TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ETREPERTUM DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA TAHUN 2010
|
|
- Yuliani Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ETREPERTUM DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA TAHUN 2010 Suyanti 1, Antik Pujihastuti 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar 2 ABSTRAK Latar Belakang: Visum Et merupakan suatu keterangan tertulis yang dibuat atas permintaan pihak kepolisian pengadilan dan dilaksanakan oleh dokter berdasarkan sumpah mengenai apa yang dilihat dan ditemukan pada pasien atau benda yang diperiksa berdasarkan pengetahuan yang sebaik-baiknya untuk kepentingan pengadilan dengan mengamati secara langsung terhadap alur prosedur pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Metode: Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Instrumen penelitian adalah wawancara dan observasi. Populasi dan sampel penelitian adalah semua permintaan Visum Et sejumlah 24 kasus. Hasil dan Pembahasan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sudah mempunyai prosedur tetap alur prosedur pembuatan Visum Et, hal ini akan mempermudah proses pembuatan Visum Et. Jenis kasus dalam Visum Et yang diminta antara lain kasus penganiayaan 10 (41,67), kasus perkosaan 0 (0), kasus kecelakaan 14 (58,33), dan kasus otopsi 0 (0). Petugas yang membuat Visum Et dilakukan oleh tiga orang yaitu Petugas Rekam Medis, Dokter dan Direktur. Dokter yang melaksanakan pemeriksaan Visum Et meliputi dokter umum, dokter bedah syaraf, dokter bedah orthopedi dan dokter bedah umum. Lama proses pembuatan Visum Et berkisar antara 1-27 hari. Pencabutan atau Visum Et ada 5 kasus antara lain kasus penganiayaan 1 (20) dan kasus kecelakaan 4 (80). Simpulan dan Saran: Rumah Sakit Panti Waluyo belum mempunyai prosedur tetap dalam pengambilan Visum Et. Dalam pengambilan Visum Et selama ini dilakukan dengan cara menandatangani dan menuliskan nama terang pada buku pengambilan Visum Et sebagai bukti bahwa hasil Visum Et telah diambil. Sehingga dapat menjamin kerahasiaan informasi medis. LATAR BELAKANG Visum Et (V et R) adalah suatu keterangan tertulis yang dibuat atas permintaan pihak kepolisian pengadilan dan dilaksanakan oleh dokter berdasarkan sumpah mengenai apa yang dilihat dan ditemukan pada pasien atau benda yang diperiksa berdasarkan pengetahuan yang sebaik- baiknya untuk kepentingan pengadilan. Dalam pasal 184 menyatakan alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) bahkan memberikan perhatian utama terhadap perlindungan jiwa dan badan dengan memberikan ancaman hukuman yang lebih tinggi dibanding dengan tindak pidana lainnya. Maka dalam hal ini kedudukan seorang penegak hukum sangat diperlukan Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Etrepertum... (Suyanti,dkk) 35
2 dalam penanganan kasus tindak pidana, dimana dalam hal ini adalah bantuan profesi dokter akan sangat mendukung kebenaran faktual yang berhubungan dengan kejahatan. Salah satu tugas pokok dokter dalam membantu pengusutan tindak pidana terhadap kesehatan dan nyawa manusia ialah pembuatan Visum Et dengan mengumpulkan bukti-bukti yang ada dan kemudian diambil kesimpulan, oleh karena itu pada waktu pembuatan Visum Et itu harus sesuai dengan keadaan yang ada pada waktu pemeriksaan. Dalam hal ini Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sebagai penyelenggara kegiatan rekam medis dan pemilik berkas rekam medis harus mempunyai ketentuan yang mengatur tentang pelaksanaan alur prosedur pembuatan Visum Et. Berkas Visum Et mempunyai nilai hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha untuk menegakkan hukum. Berdasarkan survei pendahuluan dapat diketahui bahwa Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta melayani pembuatan Visum Et untuk kasus kecelakaan dan penganiaayaan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengamati secara langsung terhadap alur prosedur pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Pendekatan yang digunakan adalah retrospektif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua permintaan Visum Et yang dibuat di Rumah Sakit Panti Waluyo Kabupaten Surakarta. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :pedoman wawancara untuk mengetahuiinformasi tentang Visum Et danpedoman observasi antara lain meliputi prosedur pembuatan Visum Et, Buku agenda Visum Et, Arsip Visum Et, Surat permintaan Visum Et dan Kebijakan tentang Visum Et.Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif yaitu menggambarkan hasil penelitian sesuai keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan metode survey dengan cara melakukan wawancara terhadap responden serta melakukan pendekatan cross sectional yang bersifat sewaktu yang menggambarkan pelaksanaan prosedur tetap pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Kabupaten Surakarta. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan Pembuatan Visum Et Tabel 1. Alur PembuatanVisum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta 36 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 35-42
3 Bagian Proses Pembuatan Visum et (Petugas Rekam Medis) No Uraian Kegiatan Direktur Pihak Petugas Korban Dokter Arsip RS Kepolisian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Menerima surat Visum Et dari pihak kepolisian 2 Pasien mati langsung dikirim ke UNS 3 Pasien hidup langsung dilayani 4 Petugas Visum Et memintakan disposisi dari Direktur 5 Petugas Visum Et mencari nomor dan berkas rekam medis pasien 6 Dibuatkan draft atau konsep Visum Et 7 Pemeriksaan korban dilakukan oleh dokter yang bersangkutan 8 Proses pembuatan Visum Et dilakukan oleh dokter yang bersangkutan 9 Setelah dokter selesai memeriksakan dokter mencatat hasil pemeriksaan pada konsep dokter 10 Petugas membuat Visum Et sesuai konsep yang telah dibuat dokter dalam bentuk ketikan 11 Visum Et diketik rangkap 2 yaitu arsip (disimpan pada bagian arsip) dan pihak Kepolisian (diambil pihak Kepolisian) 12 Menyerahkan hasil pengetikan VisumEt untuk diteliti dan dilakukan perbaikan bila terjadi kesalahan ke dokter yang bertanggung jawab Visum Et 13 Dokter menandatangani Visum Et (jika Visum Et sudah benar) 14 Proses selanjutnya memintakan pengesahan kepada Direktur Rumah Sakit 15 Hasil Visum Et m dicatat pada buku pengambilan Visum Et 16 Pihak kepolisian menandatangani buku pengambilan Visum Et Sumber : Hasil wawancara Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Etrepertum... (Suyanti,dkk) 37
4 Dalam proses pelaksanaan pembuatan Visum Et, melibatkan beberapa bagian penting di rumah sakit meliputi direktur, dokter, petugas rekam medis, pihak kepolisian, korban. 2. Jenis Kasus dalam Visum Et Tabel2. Jenis Kasus dalam Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Tahun 2010 No Jenis Kasus n Visum Et 1 Penganiayaan 10 41,67 2 Perkosaan Kecelakaan 14 58,33 4 Otopsi 0 0 Di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta bahwa selama tahun 2010 terdapat 24 kasus permintaan Visum Et dengan perincian, 10 (41,67) kasus penganiayaan, 0 (0) kasus perkosaan dan 14 (58,33) kasus kecelakaan, 0 (0) kasus otopsi. Dari keempat macam kasus tersebut untuk kasus otopsi di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta tidak melakukan otopsi dan apabila otopsi perlu dilakukan, maka akan dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar dengan membawa surat rujukan dan menyediakan pelayanan otopsi karena pemeriksaan jenazah atau mayat akan dilakukan apabila ada gugatan atas kematian mayat yang tidak wajar dengan pemeriksaan oleh kedokteran forensik UNS (Universitas Sebelas Maret Surakarta). 3. Bentuk Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo sesuai dengan kondisi tubuh dan kesehatan si korban, maka Visum Et diberikan menurut keadaannya masing-masing sehingga timbullah berbagai macam Visum Et, antara lain Visum Et definitif karena banyak kasus penganiayaan ringan dan Visum Et sementara hal ini dibutuhkan sehubungan dengan jika akan melakukan penahanan terhadap pelaku tindak pidana maka sesuai dengan pasal 62 HIR, bahwa penahanan sementara hanya dapat dilakukan antara lain bila tindak pidana yang bersangkutan diancam dengan hukuman 5 tahun atau lebih. 4. Petugas yang Membuat Visum Et Petugas yang menangani pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dilayani oleh 3 orang yaitu Dokter, Petugas Rekam Medis, dan Direktur, hal ini sudah memenuhi syarat bahwa untuk mengisi formulir Visum Et hanya boleh dilakukan oleh petugas yang sudah melakukan sumpah jabatan dikarenakan untuk terjaga kerahasiaan Visum Et. (LN No. 350 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran). 5. Dokter yang Melaksanakan Pemeriksaan Visum Et Tabel 3. Daftar Dokter yang Melaksanakan Pemeriksaan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Tahun 2010 Kasus Dokter Kecel akaan Pengani ayaan n 1 dr. Umum ,8 3 2 dr. Bedah Syaraf Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 35-42
