, jika amil tersebut tidak disebutkan secara langsung maka harus diperkirakan (muqaddar), memang ada amil yang harus tidak disebutkan tetapi yang pasti ia wajib ditakdirkan (muqaddar). Dalam satu jumlah bisa terdapat dua amil muqaddar yang tidak sama seperti dalam contoh: إياك واألسد dikira-kirakan احذرك واحذر األسد tidak cukup hanya dengan satu fi il saja. b. Dua amil tidak boleh ada dalam waktu bersamaan untuk sebuah ma mul. Kalau kasus ini terjadi, maka para ulama nahwu klasik membagi cara kerja keduanya, satu amil mempengaruhi terhadap lafadz sedangkan amil satunya lagi beroperasi pada segi posisinya. c. Pada prinsipnya yang dapat menjadi amil adalah fi il semata dan hanya beramal pada isim, baik rafa maupun nashab. 26 Ibid, hlm Ibid, hlm

12 d. Fi il yang mutasharrif (bukan jamid) memiliki daya beramal sempurna, sedangkan fi il jamid dapat berlaku sebagai amil tapi sebagai amil yang lemah. e. Isim juga dapat berfungsi sebagai amil karena dipersamakan dulu dengan fi il seperti isim fa il, isim maf ul dan isim mashdar. Setiap isim yang tidak memiliki kemiripan dengan fi il maka ia tidak dapat beramal atau menjadi amil. f. Huruf memiliki dua cara ia sebagai amil; pertama, ia berdiri sebagai huruf asli dan tidak dipersamakan terlebih dahulu dengan fi il, kedua, dapat beramal karena dipersamakan dengan fi il. Huruf dapat beramal baik terhadap isim maupun fi il, ia merafa kan, menasabkan dan mengejerkannya. Terhadap isim, huruf dapat beramal menjazamkan dan menasabkan. Jika huruf tersebut dalam proses amalnya dipersamakan dengan fi il, maka kekuatan amalnya dilihat dari sejauhmana huruf tersebut memiliki kemiripan dengan fi il baik dari segi makna maupun lafadznya. Huruf inna, misalnya, ia dapat beramal karena ia memiliki arti yang berfungsi meperkuat pernyataan (taukid). Oleh sebab itu, ia memiliki kesamaan dengan fi il dari segi maknanya, disamping itu huruf inna juga terdiri dari tiga huruf, karenanya ia mirip dengan fi il dari segi bentuknya. Jika syiddah yang ada pada huruf inna itu dihilangkan dan menjadi in saja, maka ia akan kehilangan daya kemiripannya dengan fi il yang berarti pula semakin lemah beramalnya 28. g. Huruf baru bisa beramal setelah ia menjadi pasangan khusus bagi kata-kata atau kalimat tertentu. Huruf lan dan lam misalnya, keduanya dapat beramal terhadap fi il mudhari sebab keduanya memang hanya dapat berpasangan dengan fi il mudhari. Ini berbeda misalnya dengan huruf qad, huruf ini tidak dapat beramal sebab ia tidak memiliki pasangan khusus, ia dapat masuk pada fi il mudhari maupun fi il madhi. h. Sebuah huruf dapat beramal yang tidak sama dalam menurut konteks dan posisinya, misalnya seperti hurur lâ, ia terkadang dapat beramal sebagaimana amalnya laisa dan juga beramal seperti huruf inna. 28 ibid 12

13 i. Amil-amil yang bekerja untuk fi il memiliki posisi lebih lemah daripada amilamil yang bekerja untuk isim. Sebab amil-amil yang bekerja untuk fi il terkadang dapat dihilangkan jika telah terpenuhi syarat-syaratnya seperti huruf-huruf yang berfungsi sebagai adawât al-syarthi. j. Sekelompok huruf yang memiliki cara beramal sama, maka mereka akan dimasukan dalam sebuah keluarga seperti inna dan kâna. Masing-masing dari keluarga huruf tersebut memiliki cara kerja yang lebih luas. Itu sebabnya, ia disebut sebagai ummul bab (induk dari bab), masing-masing mereka juga memiliki hak beramal yang tidak dimiliki yang lain di luar kelompok mereka. Demikianlah intisari pembicaraan para ahli nahwu tentang amil dan i rab yang mereka bangun dengan berdasarkan pemikiran yang logik dan filosofis sehingga mereka mengabaikan hal yang terpenting dari kalimat, yaitu makna yang terkandung di dalamnya. 3. Pembaharuan Nahwu a. Pembatasan Tanda I rab 29 Jika selama ini tanda I rab yang dikenalkan dalam nahwu ada tiga macam yaitu; fathah, kasrah dan dhammah, maka Ibrahim Musthafa mengajukan tawaran agar fathah tidak dimasukkan ke dalam salah satu tanda i rab. Jadi menurutnya, tanda i rab itu hanya ada dua yaitu dhammah dan kasrah, keduanya muncul bukan karena adanya pengaruh dari amil tetapi dari sipembicara sendiri untuk menentukan makna dari kalimat. Dhammah menurutnya adalah tanda dari isnad ( alamat al-isnad). Karenanya, Ibrahim mengelompokkan pembahasan tentang al-mubtada, al-fa il dan Na ibul Fail, isim kaana. Semuanya tadi dalam kategori Ibrahim adalah berstatus sebagai musnad ilaiah (al-musnad ilaihi) dan ditandai dengan harakat dhammah. Adapun selain empat kasus tersebut yang terjadi dalam struktur ilmu 29 Ibid hlm

14 nahwu maka semuanya, selain yang berharakat kasrah, bisa ditandai dengan fathah 30. Sedangkan tanda kasroh menurut Ibrahim adalah sebagai tanda dari idafah (al-idhaafah). Dalam kategori yang dibuat Ibrahim ada dua bahasan nahwu yang termasuk menerima tanda kasrah ini atau yang disebut idafah yaitu idafah konvensional (kata majmuk) dan idafah yang didahului oleh huruf (jar) seperti huruf min, ilaa, an, alaa, fii dan lain sebagainya yang olehnya disebut sebagai huruf idhafah (huruf al-idhafah) 31. Fathah, dalam pandangan Ibrahim tidak termasuk tanda dari i rab, sebab ia tidak menunjukan makna apapun. Fathah hanyalah harakat yang lebih disukai orang Arab daripada harakat-harakat lain. Mengapa demikian? Sebab harakat fathah lebih ringan dalam pengucapan daripada harakat-harakat lain semisal kasrah, dhammah atau bahkan sukun 32. b. Penolakan adanya tanda-tanda I rab yang bersifat far iyyah 33. Di samping I rab asli (dhammah, kasrah dan fathah), para ahli nahwu klasik pada umumnya juga menciptakan i rab cabang atau yang biasa disebut dengan al- Alaamat al-far iyyah yang beperan sebabagi pengganti dari i rab yang asli. Dalam kasus al-asma al-khamsah, seperti contoh-contoh berikut ini: جاء أبوك رأيت أباك مررت بأبيك menurut ahli nahwu klasik yang pertama alamat rafa nya ditandai dengan huruf wawu, yang kedua alamat nasabnya ditandai dengan huruf alif, sedang dalam contoh ketiga alamat jarnya ditandai dengan huruf ya. Menurut Ibrahim, teori ini terlalu mengada-ada dan dipaksakan, karena kalimat-kalimat tersebut adalah merupakan kalimat yang mu rab seperti kalimat- 30 Ibid, hlm Ibid, hlm Ibid, hlm Ibid, hlm

15 kalimat mu rab lainnya yang didhammah karena berperan sebagai musnad ilaih dan dikasrah karena idhafah. Jika diluar peran sebagai isnad dan idhafah maka semuanya ditandai harakat fathah. Hal yang sama juga terjadi dalam kasus jama muzakkar salim (jam al- Muzakkar al-salim) yang menurut mereka (ulama klasik) huruf wawu yang terdapat di dalamnya adalah sebagai tanda rafa, sedang huruf ya sebagai tanda nasab dan jar. Seperti dalama kasus contoh;. جاء املسلمون رأيت املسلمني مررت باملسلمني Padahal, menurut Ibrahim, dalam kasus tersebut persoalannya lebih simpel dibanding yang terjadi dalam kasus asma ul khamsah. Tanda rafa nya adalah dhammah, sedang huruf wawu berfungsi sebagai isyba (pemuasan atau pemantapan semata), demikian pula, kasroh tetap sebagai tanda jar dalam contoh tersebut, sedangkan huruf ya hanya berfungsi sebagai isyba. Di dalam kasus contoh tersebut fathah tidak disinggung, karena memang bukan merupakan bagian dari tanda I rab. Hal serupa juga terjadi dalam jama mu annats salim yang hanya mengenal I rab dhammah dan kasrah karena, sekali lagi, fathah bukan termasuk dari tanda I rab 34. Ibrahim Musthafa juga tidak sependapat jika dalam kasus isim ghairu munsharif (tidak menerima tanda tanwin) tanda fathah yang terdapat padanya ketika majrur disebut sebagai ganti dari tanda kasrah. Sebab, menurutnya, tanda fathah itu tidak ada, maka iapun tidak dijadikan sebagai ganti tanda lain (kasrah) yang memang ada 35. c. Tawabi 36. Tawabi adalah sebah kata atau kalimat yang mengikuti kata atau kalimat sebelumnya. Dalam buku-buku nahwu klasik yang termasuk dalam kategori 34 Zamzamfandi, Op.cit 35 Ibrohim Mustofa. Op.cit 36 Ibid, hlm

16 tawabi tersebut adalah al-athf, al-na at, al-taukid dan al-badal. Ibrahim tidak menolak adanya tawabi ini. Yang ia usulkan adalah agar pembahasan tentang athaf (al-athf) tidak dimasukkan ke dalam jajaran tawabi atau menjadi pembahasan tersendiri. Sebab lafadz yang diathafkan memang tidak termasuk dari tawabi, tetapi lafadz yang memiliki kedudukan yang sejajar dengan ma thuf-nya. Menurut Ibrahim, yang layak menjadi pembahasan khusus adalah makna daripada setiap huruf athaf. Sebab tawabi sebenarnya ada dua macam. Pertama, kedudukannya (perannya) sebagai pelengkap makna kata sebelumnya, karena makna kalimat belum dapat dipahami apabila tidak menyebutkan kedua-duanya. Oleh karena itu, dalam kasus ini, tabi harus sesuai persis dengan matbu nya. Termasuk dalam kategori jenis pertama ini adalah al-na at 37. Kedua, kata kedua (matbu ) bersifat independen (berdiri sendiri), memiliki makna sendiri yang sudah dapat dipahami tanpa kehadiran lafadz kedua (tabi ). Sedang kehadiran lafadz kedua hanya berperan sebagai penjelas dari yang pertama. Begitu pula lafadz kedua sudah dapat dipahami tanpa menyebutkan kata yang pertama. Penuturan kedua-duanya hanya berfungsi sebagai taukid dan penjelas semata, perhatikan contoh berikut ini: زارين حممد أبو عبد هللا لقيت القوم أكثرهم أو كلهم Kalimat tersebut dapat dikatakan dengan susunan seperti ini: زارني حممد أو زارني أبو عبدهللا dengan memiliki pengertian yang sama, sebab yang dimaksud dengan Muhammad juga Abu Abdullah, dan Abu Abdullah juga Muhammad. Penggabungan kedua kata tersebut hanya berfungsi sebagai penjelas (bayan) dan 37 Ibid, hlm

17 memperkuat pernyataan (taukid). Termasuk dalam kategori kedua ini adalah albadal, al-taukid dan athaf bayan 38. Cara pembagian yang demikian ini menurut Ibrahim lebih jelas, mudah dan efektif dari segi pembahasan ilmu nahwu.yang membedakan fungsi masingmasing kata dalam struktur sebuah kalimat adalah maknanya. Dengan memperhatikan makna kata, seseorang dapat mengetahui fungsi dan status sebuah kata dalam kalimat tanpa harus bingung apakah ia sebagai na at, badal aatau athaf bayan Kritik terhadap Ihya an-nahw Ibrahim Mustafa menolak alasan-alasan hingga perbedaan-perbedaan pendapat yang diperdebatkan dan memenuhi buku-buku tentang nahwu. Tak hanya itu, beliaupun menolak masalah-masalah dan tamrinaat yang tidak ilmiah dan beberapa hipotesa filosofis 40. Para ulama nahwu yang datang setelah Ibrahim Mustafa menilai, bahwa usahanya dalam bidang nahwu merupakan perwujudan dari sebentuk harapan untuk mempermudah dan memperbarui nahwu. Sebagian ulama lainnya menganggap bahwa usaha Ibrahim Mustafa begitu serius dan upayanya dalam pembaruan nahwu tak usah diragukan lagi. Point terpenting dari gagasan Ibrahim Mustafa adalah agar kita tak mudah menyerah dan percaya begitu saja terhadap para ulama nahwu. Dalam hal ini Ibrahim Mustafa mengajak untuk merenungkan dan memikirkan lebih mendalam terhadap permasalahan nahwu. Sampai di sini, upaya Ibrahim Mustafa dianggap banyak memberi efek positif. Hasratnya yang mendalam demi kebehasilan pembaruan nahwu, juga kecenderungannya untuk mempermudah ilmu nahwu menjadikannya begitu bersemangat dalam kampanyenya menyerang para ulama ahli nahwu terdahulu. Kadangkala, ia 38 Ibid, hlm Ibid, hlm Asep M. Tamam, Op.cit. hlm.4 17

18 dianggap terlalu gegabah dan berlebihan, terkadang ia pun dianggap keterlaluan dalam menuduh para ulama nahwu terdahulu 41. Senada dengan hal itu, pemikiran-pemikiran Ibrahim Mustafa pun mendapat kritik. Ia dikeritik bahwa bukunya ihya an-nahw tidak begitu saja tunduk pada keinginan penulisnya dalam membahas dunia kebahasa Araban modern, meskipun disadarinya bahwa pembahasan-pembahasan berkenaan dengan pembaruan nahwu itu tersebar di beberapa halaman dalam bukunya ini. Asep M. Tamam menuliskan dalam tulisannya yang berjudul Upaya Individual Pembaruan Ilmu Nahwu Abad XX, para kritikus ihya annahwiyah itu menyebutkan bahwa kitab tersebut tak jelas dalam mengarahkan maksud dan tujuan serangan-serangan Ibrahim Mustafa terhadap para ulama nahwu terdahulu. Kitab itu, menurutnya, mungkin hanya menggambarkan ihya (menghidupkan ilmu nahwu) hanya untuk beberapa makna saja. Atau bisa disebutkan bahwa di antara hal yang dihidupkan itu adalah apa yang ia bahas mengenai problematika bahasa Arab dan problematika nahwu, ajakan seriusnya dalam pembahasan mendalam terhadap permasalahan-permasalahan itu, penjelasannya tentang falsafah rasional dalam ilmu nahwu, juga penemuannya terhadap berbagai kerancuan teori-teori tradisonal. Selain itu ia pun dikeritik karena telah mengadopsi pemikiran Ibn Madha dalam konteks kampanyenya memindahkan kajian struktur kata (mabna) kepada substansi makna dan kampanyenya menghapuskan teori amil Ibid 42 Ibid, hlm

19 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pemaparan sebelumnya maka dapat diambil benang merah yaitu, Ibrahim Musthofa adalah representasi kritikus dan pembaharuan nahwu abad modern yang banyak mengilhami para ahli nahwu lain mengikuti pandangan dan pola berpikirnya. Ibrahim adalah seorang dosen pada fakultas Adab Universitas Fu ad al-awal (kini menjadi Universitas Kairo). Pada tahun 1936, ia menyelesaikan karyanya dibidang nahwu, yang ia beri judul Ihya al-nahwi. Ide pembaharuan Ibrahim Musthafa terhadap nahwu mencakup banyak aspek, diantaranya yang terpenting adalah: Redefinisi Nahwu, penolakan terhadap amil, pembagian ulang masalah i rab, tanda-tanda i rab yang bersifat far iyah dan lain sebagainya. Akan tetapi disamping itu semua terdapat banyak kritik yang menhujani tokoh ini, salah satu kritik terhadap Ihya al-nahwi adalah kitab ini hanya menggambarkan ihya (menghidupkan ilmu nahwu) hanya untuk beberapa makna saja. 3.2 Saran Akhirnya makalah ini sampai pada penutup dan terkhir yang ingin kami sampaikan dari makalah ini bahwa kami menyadari makalah kami masih sangatlah jauh dari kriteria makalah yang baik dan benar, dari itu kami tidak bosannya sangatlah mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna evaluasi pada makalah kami berikutnya. Dan semoga terselesainya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua terlebih bagi yang memanfaatkannya. 19

20 DAFTAR PUSTAKA Abdurradhi, A. M. tt. ihya an- Nahwi wa al- Waqi al- Lughawi, Dirasah. Kairo: Darul ma'arif. Ade Wahyu, A. S Perkembangan Ilmu Nahwu Kontemporer. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. al-karim, A. J ad-dars an-nahwi fi al-qarn al-isyrin. Kairo: Maktabah Adab. al-sha idy, A. a.-m al-nahwu al-jadîd. Mesir: Dar al-fikr al-arabi. Dhoif, S Taysir An-Nahw At-Ta limi Qadiman wa Haditsan ma a Nahji Tajdidihi. Kairo: Daarul Ma'arif. Dhoif, S. tt. Tajdid an- nahwi. Kairo: Dar Ma'arif. Dhoif, S. tt. Taysirul Lughawiyyah. Kairo: Daarul Ma'arif. Gholibii, K Kitab Ihya An Nahwi lil Ustadz Ibrahim Musthofa: Tahlil wa Naqd. Mustofa, I Ihya' an-nahwiyah. Kairo: lajnat al-ta lif wa al-tarjamah wa alnasyr. Syihab, Muhammad Fahmi dkk, Pemikiran Nahwu Ibrahim Musthofa. Naskah Publikasi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Tamam, A. M. tt. Upaya Individual Pembaruan Ilmu Nahwu Abad XX. Naskah Publikasi Hasil Penelitian. Bandung: UIN Sunan Gunung Jati Bandung. Jurnal Kholisin. 2003, Februari. Cikal Bakal Kelahiran Ilmu Nahwu. Bahasa dan Seni, Vol.31,

21 Arkadiniyah At-Tatbiqiyyah Al-Majalah Al-Hadiyah, Vol.11, Walwil, K. J Taisiirul Nahw 'inda Ibrahim Mustafa. Almajaalah Al- Websate, diakses tanggal 6 Juni diakses tanggal 6 Juni diakses tanggal 6 Juni

UPAYA INDIVIDUAL PEMBARUAN ILMU NAHWU ABAD XX. Asep M Tamam (UIN Sunan Gunung Djati Bandung)

UPAYA INDIVIDUAL PEMBARUAN ILMU NAHWU ABAD XX. Asep M Tamam (UIN Sunan Gunung Djati Bandung) UPAYA INDIVIDUAL PEMBARUAN ILMU NAHWU ABAD XX Asep M Tamam (UIN Sunan Gunung Djati Bandung) Abstract: Nowadays, Arabic grammar learning become dilemmatic phenomenon. In Indonesia, it have been the most

Lebih terperinci

Muqaddimah. Telah berkata pengarang kitab ini (As Syaikh As Shonhajy) rahimahullah :

Muqaddimah. Telah berkata pengarang kitab ini (As Syaikh As Shonhajy) rahimahullah : Muqaddimah Telah berkata pengarang kitab ini (As Syaikh As Shonhajy) rahimahullah : Macam-macam Kalam Al kalam adalah Lafadz yang tersusun yang berfaedah dengan bahasa arab. Kalam itu ada tiga bagian :

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah : Nahwu II Kode Mata Kuliah : AR 303 Bobot SKS : 2 SKS Semseter : III (Tiga) Prasyarat : Lulus mata kuliah/mengontrak: 1. Arabiyah Asasiyah 2. Nahwu 1 D o s e

Lebih terperinci

SILABUS NAHWU 2 AR 303. Dr. Maman Abdurrahman, M. Ag. M. Zaka Alfarisi, S. Pd.

SILABUS NAHWU 2 AR 303. Dr. Maman Abdurrahman, M. Ag. M. Zaka Alfarisi, S. Pd. SILABUS NAHWU 2 AR 303 Dr. Maman Abdurrahman, M. Ag. M. Zaka Alfarisi, S. Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 67 SILABUS 1. Identitas

Lebih terperinci

No Kompetensi Dasar Indikator Materi Pengalaman Belajar Life Skills Penilaian Alokasi waktu. Sumber/ Bahan/Media/Alat 1.

No Kompetensi Dasar Indikator Materi Pengalaman Belajar Life Skills Penilaian Alokasi waktu. Sumber/ Bahan/Media/Alat 1. Mata Kuliah : N A H W U 1 Bobot : 2 sks Kelompok MK : Mata Kuliah Kompetensi (MKKU) Prodi : Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas : Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya Kompetensi Mata Kuliah

Lebih terperinci

MAKALAH. Hamzah di Tengah Kalimat

MAKALAH. Hamzah di Tengah Kalimat MAKALAH Hamzah di Tengah Kalimat Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Muhammad Yanis Abdillah 111-13-012 Tolhah Husen 111-13-124

Lebih terperinci

MAKALAH QOWAIDUL IMLA AZ-ZIYADAH ALIF PENAMBAHAN ALIF )

MAKALAH QOWAIDUL IMLA AZ-ZIYADAH ALIF PENAMBAHAN ALIF ) MAKALAH QOWAIDUL IMLA AZ-ZIYADAH ALIF PENAMBAHAN ALIF ) Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Qowaidul Imla Masita Mulyaningtyas 111-13-283 Nur Azizah 111-13-298 Aisah Umi Zar I 111-13-302

Lebih terperinci

KAIDAH BACA KITAB AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA AH

KAIDAH BACA KITAB AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA AH KAIDAH BACA KITAB AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA AH Kaidah-kaidah dalam membaca Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama ah, yaitu : 1. Apabila ada huruf, dimana setelahnya adalah Alif mati ( ا ), maka huruf tersebut

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya bahasa manusia dapat menyampaikan tujuan mereka kepada orang lain dengan mudah dan

Lebih terperinci

Muhammad Ibnu Soim BAB I PEMBAHSAN A. BAB IDHOFAH. Idhofah ialah hubungan antara dua isim dengan mengira-ngira huruf jer serta

Muhammad Ibnu Soim BAB I PEMBAHSAN A. BAB IDHOFAH. Idhofah ialah hubungan antara dua isim dengan mengira-ngira huruf jer serta BAB I PEMBAHSAN A. BAB IDHOFAH Idhofah ialah hubungan antara dua isim dengan mengira-ngira huruf jer serta mewajibkan pada isi yang kedua untuk dibaca jar selama-lamanya (menjadi mudhof illaih). Sedangkan

Lebih terperinci

MAKALAH HAMZAH DIAWAL KALIMAT

MAKALAH HAMZAH DIAWAL KALIMAT MAKALAH HAMZAH DIAWAL KALIMAT Disusun Guna Memenuhi Tugas Qow aidul Imla Dosen Pengampu : Muhammad Mas ud, M.Pd.I Disusun Oleh : 1. Diah Fajar Utami : 111-13-267 2. Nurul Hidayah : 111-13-290 3. Nurul

Lebih terperinci

Bab II. Mengenal Macam-macam Isim

Bab II. Mengenal Macam-macam Isim 8 Bab II Mengenal Macam-macam Isim Alokasi Waktu Materi : 120 menit :- Pembagian Isim Ditinjau dari Bilangannya - Pembagian Isim Ditinjau dari Perubahannya - Beberapa Contoh Isim lainnya ISIM bilangannya

Lebih terperinci

MAKALAH. Hamzah di Akhir Kalimat. Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I.

MAKALAH. Hamzah di Akhir Kalimat. Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. MAKALAH Hamzah di Akhir Kalimat Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Hamidah Nur Vitasari 111-13-262 Lailia Anis Afifah 111-13-264

Lebih terperinci

BAB II METODE QIYASIYYAH DAN PEMBELAJARAN QAWA ID NAHWU

BAB II METODE QIYASIYYAH DAN PEMBELAJARAN QAWA ID NAHWU 21 BAB II METODE QIYASIYYAH DAN PEMBELAJARAN QAWA ID NAHWU A. Metode Qiyasiyyah 1. Pengertian Metode Qiyasiyyah Menurut Muhammad Abdul Qadir Ahmad bahwa metode qiyasiyyah merupakan metode yang pertama

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( S A P )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( S A P ) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( S A P ) Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Bobot SKS Semester Prasyarat D o s e n : Nahwu III : AR508 : 2 SKS : IV (Empat) : Lulus mata kuliah: 1. Arabiyah Asasiyah 2. Nahwu I dan

Lebih terperinci

Dalam Ayat tersebut terdapat fi il mabni majhul yaitu lafadz ا ر س ل ت م, disebut fi il

Dalam Ayat tersebut terdapat fi il mabni majhul yaitu lafadz ا ر س ل ت م, disebut fi il BAB IV ANALISIS FI IL MABNI MAJHUL DALAM SURAH AL FUSHSHILAT A. Analisis Fi il Mabni Majhul dalam Surah Al Fushshilat Dalam Ayat tersebut terdapat fi il mabni majhul yaitu lafadz ل ت,ف ص disebut fi il

Lebih terperinci

AL-NAKIRAH WA AL-MA RIFAH

AL-NAKIRAH WA AL-MA RIFAH Volume III, Nomor 2, Januari-Juni 2015 7 AL-NAKIRAH WA AL-MA RIFAH Hamka Ilyas Dosen pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Abstrak: Dalam pembahasan tentang isim, maka akan ditemukan

Lebih terperinci

SILABUS. Mata Kuliah : Nahwu 3 Kode Mata Kuliah : AR 508 : 2 (dua)

SILABUS. Mata Kuliah : Nahwu 3 Kode Mata Kuliah : AR 508 : 2 (dua) SILABUS Mata Kuliah : Nahwu 3 Kode Mata Kuliah : AR 508 SKS : 2 (dua) Semester : IV (Empat) Dosen : Drs. H. Agus Salam Rahmat, M.Pd. M. Zaka Alfarisi, S. Pd. Jurusan : Pendidikan Bahasa Arab Prasyarat

Lebih terperinci

MAKALAH ALIF LAYYINAH. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Qowaidul Imla Dosen Pengampu: M. Mas ud, S.P.I.

MAKALAH ALIF LAYYINAH. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Qowaidul Imla Dosen Pengampu: M. Mas ud, S.P.I. MAKALAH ALIF LAYYINAH Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Qowaidul Imla Dosen Pengampu: M. Mas ud, S.P.I. Disusun oleh: 1. Dwi Wahyu Rofiqoh NIM: 111 13 159 2. Endang Asmiatun NIM. 111

Lebih terperinci

MAKALAH ALIF LAYYINAH DI TENGAH KATA

MAKALAH ALIF LAYYINAH DI TENGAH KATA MAKALAH ALIF LAYYINAH DI TENGAH KATA Disusun guna memenuhi tugas Qowa idul Imla yang diampu oleh : Bapak Muhammad Mas ud M.Pd.I. Oleh : 1. Umi Mahmudah / 111-13-040 2. ShintaYuniati / 111-13-052 SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

MAKALAH. Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Fitri Wijayanti

MAKALAH. Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Fitri Wijayanti MAKALAH Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Fitri Wijayanti 111-13-098 Kurnia Luthfiyani 111-13-099 Fina Luthfina Aldian 111-13-100

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (IPA/IPS/BHS) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran : Bahasa Arab Jumlah Soal : 50 Butir Kurikulum

Lebih terperinci

SILABUS NAHWU 1 AR 105. Dr. Maman Abdurrahman M. Zaka Alfarisi, S. Pd.

SILABUS NAHWU 1 AR 105. Dr. Maman Abdurrahman M. Zaka Alfarisi, S. Pd. SILABUS NAHWU 1 AR 105 Dr. Maman Abdurrahman M. Zaka Alfarisi, S. Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA SAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 40 1. Identitas Mata Kuliah

Lebih terperinci

Program Bahasa dan Sastra Arab. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Program Bahasa dan Sastra Arab. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta NOTA DINAS Hal: Skripsi Yth. Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Di Yogyakarta Assalamualaikum

Lebih terperinci

Matan Al Ajrumiyyah. Al Akh Al Fadhil Abu Abdin Nafi Khairul Umam Al Batawy

Matan Al Ajrumiyyah. Al Akh Al Fadhil Abu Abdin Nafi Khairul Umam Al Batawy Matan Al Ajrumiyyah Al Akh Al Fadhil Abu Abdin Nafi Khairul Umam Al Batawy Ĥ Matan Al Ajrumiyyah Penulis Al Akh Al Fadhil Abu Abdin Nafi Khairul Umam Al Batawy Penyusun E-Book Abu Aufa Disebarkan Melalui

Lebih terperinci

KALAM INSYA THALABI DALAM AL-QUR AN SURAT YUNUS (STUDI ANALISIS BALAGHAH) ARTIKEL. Oleh: DAHLIANI RETNO INDAH PURWANTI NIM: I1A213002

KALAM INSYA THALABI DALAM AL-QUR AN SURAT YUNUS (STUDI ANALISIS BALAGHAH) ARTIKEL. Oleh: DAHLIANI RETNO INDAH PURWANTI NIM: I1A213002 KALAM INSYA THALABI DALAM AL-QUR AN SURAT YUNUS (STUDI ANALISIS BALAGHAH) ARTIKEL Oleh: DAHLIANI RETNO INDAH PURWANTI NIM: I1A213002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MAKALAH. MENAMBAH ALIF dalam KALIMAT. Disusun guna memenuhi tugas Qowa idul Imla yang diampu oleh : Muhammad Mas ud M.Pd.i. Oleh :

MAKALAH. MENAMBAH ALIF dalam KALIMAT. Disusun guna memenuhi tugas Qowa idul Imla yang diampu oleh : Muhammad Mas ud M.Pd.i. Oleh : MAKALAH MENAMBAH ALIF dalam KALIMAT Disusun guna memenuhi tugas Qowa idul Imla yang diampu oleh : Muhammad Mas ud M.Pd.i. Oleh : 1.Ali Faqih Syarifuddin 111-13-078 2.Denny Arizal.R 111-13-091 3.Muhammad

Lebih terperinci

ANALISIS AYAT-AYAT KINÂYAH DALAM AL-QURAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGAJARAN BALAGHAH. Oleh : Yayan Nurbayan. Abstrak

ANALISIS AYAT-AYAT KINÂYAH DALAM AL-QURAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGAJARAN BALAGHAH. Oleh : Yayan Nurbayan. Abstrak ANALISIS AYAT-AYAT KINÂYAH DALAM AL-QURAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGAJARAN BALAGHAH Oleh : Yayan Nurbayan Abstrak Di dalam al-quran terdapat ayat-ayat yang menggunakan gaya bahasa kinâyah. Jenis ayat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam merupakan proses perubahan menuju kearah yang lebih baik. Dalam konteks sejarah, perubahan yang positif ini adalah jalah Tuhan yang telah dibawa oleh

Lebih terperinci

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33 59 BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33 A. Kualitas Mufasir at-thabari Ditinjau dari latar pendidikannya dalam konteks tafsir al-qur an, penulis menilai bahwa at-thabari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : Sharaf I Kode Mata Kuliah : AR 106 Bobot SKS : 2 SKS Semester : 2 Prasyarat : - Penanggung jawab : Dr. H. Mamat Zaenuddin, MA. Anggota : Drs. H. Masor Pertemuan I:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL 86 BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL 4.1. Analisis Pelaksanaan Pengajian Tafsir Al-Qur an di Desa Jatimulya Kec.

Lebih terperinci

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL A. Tokoh Persatuan Islam ( Persis) 1 Ustadz Umar Fanani BA Ustadz Abdul Qadir Hassan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab 191 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab pembahasan melalui melalui analisis data, ada beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan oleh peneliti

Lebih terperinci

Sulaiman bin Hasan Al Jamzury. Terjemah Matan Tuhfatul Athfal Wal Ghilman

Sulaiman bin Hasan Al Jamzury. Terjemah Matan Tuhfatul Athfal Wal Ghilman Sulaiman bin Hasan Al Jamzury Terjemah Matan Tuhfatul Athfal Wal Ghilman Judul Asli Penulis Judul terjemah Penerjemah Editor Desain Sampul Jumlah Halaman Bidang Ilmu : Matan Tuhfatul Athfal Wal Ghilman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang harf jar di Program studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya USU, telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu : Analisis makna harf jar ala pada surah Al- Baqarah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN Al-Qur an merupakan sumber hukum paling utama bagi umat Islam, M. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan sempurna. Kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Salah satu alat komunikasi adalah melalui bahasa. berbicara, pada hakikatnya ia masih juga memakai bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Salah satu alat komunikasi adalah melalui bahasa. berbicara, pada hakikatnya ia masih juga memakai bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia juga perlu berkomunikasi dengan sesamanya.

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR AN 1436 H

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR AN 1436 H 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR AN 1436 H TANGGAL 9 JULI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Bismilahirrohmanirrohim,

Lebih terperinci

2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ( ) ٠٤١١١٧١٣ ٢٠٠٨ ABSTRAKSI Al-Qur an adalah kalam Allah; yang diturunkan dalam bentuk kata dan makna, yang merupakan kitab suci yang harus selalu dipelihara dan diperdalam isi dan maknanya. Untuk memelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau pondok pesantren pada prinsipnya dalam rangka menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan sumber hukum yang utama bagi umat Islam. Semua hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di samping al-qur an sebagai

Lebih terperinci

Menjual Rokok HUKUM SEORANG PEDAGANG YANG TIDAK MENGHISAP ROKOK NAMUN MENJUAL ROKOK DAN CERUTU DALAM DAGANGANNYA.

Menjual Rokok HUKUM SEORANG PEDAGANG YANG TIDAK MENGHISAP ROKOK NAMUN MENJUAL ROKOK DAN CERUTU DALAM DAGANGANNYA. Menjual Rokok HUKUM SEORANG PEDAGANG YANG TIDAK MENGHISAP ROKOK NAMUN MENJUAL ROKOK DAN CERUTU DALAM DAGANGANNYA. Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts

Lebih terperinci

3 Wasiat Agung Rasulullah

3 Wasiat Agung Rasulullah 3 Wasiat Agung Rasulullah Dalam keseharian kita, tidak disangsikan lagi, kita adalah orang-orang yang senantiasa berbuat dosa menzalimi diri kita sendiri, melanggar perintah Allah atau meninggalkan kewajiban

Lebih terperinci

MAKALAH ALIF LAYYINAH DI AKHIR KATA

MAKALAH ALIF LAYYINAH DI AKHIR KATA MAKALAH ALIF LAYYINAH DI AKHIR KATA Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah qowaidul imla Dosen : M.Masud, M.Pd.I Disusun oleh : 1. Isna Khoirunnisak 111-13-130 2. Alfrida Dyah Septiyani

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al- BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bentuk peneletian sistematis, penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan rumusan masalah yang telah ditelusuri yaitu: 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH AL-ZAMAKHSHARY DALAM TAFSIR AL-KASHSHA

Lebih terperinci

ḥ așalat bitarkībi ba ḍ ihā ma a ba ḍ in min i rābin wa binā`in wa mā yatba uhumā/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ḥ așalat bitarkībi ba ḍ ihā ma a ba ḍ in min i rābin wa binā`in wa mā yatba uhumā/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan suatu maksud atau keinginan kita kepada orang lain.

Lebih terperinci

STRUKTUR KEBAHASAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. (A. Suherman)

STRUKTUR KEBAHASAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. (A. Suherman) STRUKTUR KEBAHASAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (A. Suherman) A. Sruktur Kebahasaan Yang dimaksud dengan struktur-struktur kebahasaan adalah struktur- struktur grammar atau tata bahasa. Terdapat banyak

Lebih terperinci

APLIKASI GAGASAN FIQH SOSIAL KH SAHAL MAHFUDH DALAM DUNIA PENDIDIKAN (Studi Kasus di Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati)

APLIKASI GAGASAN FIQH SOSIAL KH SAHAL MAHFUDH DALAM DUNIA PENDIDIKAN (Studi Kasus di Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati) APLIKASI GAGASAN FIQH SOSIAL KH SAHAL MAHFUDH DALAM DUNIA PENDIDIKAN (Studi Kasus di Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd Disusun Oleh : Sahri Ramadani SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL IBROHIMY TANJUNGBUMI BANGKALAN 2012 KATA

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis. MANHAJ AJJAJ AL-KHATIB (Analisis Kritis terhadap Kitab Ushul al-hadis, Ulumuh wa Mushtalahuh) Sulaemang L. (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Penelitian ini mebmahas Manhaj Ajjaj

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi 60 BAB IV ANALISIS Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi sallam dari tafsir al-marāghī di dalam bab tiga, maka pada bab ini akan dipaparkan analisis guna menganalisa şalawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan dan komunikan sebagai penerima pesan, melalui media

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan dan komunikan sebagai penerima pesan, melalui media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak lain dengan efek untuk mengubah sikap, atau tindakan. Proses tersebut

Lebih terperinci

ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW

ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya,

Lebih terperinci

Belajar Ilmu Hadis (1) Pendahuluan

Belajar Ilmu Hadis (1) Pendahuluan Belajar Ilmu Hadis (1) Pendahuluan Senin, 05-06-2017 Ibnu Hajar al-asqalani (852 H) mendefinisikan ilmu hadis sebagai, Ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan hadis dan perawinya (al-nukat

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017 A. IDENTITAS 1. Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa Arab 2. Nama Matakuliah..*) : Tarjamah I 3. Kode

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis, sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam Bab III dan Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi Untuk Apa Kita Diciptakan? Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi K ehidupan di dunia pada dasarnya hanyalah senda gurau atau main-main saja. Orang akan semakin merugi bila tidak

Lebih terperinci

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

Lebih terperinci

ANALISIS FORMAT FI'IL

ANALISIS FORMAT FI'IL ANALISIS FORMAT FI'IL DILIHAT DARI JUMLAH HURUF YANG TERTULIS SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN KONSEP MEMBACA FI'IL YANG TIDAK BERHARAKAT (BERBARIS) ABDUL HARIS 1 Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PEMBELAJARAN KITAB JIM-JIM DI PONDOK PESANTREN AL-MASYHAD MANBA UL FALAH SAMPANGAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN PEMBELAJARAN KITAB JIM-JIM DI PONDOK PESANTREN AL-MASYHAD MANBA UL FALAH SAMPANGAN PEKALONGAN 86 BAB IV ANALISIS PERAN PEMBELAJARAN KITAB JIM-JIM DI PONDOK PESANTREN AL-MASYHAD MANBA UL FALAH SAMPANGAN PEKALONGAN A. Pembelajaran Kitab Jim-jim Dalam Memudahkan Membaca Kitab Kuning di Pondok Pesantren

Lebih terperinci

KONSEP MANUSIA MENURUT PLATO

KONSEP MANUSIA MENURUT PLATO KONSEP MANUSIA MENURUT PLATO (Relevansinya Dengan Ajaran Islam) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata Satu (S-1) Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Aqidah dan

Lebih terperinci

BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI. Syeikh Abu Bakar Jabir al-jazairi ialah seorang ulama Madinah yang cukup terkenal,

BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI. Syeikh Abu Bakar Jabir al-jazairi ialah seorang ulama Madinah yang cukup terkenal, 16 BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI A. Kelahiran Dan Pertumbuhannya Syeikh Abu Bakar Jabir al-jazairi ialah seorang ulama Madinah yang cukup terkenal, beliau mengajar di Universitas Islam

Lebih terperinci

MODEL PENELITIAN AGAMA

MODEL PENELITIAN AGAMA MODEL PENELITIAN AGAMA Diajukan Sebagai Tugas Makalah Dalam Mata Kuliah Metodologi Studi ISlam DOSEN PEMBIMBING Fitri Oviyanti, M.Ag DISUSUN OLEH Lismania Nina Lingga Sari FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II RIWAYAT HIDUP IMAM AL-NASAFI. di negeri Sanad yang terletak antara Jihun dengan Samarkand. 1

BAB II RIWAYAT HIDUP IMAM AL-NASAFI. di negeri Sanad yang terletak antara Jihun dengan Samarkand. 1 1 BAB II RIWAYAT HIDUP IMAM AL-NASAFI A. Nama, Nasab dan Kunyah Imam Al-Nasafi Imam al-nasafi yang lebih masyhur dikenal dengan nama ini, memiliki nama lengkap, Hafizẖuddin abu Al-Barakat Abdullah ibn

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi yang berjudul Kodifikasi Hadis Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

Lebih terperinci

Journal of Arabic Learning and Teaching

Journal of Arabic Learning and Teaching LISANUL ARAB 2 (1) (2013) Journal of Arabic Learning and Teaching http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/laa KASUS GENETIF (MAJRUROT AL-ASMA) DALAM SURAT YASIN (Studi Analisis Sintaksis) Ita Tryas Nur

Lebih terperinci

Mukadimah. Pengkajian

Mukadimah. Pengkajian Mukadimah Pembahasan tentang pengertian al-qur an (ta riful Qur an) mencakup tiga bagian pembahasan yaitu: definisi al-qur an, nama-nama al-qur an, dan fungsi atau kedudukan Al-Qur an Pemahaman kaum muslimin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan di dunia ini dalam rangka mempertahankan

Lebih terperinci

DIREKTORAT DIKDASMEN YPI AL AZHAR BIDANG KURIKULUM SMP/SMA ISLAM AL AZHAR KISI-KISI UJIAN SEKOLAH (US) TAHUN PELAJARAN

DIREKTORAT DIKDASMEN YPI AL AZHAR BIDANG KURIKULUM SMP/SMA ISLAM AL AZHAR KISI-KISI UJIAN SEKOLAH (US) TAHUN PELAJARAN DIREKTORAT DIKDASMEN YPI AL AZHAR BIDANG KURIKULUM SMP/SMA ISLAM AL AZHAR KISI-KISI UJIAN SEKOLAH (US) TAHUN PELAJARAN 04-05 JENJANG SEKOLAH MATA PELAJARAN JUMLAH SOAL ALOKASI WAKTU : SMP ISLAM AL AZHAR

Lebih terperinci

UMMI> DALAM AL-QUR AN

UMMI> DALAM AL-QUR AN UMMI> DALAM AL-QUR AN (Kajian Tematik Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab) Muji Basuki I Di dalam Al-Qur an kata ummi> disebutkan sebanyak 6 kali, dua kali dalam bentuk mufrad dan 4 kali dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keyakinan orang mukmin dan penegasan Allah SWT, Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah dan diperintahkan kepada manusia untuk memeluknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah adalah merupakan lembaga yang mengkhususkan diri untuk kegiatan pendidikan Islam, tempat masyarakat mentransfer keterampilan, kebiasaan, cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran mu tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini BAB III METODE PENELITIAN Untuk mencapai hasil yang memuaskan, maka kerangka kerja setiap penelitian harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini dilakukan agar dalam

Lebih terperinci

Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan

Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan Khutbah Pertama???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA A. Analisis Warna dalam Al Qur an

BAB IV ANALISA A. Analisis Warna dalam Al Qur an BAB IV ANALISA A. Analisis Warna dalam Al Qur an Setiap objek yang membentuk alam pasti ada tujuannya, tujuan ini meliputi seluruh ciptaan-nya tanpa terkecuali. Selanjutnya, tujuan ini tidak hanya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. andil pada perubahan sistem dan tata nilai dalam masyarakat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. andil pada perubahan sistem dan tata nilai dalam masyarakat Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi dalam era globalisasi sekarang ini telah membawa perubahan-perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang sempurna bagi individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan dalam dinamika hidup di dunia ini

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KATA TANYA/ ISTIFHANIAH DALAM ALQUR AN (SUATU KAJIAN TAFSIR TEMATIK DALAM TAFSIR AL MISHBAH PADA SURAT AL BAQARAH, ALI IMRAN, AN NISA )

PENGGUNAAN KATA TANYA/ ISTIFHANIAH DALAM ALQUR AN (SUATU KAJIAN TAFSIR TEMATIK DALAM TAFSIR AL MISHBAH PADA SURAT AL BAQARAH, ALI IMRAN, AN NISA ) PENGGUNAAN KATA TANYA/ ISTIFHANIAH DALAM ALQUR AN (SUATU KAJIAN TAFSIR TEMATIK DALAM TAFSIR AL MISHBAH PADA SURAT AL BAQARAH, ALI IMRAN, AN NISA ) Oleh : Mainizar Abstrak Al-Qur an sebagai mukjizat terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai pedoman bagi umat manusia agar tetap berada di jalan yang lurus dalam menjalani

Lebih terperinci

LUGHATUNA QIRAAH - EDISI KELIMA Asri Ibnu Tsani Djali Setting dan Desain Cover Asri Ibnu Tsani Djali

LUGHATUNA QIRAAH - EDISI KELIMA Asri Ibnu Tsani Djali Setting dan Desain Cover Asri Ibnu Tsani Djali LUGHATUNA QIRAAH - EDISI KELIMA Asri Ibnu Tsani Djali Setting dan Desain Cover Asri Ibnu Tsani Djali Edisi Kelima: Cetakan I, Jumadal Ukhra 1433 / Mei 01 Edisi Keempat: Cetakan I, Muharram 143 / Mei 011

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak

PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah maka mereka pun terjatuh dalam penyimpanganpenyimpangan dalam prinsip agama. Di antara penyimpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan studi analisis pemikiran Imam Syafi i tentang kehujjahan hadis dalam kitab Ar-Risālah dapat ditarik kesimpulan menjadi beberapa point. Pertama, Hadis wajib

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan 170 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci