BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP A. Kesimpulan"

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Di negara-negara yang banyak mengalami pergulatan politik, novel menjadi salah satu media penyampai kritik. Di Indonesia, istilah jurnalisme dibungkam sastra melawan yang dilontarkan penulis Seno Gumira Ajidarma menguatkan sastra (novel) sebagai media alternatif yang memuat dokumentasi mengenai hal-hal yang tidak diberitakan oleh Pers pada zaman Orde Baru. Penulis perempuan juga melakukan hal yang sama. Ayu Utami adalah salah satu penulis perempuan yang konsisten tentang isu-isu perempuan, politik, dan sosial-kultural. Dengan berlindung pada sastra, ia menggugat nilai-nilai dalam masyarakat yang tidak adil pada perempuan dan menuliskan hal-hal yang selama ini dianggap tabu. Pada titik inilah, sastra (novel) menjadi media yang menjembatani antara penulis, pembaca, dan semesta teks yang mempengaruhi mereka. Ada tiga aspek yang saling berkaitan dalam proses pemaknaan teks novel. Teks adalah karya dari penulis novel yang mengandung pesan-pesan yang bermakna. Makna-makna itu tersimpan rapi dalam kode-kode bahasa yang termuat dalam novel. Pembuat teks adalah penulis novel yang membuat novel dengan tema dan makna tertentu. Audiens adalah mereka yang membaca dan mengapresiasi teks tersebut dengan membangun makna yang beragam sesuai kemampuan dan pengalaman mereka masing-masing. Tiga aspek ini membentuk sirkulasi. Pada titik tertentu, suatu teks dapat mengubah posisi audiens menjadi pembuat teks, dan pembuat teks menjadi audiens. Studi resepsi dalam penelitian ini menekankan pada pengetahuan audiens dalam memaknai teks. Salah satu konsep penting dalam analisis resepsi adalah encoding dan decoding yang digagas oleh Stuart Hall. Pembuat pesan menciptakan pesan dengan makna tertentu yang diharapkan dapat diterima audiens. Namun, audiens dapat memaknai teks tersebut sesuai dengan 185

2 interpretasinya yang bisa saja tidak sejalan dengan apa yang dimaksudkan oleh pembuat pesan. Konsep Hall ini digabung dengan konsep audience- workuniverse (audiens teks semesta teks) dalam pendekatan pragmatik yang digagas M.H. Abrams. Dalam memaknai suatu karya, audiens tidak dapat dipisahkan dari semesta teks atau segala sesuatu yang mempengaruhi pemaknaannya terhadap karya itu. Latar belakang budaya, agama, politik, sejarah, pribadi individu, relasi keluarga, kebiasaan bermedia, tipe media, dan sebagainya akan membentuk kerangka pemikiran audiens dalam memaknai sebuah karya. Tidak hanya itu, relasi ini membentuk sirkulasi yang memungkinkan audiens membuat teks baru berdasarkan pemaknaannya. Teks baru itu dapat berupa pemikiran baru dalam bentuk diskusi atau tulisan yang disebarkan melalui media massa. Model relasi teks Abrams dan model encoding/decoding Hall memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan relasi teks Abrams adalah membantu menjelaskan hubungan sebab-akibat antara audiens, teks, dan semesta teks. Abrams memasukkan unsur semesta teks (nature/universe) sebagai bagian penting dari proses penerimaan audiens karena membantu menelusuri faktorfaktor internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan) audiens yang mempengaruhi interpretasi dan tindakannya terhadap suatu karya. Semesta teks dapat mempengaruhi audiens dalam melakukan tindakan memproduksi teks baru atau sekedar menyimpannya sebagai sebuah diskusi. Kekurangan model relasi teks Abrams adalah belum ada pemosisian pembacaan audiens. Model Relasi teks Abrams secara umum digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat dari suatu tiruan realita (mimesis) dalam masyarakat. Kelebihan model encoding/decoding Hall adalah pemosisian pembacaan audiens yang jelas. Namun, kelebihan ini sekaligus menjadi kekurangan model ini karena penempatan audiens dalam tiga posisi tersebut sangat ketat. Hall tidak memberikan alternatif posisi yang kemungkinan muncul dalam proses resepsi audiens. Gabungan antara model relasi teks Abram dan model encoding/decoding Hall yang digunakan dalam penelitian ini mampu bersinergi dalam menjawab permasalahan penelitian yang diteliti. 186