5 3 dr. Bedah Orthope di 4 dr. Bedah Umum Tabel 3 Daftar Dokter yang Melaksanakan Pemeriksaan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Tahun 2010, dapat dilihat bahwa dari 17 kasus (83,33) dibuat oleh dokter Umum, 3 kasus (12,5) dibuat oleh dokterbedah Syaraf, 1 kasus (4,17) dibuat oleh dokter Orthopedi dan 3 kasus (12,5) dibuat oleh dokter Bedah Umum. 6. Lama Waktu Proses Pembuatan Visum Et Tabel 4. Lama Waktu Proses Pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Tahun 2010 Kasus Lama proses Jumlah Pengania Kecela pembuatan n yaan kaan (Lama waktu s/d selesai) Visum Et 2-1 hari 2 8, hari 2 8, hari 8 33, hari 1 4, hari 1 4, hari 2 8, hari 1 4, hari 1 4, hari 2 8, hari 1 4, hari 1 4, hari 2 8,33 Berdasarkan tabel 4 tersebut 16 kasus permintaan Visum Et dapat diselesaikan tepat waktu sebesar (66,7) tetapi masih ada 8 kasus yang mengalami keterlambatan sebesar (33,3), hal ini disebabkan oleh faktor dokter yang merawat pasien tidak sedang bertugas di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta atau dinas luar. Untuk menghindari keterlambatan tersebut diperlukan koordinasi yang baik antara petugas pelayanan Visum Et dengan dokter yang merawat/melakukan Visum Et dalam waktu 24 jam harus sudah diperiksa yaitu dengan cara petugas bagian Visum Et harus segera menghubungi dokter yang merawat, untuk dilakukan pemeriksaan apabila ada kasus permintaan Visum Et yang melibatkan dokter tersebut sehingga terjalin komunikasi yang baik dan menghindari keterlambatan proses pelayanan pembuatan Visum Et. 7. Prosedur Pengambilan Visum Et Pengambilan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo belum ada. Selama ini pengambilan hasil Visum Et hanya dilakukan dengan cara petugas kepolisian menandatangani dan menuliskan nama terang pada buku pengambilan Visum Et sebagai tanda bukti bahwa Visum Et tersebut diambil oleh pihak yang berwenang. Dalam hal pengambilan hasil Visum Et ada beberapa syarat yang harus Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Etrepertum... (Suyanti,dkk) 39
6 dipenuhi oleh pihak kepolisian, yaitu: membawa surat pengantar pengambilan Visum Et, fotocopy kartu keanggotaan dari petugas kepolisian dan surat kuasa dari pihak peminta Visum Et (penyidik) apabila pengambilan diwakilkan oleh orang lain. Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi untuk menjamin kerahasiaan informasi medis yang terdapat dalam Visum Et. Maka demi kelancaran proses pengambilan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, harus dibuat prosedur pengambilan Visum Et yang memuat tentang syarat-syarat pengambilan Visum Et. Dengan adanya prosedur tetap yang jelas dan lengkap diharapkan petugas dapat melayani pengambilan Visum Et dengan tertib dan benar. 8. Pencabutan/Pembatalan Visum Et Tabel 5. Daftar Pencabutan/Pembatalan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Tahun 2010 Jenis Kasus n 1 Penganiayaan Kecelakaan Pemerkosaan Otopsi 0 0 Pada dasarnya pencabutan/pembatalan Visum Et dilakukan secara tertulis dengan mengisi formulir pencabutan, yang dibuat secara seragam dan ditujukan kepada peminta Visum Et. Pihak kepolisian membawa surat pencabutan/pembatalan Visum Et, kemudian diserahkan kepada direktur rumah sakit setelah itu direktur rumah sakit mengadakan rapat komite medis, setelah mendapatkan disposisi dari direktur rumah sakit diserahkan kepada petugas khusus yaitu petugas Visum Et, kemudian pihak polisi menandatangani buku pembatalan Visum Et yang berisi tanggal Visum Et, nomor surat permintaan Visum Et, nama korban, alamat korban, nama terang petugas polisi, keterangan. SIMPULAN DAN SARAN Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sudah mempunyai prosedur tetap dalam pelaksanaan Visum Et. Jenis kasus Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta tahun 2010 yaitu kasus penganiayaan 10 (41,17), kasus perkosaan 0 (0), kasus kecelaksaan 14 (58,33) dan kasus otopsi 0 (0). Petugas yang membuat Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta ditetapkan 3 orang yaitu Direktur, Dokter, dan Petugas Rekam Medis bagian pembuatan Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta tahun Dokter yang membuat Visum Et di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yaitu dokter umum, dokter orthopedic, dokter bedah umum, dan dokter bedah syaraf. Pembuatan Visum Et mengalami keterlambatan penyelesaian disebabkan karena dokter yang sedang tidak bertugas di Rumah Sakit Panti Waluyo 40 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 35-42
7 Surakarta (dinas luar). Prosedur pengambilan Visum Et Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta belum ada, selama ini dilakukan dengan cara menandatangani dan menuliskan nama terang (pangkat) pada buku pengambilan Visum Et sebagai bukti bahwa hasil Visum Et telah diambil. Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta tahun 2010 sudah terdapat 5 kasus pencabutan/pembatalan Visum Et diantaranya kasus penganiayaan 1 (20) dan kasus pembatalan 4 (80). Saran yang diberikan sebaiknya perlu dibuat prosedur pengambilan Visum Et dan jika terjadi pembatalan/pencabutan sebaiknya pihak kepolisian sebagai pihak yang meminta Visum Et harus memberitahukan hal tersebut secara tertulis (melalui surat) kepada Direktur Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. KEPUSTAKAAN Abdul Mun im Idries, Agung Legowo Tjiptomartono, Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Karya Unipres. Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan. Biro Konsultasi & Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: CV. Sapta Artha Jaya. Djoko Prakoso dan I Ketut Martika, Dasar-Dasar Ilmu Kedokteran Kehakiman. Jakarta: Bina Aksara. Harun M. Husein, Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Indries, A.M, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Kepolisian Negara RI, Himpunan Bujuklak, Bujuklap, dan Bujukmin Proses Penyidikan Tindak Pidana. Jakarta. Leden Marpaung, S.H., Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya. Cetakan I. Jakarta: Sinar Grafika. Lembaga Kriminologi UI (LKUI), Lokakarya Tata Laksana Visum Et di DKI Jakarta 1980 V et R Kejahatan Kesusilaan V et R Jenasah, LKUI, Jakarta. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta: Pustaka Kartini. Masruchin Ruba i, Hukum Pidana I, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Moch. Anwar, Hukum Pidana Khusus (KUHP Buku II) Jilid II. Bandung: Alumni. Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta. Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Etrepertum... (Suyanti,dkk) 41
8 Njowito Hamdani, Ilmu Kedokteran Kehakiman. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama. Notoadmojo, Soekidja Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Ranoemihardja A, Ilmu Kedokteran Kehakiman (Bagian II). Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Soegandhi, dr, Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjahmada, Yogyakarta. Soeparmono R Keterangan Ahli dan Visum Et dalam Aspek Hukum Acara Pidana. 42 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL.IV, NO.1, MARET 2010, Hal 35-42
9
TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI
TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI Nur Widowati 1, Rano Indradi Sudra 2, Tri Lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab-bab terdahulu, berikut penulis sampaikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
Lebih terperinciKEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH
KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA Oleh : Sumaidi, SH.MH Abstrak Aparat penegak hukum mengalami kendala dalam proses pengumpulan alat-alat bukti yang sah
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 1. Prosedur tetap (protap) pembuatan visum et repertum. a. Pemeriksaan korban hidup. b. Pemeriksaan korban mati
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik sebagai kesimpulan berikut : 1. Prosedur tetap (protap) pembuatan visum et repertum Didalam prosedur tetap Rumah Sakit Umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dari Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiel. Kebenaran materil ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PERAN PENYIDIK DALAM MELAKUKAN IDENTIFIKASI PERILAKU TINDAK PIDANA PERKOSAAN (STUDI DI POLRES KOTA MALANG)
TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PERAN PENYIDIK DALAM MELAKUKAN IDENTIFIKASI PERILAKU TINDAK PIDANA PERKOSAAN (STUDI DI POLRES KOTA MALANG) Disusun Oleh: WURI PUSPITA SARI 07400023 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.
22 BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, BENTUK UMUM VISUM ET REPERTUM, DAN VISUM ET REPERTUM MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM A. Tinjauan Umum Penyidikan a. Pengertian Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang banyak ini tentu akan menyebabkan Indonesia memiliki perilaku dan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP A. Simpulan
BAB IV PENUTUP A. Simpulan 1. Kesesuaian hasil pemeriksaan laboratorium forensik terhadap tulang kerangka untuk mengungkap identitas korban pembunuhan berencana terhadap Pasal 184 KUHAP adalah hasil pemeriksaan
Lebih terperinciPERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK
Peranan Dokter Forensik, Pembuktian Pidana 127 PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK Di dalam pembuktian perkara tindak pidana yang berkaitan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan, maka dapat dirumuskan
58 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan dalam penulisan hukum ini : 1. Bahwa pelaksanaan penggabungan
Lebih terperinciLex Administratum, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017
ANALASIS ATAS PERMINTAAN PENYIDIK UNTUK DILAKUKANNYA VISUM ET REPERTUM MENURUT KUHAP 1 Oleh : Yosy Ardhyan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kewenangan penyidik
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. IV/No. 9/Okt-Des/2016
PERAN FORENSIK DALAM KASUS MALPRAKTEK MENURUT PASAL 133 KUHAP 1 Oleh : Ridwan Darma 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran ilmu kedokteran forensik dalam mengusut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : Konsekuensi bagi Jaksa yang tidak menggunakan kewenangannya dalam
Lebih terperinciSURAT KETERANGAN MEDIS
SURAT KETERANGAN MEDIS & VISUM et REPERTUM Presented by : Sarah Habibah Nurul Azizah M David Grandisa Deden Panji W Neti Watini LAB. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL FK UNJANI SURAT KETERANGAN MEDIS
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. Dari pembahasan yang telah diuraikan mengenai peranan Visum Et Repertum
41 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah diuraikan mengenai peranan Visum Et Repertum terhadap hilangnya nyawa akibat penganiayaan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut
Lebih terperinciVISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes
VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes visum et Repertum Keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati
Lebih terperinciPRAPENUNTUTAN DALAM KUHAP DAN PENGARUH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1 Oleh: Angela A.
PRAPENUNTUTAN DALAM KUHAP DAN PENGARUH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1 Oleh: Angela A. Supit 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
Lebih terperinciKEWENANGAN PENYIDIK POLISI TERHADAP PEMERIKSAAN HASIL VISUM ET REPERTUM MENURUT KUHAP 1. Oleh : Yosy Ardhyan 2
Ardhyan Y.: Kewenangan Penyidik Polisi Terhadap Vol. III/No.10/September/2016 Jurnal Ilmu Hukum KEWENANGAN PENYIDIK POLISI TERHADAP PEMERIKSAAN HASIL VISUM ET REPERTUM MENURUT KUHAP 1 Oleh : Yosy Ardhyan
Lebih terperinciKEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PENGANIAYAAN. Zulaidi, S.H.,M.Hum
KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PENGANIAYAAN Zulaidi, S.H.,M.Hum Abstract Criminal proceedings on the case relating to the destruction of the body, health and human life, the very need
Lebih terperinciPERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI
PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI Oleh : Ruslan Abdul Gani ABSTRAK Keterangan saksi Ahli dalam proses perkara pidana di pengadilan negeri sangat diperlukan sekali untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan pembunuhan mengalami peningkatan yang berarti dari segi kualitas dan kuantitasnya. Hal ini bisa diketahui dari banyaknya pemberitaan melalui media massa maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Umum Tindak pidana korupsi di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana terhadap kehidupan
Lebih terperinciKEDUDUKAN PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)
KEDUDUKAN PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) Oleh : Nimrot Siahaan, SH, M.H Dosen Tetap STIH Labuhanbatu Rantauprapat, Sumatera Utara ABSTRAK
Lebih terperinciABSTRAK MELIYANTI YUSUF
0 ABSTRAK MELIYANTI YUSUF, NIM 271411202, Kedudukan Visum Et Repertum Dalam Mengungkap Tindak Pidana Penganiayaan Pada Tahap Penyidikan (Studi Kasus di Polres Gorontalo Kota). Di bawah Bimbingan Moh. Rusdiyanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkewajiban untuk menjamin adanya suasana aman dan tertib dalam bermasyarakat. Warga negara yang merasa dirinya tidak aman maka ia berhak meminta perlindungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana (kepada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut), untuk singkatnya dinamakan
Lebih terperinciBAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN
BAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN A. Hal-Hal Yang Menjadi Dasar Penyidik Memerlukan Keterangan Ahli Di Tingkat Penyidikan Terkait dengan bantuan
Lebih terperinciMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 436 / MENKES / SK / VI / Tentang
Lampiran 1 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 436 / MENKES / SK / VI / 1993 Tentang BERLAKUNYA STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT DAN STANDAR PELAYANAN
Lebih terperinciDASAR PERTIMBANGAN JAKSA PENUNTUT UMUM DI DALAM MENENTUKAN BERAT RINGANNYA TUNTUTAN PADA TERDAKWA TINDAK PIDANA PERKOSAAN
DASAR PERTIMBANGAN JAKSA PENUNTUT UMUM DI DALAM MENENTUKAN BERAT RINGANNYA TUNTUTAN PADA TERDAKWA TINDAK PIDANA PERKOSAAN (Studi di Kejaksaan Negeri Malang) PENULISAN HUKUM Oleh : JUNIAR SJAFARINDA Nim
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan suatu perkara pidana dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal ini
Lebih terperinciPengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum
VISUM et REPERTUM Pengertian Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan). Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan
Lebih terperinciTINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG
TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG Faizal Rachman*), Zaenal Sugiyanto**) *) Alumni Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum bersendikan keadilan agar ketertiban, kemakmuran dan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari uraian hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis,
60 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil suatu kesimpulan berdasarkan permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Pelaksanaan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulsyani, Sosiologi Kriminalitas, Remadya Karya, CV Bandung, 1987
1 DAFTAR PUSTAKA Literatur Abdulsyani, Sosiologi Kriminalitas, Remadya Karya, CV Bandung, 1987 Abdul Karim Nasution, Masalah Hukum Pembuktian Dalam Proses Pidana, Korp Kejaksaan Republik Indonesia, Jakarta,
Lebih terperinciPELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI
PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI Rizky Astri Kharisma 1, Antik Pujihastuti 2, Riyoko 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar
Lebih terperinciVISUM ET REPERTUM PADA TAHAP PENYIDIKAN DALAMMENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN. Sujadi
VISUM ET REPERTUM PADA TAHAP PENYIDIKAN DALAMMENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN Sujadi Abstrak Visum et repertum berasal dari kata latin yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris yaitu something seen
Lebih terperinciLex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016. FUNGSI OTOPSI FORENSIK DANKEWENANGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN KUHAP 1 Oleh: Indra Makie 2
FUNGSI OTOPSI FORENSIK DANKEWENANGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN KUHAP 1 Oleh: Indra Makie 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fungsi Otopsi Forensik
Lebih terperinciUrgensi Pemeriksaan Kedokteran Forensik pada Fase Penyelidikan dan Penyidikan Perkara Pidana Oleh: Dr. Y.A. Triana Ohoiwutun, S.H., M.H.*) 1. Pendahuluan Dalam penerapan dan penegakan hukum, khususnya
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. praperadilan, maka dapat disimpulkan bahwa: akan memeriksa tuntutan tersebut. Tata cara atau acara dalam proses pemeriksaan
78 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan tuntutan ganti kerugian akibat tidak sahnya penangkapan dan penahanan melalui proses praperadilan, maka dapat
Lebih terperinciTINJAUAN PELAKSANAAN PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK HUKUM KESEHATAN DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2016
TINJAUAN PELAKSANAAN PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK HUKUM KESEHATAN DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2016 Syahda Zakiatul Af al *), Jaka Prasetya, S.Kep, M.Kes**)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga gejala sosial yang bersifat universal. Pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, hingga kejahatan-kejahatan
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS
PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS Setio Agus Samapto STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Didalam kecelakaan lalu - lintas yang
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS
PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS Setio Agus Samapto STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Didalam kecelakaan lalu - lintas yang
Lebih terperinciTINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN
SKRIPSI/ PENULISAN HUKUM TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN Disusun oleh : Laurensius Geraldy Hutagalung NPM
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses peradilan pidana mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti tidaknya seorang
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA
BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA A. Undang Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban Undang - undang ini memberikan pengaturan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Andi Hamzah, Asas - Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
110 DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku : Adami Chazawi, Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-teori Pemidanaan dan Batas Berlakunya Hukum Pidana, Cetakan V, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010. Andi Hamzah, Asas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap perkara
Lebih terperinciTINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN
Jurnal Skripsi TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN Disusun oleh : 1.Laurensius Geraldy Hutagalung Dibimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung meningkat. Semakin pintarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lainnya yang diberikan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat perkembangan kasus perkosaan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat dikatakan bahwa kejahatan pemerkosaan telah berkembang dalam kuantitas maupun kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Hukum sebagaimana dicantumkan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang berbunyi Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama pemeriksaan suatu perkara pidana dalam proses peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap perkara tersebut.
Lebih terperinciBAB II. 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang KUHP. yang dibuat tertulis dengan mengingat sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
BAB II PENGATURAN HUKUM YANG MENGATUR VISUM ET REPERTUM DALAM TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN SESEORANG A. Pengaturan Visum et Repertum dalam Perundang-undangan Indonesia 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pelepasan Informasi medis visum et repertum
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Protap Pembuatan Visum et Pelepasan Informasi medis visum et Aspek Hukum Kesehatan 1. Alur permintaan visum et 2. Protap pelepasan informasi medis untuk keperluan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. tindak pidana perkosaan Laboratorium Forensik sudah berperan optimal
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Dalam mengungkap suatu tindak pidana perkosaan Laboratorium Forensik
Lebih terperinciKONSEP MATI MENURUT HUKUM
KONSEP MATI MENURUT HUKUM A. DEFINISI KEMATIAN Menurut UU no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 117, kematian didefinisikan sebagai Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi system jantung-sirkulasi
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu perkara pidana, seringkali para aparat penegak hukum dihadapkan pada suatu masalah atau hal-hal tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menilai kekuatan pembuktian alat-alat bukti yang ada, dikenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menilai kekuatan pembuktian alat-alat bukti yang ada, dikenal beberapa sistem atau teori pembuktian.pembuktian yang didasarkan melulu kepada alat-alat pembuktian
Lebih terperinciMakalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN
Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan apa yang tertuang dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana bahwa wewenang penghentian penuntutan ditujukan kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Hal ini berarti bahwa Republik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan permasalahan serta hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
Lebih terperinciKESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2
Lex Crimen, Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013 KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciPANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS
PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS Pendahuluan Rumah Sakit yang salah satu pelayanannya adalah menyelenggarakan pelepasan informasi isi Rekam Medis pasien yang sesuai dengan standar yakni berisi informasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Setiap tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang pada dasarnya orang tersebut wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang bersifat tidak tertulis, merupakan pedoman bagi setiap individu tentang bagaimana selayaknya berbuat
Lebih terperinciKEMUNGKINAN PENYIDIKAN DELIK ADUAN TANPA PENGADUAN 1. Oleh: Wempi Jh. Kumendong 2 Abstrack
Vol. 23/No. 9/April/2017 Jurnal Hukum Unsrat Kumendong W.J: Kemungkinan Penyidik... KEMUNGKINAN PENYIDIKAN DELIK ADUAN TANPA PENGADUAN 1 Oleh: Wempi Jh. Kumendong 2 Email:wempiejhkumendong@gmail.com Abstrack
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. a. Faktor kemandirian kekuasaan kehakiman atau kebebasan yang. pengancaman pidana di dalam undang-undang.
81 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor - faktor yang mempengaruhi hakim terhadap adanya disparitas
Lebih terperinciPEMBERIAN SURAT TANDA PENERIMAAN LAPORAN OLEH PIHAK KEPOLISIAN KEPADA PIHAK PELAPOR. (Studi di Polres Kota Batu) PENULISAN HUKUM
PEMBERIAN SURAT TANDA PENERIMAAN LAPORAN OLEH PIHAK KEPOLISIAN KEPADA PIHAK PELAPOR (Studi di Polres Kota Batu) PENULISAN HUKUM Oleh : SRI WAHYUNINGSIH 09400033 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. REKAM MEDIS 1. Definisi Rekam Medis Menurut PERMENKES RI NO 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen anatara lain identitas
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. terdahulu, maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu :
77 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, baik itu penelitian kepustakaan maupun wawancara serta analisis yang telah penulis lakukan dalam babbab terdahulu, maka penulis menyimpulkan
Lebih terperinciTINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA
TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV. 04. 04. 04 SLAMET RIYADI SURAKARTA Puji Retnowati, Antik Pujihastuti, Rohmadi, APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.co.id
Lebih terperinciPERANAN VISUM ET REPERTUM DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN
PERANAN VISUM ET REPERTUM DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN Manumpak Pane Wakil Ketua Kejaksaan Tinggi Maluku Korespondensi: manumpak.pane@yahoo.com Abstrak Kejahatan korporasi
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008
1 PENYANTUNAN BAGI KELUARGA MENINGGAL ATAU LUKA BERAT KECELAKAAN LALU LINTAS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGAMBILAN PUTUSAN HAKIM Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna
Lebih terperinciLex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017
KAJIAN YURIDIS TINDAK PIDANA DI BIDANG PAJAK BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN 1 Oleh: Seshylia Howan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciLex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017
KEWAJIBAN PENYIDIK DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN TERHADAP TERSANGKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA 1 Oleh: Christian Tambuwun 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian
Lebih terperinciLex Crimen Vol. IV/No. 8/Okt/2015
KETERANGAN SAKSI AHLI KEDOKTERAN JIWA DALAM PEMBUKTIAN PERADILAN PIDANA 1 Oleh : Christian Kabangnga 2 Abstrak Tujuan dilakukannya penelitian ini ada;lah untuk mengetahui bagaimana kedudukan keterangan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN
KARYA ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN Oleh: MOH. ZAINOL ARIEF NIM : 12 10 91 42 PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaksa pada setiap kejaksaan mempunyai tugas pelaksanaan eksekusi putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan untuk kepentingan itu didasarkan
Lebih terperincijahat tersebut tentunya berusaha untuk menghindar dari hukuman pidana, yaitu dengan cara
A. Pengertian Penahanan Seorang terdakwa akan berusaha untuk menyulitkan pemeriksaan perkara dengan meniadakan kemungkinan akan dilanggar, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Terdakwa yang
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Simpulan
1 BAB IV PENUTUP Setelah melakukan analisa terhadap permasalahan yang diteliti, maka pada akhir penulisan hukum ini penulis menyampaikan simpulan dan saran. Dalam simpulan dan saran ini akan dimuat suatu
Lebih terperinciALAT BUKTI SAH SURAT: PENEMUAN, PEMBUKTIAN, DAN KETERTERIMAAN Budi Sampurna 1
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 ALAT BUKTI SAH SURAT: PENEMUAN, PEMBUKTIAN,
Lebih terperinciPEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I A PADANG
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I A PADANG Skripsi Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh NAMA : MUZNI ZEN
Lebih terperinciLex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016
PENANGKAPAN DAN PENAHANAN SEBAGAI UPAYA PAKSA DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA 1 Oleh : Hartati S. Nusi 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana alasan penangkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara berdasarkan hukum bukan semata-mata kekuasaan penguasa. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka seluruh warga masyarakatnya
Lebih terperinciMANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu
MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Penahanan sementara merupakan suatu hal yang dipandang
Lebih terperinciPenerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)
Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) 1. Dany Try Hutama Hutabarat, S.H.,M.H, 2. Suriani, S.H.,M.H Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Lebih terperinciBAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA
BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 13 Disebut efektif
Lebih terperinci