MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN SILVERIUS SIMATUPANG. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT. Sari Aditya Loka I (PT. Astra Agro Lestari Tbk) Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. (Dibimbing oleh ENDAH RETNO PALUPI dan SUWARTO) Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah terutama sebagai penghasil devisa bagi negara. Luas pertanaman dan produksi tanaman kelapa sawit mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kegiatan pemupukan memberikan kontribusi yang sangat tinggi dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan, karena tanaman kelapa sawit sangat responsif terhadap pemupukan. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. Selain itu, tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit, mencakup efisiensi pemupukan yang dilakukan oleh tenaga kerja pemupukan. Data yang diperoleh dalam kegiatan magang ini adalah data primer (metode langsung) dan data sekunder (metode tidak langsung). Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan. Data primer yang diperoleh pada kegiatan pemupukan meliputi jenis pupuk yang digunakan, jumlah pupuk, luas lahan yang dipupuk dan ketepatan kerja pemupukan. Data sekunder yang diperoleh dengan mengumpulkan data laporan kebun dari kantor kebun. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi: (1) data kondisi kebun yang meliputi areal, jenis tanah, topografi lahan, kondisi populasi tanaman, produksi dan produktivitas lima tahun terakhir, data curah hujan sepuluh tahun terakhir, serta data realisasi pemupukan lima tahun terakhir; (2) standar dan target kebun meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi, dan tenaga kerja; (3) organisasi dan manajemen seperti: struktur organisasi, jumlah dan status karyawan; dan (4) sarana dan prasarana kebun.

3 Kegiatan pemupukan yang dilakukan di PT SAL I belum optimum sehingga belum mampu meningkatkan produktivitas tanaman sesuai potensi produktivitasnya. Kegiatan pemupukan dilakukan sesuai dengan POB yang ditetapkan, yaitu: 1). menerapkan sistem gang, yaitu saat pemupukan dilakukan pada satu area dan tidak boleh dilakukan di area lain dalam hari yang sama, 2). melakukan penguntilan, yaitu mengemas pupuk dengan dosis until untuk enam pohon per untilan, 3). menggunakan alat takar yang sesuai jenis dan dosis pupuk, 4). melakukan pelangsiran pupuk secara keseluruhan kedalam blok kemudian melakukan penaburan pupuk, serta 5). penaburan pupuk yang dimulai dari tengah blok (jalan kontrol). Berdasarkan pengamatan, pupuk yang diaplikasikan pada tahun 2007 dan 2008 belum sesuai dengan rekomendasi dari R&D, akan tetapi pada tahun 2009 telah diaplikasikan secara tepat pada tempat yang sesuai dan dosis yang tepat dengan adanya alat takar dan untilan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemupukan di PT. SAL I sudah memenuhi tepat jenis, cara, dan tepat tempat. Ketepatan dosis dan waktu masih perlu ditingkatkan, karena pemupukan pada tahun 2007 dan 2008 masih dibawah nilai rekomendasi yang telah ditetapkan dan pemupukan pada bulan dengan curah hujan diatas 200 mm mengakibatkan terjadinya pencucian (leaching) oleh air hujan, sehingga tidak efektif.

4 MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor SILVERIUS SIMATUPANG A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul Nama NRP : MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI : SILVERIUS SIMATUPANG : A Menyetujui: Pembimbing I Pembimbing II (Dr. Endah Retno Palupi, MSc.) NIP: (Dr. Ir. Suwarto, MSi.) NIP: Mengetahui: Ketua Departemen (Dr.Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr) NIP: Tanggal Lulus :...

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Silverius Simatupang, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Sabar Simatupang dan Ibu Rosdiana Rajagukguk. Penulis dilahirkan di kota Tebingtinggi Deli, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 1 Nopember Pendidikan dasar ditempuh pada tahun 1993 di SD swasta Katolik Cinta Kasih Tebingtinggi. Kemudian pada tahun 1999, melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Swasta Katolik Cinta Kasih Tebinggtinggi Deli. Pada tahun 2002, penulis diterima di SMAN 2 plus Matauli Sibolga, pada tahun 2003 pindah ke SMAN 2 Tebingtinggi Deli dan lulus pada tahun Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Setelah mengikuti Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun, pada tahun 2006 penulis diterima masuk ke Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah, penulis ikut aktif dalam Unit Kegiatan mahasiswa (UKM) Keluarga Mahasiswa Katolik (Kemaki) pada tahun Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Agama Katolik pada tahun , dan asisten mata kuliah Dasar dasar Agronomi pada tahun Tugas akhir di perguruan tinggi penulis selesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul Manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT. Sari Aditya Loka I (PT. Astra Agro Lestari Tbk), Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

7 KATA PENGANTAR Skripsi ini berjudul Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT. Sari Aditya Loka I (PT. Astra Agro Lestari Tbk) Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi sebagai tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tuaku (Sabar Simatupang dan Rosdiana Rajagukguk), kakak (Sonya Sartika Simatupang) dan adikku (Sabrina Armaya Simatupang). 2. Dr. Endah Retno Palupi, MSc. dan Dr. Ir. Suwarto, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi I dan II. 3. Keluarga besar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Tim Pendamping, Keluarga Mahasiswa Katolik Institut Pertanian Bogor (KEMAKI), Komisi Pendidikan Keuskupan Bogor, dan Yayasan Bhumiksara yang memberi ilmu, pendampingan, dan beasiswa sehingga penulis dapat menjalani kuliah. 4. Direksi PT. SAL I (PT. Astra Agro Lestari Tbk.) yang menyediakan tempat magang. Bapak Cahyo Kurniawan W. (Administratur), Bapak Sugito, Bapak Frederik Wirawan Sinurat, Bapak Hendi Wijayanto, Bapak Usmadi, Bapak J. Marbun, Bapak Rachmat dan Bapak Sairin Parta yang memberi bimbingan serta arahan selama magang. 5. Teman teman seperjuangan dalam magang: Jimmi Alberto, Ahmad Furqon, Muardi Marwas, dan Rina Febriana. 6. Sahabatku: Budi, Adhi, B. Siena, Immanuel, Anton, Rismanto, Dessy, Yolanda, Lenny, Agnes, Meyrita, dan Ryta Melati Dewi. Semoga skripsi ini mempunyai manfaat bagi penulis serta semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Januari 2010 Penulis

8 DAFTAR ISI halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Magang... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani Kelapa Sawit... 3 Budidaya Kelapa Sawit... 5 Pembibitan... 5 Persiapan areal dan Penanaman... 6 Pemeliharaan... 8 Pemupukan Kelapa Sawit... 9 METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Keadaan Iklim dan Tanah Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan Produksi dan Keadaan Tanaman Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma a. Pengendalian Gulma Secara Manual b. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi Pemupukan Aspek Manajemen Pemupukan Pengambilan Sampel Daun Analisis hara Rekomendasi Pemupukan Final Lembar Pemesanan Pengadaan pupuk dan Pembelian Pengiriman Aplikasi pupuk Aspek Teknis Pemupukan... 30

9 viii Administrasi Pemupukan Sensus Produksi Pemanenan a. Kriteria Panen b. Sistem Panen c. Pengangkutan Aspek Manajerial Pendamping Mandor/Mandor I a. Mandor Pemupukan b. Mandor Pemanenan Pendamping Asisten PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma a. Pengendalian Gulma Secara Manual b. Pengendalian Secara Kimiawi Pemupukan Perencanaan Pemupukan Pelaksanaan pemupukan Biaya Pemupukan Ketepatan Pemupukan dengan Prinsip Lima Tepat Tepat Waktu Tepat Jenis Tepat Dosis Tepat Cara Tepat Tempat Realisasi Pemupukan dan Produktivitas Sensus Produksi Pemanenan Aspek Manajerial Pendamping Mandor a. Mandor Pemupukan b. Mandor Pemanenan Pendamping Asisten KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 65

10 Nomor DAFTAR TABEL halaman 1. Jarak Tanam, Jarak Antar Baris dan Kerapatan Tanaman per Hektar Jenis Pupuk/Limbah Organik di Perkebunan Kelapa Sawit Kisaran Dosis dan Jumlah Aplikasi Pupuk Kelapa Sawit TBM pada Umur Tertentu (kg/pohon/tahun) Kisaran Dosis dan Jumlah Aplikasi Pupuk Kelapa Sawit TM pada Umur Tertentu (kg/pohon/tahun) Areal Konsensi dan Jumlah Tanaman Produksi PT. SAL I Rekapitulasi Produksi dan Produktivitas TBS Kebun Inti PT. SAL I Kondisi Tanaman Kebun Inti PT. SAL I Jumlah Karyawan Staf dan Non-staf PT. SAL I tahun Fraksi Panen Ketepatan Dosis Untilan Pupuk RP pada Mei Prestasi Tenaga Kerja Penabur Biaya Material Pupuk Kebun Inti PT. SAL I Tahun Biaya Tenaga Kerja Rawat Kebun Inti PT. SAL I Tahun Anggaran Pemupukan Kebun Inti PT. SAL I Jenis Pupuk yang Digunakan di PT. SAL I Ketepatan Cara Kerja pada Pemupukan Kaptan (2 kg/tanaman) Ketepatan Cara Kerja pada Pemupukan RP (1.5 kg/tanaman) Realisasi Pemupukan Kebun Inti Murni PT. SAL I Produktivitas Kebun Inti Murni PT SAL I... 55

11 DAFTAR GAMBAR Nomor halaman 1. Pengendalian Gulma Secara Manual Pengendalian Gulma Secara Kimiawi (CPT chemist) Wiping Lalang: a. Aplikasi; b. Kain dan Sarung Tangan Siklus Manajemen Pupuk Susunan Untilan yang Sudah Diberi Label Takaran Pupuk untuk Berbagai Dosis Pupuk RP Kegiatan Pemupukan: a. pelangsiran; b. Penaburan Pupuk Pengumpulan Karung Untilan Pemanenan Buah Kelapa Sawit Curah Hujan Rataan Bulanan (Tahun ) di Kebun PT. SAL I... 51

12 Nomor DAFTAR LAMPIRAN halaman 1. Jurnal harian Kegiatan Magang sebagai Pekerja harian Lepas (PHL) Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten/Kepala Afdeling Peta Lokasi Kebun PT. SAL I Data Curah Hujan PT. SAL I ( ) Struktur Organisasi PT. SAL I Rekomendasi Kebutuhan Pemupukan pada Kebun Inti Murni Rata Rata Kebutuhan Pemupukan pada Kebun Inti Murni Surat Permintaan Material (SPM) Berita Acara Pemupukan Blok Tuntas Blangko Sensus Produksi Blangko Kupon Panen Surat Pengantar Buah Sampel Penentuan Dosis Rekomendasi Afd OD Tahun Potensi Produktivitas Tanaman Berdasarkan Kelas Lahan... 86

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa non-migas terbesar setelah karet dan kopi (Sastrosayono, 2003) Kelompok pengusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia ada tiga, yaitu perkebunan rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Setiap perkebunan memiliki pola pemasaran produk kelapa sawit yang berbeda. Pemasaran produk kelapa sawit pada PBN dilakukan secara bersama melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB). Produksi minyak kelapa sawit (CPO) dalam negeri diserap oleh industri pangan terutama industri minyak goreng dan industri non-pangan seperti industri kosmetik dan farmasi, namun potensi pasar yang paling besar adalah industri minyak goreng. Potensi tersebut dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk yang berimplikasi pada pertambahan kebutuhan pangan terutama minyak goreng (Fauzi et al., 2002). Areal perkebunan kelapa sawit dibedakan menjadi perkebunan rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pada tahun 2007 luas areal perkebunan rakyat adalah ha dengan total produksi ton/tahun, perkebunan negara ha (total produksi ton/tahun), dan perkebunan besar swasta ha dengan total produksi ton/tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2008). Jenis tanaman kelapa sawit hibrida saat ini sangat responsif terhadap pemupukan. Oleh karena itu, untuk mencapai produktivitas yang optimal, pemupukan pada tanaman kelapa sawit memegang peranan sangat penting, lebih dari 50% biaya tanaman digunakan untuk pemupukan (Hakim, 2007). Menurut Lubis (1992), pemupukan maksimal diperoleh pada bulan bulan dengan curah hujan (CH) berkisar mm yaitu pada curah hujan sedang sedangkan Hakim (2007) menyatakan bahwa pemupukan dapat dilakukan apabila curah hujan di areal tersebut sekitar 100 mm/bulan. Hakim (2007) menambahkan

14 2 bahwa pemupukan yang dilakukan saat curah hujan diatas 100 mm/bulan dapat menyebabkan kehilangan pupuk akibat erosi. Pemupukan lebih baik dilakukan pada bulan kedua atau ketiga setelah musim penghujan, karena akar akar rambut telah pulih kembali akibat kekeringan. Manajemen pemupukan adalah pengelolaan sumber daya secara efektif untuk mencapai proses pemupukan yang telah ditentukan. Tujuan manajemen pemupukan adalah menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan pemupukan untuk mencapai pemupukan yang efisien dan efektif. Manajemen pemupukan penting untuk dipelajari karena potensi genetik yang baik tidak tereksplorasi optimal jika persyaratan untuk tumbuhnya tidak terpenuhi. Oleh karena itu pupuk dan pemupukan merupakan faktor penting dalam upaya mencapai produktivitas yang tinggi, terutama dalam memenuhi persyaratan ketersediaan unsur hara (Mangoensoekarjo, 2007). Dengan melakukan magang manajemen pemupukan diharapkan penulis dapat mempelajari manajemen pemupukan sesuai prosedur operasional baku yang dijalankan perusahaan. Tujuan Magang Adapun tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah : 1. Meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa sesuai kompetensinya agar dapat memahami dan menghayati proses kerja secara nyata. 2. Meningkatkan kemampuan teknis lapangan dan manajerial dalam melaksanakan kegiatan. Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit yang meliputi efisiensi pemupukan yang dilakukan oleh tenaga kerja pemupukan.

