TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI"

Transkripsi

1 TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI Nur Widowati 1, Rano Indradi Sudra 2, Tri Lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar 2 ABSTRAK Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa di RSUD Pandan Arang Boyolali adanya keterlambatan dalam pembuatan Visum Et. Visum Et akan menjadi bukti yang benar dan sesuai keadaan yang sebenarnya agar proses peradilan berjalan secara adil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pembuatan visum et repertum di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan metode observasi dan pendekatan Case Study. Subyek penelitian adalah petugas pembuat visum et repertum Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali dan obyek penelitian pelaksanaan prosedur pembuatan visum et repertum. Instrumen penelitian adalah pedoman wawancara dan pedoman observasi. Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Di RSUD Pandan Arang Boyolali bahwa terdapat 89 kasus permintaan Visum Et dengan perincian, 89 kasus permintaan Visum Et dengan perincian, 6 (6,74%) kasus penganiayaan, 5 (5,62%) kasus perkosaan dan 78 (87,64%) kasus kecelakaan. Dari ketiga macam kasus tersebut (penganiayaan, perkosaan dan kecelakaan lalulintas) termasuk dalam jenis kasus pidana. Lama proses pembuatan Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali paling cepat yaitu selama 3 hari dengan jumlah 80 kasus (89,89%) dan paling lama 45 hari dengan jumlah 1 kasus (1,12%). Dari data tersebut 89 kasus permintaan Visum Et dapat diselesaikan tepat waktu sebesar (87,64%) tetapi masih ada 11 kasus yang mengalami keterlambatan sebesar (26,36%), hal ini disebabkan oleh faktor dokter dari luar (dokter yang merawat pasien tidak sedang bertugas di RSUD Pandan Arang Boyolali atau dinas luar). Sebaiknya Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali untuk menghindari keterlambatan tersebut diperlukan koordinasi yang baik antara petugas pelayanan Visum Et dengan dokter yang merawat / melakukan Visum Et yaitu dengan cara petugas bagian Visum Et harus segera menghubungi dokter yang merawat, untuk dilakukan pemeriksaan apabila ada kasus permintaan Visum Et yang melibatkan dokter tersebut sehingga terjalin komunikasi yang baik dan menghindari keterlambatan proses pelayanan pembuatan Visum Et. Kata Kunci :Alur Prosedur Pembuatan,Visum Et Kepustakaan : 7 ( ) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008 Bab III pasal 7 menyatakan sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan rekam medis. Oleh karena itu, rumah sakit merupakan pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan sehingga setiap tindakan dan pelayanan yang diberikan pada pasien harus dicatat ke dalam dokumen rekam medis dan rumah sakit berkewajiban untuk menyimpan dan Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Et... (Nur Widowati 1,dkk) 85

2 menjaga kerahasiaan dokumen rekam medis pasien. Oleh karena itu, dokumen rekam medis sangat diperlukan untuk mencatat penyakit dan seluruh pelayanan yang telah diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasien. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian, serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin, dimana rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Salah satu penilaian dari pelayanan kesehatan dapat kita lihat dari pencatatan rekam medis atau rekam kesehatan. Dengan adanya minat pihak ketiga, seperti perusahaan asuransi, polisi dan pengadilan terhadap rekam medis telah menjadi milik umum. Akan tetapi, rekam medis hanya dapat dikeluarkan berdasarkan otoritas pemerintah atau badan yang berwenang sehingga secara hukum dapat dipertanggungjawabkan. Visum Et (V et R ) adalah suatu keterangan tertulis yang dibuat atas permintaan yang berwajib dan dilaksanakan oleh dokter berdasarkan sumpah mengenai apa yang dilihat dan ditemukan pada pasien atau benda yang diperiksa berdasarkan pengetahuan yang sebaik-baiknya untuk kepentingan pengadilan. Dalam hal ini RSUD Pandan Arang Boyolali sebagai penyelenggara kegiatan rekam medis dan pemilik berkas rekam medis harus mempunyai ketentuan yang mengatur tentang pelaksanaan alur prosedur pelayanan Visum Et. Berkas Visum Et mempunyai nilai hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha untuk menegakkan hukum dan penyediaan bukti. Permintaan Visum Et pada tahun 2008 sebanyak 117 kasus, masih ada hasil Visum Et yang tidak diambil oleh pihak kepolisian sebanyak 18 kasus (15,3%) sedangkan permintaan Visum Et ditahun 2008 sebanyak 89 kasus. Di tahun 2008 terdapat 11 kasus yang mengalami keterlambatan dalam pembuatan hasil Visum Et dengan jenis kasus campuran, yaitu kasus kecelakaan, perkosaan dan penganiayaan. Di lihat dari hasil tersebut diketahui bahwa terdapat penurunan permintaan Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali. Hasil Visum Et tersebut telah diambil oleh pihak yang berwenang. Berdasarkan kasus studi pendahuluan diketahui bahwa di RSUD Pandan Arang Boyolali adanya keterlambatan dalam pembuatan Visum Et pada tahun Tujuan penelitian adalah sebagai berikut : mengetahui pelaksanaan alur prosedur pembuatan visum et repertum di RSUD Pandan Arang Boyolali, Mengetahui prosedur pembuatan visum et repertu, Mengetahui jenis kasus dalam visum et repertum, Mengetahui dokter yang melaksanakan pemeriksaan visum et repertum, Mengetahui lama proses pembuatan visum et repertu, Mengetahui pencabutan/pembatalan permintaan visum et 86 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL.II, NO.1, MARET 2008, Hal 85-99

3 repertum, Mengetahui prosedur pengambilan visum et repertum. TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnase, penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat nginap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. (DepKes RI. 1997). Kemudian selanjutnya rekam medis menurut Huffman (1994) adalah himpunan fakta tentang kehidupan seorang pasien dan riwayat kepenyakitannya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien. Dalam pelayanan kesehatan terutama yang dilakukan para dokter di rumah sakit peranan catatan rekam medis sangat penting dan melekat dengan kegiatan pelayanan. Sesuai PerMenKes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 tentang rekam medis, yang dimaksud dengan rekam medis adalah Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan. Catatan atau rekaman ini menjadi sangat berguna untuk mengingatkan kembali dokter akan keadaan hasil pemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan bila pasien datang kembali untuk berobat ulang setelah beberapa hari, beberapa bulan bahkan beberapa tahun kemudian. Dengan adanya rekam medis, maka dokter bisa mengingat atau mengenali keadaan pasien waktu diperiksa sehingga lebih mudah melanjutkan strategi pengobatan dan perawatannya. 2. Tujuan Rekam Medis Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sedangkan tertib rumah sakit merupakan salah satu faktor dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. (Depkes, RI. 2006) 3. Kegunan Rekam Medis Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: a. Aspek administrasi Isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu penggunaan rekam medis diperlukan untuk melihat proses pengobatan dan tindakan yang diberikan atas diri seseorang pasien dapat diakses secara langsung oleh bagian yang berwenang atas pemeriksaan tersebut. b. Aspek medis Catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan dan perawatan yang diberikan kepada seorang pasien dan dalam rangka mempertahankan serta Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Et... (Nur Widowati 1,dkk) 87

4 meningkatkan mutu pelayanan melalui kegiatan audit medis, manajemen risiko klinis serta keamanan atau keselamatan pasien dan kendali biaya. c. Aspek hukum Isinya menyangkut masalah jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka upaya menegakkan keadilan. Rekam medis adalah milik dokter dan rumah sakit sedangkan isinya yang terdiri dari identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien sebagai informasi yang dimiliki oleh pasien sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (UU Praktik Kedokteran RI No. 29 Tahun 2004 Pasal 46 ayat (1) Penjelasan). d. Aspek keuangan Isinya mengandung data atau informasi yang dipergunakan sebagai aspek keuangan yaitu dalam hal pengobatan, terapi serta tindakantindakan yang diberikan pada pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit. e. Aspek penelitian Isinya menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek pendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. f. Aspek pendidikan Isinya menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran di bidang pendidikan kesehatan. g. Aspek dokumentasi Isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit. Kegunaan rekam medis secara umum adalah sebagai berikut: 1) Sebagai alat komunikasi antar dokter, antar tenaga ahli lainnya yang ikut dalam memberikan pelayanan, pengobatan dan perawatan pada pasien. 2) Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan yang harus diberikan pada pasien. 3) Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/ dirawat di rumah sakit. 4) Sebagai bahan untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. 5) Melindungi kepentingan hukum bagi pasien rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan. 88 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL.II, NO.1, MARET 2008, Hal 85-99

5 6) Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan. 7) Sebagai dasar dalam penghitungan biaya pembayaran pelayanan medis yang diterima pasien. 8) Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan. (Depkes, RI. 2006) B. VISUM ET REPERTUM 1. Pengertian Visum Et Visum Et berasal dari bahasa latin yaitu Videre yang berarti melihat dan Repere yang berarti melaporkan. Dari asal kata tersebut maka Visum Et dapat didefinisikan suatu keterangan tertulis yang dibuat atas permintaan pihak kepolisian / pengadilan oleh dokter berdasarkan sumpah kedokteran tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada pasien atau benda yang diperiksa berdasarkan pengetahuan kedokteran. Dalam hal ini, untuk kepentingan pengadilan atau keterangan ahli mengenai tindak pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Pengertian yang berwajib tidak hanya meliputi polisi, jaksa atau hakim, melainkan penyidik dan hakim pada tingkat pemeriksaan di sidang pengadilan (Koeswadji H, 1996). 2. Peranan Visum Et Mengenai Visum Et dalam ordonanti nomor 350 dimana pasal 1 menyatakan bahwa Visum Et yang dibuat oleh geneseskundigen (dokter) mempunyai daya bukti dalam perkara pidana, sepanjang hal itu memuat keterangan tentang apa yang dilihat, dialami dan diketahui berdasarkan ilmu pengetahuan dibidangnya terhadap barang-barang yang diperiksanya. Fungsi dan peranan Visum Et sebagai alat pembuktian dalam perkara pidana, terlebih-lebih bila dalam tindak pidana tersebut terdapat korban, baik luka-luka ataupun mati. Suatu Visum Et yang dibuat oleh dokter terutama bila dibuat oleh dokter ahli dalam bidangnya dan Visum Et tersebut memuat keterangan-keterangan sebagai hasil tentang apa yang dilihat, diketahui atau dialami berdasarkan ilmu pengetahuannya terhadap barang yang diperiksa, akan sangat membantu atau bemanfaat bagi penyidikan dan terutama bagi hakim dalam usahanya membuat terang sesuatu tindak pidana (LKUI, 1980) 3. Pejabat yang Berhak mengajukan Permintaan Visum Et a. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang- kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi (P.P.R.I. No.27 Th 1983) Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Et... (Nur Widowati 1,dkk) 89

6 b. Dalam hal di suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Sektor Kepolisian yang berpangkat Bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik c. Penyidik Pembantu adalah : d. Pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia tertentu sekurang kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi e. Dalam perkara perdata, hakim perdata dapat minta sediri f. Dalam perkara agama, hakim agama dapat minta sendiri (undang-undang No.1 Th 1970 pasal 10) g. Dalam hal orang yang luka atau mayat itu seorang anggota ABRI maka untuk meminta Visum Et hendaknya menghubungi polisi militer setempat dari kesatuan si korban (instruksi Kapolri No.Pol:Ins/P/20/IX/74 4. Prosedur Permintaan Visum Et Berdasarkan instruksi kepala kepolisian RI nomor Pol.Ins/E/20/20/IX/75 tentang tata cara permohonan dan pencabutan visum et repertumdisebutkan : a. Permintaan visum et repertum 1) Permintaan visum et repertum dibuat secara tertulis dengan mengisi blangko-blangko atau formulir yang telah disediakan diisi sesuai keadaan korban dan tindak pidana yang sedang dihadapi. Pengisian formulir dilakukan secara jelas atau tugas (pemeriksaan luar atau dalam keduanya) dan dilengkapi dengan keadaan pada saat ditemukan. 2) Surat permintaan visum et repertum dikeluarkan dan ditandatangani oleh pejabat tertentu dan kepala kepolisian militer yang pada dasarnya adalah pejabat yang berwenang mengeluarkan dan menandatangani surat pengadilan, surat perintah penangkapan, penahanan untuk korban mati dan pada bagian-bagian spesialis sesuai keadaan yang diderita si korban (korban perkosaan ke bagian bidan, korban lalu lintas ke bagian bedah). 3) Permintaan visum et repertumterhadap korban WNA, dilakukan sama terhadap WNI, guna pemberitahua kepada kedutaan atau perwakilan Negara dari korban. 4) Permintaan visum et repertum dikirim dalam waktu 2x24 jam sejak terjadinya peristiwa sampai hasil pemeriksaan ditemukan/diperoleh dokter (ahli kedokteran kehakiman diperoleh data yang lebih objektif dan sehubungan tersangka dalam waktu 2x24 jam harus sudah diperiksa. 90 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL.II, NO.1, MARET 2008, Hal 85-99

7 b. Pencabutan /pembatalan permintaan visum et repertum Pada dasarnya pencabutan permintaan visum et repertumtidak dapat dibenarkan karena melanggar UU pasal 222 KUHP berisi barangsiapa dengan sungguh sengaja mencegah, menghalang-halangi, merintangi atau menggalkan pemeriksaan mayat forensic, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 5. Bentuk Visum Et Untuk kecelakaan lalu lintas atau penganiayaan terdapat 3 bentuk Visum Et antara lain: a. Visum Et Sementara. Visum Et sementara berisi uraian hasil pemeriksaan pada waktu penderita masuk ke rumah sakit, penyebab terjadinya kelainan yang didapat serta kesimpulan sementara akibat kelainan yang diderita. b. Visum Et Lanjutan. Visum Et lanjutan berisi lanjutan dari Visum Et sementara serta perjalanan penyakit dari perderita. c. Visum Et definitif. Visum Et definitif berisi uraian tentang kelainan yang terdapat kesimpulan-kesimpulan berupa diagnosis, sebab dari kelainan yang didapat dan akibat ditimbulkan oleh kelainan tersebut (cacat yang timbul). Kelainan / cacat yang terjadi dibagi atas 3 kategori : 1) Bahaya maut dan cacat tetap yang menyebabkan tidak dapat melakukan pekerjaan selamanya, keguguran atau mati janin. 2) Halangan untuk melakukan pekerjaan dan jabatan. 3) Sembuh, tidak menghalangi melakukan pekerjaan dan jabatan. (LKUI, 1980) 6. Jenis Kasus yang Dimintakan Visum Et Kedudukan seorang dokter didalam penanganan korban kejahatan dengan menerbitkan visum et repertumseharusnya disadari dan dijamin netralitasnya, karena bantuan dokter akan sangat menentukan adanya kebenaran factual yang berhubungan dengan kejahatan. Jenis permasalahan antara lain: a. Penganiayaan b. Kecelakaan c. Perkosaan 7. Petugas yang Membuat Visum Et Visum et repertum oleh dokter forensik, dokter umum, dokter spesialis, dokter sipil, militer, dokter pemerintah/swasta agar memperoleh bantuan yang maksimal maka perlu diperhatikan dua hal yaitu: spesialis perlu disesuaikan kasusnya dan fasilitasnya. (LKUI, 1980) Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Et... (Nur Widowati 1,dkk) 91

8 METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Jenis penelitian ini digunakan untuk mengetahui alur prosedur pembuatan visum et repertum di RSUD Pandan Arang Boyolali. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Case Study dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktorfaktor yang mempengaruhi, kejadiankejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. (Notoadmodjo, 2005) B. Variabel dan Definisi Operasional Tabel 1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional No Variabel Definisi operasional 1. Prosedur pelayanan Visum Et Suatu acuan atau petunjuk pelaksanaan Visum Et bagi petugas yang bertanggungjawab dalam melaksanakan pelayanan Visum Et. 2. Jenis kasus dalam Macam-macam Visum Et kasus yang membutuhkan pemeriksaan Visum Et berupa kasus penganiayaan, pemerkosaan dan No Variabel Definisi operasional kecelakaan. 3. Petugas yang membuat Visum Et 4. Lamanya proses pembuatan Visum Et 5. Prosedur pengambilan Visum Et 6. Pencabutan atau pembatalan Visum Et C. Populasi dan Sampel Penelitian Seseorang yang mempunyai wewenang untuk melakukan pengisian formulir hasil Visum Et yaitu dokter umum, dan dokter spesialis Suatu proses waktu pembuatan Visum Et mulai dari tanggal permintaan dilakukan Visum Et sampai dengan memperoleh tanggal Visum Et Suatu alur kegiatan dalam pelayanan pengambilan hasil Visum Et Suatu proses untuk pencabutan atau pembatalan atas permintaan Visum Et yang telah diajukan oleh pihak kepolisian Polpulsi dan sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo. 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh permintaan pembuatan visum et repertum di RSUD Pandan Arang Boyolali pada sejumlah 89 kasus. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo. 2005). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh populasi permintaan Visum Et tahun 2008 sebanyak 89 kasus. 92 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL.II, NO.1, MARET 2008, Hal 85-99

9 D. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer Data yang didapat dari pengamatan langsurng dan wawancara pada petugas rekam medis dan petugas yang membuat visum et repertum untuk mengetahui bagaimana tinjauan alur prosedur pembuatan visum et repertum di RSUD Pandan Arang Boyolali. 2. Data sekunder Data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan pihak rumah sakit, misalnya dalam pengolahan ini data sekunder yang digunakan adalah data-data tentang visum et repertum dari beberapa informasi yang didapat dari RSUD Pandan Arang Boyolali. E. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan : 3. Editing Yaitu mengklasifikasikan kasus visum et repertum berdasarkan jenis kasusnya sesuai dengan surat permintaan visum et repertum. 4. Tabulasi Yaitu membuat tabel untuk mengelompokkan data yang sesuai dengan masing-masing obyek yang diteliti. 5. Penyajian Data Penyajian data berupa gambar tabel lama waktu proses pembuatan visum et repertum di RSUD Pandan Arang Boyolali. F. Tehnik Analisis Data Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif yaitu menggambarkan hasil penelitian sesuai keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan metode survey dengan cara melakukan wawancara dengan responden serta melakukan pendekatan cross sectional yang bersifat sewaktu yang menggambarkan pelaksanaan prosedur tetap pembuatan visum et repertum di RSUD Pandan Arang Boyolali. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Prosedur Pembuatan Visum Et RSUD Pandan Arang Boyolali sudah mempunyai prosedur tetap tentang pembuatan administrasi Visum Et dengan nomor dokumen 84/ PROTAP/ IV/ 2011, nomor revisi 3 tanggal terbit 14 April yang ditetapkan oleh direktur RSUD Pandan Arang Boyolali. Isinya adalah sebagai berikut : a. Ada surat pengantar / permohonan dari pihak terkait. b. Pasien diperiksa oleh dokter jaga IGD atau konsulen. c. Hasil pemeriksaan pasien dibuat laporan secara tertulis oleh petugas rekam medis pada blangko / formulir khusus untuk pembuatan Visum Et. d. Setelah Visum Et ditanda tangani dokter pemeriksa kemudian dicap stempel rumah sakit. Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Et... (Nur Widowati 1,dkk) 93

10 e. Yang berhak mengambil hasil Visum Et adalah dari penyidik yakni kepolisian atau kejaksaan. f. Penyelesaian pembuatan Visum Et selesai dalam waktu 3 (tiga) hari Di bagian Unit Rekam Medis mempunyai satu petugas yang bertugas membuatkan Visum Et. Visum Et merupakan laporan secara tertulis kondisi / cedera yang dialami pasien karena terlibat urusan kepolisian untuk kepentingan peradilan. Visum Et akan menjadi bukti yang benar dan sesuai keadaan yang sebenarnya agar proses peradilan berjalan secara adil. Semua pasien yang terlibat urusan dengan penyidik agar dibuatkan Visum Et untuk kepentingan peradilan. 2. Jenis Kasus dalam Visum Et Tabel 2. Jenis kasus dalam Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2008 No Jenis Kasus Visum Et n % 1 Penganiayaan 6 6,74% 2 Perkosaan 5 5,62% 3 Kecelakaan 78 87,64% Di RSUD Pandan Arang Boyolali bahwa selama Tahun 2008 terdapat 89 kasus permintaan Visum Et dengan perincian, 6 (6,74%) kasus penganiayaan, 5 (5,62%) kasus perkosaan dan 78 (87,64%) kasus kecelakaan. Dari ketiga macam kasus tersebut (penganiayaan, perkosaan dan kecelakaan lalu lintas) termasuk dalam jenis kasus pidana. 3. Dokter yang Melaksanakan Pemeriksaan Visum Et Visum et repertum dibuat oleh dokter umum dan dokter spesialis agar mempermudah dalam pembuatan hasil Visum Et maka perlu diperhatikan dua hal yaitu: spesialis perlu disesuaikan kasusnya dan fasilitasnya. Untuk kasus kecelakaan dan penganiayaan Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali dibuat oleh dokter bedah yang menangani pasien sedangkan kasus pemerkosaan dibuat oleh dokter obsgyn. 4. Lama Proses Pembuatan Visum Et Tabel 3. Lama Waktu Proses Pembuatan dan Pengambilan Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2008 Lama proses pembuatan (Lama waktu s/d selesai) Visum Et Jumlah n % 3 hari 80 89,89% 7 hari 1 1,12 % 8 hari 2 2,26 % 9 hari 1 1,12 % 15 hari 1 1,12 % 21 hari 1 1,12 % 28 hari 1 1,12 % 44 hari 1 1,12 % 45 hari 1 1,12 % Sumber : Data Sekunder Rekam Medis RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2008 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa lama proses pembuatan Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2011 paling cepat yaitu selama 3 hari dengan jumlah 80 kasus campuran yaitu 94 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL.II, NO.1, MARET 2008, Hal 85-99

11 penganiayaan, perkosaan dan kecelakaan (89,89%) dan paling lama 45 hari dengan jumlah 1 kasus perkosaan (1,12%). 5. Pencabutan/pembatalan permintaan visum et repertum Pada dasarnya pencabutan/pembatalan Visum Et dilakukan secara tertulis dengan mengisi formulir pencabutan, yang dibuat secara seragam dan ditujukan kepada Direktur rumah sakit. Pihak kepolisian membawa surat pencabutan / pembatalan Visum Et, kemudian diserahkan kepada direktur rumah sakit setelah itu direktur rumah sakit mengadakan rapat komite medis, setelah mendapatkan disposisi dari direktur rumah sakit diserahkan kepada petugas khusus yaitu Unit Rekam Medis, lalu ke bagian yang bertanggung jawab terhadap Visum Et untuk melayani pembatalan Visum Et, kemudian pihak polisi menandatangani buku pembatalan Visum Et yang berisi tanggal Visum Et, no surat permintaan Visum Et, nama korban, alamat korban, nama terang petugas polisi, keterangan. Rata-rata alasan pembatalan atau pencabutan permintaan Visum Et dikarenakan kedua belah pihak berdamai tanpa ada konfirmasi dengan rumah sakit. 6. Prosedur Pengambilan Visum Et Di RSUD Pandan Arang Boyolali belum ada prosedur tetap tentang pengambilan Visum Et. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pembuat Visum Et, syarat pengambilan Visum Et di rumah sakit selama ini dilakukan oleh petugas kepolisian dalam serah terima Visum Et dengan bukti membubuhkan tanda tangan dan nama terang pada buku pengambilan Visum Et. Kemudian petugas kepolisian akan membayar biaya administrasi pembuatan Visum Et terlebih dahulu ke bagian kasir sebelum menerima hasil Visum Et yang diminta. Tabel 4. Lama Waktu Pengambilan Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2008 Lama waktu s/d Jumlah diambil Visum Et n % 1 hari 78 87,64 % 7 hari 2 2,26 % 11 hari 1 1,12 % 14 hari 3 3,38 % 15 hari 1 1,12 % 16 hari 1 1,12 % 18 hari 1 1,12 % 25 hari 1 1,12 % 31 hari 1 1,12 % Dari data tersebut 89 kasus permintaan Visum Et dapat diselesaikan tepat waktu sebesar (87,64%) tetapi masih ada 11 kasus yang mengalami keterlambatan sebesar (12,36%), berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pembuat Visum Et, disebabkan oleh faktor dokter dari luar (dokter yang merawat pasien tidak sedang bertugas di RSUD Pandan Arang Boyolali atau dinas luar). Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Et... (Nur Widowati 1,dkk) 95

12 B. Pembahasan 1. Prosedur pelayanan pembuatan Visum Et Repetum. RSUD Pandan Arang Boyolali sudah mempunyai prosedur tetap dalam pelaksanaan Visum Et sehingga dalam pelaksanaan pelayanan Visum Et sudah didasarkan pada Prosedur tetap pelayanan Visum Et didasarkan pada prosedur pembuatan Visum Et. Prosedur pembuatan Visum Et pihak kepolisian mengajukan surat pengantar kepada direktur rumah sakit kemudian direktur rumah sakit mengeluarkan disposisi kepada kepala sub bidang rekam medis yang selanjutnya diserahkan kepada kepala satuan rekam medis dan dari kepala satuan rekam medis akan diserahkan kepada petugas pembuat Visum Et. Setelah petugas menerima surat disposisi tersebut, maka petugas akan membuatkan hasil Visum Et berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh dokter yang bertanggung jawab. Hal ini sudah sesuai dengan prosedur tetap yang ada di RSUD Pandan Arang Boyolali. 2. Jenis kasus dalam Visum Et repertum Adapun kasus yang membutuhkan Visum Et antara lain: a. Kasus kecelakaan Lalu Lintas Untuk kasus kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi di RSUD Pandan Arang Boyolali banyak yang membutuhkan Visum Et yang digunakan untuk mengurus Asuransi Jasa Raharja. Untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi biasanya dari pihak korban akan meminta Visum Et untuk mengurus pertanggung jawaban apabila dari pihak korban merasa keberatan dengan kekerasan yang sudah terjadi sehingga pihak korban meminta pertanggung jawaban atas kekerasan yang sudah dilakukan oleh tersangka. Visum Et tersebut digunakan untuk mengurus segala biaya yang telah dibebankan kepada korban untuk meminta ganti rugi. Selain itu juga untuk menguruss ke pengadilan apabila pihak korbantidak terima dengan kekerasan yang terjadi. b. Kasus penganiayaan Untuk kasus penganiayaan yang terjadi biasanya dari pihak korban akan melakukan visum yang digunakan sebagai bukti penganiayaan yang sudah terjadi, dimana visum tersebut merupakan bukti bahwa adanya luka maupun luka memar yang ada di bagian tubuh. Sehingga korban bisa melaporkan dan meminta pertanggung jawaban. Salah satu contoh kasus penganiayaan yaitu kekerasan dalam rumah tangga. Untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi biasanya dari pihak korban akan meminta Visum Et untuk mengurus pertanggung jawaban apabila dari pihak korban merasa keberatan 96 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL.II, NO.1, MARET 2008, Hal 85-99

13 dengan kekerasan yang sudah terjadi sehingga pihak korban meminta pertanggung jawaban atas kekerasan yang sudah dilakukan oleh tersangka. Visum Et tersebut digunakan untuk mengurus segala biaya yang telah dibebankan kepada korban untuk meminta ganti rugi. Selain itu juga untuk mengurus ke pengadilan apabila pihak korban tidak terima dengan kekerasan yang terjadi. c. Kasus pemerkosaan Untuk kasus pemerkosaan biasanya korban melakukan pemeriksaan terlebih dahulu ke poliklinik obsgyn atau kalau waktu kejadian diluar jam praktek poliklinik biasanya pasien diperiksa di UGD sebagai bukti untuk mengetahui kondisi awal pasien masuk yang menuju ke kasus perkosaan. 3. Dokter yang melaksanakan pemeriksaan Visum Et Dokter yang membuat Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali meliputi dokter umum dan dokter obsgyn. Dalam hak ini Visum Et dapat dibuat oleh dokter forensik, dokter umum, dokter spesialis. Dan bidang spesialis dokter disesuaikan dengan kasus yang diminta pengadilan misalnya korban perkosaan sebaiknya dokter spesialis obsgyn, korban hidup / mati akibat penganiayaan atau kecelakaan lalulintas dilakukan oleh dokter bedah. Jika dokter tidak bertugas / berada di rumah sakit tersebut maka pemeriksaan Visum Et dapat dilayani oleh dokter umum, hal ini sudah dilaksanakan oleh RSUD Pandan Arang Boyolali. (LKUI, 1980). 4. Lama proses pembuatan Visum Et Dari 89 kasus permintaan Visum Et dapat diselesaikan tepat waktu sebesar (87,64%) tetapi masih ada 11 kasus yang mengalami keterlambatan sebesar (26,36%). Hal ini disebabkan oleh faktor dokter yang sedang tidak bertugas di RSUD Pandan Arang Boyolali (dinas luar). Untuk menghindari keterlambatan tersebut diperlukan koordinasi yang baik antara petugas pelayanan Visum Et dengan dokter yang merawat / melakukan Visum Et yaitu dengan cara petugas bagian Visum Et harus segera menghubungi dokter yang merawat, untuk dilakukan pemeriksaan apabila ada kasus permintaan Visum Et yang melibatkan dokter tersebut sehingga terjalin komunikasi yang baik dan menghindari keterlambatan proses pelayanan pembuatan Visum Et. 5. Pencabutan /pembatalan permintaan visum et repertum Di RSUD Pandan Arang Boyolali selama periode tahun 2008 tidak ditemukan pencabutan permintaan Visum Et, akan tetapi apabila kedua belah pihak memutuskan untuk berdamai di tengah perjalanan maka hasil Visum Et tidak diambil. Dari hasil wawancara dengan petugas pembuat Visum Et bahwa hasil Visum Et secara otomatis Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Et... (Nur Widowati 1,dkk) 97

14 tidak diambil dan tidak menyerahkan surat pengantar pencabutan hasil Visum Et dari pihak kepolisian. 6. Prosedur pengambilan Visum Et Pengambilan Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali belum ada. Selama ini pengambilan hasil Visum Et hanya dilakukan dengan cara petugas kepolisian menandatangani dan menuliskan nama terang pada buku pengambilan Visum Et sebagai tanda bukti bahwa Visum Et tersebut diambil oleh pihak yang berwenang. Dalam hal pengambilan hasil Visum Et ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pihak kepolisian, yaitu : membawa surat pengantar pengambilan Visum Et, fotocopy kartu keanggotaan dari petugas kepolisian berpangkat sekurang-kurangnya Pembantu Letnan Dua Polisi (P.P.R.I) dan surat kuasa dari pihak peminta Visum Et (penyidik) apabila pengambilan di wakilkan oleh orang lain. Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi untuk menjamin kerahasiaan informasi medis yang terdapat dalam Visum Et. Maka demi kelancaran proses pengambilan Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali, harus dibuat prosedur tetap pengambilan Visum Et yang memuat tentang syaratsyarat pengambilan Visum Et. Dengan adanya prosedur tetap yang jelas dan lengkap diharapkan petugas dapat melayani pengambilan Visum Et dengan tertib dan benar. PENUTUP A. Simpulan 1. Prosedur tetap tentang pembuatan administrasi Visum Et dengan nomor dokumen 84/ PROTAP/ IV/ 2008, nomor revisi 3 tanggal terbit 14 April yang ditetapkan oleh direktur RSUD Pandan Arang Boyolali 2. Jenis kasus dalam Visum Et dirsud Pandan Arang Boyolali yaitukasus kecelakaan Lalu Lintas, kasus penganiayaan dan kasus perkosaan. 3. Dokter yang membuat Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali meliputi dokter umum dan dokter obsgyn. Dalam hak ini Visum Et dapat dibuat oleh dokter forensik, dokter umum, dokter spesialis. 4. Lama proses pembuatan Visum Et dari 89 kasus permintaan Visum Et dapat diselesaikan tepat waktu sebesar (87,64%) tetapi masih ada 11 kasus yang mengalami keterlambatan sebesar (26,36%) disebabkan oleh faktor dokter yang sedang tidak bertugas di RSUD Pandan Arang Boyolali (dinas luar). Batas pembuatan Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali yaitu 3 hari. 5. Di RSUD Pandan Arang Boyolali selama periode tahun 2008 tidak ditemukan pencabutan permintaan Visum Et, akan tetapi apabila kedua belah pihak memutuskan untuk berdamai di tengah perjalanan maka hasil Visum Et tidak diambil. 98 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL.II, NO.1, MARET 2008, Hal 85-99

15 6. Pengambilan Visum Et di RSUD Pandan Arang Boyolali selama ini pengambilan hasil Visum Et hanya dilakukan dengan cara petugas kepolisian menandatangani dan menuliskan nama terang pada buku pengambilan Visum Et sebagai tanda bukti bahwa Visum Et tersebut diambil oleh pihak yang berwenang. B. Saran 1. Pada alur pelayanan pembuatan Visum Et sebaiknya pada hasil dibuat rangkap 2 sebagai bukti untuk rumah sakit dan pihak yang berwajib. 2. Untuk menghindari keterlambatan tersebut diperlukan koordinasi yang baik antara petugas pelayanan Visum Et dengan dokter yang merawat / melakukan Visum Et yaitu dengan cara petugas bagian Visum Et harus segera menghubungi dokter yang merawat, untuk dilakukan pemeriksaan apabila ada kasus permintaan Visum Et yang melibatkan dokter tersebut sehingga terjalin komunikasi yang baik dan menghindari keterlambatan proses pelayanan pembuatan Visum Et. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia. Revisi 1. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Depkes RI, Pedoman Penyelanggaraan dan Prosedur Rekam Medis di Indonesia.Jakarta: Depkes RI. Huffman EK HIM (Health Information Management Physician Record Company Berwin Illonionis, USA Koeswadji, H Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Asas-asas dan Implemasinya PT. Citra Aditya Bhakti. Bandung. Lembaga Kriminologi UI (LKUI), Lokakarya Tata Laksana Visum Et di DKI Jakarta 1980 V et R Kejahatan Kesusilaan V et R Jenasah, LKUI, Jakarta. Notoatmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/2008 Tentang Rekam Medis. Jakarta: Menteri Kesehatan Tinjauan Alur Prosedur Pembuatan Visum Et... (Nur Widowati 1,dkk) 99

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ETREPERTUM DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA TAHUN 2010

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ETREPERTUM DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA TAHUN 2010 TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ETREPERTUM DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA TAHUN 2010 Suyanti 1, Antik Pujihastuti 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT FILING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2012

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT FILING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2012 TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT FILING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2012 Dyah Ayu Wardani, Tri lestari, Harjanti APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

TINJAUANPEMANFAATANINFORMASI REKAM MEDIS UNTUK KEBUTUHAN PENDIDIKAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2011 ABSTRAK

TINJAUANPEMANFAATANINFORMASI REKAM MEDIS UNTUK KEBUTUHAN PENDIDIKAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2011 ABSTRAK TINJAUANPEMANFAATANINFORMASI REKAM MEDIS UNTUK KEBUTUHAN PENDIDIKAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2011 Suci Rahmawati, Rano Indradi Sudra, Tri lestari APIKES MitraHusadaKaranganyar

Lebih terperinci

KONSEP MATI MENURUT HUKUM

KONSEP MATI MENURUT HUKUM KONSEP MATI MENURUT HUKUM A. DEFINISI KEMATIAN Menurut UU no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 117, kematian didefinisikan sebagai Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi system jantung-sirkulasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PENYIMPANAN DAN PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUANG FILING RSUD dr. MOEWARDI ABSTRAK

TINJAUAN PELAKSANAAN PENYIMPANAN DAN PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUANG FILING RSUD dr. MOEWARDI ABSTRAK TINJAUAN PELAKSANAAN PENYIMPANAN DAN PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUANG FILING RSUD dr. MOEWARDI Oniek Mustika Wati 1, Antik Pujihastuti 2, Riyoko 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen

Lebih terperinci

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum VISUM et REPERTUM Pengertian Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan). Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI

PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI Rizky Astri Kharisma 1, Antik Pujihastuti 2, Riyoko 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN 2012 Dwianto 1, Tri Lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

TINJAUAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM MENJAGA ASPEK KERAHASIAN REKAM MEDIS DI RSUD dr. DARSONO KABUPATEN PACITAN

TINJAUAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM MENJAGA ASPEK KERAHASIAN REKAM MEDIS DI RSUD dr. DARSONO KABUPATEN PACITAN TINJAUAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM MENJAGA ASPEK KERAHASIAN REKAM MEDIS DI RSUD dr. DARSONO KABUPATEN PACITAN Risqi Vidia Astuti (Prodi D3 PMIK STIKes Buana Husada Ponorogo) ABSTRAK Pendahuluan:

Lebih terperinci

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS Pendahuluan Rumah Sakit yang salah satu pelayanannya adalah menyelenggarakan pelepasan informasi isi Rekam Medis pasien yang sesuai dengan standar yakni berisi informasi

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN FORMULIR LAPORAN OPERASI (RM 16) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS DESAIN FORMULIR LAPORAN OPERASI (RM 16) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR ANALISIS DESAIN FORMULIR LAPORAN OPERASI (RM 16) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR Sofiana Kusniya Hanik 1, Rano Indradi Sudra 2, Rohmadi 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN

KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN Karunia Hapsari 1, Moch. Arief TQ 2, Tri Lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra

Lebih terperinci

TINJAUAN PENDISTRIBUSIAN DOKUMEN REKAM MEDISRAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO NGAWI TAHUN 2009

TINJAUAN PENDISTRIBUSIAN DOKUMEN REKAM MEDISRAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO NGAWI TAHUN 2009 TINJAUAN PENDISTRIBUSIAN DOKUMEN REKAM MEDISRAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO NGAWI TAHUN 2009 Paramita Eka Noviany 1, Antik Pujihastuti 2, Tri Lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes visum et Repertum Keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati

Lebih terperinci

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA Oleh : Sumaidi, SH.MH Abstrak Aparat penegak hukum mengalami kendala dalam proses pengumpulan alat-alat bukti yang sah

Lebih terperinci

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Atik Dwi Noviyanti 1, Dewi Lena Suryani K 2, Sri Mulyono 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN Christina Sulistiyorini, Tri Lestari, Rohmadi APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Prosedur tetap (protap) pembuatan visum et repertum. a. Pemeriksaan korban hidup. b. Pemeriksaan korban mati

BAB VI PENUTUP. 1. Prosedur tetap (protap) pembuatan visum et repertum. a. Pemeriksaan korban hidup. b. Pemeriksaan korban mati BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik sebagai kesimpulan berikut : 1. Prosedur tetap (protap) pembuatan visum et repertum Didalam prosedur tetap Rumah Sakit Umum

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA Izha Sukma Rahmadhani 1, Sri Sugiarsi 2, Antik Pujihastuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lainnya yang diberikan kepada

Lebih terperinci

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMUSNAHAN DOKUMEN REKAM MEDIS IN AKTIF DI RSU PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE 2007

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMUSNAHAN DOKUMEN REKAM MEDIS IN AKTIF DI RSU PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE 2007 TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMUSNAHAN DOKUMEN REKAM MEDIS IN AKTIF DI RSU PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE 2007 Siti Rufiatun 1, Antik Pujihastuti 2, Rohmadi 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen

Lebih terperinci

TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN Christina Sulistiyorini 1, Tri Lestari 2, Rohmadi 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Visum et Repertum 2.1.1. Pengertian Visum et Repertum Secara harfiah kata Visum et Repertum berasal dari kata visual (melihat) dan reperta (temukan), sehingga Visum et Repertum

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Status hukum dan peraturan tentang catatan kesehatan harus dijaga oleh institusi pelayanan kesehatan. Istitusi kesehatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAPPADA KASUS CHRONIC KIDNEY DISEASE TRIWULAN IVDI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAPPADA KASUS CHRONIC KIDNEY DISEASE TRIWULAN IVDI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAPPADA KASUS CHRONIC KIDNEY DISEASE TRIWULAN IVDI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Septi Nur Rayu, Sri Sugiarsi, M. Arief TQ APIKES Mirta Husada Karangnayar

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 436 / MENKES / SK / VI / Tentang

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 436 / MENKES / SK / VI / Tentang Lampiran 1 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 436 / MENKES / SK / VI / 1993 Tentang BERLAKUNYA STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT DAN STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( )

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( ) ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI UNIT PELAYANAN PENYAKIT DALAM DI BANGSAL CEMPAKA 1 DAN CEMPAKA 2 BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 Nanang Sukma Kurniawan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG Faizal Rachman*), Zaenal Sugiyanto**) *) Alumni Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Rini Damayanti, Sri Sugiarsi,Riyoko APIKES Mitra Husada Karanganyar ABSTRAK

Rini Damayanti, Sri Sugiarsi,Riyoko APIKES Mitra Husada Karanganyar ABSTRAK ANALISIS KUANTITATIF PADA DOKUMEN REKAM MEDIS PASIENINFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) DI UNIT RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALITRIWULAN I TAHUN 2011 Rini Damayanti, Sri Sugiarsi,Riyoko APIKES

Lebih terperinci

PENGANTAR MEDIKO-LEGAL. Budi Sampurna

PENGANTAR MEDIKO-LEGAL. Budi Sampurna PENGANTAR MEDIKO-LEGAL Budi Sampurna PROFESI KEDOKTERAN SUMPAH HIPOKRATES : LARANGAN-LARANGAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN (Hindari perbuatan amoral / non standar) UTAMAKAN KEBEBASAN PROFESI RAHASIA KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Tinjauan Desain Formulir Rujukan Jamkesmas berdasarkan Aspek Fisik, Isi, Anatomi dan Hukum Kesehatan di Puskesmas Ngargoyoso

Tinjauan Desain Formulir Rujukan Jamkesmas berdasarkan Aspek Fisik, Isi, Anatomi dan Hukum Kesehatan di Puskesmas Ngargoyoso Tinjauan Desain Formulir Rujukan Jamkesmas berdasarkan Aspek Fisik, Isi, Anatomi dan Hukum Kesehatan di Puskesmas Ngargoyoso Trifena Wulan Indriyani 1, Antik Pujihastuti 2, Rohmadi 2 Mahasiswa Apikes Mitra

Lebih terperinci

BAB XX KETENTUAN PIDANA

BAB XX KETENTUAN PIDANA Undang-undang Kesehatan ini disyahkan dalam sidang Paripurna DPR RI tanggal 14 September 2009 1 PASAL-PASAL PENYIDIKAN DAN HUKUMAN PIDANA KURUNGAN SERTA PIDANA DENDA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 2007 SERI C R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DAN FASILITAS LAINNYA PADA BADAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM

Lebih terperinci

1. UU 29/2004 Tentang Praktik Kedokteran (UUPK) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis Rekam

1. UU 29/2004 Tentang Praktik Kedokteran (UUPK) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis Rekam 1. UU 29/2004 Tentang Praktik Kedokteran (UUPK) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis Rekam medis sebagai mana dimaksud dalam ayat 1 harus segera

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR Wahyu Untari Aji 1, Moch. Arief TQ 2, Antik Pujihastuti 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien dapat dinilai dan dilihat pada formulir-formulir dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien dapat dinilai dan dilihat pada formulir-formulir dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam Medis merupakan formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan manajemen klinis dan administrasi

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS Landasan hukum yang mendasari penyelenggaraan rekam medis di Indonesia: a. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 pada pasal 53, disebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pengertian Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. penting yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Rekam medis di suatu instansi pelayanan kesehatan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Rekam medis

Lebih terperinci

TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA

TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV. 04. 04. 04 SLAMET RIYADI SURAKARTA Puji Retnowati, Antik Pujihastuti, Rohmadi, APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.co.id

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI HUKUM KESEHATAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2013

TINJAUAN PELAKSANAAN PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI HUKUM KESEHATAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2013 TINJAUAN PELAKSANAAN PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI HUKUM KESEHATAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2013 Sinta Puspita Sari *), dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan dengan kekerasan tajam maupun tumpul atau keduanya, seksual, kecelakaan lalu

Lebih terperinci

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK Peranan Dokter Forensik, Pembuktian Pidana 127 PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK Di dalam pembuktian perkara tindak pidana yang berkaitan

Lebih terperinci

No. Dokumen /RM/10

No. Dokumen /RM/10 PEMBERIAN INFORMASI ISI SPO 1.1.28/RM/1 1/2 Ditetapkan 15 April 21 dr. Widayanti Pengertian : Petugas yang diberi wewenang, dokter yang merawat berhak memberikan informasi tentang kesehatan pasien atas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE TAHUN 2010

KARAKTERISTIK PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE TAHUN 2010 KARAKTERISTIK PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE TAHUN 200 Dwi Nur Cahyaningsih, Rano Indradi Sudra 2, Tri Lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.915, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Data. Informasi Kesehatan. Rahasia Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN KASUS DUGAAN PELANGGARAN DISIPLIN DOKTER DAN DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN MEDIS

SURAT KETERANGAN MEDIS SURAT KETERANGAN MEDIS & VISUM et REPERTUM Presented by : Sarah Habibah Nurul Azizah M David Grandisa Deden Panji W Neti Watini LAB. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL FK UNJANI SURAT KETERANGAN MEDIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuliah pengelolaan system rekam medis 1 yang diberikan dosen pengasuh, juga

BAB I PENDAHULUAN. kuliah pengelolaan system rekam medis 1 yang diberikan dosen pengasuh, juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu fungsi yang paling penting dari sebuah rumah sakit adalah menyediakan perawatan berkualitas tinggi terhadap pasien. Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEM PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI BAGIAN FILING RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013

TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEM PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI BAGIAN FILING RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013 TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEM PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI BAGIAN FILING RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 23 Susi Ernawati, Tri Lestari, Harjanti APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang terus mengalami perkembangan adalah rumah sakit.rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang terus mengalami perkembangan adalah rumah sakit.rumah sakit xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi yang terus-menerus mengalami perkembangan. Perkembangan yang terjadi tidak hanya pada bidang ilmu pengetahuan, teknologi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419)

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja dengan menggunakan rumus Work Load Indicator Staff Need atau WISN Bagian Filing RSUD Dr. Moewardi Periode Tahun 2016.

Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja dengan menggunakan rumus Work Load Indicator Staff Need atau WISN Bagian Filing RSUD Dr. Moewardi Periode Tahun 2016. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja dengan menggunakan rumus Work Load Indicator Staff Need atau WISN Bagian Filing RSUD Dr. Moewardi Periode Tahun 206. Distyan Ruth N M, Antik Pujihastuti 2 Mahasiswa APIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan pembunuhan mengalami peningkatan yang berarti dari segi kualitas dan kuantitasnya. Hal ini bisa diketahui dari banyaknya pemberitaan melalui media massa maupun

Lebih terperinci

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. REKAM MEDIS 1. Definisi Rekam Medis Menurut PERMENKES RI NO 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen anatara lain identitas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 91 2001 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DAN FASILITAS LAINNYA PADA BADAN PENGELOLA RSU dr. SLAMET

Lebih terperinci

5. HAKEKAT PERMENKES 269/MENKES/PER/III/2008 TENTANG RM dan PERTAURAN TERKAIT LAINNYA LILY WIDJAYA,SKM.,MM D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

5. HAKEKAT PERMENKES 269/MENKES/PER/III/2008 TENTANG RM dan PERTAURAN TERKAIT LAINNYA LILY WIDJAYA,SKM.,MM D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN 5. HAKEKAT PERMENKES 269/MENKES/PER/III/2008 TENTANG RM dan PERTAURAN TERKAIT LAINNYA LILY WIDJAYA,SKM.,MM D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP 1. Tata cara pelaksanaan pelepasan informasi medis pasien : a. Mengetahui alur pelayanan visum et b. Mengetahui pihak peminta visum et c. Mengetahui jenis kasus

Lebih terperinci

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DENGAN KASUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI SURAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DENGAN KASUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI SURAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DENGAN KASUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI SURAKARTA TRIWULAN II TAHUN 20 Fitri Hastuti, Sri Sugiarsi 2, Riyoko 2 Mahasiswa APIKES Mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses peradilan pidana mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti tidaknya seorang

Lebih terperinci

Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 78 / Yanmed / RS Umdik / YMU / I / 91 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit

Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 78 / Yanmed / RS Umdik / YMU / I / 91 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 78 / Yanmed / RS Umdik / YMU / I / 91 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit I. PENDAHULUAN a. Bahwa dalam rangka upaya peningkatan mutu serta efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara berdasarkan hukum bukan semata-mata kekuasaan penguasa. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka seluruh warga masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu sistem/bagian dari sistem pelayanan kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas yang masing-masing

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN BEBAN KERJA WORK LOAD INDICATOR STAFF NEED ATAU WISN BAGIAN TPPRJ RSUD KABUPATEN SRAGEN ABSTRAK

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN BEBAN KERJA WORK LOAD INDICATOR STAFF NEED ATAU WISN BAGIAN TPPRJ RSUD KABUPATEN SRAGEN ABSTRAK ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN BEBAN KERJA WORK LOAD INDICATOR STAFF NEED ATAU WISN BAGIAN TPPRJ RSUD KABUPATEN SRAGEN Nuni Nur Aini 1, Sri Sugiarsi 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013

analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013 analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013 aprilia dwi a 1, Harjanti 2, Bambang W 3 mahasiswa apikes mitra

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Medik

Standar Pelayanan Medik Standar Pelayanan Medik Pembuatan Surat Keterangan Ahli Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Untuk kepentingan penegakan hukum /Visum et Repertum Psychiatricum (VeRP) A. TUJUAN 1. VeRP tersangka menilai kondisi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Lebih terperinci

BAB II PENYIDIKAN TERHADAP PENGAJUAN KLAIM ASURANSI TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA PENGGELAPAN ASURANSI

BAB II PENYIDIKAN TERHADAP PENGAJUAN KLAIM ASURANSI TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA PENGGELAPAN ASURANSI 32 BAB II PENYIDIKAN TERHADAP PENGAJUAN KLAIM ASURANSI TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA PENGGELAPAN ASURANSI A. Syarat-syarat Pengajuan Klaim Asuransi Dalam dunia perasuransian, penyebutan kata klaim menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM Lily Widjaja SKM, MM Lilywi 1 PERATURAN Peraturan yang terkait dg.r M/ RK Isi dari struktur RM Pentingnya Keamanan Informasi Mengidentifikasi Peran dan Tanggung jawab dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan umum di bidang kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan umum di bidang kesehatan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan umum di bidang kesehatan yang membutuhkan keberadaan suatu sistem yang handal dan cukup untuk meningkatkan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L Inform Consent Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L 1 PENDAHULUAN Malpraktek pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional (profesi) yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan suatu perkara pidana dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal ini

Lebih terperinci

RIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum ANGGOTA PERHUKI DKI

RIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum ANGGOTA PERHUKI DKI RIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum ANGGOTA PERHUKI DKI DASAR HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN. UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana. 22 BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, BENTUK UMUM VISUM ET REPERTUM, DAN VISUM ET REPERTUM MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM A. Tinjauan Umum Penyidikan a. Pengertian Berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN PELAKSANAAN REKAM MEDIS GIGI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KOTA PONTIANAK

KAJIAN PELAKSANAAN REKAM MEDIS GIGI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KOTA PONTIANAK KAJIAN PELAKSANAAN REKAM MEDIS GIGI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KOTA PONTIANAK Sri Rezki Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Pontianak ABSTRAK Latar Belakang: Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor : 240/MENKES/PER/III/2010 merupakan intitusi. rawat jalan pasien lama dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor : 240/MENKES/PER/III/2010 merupakan intitusi. rawat jalan pasien lama dan gawat darurat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 240/MENKES/PER/III/2010 merupakan intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495] UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 80 (1) Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelepasan Informasi medis visum et repertum

BAB III METODE PENELITIAN. Pelepasan Informasi medis visum et repertum BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Protap Pembuatan Visum et Pelepasan Informasi medis visum et Aspek Hukum Kesehatan 1. Alur permintaan visum et 2. Protap pelepasan informasi medis untuk keperluan

Lebih terperinci