3 Peneliti melakukan penelitian studi resepsi dengan menganalisis decoding audiens terhadap isu pernikahan dan keperawanan dalam novel otobiografi Pengakuan karya Ayu Utami. Masing-masing audiens memiliki pandangan, penangkapan, dan penafsiran sendiri yang mempengaruhi cara mereka memaknai isu yang mereka baca dari novel. Meski sebagian informan penelitian mengaku menyukai karya-karya Ayu Utami, hal itu tidak menjamin bahwa mereka menerima teks yang diajukan Ayu Utami. Keenam informan dalam posisi pembacaan baik dominan atau posisi tetap memiliki kekuatan untuk memilah mana teks yang diterima dan mana teks yang ditolak. Informan dalam penelitian ini adalah Astri, Dicky, Esti, Imran, Rina, dan Tiyar. Kesamaan di antara mereka berenam adalah masuk dalam kategori pembaca dewasa, yaitu antara usia tahun dan belum menikah, meski ada sebagian yang saat ini sudah memiliki pacar. Namun, di balik kesamaan tersebut, masing-masing informan memiliki perbedaan-perbedaan yang juga mempengaruhi cara mereka memaknai isu pernikahan dan isu keperawanan dalam novel Pengakuan. Secara umum, pemaknaan audiens dalam konsep encoding dan decoding yang dikemukakan Stuart Hall menempatkan audiens ke dalam tiga posisi yaitu dominant-hegemonic position (posisi dominan), negotiated position (posisi negosiasi), dan oppositional position (posisi oposisional). Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa audiens terbagi dalam dua posisi pembacaan, yaitu posisi dominan dan posisi negosiasi. Ketiadaan posisi oposisional disebabkan limitasi penelitian melalui kualifikasi informan yang menyempit pada pembaca karyakarya Ayu Utami. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya posisi oposisional, antara lain tradisi membaca informan yang hampir semuanya adalah pembaca berat (heavy reader) sehingga memiliki wawasan yang luas; mereka merupakan penggemar Ayu Utami yang dapat mengenali ciri khas dan posisi karya-karya Ayu Utami dibandingkan penulis lain, dan pengalaman pribadi yang menyebabkan mereka mau membaca karya-karya Ayu Utami. Dalam mengumpulkan data, peneliti memperoleh hasil pemaknaan isu pernikahan dan keperawanan berdasarkan pandangan informan sendiri. Masing- 187

4 masing posisi yang dihasilkan oleh informan tersebut merupakan kombinasi pengenalan dasar atau pemahaman menyeluruh terhadap teks serta interpretasi dan evaluasi terhadap makna berkenaan dengan kode teks yang relevan. Peneliti juga menilik bagaimana informan melihat makna yang tersirat di balik teks dan penerimaan atau penolakan audiens terhadap teks. Peneliti juga memperhatikan informan yang membuat teks baru dan menyebarkannya melalui media online sebagai tindakan mereka dalam menegosiasikan teks yang diterima. Setelah itu, peneliti menelusuri perbedaan antara pembaca yang membuat teks baru dan pembaca yang mendiskusikan teks tanpa membuat teks baru. Informan yang berada pada posisi dominan berarti sejalan, paham, dan menyetujui apa yang disampaikan oleh Ayu Utami mengenai isu pernikahan dan isu keperawanan dalam novel Pengakuan. Itu berarti informan memiliki sikap kritis dan cara pandang yang sama dengan Ayu Utami dalam menyikapi persoalan gender dalam situasi sosial saat ini. Informan yang berada pada posisi dominan juga umumnya menyukai atau menikmati hampir semua novel-novel karya Ayu Utami. Misalnya Astri dan Dicky yang mengaku sangat menyukai novel-novel Ayu Utami ternyata secara konsisten berada di posisi dominan dalam menerima isu pernikahan dan keperawanan. Informan yang berada di posisi negosiasi dapat menerima apa yang disampaikan Ayu Utami pada hal-hal tertentu saja yang sesuai pandangannya. Mereka menolak teks yang tidak sesuai dengan kondisi yang terjadi dalam kehidupan sosial-kulturalnya. Misalnya, pemaknaan informan pada isu keperawanan di mana informan menerima bahwa keperawanan perempuan tidak dinilai dari selaput dara saja tetapi di sisi lain mereka tetap menganggap bahwa keperawanan perlu dijaga untuk memasuki pernikahan. Tidak semua informan bertindak dengan cara yang sama meskipun mereka mengaku menyukai karya-karya Ayu Utami. Tidak semua informan mengoleksi secara lengkap atau membaca novel-novelnya. Tidak semua informan pernah bertemu dengan Ayu Utami atau mendatangi acara bedah buku dan seminarnya. Tidak semua juga dari mereka yang membuat teks baru sebagai tindakan terhadap teks yang mereka maknai dari novel-novel karya Ayu Utami. Beberapa informan 188