15 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam, ordo Palmales; Famili Palmae; Sub-famili Cocoidae; Genus Elaeis; Spesies: 1. Elaeis guineensis Jacq. (kelapa sawit Afrika) dan 2. Elaeis melanococca atau Corozo oleifera. Varietas/tipe dibedakan berdasarkan: 1. tebal tipisnya cangkang (endocarp) yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera, dan 2. warna buah yaitu Nigrescens, Virescens dan Albescens (Setyamidjaja, 1998). Tipe dura memiliki daging buah (mesocarp) yang tebalnya 2-6 mm, sedangkan cangkang (pericarp) tebal (2-5 mm). Pisifera memiliki daging buah yang tebal (5-10 mm) tetapi tidak memiliki cangkang. hasil persilangan Dura dan Pisifera disebut Tenera yang memiliki daging buah yang tebal (3-10 mm) dan cangkang yang tipis dengan ketebalan mm (Adiwiganda, 2007). Menurut Pahan (2008) buah nigrescens berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam hitaman pada waktu matang. Tipe buah nigrescens hampir dominan ditemukan pada varietas tenera yang ditanam secara komersial di Indonesia. Buah virescens berwarna hijau pada waktu muda dan ketika matang warnanya berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijau hijauan. Buah albescens berwarna keputih putihan, sedangkan setelah matang berubah menjadi kekuning kuningan dan ujungnya tetap kehijau hijauan. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) daun pertama yang keluar pada stadium benih berbentuk lanset (lanceolate), beberapa minggu kemudian terbentuk daun berbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu (pinnate) atau menyirip. Pahan (2008) menyatakan bahwa daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut: a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib). b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat. c. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang. d. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai pelindung kuncup bunga dan memberi kekuatan pada batang. Batang mempunyai tiga fungsi utama, yaitu 1. sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah; 2. sebagai sistem pembuluh yang mengangkut

16 4 hara dan air dari akar keatas serta hasil fotosintesis dari daun kebawah; serta 3. kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2008). Pembengkakan pangkal batang (bole) terjadi karena ruas batang dalam masa awal pertumbuhan tidak memanjang, sehingga pangkal-pangkal pelepah daun yang tebal berdesakan. Bongkol batang ini membantu memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Pemanjangan batang berlangsung lambat, tinggi pohon bertambah cm per tahun (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005; Pahan, 2008). Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira-kira umur tahun sehingga setelah itu bekas pelepah daun mulai rontok (Pahan 2008). Lubis (1992) menyatakan bahwa dari akar primer tumbuh akar sekunder yang tumbuh horisontal dan dari akar sekunder tumbuh akar tersier dan kuarter yang berada dekat pada permukaan tanah. Akar tersier dan kuarter yang paling aktif mengambil air dan hara dari dalam tanah. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) dari pangkal batang (bole) tumbuh akar primer yang ribuan jumlahnya. Akar primer yang mati segera diganti dengan yang baru. Diameter akar primer berkisar antara 8 dan 10 mm, panjangnya dapat mencapai 18 m, akar sekunder tumbuh dengan diameter 2-4 mm, akar tersier tumbuh dengan diameter 0,1-0,5 mm dengan panjang 1-4 mm. Pahan (2008) menyatakan bahwa sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur bulan, sebagian dari tandan bunga akan gugur sebelum atau sesudah antesis. Kelapa sawit adalah tumbuhan berumah satu (monoecious), artinya tandan bunga (inflorescence) jantan dan betina berada pada satu pohon, tetapi tidak dalam tandan yang sama. Semua bakal tandan bunga berisikan bakal bunga jantan dan betina, namun pada awal perkembangannya salah satu jenis kelamin menjadi rudimenter dan berhenti tumbuh, sehingga yang berkembang hanya satu jenis kelamin saja (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang

17 5 buah 2 5 cm, beratnya sampai 30 gram. Bagian bagian buah terdiri atas eksokarp atau kulit buah, mesokarp atau sabut, dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas endokarp atau cangkang, dan inti (kernel). Inti sendiri terdiri atas endosperm (endosperm) atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), haustorium dan bakal akar (radicle). Budidaya Kelapa Sawit Kegiatan budidaya kelapa sawit adalah kegiatan yang harus dilaksanakan mulai dari pratanam hingga pasca panen, berikut beberapa kegiatan dalam budidaya kelapa sawit. Pembibitan Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul merupakan modal dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Hakim (2007) menambahkan bahwa pembibitan dibagi dua jenis berdasarkan sifatnya, yaitu: pembibitan permanen dan pembibitan terpisah. Pada pembibitan permanen kegiatan menjadi lebih efisien karena semua kegiatan terpusat di satu tempat, sehingga pengawasan akan lebih mudah. Kendala pembibitan permanen, top soil harus diambil dari luar areal pembibitan karena habis digunakan untuk mengisi polybag kecil dan besar yang ada di areal. Menurut Lubis (1992), beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki oleh calon lahan untuk pembibitan, antara lain : 1. Dekat dengan sumber air dan bebas dari banjir. 2. Mudah diawasi dan dikunjungi. 3. Dekat dengan areal untuk penanaman dan mudah dijangkau 4. Tanahnya cukup top soil, subur dan gembur. 5. Letaknya berdekatan dengan sumber tenaga kerja. 6. Areal datar sampai dengan agak bergelombang. 7. Perencanaan luas bibitan disesuaikan dengan rencana penanaman.

18 6 Persiapan areal dan Penanaman Lubis (1992) mengemukakan bahwa kegiatan untuk persiapan areal dan penanaman terdiri atas: merintis dan mengukur, pembukaan areal, pemberantasan alang-alang, penanaman penutup tanah, pengajiran, pembuatan petakan, dan pembuatan lubang tanam. Bersamaan dengan kegiatan tersebut, biasanya dilakukan pembuatan jalan dan sarana penunjang lainnya. Kegiatan survei di lapangan dilakukan untuk mengetahui: bentuk areal, batas-batas areal, topografi tanah, jenis vegetasi dan keadaan lapangan lainnya sebagai pedoman perencanaan kegiatan selanjutnya dalam bentuk peta yang lebih terinci. Pembukaan areal mencakup babat pendahuluan, pengimasan dan penebangan pohon. Babat pendahuluan dan pengimasan dilakukan dengan membersihkan semak belukar dan pohon kecil yang berdiameter 10 cm, sedangkan penebangan pohon dilakukan dengan gergaji (chain saw) atau kapak pada pohon berdiameter lebih dari 10 cm (Lubis, 1992). Petakan pada areal dengan kemiringan lahan mencapai 20, dibuat dengan sistem teras untuk mengurangi erosi dan memperbesar daya infiltrasi air ke tanah (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Lebar teras dibuat berkisar tiga sampai empat meter, sedangkan lebar penghubung antartanaman satu meter (Pahan, 2008). Pahan (2008) menyatakan bahwa untuk mendapatkan pertanaman yang teratur, sebelum penanaman bibit di lapangan dilakukan pengajiran untuk mengatur jarak tanam, jarak antar baris dan kerapatan tanaman (Tabel 1). hal ini berguna dalam menentukan tempat bibit akan ditanam serta jalan dan sarana lainnya akan dibuat.

19 7 Tabel 1. Jarak Tanam, Jarak Antar Baris dan Kerapatan Tanaman per Hektar Jarak tanam (m) Jarak antar baris (m) Kerapatan tanaman/ha 8,8 8,8 8,8 7, ,0 9,0 9,0 7, ,2 9,2 9,2 7, ,5 9,5 9,5 8, ,0 10,0 10,0 8, Sumber: Pahan (2008) Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) sebelum penanaman, lubang tanam sudah harus disiapkan minimal dua minggu sebelumnya. Lubang tanam dibuat dengan ukuran cm. Sewaktu menggali lubang, tanah atas (topsoil) diletakkan di sebelah kanan dan tanah bawah (subsoil) di sebelah kiri. Untuk setiap blok penanaman harus dibuat satu peta. Pahan (2008) menambahkan bahwa pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual dan mekanis dengan menggunakan post hole digger. Sistem tanam yang dianjurkan yaitu membuat lubang tanam satu bulan sebelum tanam. Selain untuk tempat meletakkan bibit di lapangan, pembuatan lubang tanam juga bertujuan untuk menggemburkan struktur tanah sehingga penyerapan unsur hara yang diberikan menjadi lebih cepat dan mudah tersedia bagi tanaman. Sebelum penanaman dilakukan penanaman penutup tanah kacangan (PTK) atau legume cover crop (LCC) di gawangan untuk mencegah limpasan air permukaan serta pertumbuhan alang-alang (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Kebutuhan benih campuran penutup tanah kacangan sebanyak 10 kg/ha (Hakim, 2007). Dengan kebutuhan benih sebanyak 10 kg/ha maka dibutuhkan empat kilogram Pueraria javanica (PJ), empat kilogram Calopogonium mucunoides (CM), dan dua kilogram kg Centrosema pubescens (CP) dengan perbandingan PJ:CM:CP sebesar 2:2:1 (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Pupuk NPK ( ) dengan dosis 30 gram untuk tiap enam meter jalur pada umur satu minggu setelah perkecambahan biji digunakan untuk pemeliharaan. Pemupukan dilakukan saat daun LCC dalam kondisi kering, karena bila dalam kondisi basah akan mengakibatkan daun terbakar. Penaburan rock phosphate (RP) masing masing

20 8 dengan dosis 80 kg/ha pada umur tiga bulan; 120 kg/ha pada umur enam bulan; dan selanjutnya diberikan setiap tahun selama dua tahun dengan dosis kg/ha (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) menyatakan bahwa dua minggu sebelum tanam dilakukan pemotongan akar bibit yang keluar dari kantung plastik. Pangkal batang bibit kelapa sawit harus rata dengan permukaan tanah, karena bila terlalu dalam, pertumbuhan pohon akan terhambat, sedangkan jika terlalu dangkal maka pohon akan tumbuh miring. Dasar kantung plastik dan salah satu pinggirnya ditoreh dengan pisau atau silet. Polybag dimasukkan ke dalam lubang tanam, setelah berada di lubang tanam, kantung plastik dilepaskan secara hati-hati dan dikeluarkan dari lubang tanam. Penimbunan dilakukan secara bertahap, subsoil kemudian topsoil. Pada saat penanaman dilakukan pemupukan dengan pupuk rock phosphate (RP) sebanyak 500 gram/lubang tanam, dengan cara setengah bagian dimasukkan ke dasar lubang dan sisanya dicampur dengan topsoil. Tanah di sekitar bibit dipadatkan dengan tangan mulai dari tepi menuju tengah lubang (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Pemeliharaan Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) kegiatan pemeliharaan meliputi: penyulaman, kastrasi, pengendalian HPT, pengendalian gulma, dan penunasan, dan pemupukan (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Hakim (2007) menyatakan bahwa penyulaman dilakukan setelah melihat hasil sensus pohon setiap tahun pada areal TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Tanaman yang perlu disulam adalah TBM tahun I dan TBM tahun II. TBM tahun III dapat disulam jika daerah yang harus disulam terdapat di areal yang cukup luas atau mengelompok. Kastrasi pada TBM adalah kegiatan membuang bunga baik jantan maupun betina yang dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga sampai dengan enam bulan sebelum tanaman dipanen. Kastrasi dilakukan sebulan sekali. Kastrasi bermanfaat untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif, keseragaman tanaman dan meningkatkan kandungan minyak pada mesocarp (Hakim, 2007).

21 9 Upaya mendeteksi hama dan penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus dilaksanakan, untuk mempermudah tindakan pencegahan dan pengendalian. Deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang tidak terkendali/terduga. Biaya pengendalian melalui deteksi dini jauh lebih rendah daripada pengendalian serangan hama/penyakit yang sudah menyebar luas (Pahan, 2008). Menurut Hakim (2007), pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis (fisik), biologis atau kimiawi (pestisida). Selanjutnya Pahan (2008) menambahkan bahwa penyakit yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya penyakit daun di pembibitan, penyakit busuk pangkal batang (ganoderma), penyakit busuk tandan buah (Marasmius), dan penyakit pucuk busuk (spear rot). Adapun hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya ulat api dan ulat kantung, tikus, rayap, larva kumbang pemakan daun (Apogonia dan Adoretus), serta babi hutan. Pahan (2008) menyatakan bahwa pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman utama dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman utama harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman utama. Menurut Hakim (2007) pemangkasan daun atau penunasan dilakukan secara periodik untuk membuang pelepah yang kering dan lebih rendah. Pahan (2008) menambahkan bahwa tujuan dari penunasan adalah: mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memanen tandan buah segar yang matang), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Pemupukan Kelapa Sawit Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur unsur yang diperlukan oleh tanaman, sedangkan pemupukan adalah proses, cara, perbuatan memupuk (Pusat Bahasa, 2008). Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dibagi atas unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Ada enam unsur hara makro, yaitu Nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Unsur mikro

22 10 dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Namun, unsur ini harus selalu tersedia di dalam jaringan tanaman. Unsur mikro itu adalah besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), boron (Bo), Molibdenum (Mo), klorida (Cl), dan seng (Zn) (Pahan, 2008). Nitrogen (N). Sebagian besar senyawa kimia tumbuhan mengandung nitrogen. Protein dan enzim tersusun atas asam amino yang mengandung nitrogen. Kekurangan nitrogen memberikan gejala perubahan warna daun daun bawah menjadi kekuningan (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Tanaman mengabsorpsi nitrogen dalam bentuk nitrat (NO - 3 ), walaupun ternyata ammonium (NH + 4 ) dapat juga langsung diabsorpsi tanaman. Efisiensi relatif absorpsi ammonium dan nitrat dipengaruhi oleh ph tanah (Hakim, 2007). Fosfor (P). Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) fosfor merupakan bagian dari senyawa yang mengatur pertumbuhan tanaman. Asam nukleat dan senyawa yang mengatur pernapasan dan pematangan juga mengandung fosfor. Kekurangan fosfor menghambat pertumbuhan tanaman. Pahan (2008) menambahkan bahwa unsur fosfor diserap tanaman dalam bentuk kation P 5+. Kalium (K). Fungsi utama kalium adalah sebagai katalisator (pendorong dan mempercepat reaksi reaksi biokimia). Fungsi lainnya untuk mengatur kegiatan fotosintesis, transpirasi, serta reaksi biokimia dalam daun dan titik tumbuh. Kekurangan kalium dapat mengurangi produksi buah (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Unsur kalium (K) diserap oleh tanaman dalam bentuk kation K + (Pahan, 2008). Magnesium (Mg). Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) menyatakan bahwa magnesium merupakan bagian dari molekul klorofil dan berasosiasi dengan fosfor (P) dalam proses pembentukan senyawa senyawa fosfolipid yang merupakan bagian dari minyak yang diproduksi. Kekurangan magnesium ditandai dengan gejala klorosis (warna kekuningan). Magnesium dari jaringan tua ditransfer ke jaringan yang lebih muda, sehingga gejala klorosis terlihat pada daun daun tua (daun bawah). Pahan (2008) menambahkan bahwa magnesium diserap oleh tanaman dalam bentuk kation Mg 2+. Belerang (S). Belerang merupakan bagian dari protein, penelitian tentang belerang masih kurang karena kasus kekurangan belerang jarang ditemui dimana

23 11 unsur belerang sudah tersedia dalam pupuk lain seperti pupuk ZA (ammonium sulfat) (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Unsur belerang diserap oleh tanaman dalam bentuk anion SO 2-4. Defisiensi unsur belerang (S) terjadi pada daun kelapa sawit yang termuda dengan gejala yang terjadi yaitu daun menjadi hijau kekuningan dengan tulang daun kekuning kuningan (Pahan, 2008). Kalsium (Ca). Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) kalsium merupakan bagian dari dinding sel dan kandungan kalsium terbesar terdapat pada daun. Kalsium berguna untuk menjaga membran membran dalam sel tetap berfungsi; berperan dalam bagian bagian meristem tanaman; dan mendorong pertumbuhan akar. Kalsium memiliki kemampuan menekan aktivitas kalium (K) dan mempengaruhi penyerapan unsur nitrogen. Pahan (2008) menambahkan bahwa unsur kalsium (Ca) diserap oleh tanaman dalam bentuk kation Ca 2+. Unsur hara yang diberikan kepada tanaman kelapa sawit pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Bahan organik memberikan unsur hara bagi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah (Tabel 2). Menurut Adiwiganda (2007) pupuk organik (hayati) yang berasal dari limbah padat berupa tandan buah kosong dan limbah cair dari kelapa sawit digunakan untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Pahan (2008) menambahkan bahwa umumnya bahan organik merupakan produk limbah sehingga tersedia secara murah, terutama bila diaplikasikan dekat dengan tempat pembuatannya. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) pemupukan pada tanaman kelapa sawit tidak mengikuti formula pemupukan yang umum. Jenis tanah, tingkat kesuburan, sifat kimia dan fisika tanah, faktor iklim dan lain lain bervariasi antar lokasi tanaman yang satu dengan yang lain, sehingga formula pupuknya akan berbeda beda dan bersifat spesifik untuk tiap lokasi. Disamping itu potensi genetik, umur tanaman dan cara kultur teknik yang diterapkan juga turut mempengaruhi jenis dan dosis pupuk untuk suatu periode tertentu (Tabel 3 dan Tabel 4).

24 12 Tabel 2. Jenis Pupuk/Limbah Organik di Perkebunan Kelapa Sawit No Sumber pupuk/limbah Jenis Pupuk/Limbah Bentuk 1 Limbah a. Sisa sisa tanaman Pelepah kelapa sawit perkebunan Daun kacangan b. Kompos Campuran dari sisa sisa tanaman yang telah terdekomposisi c. Pupuk hijau Kacangan atau tumbuhan lain yang dibenam dari dalam tanah d. Pupuk kandang Kotoran ternak seperti sapi, ayam, dan lain lain 2 Limbah dari a. Padat Janjang kosong proses (Wet) Decanter solid pengolahan b. Cair Palm oil mill effluent kelapa sawit (POME) 3 Inokulan tanah a. Bakteri pengikat legum N Rhyzobium sp. b. Bakteri pengikat Azotobacter sp. nonlegum pengikat N Beijerincka sp. Clostridium sp. Achromobacter sp. Pseudomonas sp. c. Cendawan pengikat P Mycorhiza sp. Glomus sp. Sumber: Pahan (2008)

25 13 Tabel 3. Kisaran Dosis dan Jumlah Aplikasi Pupuk Kelapa Sawit TBM pada Umur Tertentu (kg/pohon/tahun) No Unsur hara Jenis Pupuk Umur 1 tahun Umur 2 tahun Umur 3 tahun Juml. Apl. Min Maks. Juml. Apl. Min Maks. Juml. Apl. Min Maks. 1 N Urea, atau ZA P RP* atau TSP K MOP Mg Kiesrite B Boraks, atau HGFB Total *) Dosis pupuk RP sudah termasuk pupuk untuk lubang tanam 0,50 kg/pohon. Sumber : Pahan (2008) Tabel 4. Kisaran Dosis dan Jumlah Aplikasi Pupuk Kelapa Sawit TM pada Umur Tertentu (kg/pohon/tahun) No Unsur hara Jenis Pupuk Umur 3-5 tahun Umur 6-15 tahun Umur >15 tahun Juml. Apl. Min Maks. Juml. Apl. Min Maks. Juml. Apl. Min Maks. 1 N Urea ZA P RP TSP K MOP Mg Kiesrite Abu Janjang B HGFB Total Sumber : Pahan (2008)

26 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilakukan di PT. Sari Aditya Loka I, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi selama empat bulan mulai dari tanggal 19 Februari 2009 sampai dengan 20 Juni Penulis ditempatkan di kebun Inti I, Afdeling OC-OD. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Kegiatan pada dua bulan pertama adalah melaksanakan kegiatan seperti pekerja harian lepas (PHL) dan melaksanakan semua kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun. Selama sebagai PHL dilakukan pengisian jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan, mencatat prestasi kerja yang diperoleh penulis dan karyawan setiap kali mengikuti kegiatan, kemudian dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan (Lampiran 1). Penulis juga melakukan kegiatan kontrol (gemba) bersama administatur, kepala kebun, asisten, dan staf yang lain. Pada bulan ketiga, kegiatan magang dilaksanakan sebagai pendamping mandor. Posisi sebagai pendamping mandor memiliki tugas manajerial, yaitu: 1. Membantu membuat perencanaan kebutuhan fisik dan biaya untuk pekerjaan yang dilakukan. 2. Membantu menentukan jumlah karyawan yang diperlukan beserta keperluan biaya operasional dari setiap kegiatan yang dilakukan. 3. Melakukan apel pagi dan melakukan check roll. 4. Membantu mengawasi PHL pada setiap kegiatan budidaya tanaman di lapangan. 5. Membantu menghitung kebutuhan bahan tanam (bibit), bahan kimia (pupuk, pestisida) berdasarkan konsentrasi dan atau dosis yang telah ditetapkan. 6. Membuat analisis pada setiap kegiatan di lapangan.

27 15 Pendamping mandor mempunyai tanggung jawab administratif yaitu: membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan mandor. Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor tertera pada Lampiran 2. Pada bulan keempat yang merupakan bulan terakhir, dilakukan kegiatan sebagai pendamping asisten/kepala afdeling dengan tugas: mempelajari kegiatan manajerial di tingkat divisi kebun, membantu menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), membantu pembuatan laporan asisten/kepala divisi, membantu pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja, melakukan analisis terhadap setiap kegiatan lapangan di tingkat divisi, dan membuat jurnal kegiatan harian tingkat divisi (Lampiran 3). Pengamatan Teknik pengumpulan data terbagi atas dua cara, yaitu: pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengambil data ketika mengikuti kegiatan di lapangan yang berkaitan dengan aspek teknis dasar dari kegiatan-kegiatan di kebun dan diskusi dengan mandor/mandor I maupun asisten divisi. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dengan mengumpulkan data laporan kebun dari kantor kebun. Data primer yang diperoleh pada kegiatan pemupukan meliputi jenis pupuk yang digunakan, jumlah pupuk, luas lahan yang dipupuk, dan ketepatan kerja pemupukan. Pengamatan ketepatan cara aplikasi pemupukan dilakukan pada dua belas tanaman contoh yang dipilih dari aplikasi pupuk tiap penabur. Jumlah penabur yang diamati sebanyak sembilan orang dengan menggunakan tiga ulangan. Pengamatan ketepatan kerja dilakukan pada aplikasi pemupukan kaptan dosis dua kg per tanaman pada blok D-17 (luas blok ha) dan pada aplikasi pemupukan kaptan dosis 1.5 kg per tanaman pada blok F-2 (luas blok ha). Penentuan ketepatan cara didasarkan pada ketentuan jarak tabur dan kondisi penyebaran pupuk yang sesuai dengan standar perusahaan. Pengamatan ketepatan dosis untilan pemupukan dilakukan pada tiga grup penguntil. Pengamatan dilakukan selama tiga hari dengan menggunakan empat ulangan dan bobot standar per untilan sebesar 7.5 kg. Pengamatan ketepatan penguntilan dilakukan dengan menimbang bobot untilan kemudian dibandingkan dengan bobot standar per untilan.

28 16 Data sekunder yang dikumpulkan meliputi: 1. Data kondisi kebun yang meliputi areal, jenis tanah, topografi lahan, kondisi populasi tanaman, produksi dan produktivitas lima tahun terakhir, data curah hujan sepuluh tahun terakhir, serta data realisasi pemupukan lima tahun terakhir. 2. Standar dan target kebun meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi, dan tenaga kerja. 3. Organisasi dan manajemen seperti: struktur organisasi, jumlah dan status karyawan. 4. Sarana dan prasarana kebun.

29 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Lokasi PT. SAL I terletak di desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten Merangin ± 80 km dan terhadap ibukota propinsi Jambi ± 480 km. Perkebunan PT. SAL I dapat ditempuh dengan menggunakan mobil selama ± 5 jam dari kota Jambi. Batas administratif Kebun Sari Aditya Loka I: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bungo Tanjung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Bangko. sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pematang Kabau, dan sebelah Barat berbatasan dengan Rantau Panjang. Peta lokasi PT. SAL I dapat dilihat pada Lampiran 4. Keadaan Iklim dan Tanah Curah hujan (CH) rata-rata Kebun PT. SAL I pada tahun yaitu mm/tahun dengan dan rata rata hari hujan hari/tahun. Bulan basah tertinggi terjadi pada bulan Januari (CH rata rata mm) dan paling rendah pada bulan Juni (CH rata rata mm). Berdasarkan klasifikasi Schmidth dan Fergusson, iklim di perkebunan ini dikelompokkan ke dalam tipe A (Q=1.85 %) yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika, serta suhu rata-rata C. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) suhu rata-rata tahunan yang diperlukan untuk produksi buah sekitar C dan batas minimum pertumbuhan vegetatif 20 C. Menurut Adiwiganda (2007) CH optimal rata-rata tahunan untuk kelapa sawit berkisar mm. Data curah hujan perkebunan PT. SAL I dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 5. Jenis tanah pada perkebunan PT. SAL I pada umumnya jenis podsolik merah kuning (PMK) dan gambut. Topografi lahan bervariasi dari datar (0-3%) dan bergelombang (3-8 %) dengan ketinggian m dpl. Derajat kemasaman tanah (ph) di kebun PT. SAL I bernilai 4 5. Berdasarkan kriteria diatas, kebun PT. SAL I termasuk dalam kategori kesesuaian lahan kelas 2, sesuai dengan kriteria yang dikemukan Mangoensoekarjo dan Tojib (2005), kriteria kesesuaian

30 18 lahan kelas 2 adalah: ketinggian lahan diantara m di atas permukaan laut, topografi tanah datar sampai dengan bergelombang. Adiwiganda (2007) menambahkan bahwa kriteria kelas 2 adalah tanah tersebut mempunyai nilai ph Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan PT. SAL I memiliki areal konsesi seluas ha yang terdiri dari areal kebun Inti I yaitu ha, Inti II seluas ha, Plasma ha, dan KKPA seluas ha (Tabel 5). Tabel 5. Areal Konsensi dan Jumlah Tanaman Produksi PT. SAL I Kebun Jumlah Blok Luas (ha) Jumlah Pohon Produksi (pokok) Area Tanam Inti I Inti II Plasma KKPA Total Sumber: Kabag Produksi dan Tanaman PT. SAL I Produksi dan Keadaan Tanaman Produksi dan produktivitas kebun inti PT. SAL I bervariasi setiap tahun yang disertai dengan peningkatan umur tanaman (Tabel 6). Tahun Panen Tabel 6. Rekapitulasi Produksi dan Produktivitas TBS Kebun Inti PT. SAL I Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Produksi (kg) Produktivitas (kg/ha) * Sumber: Kabag Produksi dan Tanaman PT. SAL I *) sampai dengan bulan Februari 2009 Tanaman yang dibudidayakan di Kebun SAL I adalah varietas Tenera yaitu hasil persilangan antara Dura dan Pisifera, dengan jarak tanam 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m, sehingga diperoleh populasi 136 tanaman/ha. Populasi per hektar

31 19 sekarang ini ± 127 tanaman/ha akibat adanya tanaman yang tidak produktif, terserang penyakit, tanaman roboh, dan tanaman tidak tumbuh normal akhirnya mati. Penanaman kebun inti I dimulai pada tahun 1994, sedangkan kebun inti II mulai tahun Komposisi kebun inti I lebih bervariasi, mulai dari TBM sampai dengan TM 11, sedangkan kebun inti II terdiri atas TBM sampai dengan TM 8 (Tabel 7). Tabel 7. Kondisi Tanaman Kebun Inti PT. SAL I Tahun Tanam Uraian Kebun Inti I Inti II Total...(pokok) TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TBM TBM TBM Total Sumber: Kabag Produksi dan Tanaman PT. SAL I Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan PT. SAL I dipimpin oleh seorang Administratur yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang meliputi tanaman, pabrik, teknik, dan administrasi. Dalam pelaksanaan kerjanya seorang administratur dibantu oleh kepala tata usaha, kepala kebun, kepala pabrik (mill manager), kepala teknik (infrastruktur), dan Community Development Officer (CDO) (Lampiran 6). Kepala tata usaha bertanggung jawab dalam bagian administrasi. Kepala tata usaha dibantu oleh kepala bagian personalia (HRGA, Human Resources and General Affair), keuangan, dan gudang. Kepala kebun bertugas mengkoordinasikan afdeling dalam unit usaha dalam rangka pengelolaan tanaman dan produksi serta bertanggung jawab

32 20 langsung atas pengelolaan teknik di lapangan serta produksi. Dalam pelaksanaan kerjanya kepala kebun dibantu oleh beberapa asisten afdeling. Asisten afdeling bertanggung jawab langsung kepada kepala kebun dan administratur atas pelaksanaan kerja di afdeling yang dipimpinnya. Dalam pelaksanaan tugas, seorang asisten afdeling di bantu oleh mandor I atas pelaksanaan kerja di kebun. Mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang langsung mengawasi pelaksanaan kerja di lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada krani kebun yang bertugas dibagian administrasi di kantor afdeling. Kepala pabrik (mill manager) bertanggung jawab dalam pengolahan TBS. Untuk kelancaran pengolahan kepala pabrik dibantu oleh asisten maintenance, dan asisten proses. Asisten tersebut juga dibantu oleh mandor. Kepala teknik bertanggung jawab dalam pengelolaan sarana dan prasarana kebun seperti perbaikan jalan, bangunan, instalasi air, mesin dan lain-lain. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala teknik dibantu oleh beberapa asisten, yaitu asisten support dan asisten plan and control. Asisten tersebut dibantu oleh mandor dalam pengawasan kerja di lapangan. Kepala CDO bertanggung jawab atas kondisi di lingkungan kebun (internal) maupun eksternal perkebunan misalnya hubungan dengan masyarakat, pemerintah daerah mengenai masalah-masalah kebun dan keamanan. Kepala CDO membawahi asisten CD (Community Development), asisten protan (proteksi tanaman) dan PIC PMS (Plantation Management System). Sistem pengupahan karyawan PT. SAL I diatur oleh kantor pusat (Head Office) dengan pemberian upah sesuai Upah Minimum Propinsi (UMP) sebesar Rp ,-/hari. Fasilitas penunjang karyawan yang disediakan perusahaan antara lain perumahan, rumah ibadah, fasilitas olah raga, pendidikan anak, asuransi jiwa dan poliklinik. Jumlah tenaga kerja yang ada di PT. SAL I mulai dari staf dan non staf disajikan pada Tabel 8.

33 21 Tabel 8. Jumlah Karyawan Staf dan Non-staf PT. SAL I tahun 2009 No. Jabatan Jumlah 1. Staf Administratur 1 Kepala Tata Usaha 1 Kepala Kebun 3 Kepala Pabrik 1 Kepala Teknik 1 Kepala Community Development Officer 1 (CDO) Staf SHE Area 3 1 Staf Plant and Control (CSA) 3 Kepala Bagian 5 Asisten Afdeling 2 Asisten Plasma 3 Asisten KKPA 1 Asisten Maintenance 4 Asisten Proses 1 Asisten Bagian Operasional 1 Asisten Bagian Plan and Control 1 Asisten Bagian Support 1 Asisten Community Development (CD) 1 Asisten Proteksi Tanaman (Protan) 1 PIC PMS (Plantation Management System) 1 Asisten SHE 1 Asisten Riset and Development (R & D) 1 2 Karyawan Non Staf (Golongan 1-3) Golongan harian Tetap (SKU) Pekerja harian Lepas Borongan 251 Jumlah 1080 Sumber: Bagian Personalia (HRGA) PT. SAL I

34 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan penyisipan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemupukan, sensus produksi, dan pemanenan. Pelaksanaan kerja di perkebunan PT. SAL 1 secara umum dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja rata rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul WIB, istirahat selama dua jam ( WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul sd WIB. Penulis diwajibkan mengikuti antrian pagi yang dimulai pukul WIB bersama asisten, mandor dan SKU (Standar Karyawan Umum). Selama kegiatan magang, penulis diikutsertakan dalam pengontrolan kebun secara langsung di lapangan bersama staf perkebunan PT. SAL 1. Kegiatan ini di sebut gemba yang dilakukan dua kali dalam seminggu. Selain itu, setiap hari sabtu mengikuti kegiatan olahraga bersama staf dan administratur. Aspek Teknis Aspek teknis dipelajari dengan berperan sebagai karyawan harian lepas selama 2 bulan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengendalian gulma, pemupukan, sensus produksi, dan pemanenan. Sebelum melaksanakan kegiatan selalu diawali dengan apel pagi jam WIB, kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Pengendalian gulma juga mempermudah pengontrolan kerja dan menghindari serangan hama dan penyakit. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan secara kimiawi. a. Pengendalian Gulma Secara Manual Pengendalian gulma secara manual yang diikuti adalah circle weeding manual (CWM), pengendalian gulma di piringan dan gawangan pada tanaman

35 23 kelapa sawit secara manual (Gambar 1). Rotasi CWM untuk tanaman belum menghasilkan (TBM 1-2 ) dilakukan 2 bulan sekali, tanaman menghasilkan (TM 1 ) dilakukan 4 kali dalam setahun, untuk TM 2 dan selanjutnya dilakukan 3 kali dalam setahun. Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma secara manual adalah parang, cangkul, dan arit. Pelaksanaan babat gawangan dengan menggunakan parang dengan hasil babatan dengan ketinggian gulma cm dari permukaan tanah atau babat pandas, membersihkan gulma yang tumbuh di pohon kelapa sawit serta gulma yang merambat naik ke tanaman yang disebut rayutan. Gambar 1. Pengendalian Gulma Secara Manual Menurut Lubis (1992), gawangan mati adalah areal yang terdapat di luar piringan tanaman yang harus dikendalikan dari gulma jahat yang menjadi penghambat pertumbuhan tanaman utama agar tercipta kondisi yang tidak terlalu lembab sehingga penyerbukan tandan dapat lebih lancar dan penyakit tidak berkembang. Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan di gawangan dan di piringan membutuhkan tenaga kerja yang besar karena luasan yang besar dan kerapatan gulma pada gawangan mati tinggi serta alat yang digunakan masih sederhana. Jenis gulma-gulma yang tumbuh adalah Melastoma malabatrichum, Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, Mikania micrantha, Asystasia coromandeliana, Clidemia hirta, Axonopus compressus, Digitaria nuda, Cyperus rotundus, Neprolepis biserrata, Stenochlaena palustris, Ottocloa arnotiana, Clidemia hirta, dan Borreria alata. Dalam pelaksanaan rawat gawangan jika ditemukan gulma alang-alang (Imperata cylindrica) dibiarkan karena gulma

36 24 tersebut dikerjakan secara khusus. Rotasi yang digunakan dalam rawat gawangan adalah tiga kali setahun. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem harian dengan upah Rp ,-/hari dengan lama kerja 5 jam/hari. Norma yang digunakan untuk babat gawangan adalah 0.5 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata rata 0.5 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan. b. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi CPT Chemist. CPT (Circle, Path, TPH) Chemist merupakan pengendalian gulma yang dilakukan pada circle (piringan), path (jalan kontrol/pikul), dan tempat pengumpulan hasil (TPH) dengan menggunakan bahan kimiawi sistemik dan kontak (Gambar 2). CPT Chemist dilakukan dengan menggunakan herbisida yang disimpan dalam wadah botol mineral 600 ml, knapsack sprayer kapasitas 15 liter, nozzle berwarna hitam tipe polijet (kipas), ember kecil sebagai wadah pengambil air, dan takaran dosis. Sebelum melakukan kegiatan pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimiawi, herbisida yang akan digunakan terlebih dahulu diambil di gudang Afdeling dimana pembagiannya diatur oleh mandor rawat chemist. Saat di lapang, dilakukan briefing terlebih dahulu untuk menentukan area yang akan disemprot. Air diambil dari sumber mata air atau parit, kemudian dicampur dengan herbisida. Pada beberapa kasus dimana air sulit didapatkan, maka air ditransportasikan di dalam galon 20 liter menggunakan motor atau mobil pick-up. Setelah dilakukan penyemprotan di piringan, diharapkan gulma yang di sekitar piringan menjadi mati dan bersih sehingga mempermudah pengumpulan berondolan pada waktu panen dan mempermudah aplikasi pupuk pada saat pemupukan. Standar pengendalian gulma di piringan adalah: tidak ada anak kayu maupun anak sawit di piringan, tidak ada gulma yang merambat pada keliling dua meter dari tanaman sawit, pakis dan alang alang tidak tumbuh pada piringan. Penyemprotan dilakukan pada keliling dua meter searah jarum jam. Pada aplikasi herbisida untuk pengendalian gulma di path atau jalan pikul dilakukan dengan lebar 1.5 meter dengan hasil yang diharapkan dalam keadaan bersih, dan tidak ada anak kayu yang melintang karena path atau jalan kontrol/pikul berfungsi sebagai jalan dalam pengerjaan dan pengawasan pemanenan dan pemupukan. TPH

37 25 merupakan tempat tandan buah segar dan berondolan yang sudah dipanen dikumpulkan sebelum diangkut ke pabrik. Pada pengendalian gulma di TPH dilakukan dengan luas 3 4 m dengan standar yang harus dipertahankan adalah tidak ada gulma, tidak ada anak sawit, brondolan tinggal dan tidak ada kotoran di TPH. Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi (CPT chemist) Dalam pengendalian gulma di CPT menggunakan herbisida yang bersifat sistemik dan bersifat kontak. Herbisida yang bersifat kontak yang digunakan yaitu Primaxone 276 SL dengan bahan aktif Paraquat diklorida 276 gram/liter. Dosis yang digunakan liter/ha (80 cc/knapsack), volume semprot 135 liter/ha dengan konsentrasi 0.5%. Herbisida kontak cara kerjanya langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwama hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran yang tidak meluas. Herbisida sistemik menggunakan Round-up 486 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 486 gram/liter dan Pilar-up 480 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 480 gram/liter dengan dosis yang digunakan liter/ha (100 cc/knapsack), volume semprot 135 liter/ha dengan konsentrasi 0.67%. Bahan aktif herbisida sistemik dapat diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian atau jaringan gulma, mulai dari daun sampai ke perakaran atau sebaliknva. Reaksi kematian gulma terjadi sangat lambat karena proses bahan aktif herbisida sistemik tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara mengganggu proses fisiologis jaringan tersebut. Efek

38 26 kematian yang ditimbulkan hampir merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama. Penggunaan herbisida sistemik secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja dan biaya aplikasi. Bahan pembasah dan perata yang digunakan adalah Agral dengan bahan aktif nonifenol etilen oksida 250 gram/liter dengan konsentrasi 0.25 kg/20 liter air. Tinggi semprotan 30 cm di atas permukaan tanah dan rotasi yang digunakan 3 kali setahun untuk aplikasi CPT chemist. Norma yang digunakan untuk CPT chemist adalah 0.5 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata rata 0.5 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan. Wiping Lalang. Kegiatan wiping lalang merupakan kegiatan khusus memburu lalang yang tumbuh di areal (Gambar 3). Alat yang digunakan antara lain: ember, lap, sarung tangan. Wiping lalang menggunakan herbisida sistemik berbahan aktif glifosat 480 gram/liter dengan merek dagang Supremo. a b Gambar 3. Wiping Lalang: a. Aplikasi; b. Kain dan Sarung Tangan Herbisida tersebut dicampur dengan air dan diaplikasikan dengan dosis 1 liter/ha dan konsentrasi 1 %. Lalang diburu didalam blok, diaplikasikan dengan menggosokkan kain yang telah direndam campuran herbisida hingga seluruh bagian lalang dibasahi, kemudian ujung lalang dilipat untuk menandakan bahwa lalang sudah diaplikasikan herbisida. Norma yang digunakan untuk CPT chemist adalah 2 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata rata 2 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan.

39 27 Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan dan produktivitas tanaman. Sasaran dari kegiatan pemupukan adalah memberikan tanaman kelapa sawit unsur hara yang memadai agar pertumbuhannya sehat pada saat proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif, untuk memperoleh hasil maksimum dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Biaya kegiatan rawat sekitar 40 sampai dengan 60 % digunakan untuk kegiatan pemupukan, oleh karena itu perlu perhatian dan tindakan khusus untuk mempersiapkan program kegiatan pemupukan dari sejak penetapan rekomendasi pemupukan hingga aplikasi di lapangan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pemupukan melibatkan aspek manajemen, aspek teknis, dan administrasi pemupukan. Aspek Manajemen Pemupukan Dalam pelaksanaan program pemupukan di PT. SAL I melibatkan banyak pihak yang berperan, mulai dari bawah hingga manajemen atas. Secara umum siklus manajemen pemupukan disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Siklus Manajemen Pupuk 1. Pengambilan Sampel Daun Leaf sampling unit (LSU) atau kesatuan contoh daun (KCD) adalah unit suatu sampel daun yang diambil dari kelompok lahan dengan tanaman yang diamati mewakili dan homogen dimana satu sampel mewakili luasan ha, bahkan dapat mencapai 50 ha. Manfaat dari KCD adalah sebagai indikator status

40 28 hara tanaman yang mencerminkan kecukupan hara dan indikasi kekurangan atau kelebihan hara yang menjadi pertimbangan dalam pemberian dosis pupuk. Pengambilan KCD hanya boleh dilakukan pada pagi hari pada pukul sehingga tidak dibenarkan melakukan pengambilan sampel daun pada sore hari. Pengambilan sampel daun dapat ditunda apabila (1) malam sebelum pengambilan sampel daun terjadi hujan dengan CH > 20 mm maka pengambilan KCD dilakukan keesokan harinya, dan (2) saat pengambilan sampel daun terjadi hujan maka ditunda sampai berhenti dan bintik hujan tidak ada lagi. Pengambilan pohon sampel berjumlah pohon tiap blok KCD, dimana penetapan pohon sampel tergantung sistem misalnya: 12 13, yang artinya pemilihan pohon sampel setiap 12 pohon dalam barisan, dan setiap 13 baris dalam blok. Pemilihan pohon sampel dimulai dari pohon ketiga setiap masuk barisan KCD. Pemilihan pohon sampel harus mewakili blok tersebut, yang berarti kondisi pohon sampel relatif sama dengan kondisi tanaman di blok tersebut. Pada pengambilan sampel daun, pohon yang tidak boleh dijadikan sampel adalah: pohon sakit (abnormal), tumbuh miring; tumbuh di pinggir jalan ataupun pinggir parit/sungai; merupakan pohon hasil penyisipan; dan disekelilingnya ada tanaman kosong/tidak ditanam. Pada pohon sampel yang telah ditentukan, contoh daun yang diambil adalah daun ke-17. Kemudian dari daun yang sudah dipotong dicari titik bagian tengah. Titik bagian tengah adalah bagian dari tulang daun (rachis) yang berbentuk seperti jarum. Anak daun (leaflets) yang ada tepat di sebelah titik bagian tengah dipotong pada bagian tengahnya sama rata. Anak daun dipotong pada bagian tengahnya kira-kira sepanjang cm, tulang anak daun (midrib) dibuang, helaian (lamina) yang tertinggal dipotong kecil dengan panjang kira kira satu cm. hasil sampel daun harus disimpan dalam kantong plastik atau amplop yang bersih dan diberi label; tidak boleh terkena tanah, kotoran/debu, pupuk, keringat, dan asap rokok; juga tidak boleh terkena sinar matahari langsung. 2. Analisis hara Sampel daun yang sudah diambil, disarankan untuk dikeringkan didalam amplop berlubang pada hari yang sama dengan menggunakan oven pada suhu 80 C selama 12 jam untuk menghindari timbulnya jamur akibat kondisi hasil

41 29 sampel daun yang lembab. hasil KCD kemudian dikirim ke bagian Research and Development (R&D) untuk kemudian dianalisis kandungan hara pada tiap sampel daun yang ada. 3. Rekomendasi Pemupukan Final Bagian R&D mengirim hasil sampel ke laboratorium untuk diuji apakah terjadi kondisi kekurangan hara, hara tersebut cukup atau terjadi kelebihan hara bagi tanaman dengan cara analisis daun. Dari hasil uji laboratorium, R&D membuat rekomendasi pemupukan dengan mengobservasi mengenai unsur hara tanaman yang dibandingkan dengan standar yang ada. Rekomendasi kebutuhan dan dosis rata rata pemupukan pada kebun inti I pada tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Selanjutnya, rekomendasi kemudian dikirim ke bagian operasional kebun. 4. Lembar Pemesanan Pengadaan pupuk dimulai dengan menyusun purchasing requition (PR) tentang jumlah kebutuhan pupuk dan jenis pupuk yang berasal dari rekomendasi pemupukan final, yang kemudian selanjutnya menyusun lembar pemesanan atau purchasing order (PO). PO dibuat oleh bagian operasional kebun. PO yang sudah dibuat, kemudian dikirim ke kantor pusat (HO, Head Office). 5. Pengadaan pupuk dan Pembelian Dalam pengadaan pupuk, pihak Procurement dan Finance harus melakukan beberapa tahapan mulai dari menyusun daftar pembelian sampai dengan pengikatan kontrak/perjanjian. Kegiatan tender dan proses pembelian harus dilakukan segera dengan harapan mendapatkan kebutuhan pupuk dan harga yang bersaing. Pemilihan supplier melibatkan pihak manajemen tingkat atas (kantor pusat) sebagai pemegang keputusan. Barang yang dikirim oleh pihak supplier diserahkan ke bagian gudang dengan memberikan surat tanda terima barang. Dalam hal ini pembayaran akan diserahkan ke bagian keuangan kantor pusat. 6. Pengiriman Pupuk yang telah dikirim oleh supplier kemudian disimpan dalam gudang khusus untuk pupuk. Manajemen gudang bertanggung jawab atas penyaluran

42 30 pupuk ke masing masing kebun. Administrasi pengambilan pupuk menggunakan SPM (Surat Pengambilan Material) yang berisi keterangan blok yang akan dipupuk, jenis pupuk, bobot pupuk. Surat pengambilan material ditandatangani oleh pemohon (Asisten afdeling), kepala gudang, kepala tata usaha, dan administratur (Lampiran 9). 7. Aplikasi pupuk Umur tanaman menentukan dosis dan jenis pupuk yang digunakan dalam aplikasi pupuk. Pemupukan di areal TM dengan dosis yang tepat dan interval yang teratur dapat mencapai status hara tanah dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produktivitas yang optimal dan berkelanjutan bila didukung oleh faktor-faktor pemeliharaan lainnya. hal lain yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan pemupukan adalah keadaan infrastruktur blok yang akan dipupuk, seperti kondisi jalan, jembatan, dan jembatan panen, alat transportasi, dan alat alat yang lain seperti takaran pupuk. Blok yang akan dipupuk harus jelas karena perlakuan dosis tiap blok mungkin akan berbeda. Interval pemupukan antar jenis aplikasi pemupukan rata rata adalah dua bulan. Aplikasi pemupukan dijelaskan lebih lanjut dalam aspek teknis pemupukan. Aspek Teknis Pemupukan Waktu pelaksanaan pemupukan dilakukan pada musim hujan kecil, dimana curah hujan rata rata bulan tersebut diantara mm. Pemupukan TM dilakukan dalam dua semester yaitu pada semester satu, Januari sampai Juni dan semester dua, pada Juli sampai Desember. Kegiatan pemupukan pada semester satu yang belum tuntas harus segera diselesaikan pada semester dua. Kegiatan penaburan pemupukan dilakukan dengan sistem gang (baca: geng), yang berarti pada saat pemupukan dilakukan pada satu area dan tidak boleh dilakukan di area lain dalam hari yang sama. Pemupukan tidak dilakukan sendiri oleh masingmasing afdeling melainkan secara global dalam satu kebun inti I. Aplikasi pemupukan dilakukan mulai dari penguntilan pupuk, pengeceran pupuk, penaburan pupuk, pengumpulan karung untilan, dan aplikasi tandan kosong. Penguntilan Pupuk. Pupuk yang terdapat di gudang ditransportasikan ke tempat untilan untuk segera diuntil sesuai dosis dan jenis pupuk yang akan

43 31 diaplikasikan. Tiap satu untilan berisi pupuk untuk dosis enam pohon tanaman kelapa sawit. Sebagai contoh: Rekomendasi dosis pupuk dolomit untuk semester satu pada blok OC-5 sebesar satu kilogram per tanaman, maka satu untilan untuk pupuk dolomit pada blok OC-5 sebesar enam kilogram per untilan. Takaran besar untuk penguntilan mengikuti dosis untilan, dimana takaran tersebut dibuat dari wadah bekas herbisida yang dipotong dan dikalibrasi. Perlu dilakukan kontrol dengan menggunakan timbangan agar dosis pupuk sesuai dengan bobot untilan yang dibuat. Basis kerja penguntilan adalah kg/orang. Untilan kemudian disusun rapi sesuai blok per blok yang akan dipupuk dan diberi label (Gambar 5). Gambar 5. Susunan Untilan yang Sudah Diberi Label Pengeceran Pupuk. Untilan kemudian ditransportasikan atau diecer ke blok pada hari-h pemupukan dengan menggunakan truk bak terbuka. Untuk tiap dua baris (satu jalur) tanaman kelapa sawit dari pinggir hingga ke jalan kontrol (path control) dengan jumlah tanaman sekitar 24 tanaman, dapat diberikan masing masing empat buah untilan pada tiap sisi dalam satu jalur. Untilan dialokasikan di jalan koleksi (collection road) pada kedua sisi blok yang akan ditabur. Upah kerja pengecer / pelangsir Rp 15,-/kg. Pelangsiran dan Penaburan Pupuk. Tenaga pelaksana pada kegiatan pemupukan adalah PHL (pekerja harian lepas). Tenaga kerja pemupukan diperoleh dari tenaga kerja yang datang pada hari pemupukan yang sebagian besar didatangkan dari luar kebun. Penabur diberi takaran pupuk yang sesuai untuk jenis dan dosis pupuk yang akan diberikan. Takaran pupuk dibuat dari pipa PVC berdiameter empat

44 32 inchi yang mempunyai alas (tutup bawah) berupa papan bulat setebal satu cm (Gambar 6). Gambar 6. Takaran Pupuk untuk Berbagai Dosis Pupuk RP Penabur dibagi dalam dua grup, disisi timur dan barat blok. Dalam tiap grup, penabur harus genap sehingga dapat berpasangan dalam menabur pupuk. Setiap pasang penabur mendapat satu jalur sesuai nomor penabur. Jalur tersebut diberi pancang bernomor, kemudian penabur tersebut mengangkut untilan kedalam blok, untuk diletakkan pada tanaman keenam dari pinggir blok dan pada tanaman batas jalan kontrol, kemudian keluar blok untuk melangsir untilan berikutnya. Demikian pupuk dilangsir kedalam blok hingga blok tersebut selesai oleh penabur, dimana nomor pasangan penabur harus sesuai dengan nomor pancang (Gambar 7a). Untuk melakukan penaburan pupuk, penabur kembali masuk kedalam blok sampai ke batas jalan kontrol, sehingga pasangan penabur yang berasal dari masing masing sisi blok bertemu. Penabur masuk ke dalam jalur berdasarkan nomor pancang sesuai dengan nomor penabur. Penabur tidak diperkenankan menabur sebelum seluruh penabur dalam dua grup tersebut masuk kedalam blok dan ada aba-aba peluit dari mandor. Peluit dibunyikan kemudian penabur mengaplikasikan pupuk tersebut menggunakan takaran pupuk. Setelah satu jalur pada pasangan penabur selesai, penabur masuk kembali ke dalam jalur berikutnya sesuai nomor pancang, menunggu aba-aba dari mandor kemudian menabur pupuk hingga blok tersebut selesai (Gambar 7b). Basis kerja penabur adalah 300 kg/hk atau tujuh jam kerja, selebihnya dihitung lembur. Prestasi kerja penulis rata rata 350 kg/hk.

45 33 a b Gambar 7. Kegiatan Pemupukan: a. pelangsiran; b. Penaburan Pupuk Pengumpulan Karung Untilan. Karung untilan yang sudah kosong kemudian dikumpulkan dan diangkut ke gudang untuk dipergunakan lagi untuk penguntilan berikutnya (Gambar 8). Pekerjaan pemupukan kemudian dilanjutkan ke blok berikutnya, hingga blok yang direncanakan selesai dikerjakan pada hari itu juga. Gambar 8. Pengumpulan Karung Untilan Aplikasi Tandan Kosong. Kebun PT. SAL I juga mengaplikasikan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai sumber pupuk organik. TKKS adalah sisa dari pengolahan kelapa sawit berbentuk padat (janjangan) yang berasal dari TBS yang telah diolah. hasil analisis menunjukkan bahwa TKKS memiliki kandungan hara dengan nilai 42.8% C, 0.80% N, 2.90 % K 2 O, 0.22% P 2 O 5, 0.30% MgO, dan unsur mikro, antara lain 10 ppm B, dan 23 ppm Cu (Winarna et al., 2003). Rasio C/N yang tinggi menyebabkan proses dekomposisi oleh mikroorganisme dan mineralisasi di lapangan relatif lambat (Pahan, 2008). Kendala lainnya adalah biaya pengangkutan yang tinggi karena sifatnya yang meruah (bulky). TKKS yang berasal dari pabrik dikumpulkan terlebih dahulu di terminal limbah, yang selanjutnya diangkut menggunakan truk berkapasitas 4 5 ton.

46 34 TKKS kemudian dibawa ke kebun, diecer di jalan koleksi pada blok yang akan diaplikasikan, dan diecer oleh pekerja secara merata di luar piringan tanaman. Pengaplikasian dilakukan dengan ketebalan satu lapis untuk mencegah perkembangbiakan hama kumbang (Oryctes sp.) dan mempercepat penguraian. Kegiatan pemberian TKKS dilakukan hanya satu kali dalam satu tahun. Administrasi Pemupukan Administrasi pemupukan digunakan sebagai pelaporan jumlah tenaga kerja dan pembiayaan hari kerja (HK) yang harus dibayar pada kegiatan pemupukan, selain itu administrasi dibuat sebagai tanda bukti pertanggunggjawaban secara tertulis. Bagian yang terkait dengan administrasi pemupukan adalah jurnal harian dan buku absensi yang keduanya diisi oleh mandor, data dan informasi yang terdapat pada jurnal harian dan buku absensi mandor lalu dibuat dalam bentuk laporan harian oleh kerani afdeling. Kumpulan data laporan harian dibuat dalam laporan bulanan dan laporan tahunan. Jurnal harian adalah buku pelaporan oleh semua mandor dan juga termasuk kerani untuk setiap kegiatan yang dilakukan setiap harinya. Khusus untuk kegiatan pemupukan, pelaporan pada jurnal harian meliputi nama mandor, jenis kegiatan, jumlah tenaga kerja (dalam HK), jumlah pupuk, jenis pupuk, dosis pupuk, blok dan afdeling yang diaplikasikan, jumlah tenaga kerja penabur, jumlah tenaga kerja pengecer, tenaga kerja penguntil, dan premi total tenaga kerja. Buku absensi mandor berisi pelaporan yang sama dengan jurnal harian dengan tambahan data nama dari tenaga kerja, jumlah HK dan premi yang secara rinci untuk masing masing tenaga kerja. hal ini berguna untuk memberikan upah sesuai dengan catatan buku absensi mandor. Mandor juga melakukan tugas asisten dengan mengisi berita acara pemupukan blok tuntas (Lampiran 10). Sensus Produksi Sensus produksi adalah kegiatan mendata jumlah bunga, buah hitam (buah mentah), dan buah matang (merah) dalam blok tertentu. Sensus dilakukan untuk mengetahui kerapatan panen, potensi buah yang akan dipanen dan distribusinya dengan menggunakan sampel minimal 10% dari total populasi tanaman dan mewakili blok tersebut.

47 35 Sensus produksi yang dilakukan pada blok tertentu dilakukan sebelum pemanenan. Sensus produksi harian dilakukan sehari sebelum panen oleh mandor I atau mandor panen, sedangkan sensus produksi bulanan dilakukan setiap empat bulan oleh mandor I atau petugas khusus yang ditunjuk oleh afdeling yang bersangkutan. Sensus produksi dilakukan dengan menentukan baris sampel yang mewakili blok tersebut. Sebagai contoh pada afdeling OF blok 3, sampel baris yang ditentukan adalah baris 26, 44, 62, 80, dan 98. Penyensus masuk mulai dari baris paling pinggir blok (baris 98 atau baris 26) dengan memilih pasangan baris disebelah kanan atau kiri baris tersebut. Pasangan baris tanaman yang dipilih adalah pasangan baris atau untuk baris sampel 98, sedangkan pada baris 26 yang dipilih adalah atau Penentuan pasangan baris sampel tidak boleh dipisahkan oleh gawangan mati. Selanjutnya penyensus mencatat jumlah buah merah (BM), dan buah hitam (BH) yang terdapat pada pasangan baris tanaman. Nomor pohon satu, tiga, lima, dan seterusnya pada blangko sensus produksi adalah tanaman sebelah kiri pada pasangan baris sensus, sedangkan nomor pohon dua, empat, enam, dan seterusnya adalah tanaman sebelah kanan pada pasangan baris sensus. Blangko sensus produksi dapat dilihat pada Lampiran 11. Norma yang digunakan untuk sensus produksi adalah 0.25 HK/blok, sedangkan prestasi kerja penulis rata rata 0.5 HK/blok. Pemanenan Panen adalah pengambilan buah kelapa sawit yang memenuhi standar atau kriteria matang panen dari pohonnya, mengumpulkan dan mengutip berondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH), selanjutnya bersama sama berondolannya dikumpulkan untuk diangkut ke pabrik. Tujuan panen adalah mendapatkan jumlah tandan buah segar (TBS) yang tinggi, biaya panen yang efisien, eksploitasi berjalan dengan baik sehingga mencapai umur produktif yang lama, mendapatkan jumlah minyak dan kernel dengan rendemen yang tinggi, dan mendapatkan mutu minyak yang tinggi. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain: menjalankan ketentuan panen yang baik seperti sistem panen, kriteria buah matang, dan persentase brondolan; mengangkut hasil panen

48 36 sesegera mungkin ke pabrik pengolahan TBS dengan menggunakan angkutan panen; dan melakukan pengolahan TBS secepat mungkin di pabrik. a. Kriteria Panen Mutu minyak dan rendemen yang dihasilkan dipengaruhi oleh kualitas buah yang dipanen. TBS yang paling baik dipanen pada saat buah memberondol. Buah tersebut mempunyai kadar minyak yang tertinggi dengan kandungan asam lemak bebas (ALB) yang rendah. Buah yang harus dipanen mempunyai kriteria dua brondolan setiap kg buah atau sekitar sepuluh berondolan per tandan. Kwalitas panen ideal mempunyai komposisi berikut: F1= 15%, F2&F3= 65%, dan F4= 20% (Tabel 9). Tabel 9. Fraksi Panen Fraksi % Brondolan lepas Derajat Kematangan 0 0 Sangat mentah % Mentah % Matang % Matang I % Matang II % Lewat Matang I 5 Buah dalam membrondol Buah Lewat Matang II 6 Tandan kosong Standar panen yang diterapkan adalah: 1. Panen menggunakan alat panen yang benar dan sesuai standar. 2. Setiap buah matang harus diambil sehingga tidak ada buah matang yang tertinggal di pohon. 3. Tidak diperbolehkan memanen buah mentah, yaitu buah yang masih keras, belum memberondol dan berwarna hitam. 4. Pada waktu memanen buah, tidak ada bagian buah yang tertinggal di pohon. 5. Tidak meninggalkan brondolan di piringan, di ketiak daun maupun di gawangan.

49 37 6. Buah yang dikumpulkan di TPH harus dialasi dengan terpal, sedangkan brondolan yang terkumpul harus dikarungkan. b. Sistem Panen Sistem panen yang diharapkan adalah 6/7, artinya areal dibagi menjadi 6 seksi dan dipanen selama enam hari dalam tujuh hari. Ada juga sistem panen 9/10 yang berarti areal dibagi menjadi sembilan seksi dan dipanen setiap sepuluh hari. hanca panen adalah setiap seksi panen dibagi menjadi hanca kecil yang luasnya sekitar 3,5 5 ha tiap pemanen. Rotasi panen adalah interval waktu antara satu perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya yang dinyatakan dalam hari. Rotasi yang diharapkan adalah tujuh hari sekali. Alat alat panen yang digunakan adalah dodos, gancu, egrek, dan angkong. Kegiatan pemanenan pada tanaman kelapa sawit disajikan pada Gambar 9. c. Pengangkutan Buah yang sudah dipanen, diangkut menggunakan angkong ataupun gendongan dari bahan terpal, lalu dibawa ke TPH. Kemudian buah disusun rapi dengan dialasi terpal, untuk memudahkan krani menghitung jumlah TBS dan buah tidak kotor akibat bersentuhan dengan tanah. Buah dimasukkan ke dalam truk bak terbuka dengan menggunakan tojok, sedangkan brondolan dimasukkan kedalam truk dengan menggunakan karung. Jumlah buah yang sudah dipanen dan jumlah karung brondolan ditulis kedalam kupon panen seperti pada Lampiran 12. Gambar 9. Pemanenan Buah Kelapa Sawit Penulis melakukan kegiatan sebagai PHL panen di Afdeling OC, blok 5 dengan prestasi kerja pemanenan sebanyak 18 janjang dengan bobot janjang rata

50 38 rata 7 kg/tandan. Basis kerja pemanenan adalah 850 kg/hari untuk bobot janjang rata rata 7 kg/tandan, sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata 126 kg/hari, dibawah standar yang telah ditetapkan. Aspek Manajerial Pendamping Mandor/Mandor I Pada bulan ketiga penulis bertugas sebagai pendamping mandor. Mandor merupakan manajer tingkat bawah yang bertanggung jawab dan bertugas mengawasi kegiatan langsung di lapangan. Pengawasan dilakukan sampai akhir kegiatan dan kemudian dilakukan pemeriksaan kualitas dan kuantitas pekerjaan. hasil dari pekerjaan tersebut dilaporkan kepada kepala afdeling dalam bentuk laporan harian. Laporan yang dibuat oleh mandor dapat mempermudah pengontrolan yang dilakukan oleh asisten afdeling. Mandor juga melaporkan jika ada masalah yang terjadi di lapangan. Setiap mandor bertanggung jawab terhadap hasil kerja karyawan yang dipimpinnya, mandor juga harus mampu memotivasi pekerja untuk bekerja optimal sesuai dengan standar operasional perusahaan. Dalam pelaksanaan kerjanya mandor selalu berpedoman pada lembar rencana kerja (LRK) yang telah dibuat oleh kepala afdeling dan perusahaan. Mandor I merupakan orang yang posisinya tepat dibawah asisten untuk mengatur semua pekerjaan yang ada di lapangan, dan berperan sebagai wakil dari asisten di kebun sehingga fungsi dan tanggung jawab mandor I lebih luas apabila dibandingkan dengan mandor. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping mandor adalah membantu mandor dalam mengarahkan dan mengawasi kegiatan operasional di lapangan. a. Mandor Pemupukan Kegiatan pemupukan direncanakan pada jumlah blok yang akan dikerjakan tuntas dalam satu hari kerja. Sebelum melakukan pemupukan, mandor membuat perencanaan blok blok yang akan dipupuk dan jenis serta jumlah pupuk yang akan diaplikasikan ke blok tersebut. Kegiatan pemupukan dimulai dengan membuat surat pengambilan material (SPM) pupuk yang ditujukan ke bagian gudang. SPM berisi keterangan blok yang akan dipupuk, jenis pupuk, bobot

51 39 pupuk. Surat pengambilan material ditandatangani oleh pemohon (Asisten afdeling), kepala gudang, kepala tata usaha, dan administratur (Lampiran 9). Setelah pupuk diambil dari gudang, mandor melakukan perhitungan penguntilan pupuk sesuai jenis pupuk dan dosis pada blok yang akan diaplikasikan pupuk. Sebagai contoh: blok yang akan dipupuk OC-5 ( jumlah pohon = tanaman) dengan jenis pupuk Dolomit dengan dosis 1kg/tanaman, maka pupuk yang dibutuhkan kg, sekitar 68 zak Dolomit (satu zak = 50 kg). Dengan ketetapan bahwa dosis satu untilan sama dengan dosis enam tanaman, maka jumlah untilan yang dibutuhkan untuk blok OC-5 dengan pupuk Dolomit (dosis 1 kg/tanaman) adalah 566 untilan (3 400 kg [6 1 kg]). Sebelum PHL melakukan penguntilan, terlebih dahulu di-briefing tentang jenis pupuk yang akan diuntil, dosis tiap untilan, cara membuka karung goni pupuk, dan tempat peletakan pupuk yang sudah diuntil. Mandor yang mengawasi PHL dibagian penguntilan harus melakukan spot check bobot untilan dengan menggunakan timbangan agar bobot untilan sesuai dengan bobot untilan yang diharapkan. Satu hari sebelum pemupukan, kendaraan pengangkut pupuk sudah harus dipastikan kesiapannya pada bagian teknik yang mengurusi transportasi. Pukul pada hari pemupukan, kendaraan sudah terisi untilan pupuk dan siap untuk mengecer pupuk sesuai blok yang akan dipupuk. Sebelum melaksanakan pemupukan, mandor harus memberikan pengarahan terhadap karyawan. Mandor memberikan pengarahan tentang dosis yang digunakan per tanaman dengan menggunakan takaran, cara pengaplikasian pupuk harus merata, pengumpulan karung untilan yang sudah kosong. Selama pemupukan, mandor tidak boleh meninggalkan lapangan. Mandor yang berada di jalan kontrol blok memastikan untilan sudah diletakkan dekat tanaman di batas jalan kontrol, pupuk ditabur merata dan juga mengawasi apabila terdapat kecurangan yang dilakukan karyawan misalnya membuang pupuk ke rawa dan penaburan ke bongkahan bongkahan kayu. Mandor yang berada pada tanaman keenam dari pinggir blok mengawasi dan memastikan untilan sudah ada di tanaman keenam dan mengawasi penaburan pupuk; dan mandor yang berada di luar mengatur pergerakan penabur dengan menggunakan pancang bernomor, pengecekan untilan dan takaran dan pengaturan

52 40 pengumpulan karung untilan yang sudah kosong untuk dikirim kembali ke gudang. Jumlah rata-rata PHL penabur yang diawasi penulis rata rata 52 PHL dan rata rata luasan areal pengawasan sebesar 80 ha tiap harinya. Prestasi tenaga kerja penabur belum sesuai dengan norma yang berlaku karena masih dibawah norma perusahaan yaitu dibawah 300 kg/hk berdasarkan bobot dan 2 ha/hk berdasarkan luas areal yang dikerjakan. b. Mandor Pemanenan Karyawan pemanen yang dipakai mempunyai status serikat kerja unit (SKU). Setiap pagi sebelum panen, karyawan panen, mandor dan asisten melakukan apel pagi mulai pukul WIB. Pada apel pagi mandor membacakan jumlah janjang TBS yang diperoleh tiap karyawan dan membagi hanca panen. Mandor I dan asisten memberikan arahan mengenai keselamatan kerja, motivasi yang bertujuan membangun semangat kerja karyawan. Kegiatan pemanenan dilakukan dengan beberapa persyaratan, yaitu tidak diperbolehkan memanen buah mentah, meninggalkan buah masak, dan meninggalkan brondolan, pemotongan tangkai harus sedekat mungkin pada batang tanaman sehingga tidak terjadi buah sisa pantat monyet, tangkai buah harus dipotong berbentuk V atau cangkem kodok, terpal dipasang di TPH sebagai alas TBS, tidak diperbolehkan pelepah tinggal atau sengkleh, dan pelepah harus disusun rapi di gawangan mati. Pelanggaran terhadap syarat-syarat yang dibuat akan diberi sanksi atau pinalti. Pinalti yang dibuat merupakan kesepakatan antara karyawan, asisten, dan mandor. Tujuan diberlakukannya pinalti untuk mengoptimalkan kuantitas dan kualitas buah. Dalam kegiatan panen ada dua mandor yang berperan yaitu mandor panen dan krani panen. Tugas mandor panen adalah mengawasi pemanen, membagi hanca serta melakukan taksasi satu hari, sedangkan krani panen mengikuti truk dan mencatat TBS yang dipanen setiap TPH dan setiap pemanen, membuat surat pengantar pengangkutan buah ke pabrik, dan pembuatan upah harian. Surat pengantar pengangkutan buah dapat dilihat pada Lampiran 13. Cara panen yang dilakukan di Afdeling OD dan seluruh kebun inti murni telah memenuhi kriteria matang panen yaitu membrondol lima. Rotasi panen yang digunakan di Afdeling OD adalah 7/8 yang artinya luasan areal dibagi menjadi 7

53 41 seksi dan kembali ke seksi pertama setelah hari ke-8. Rotasi panen adalah frekuensi lamanya waktu antara panen hari ini dengan panen berikutnya dalam seksi panen tertentu. Seksi panen adalah luasan areal yang dipanen dalam sekali panen oleh beberapa pemanen. Sistem panen yang digunakan adalah sistem hanca tetap. Kebaikan dari hanca tetap yaitu pemanen tidak perlu pindah pindah dan pengawasan lebih efektif. Pemanen lebih bertanggung jawab akan kebersihan hanca tersebut sesuai dengan peraturan yang ada. Kelemahan hanca tetap adalah sering terjadi hanca yang diberikan kepada pemanen tidak dapat diselesaikan dalam satu hari apabila produksi tinggi (Astra Agro Niaga, 2006). Selama menjadi pendamping krani panen, masalah yang pernah dihadapi adalah truk pengangkut buah terbenam di jalan yang berlumpur sehingga pengiriman buah dari dalam blok menjadi terhambat. Masalah yang pernah dihadapi selama menjadi pendamping mandor panen adalah mengatur ulang hanca kerja pemanen dalam blok tertentu ketika terdapat pemanen yang tidak bekerja karena cuti atau sakit. Pendamping Asisten Kegiatan penulis sebagai pendamping asisten dilakukan selama satu bulan. Kepala asisten afdeling bertugas mengarahkan dan mengkoordinasikan semua pekerjaan untuk mencapai target yang telah ditentukan. Asisten langsung bertanggungjawab atas semua kegiatan di afdeling yang dipimpinnya kepada kepala kebun dan administratur. Asisten afdeling melakukan pengawasan terhadap mandor, kontrol lapangan, mengambil keputusan atas masalah yang dihadapi di afdeling, mengajukan permohonan kepada kepala kebun mengenai kegiatan yang akan dilakukan, dan melakukan pembinaan terhadap karyawan dan mandor yang kinerjanya kurang memuaskan. Asisten afdeling harus membuat laporan progress produksi harian (LPPH) rawat, LPPH panen, menyusun anggaran biaya, membuat laporan bulanan yang dibagi menjadi rencana bulan ke depan (LRK dan anggaran dana) dan bulan ini yaitu membuat berita acara bulanan panen dan rawat. Tugas asisten dalam pengelolaan kebun, yaitu:

54 42 1. Merencanakan, mengorganisasikan dan mengawasi pekerjaan perawatan tanaman kelapa sawit dalam rangka mewujudkan pertumbuhan tanaman yang standar. 2. Merencanakan, mengorganisasikan dan mengawasi pekerjaan pemanenan dalam rangka pencapaian target produksi baik kuantitas maupun dalam kualitas. 3. Menggunakan budget tahunan untuk operasional afdeling sesuai dengan norma. 4. Mengorganisasikan sumber daya manusia sesuai kebutuhan. Selama menjadi pendamping asisten, masalah yang ditemukan adalah beberapa kesalahan yang dilakukan penabur pupuk walau sudah diberikan pengarahan setiap hari pada saat apel pagi, misalnya: menabur tanpa mengelilingi tanaman dan hanya menabur pupuk dari jalan pikul (path).

55 PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu diperhatikan dalam pengendalian gulma adalah piringan. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) piringan sengaja dibersihkan dari semua jenis gulma yang berguna untuk mencegah persaingan gulma dengan tanaman kelapa sawit, pembersihan piringan memudahkan pekerjaan operasional kebun seperti panen, pengumpulan tandan buah segar, pemangkasan pelepah daun, dan pemupukan. Dalam pelaksanaannya, pengendalian gulma dilakukan secara manual dan secara kimiawi. a. Pengendalian Gulma Secara Manual Pengendalian yang dilakukan di PT SAL I sudah tepat waktu, karena pengendalian dilakukan dengan melakukan pengamatan tingkat kerapatan gulma sebelum dilakukan pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual sangat efektif untuk pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit muda, dimana gulma tidak dapat dikendalikan dengan menggunakan aplikasi herbisida. PT SAL I menerapkan kalibrasi untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan waktu yang dibutuhkan menyelesaikan pekerjaan oleh tenaga kerja dalam blok tertentu. Dari hasil pengamatan, pengendalian gulma secara manual sudah efisien dalam tenaga kerja karena tenaga kerja dekat dengan kebun, mudah didapatkan, dan hasil kerja yang memuaskan. b. Pengendalian Secara Kimiawi Pengendalian gulma secara kimiawi yang dilakukan di PT SAL I menggunakan herbisida kontak dan sistemik. Herbisida kontak digunakan untuk gulma yang masih muda dan kerjanya hanya mematikan jaringan gulma yang terkena semprotan sehingga kurang efektif dalam pengendalian gulma dalam skala luas. Herbisida sistemik digunakan untuk mengendalikan gulma dalam jangka

56 44 waktu panjang karena proses pertumbuhan gulma setelah aplikasi menjadi lambat. Penggunaan herbisida di PT SAL I menggunakan bahan aktif paraquat untuk gulma berdaun lebar dan menggunakan bahan aktif glifosat untuk gulma berdaun sempit. Pengaplikasian herbisida di PT SAL I dilakukan pada hari yang cerah dengan perkiraan hujan tidak akan turun setelah 4-6 jam setelah aplikasi herbisida dan gulma yang disemprot belum memasuki fase generatif. Dari hasil pengamatan, penggunaan herbisida sudah tepat jenis dan waktu. Penggunaan material herbisida kontak dan sistemik didasarkan pada luas penyebaran gulma dalam blok tertentu. Untuk menentukan sebaran gulma, maka dilakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap sampel di lapangan. Nilai sebaran gulma dinyatakan dalam persen (%) atau luas areal (ha). Semakin besar nilai sebaran gulma maka kebutuhan material herbisida (sistemik dan kontak) yang dibutuhkan untuk mengendalikan gulma di lapangan. Dosis herbisida yang digunakan di PT SAL I sesuai dengan ketentuan perusahaan. Untuk aplikasi CPT dengan bahan aktif paraquat menggunakan dosis liter/ha dan bahan aktif glisofat menggunakan dosis liter/ha Dari hasil pengamatan, penggunaan herbisida sudah tepat dosis dan pengendalian gulma secara kimia efektif untuk mengendalikan gulma yang tumbuh di lapangan. Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk menambah hara yang dibutuhkan dan diserap oleh tanaman pada proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Pemupukan pada periode TM bertujuan untuk mencapai status hara tanah dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produktivitas yang maksimal. (Astra Agro Niaga, 1995). Perencanaan Pemupukan Menurut Astra Agro Niaga (1996) perencanaan pemupukan perlu dilakukan sebaik mungkin. hal ini disebabkan karena berkaitan dengan biaya, material, dan tenaga yang jumlahnya relatif besar. Perencanaan digunakan untuk menentukan biaya (budget) operasional (tahunan), menentukan waktu pengadaan material pupuk (semester), pengaturan di gudang dan penyediaan tenaga kerja (bulanan/mingguan). Perencanaan pemupukan mencakup jenis pupuk yang akan

57 45 digunakan, dosis pupuk yang akan diaplikasikan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, waktu pelaksanaan pemupukan, dan blok yang akan dipupuk. Jenis Pupuk. Jenis pupuk yang akan digunakan di PT SAL I ditetapkan oleh kantor pusat. Jenis pupuk yang digunakan adalah N, P, K, Mg, dan B. Dosis Pupuk. Dosis pupuk yang akan diaplikasikan di PT SAL I untuk TM dan TBM ditetapkan oleh bagian R&D kantor pusat. Dosis untuk TBM ditetapkan atas dasar referensi yang sudah ada (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), sedangkan dosis untuk TM ditetapkan berdasarkan hasil analisis daun dan tanah bagian R&D kantor pusat.dosis pupuk yang diberikan pada TM mungkin berbeda tiap tahunnya. hasil analisis daun dan dosis tanaman pada afdeling OD disajikan pada Lampiran 14. Tenaga Kerja. Tenaga kerja pelaksanaan pemupukan diperoleh dari SKU maupun PHL. Kebutuhan tenaga kerja dihitung atas dasar prestasi rata rata tiap orang (Kg/HK). Prestasi tiap orang tergantung pada dosis pupuk, dan areal yang akan diaplikasikan pupuk. Apabila dosis pupuk yang diberikan makin tinggi (Kg/pohon), maka semakin tinggi prestasi kerjanya (Kg/HK). Waktu Pelaksanaan Pemupukan. Pelaksanaan pemupukan dijadwalkan pada musim hujan kecil dimana curah hujan (CH) berkisar diantara mm. Blok yang akan Dipupuk. Blok yang akan dipupuk harus diperhatikan sebelumnya. Sebelum pengaplikasian pupuk, piringan harus dilakukan penyiangan sedangkan tapak kuda, teras kontur sudah harus dibenahi. Berdasarkan hasil pengamatan, pemupukan di PT SAL I menggunakan peta seksi pemupukan untuk menentukan blok yang akan dipupuk sesuai dengan jenis dan dosis yang akan diaplikasikan. Pelaksanaan pemupukan Pelaksanaan pemupukan di kebun Inti PT. SAL I terdiri dari beberapa tahap yang dimulai dari penguntilan pupuk, pengeceran pupuk, pelangsiran pupuk, penaburan pupuk, dan pengumpulan karung untilan. Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan mengemas ulang pupuk berdasarkan rekomendasi pupuk (dosis/pohon) yang disesuaikan dengan jumlah pohon sebagai dasar penguntilan. Berdasarkan ketentuan, tiap satu untilan pupuk digunakan untuk enam pohon kelapa sawit. Penguntilan bertujuan untuk:

58 46 (1). Mempermudah dan mempercepat pengeceran pupuk di lapangan. (2). Tanaman kelapa sawit mendapatkan pupuk sesuai dengan dosisnya. (3). Mencegah terjadinya penggumpalan pupuk, karena bongkahan pupuk harus dipecah pada saat melakukan penguntilan. Alat alat yang digunakan dalam penguntilan adalah: (1). Takaran penguntilan yang sudah dikalibrasi untuk masing masing jenis pupuk dan dosis enam pohon tanaman. (2) karung bekas pupuk sebagai wadah untilan. (3). Alas tempat penguntilan berupa terpal dengan ukuran minimal 5 5 m. (4). Pemecah bongkahan pupuk yang dibuat dari kayu balok. Untilan harus selesai dikerjakan H-1 aplikasi pempukan dengan menyusun untilan dengan rapi sesuai urutan blok yang akan dipupuk pada hari H dan diberikan label agar memudahkan identifikasi untilan sebelum diangkut ke lahan untuk diaplikasikan. Berikut hasil pengamatan ketepatan dosis untilan pupuk RP pada bulan Mei 2009 disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk RP pada Mei 2009 Bobot/ Ulangan Σ Prestasi Tepat Tgl Grup Σ TK Total Until untilan (HK/ Dosis (Org)...(kg)... (Until) (Kg) Org) (%) A B C A B C A B C Rataan Sumber: pengamatan lapang Dari Tabel 10, prestasi kerja penguntil sebesar 1.14 HK/orang. hal ini menunjukkan bahwa prestasi kerja rata-rata penguntilan pada pupuk RP yang dilakukan pada bulan Mei 2009 diatas norma yang ditetapkan perusahaan sebesar kg/orang/hari. Terjadi kelebihan 0.14 HK/orang atau kg/orang/hari. Dari Tabel 10, ketepatan dosis penguntilan pupuk sudah tepat, mencapai %. hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja penguntil sudah terlatih dalam mengemas ulang (menguntil) pupuk sesuai dosis dan jenis pupuk yang diuntil.

59 47 Pengeceran Pupuk. Pada hari-h pengeceran pupuk, pengeceran dilakukan sebelum tenaga kerja tabur melakukan pemupukan. Pengeceran dilakukan pada sisi timur dan barat blok dengan jumlah untilan yang diberikan sebanyak empat untilan tiap dua baris tanaman (satu jalan pikul). Mandor bertanggungjawab dalam pengeceran dan ikut dalam angkutan pengeceran untuk mengatur peletakan untilan di lahan. Dalam kasus tertentu, misalnya: blok yang dibelah oleh sungai (parit besar) atau blok tersebut hanya dapat diecer di satu sisi blok maka perlu koordinasi antara mandor ecer dan mandor pupuk/rawat yang bertanggungjawab dalam penaburan pupuk. Pelangsiran dan Penaburan Pupuk. Kegiatan pelangsiran dan penaburan pupuk dilakukan oleh tenaga kerja penabur. Tenaga penabur yang diperoleh sebagian besar berasal dari luar kebun yang datang pada hari-h pemupukan. Berikut disajikan prestasi tenaga kerja penabur pada Tabel 11. Tabel 11. Prestasi Tenaga Kerja Penabur Tgl Blok Jenis Pupuk Prestasi Kerja Luas Jml Ppk TK (ha/ (Kg/ (ha) (Kg) (Org) HK) HK) 27/ OB (8, 11, 12), OD MOP dan (6, 11, 14) RP 28/ OB 10, OC (18, 23), MOP dan OD (2, 7, 10, 19) RP 29/ OC (2, 7), OD (10, MOP dan , 14, 19) Dolomit 05/ OD (2, 7, 10, 11, 14, Dolomit , 18) dan Kiesrite 06/ 05 OC (13, 15, 18, 19, 20, 22, 23) Dolomit, Kiesrite, dan RP Rataan Sumber: pengamatan lapang Berdasarkan Tabel 11, rata rata prestasi tenaga kerja penabur berdasarkan luas areal yaitu 1.56 ha/hk dan berdasarkan bobot yaitu kg/hk. hal ini menunjukkan bahwa rata rata prestasi penabur masih dibawah standar perusahaan, yaitu 2 ha/hk berdasarkan luas areal dan 300 kg/hk berdasarkan bobot yang diaplikasikan di lapangan. Rata-rata prestasi penabur masih dibawah standar karena tenaga kerja yang sebagian besar didapatkan dari luar kebun masih belum terampil dan tenaga kerja penabur merangkap sebagai pelangsir untilan

60 48 pupuk sehingga perlu ditentukan standar prestasi tenaga kerja penabur pupuk. Untuk mengatasi tenaga kerja yang kurang terampil dilakukan pengarahan pada apel pagi sebelum pemupukan dan pengawasan yang lebih intensif oleh mandor. Sistem penaburan pupuk menggunakan sistem gang (baca: geng), yang berarti pada saat pemupukan dilakukan pada satu area dan tidak boleh dilakukan di area lain dalam hari yang sama. Berdasarkan pengamatan di lapang, sistem ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: (1). Pengawasan menjadi lebih efektif karena semua mandor dan asisten dari semua afdeling ikut mengawasi aplikasi pemupukan. (2). Menggunakan alat takar yang seragam dan spesifik sehingga lebih tepat dosis untuk tiap tanaman. (3). Melakukan penaburan dari jalan kontrol menuju pinggir blok sehingga mengurangi kasus kekurangan dosis pupuk pada tanaman di dekat jalan kontrol (tengah blok) akibat kecurangan penabur apabila penaburan dilakukan dimulai dari pinggir blok. (4) memudahkan kegiatan pengeceran dan pelangsiran karena bobot untilan hanya seberat kebutuhan pupuk enam tanaman. (5) Dosis tiap tanaman lebih terjaga dan kesalahan dosis berpengaruh hanya pada enam tanaman pada satu untilan pupuk. Walaupun demikian, sistem pemupukan gang mempunyai beberapa kelemahan, yaitu: (1). Tenaga kerja dibutuhkan lebih banyak sehingga perlu perencanaan jumlah tenaga kerja yang sebelum pemupukan. (2). Waktu yang digunakan dalam aplikasi pupuk lebih lama karena harus melakukan pelangsiran untilan pupuk terlebih dahulu dan penabur yang lebih lambat mempengaruhi penabur lain dalam penaburan pupuk. (3). Biaya yang besar dalam pelaksanaan pemupukan mulai dari penguntilan, pengeceran, pelangsiran dan penaburan, dan pengumpulan karung untilan. (4) Membutuhkan pengawas (supervisi) yang lebih banyak, agar pengawasan lebih intensif. Perlu diperhatikan kondisi blok yang akan diaplikasikan pupuk sebelum pelaksanaan pemupukan, seperti infrastruktur (jalan dan jembatan), topografi areal (mempunyai bagian rawa, bergelombang, dikelilingi air atau berupa pulau), dan kondisi lain seperti blok yang banjir atau dibelah oleh sungai (parit besar). Beberapa kasus yang terlihat di lapangan, seperti blok yang dikelilingi rawa, maka beberapa penabur dipilih untuk membawa untilan ke dalam pulau lalu mengaplikasikan pupuk tersebut. Blok atau bagian blok yang tidak dapat

61 49 diaplikasikan pupuk pada hari itu akibat kasus tertentu, maka harus diaplikasikan pupuk secara khusus oleh afdeling tersebut pada lain hari. Pengumpulan Karung Untilan. Pengumpulan karung untilan dilakukan setelah pemupukan selesai dilakukan. Karung untilan harus dihitung dan jumlahnya harus sama dengan jumlah untilan yang diecer pada hari tersebut. hal ini berguna sebagai kontrol terhadap kehilangan pupuk di lapangan dan untuk pengamatan terhadap kekurangan karung untilan saat kegiatan penguntilan berkutnya. Karung untilan yang sudah kosong sesegera mungkin dikembalikan ke gudang until agar dapat digunakan kembali dan mencegah kekurangan karung untilan yang jumlahnya terbatas. Biaya Pemupukan Menurut Mangoensoekarjo (2007), biaya pemupukan cukup tinggi, yakni antara % dari biaya pemeliharaan, adalah biaya pemupukan mulai dari biaya pengadaan pupuk, transportasi, ongkos memupuk dengan menabur atau membenamkan pupuk, administrasi dan pengawasan, atau sebesar 30% dari biaya investasi tanaman. Biaya yang dikeluarkan PT. SAL I dalam kegiatan pemupukan tahun 2008 disajikan dalam Tabel 12 dan Tabel 13. Tabel 12. Biaya Material Pupuk Kebun Inti PT. SAL I Tahun 2008 Pupuk harga (Rp/Kg) Realisasi (kg) Biaya (Rp) Urea NPK NPK RP MOP Kies Borat Dolomit Zn-EDTA Cu-EDTA Total Sumber: Bagian Tata Usaha PT. SAL I

62 50 Tabel 13. Biaya Tenaga Kerja Rawat Kebun Inti PT. SAL I Tahun 2008 Kegiatan Biaya (Rp) Tenaga Kerja Tabur Transport Pupuk Until Pupuk Total Biaya TK Pemupukan Total Biaya TK Rawat Sumber: Bagian Tata Usaha PT. SAL I Tabel 14. Anggaran Pemupukan Kebun Inti PT. SAL I Jenis Biaya Biaya (Rp) Total Biaya TK Pemupukan Total Biaya Material Pupuk Total Biaya TK Pemupukan Total Biaya TK Rawat Total Biaya Material Pupuk Total Biaya Rawat % Biaya Pemupukan Sumber: Bagian Tata Usaha PT. SAL I Berdasarkan Tabel 14, biaya material pupuk kebun inti tahun 2008 sebesar Rp Biaya total tenaga kerja pemupukan pada tahun 2008 sebesar Rp yang terdiri atas tenaga kerja tabur pupuk (Rp ), biaya transpor pupuk (Rp ), dan tenaga kerja penguntilan pupuk sebesar Rp Total biaya untuk kegiatan aplikasi pemupukan sebesar Rp atau sekitar 41,46 % dari total biaya rawat kebun inti murni pada tahun 2008 sebesar Rp Data diatas menunjukkan biaya pemupukan yang cukup tinggi sehingga perlu pengaplikasian pupuk secara tepat dengan harapan produktivitas yang sebanding dengan biaya pemupukan. Ketepatan Pemupukan dengan Prinsip Lima Tepat Pupuk merupakan sumber hara utama yang menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dan merupakan material yang mahal. Oleh sebab itu, agar efisien dan efektif diperlukan prinsip lima tepat, yaitu: tepat waktu, jenis, dosis, cara dan tepat tempat. 1. Tepat Waktu Pemupukan yang dilakukan di PT. SAL I dilakukan mulai di pagi hari, pada kondisi hari yang cerah yang dilakukan dalam dua periode tiap tahunnya

63 51 yaitu pada semester I pada bulan Januari-Juni dan semester II pada bulan Juli- Desember. Gambar 10. Curah Hujan Rataan Bulanan (Tahun ) di Kebun PT. SAL I Tahun CH rata rata bulanan terendah terjadi pada bulan Juli dengan nilai mm sedangkan nilai tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan nilai mm. Nilai rata rata curah hujan bulanan sebesar mm, sedangkan rata-rata hari hujan bulanan sejumlah 10.1 hari hujan. Menurut Lubis (1992), pemupukan maksimal didapat pada bulan bulan dengan curah hujan berkisar mm yaitu pada curah hujan sedang. Aplikasi pemupukan di PT. SAL I belum tepat waktu apabila pemupukan dilaksanakan saat curah hujan diatas 200 mm/bulan yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret, dan April (semester I) dan bulan Oktober, November, dan Desember. Jika pemupukan dilaksanakan saat curah hujan sedang yaitu pada bulan Mei dan Juni (semester I) dan bulan Juli, Agustus, dan September (semester II) maka tenaga kerja sulit untuk didapatkan dan pengawasan tidak mungkin dilakukan dalam aplikasi pemupukan. 2. Tepat Jenis Jenis pupuk yang digunakan sesuai rekomendasi dari kantor pusat. Pemilihan jenis dan distributor pupuk merupakan pertimbangan dari pihak manajemen kantor pusat (PT Astra Agro Lestari Tbk). Rekomendasi dibuat berdasarkan analisis sampel daun (LSU, Leaf Sampling Unit) oleh bagian R&D.

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam, ordo Palmales; Famili Palmae; Sub-famili Cocoidae; Genus Elaeis; Spesies:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Amerika

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledoneane

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2010 MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya dari Brasilia. Di Brasilia tanaman ini tumbuh secara liar atau setengah liar

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT SARI ADITYA LOKA I (PT ASTRA AGRO LESTARI, Tbk), KABUPATEN MERANGIN, PROPINSI JAMBI RINA FEBRIANA A24052580 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu : Ordo : Palmales Famili : Palmae

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kelapa Sawit 2.1.1 Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG Durian memiliki sensasi rasa yang unik dan aroma khas yang menjadi daya tarik setiap konsumen untuk kembali tertantang makan durian,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Kebun PT. Sari Aditya Loka I

Lampiran 1. Peta Kebun PT. Sari Aditya Loka I Lampiran 1. Peta Kebun PT. Sari Aditya Loka I Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Keterangan 19 Februari Perkenalan bersama kepala kebun dan asisten 20 Februari Orientasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Kelapa sawit 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian kelapa sawit juga dapat tumbuh di luar daerah

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, II. TINJUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, tetapi dapat dikembangkan diluar daerah asalnya termasuk Indonesia. Pada tahun 1848

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan Unit Usaha Sawit Langkat (disingkat SAL) mulai berdiri pada tanggal 01 Agustus 1974 sebagai salah satu Unit Usaha dari PTP.VIII yang bergerak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG Durian memiliki sensasi rasa yang unik dan aroma khas yang menjadi daya tarik setiap konsumen untuk kembali tertantang makan durian.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun,

Lebih terperinci