BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbincangan tentang sastra dan perannya sebagai salah satu alat untuk melakukan kontrol sosial telah lama terjadi. Tak dapat dipungkiri bahwa sebuah karya sastra bisa jadi memberikan efek tertentu pada cara berpikir pembacanya. Sebutlah pada tahun 1951 masyarakat Amerika dihebohkan dengan munculnya buku The Catcher in The Rye karya J.D. Salinger. Buku ini dianggap berisi hal-hal negatif yang dapat memicu tindakan buruk pada remaja. Kontroversi atas buku ini terus berjalan sehingga negara asalnya Amerika pun sempat melarang peredaran buku ini. Ketakutan akan dampak buruk buku ini seolah terbukti dengan adanya sederet kasus pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang diduga terobsesi dengan buku ini. Salah satunya adalah Mark David Chapman, seorang penggemar fanatik John Lennon yang kemudian menembaknya setelah ia membaca buku tersebut. Karya sastra memiliki peran yang penting dalam masyarakat karena karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang kehidupan. Masalah sosial dan kejadian yang dialami, dirasakan dan dilihat oleh pengarang kemudian melahirkan ide atau gagasan yang dituangkan dalam karyanya. Sebuah karya sastra memiliki daya gugah terhadap batin dan jiwa seseorang. Selain itu juga, karya sastra merupakan media untuk mengutarakan sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan manusia yang kadang-kadang kebenaran itu bersifat sejarah. 1 Karena sifatnya yang demikian, karya sastra memiliki peran penting sebagai dokumen sosial. Memang tidak adil jika serta merta membandingkan The Catcher in The Rye dengan Saksi Mata, karena selain formatnya yang berbeda, pesan yang hendak disampaikan pun jauh berbeda. The Catcher in The Rye berbentuk novel 1 Semi, Atar Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya, hal

2 dan berisi tentang kegelisahan seorang pemuda kelas menengah di New York. Buku ini sarat akan pesan-pesan tersirat mengenai pemberontakan yang pada akhirnya banyak dimaknai oleh pembacanya sebagai kitab panduan untuk menjadi pemberontak. Sedangkan Saksi Mata berbentuk kumpulan cerpen yang meskipun masing-masing merupakan fragmen yang berdiri sendiri, tetapi memiliki satu tema yang kuat, yakni mengenai Insiden Dili yang terjadi pada tahun Seperti yang diakui oleh pengarangnya sendiri, secara keseluruhan, buku ini mencoba menyuarakan fakta-fakta mengenai Insiden Dili dengan cara yang subtil. Apa yang ia tuliskan berasal dari apa yang ia ketahui ketika ia bekerja sebagi pimpinan redaksi di majalah Jakarta Jakarta dan meliput Insiden Dili. Karena pada saat itu rezim yang berkuasa tidak memberi tempat pada demokrasi dan hak-hak menyampaikan pendapat terbukti dengan dilakukannya re-organisasi majalah Jakarta Jakarta di kemudian hari, maka ia membalutnya dengan bahasa fiksi. Dengan latar penciptaan yang demikian, buku kumpulan cerpen Saksi Mata jadi memiliki nilai lebih, ia tak bisa sekadar dianggap sebagai buku kumpulan cerpen biasa, namun juga sekaligus sebagai dokumen sosial atas sebuah peristiwa besar pelanggaran Hak Asasi Manusia yang tidak pernah dituliskan dalam sejarah resmi negara ini. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada analisis resepsi karya sastra. Dalam analisis resepsi dibutuhkan audiens yang aktif, yaitu pembaca yang secara terus menerus mengamati. Audiens aktif merupakan hal yang penting dan utama dalam analisis resepsi. Salah satu penggagas analisis resepsi adalah Stuart Hall dengan konsep Encoding dan Decoding. Pesan tidak dianggap lagi sebagai sesuatu yang mudah dilempar oleh pengirim pesan kepada penerima pesan. Audiens yang berbeda akan menginterpretasi pesan dengan berbeda pula sesuai denga proses pemaknaan yang terjadi dalam masing-masing individu. Hall sendiri tidak menyangkal adanya efek yang ditimbulkan oleh suatu pesan. Namun melalui framework semiotik yang diperkenalkannya, semua efek pesan tetap bergantung 2

3 pada interpretasi atau pemaknaan atas pesan media itu sendiri. 2 Analisis resepsi melihat bagaimana khalayak memberikan makna atas teks media yang ia peroleh. Berdasarkan pemahaman bahwa khalayak pada saat ini bersikap aktif dalam memaknai pesan, peneliti pun ingin mengetahui bagaimana khalayak memaknai cerpen-cerpen dalam Kumpulan Cerpen Saksi Mata. Setiap karya sastra sadar atau tidak sadar memiliki kritik sosial di dalamnya. Meskipun, dengan intensitas yang berbeda-beda. Misalnya pada masa Balai Pustaka lebih banyak berkaitan dengan adat-istiadat dan dominasi golongan tua, khususnya dalam menentukan jodoh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurgiyantoro bahwa hampir semua novel Indonesia sejak awal pertumbuhannya hingga dewasa ini, boleh dikatakan mengandung unsur pesan kritik sosial walau dengan tingkat intensitas yang berbeda. 3 Wujud kehidupan sosial yang dikritik dapat bermacam-macam seluas lingkup kehidupan sosial itu sendiri. Banyak karya sastra yang bernilai tinggi yang di dalamnya menampilkan pesan-pesan kritik sosial. Namun, perlu ditegaskan bahwa karya-karya tersebut menjadi bernilai bukan lantaran pesan itu, melainkan lebih ditentukan oleh koherensi semua unsur intrinsiknya. Karya sastra merupakan wadah dari ide, gagasan, serta pemikiran seorang pengarang mengenai gejala sosial yang ditangkap dan dialami pengarang yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk karya sastra. Karya sastra banyak macamnya, diantaranya ada novel, cerpen, puisi. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada karya sastra berupa kumpulan cerpen. Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang seperti novel. Karena singkatnya, ceritacerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, 2 Alasuutari, Pertti Introduction: Three Phases of Reception Studies. dalam Pertti Alasuutari (ed.). Rethinking the Media Audience. The New Agenda. London: SAGE Publications, hal Nurgiyantoro, Burhan Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal

4 tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang dan ceritanya bisa dalam berbagai jenis. Hal inilah yang menarik minat peneliti untuk mengetahui bagaimana kemudian cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen tersebut secara aktif dimaknai oleh khalayak yang juga menjadi bagian dari masyarakat luas. Karya sastra yang memiliki pesan tertentu, meski tidak selalu mendorong perubahan sikap khalayak mengenai suatu isu, tentunya tetap akan menimbulkan beragam pemaknaan dalam benak khalayak yang berlainan latar belakang. Khalayak akan secara aktif memiliki pandangan tersendiri mengenai sebuah karya sastra sesuai dengan latar belakang maupun pengalaman masing-masing individu. Dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat diketahui apakah pesan sebuah karya sastra diterima oleh khalayak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengarang, ataukah khalayak memiliki alternatif pemaknaan sendiri. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang resepsi dari masyarakat terkait dengan kumpulan cerpen Saksi Mata. Dimana khalayak akan secara aktif memiliki pandangan tersendiri mengenai cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen tersebut sesuai dengan latar belakang maupun pengalaman dari masing-masing individu. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat diketahui bagaimanakah kumpulan cerpen Saksi Mata diterima oleh khalayak serta bagaimana khalayak melakukan pemaknaan atas kumpulan cerpen tersebut. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana khalayak memaknai cerpen-cerpen dalam buku kumpulan cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma? 4

5 C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan menganalisis pemaknaan khalayak terhadap buku kumpulan cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma. 2. Memahami pesan dalam buku kumpulan cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah kajian ilmu pengetahuan khususnya mengenai pemaknaan karya sastra oleh khalayak. 2. Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi khalayak secara umum untuk dijadikan acuan agar dapat bersikap kritis dalam memaknai suatu pesan media. E. Kerangka Pemikiran 1. Khalayak dalam Studi Ilmu Komunikasi Sebagai makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Secara paradigmatis komunikasi dapat didefinisikan sebagai berikut: Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. 4 4 Effendy, Onong Uchjana Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, hal. 5. 5

6 Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. 5 Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication yang bersumber pada kata communis yang berarti sama, dalam arti kata sama makna. Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu penyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. 6 Komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi tersebut adalah manusia. Oleh karena itu komunikasi yang dimaksud disini adalah komunikasi manusia atau sering disebut dengan komunikasi sosial. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antar manusia, dinamakan komunikasi sosial karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media. 7 Khalayak disebut juga dengan audiens. Audiens merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris audience yang berarti penonton. Dalam sebuah proses komunikasi, audiens adalah pihak yang menerima pesan atau biasa disebut juga komunikan. Akan tetapi tidak semua komunikan merupakan khalayak, karena khalayak adalah komunikan dalam proses komunikasi massa. Khalayak adalah komunikan yang mengonsumsi media massa seperti surat kabar, televisi, musik, film dan seterusnya. Istilah khalayak sangat lekat dengan kajian ilmu komunikasi atau media massa. Istilah khalayak digunakan dalam praktik operasional media massa, biasanya untuk menunjuk "orang banyak" yang menjadi sasaran media. Setiap 5 Ibid., hal Effendy, Onong Uchjana Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal Effendy, Onong Uchjana Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, hal. 4. 6

7 jenis media massa memiliki sasarannya masing-masing. Istilah khalayak untuk masing-masing media massa berbeda antara satu dan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik masing-masing media massa tersebut. Misalnya media massa cetak menyebut khalayaknya dengan istilah pembaca, media televisi menyebut khalayaknya sebagai pemirsa, dan media massa radio menyebut khalayaknya dengan istilah pendengar, sedangkan untuk film khalayaknya disebut penonton. Dengan demikian, khalayak secara sederhana dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa, atau penonton pada berbagai media atau komponen lannya. Definisi tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh McQuail. McQuail mengungkapkan bahwa audience simply refers to the readers of, viewers of, listeners to one or other media channel or of this or that type of content or performance. 8 Dalam kaitannya dengan proses komunikasi, audiens ataupun khalayak memiliki posisi sebagai sasaran atau target dari berlangsungnya proses komunikasi secara keseluruhan. Khalayak menjadi sasaran atau komunikan, dari berjalannya arus informasi yang bersumber dari komunikator. Khalayak memiliki dimensi waktu dan berada dalam keadaan tertempa media tertentu. Dikatakan berdimensi waktu karena khalayak melakukan aktifitas dalam periode waktu dalam mengakses media. Sederhananya khalayak merupakan individu yang sedang mengakses media. Dari sini dapat tertangkap kesan bahwa khalayak bersifat aktif. Hal ini sejalan dengan definisi khalayak yang juga dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedianya. 9 Bila dilihat lebih dalam, media dan khalayak memiliki hubungan yang lebih kompleks. Bukan hanya sebatas bahwa media dapat mempengaruhi khalayak. Para teoritisi media pun masih memperdebatkan konseptualisasi khalayak. Yaitu apakah khalayak merupakan masyarakat massa (mass society) 8 McQuail, Denis Audience Analysis. California: Sage Publications Ltd, hal Sari, Endang S Audience Research. Yogyakarta: Andi Offset, hal

8 aktif. 10 Audiens/khalayak dalam komunikasi massa memiliki lima karakteristik atau komunitas (community) dan gagasan mengenai audiens pasif atau audiens sebagai berikut: 11 a. Audiens/khalayak cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara individu tersebut. b. Audiens/khalayak cenderung besar. Besar yang dimaksud dalam hal ini berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa, namun jumlahnya relatif sebab ada media tertentu yang audiens/khalayaknya mencapai ribuan dan ada yang mencapai jutaan. c. Audiens/khalayak cenderung heterogen karena berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu memiliki sasaran tersendiri namun heterogenitasnya tetap ada. d. Audiens/khalayak cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. e. Audiens/khalayak secara fisik dipisahkan dari komunikator, atau dapat juga dikatakan audiens/khalayak dipisahkan oleh ruang dan waktu. 2. Analisis Resepsi Dalam tradisi penelitian khalayak, setidaknya pernah berkembang beberapa ragam penelitian diantaranya, disebut berdasarkan perjalanan historis lahirnya; effect research, uses and gratification research, literary criticsm, cultural studies dan reception analysis. 12 Analisis resepsi merupakan perspektif 10 Littlejohn, Stephen W Theories of Human Communication. Belmont, CA: Wadsworth Thomson Learning. hal Nurudin Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers, hal Jensen, Klaus Bruhn & Karl Erik Rosengen. Five Tradition in Search of Audience. Dalam Oliver Boyd-Barret & Chris Newbold (ed.) Approaches to A Media Reader New York: Oxford University Press Inc, hal

9 baru dalam aspek wacana dan sosial dari teori komunikasi. Analisis resepsi merupakan salah satu fokus studi yang mengkaji khalayak aktif. Tradisi ini mengkaji khalayak sebagai penerima pesan yang aktif dalam proses pemaknaan. Konsep penting dari analisis resepsi adalah bahwa makna teks media tidak melekat pada teks media tersebut, tetapi diciptakan dalam interaksi antara khalayak dengan teks. Sebagai respon terhadap tradisi keilmuan dalam ilmu sosial analisis resepsi menandaskan bahwa studi tentang pengalaman dan dampak media, apakah itu kuantitatif atau kualitatif, seharusnya didasarkan pada teori representasi dan wacana serta tidak sekedar menggunakan operasinalisasi, seperti penggunaan skala dan kategori semantik. Sebaliknya sebagai respon terhadap studi teks humanistik, analisis resepsi menyarankan baik khalayak maupun konteks dalam komunikasi massa perlu dilihat tersendiri secara sosial, dan menjadi objek analisis empiris. Perpaduan dari kedua pendekatan (persepektif sosial dan diskursif) itulah yang kemudian melahirkan konsep produksi sosial terhadap makna (the social production of meaning). 13 Secara umum, analisis resepsi memiliki dua premis yaitu teks media mendapatkan makna pada saat penerimaan, dan bahwa khalayak secara aktif memproduksi makna dari media dengan menerima dan menginterpretasikan teksteks sesuai dengan posisi-posisi sosial dan budaya mereka. Premis kedua, sebagai landasan penelitian, menyiratkan bahwa pesan-pesan media secara subjektif dikontruksikan khalayak secara individual, bahkan ketika media berada dalam posisi paling dominan sekalipun. Premis ini memposisikan khalayak sebagai makhluk bebas yang mempunyai kekuatan besar dalam pemaknaan atau pemberian makna terhadap pesan Jensen, Klaus Bruhn Media Audiences. Reception Analysis; mass communication as the social production of meaning. Dalam Klaus Bruhn Jensen and Jankowski, W Nicholas A Handbook of Qualitative Methodologies for Mass Communication Second Edition. London: Rotledge, hal Croteau, David & William Hoynes Media/Society: Industry, Images, and Audiences. London: Pine Forge Press, hal

10 Hal senada diungkapkan oleh McQuail yang menyatakan bahwa analisis resepsi yang termasuk dalam studi kultural (cultural studies) menekankan pada penggunaan media (media use) sebagai refleksi dari konteks sosiokultural dan sebagai suatu proses pemaknaan pesan pada produk budaya serta pengalamanpengalaman. 15 Lebih lanjut, McQuail menyatakan bahwa studi resepsi berkembang dan menekankan gagasan kepada khalayak sebagai khalayak penafsir atau interpretive communities. Pada interpretive communities, teks dan pesanpesan media dimaknai dan diinterpretasikan secara bebas dan berbeda-beda oleh khalayak menurut lingkungan sosial dan budaya dimana aktivitas berbagi pengalaman-pengalaman pemaknaan terjadi. Melalui proses Decoding dan pemaknaan terhadap teks media, maka khalayak memiliki kekuatan untuk bertahan dari dominasi media massa. McQuail kemudian mengklasifikasikan penelitian resepsi sebagai studi kultural modern yang berada dalam ranah pendekatan stukturalis behavoris. Beberapa yang terkait dengan fokus dalam pengertian analisis resepsi, diantaranya: a. Teks media harus dibaca berdasarkan persepsi khalayak. Dimana persepsi tersebut tidak pasti dan tidak dapat diprediksi. Khalayak mengkontruksi makna secara bebas dan sesuai dengan latar belakang masing-masing. b. Fokus dari analisis resepsi adalah proses dalam penggunaan atau pemaknaan media. Inti dari analisis ini adalah proses-proses bagaimana khalayak membaca, memahami, memaknai teks media dan pada akhirnya hasil dari proses tersebut akan memperlihatkan bentukbentuk resepsi khalayak terhadap media yang dihadirkan. c. Media use atau penggunaan media merupakan bagian dari sistem sosial dalam interpretive communities. Pemaknaan akan media digunakan oleh khalayak untuk saling berbagi pemaknaan dengan sesama dan lingkungannya. 15 McQuail. Op.Cit., hal

11 d. Khalayak sebagai interpretive communities memiliki peran dalam pembentukan wacana dan kerangka dalam pemaknaan media di lingkungannya. e. Khalayak tak dapat dikatakan pasif dan tak dapat juga dikatakan sama atau sederajat (equal). Meskipun akan ada beberapa khalayak yang lebih aktif maupun berpengalaman. Mereka membaca, memahami, dan melakukan pemaknaan secara bebas sesuai dengan latar belakang sosio-kultur masing-masing. f. Penelitian ini dapat dikaji menggunakan metode kualitatif dan mendalam dengan mempertimbangkan konten, perilaku resepsi dan konteks keduanya. 16 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis resepsi memandang khalayak sebagai bagian dari interpretive communitis bersikap aktif dalam memaknai pesan media. Khalayak tidak begitu saja menerima pesan media. Khalayak juga memiliki latar belakang dan pengalaman tersendiri yang dapat memberikan pengaruh dalam proses pemaknaan. Khalayak memiliki kesempatan bebas dan terbuka dalam memaknai teks dengan caranya sendiri. 3. Proses Komunikasi Massa Proses komunikasi massa merupakan sesuatu yang rumit. Meski komponen komunikasi di dalamnya sama seperti bentuk komunikasi lainnya, namun komunikasi massa memiliki ciri khas yang membuatnya kompleks. Sebagai sebuah proses, komunikasi bersifat dinamis dan terus-menerus, serta tiaptiap komponennya saling berinteraksi. Komunikasi juga memiliki sebuah tujuan, seluruh komponen di dalamnya berfungsi secara bersama-sama guna memenuhi tujuan tersebut Ibid., hlm Baran, Stanley J., Jerilyn S. McIntyre, & Timothy P. Meyer Self, Symbol, and Society. An Introduction to Mass Communication. New York: Random House. hal

12 Komunikasi massa memiliki karakteristik yang membedakannya dari proses komunikasi lainnya. Perbedaan tersebut terdapat pada komponen maupun prosesnya. Berikut adalah ciri-ciri teoritis dari proses komunikasi massa: 18 a. distribusi dan penerimaan konten dalam skala besar; b. aliran satu arah; c. hubungan yang asimetris antara pengirim dan penerima; d. hubungan yang tidak personal dan anonim dengan khalayak; e. hubungan dengan khalayak yang bersifat jual-beli atau diperhitungkan; f. terdapat standardisasi dan komodifikasi konten. Dari ciri-ciri di atas, tampak bahwa salah satu pembeda utama dari komunikasi massa adalah media yang dirancang untuk menjangkau banyak orang secara luas. Buku sebagai media massa tidak hanya menjangkau khalayak yang berada di satu wilayah dengan pengarang sebagai komunikator melalui produk buku cetak maupun digital. Cakupan khalayak yang sangat luas tersebut kemudian berpengaruh pada anonimitas dan khalayak pada umumnya pun tidak memiliki hubungan personal dengan komunikator. Dalam buku, pembaca hanya membaca isi buku, dan pengarang hanya menulis dan mendistribusikannya, tanpa mengidentifikasi secara spesifik siapa saja khalayaknya. 4. Pemaknaan Pesan Media Dalam proses komunikasi, pertukaran makna atau sharing of meaning merupakan salah satu aspek penting, baik dalam komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa. Pemahaman yang berbeda tentu akan menciptakan pemaknaan yang berbeda pula. Dalam komunikasi massa, tingkatannya yang lebih kompleks membuat pemaknaannya oleh khalayak juga menjadi lebih rumit. Pertukaran makna 18 Mc.Quail, Denis Teori Komunikasi Massa Denis Mc.Quail. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. hal

13 tersebut menekankan pada sejumlah poin penting terkait kompleksitas proses komunikasi, antara lain: 19 a. Kadangkala proses komunikasi berada pada tataran makna konotatif. Sementara makna konotatif akan berlainan bagi tiap-tiap orang. Pertukaran makna pada level konotatif menjadi sulit karena semua orang memiliki serangkaian pengalaman masa lalu yang berbeda. b. Ketika kita akan mengkomunikasikan sesuatu, kondisi dan situasinya harus diketahui. Seringkali standar referensi dan perbandingan juga harus dinyatakan. Misalnya kata besar, akan dipahami berlainan sesuai standar perbandingan yang digunakan. c. Makna dapat disampaikan melalui bahasa selain lisan atau tulis. Mekanisme sensor manusia berjalan secara simultan untk mengenali bentu-bentuk komunikasi nonverbal yang juga memiliki makna, seperti sentuhan, kedipan, dan sebagainya. Sebuah kalimat yang disampaikan melalui telepon akan memiliki makna berbeda ketika kalimat tersebut disampaikan secara tatap muka. Tanda-tanda nonverbal dalam percakapan tatap muka akan membawa informasi yang kemudian mempengaruhi pemaknaan pesan. d. Komunikasi makna melibatkan proses Encoding dan Decoding. Encoding adalah proses menerjemahkan gagasan dalam bentuk tanda atau simbol yang akan menentukan saluran untuk pesan. Maka proses Encoding melibatkan pilihan untuk menerjemahkan gagasan di mana hal tersebut akan menimbulkan pemaknaan berlainan oleh penerima. Sementara Decoding adalah penentuan makna oleh penerima pesan. Penerima pesan harus menafsirkan sejumlah input untuk kemudian menentukan apa makna yang disampaikan. Kadangkala penerima pesan pun bisa salah dengan melakukan pemilihan yang tidak tepat atau misinterpretasi sehingga makna pun tereduksi atau justru hilang sama sekali. 19 Baran, McIntyre, & Meyer. Op.Cit., hal

14 e. Pemaknaan juga melibatkan persepsi. Penerima pesan tidak hanya menangkap input tetapi juga memberikan label untuk kemudian menjalankan fungsi kritis dalam menginterpretasikan pesan berdasarkan label yang dibuatnya. Apabila dua orang memiliki persepsi sama, maka maknanya pun akan sama. F. Kerangka Konsep 1. Khalayak Sastra Wilbur Schramm (1954) seperti dikutip oleh McQuail, menyatakan bahwa kata khalayak telah lama diketahui sebagai istilah kolektif untuk penerima pesan dalam model sederhana proses komunikasi massa yang digunakan oleh para pelopor penelitian media. 20 Lebih lanjut McQuail menyimpulkan, khalayak adalah semua orang yang benar-benar dijangkau oleh konten media tertentu atau saluran media. Khalayak dapat juga merupakan target yang dibayangkan atau kelompok penerima yang dituju. Khalayak dapat saling tumpang tindih dengan kelompok sosial yang nyata atau publik. Selain itu, khalayak media juga bukan merupakan sesuatu yang pasti kecuali setelah diketahui melalui statistik seperti rating. Khalayak juga dapat didefinisikan menurut media atau konten yang relevan. Dengan demikian, pembaca karya sastra juga merupakan khalayak dan bisa disebut sebagai khalayak sastra (literary audience). Dalam ranah komunikasi, khalayak merupakan penerima pesan media massa. Maka, khalayak sastra adalah mereka yang membaca karya sastra sebagai media massa, yakni dalam bentuk buku cetak maupun digital, artikel di media online, maupun karya sastra yang terpublikasi di surat kabar atau majalah, yang terdistribusi oleh komunikator profesional (pengarang) dan lembaganya (penerbit, media online, surat kabar, majalah). Begitu pula dalam kajian analisis resepsi, khalayak sastra adalah mereka yang menerima, menginterpretasi, dan menggunakan karya sastra sebagai produk 20 McQuail. Op.Cit., hal

15 budaya, sehingga latar belakang budaya khalayak akan sangat mempengaruhi proses pemaknaan. Dalam penelitian ini, khalayak yang menjadi subjek penelitian juga merupakan khalayak sastra, yakni mereka yang menerima pesan dari karya sastra sebagai media massa. Karena penelitian ini membahas pesan media yang spesifik, yakni cerpen-cerpen dalam Kumpulan Cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma, maka tidak semua khalayak sastra dapat menjadi informan untuk penelitian ini. Khalayak sastra yang menjadi subjek penelitian ini tentu adalah mereka yang sudah pernah membaca Kumpulan Cerpen Saksi Mata, sehingga mereka dapat menjabarkan pemaknaannya mengenai teks tersebut. Sedangkan kategorisasi yang akan peneliti gunakan menyangkut pada latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta hal-hal lain seperti gender, kelas, dan ras. Seperti dalam penelitian-penelitian analisis resepsi yang pernah dilakukan para ahli sebelumnya, mereka juga menggunakan kategorisasi tersebut untuk dikaitkan dengan pemaknaan khalayak terhadap teks. Selain faktor-faktor yang menjadi pertimbangan peneliti seperti latar belakang sosial, peneliti juga akan mempertimbangkan praktik bermedia yang dilakukan informan sebagai salah satu faktor dasar kegiatan pemaknaan yang dilakukan khalayak. Peneliti mencoba mengamati bagaimana penggunaan karya sastra dalam kehidupan sehari-hari informan. Tidak hanya kara sastra saja, tetapi juga penggunaan media lainnya dalam kehidupan sehari-hari informan sebagai khalayak. Peneliti akan melihat bagaimana keseharian informan dengan media lain seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, internet, musik dan lain-lain. Konsumsi media yang beragam tentunya akan membawa beragam pemaknaan dari khalayak terhadap suatu teks. 2. Decoding Decoding atau dalam bahasa Indonesia disebut pengawasandian, adalah peran penerima pesan dalam menentukan makna pada pesan yang datang dari 15

16 sumber atau pengirim pesan. 21 Secara sederhana, proses Decoding terhadap pesan dapat dilihat pada bagan berikut ini: Gambar 1.1 Bagan Proses Encoding dan Decoding 22 Bagan tersebut memperlihatkan bahwa program (teks) adalah wacana yang penuh dengan makna. Encoding dilakukan oleh komunikator dan Decoding dilakukan oleh penerima pesan. Proses-proses tersebut melibatkan berbagai macam faktor seperti kerangka pengetahuan, relasi produksi dan infrastruktur teknis. Dalam posisi yang ekuivalen atau sejajar, misalnya si pengirim pesan memiliki faktor yang sama atau sejalan dengan enerima pesan, maka penerima pesan akan menerima pesan seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan. Dengan kata lain, pemahaman terjadi apabila pesan yang di- decode ekuivalen dengan pesan yang di-encode. Konsep Decoding tersebut diperkenalkan oleh sosioloh Inggris, Stuart Hall. Ia mengemukakan model komunikasi massa yang menyoroti pentingnya interpretasi aktif dalam kode yang relevan. Berbeda dari model-model komunikasi yang sebelumnya ada, di sini Hall memberikan peran signifikan pada decoder, begitu juga dengan encoder. 21 Baran, McIntyre, & Meyer. Op.Cit., hal Chandler, Daniel. Semiotic for Beginners. Diperbarui: 7 Maret Terarsip di: Diakses: 20 Februari

17 Dalam proses Decoding, Hall menyebutkan ada tiga posisi pemaknaan yang akan ditangkap khalayak saat meresepsi suatu hal yakni posisi dominant hegemonic, negotiated, opposition. Berikut ini adalah penjelasannya: a. Dominant (hegemonic) reading: posisi pembaca dominan adalah saat khalayak memaknai pesan sesuai dengan makna pembacaan utama. Dengan kata lain, khalayak akan men-decode berdasarkan kode acuan yang di-encode oleh pembuat media, sehingga khalayak akan memaknai teks sejalan dengan makna utama yang dikehendaki oleh pembuat media. b. Negotiated reading: dalam posisi yang kedua ini khalayak sebenarnya mengetahui akan makna pembacaan yang dikehendaki oleh media atau produsen, namun mereka mencoba bernegoisasi dengan adanya maksud-maksud lain dibalik makna utama yang dibuat oleh media atau produsen. c. Oppositional ( counter-hegemonic ) reading: di posisi ini, khalayak melakukan pemaknaan yang berlawanan dari makna utama yang coba di buat oleh media atau produsen. Dalam model ini, khalayak sebenarnya sadar akan pembacaan makna utama namun mereka mencoba memaknai dengan berlawanan dan menawarkan pemaknaan alternatif terhadap media tersebut. Dengan demikian, Hall berargumen bahwa preferred reading merupakan ideologi dominan dalam media teks, tetapi tidak secara otomatis diadopsi oleh khalayak. Situasi sosial khalayak akan mengarahkan mereka untuk mengadopsi pendirian lain. 23 Sebelum melakukan analisis terhadap pembacaan khalayak terhadap teks, tentunya peneliti harus mengidentifikasi preferred reading terlebih dahulu. Sejumlah ahli saat ini masih mempertanyakan cara paling tepat untuk menemukan preferred reading. Shaun Moores (1993) misalnya, ia mempertanyakan di mana 23 Chandler, Daniel. Marxist Media Theory. Diperbarui: 7 Maret Terarsip di: Diakses: 20 Februari

18 letak preferred reading, bagaimana seseorang tahu bahwa ia telah menemukannya, apakah seseorang dapat memastikan bahwa ia tidak menentukan sendiri preferred reading dalam teks, dan apakah preferred reading dapat ditemukan dalam teks. Sementara David Morley (1981) berpikir bahwa preferred reading adalah pembacaan yang sudah diperkirakan akan diproduksi oleh sebagian besar khalayak. Padahal, Justin Wren-Lewis (1983) berkomentar bahwa belum tentu pembacaan sebagian besar khalayak tersebut adalah makna esensial suatu teks. 24 Perbedaan pendapat tersebut tidak terlalu berpengaruh pada penelitian ini, karena Seno Gumira Ajidarma sebagai pengarang Kumpulan Cerpen Saksi Mata sudah menyatakan secara tertulis apa preferred reading atau ideologi dominan yang ia kehendaki dalam buku Kumpulan Cerpen tersebut. Sumber tertulis tersebut dapat diakses melalui esei-esei Seno dalam bukunya yang berjudul Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara. Dari teks pada buku tersebut, preferred reading dalam buku Kumpulan Cerpen Saksi Mata pun dapat diketahui, dan peneliti dapat menganalisis pembacaan khalayak untuk dimasukkan dalam kategori dominan, oposisi, atau neosiasi. Setelah posisi pembacaan khalayak diketahui, selanjutnya peneliti menganalisis bagaimana posisi pembacaan tersebut terbangun. Seperti banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, hal ini dilakukan dengan mengaitkan pemaknaan khalayak dengan latar belakang sosial dan faktor-faktor lainnya seperti pendidikan, ras, gender, dan pengalaman masing-masing informan sebagai khalayak. 24 Chandler, Daniel. Semiotic for Beginners. Diperbarui: 7 Maret Terarsip di: Diakses: 20 Februari

19 G. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Karakteristik utama dari penelitian kualitatif adalah fleksibilitas dalam perolehan data. Penelitian kualitatif memungkinkan spontanitas dan adaptasi dalam interaksi antara peneliti dengan partisipan studi. 25 Hal ini terlihat misalnya dari tipe pertanyaan open-ended yang memungkinkan jawaban yang bebas dan fleksibel oleh masing-masing partisipan studi. Hubungan antara peneliti dengan partisipan studi lebih informal, tidak seperti pada penelitian kuantitatif. Partisipan studi berkesempatan untuk merespon dengan lebih terperinci. Peneliti pun dapat mengembangkan pertanyaan sesuai perkembangan penelitian. Penelitian tentang penerimaan khalayak terhadap suatu pesan biasa disebut analisis resepsi. Analisis resepsi sendiri merupakan tradisi baru dalam kajian khalayak di samping studi tentang efek, uses and gratifications, dan cultural studies. Secara garis besar, dalam analisis resepsi, makna teks bukan terletak pada teks itu sendiri. Khalayak tidak menemukan makna dalam teks tetapi dalam interaksinya dengan teks. Analisis resepsi juga melibatkan faktor kontekstual yang mempengaruhi pemaknaan khalayak terhadap teks media, seperti identitas, latar belakang sosial, dan persepsi. Karena merupakan analisis resepsi yang berfokus pada penerimaan pesan dan pemaknaan, di sini khalayak dipandang memiliki kekuatan dalam memahami pesan media. Media tidak lagi dianggap berada dalam posisi yang lebih kuat daripada khalayak. Analisis resepsi biasanya menggunakan pendekatan etnografi dalam metodenya. Seperti dinyatakan oleh Morley (1992), Seiter, Borchers, Kreutzner, dan Warth (1989) yang dikutip Denis McQuail: Reception analysis is effectively the audience research arm of modern cultural studies, rather than an independent tradition. It strongly emphasized the role of the reader in the Decoding of media texts. It has generally had a consciously critical edge, in the terms discussed above, 25 Woodsong, Cynthia, Emily Namey, Greg Guest, Kathleen M. Macqueen, & Natasha Mack Qualitative Research Methods: A Data Collector s Field Guide. Research Triangle Park, NC: Family Health International. hal

20 claiming for the audience a power to resist and subvert the dominant or hegemonic meanings offered by the mass media. It is characterized by the use of qualitative and ethnographic methods. 26 Namun dalam penelitian ini peneliti tidak akan melakukan penelitian etnografi yang mendalam dalam arti observasi partisipasi secara menyeluruh, karena hal tersebut mustahil dilakukan jika mengingat aktivitas membaca merupakan aktivitas yang bersifat pribadi dan tentu akan berbeda perilaku antara sedang sendirian dan sedang diamati, sehingga tidak mungkin peneliti mengamati kegiatan membaca informan sehari-hari. Dengan demikian, penelitian ini akan menggunakan metode etnografi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian yaitu dengan cara observasi partisipasi sederhana serta menitikberatkan pada salah satu teknik penelitian dalam etnografi yang dapat memenuhi kebutuhan data peneliti, yakni wawancara mendalam. 2. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data penelitian mengenai khalayak menggunakan metode etnografi, peneliti menggunakan teknik observasi partisipan sederhana dan wawancara mendalam. Observasi partisipan sederhana bertujuan untuk membantu peneliti mengetahui perspektif populasi studi yang dalam penelitian ini merupakan subjek penelitian. Kelebihan pengumpulan data dengan observasi partisipan yakni: Data obtained through participant observation serve as a check against participants subjective reporting of what they believe and do. Participant observation is also useful for gaining an understanding of the physical, social, cultural, and economic contexts in which study participants live; the relationships among and between people, contexts, ideas, norms, and events; and people s behaviors and activities what they do, how frequently, and with whom McQuail. Op.Cit., hal Guest, Mack, Macqueen, Woodsong. Op.Cit., hal

21 Peneliti juga akan menggunakan observasi partisipan sederhana untuk memperoleh data mengenai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya khalayak beserta kesehariannya terutama dengan media dan karya sastra. Observasi partisipan sederhana dilakukan dengan mengunjungi tempat tinggal subjek penelitian, terutama untuk melihat bagaimana subjek membaca karya sastra setiap harinya. Selain tempat tinggal, alternatif lain adalah dengan mendatangi subjek di tempat di mana subjek biasa berada, misalnya di kampus bersama teman-teman subjek, kantor, atau di lokasi lain yang representatif. Dengan demikian, peneliti juga dapat mengamati bagaimana perilaku subjek dalam kesehariannya, bagaimana perannya dalam keluarga maupun masyarakat. Dalam melakukan observasi partisipan, peneliti akan menggunakan catatan lapangan (fieldnotes) guna merekam perilaku subjek secara rinci dan lengkap termasuk data diri masing-masing subjek. Peneliti tidak tinggal bersama subjek dalam waktu lama melainkan memilih waktu-waktu tertentu bersama subjek untuk melakukan pengamatan yang tidak disadari subjek karena diselingi dengan perbincangan informal yang akan mencoba menciptakan rasa nyaman antara peneliti dengan subjek. Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam bertujuan untuk mempelajari segala sesuatu yang dapat subjek paparkan mengenai topik tertentu. Dengan teknik ini, peneliti juga dapat mengembangkan pertanyaan lanjutan (follow up questions) dari jawaban yang diungkapkan subjek. Subjek diperkenankan untuk menjawab pertanyaan secara luas sebatas masih relevan dengan pertanyaan yang diajukan. Wawancara mendalam ini digunakan untuk mengetahui bagaimana subjek melakukan Decoding terhadap ketujuh cerpen dari Kumpulan Cerpen Saksi Mata yang telah dipilih sebelumnya. Subjek akan ditanyai mengenai bagaimana tanggapannya terhadap isi cerpen-cerpen tersebut yang mengandung kritik sosial. Selain itu, peneliti juga akan meminta pandangan subjek mengenai karya-karya Seno Gumira Ajidarma secara umum dan mengapa mereka membacanya. Wawancara mendalam ini dilakukan secara informal dalam kondisi yang fleksibel sesuai kenyamanan peneliti dan subjek. Wawancara dilakukan sambil lalu dengan 21

22 mengobrol yang tidak terlalu kaku sehingga diharapkan subjek dapat mengutarakan pandangannya tanpa merasa sungkan. Wawancara juga dilakukan bersamaan dengan proses observasi partisipan, terutama untuk menggali ingatan subjek mengenai perilakunya di waktu lampau. Sementara untuk memperoleh data-data pendukung lainnya, peneliti melakukan studi pustaka dari literatur seperti buku, jurnal, dan internet. Data-data pendukung ini digunakan untuk memperkuat konsep dan kerangka pemikiran yang akan dibuktikan dan diterapkan melalui penelitian. Studi pustaka ini juga menjadi pondasi awal penelitian. 3. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan hasil olahan data kualitatif yang disusun secara terinci. 28 Penelitian ini menggunakan analisis data berdasarkan model analisa interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis pada model ini terdiri atas empat komponen yang saling berinteraksi, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. 29 Penjelasan mengenai komponen tersebut sebagai berikut: a. Pengumpulan Data Tahap pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti melakukan pengambilan data melalui wawancara. b. Pemilihan Data (Reduksi Data) 28 Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hal Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta, hal

23 Pemilihan data dilakukan setelah tahap pengumpulan data selesai. Pemilihan data tersebut bertujuan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti. c. Penyajian Data Penyajian data dilakukan dengan cara menganalisis data yang telah dipilih dengan menggunakan analisis deskriptif. Peneliti melakukan deskripsi terhadap data yang diperoleh sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini. d. Pengambilan Kesimpulan Tahap terakhir adalah pengambilan kesimpulan. Pada tahapan ini maka peneliti melakukan suatu kesimpulan terhadap rumusan masalah yang ada, selain itu juga peneliti memberikan saran untuk kepentingan penelitian. 4. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah khalayak yang telah membaca buku Kumpulan Cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma, baik mahasiswa maupun pekerja yang berdomisli di Yogyakarta. Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. 30 Informan dalam penelitian ini adalah lima orang yang telah membaca buku Kumpulan Cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma. Informan yang dipilih oleh peneliti tidak seluruhnya merupakan pembaca karya sastra yang sangat aktif dan penggemar karya-karya Seno Gumira Ajidarma, namun yang terpenting mereka semua adalah pembaca sastra yang aktif (meskipun lamban) dan telah membaca secara utuh buku Kumpulan Cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma. 30 Arikunto, Suharsimi Metode Penelitian Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, hlm

24 Dengan demikian, informan mengerti isi dari cerpen-cerpen dalam buku tersebut dan peneliti dapat melakukan analisis resepsi terhadap kritik sosial pada cerpencerpen tersebut. Dalam penelitian ini informan dipilih yang memiliki latar belakang berbeda satu dengan yang lainnya. 5. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan untuk kemudahan pelaksanaan penelitian. Peneliti sendiri berdomisili di DIY. Begitu juga dengan subjek penelitian. Selain itu, dengan memilih lokasi penelitian yang sama antara peneliti dengan subjek akan menghemat biaya, tenaga, dan waktu. Peneliti juga akan lebih mudah melakukan pendekatan dengan subjek penelitian. Waktu penelitian pun bisa ditentukan secara fleksibel sesuai perjanjian dengan subjek penelitian. Akses khalayak terhadap buku bacaan dan karya sastra di DIY juga dapat dikatakan cukup baik. Terdapat sejumlah toko buku baru maupun bekas dan juga taman bacaan yang mendistribusikan buku bacaan dan karya sastra dari seluruh Indonesia bahkan dunia, dari pengarang lokal hingga internasional, penerbit indie hingga penerbit besar. DIY juga kerap menjadi tujuan utama pengarang dalam melakukan peluncuran buku maupun sekadar acara promosi lainnya. Kaum muda di DIY pun aktif dalam kegiatan sastra mulai dari komunitas kecil di kampus hingga mereka yang tergabung dalam organisasi atau klub membacasastra yang lebih terbuka. Dengan demikian khalayak sastra yang berdomisili di DIY memiliki lebih banyak kemudahan dalam memperdalam minatnya. 24

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap teks mengandung makna yang sengaja disisipkan oleh pembuat teks, termasuk teks dalam karya sastra. Meski sebagian besar karya sastra berfungsi sebagai media rekreatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Penelitian kualitatif adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Penelitian kualitatif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang didasarkan pada fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Penelitian kualitatif adalah suatu

Lebih terperinci

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Oleh Kristevel Mokoagow e-mail: kristevelmokoagow@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. penonton Tuli (DAC Jogja) dan komunitas penonton non-tuli (MM Kine

BAB IV PENUTUP. penonton Tuli (DAC Jogja) dan komunitas penonton non-tuli (MM Kine BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pada bagian ini peneliti akan menyimpulkan penerimaan penonton terhadap diskriminasi Tuli dalam Film Silenced, terhadap dua komunitas penonton Tuli (DAC Jogja) dan komunitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode reception analysis. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode reception analysis. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode reception analysis. Penelitian ini dilakukan untuk memfokuskan peneliti pada produksi tentang pemaknaan teks dan proses negosiasi makna khalayak.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang di dalamnya

Lebih terperinci

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun ) POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun 2006-2009) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Ilmu Komunikasi Oleh :

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Alex Sobur Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Daftar Pustaka. Alex Sobur Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Daftar Pustaka Buku : Aep Kusnawan, et. al. 2004. Komunikasi dan Penyiaran Islam: Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital. Bandung: Benang Merah Press.

Lebih terperinci

Makna Wanita Cantik dalam Iklan Kosmetik Wardah Versi. Di Balik Awal Mimpi

Makna Wanita Cantik dalam Iklan Kosmetik Wardah Versi. Di Balik Awal Mimpi Makna Wanita Cantik dalam Iklan Kosmetik Wardah Versi Di Balik Awal Mimpi (Studi Resepsi pada Penghuni Asrama Revolusi) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakulatas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif ini merupakan suatu cara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. (Persero) dalam konteks nasional dengan berlandaskan teori terkait, sehingga

III. METODE PENELITIAN. (Persero) dalam konteks nasional dengan berlandaskan teori terkait, sehingga 45 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena yang terjadi di dalam tubuh BUMN yaitu PT. PLN (Persero) dengan mendeskripsikan dan menganalisis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Nama : Anike Puspita Yunita NIM : D2C Judul : Persepsi Khalayak tentang Aksi Demonstrasi FPI di Surat Kabar Suara Merdeka

ABSTRAK. Nama : Anike Puspita Yunita NIM : D2C Judul : Persepsi Khalayak tentang Aksi Demonstrasi FPI di Surat Kabar Suara Merdeka ABSTRAK Nama : Anike Puspita Yunita NIM : D2C009002 Judul : Persepsi Khalayak tentang Aksi Demonstrasi FPI di Surat Kabar Suara Merdeka Pascareformasi, demonstrasi marak terjadi di berbagai daerah di tanah

Lebih terperinci

Interpretasi Pembaca Terhadap Materi Pornografi dalam. Komik Hentai Virgin Na Kankei

Interpretasi Pembaca Terhadap Materi Pornografi dalam. Komik Hentai Virgin Na Kankei Interpretasi Pembaca Terhadap Materi Pornografi dalam Komik Hentai Virgin Na Kankei SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Strata I Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN )

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN ) Poligami Dalam Film 37 ABSTRAK POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN 2006-2009) Rahmalia Dhamayanti Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. 1 Metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Di negara-negara yang banyak mengalami pergulatan politik, novel menjadi salah satu media penyampai kritik. Di Indonesia, istilah jurnalisme dibungkam sastra melawan yang dilontarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa di zaman ini telah menjadi bagian wajib dari kehidupan manusia. Sadar atau tidak, media massa telah menempati posisi penting untuk memuaskan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAP INFORMASI KASUS PENODAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MEDIA SOSIAL YOUTUBE

PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAP INFORMASI KASUS PENODAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MEDIA SOSIAL YOUTUBE PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAP INFORMASI KASUS PENODAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MEDIA SOSIAL YOUTUBE SUMMARY SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia periklanan memang telah menjadi sejarah panjang dalam peradaban manusia. Sekarang ini periklanan semakin berkembang dengan pesat dan dinamis, berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Seperti menurut Nerbuka dan Achmadi di dalam buku Metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian tentang volunterisme pemuda kota dalam KOPHI (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian analisis resepsi menekankan poin penting terhadap khalayak yang dapat memaknai sendiri teks yang dibacanya dan tidak selalu sejalan dengan apa yang menjadi ideologi

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hasilnya nanti diharapkan mampu menggabungkan dan menjabarkan fenomenafenomena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hasilnya nanti diharapkan mampu menggabungkan dan menjabarkan fenomenafenomena BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu hanyalah memaparkan situasi dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi adalah suatu pernyataan antar manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok, yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti, maka akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa, yang saat ini masih cukup diminati oleh masyarakat adalah media massa radio. Radio merupakan media komunikasi massa dua arah, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian field research (penelitian lapangan) yang bersifat deskriptif,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis resepsi. Metode analisis resepsi menurut Street adalah

Lebih terperinci

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-kota Yogyakarta merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ada tujuh sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi mempunyai definisi yaitu sebuah transmisi sebuah pesan dari sumber kepada penerima, lebih dari 50 tahun konsep komunikasi dikemukakan olehn Harold Lasswell,

Lebih terperinci

ini. TEORI KONTEKSTUAL

ini. TEORI KONTEKSTUAL TEORI KOMUNIKASI DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai

Lebih terperinci

MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK

MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK Komunikasi didefinisikan sebagai suatu proses, misalnya seorang komunikator menyampaikan pesan berupa lambang-lambang yang mengandung arti, lewat saluran tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 65 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu akan mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS PENERIMAAN MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TERHADAP NILAI-NILAI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DAN PLURALISME DALAM FILM? (TANDA TANYA) NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun Oleh : AHMAD

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Baik buruknya hasil suatu penelitian ( research) sebagian tergantung kepada metode pengumpulan data yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat penelitian penelitian lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. 1 Dimana paradigma meliputi tiga elemen yaitu epistemologi, mengajukan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan berdasarkan subjek penelitan, data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.

Lebih terperinci

researc yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan

researc yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN Metode berasal dari bahasa Yunani: methodos yang berarti cara atau jalan. Jadi metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Interaksi sosial orang dengan HIV/AIDS dalam pemudaran stigma diteliti dengan pendeketan kualitatif. Pendeketan ini dipilih karena aspek interaksi dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

Hubungan antara Kebutuhan Informasi mengenai Seks dan Intensitas Membaca Rubrik Seks dengan Kepuasan Informasi mengenai Seks di Majalah Pria Dewasa

Hubungan antara Kebutuhan Informasi mengenai Seks dan Intensitas Membaca Rubrik Seks dengan Kepuasan Informasi mengenai Seks di Majalah Pria Dewasa Hubungan antara Kebutuhan Informasi mengenai Seks dan Intensitas Membaca Rubrik Seks dengan Kepuasan Informasi mengenai Seks di Majalah Pria Dewasa Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu

Lebih terperinci

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA 8 BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA Resensi atas karya sastra berkaitan erat dengan resepsi sastra. Resensi-resensi karya sastra di surat kabar dapat dijadikan sasaran penelitian resepsi sastra. Dalam bab

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap media, didalamnya mengandung sebuah pesan akan makna tertentu. Pesan tersebut digambarkan melalui isi dari media tersebut, bisa berupa lirik (lagu), alur cerita (film),

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Modul ke: 7 Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Khalayak / Audiens Komunikasi Massa Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda.1 Adapun

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda.1 Adapun BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian berdasarkan pendekatan secara garis besar dibedakan dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai penelitian lapangan ( field research), yang bersifat analisis yaitu

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. salah satu atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu dengan benar. 2 Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. salah satu atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu dengan benar. 2 Dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Metode Penelitian Menurut Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi metode penelitian adalah Cara melakukan sesuatu dengan menggunakan sesuatu dengan fikiran seksama untuk mencapai

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkapkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan kualitatif ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian dan Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sebagai awalan dalam bahasan ini, terlebih dahulu akan diulas tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di Jogokariyan, Karangkajen Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di Jogokariyan, Karangkajen Yogyakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Jogokariyan, Karangkajen Yogyakarta. Dalam penelitian kali ini difokuskan untuk mengkaji strategi yang digunakan takmir Jogokariyan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Atau Sifat Penelitian Tipe sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penelitian baik oleh peneliti itu sendiri

BAB III METODE PENELITIAN. berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penelitian baik oleh peneliti itu sendiri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang dapat dilakukan. Ia merupakan landasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi objek, sasaran suatu ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka jenis metode penelitian kualitatif dipilih oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian. Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan untuk mengetahui Survival

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan untuk mengetahui Survival BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan untuk mengetahui Survival Media tradisional di Era Konvergensi Media adalah pendekatan penelitian kualitatif

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Komunikasi Massa dan Masyarakat. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

TEORI KOMUNIKASI. Komunikasi Massa dan Masyarakat. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Komunikasi Massa dan Masyarakat Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini penulis mengemukakan metode penelitian yang berisi tentang (1) Jenis dan pendekatan penelitian, (2) lokasi penelitian, (3) data dan sumber data, (4) prosedur pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran akan perkembangan internet di dunia yang semakin. praktis, sepertinya itulah yang menjadi trigger bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran akan perkembangan internet di dunia yang semakin. praktis, sepertinya itulah yang menjadi trigger bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran akan perkembangan internet di dunia yang semakin meningkat, dapat memancing masyarakat untuk melirik keunggulan internet dibanding media konvesional

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV) ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN ) Fathania Pritami Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh Majalah Auleea dalam mengenalkan produknya di pada segmen wanita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kinerja kepala Sekolah dan guru yang peneliti lakukan di MTs

BAB III METODE PENELITIAN. kinerja kepala Sekolah dan guru yang peneliti lakukan di MTs BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian mengenai peran supervisor madrasah dalam meningkatkan kinerja kepala Sekolah dan guru yang peneliti lakukan di MTs Satu Atap Tangkit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis yaitu paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penilitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitaif, yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

Lebih terperinci

45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Wates yang berlokasi di Desa Bendungan, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo. SMA Negeri 2 Wates di pilih

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan dapat dibuat. Pertama, hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemkab Sragen, dalam hal ini

Lebih terperinci