5 bahkan masih menyimpan rasa skeptis terhadap sepak terjang Ayu Utami dalam kancah kesusastraan Indonesia. Di lain sisi, kesukaan informan pada novel-novel dan pribadi Ayu Utami juga tidak lantas membuat mereka senantiasa menerima atau menyetujui sepenuhnya pesan-pesan dalam novel Pengakuan. Perbedaan dinamika pada masing-masing audiens dipengaruhi semesta teks yang di dalamnya antara lain kebiasaan bermedia audiens, pengaruh konten fiksi, dan pengalaman kultural. Namun, ketiga hal tersebut tidak cukup kuat menggerakkan audiens untuk membuat teks baru. Audiens harus memiliki motivasi reproduksi pengetahuan (reproduction of knowledge) untuk dapat menggerakkan mereka dalam membuat teks baru. Motivasi reproduksi pengetahuan ini yang menjadikan pembaca sebagai prosumer atau konsumer yang menjadi produser dalam sirkulasi penggunaan media. Dalam penelitian ini, informan yang menggebu-gebu dalam menyukai Ayu Utami berada dalam posisi dominan seperti Astri dan Dicky. Namun, ada juga informan yang mengaku menyukai Ayu Utami justru berada dalam posisi negosiasi, seperti Imran. Sementara informan yang tidak terlalu menyukai Ayu Utami, seperti Rina berada dalam posisi negosiasi. Adapun informan yang merupakan pembaca pemula seperti Esti dan pembaca yang menyukai sekaligus skeptis pada Ayu Utami seperti Tiyar yang berganti-ganti posisi pembacaan. Dalam isu pernikahan, Esti berada di posisi negosiasi, sementara Tiyar berada dalam posisi dominan. Namun, pada isu keperawanan, Esti justru berada di posisi dominan dan Tiyar berada di posisi negosiasi. Audiens juga memiliki pandangan yang beragam terkait karakter-karakter dalam novel. Karakter-karakter utama tersebut dikategorikan sebagai perempuan yang melawan nilai-nilai tradisional dan perempuan yang menganut nilai-nilai tradisional. Selain itu, adapun karakter laki-laki yang menjadi simbol patriarki dan laki-laki baru dalam relasi kesetaraan. Dari hasil penjabaran audiens, perbedaan gender tidak memberikan pengaruh terhadap pemaknaan mereka karena informan perempuan tidak selalu mendukung karakter perempuan, bahkan ada yang mengkritik, sebaliknya demikian dengan informan laki-laki. Adapun faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi pembaca untuk 189

6 bersimpati dengan karakter-karakter tersebut, antara lain: (1) Kedekatan atau proksimitas antara audiens dengan karakter tersebut; (2) Karakter menjadi representasi fantasi audiens; dan (3) Pembaca dapat menunjukkan sikap tidak bersimpati terhadap karakter-karakter apabila memiliki sikap skeptis, sikap defensif, dan karakter-karakter tersebut tidak memenuhi harapan audiens. Secara umum, posisi laki-laki dan perempuan yang ditampilkan dalam teks tidak dapat dikategorikan dalam bentuk hierarki. Pembaca yang berada dalam dikotomi lakilaki dan perempun juga memberikan pandangan yang lebih bersifat negosiasi daripada justifikasi. Dalam memaknai isu pernikahan dan keperawanan, informan menggunakan pengalaman pribadi, referensi media massa, interaksi dengan keluarga, dan berkaca pada keadaan budaya dan agama masing-masing. Faktorfaktor tersebut tentunya berbeda-beda pada tiap informan sehingga mereka memiliki pemaknaan yang beragam pula. Sebagian pemaknaan informan juga berasal dari bidang studi yang dipelajari selama menempuh pendidikan tinggi. Posisi pembacaan dari keseluruhan informan berimbang. Perbedaan gender memperlihatkan bahwa dalam isu pernikahan yang berada lebih banyak dalam posisi dominan adalah laki-laki (2:1), sementara yang berada dalam posisi negosiasi adalah perempuan (2:1). Artinya, informan laki-laki menyepakati altenatif nilai yang diajukan Ayu Utami dalam pernikahan sementara perempuan justru memperlihatkan sikap negosiasi. Dalam hal ini, budaya patriarki telah membebani laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga yang menyebabkan mereka harus berjuang dalam mencari nafkah. Di masa seperti sekarang, persaingan dunia kerja dan kerasnya hidup membuat laki-laki tertekan untuk menjadi yang utama dalam keluarga dan masyarakat. Pembagian peran dalam rumah tangga yang fleksibel membuat mereka melepaskan beban itu. Di lain sisi, budaya patriarki telah membentuk perempuan dalam ambiguitas: di satu sisi ingin mandiri, namun di sisi lain masih terlena dengan kenyamanan dan ketergantungan yang ditawarkan suami sebagai pemimpin keluarga. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi posisi dominan pembaca antara lain: (1) Loyalitas terhadap penulis, (2) Tradisi membaca, (3) Relasi dalam 190

7 keluarga, dan (4) Ideologi tentang humanisme yang menghubungkan dengan feminisme. Hal ini menunjukkan terjadi pergeseran pandangan terhadap jenis pernikahan tradisional yang hierarki (alliance marriage) menuju pernikahan yang setara dengan pembagian peran yang fleksibel (seesaw marriage). Di sisi lain, faktor-faktor yang mempengaruhi posisi negosiasi pembaca, antara lain: (1) Kurangnya loyalitas terhadap penulis; (2) Terbatasnya tema-tema novel yang dibaca, (3) Kurangnya kedekatan latar belakang (budaya, agama, ideologi, pengalaman hidup, jenis kelamin, dll) dengan penulis yang membuat audiens tidak dapat memaknai konteks yang diajukan penulis; dan (4) Adanya negosiasi antara pembaca dengan teks; (5) ideologi pembaca. Hal ini menunjukkan bahwa audiens memadukan jenis pernikahan tradisional dengan pernikahan yang setara. Dalam isu keperawanan, posisi pembacaan berkebalikan dari posisi pembacaan terhadap isu pernikahan. Perbedaan gender memperlihatkan bahwa dalam isu keperawanan yang berada lebih banyak dalam posisi dominan adalah perempuan (2:1), sementara yang berada dalam posisi negosiasi adalah laki-laki (2:1). Hal ini menunjukkan bahwa perempuan masih merasakan tekanan masyarakat terhadap idealisasi keperawanan perempuan. Di lain sisi, laki-laki meskipun menganggap bahwa selaput dara tidak penting mereka tetap menganggap keperawanan perempuan dan laki-laki harus dijaga demi kebaikan bersama. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi posisi dominan pembaca antara lain: (1) Pengaruh novel-novel tentang perempuan, khususnya yang membahas seksualitas telah membuka pandangan pembaca tentang kesadaran tubuh perempuan; (2) Tipe novel otobiografi yang membuat pembaca kurang kuat mengkritisi teks yang diajukan Ayu Utami; (3) Pengaruh budaya dan lingkungan yang memberikan pengalaman-pengalaman yang menggugah rasa keadilan audiens; dan (4) Ideologi. Hal ini menunjukkan audiens telah memisahkan konsep selaput dara dalam idealisasi keperawanan dan tidak mempersoalkan tentang keperawanan seseorang. Pembaca di posisi dominan memiliki pandangan bahwa kontrol tubuh terletak pada individu bukan pada masyarakat yang bertolak belakang dengan konsep pertukaran perempuan (exchange of women) yang selama 191

8 ini mengidealkan keperawanan perempuan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi posisi negosiasi pembaca, antara lain: (1) Novel-novel tentang isu perempuan tidak selalu dimaknai positif; (2) Pembaca lebih kuat mengkritisi teks yang diajukan Ayu Utami meskipun Pengakuan merupakan tipe novel otobiografi. Hasilnya adalah sikap negosiasi dengan mengaitkan hal-hal yang bersifat teknis dengan yang esensial; dan (3) Pengaruh budaya dan lingkungan audiens yang memberikan pertimbanganpertimbangan dalam mengambil keputusan terkait isu keperawanan. Hal ini menunjukkan bahwa pembaca tetap memegang konsep keperawanan sebagai nilai sekalipun mereka tidak lagi menganggap keperawanan sebagai tolak ukur untuk menilai seseorang. Pembaca di posisi negosiasi tetap memegang konsep pertukaran perempuan (exchange of women) namun bukan dalam pandangan untuk merendahkan perempuan atau laki-laki namun untuk menjaga posisi sosial seseorang dalam pernikahan maupun masyarakat. Novel tidak akan dianggap berpengaruh terhadap audiens tanpa adanya tindakan memaknai sebagai suatu negosiasi terhadap teks yang dimaknainya. Teks baru dapat berupa pemikiran baru dalam bentuk diskusi dan membuat teks baru dengan menggunakan media lain. Penelitian ini mengambil konsep teks baru yang kedua untuk secara spesifik ditelusuri. Dari enam informan, terdapat tiga audiens yaitu Esti, Rina, dan Imran yang membuat teks baru yaitu refleksi, resensi, dan cerpen dengan menggunakan new media yaitu blog dan cerpen. Tiga audiens yang berada dalam level diskusi dengan orang lain adalah Astri, Dicky, dan Tiyar. Berdasarkan penjabaran di atas, ada tiga faktor yang menyebabkan audiens membuat teks baru sebagai sikap negosiasinya, antara lain: (1) Audiens terpengaruh dengan teks dan pengalamannya; (2) Keinginan audiens untuk melatih diri dalam mengembangkan wawasannya; dan (3) Ada hal-hal yang menarik dalam novel yang mengundang kontroversial baik dari audiens sendiri maupun yang umumnya sudah ada dalam masyarakat. Pembuatan teks baru membuktikan keterlibatan audiens yang tidak hanya mencakup antara dirinya dengan teks tetapi dirinya dengan orang lain. Penelitian ini setidaknya menunjukkan bahwa novel yang ditulis oleh 192

9 penulis perempuan dan mengandung kritik sosial ternyata diterima dan dinegosiasikan oleh audiens. Setiap penulis perempuan yang menyampaikan pesan kritik sosial dalam karya-karyanya tentu berharap pesan tersebut tersampaikan dan diterima oleh masyarakat luas. Lebih jauh lagi, mereka juga berharap pesan kritik sosial dalam novel tersebut dapat membawa perubahan. Dalam hal ini, Ayu Utami berusaha memberikan alternatif-alternatif baru yang mengubah pandangan dalam melihat relasi antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini berada dalam area critical research dalam ilmu komunikasi yaitu penelitian yang bertujuan melakukan kritik terhadap kekuasaan, mengubah pandangan masyarakat, dan emansipatoris. Manfaat penelitian ini secara pragmatis, antara lain: (1) Menunjukkan perubahan wawasan generasi muda Indonesia dalam memandang isu pernikahan dan keperawanan; serta (2) Membantu memberdayakan dan membebaskan pandangan perempuan dan lakilaki yang terkungkung dengan nilai sosial terkait pernikahan dan keperawanan yang membelenggu. Hasil penelitian ini telah menunjukkan pandangan generasi muda yang pelan-pelan bergeser dari model pernikahan tradisional yang menempatkan peran suami lebih tinggi dari peran istri menuju model pernikahan modern yang menempatkan peran suami dan istri yang setara dan fleksibel dalam menjalankan peran-perannya. Pandangan mengenai idealisasi keperawanan perempuan yang selama ini diagung-agungkan masyarakat juga perlahan-lahan memudar. Generasi muda mulai melihat bahwa konsep idealisasi keperawanan bukan menjadi ukuran untuk menilai seseorang. Pernikahan dilihat sebagai jenjang yang dimasuki dengan penuh kesadaran bukan karena tuntutan untuk menyenangkan masyarakat sementara keperawanan berada dalam kontrol yang secara sadar dimiliki individu. Nilai idealisasi keperawanan seharusnya tidak lagi menghakimi seseorang karena pilihan-pilihan menyangkut seksualitas mereka. Isu pernikahan dan isu keperawanan dipilih karena kenyataannya kedua hal inilah yang paling banyak menimbulkan permasalahan dalam masyarakat. Ayu Utami mengatakan bahwa sastra adalah usaha mencari bentuk estetik bagi kejujuran. Keberaniannya dalam menulis sebuah novel otobiografi dengan mengangkat persoalan seksualitas dan spiritualitas telah diapresiasi oleh 193

10 audiensnya. Ada dari mereka yang berubah pandanganya dalam memandang pernikahan dan keperawanan, ada yang mendapatkan penguatan atau afirmasi atas pemikiran mereka yang ternyata sama dengan tokoh A dalam Pengakuan, dan ada juga yang mengaku sepakat tetapi masih bernegosiasi dengan realita yang ada. Penelitian ini menunjukkan dua hal utama: (1) Isu pernikahan dan keperawanan dalah novel Pengakuan telah mengubah wawasan, menguatkan pemikiran, dan memberikan alternatif nilai bagi audiens dalam memandang pernikahan dan keperawanan; (2) Adanya sikap dominan audiens dalam memaknai novel yaitu audiens senantiasa mencari titik temu atau mendamaikan antara teks yang mereka maknai, diri mereka sendiri, dan apa yang terjadi di sekitarnya. Pada akhirnya, studi-studi tentang makna menunjukkan bahwa manusia tidak mudah untuk disederhanakan. B. Saran Setelah melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya maupun untuk keperluan keilmuan lainnya, antara lain: 1. Metode pengumpulan data tidak hanya dengan in-depth interview tetapi juga menggunakan metode etnografi untuk mendapatkan hasil yang lebih luas dan menyeluruh dari relasi antara novel dan audiens. Hal ini dilakukan untuk menelusuri seberapa jauh novel sebagai media mempengaruhi pemikiran dan perilaku audiens. 2. Penelitian sejenis dengan menggunakan isu-isu lain yang berhubungan dengan keadaan sosial-kultural dalam masyarakat seperti penerimaan terhadap homoseksualitas atau toleransi dalam beragama dengan tujuan mengetahui arah perubahan wawasan masyarakat terhadap isu tersebut. 3. Keterlibatan informan yang lebih beragam dalam penelitian yang mengangkat isu pernikahan. Informan tidak saja dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan gender tetapi juga orientasi seksual. Isu pernikahan berada dalam lingkup heteronormatif sehingga perlu ada penelitian yang membuka ruang bagi konsepsi hubungan pasangan homoseksual. 194

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap teks mengandung makna yang sengaja disisipkan oleh pembuat teks, termasuk teks dalam karya sastra. Meski sebagian besar karya sastra berfungsi sebagai media rekreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian analisis resepsi menekankan poin penting terhadap khalayak yang dapat memaknai sendiri teks yang dibacanya dan tidak selalu sejalan dengan apa yang menjadi ideologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. penonton Tuli (DAC Jogja) dan komunitas penonton non-tuli (MM Kine

BAB IV PENUTUP. penonton Tuli (DAC Jogja) dan komunitas penonton non-tuli (MM Kine BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pada bagian ini peneliti akan menyimpulkan penerimaan penonton terhadap diskriminasi Tuli dalam Film Silenced, terhadap dua komunitas penonton Tuli (DAC Jogja) dan komunitas

Lebih terperinci

BAB V. Refleksi Hasil Penelitian

BAB V. Refleksi Hasil Penelitian BAB V Refleksi Hasil Penelitian 5.2.1 Implikasi Teoritis Implikasi teoritis yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu media menciptakan pesan yang disampaikan kepada khalayak dan khalayak memaknai pesan

Lebih terperinci

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun ) POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun 2006-2009) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Ilmu Komunikasi Oleh :

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap media, didalamnya mengandung sebuah pesan akan makna tertentu. Pesan tersebut digambarkan melalui isi dari media tersebut, bisa berupa lirik (lagu), alur cerita (film),

Lebih terperinci

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN )

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN ) Poligami Dalam Film 37 ABSTRAK POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN 2006-2009) Rahmalia Dhamayanti Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H.

BAB IV PENUTUP. Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H. Dini mengenai kepemilikan tubuh perempuan yang dikaji dengan menggunakan teori yang dikemukakan

Lebih terperinci

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser RESPONS TOKOH PEREMPUAN TERHADAP IDEOLOGI PATRIARKI DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN FEMINIS Sherly Yunityas ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya respons tokoh

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan dari cerpen Indonesia pengarang perempuan dekade 1970-2000-an beberapa hal berikut. Struktur

Lebih terperinci

ANALISIS RESEPSI TOKOH ANGEL DI SITKOM TETANGGA MASA GITU? Oleh: Rani Oktavia Putri ( ) AB

ANALISIS RESEPSI TOKOH ANGEL DI SITKOM TETANGGA MASA GITU? Oleh: Rani Oktavia Putri ( ) AB ANALISIS RESEPSI TOKOH ANGEL DI SITKOM TETANGGA MASA GITU? Oleh: Rani Oktavia Putri (071311533038) AB Email: niputuraniop@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini mengkaji mengenai analisis resepsi maskulinitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penilaian novel sebagai karya seni dan media sangat bergantung terhadap penerimaan audiens. Penerimaan audiens itu tidak hanya melahirkan pemaknaan yang terpaku

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN TENTANG APLIKASI TRANSPORTASI ONLINE DI SURABAYA

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN TENTANG APLIKASI TRANSPORTASI ONLINE DI SURABAYA BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN TENTANG APLIKASI TRANSPORTASI ONLINE DI SURABAYA A. Temuan Penelitian Tentang Aplikasi Transportasi Online di Surabaya Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa di zaman ini telah menjadi bagian wajib dari kehidupan manusia. Sadar atau tidak, media massa telah menempati posisi penting untuk memuaskan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

stand up comedy, perlu diketahui terlebih dahulu definisi stand up comedy. Secara definisonal oleh Greg Dean, stand up comedy adalah

stand up comedy, perlu diketahui terlebih dahulu definisi stand up comedy. Secara definisonal oleh Greg Dean, stand up comedy adalah BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini meneliti bagaimana penerimaan pasangan remaja tentang romantic relationship di video stand up comedy Raditya Dika di Youtube. Selama ini, produk-produk media baik film,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran gerakan perempuan yang ada di Yogyakarta telah dimulai sejak rejim orde baru berkuasa. Dalam tesis ini didapatkan temuan bahwa perjalanan gerakan perempuan bukanlah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berangkat dari teori konstruksionis, analisis resepsi tentang Gafatar tersebut melihat 2 hal yaitu berita tentang Gafatar yang ditulis oleh media online merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tentang perempuan pada saat ini masih menjadi perbincangan yang aktual dan tidak ada habisnya. Permasalahan berkaitan dengan perempuan seperti yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Poin penting dari analisis resepsi adalah khalayak memiliki pemaknaan yang berbeda dalam suatu teks media. Khalayak tidak lagi dipandang dapat dengan mudah terpengaruh pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah

BAB VI KESIMPULAN. Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah BAB VI KESIMPULAN Sampai pada saat penelitian lapangan untuk tesis ini dilaksanakan, Goenawan Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah Tempo dalam waktu yang relatif lama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan HALAMAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan pengaruh di kalangan penduduk di Indonesia umumnya (hlm. 213). Tradisi sebagai salah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

RESEPSI KHALAYAK PEREMPUAN YANG SUDAH MENIKAH TERHADAP POLIGAMI DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG NASKAH PUBLIKASI

RESEPSI KHALAYAK PEREMPUAN YANG SUDAH MENIKAH TERHADAP POLIGAMI DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG NASKAH PUBLIKASI RESEPSI KHALAYAK PEREMPUAN YANG SUDAH MENIKAH TERHADAP POLIGAMI DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG NASKAH PUBLIKASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana S-1 Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Nama : Anike Puspita Yunita NIM : D2C Judul : Persepsi Khalayak tentang Aksi Demonstrasi FPI di Surat Kabar Suara Merdeka

ABSTRAK. Nama : Anike Puspita Yunita NIM : D2C Judul : Persepsi Khalayak tentang Aksi Demonstrasi FPI di Surat Kabar Suara Merdeka ABSTRAK Nama : Anike Puspita Yunita NIM : D2C009002 Judul : Persepsi Khalayak tentang Aksi Demonstrasi FPI di Surat Kabar Suara Merdeka Pascareformasi, demonstrasi marak terjadi di berbagai daerah di tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya yang imajinatif, baik berupa lisan maupun tulisan. Fenomena yang terdapat di dalam karya sastra ini merupakan gambaran suatu budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

ANALISIS RESEPSI PEMBACA RAMALAN ZODIAK DI ASK FM LIGHTGIVERS

ANALISIS RESEPSI PEMBACA RAMALAN ZODIAK DI ASK FM LIGHTGIVERS ANALISIS RESEPSI PEMBACA RAMALAN ZODIAK DI ASK FM LIGHTGIVERS Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih tetap ada sampai sekarang ini. Wanita Jepang memiliki citra sebagai seorang wanita yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini membahas tentang bagaimana praktek resepsi iklan yang dilakukan oleh pelajar perokok di lingkungan geng di Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap pesan iklan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian metode penelitian, peneliti memaparkan mengenai (1) metode penelitian, (2) sumber data, (3) teknik penelitian, (4) definisi operasional. 3.1 Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan pada umumnya selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Demikian halnya dengan kesusastraan Indonesia. Perkembangan kesusastraan Indonesia sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. terlihat. Seperti yang dikutip dalam buku Feminisme : Sebuah Kata Hati bahwa

BAB I. Pendahuluan. terlihat. Seperti yang dikutip dalam buku Feminisme : Sebuah Kata Hati bahwa BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Peralatan sang tuan tidak akan dapat membongkar rumah sang tuan. Audre Lorde. Secanggih apapun kita peralatan yang kita punyai tidak akan dapat membongkar cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam. memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak

BAB V PENUTUP. Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam. memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak langsung membawa Opera Batak kepada perubahan yang berarti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Rumah Tangga merupakan sub sistem dari masyarakat yang memiliki struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah tangga peran suami

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada hakikatnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan untuk dapat melanjutkan generasi manusia secara turun-temurun. Untuk itu, antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh 180 BAB V PENUTUP Penelitian Pertarungan Tanda dalam Desain Kemasan Usaha Kecil dan Menengah ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Praktik dan Modal Usaha Kecil Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

DARI AGENDA MEDIA HINGGA AGENDA KEBIJAKAN (Catatan atas Kemampuan Media) Oleh Yoseph Andreas Gual

DARI AGENDA MEDIA HINGGA AGENDA KEBIJAKAN (Catatan atas Kemampuan Media) Oleh Yoseph Andreas Gual DARI AGENDA MEDIA HINGGA AGENDA KEBIJAKAN (Catatan atas Kemampuan Media) Oleh Yoseph Andreas Gual Masih segar dalam ingatan kita kasus penambangan batu marmer di Kabupaten TTS yang kontroversi. Juga rencana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Nama Mario Teguh agaknya sudah familiar ditelinga masyarakat, terutama bagi penonton setia Mario Teguh Golden Ways. Mario Teguh adalah figur publik yang terkenal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAP INFORMASI KASUS PENODAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MEDIA SOSIAL YOUTUBE

PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAP INFORMASI KASUS PENODAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MEDIA SOSIAL YOUTUBE PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAP INFORMASI KASUS PENODAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MEDIA SOSIAL YOUTUBE SUMMARY SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan sastra adalah cermin kebudayaan dan sebagai rekaman budaya yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran penting bahasa dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran pribadinya. Dengan kedalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2014 terdapat film independent Hollywood mengangkat isu mengenai perempuan yang bekerja di sektor publik khususnya pada kemiliteran, berjudul Fort Bliss.

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu benda budaya yang dapat ditinjau dan ditelaah dari berbagai sudut. Teks-teks sastra bersifat multitafsir atau multiinterpretasi. Isi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bandingan melibatkan studi teks-teks antarkultur atau budaya. Terdapat hal penting yang merupakan pola hubungan kesastraan. Bagian tersebut seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa peran perempuan pengarang dalam sejarah sastra Indonesia masih sukar untuk dipetakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abidah El Khalieqy (AEK) adalah pengarang yang kreatif, memiliki daya imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak pembacanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI Analisis Semiotika John Fiske pada Tayangan TVC Tri Always On versi Perempuan SKRIPSI Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci