PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DI LATHAN FURNITURE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DI LATHAN FURNITURE"

Transkripsi

1 PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DI LATHAN FURNITURE Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FITRI PRASETYANINGRUM I JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i

2 LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DI LATHAN FURNITURE Ditulis oleh: Fitri Prasetyaningrum I Mengetahui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Taufiq Rochman, STP, MT Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP NIP Ketua Program S-1 Non Reguler Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS Taufiq Rochman, STP, MT NIP Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Industri UNS Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Lobes Herdiman, MT NIP NIP ii

3 LEMBAR VALIDASI Judul Skripsi : PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DI LATHAN FURNITURE Ditulis oleh: Fitri Prasetyaningrum I Telah disidangkan pada hari Rabu tanggal 21 April 2010 Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan Dosen Penguji 1. Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT NIP Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT NIP Dosen Pembimbing 1. Taufiq Rochman, STP, MT NIP Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP iii

4 SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Fitri Prasetyaningrum Nim : I Judul tugas akhir : Perancangan Meja Pencekam Dan Kursi Guna Memperbaiki Postur Kerja Berdasarkan Pendekatan Anthropometri Di Lathan Furniture Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung segala konsekuensinya. Surakarta, 27 April 2010 Fitri Prasetyaningrum I iv

5 SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Fitri Prasetyaningrum Nim : I Judul tugas akhir : Perancangan Meja Pencekam Dan Kursi Guna Memperbaiki Postur Kerja Berdasarkan Pendekatan Anthropometri Di Lathan Furniture Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian dari publikasi karya ilmiah Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Surakarta, 27 April 2010 Fitri Prasetyaningrum I v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga Tugas Akhir dengan judul Perancangan Meja Pencekam Dan Kursi Guna memperbaiki Postur Kerja Berdasarkan pendekatan Anthropometri Di Lathan Furniture dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat memberi masukan secara umum bagi Lathan Furniture dan khususnya bagi pekerja di stasiun perakitan.. Tidak lupa pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya atas pihak- pihak yang turut membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu : 1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS. 2. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku pembimbing I, atas segala bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa. 3. Bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng selaku pembimbing II, atas segala bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa. 4. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku penguji, atas kesediaannya memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini. 5. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT selaku penguji, atas kesediannya dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan ide maupun gagasan dalam hal perbaikan dalam tugas akhir ini. 6. Bapak Supaham, Ibu Tatik Tri Suharni selaku orang tua saya, Bapak Sutanto selaku kakek saya yang selalu memberi dukungan dan doa yang tak pernah putus sehingga dapat menyelesaikan laporan ini. 7. Adekku Desti trimakasih atas doa dan dukungan slama pembuatan Tugas Akhir ini. vi

7 8. My Honey Muhammad Hanafi yang selalu memberi dukungan, bantuan, bimbingan, arahan, dan doa dalam penyelesaian tugas akhir ini. 9. Bang Sunar yang telah membantu aku dalam penyelesaian tugas akhir ini. 10. Temen-temen kos pondok baru 5 afla, laras, darmani, janti, devi, dan lain-lain terimakasih atas doa dan dukungannya. 11. Bapak Purwanto beserta pekerja di Lathan Furniture yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. 12. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti, Pak Agus, dan semua tim TU, terima kasih atas segala urusan administrasi selama kuliah di teknik industri ini. 13. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2005, yang selalu mendukung dan membantuku, kalian semua teman-teman terbaikku. 14. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat membantu penulis di masa yang akan datang. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat berguna bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun semua pihak yang membutuhkan. Surakarta, 27 April 2010 Penulis vii

8 ABSTRAK Fitri Prasetyaningrum, NIM: I , PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN ANTHOPOMETRI DI LATHAN FURNITURE. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, April Aktivitas kerja pada stasiun perakitan kursi makan kursi makan di Lathan Furniture masih sederhana.. Berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map yang disebarkan kepada lima orang pekerja diketahui pekerja mengalami cidera otot pada bagian leher bawah (80%), bahu (20%), punggung (40%), pinggang kebelakang (40%), pinggul kebelakang (20%), pantat (20%), paha (40%), lutut (60%), dan betis (80%). Dan berdasarkan Penilaian postur kerja dengan metode Rapid Entire Body Assesment pada aktivitas menganyam sandaran kursi bagian belakang, membalik kursi dan menaruh kursi setelah dibalik berada dalam level tinggi dengan skor REBA 11, 9, dan 8. Sedangkan gerakan yang termasuk level sedang yaitu saat menganyam sandaran kursi bagian depan, menganyam sisi-sisi pada kaki kursi, dan menganyam kaki kursi dengan skor REBA 4, 5, dan 4. untuk memperbaiki postur kerja saat ini, maka perlu dirancang meja pencekam dan kursi berdasarkan pendekatan anthropometri. Dari hasil penilaian postur kerja dengan metode REBA, postur kerja pekerja mengalami perbaikan setelah menggunakan fasilitas kerja hasil rancangan. Pada gerakan menganyam sandaran depan mengalami penurunan level dari level 2 ke level 1, gerakan menganyam sandaran belakang mengalami penurunan level yaitu dai level 3 ke level 2, gerakan menganyam kaki kursi juga mengalami penurunan level yaitu dari level 2 ke level 1. Dapat disimpulkan bahwa meja pencekam dan kursi yang dibuat dapat memperbaiki postur kerja yang ada saat ini. Kata Kunci: cidera otot, postur kerja, meja pencekam, dan kursi xix halaman; 59 tabel, 45 gambar, 1 lampiran, daftar pustaka: 10 ( ). viii

9 ABSTRACT Fitri prasetyaningrum, NIM: I DESIGN CHUCK TABLE AND CHAIR FOR IMPROVING WORK POSTURE WITH ANTHROPOMETRI APPROACH IN LATHAN FURNITURE. THESIS. Surakarta: Industrial Engineering Departement, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, April Work activities at the dining chair assembly station in Lathan Furniture are still simple. Based on the results of the Nordic Body Map questionnaires which sre distributed to the five workers, worker injured muscles in the lower neck (80%), shoulder (20%), back (40%), waist (40%), hips (20%), buttocks (20%), thigh (40%), knee (60%), and calf (80%). And based on the Rapid Entire Body Assessment in the activity of weaving the back seat, turning the chair and putting a chair after being reversed, all of this activities are in a higher level with the REBA score of 11, 9, and 8. While the movement of the front seat weaving, weaving the sides of the legs of the chair, and wicker chair leg, all of this activities have REBA score 4, 5, and 4. To improve working posture this time, it is necessary to design clamp table and chairs based on anthropometric approach. From the results of assessment of working posture with the REBA method, workers working posture has improved after using the work facility design result. On the front chair weaving movement decreased level, from level 2 to level 1, the rear backrest weaving movements decreased level from level 3 to level 2, braided chair leg movements also decreased level, from level 2 to level 1. Can be concluded that the result design of chuck table and chair can improve working posture of the workers. Keywords: musculoskeletal, work posture, chuck table, and chair xix pages, 59 tables, 45 drawings, 2 attachments, bibiliography:10 ( ) ix

10 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR VALIDASI... iii SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH... iv SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii DAFTAR LAMPIRAN... xix BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Tugas Akhir Manfaat Tugas Akhir 1.5 Batasan Masalah 1.6 Asumsi 1.7 Sistematika Penulisan... I - 1 I - 1 I - 3 I - 3 I - 3 I - 3 I - 4 I - 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Latar Belakang Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Hari dan Jam Kerja... II - 1 II - 1 II - 1 II - 1 II - 2 x

11 2.1.4 Alur Kerja Proses Produksi Lathan Furniture Produk yang Dihasilkan 2.2 LANDASAN TEORI Konsep Ergonomi Nordic Body Map Postur dan Pergerakan Kerja REBA (Rapid Entire Body Assesment) Anthropometri dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data Anthropometri Sikap Duduk dan Perancangan Tempat Duduk Meja dan Permukaan Benda Kerja Perancangan Alat Bantu. 2.3 MEKANIKA KONSTRUKSI MESIN Statika Gaya Kekuatan Material (Kekuatan Rangka) Pengertian dan Kategori Pencekam (Fixture)... II - 2 II - 3 II - 4 II - 4 II - 5 II - 5 II - 8 II - 18 II - 22 II - 25 II - 26 II - 27 II - 27 II - 29 II - 29 II - 32 II -34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN... III TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH DAN STUDI PENDAHULUAN Studi Pustaka Studi Lapangan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat PENGUMPULAN DATA Pengumpulan Data Nordic Body Map (NBM)... III - 1 III 2 III - 2 III - 2 III - 3 III - 3 III - 3 III Dokumantasi Postur Kerja.... III Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid xi

12 Entire Body Assessment (REBA) Sebelum Perancangan Data Anthropometri PENGOLAHAN DATA Perhitungan Persentil Perancangan Fasilitas Kerja Perakitan Perhitungan Kekuatan Rangka Meja Pencekam dan Kursi Kerja Penetapan Bahan dan Analisis Biaya Uji Coba Alat Hasil Rancangan Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA ) Setelah Perancangan ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL KESIMPULAN DAN SARAN... III - 4 III - 4 III - 4 III - 5 III - 5 III - 8 III - 8 III - 8 III - 9 III- 9 III- 9 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENGUMPULAN DATA Pengumpulan Data Studi Pendahuluan... IV - 1 IV - 1 IV Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) Sebelum Perancangan... IV Pengumpulan Data Anthropometri IV PENGOLAHAN DATA Perhitungan Persentil Perancangan Fasilitas Meja Pencekam dan Kursi... IV - 36 IV- 36 IV Pembuatan Gambar Rancangan Meja Pencekam dan Kursi... IV Perhitungan Kekuatan Rangka Fasilitas Kerja Meja Pencekam dan Kursi Penetapan Bahan Rancangan dan Analisis Biaya... IV- 46 IV Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Rapid Entire Body xii

13 Assessment (REBA) Setelah Perancangan... IV- 62 BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL ANALISIS KONDISI AWAL 5.2 ANALISIS POSTUR KERJA Analisis Postur Kerja Saat Memakai Fasilitas Kerja yang Lama Analisis Postur Kerja Saat Memakai Fasilitas Kerja yang Baru Analisis Perbandingan Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA Sebelum Perancangan dan Setelah Perancangan ANALISIS HASIL PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA MEJA PENCEKAM DAN KURSI. 5.4 ANALISIS MEKANIKA TEKNIK ANALISIS PENENTUAN BAHAN DAN BIAYA... V - 1 V - 1 V - 2 V - 2 V - 3 V- 3 V- 4 V-4 V-5 KESIMPULAN DAN SARAN... BAB VI 6.1 Kesimpulan Saran... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN VI-1 VI-1 VI-1 xiii

14 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 DAFTAR TABEL Skor Pergerakan Punggung (Batang Tubuh)... Skor Pergerakan Leher... Skor Postur Kaki... Skor Pergerakan Lengan Atas... Skor Pergerakan Lengan Bawah... Skor Pergelangan Tangan... Tabel A.. Tabel B. Tabel C.. Load atau force... Coupling... Activity... Level Resiko dan Tindakan... Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal... Rumus Perhitungan Momen Penahan untuk Beberapa Geometri Melintang Material... Postur Kerja Pada Aktivitas Perakitan... Tabel Input dan Output Perancangan... Data Kuesioner Nordic Body Map... Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan... Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan... Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang... II -10 II- 10 II- 11 II- 12 II- 13 II- 13 II -14 II -15 II -15 II -16 II -16 II -16 II -18 II -24 II - 24 II 32 IV - 4 IV - 5 IV - 7 IV - 9 IV- 10 IV-12 xiv

15 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26 Tabel 4.27 Tabel 4.28 Tabel REBA Skor B Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang... Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Bagian Sisi-Sisi Pada Alas Kursi... Skor REBA Grup B Untuk Gambar Menganyam Bagian Sisi-Sisi Pada Alas Kursi... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Bagian Sisi-Sisi Pada Alas Kursi... Skor REBA Grup A Gambar Membalik Kursi... Skor REBA Grup B Gambar Membalik Kursi... Tabel REBA Skor C Gambar Membalik Kursi... Skor REBA Grup A untuk Gambar Menaruh Kursi Setelah Dibalik... Skor REBA Grup B Gambar Menaruh Kursi Setelah Dibalik... Tabel REBA Skor C untuk Gambar Menaruh Kursi Setelah Dibalik... Skor REBA Grup A untuk Gambar Menganyam Kursi Bagian Bawah... Skor REBA Grup B untuk Gambar Menganyam Kursi Bagian Bawah... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Kursi Bagian Bawah Data Anthrpometri Pekerja. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Persentil 50 Data Anthropometri. Dimensi Meja Pencekam dan Kursi Tabel Kelebihan dan Kekurangan Material Besi Tabel Kelebihan dan Kekurangan Material Kayu.. Rencana Anggaran Pembuatan Meja Pencekam... Rencana Anggaran Pembuatan Kursi Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi IV-14 IV-15 IV-17 IV-19 IV-20 IV-22 IV-24 IV-25 IV-27 IV-29 IV-30 IV-32 IV-34 IV-35 IV-36 IV-37 IV-43 IV-60 IV-60 IV-61 xv

16 Tabel 4.29 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Tabel 4.32 Tabel 4.33 Tabel 4.34 Tabel 4.35 Tabel 4.36 Tabel 4.37 Tabel 4.38 Tabel 4.39 Tabel 4.40 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Bagian Depan... Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan... Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang... Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang... Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Kaki Kursi... Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Kaki Kursi... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Kaki Kursi... Skor REBA Grup A Menganyam Alas atau Dudukan Kursi Skor REBA Grup B Menganyam Alas atau Dudukan Kursi Skor REBA Grup C Menganyam Alas atau Dudukan. Postur Kerja Awal dan Postur Kerja Setelah Perancangan Hasil Penilaian Dengan Metode REBA Sebelum Perancangan... Hasil Penilaian Dengan Metode REBA Setelah Perancangan.. Hasil Penilaian Dengan Metode REBA Sebelum dan Setelah Perancangan IV-62 IV-65 IV-66 IV-67 IV-69 IV-71 IV-72 IV-74 IV-76 IV-80 IV-81 IV-82 IV-82 IV-83 V-2 V-3 V-4 xvi

17 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Gambar 2.18 Gambar 2.19 Gambar 2.20 Gambar 2.21 Gambar 2.22 Gambar 2.23 Gambar 2.24 Gambar 2.25 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 DAFTAR GAMBAR Alur Kerja Proses Produksi Lathan Furniture Nordic Body Map... Jangkauan Gerakan Korset Bahu... Jangkauan Persendian Bahu... Jangkauan Gerakan Persendian Siku... Jangkauan Gerakan Pergelangan Tangan.. Range Pergerakan Punggung Range Pergerakan Leher... Range Pergerakan Kaki Range Pergerakan Lengan Atas Range Pergerakan Lengan Bawah.. Range Pergerakan Pergelangan Tangan... Langkah-Langkah Perhitungan Metode REBA. Anthropometri untuk Perancangan Produk Distribusi Normal yang Mengakomodasi 95% dari Populasi... Tumpuan Rol... Tumpuan Sendi.. Tumpuan Jepit... Sketsa Prinsip Statika Kesetimbangan... Sketsa Shearing Force Diagram. Sketsa Normal Force Sketsa Moment Bending (+)... Landasan Sketsa Moment Bending (-)... Landasan Arah Kanan Landasan Arah Kiri Metodologi Penelitian. Menganyam Sandran Kursi Bagian Depan. Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang.. Menganyam Bagian Sisi-Sisi pada Kaki Kursi.. Membalik Kursi.. II-2 II-5 II-6 II-6 II-7 II-7 II-10 II-11 II-11 II-12 II-13 II-14 II-17 II-20 II-22 II-28 II-28 II-28 II-30 II-30 II-30 II-31 II-31 II-31 II-31 III-1 IV-6 IV-11 IV-16 IV-21 xvii

18 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20 Menaruh Kursi Setelah Dibalik... Menganyam Kursi Bagian Bawah Gambar 2D Tampak Atas Meja Pencekam dan Kursi. Gambar 2D Tampak Samping Meja Pencekam dan Kursi Gambar 3D Meja Pencekam dengan Kursi Anyaman dan Kursi, dan Meja Tempat Material. Gambar 3D Perspektif Meja Pencekam, Kursi, dan Meja Tempat Material. Gambar 3D Tampak Samping Meja Pencekam dengan Posisi Meja Dimiringkan dan Kursi.. Reaksi Gaya Rangka Meja Diagram Gaya Geser Meja Diagram Momen Lentur Meja.. Profil O Jenis ST 37. Rangka Kursi. Reaksi Gaya-Gaya pada Rangka Perpotongan Rangka.. Diagram Gaya Geser Kursi Diagram Momen Lentur Kursi. Profil O Jenis ST 37. IV-26 IV-31 IV-44 IV-44 IV-45 IV-46 IV-50 IV-47 IV-48 IV-48 IV-49 IV-55 IV-55 IV-56 IV-57 IV-58 IV-58 xviii

19 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1 Kuesioner (Nordic Body Map) L - 1 xix

20 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat penelitian. Selanjutnya diuraikan mengenai batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam membahas permasalahan dan sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian ini. 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia memiliki beberapa daerah sentra industri rotan. Salah satu sentra industri kerajinan rotan di Jawa Tengah terdapat di Desa Gawok Sukoharjo. Sebagian masyarakat di Desa Gawok Sukoharjo bekerja sebagai pengrajin rotan. Kerajinan yang dibuat berupa anyaman kursi, meja, peti mati, dan lain-lain. Keahlian masyarakat dalam menganyam didapatkan secara turun-temurun dari keluarga mereka. Kemudian masyarakat di Desa Gawok Sukoharjo mengembangkan bakat yang mereka miliki dengan cara mendirikan industri kecil. Lathan Furniture merupakan salah satu industri kecil di daerah Gawok Sukoharjo yang bergerak di bidang kerajinan rotan dan memfokuskan produksinya berdasarkan pesanan konsumen. Lathan Furniture mempunyai beberapa stasiun kerja diantaranya yaitu stasiun pemotongan, stasiun perakitan, dan stasiun finishing. Pada stasiun pemotongan terdapat bebrapa pekerja yang bertugas antara lain mengoperasikan mesin pemotong dan memilih rotan yang sudah dipotong. Posisi pekerja yang bertugas mengoperasikan mesin pemotong yaitu berdiri sambil memasukkan rotan kedalam mesin pemotong dan pekerja yang lain duduk dikursi sambil menerima fitrit output dari mesin. Kemudian pekerja dibagian sortir, memilah fitrit dan kulit rotan sesuai dengan kebutuhan dengan posisi duduk disebuah dingklik. Aktivitas di stasiun perakitan masih dikerjakan secara manual yaitu pekerja menganyam fitrit dan kulit rotan pada produk dengan menggunakan tangan. Pada saat menganyam, produk diletakkan diatas meja putar dan pekerja duduk disebuah dingklik dengan posisi kepala menunduk. Setelah produk selesai dirakit, kemudian dilakukan proses finishing yang terdiri dari pross pengapian yaitu produk disemprot dengan api untuk menghilangkan serabut-serabut yang masih menempel. Selanjutnya dilakukan pengamplasan yang berfungsi untuk menghaluskan produk dengan cara menggosok produk dengan amplas supaya permukaan produk menjadi halus. Setelah itu dilakukan proses pengecatan, produk dicat dengan cara menyemprot agar produk menjadi menarik dan tahan lama. Setelah proses pengeringan selesai produk dibungkus L-20

21 dengan menggunakan kertas dan dilapisi plastik yang fungsinya untuk melindungi produk dari pengaruh lingkungan dan gesekan dengan produk lain saat berada digudang. Pada penelitian kali ini difokuskan pada stasiun perakitan. Para pekerja yang bertugas di stasiun perakitan beraktivitas menganyam kursi makan. Fasilitas kerja yang digunakan pekerja masih sangat sederhana, yaitu meja putar yang kecil dan dingklik. Pada saat menganyam sandaran depan, pekerja duduk diatas kursi makan yang sedang dianyam dengan posisi menghadap kebelakang. Pekerja duduk dengan posisi tersebut dengan durasi waktu 2 jam. Kemudian pada saat menganyam sandaran bagian belakang, pekerja duduk pada sebuah dingklik dengan posisi kedua kaki menjepit kursi makan yang dianyam. Posisi pekerja tersebut dipertahankan selama kurang lebih 3 jam, karena hal tersebut dilakukan dengan membolakbalik kursi pada saat menganyam guna mendapatkan hasil yang baik. Sedangkan pada saat menganyam bagian kaki kursi, pekerja duduk pada sebuah dingklik dan meletakkan benda kerja disebuah meja putar kecil yang tidak ada pencekamnya. Posisi kerja dengan kaki ditekuk tersebut dilakukan dalam durasi kurang lebih 2 jam. Dari banyaknya postur kerja yang berbeda-beda dan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus menyebabkan timbulnya rasa sakit pada beberapa bagian tubuh. Hal ini diketahui dari kuisioner Nordic Body Map yang telah dibagikan kepada lima orang pekerja. Bardasarkan hasil kuisioner Nordic Body Map yang disebarkan kepada lima orang pekerja diketahui timbulnya rasa sakit pada beberapa bagian tubuh pekerja yaitu leher bawah (80%), bahu (20%), punggung (40%), pinggang kebelakang (40%), pinggul kebelakang (20%), pantat (20%), paha (40%), lutut (60%), dan betis (80%). Penilaian postur kerja dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment. Berdasarkan penilaian tersebut diketahui bahwa postur kerja pekerja saat menganyam sandaran kursi bagian belakang, membalik kursi dan menaruh kursi setelah dibalik termasuk dalam level tinggi dengan skor REBA 11, 9, dan 8. Sedangkan gerakan yang termasuk level sedang yaitu saat menganyam sandaran kursi bagian depan, menganyam sisisisi pada kaki kursi, dan menganyam kaki kursi dengan skor REBA 4, 5, dan 4. Sehingga, masih diperlukan perbaikan postur kerja terhadap para pekerja. Dari permasalahan diatas, diketahui bahwa alat yang digunakan masih sederhana yaitu berupa meja putar yang hanya bisa digunakan untuk menganyam bagian kaki kursi, tidak bisa dinaik-turunkan, tidak bisa dimiringkan, dan belum ada pencekam untuk mencekam kursi yang sedang dianyam. Pencekam yaitu alat bantu yang berfungsi memposisikan, memegang, dan menahan benda kerja selama proses produksi. Sedangkan L-21

22 tempat duduk pekerja dalam bekerja masih menggunakan dingklik sehingga dilakukan perancangan meja pencekam dan kursi. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dari tugas akhir ini yaitu bagaimana merancang fasilitas kerja berupa meja pencekam dan kursi untuk memperbaiki postur kerja pada pekerja di Lathan Furniture?. 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini, yaitu menghasilkan rancangan meja pencekam dan kursi untuk membuat anyaman yang sesuai dengan anthropometri pekerja yang dapat memperbaiki postur kerja. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu memberikan rancangan fasilitas kerja berupa meja pencekam dan kursi yang dapat mengurangi tingkat keluhan cidera otot pada pengrajin rotan di Lathan Furniture. 1.5 BATASAN MASALAH Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Pekerja yang diukur adalah pekerja laki-laki dengan usia antara 22 tahun sampai dengan 31 tahun. 2. Pengamatan dilakukan pada perakitan sandaran dan kaki kursi makan. 3. Pengukuran anthropometri pekerja menggunakan rollmeter. 1.6 ASUMSI Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Pekerja bekerja dalam keadaan normal. 2. Lama jam kerja setiap hari 8 jam dengan istirahat 1 jam. 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Laporan tugas akhir ini merupakan dokumentasi pelaksanaan dan hasil penelitian, adapun sistematika laporan tugas akhir sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN L-22

23 Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga dapat memberikan manfaat sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan-batasan dan asumsi yang digunakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang uraian teori yang dipergunakan sebagai landasan pemecahan masalah serta memberikan penjelasan secara garis besar mengenai metode yang digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah serta perhitunganperhitungan yang digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan uraian-uraian tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian mulai dari identifikasi masalah hingga penarikan kesimpulan. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisikan uraian mengenai data-data penelitian yang digunakan dalam proses pengolahan data dan hasil pengolahan yang digunakan sebagai rekomendasi perbaikan rancangan fasilitas kerja perakitan di Lathan Furniture. BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya berupa pembahasan kesimpulan hasil yang diperoleh dan memberikan saran perbaikan yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya. L-23

24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Pada sub bab ini akan dijelaskan latar belakang serta kegiatan atau aktifitas yang dilakukan di perusahaan tempat dilakukannya penelitian Latar belakang Perusahaan Awal berdirinya perusahaan ini adalah berdagang rotan. Pada tahun 1980an Bapak Suharto berdagang rotan dan usahanya dinamai UD Sumber Rejeki. Dari usaha dagang tersebut UD Sumber Rejeki memperluas usahanya menjadi usaha furniture yang berbahan baku rotan yang dinamai Lathan Furniture. Pada tahun 1990an Lathan Furniture berdiri dan beralamat di Gesingan RT 1 RW 9 Luwang, Gawok, Sukoharjo. Adapun latar belakang didirikannya usaha furniture karena didaerah Gawok Sukoharjo merupakan sentra industri kerajinan rotan. Pada saat itu putra dari Bapak Suharto yaitu Bapak Purwanto sudah lulus dari bangku kuliah. Sehingga, Bapak Suharto ingin mengembangkan usahanya dari berdagang rotan menjadi pengusaha furniture. Bapak Purwanto mengembangkan usaha ini dengan baik, dan sampai sekarang beliau menjadi pengelola usaha furniture tersebut Struktur Organisasi Perusahaan Lathan Furniture, memiliki struktur organisasi yang difungsikan sebagai sarana dan prasarana agar tugas dapat diselesaikan dengan baik, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Manager/ Pemimpin Lathan Furniture memiliki manager/pemimpin yang merangkap sebagai pemilik perusahaan yang memiliki wewenang terhadap perusahaan atas segala kegiatan operasional yang ada di Lathan Furniture. b. Asisten Asisten merupakan para pekerja yang melakukan aktifitas khusus didalam perusahaan tersebut. Asisten yang dimiliki perusahaan tersebut sebanyak 1 L-ii

25 orang dan mempunyai tugas antara lain: Menerima pesanan dari konsumen. Mengkoordinir pekerja dan memberi pengarahan pada pekerja. Mencatat pembukuan c. Karyawan Karyawan merupakan para pekerja yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian proses awal, proses perakitan, dan proses finishing Hari dan Jam Kerja Lathan Furniture bekerja selama 6 hari dan setiap harinya bekerja selama 8 jam sejak pukul WIB Alur Kerja Proses Produksi Lathan Furniture Gambar 2.1 Alur Kerja Proses Produksi Lathan Furniture Sumber: Lathan Furniture, 2009 Dengan penjelasan sebagai berikut: L-iii

26 1. Bahan Baku Bahan baku didatangkan dari Surabaya dan Gunung Kidul. Bahan baku yang dipakai berupa rotan dan daun pandan. 2. Pengelupasan Kulit Rotan Kulit rotan dikupas dengan menggunakan mesin, fungsinya untuk memecah rotan dengan kulitnya sehingga fitrit dan kulit rotan terpisah. 3. Sortir Proses sortir dilakukan untuk mengelompokkan fitrit sesuai pesanan dan megelompokkan antara fitrit yang baik dan yang cacat. Sehingga memudahkan proses perakitan. 4. Proses perakitan Pada proses perakitan rangka mebel yang sudah ada kemudian dirakit dengan menganyam rotan/ fitrit yang sudah disiapkan. 5. Proses finishing Setelah produk selesai dirakit produk tersebut mengalami proses finishing, meliputi pengamplasan, pengapian, pemotongan bagian produk yang tidak digunakan, dan pengecatan/pernis. Setelah selesai dicat produk tersebut dikeringkan. 6. Proses Packing Pada proses packing produk yang telah selesai dikeringkan dikemas sesuai pesanan kemudian ditaruh dalam gudang barang jadi. 7. Produk siap dikirim Produk yang sudah jadi siap untuk dikirim menggunakan container. Karena produk mebel di perusahaan ini diekspor ke luar negeri Produk yang Dihasilkan Produk yang dihasilkan oleh perusahaan meliputi meja, kursi, peti, keranjang, dan lain-lain. Kursi makan terdapat berbagai macam jenis seperti kursi makan enceng gondok, kursi makan balero, kursi makan kipas, kursi makan balero jari-jari, kursi makan spain, kursi makan tipe rig, kursi makan marline, dan kursi makan rotan yang dudukannya memakai busa. 2.2 LANDASAN TEORI L-iv

27 Konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori pendukung yang dibahas dalam sub bab ini antara lain tentang konsep ergonomi, postur kerja (REBA), anthropometri, dan mekanika teknik Konsep Ergonomi Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergo (kerja) dan Nomos (hukum). Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya untuk merancang suatu system kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif dan efisien (Wignjosoebroto, 1995). Pendekatan ergonomi akan mampu menimbulkan functional effectiveness dan kenikmatan-kenikmatan pemakaian dari peralatan, fasilitas, maupun lingkungan kerja yang dirancang. Maksud dan tujuan dari pendekatan ergonomi yaitu memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, dan keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi kelelahan pada pekerja. Pengembangan ergonomi tidak hanya ditinjau dari satu segi ilmu saja, namun pengembangan ergonomi akan memerlukan dukungan berbagai disiplin keilmuan seperti psikologi, anthropologi, anatomi, anthropometri, mekanika teknik, dan lain-lain. Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja, dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 2008) Nordic Body Map (NBM) Corlett (1992) menyatakan bahwa Nordic body map merupakan salah satu alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman L-v

28 (agak sakit) sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada gambar 2.2, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas yang tinggi. Untuk menekan bias yang mungkin terjadi, maka sebaiknya pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja (Tarwaka dkk., 2004). Gambar 2.2 Nordic Body Map Sumber: Corlett, 1992 dalam Tarwaka dkk., Postur dan Pergerakan Kerja Postur kerja adalah merupakan pengaturan sikap pada saat tubuh sedang melakukan pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik. a. Korset bahu Korset bahu memiliki macam-macam gerakan normal yaitu : abduction, adduction, elevation, depression L-vi

29 . Abduction Adduction Elevation Depression. Gambar 2.3 Jangkauan Gerakan Korset Bahu Sumber: co.uk, 2010 Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh (the median plane). Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane). Elevasition adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas) Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah). b. Persendian bahu Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion, extension,abduction,adduction,rotation. L-vii

30 Flexion Extension Abduction Adduction Outward Medial Rotation Intward Medial Rotation Circumduction Gambar 2.4 Jangkauan Persendian Bahu Sumber: co.uk, 2010 Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh. Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan. Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara keseluruhan. c. Persendian siku Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation, flexion, extension. Pronation Supination (Palm Up) L-viii

31 Flexion Extension Gambar 2.5 Jangkauan Gerakan Persendian Siku Sumber: co.uk, 2010 Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh. Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. d. Persendian pergelangan tangan Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension, adduction, abduction, dan circumduction. Flexion Extension Adduction Abduction Circumduction Gambar 2.6 Jangkauan Gerakan Pergelangan Tangan Sumber: co.uk, 2010 Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh. L-ix

32 Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh. Circumduction adalah pergerakan pergerakan tangan secara memutar REBA (Rapid Entire Body Assesment) Menurut Mc Atamney dan Hignett (2000) Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (nur-w.blogspot.com,2009). Metode ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera. REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu pekerja. Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja (nur-w.blogspot.com,2009). L-x

33 Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan tahapan sebagai berikut: Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya. Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja. Penentuan sudut sudut dari bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing masing tabel. Tabel 2.1 Skor Pergerakan Punggung (Batang Tubuh) Pergerakan Skor Perubahan Skor Tegak 1 0⁰ - 20⁰ Flexion 2 0⁰ - 20⁰ Extension 20⁰ - 60⁰ Flexion 3 >20⁰ Extension >60⁰ Flexion 4 +1 jika memutar atau kesamping L-xi

34 Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Pada tabel 2.1 di atas, pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada gambar 2.8 berikut ini. Gambar 2.7 Range Pergerakan Punggung Sumber : nur-w.blogspot.com,2009 Skor pergerakan leher dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Skor Pergerakan Leher Pergerakan Skor Perubahan Skor 0⁰-20⁰ Flexion 1 +1 jika memutar atau >20⁰ Flexion atau Extension 2 miring kesamping Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Pada tabel 2.2 di atas, pergerakan leher dapat ditunjukkan pada gambar 2.8 berikut ini. L-xii

35 Gambar 2. 8 Range Pergerakan Leher Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Skor postur kaki dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.3 di bawah ini. kaki tertopang ketika berjalan atau duduk dengan bobot seimbang rata-rata kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata Tabel 2.3 Skor Postur Kaki Pergerakan Skor Perubahan Skor 1 1 jika lutut antara 30⁰- 60⁰ Flexion Sumber : nur-w.blogspot.com, jika lutut > 60⁰ Flexion Pada tabel 2.3 di atas, postur kaki dapat ditunjukkan pada gambar 2. 9 berikut ini. Gambar 2. 9 Range Pergerakan Kaki Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Skor pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.4 di bawah ini. 1 2 TABEL 2.4 SKOR PERGERAKAN LENGAN ATAS 20⁰ Extension -20⁰ jika lengan atas abducted Flexion >20⁰ Extension 2 +1 jika pundak atau bahu ditinggikan 20⁰-45⁰Flexion 45⁰-90⁰Flexion 3-1 jika operator bersandar atau bobot lengan >90⁰Flexion 4 ditopang L-xiii

36 Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Pada tabel 2.4 di atas, pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan pada gambar 2.10 berikut ini. Gambar 2.10 Range Pergerakan Lengan Atas Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Skor pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.5 di bawah ini. Tabel 2.5 Skor Pergerakan Lengan Bawah Pergerakan Skor 60⁰-100⁰ Flexion 1 <60⁰ Flexion atau 2 >100⁰Flexion Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Pada tabel 2.5 di atas, pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan pada gambar 2.11 berikut ini. L-xiv

37 Gambar 2.11 Range Pergerakan Lengan Bawah Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Skor pergelangan tangan dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.6 di bawah ini. Tabel 2.6 Skor Pergelangan Tangan Pergerakan Skor Perubahan Skor 0-15 Flexion atau Extension 1 +1 jika pergelangan tangan > 15 Flexion atau Extension 2 menyimpang atau berputar Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Pada tabel 2.6 di atas, pergelangan tangan dapat ditunjukkan pada gambar 2.12 berikut ini. Gambar 2.12 Range Pergerakan Pergelangan Tangan Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Hasil penilaian dari pergerakan punggung (batang tubuh), leher dan kaki kemudian digunakan untuk menentukan skor A dengan menggunakan tabel 2.7 di bawah ini. Table A Trunk Posture score Tabel 2.7 Tabel A Neck Legs L-xv

38 Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Hasil penilaian dari pergerakan lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan kemudian digunakan untuk menentukan skor B dengan menggunakan tabel 2.8 di bawah ini. Table B 3 TABEL 2.8 TABEL B Lower Arm Wrist Upper Arm Score Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Hasil skor yang diperoleh dari tabel A dan tabel B digunakan untuk melihat tabel C sehingga didapatkan skor dari tabel C. Score A (score from teble A+load/force Tabel 2.9 Tabel C Table C Score B, (table B value + coupling score) score) L-xvi

39 Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Selain skoring pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu disertakan adalah berat beban yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya. Masing-masing faktor tersebut juga mempunyai kategori skor. Besarnya skor berat beban yang diangkat dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.10 di bawah ini. 4 TABEL 2.10 LOAD ATAU FORCE Load/Force <5kg 5-10kg >10kg shock or rapid build up Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Besarnya skor coupling dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.11 di bawah ini. Tabel 2.11 Coupling Coupling 0 Good 1 fair 2 Poor 3 Unacepptable Well-fitting handle and a mid-range power grip hand hold acceptable but not ideal, or coupling is acceptable via Hand hold not acceptable although possible Awkward, unsafe grip, no handles;coupling is unaceptable using L-xvii

40 another part of the body Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 other parts of the body Sementara itu besarnya skor activity dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.12 di bawah ini. Tabel 2.12 Activity Activity +1 1 more body parts static (held>1 min) +1 repeated>4 per min in small range (not walking) +1 rapid large changes in posture or unstable base Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Setelah didapatkan skor dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga didapatkan nilai bagian B. Nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk mencari nilai bagian C dari tabel C yang ada. Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai aktivitas pekerja. Nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja. Lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode REBA dapat dilihat pada gambar 2.13 di bawah ini. L-xviii

41 Trunk Use Group A Use Group B L R Upper Arm Group A Neck L R Lower Arm Group B Legs Load/Force Coupling L Wrists R Score A Use Group C Score B Score C Activity score + REBA Score Gambar 2.13 Langkah-Langkah Perhitungan Metode REBA Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai REBA. Level resiko dan tindakan yang harus dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.13 berikut ini. Tabel 2.13 Level Resiko dan Tindakan Action Level Skor REBA Level Resiko Tindakan Perbaikan 0 1 Bisa diabaikan Tidak perlu Rendah/kecil Mungkin perlu Sedang Perlu Tinggi Perlu segera Sangat tinggi Perlu saat ini juga Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009 L-xix

42 Pada tabel 2.13 yang merupakan tabel resiko diatas dapat diketahui dengan nilai REBA yang didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya dapat diketahui level resiko yang terjadi dan perlu atau tidaknya tindakan dilakukan untuk perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin dilakukan antara lain berupa perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip- prinsip ergonomi Antropometri dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Istilah Anthropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 1995). Anthropometri menurut Nurmianto (2008) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk pananganan masalah desain. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, (tinggi, lebar, dan sebagainya), berat, dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya..anthropmetri secara luas yang digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan melibatkan interaksi manusia. Aplikasi anthropometri meliputi perancangan areal kerja, peralatan kerja dan produk-produk konsumtif, dan perancangan lingkungan kerja fisik. Manusia pada umumnya akan berbeda beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu: a. Umur Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A. F. Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak L-xx

43 lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan (Wignjosoebroto, 1995). b. Jenis kelamin (sex) dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya. c. Suku bangsa (etnic) Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur. d. Posisi tubuh (posture) Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu: 1. Anthropometri Statis (Structural Body Dimensions) Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya. 2. Anthropometri Dinamis (Functional Body Dimensions) Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 1995). Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data anthropometri yang tepat diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada gambar L-xxi

44 Gambar 2.13 Antropometri untuk Perancangan Produk Sumber: Wignjosoebroto, 1995 Keterangan gambar 2.13 di atas, yaitu: 1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala). 2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak. 3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak. 4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus). 5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan). 6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala). 7 : Tinggi mata dalam posisi duduk. 8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk. 9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 10 : Tebal atau lebar paha. 11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut. 12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut betis. 13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan paha. 15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk). L-xxii

45 16 : Lebar pinggul ataupun pantat. 17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar). 18 : Lebar perut. 19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus. 20 : Lebar kepala. 21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22 : Lebar telapak tangan. 23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar). 24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak. 25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak. 26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data Anthropometri Data Anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat mampu suai dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2,5 th dan 97,5 th percentile sebagai batas-batasnya (Wignjosoebroto, 1995). L-xxiii

46 Gambar 2.14 Distribusi Normal yang Mengakomodasi 95% dari Populasi Sumber: Wignjosoebroto, 1995 Menurut Panero dan Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum dari suatu distribusi data anthropometrik, seperti juga data-data lain, biasanya dapat diuga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase pada bagian tengah dengan sedikit saja perbedaan yang mencolok pada bagian ujung dari skala grafik tersebut. Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase teretentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, 2008). L-xxiv

47 Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalahartikan sama dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya (Panero & Zelnik, 2003). Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data anthropometri, ditunjukan dalam tabel Tabel 2.14 Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal Persentil Perhitungan 1-st 2.5-th 5-th 10-th 50-th 90-th 95-th 97.5-th 99-th Sumber: Wignjosoebroto, 1995 x - 2,325 s x x - 1,96 s x x - 1,645 s x x - 1,28 s x x x + 1,28 s x x + 1,645 s x x + 1,96 s x x + 2,325 s x Keterangan tabel 2.14 di atas, yaitu: - x = mean data s x = standar deviasi dari data x Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan dimensi dari perancangan fasilitas kerja. L-xxv

48 Perhitungan Persentil 5 dan 95 Pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Panero & Zelnik, 2003). Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95 menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada tabel 2.14 sebelumnya. - P5 = x- 1, 645 SD....persamaan 2.1 P50 = - x....persamaan P95 = x+ 1, 645 SD.... persamaan Sikap Duduk dan Perancangan Tempat Duduk Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu mengurangi banyaknya otot statis pada kaki. Namun sikap duduk yang keliru akan menyebabkan masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan pada saat berdiri atau berbaring. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan (Nurmianto, 2008). Perancangan kursi kerja harus dikaitkan dengan jenis pekerjaan, postur yang diakibatkan, gaya yang dibutuhkan, arah visual (pandangan mata), dan kebutuhan yang perlunya mengubah posisi (postur). Pertimbangan-pertimbangan untuk perancangan tempat duduk: Dinamika Posisi Duduk Dinamika posisi duduk dapat lebih mudah digambarkan dengan mempelajari mekanika sisitem penyangga dan keseluruhan struktur tulang yang terlibat dalam gerakanya. Menurut Tichauher, sumbu penyangga dari batang tubuh yang diletakkan dalam posisi duduk adalah sebuah garis pada bidang datar L-xxvi

49 koronal, melalui titik terendah dari tulang duduk (ischial tuberosoties) diatas permukaan tempat duduk. Oleh karena itu, perancangan tempat duduk harus diupayakan sedemikian rupa sehingga berat badan yang disangga oleh tulang duduk tersebar pada daerah yang cukup luas. Hal yang penting bagi seorang perancang adalah memperhatikan lokasi sandaran kepala dan sandaran lengan selain ukuran dan konfigurasi, karena elemen-elemen inilah yang berfungsi sebagai stabilisator dari suatu tempat duduk (Panero & Zelnik, 2003). Pertimbangan Anthropometrik Pertimbangan pertimbangan anthropometrik dalam perancangan tempat duduk serta hubungannya dengan biomekanika dan implikasi ergonomik yang penting. Dimensi-dimensi dasar yang pada umumnya dapat diterima sebagai pedoman perancangan tempat meliputi tinggi duduk, lebar duduk, kedalaman tempat duduk, tinggi sandaran punggung, dan lain-lain (Panero & Zelnik, 2003). Tinggi Tempat Duduk Salah satu pertimbangan dasar perancangan suatu tempat duduk adalah tinggi permukaan bagian atas dari landasan tempat duduk diukur dari permukaan lantai. Secara anthropometrik, tinggi lipatan dalam lutut(jarak diukur secara vertikal dari permukaan lantai sampai bagian bawah dari paha tepat dibagian belakang lutut) haruslah menjadi ukuran pada data yang digunakan untuk menentukan tinggi landasan tempat duduk (Panero & Zelnik, 2003). Kedalaman Tempat Duduk Kedalaman tempat duduk (jarak yang diukur dari bagian depan sampai bagian belakang sebuah tempat duduk). Kedalaman tempat duduk secara anthropometrik dapat diukur, yaitu jarak pantat kelipatan dalam lutut ( Panero & Zelnik, 2003). Penyangga Pada Lumbar Pada Posisi Duduk Pendekatan ini menekankan pada ketentuan dari sandaran punggung yang yang dapat disetel untuk menyangga daerah lumbar atau daerah yang lebih rendah pada tulang belakang. Persyaratan adanya bantalan punggung akan bermanfaat untuk mengatasi sakit dipunggung. Grandjean (1987) dalam bukunya Fitting the task to the Man menganjurkan sebuah kursi dengan bagian belakang yang L-xxvii

50 tinggi untuk sandaran belakang yang aman, yang juga menggambarkan adanya penopang (lumbar )yang tidak bisa disetel (Nurmianto, 2008) Meja dan Permukaan Bidang Kerja Didalam bekerja selain menggunakan kursi, ada juga fasilitas lain yang berupa meja yang digunakan dalam bekerja. Meja biasanya digunakan untuk membaca, menulis, merakit, dan lain-lain. Meja yang terlalu rendah menyebabkan kyphosis terhadap tulang punggung dan meningkatkan beban. Meja yang terlalu rendah menyebabkan abduksi/ pengangkatan bahu dan membungkuk ke depan atau kyphosis leher yang menyebabkan kelelahan pada bahu dan otot leher. Ada dua macam dasar untuk menentukan ketinggian permukaan bidang kerja yaitu: 1. Meja atau bangku yang tepat untuk bekerja sambil berdiri ( walaupun duduk dan berdiri bergantian adalah suatu hal yang mungkin dan diikuti dengan tersedianya kursi yang sesuai) 2. Meja atau bangku yang disesuaikan hanya untuk pekerjaan sambil duduk Perancangan Alat Bantu Perancangan (desain/design) alat bantu (tools) merupakan proses mendesain dan mengembangkan alat bantu yang dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan didalam proses produksi. Pencekam adalah alat khusus yang berfungsi memegang, menahan benda kerja yang berfungsi untuk menjaga posisi benda kerja agar tidak bergerak selama proses produksi. 2.3 MEKANIKA KONSTRUKSI MESIN Konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan mengenai yaitu mengenai ilmu statika, gaya, dan kekuatan rangka Statika Statika membahas kondisi-kondisi kesetimbangan benda-benda yang dikenai oleh gaya (Timoshenko & Young, 1990). L-xxviii

51 Beban adalah beratnya sebuah barang yang didukung oleh suatu konstruksi atau bangunan beban dan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Beban statis Yaitu berat suatu benda yang tidak bergerak dan tidak berubah beratnya. Berat konstruksi yang mendukung itu termasuk beban mati dan disebut berat sendiri konstruksi. 2. Beban dinamis. Yaitu beban yang berubah beratnya. Sebagai contoh beban hidup yaitu kendaraan atau orang berjalan diatas sebuah jembatan, tekanan atap rumah atau bangunan. Terdapat tiga jenis tumpuan dalam ilmu statika untuk menentukan jenis peletakan yang digunakan dalam menahan beban. Beberapa peletakan diantaranya (Popov, 1991): a. Tumpuan rol Tumpuan rol yaitu tumpuan yang dapat meneruskan gaya desak yang tegak lurus bidang peletakannya. Dengan kata lain, tumpuan ini dapat menerima satu beban yaitu vertikal saja. Gambar 2.15 Tumpuan Rol Sumber : Popov, 1991 b. Tumpuan sendi Tumpuan yang dapat meneruskan gaya tarik dan desak tetapi arahnya selalu menurut sumbu batang sehingga tumpuan ini dapat menerima dua beban yaitu vertikal dan horizontal. Gambar 2.16 Tumpuan Sendi Sumber : Popov, 1991 L-xxix

52 c. Tumpuan jepitan Jepitan adalah tumpuan yang dapat meneruskan segala gaya dan momen sehingga dapat mendukung H, V dan M yang berati mempunyai tiga gaya. Dari kesetimbangan kita memenuhi bahwa agar susunan gaya dalam keadaan setimbang haruslah dipenuhi tiga syarat yaitu F Horisontal = 0, F Vertikal = 0, M= 0 Gambar 2.17 Tumpuan Jepit Sumber : Popov, Gaya Gaya adalah suatu aksi yang cenderung mengukur keadaan diam pada sebuah benda kekeadaan dimana gaya bekerja (Timoshenko, 1990). Dalam ilmu statika berlaku hukum (Aksi = Reaksi), gaya dalam statika kemudian dikenal dibedakan menjadi: 1. Gaya Luar Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi. a) Beban mati yaitu beban yang sudah tidak bisa dipindah-pindah, seperti dining, penutup lantai dll. b) Beban sementara yaitu beban yang masih bisa dipindah-pindahkan, ataupun beban yang dapat berjalan seperti beban orang, mobil (kendaraan), kereta dll. c) Beban terbagi rata yaitu beban yang secara merata membebani struktur. Beban dapat dibedakan menjadi beban segi empat dan beban segitiga. d) Beban titik terpusat adalah beban yang membebani pada suatu titik. e) Beban berjalan adalah beban yang bisa berjalan atau dipindah-pindahkan baik itu beban merata, titik, atau kombinasi antar keduanya. 2. Gaya dalam Akibat adanya gaya luar yang bekerja, maka bahan memberikan perlawanan sehingga timbul gaya dalam yang menyebabkan terjadinya deformasi atau perubahan bentuk. Agar suatu struktur tidak hancur atau runtuh maka L-xxx

53 besarnya gaya akan bergantung pada struktur gaya luar, yaitu: 3. Gaya geser (Shearing Force Diagram) Gaya geser merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah garis kerjanya tegak lurus (^ ) pada sumbu batang yang ditinjau. Gambar 2.18 Sketsa Prinsip Statika Kesetimbangan Sumber : Popov, 1991 Gaya bidang lintang ditunjukan dengan SFD (shearing force diagram), dimana penentuan tanda pada SFD berupa tanda negatif (-) atau positif (+) bergantung dari arah gaya. Gambar 2.19 Sketsa Shearing Force Diagram Sumber : Popov, Gaya normal (Normal force) Gaya normal merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah garis kerjanya searah (// ) sumbu batang yang ditinjau Gambar 2.20 Sketsa Normal Force Sumber : Popov, 1991 Agar batang tetap utuh, maka gaya dalam sama dengan gaya luar. Pada gambar diatas nampak bahwa tanda (-) negative yaitu batang tertekan, sedang bertanda (+) batang tertarik. L-xxxi

54 5. Momen Momen adalah gaya yang bekerja dikalikan dengan panjang lengan yang terjadi akibat adanya beban yang terjadi pada struktur tersebut Gambar 2.21 Sketsa Moment Bending (+) Sumber : Popov, 1991 Gambar 2.22 Landasan Sketsa Moment Bending (-) Sumber : Popov, 1991 Dalam sebuah perhitugan gaya dalam momen memiliki kesepakatan yang senantiasa dipenuhi yaitu pada arah tinjauan, diantaranya: 1. Ditinjau dari arah kanan Bila searah jarum jam (+) Gambar 2.23 Landasan Arah Kanan Sumber: Popov, 1991 Bila berlawanan jarum jam (-) 2. Ditinjau dari arah kiri L-xxxii

55 Bila searah jarum jam (+) Bila berlawanan jarum jam (-) Gambar 2.24 Landasan Arah Kiri Sumber: Popov, Kekuatan Material (Kekuatan Rangka) Kekuatan material dapat didefinisikan sebagai kesanggupan suatu material terhadap gaya. Kekuatan material ( F ) dipengaruhi oleh besarnya momen penahan (W), tegangan ijin material (T), dan panjang material (l). Momen penahan setiap material berbeda-beda, tergantung dari dimensi dan geometri penampang melintangnya. Tabel 2.15 menunjukkan beberapa contoh rumus perhitungan momen penahan (W) untuk beberapa geometri melintang material, dan tabel 2.16 menunjukkan beberapa perhitungan kekuatan material berdasarkan titik tumpu dan muatan. Tabel 2.15 Rumus Perhitungan Momen Penahan untuk Beberapa Geometri Melintang Material L-xxxiii

56 Tabel 2.15 Rumus Perhitungan Momen Penahan untuk Beberapa Geometri Melintang Material (Lanjutan) Pengertian dan kategori pencekam (Fixture) Pencekam dalam permesinan disebut juga fixture, yaitu alat bantu yang berfungsi memposisikan, memegang, dan menahan benda kerja selama proses produksi. Fixture dikategorikan menjadi dedicated fixture dan flexible fixture. Dedicated fixture digunakan pada suatu komponen atau setup tertentu, sedangkan flexible fixture digunakan pada beberapa komponen atau beberapa setup. Dedicated fixture lebih unggul pada aspek laju produksi, waktu setup, dan kepresisian pencekaman, sedangkan flexible fixture lebih unggul pada aspek biaya fixturing jangka panjang dan fleksibilitas sistem karena perancangan-pembuatan fixture yang lebih cepat serta biaya simpan-rawat lebih rendah (Nuhu & Toha, 2008). L-xxxiv

57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini: Studi Pustaka Studi Lapangan Latar Belakang Perumusan Masalah Penentuan Tujuan & Manfaat Tahap Identifikasi Masalah & Studi Pendahuluan Pengumpulan Data: 1. Kuesioner Nordic Body Map 3. Dokumentasi Postur Kerja 2. Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA Sebelum Perancangan 3.Data Anthropometri Pekerja Tahap Pengumpulan Data Pengolahan data: 1. Penentuan dan Perhitungan Persentil Pekerja 2. Perancangan Fasilitas Kerja 3. Perhitungan Mekanika Teknik 4. Penetapan Bahan dan Analisis Biaya 6. Uji Coba Alat 5. Penilaian Postur kerja dengan Metode REBA Setelah Perancangan Tahap Pengolahan Data Analisis & Intrepetasi Hasil Kesimpulan & Saran Analisis & Intrepetasi Hasil Kesimpulan & Saran Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 3.1 TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH DAN STUDI PENDAHULUAN Tahap ini diawali dengan studi pustaka, studi lapangan, latar belakang, perumusan masalah, penentuan tujuan, manfaat penelitian,. Langkah-langkah yang ada pada tahap pendahuluan tersebut dijelaskan pada sub bab berikut ini. L-xxxv

58 3.1.1 Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai teoriteori dan konsep-konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang diteliti serta mendapatkan dasar-dasar referensi yang kuat dalam menerapkan suatu metode yang digunakan. Studi pustaka ini dilakukan dengan mengeksplorasi buku-buku, penelitian-penelitian dan sumber-sumber lain berdasarkan ilmu ergonomi, anthropometri, postur kerja, fisiologi dan statika Studi Lapangan Tahap ini digunakan untuk mengetahui dan mempelajari aktivitas stasiun kerja perakitan ditempat penelitian dengan maksud untuk mendapatkan informasi awal yang lengkap serta menentukan masalah yang diangkat dalam penelitian. Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan dengan pengamatan langsung, pendokumentasian gambar untuk mengetahui postur kerja para pekerja, wawancara kepada para pekerja dan penyebaran kuesioner Nordic Body Map dengan tujuan untuk mengetahui keluhan atau rasa tidak nyaman yang dirasakan pekerja pada proses perakitan. Munculnya keluhan atau rasa tidak nyaman ini cukup mendukung untuk dilakukan penelitian mengenai perancangan fasilitas kerja di Lathan Furniture Desa Gawok Sukoharjo Latar Belakang Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah munculnya keluhan pada otot atau rasa yang tidak nyaman dari pekerja yang dominan pada leher bawah, bahu, punggung, pinggang kebelakang, pinggul kebelakang, pantat, paha, dan betis. Keluhan tersebut akibat dari postur kerja yang kurang ergonomi sehingga tidak mendukung pekerja beraktivitas dengan postur kerja yang baik. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa pekerja harus bekerja pada posisi berdiri sambil membungkuk, duduk di dingklik dengan kaki menjepit kursi yang sedang dianyam, dan dengan menggunakan meja kecil yang bisa berputar. Hal ini terjadi karena belum adanya meja pencekam dan kursi yang dapat digunakan pekerja pada saat menganyam kursi. Sehingga, dapat menimbulkan cidera otot saat pekerja menganyam. Oleh sebab itu, diperlukan L-xxxvi

59 fasilitas meja pencekam dan kursi kerja untuk mendukung pekerja saat membuat anyaman Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya maka perumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang fasilitas kerja berupa meja pencekam dan kursi untuk membuat anyaman dengan pendekatan anthropometri dalam usaha memperbaiki postur kerja Penentuan Tujuan dan Manfaat Tujuan yang dicapai dari tugas akhir ini, yaitu menghasilkan rancangan meja pencekam dan kursi untuk membuat anyaman yang sesuai dengan anthropometri pekerja yang dapat memperbaiki postur kerja. Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu memberikan rancangan fasilitas kerja yang dapat mengurangi tingkat keluhan cidera otot pada pengrajin rotan di Lathan Furniture. 3.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA Pada tahap ini terdiri dari dua bahasan yaitu pengumpulan dan pengolahan data. Tahap pengumpulan data diperlukan sebagai pendukung terbentuknya suatu perancangan fasilitas kerja perakitan. Perancangan ini dibuat dengan membuat desain meja pencekam dan desain kursi yang disesuaikan berdasarkan anthropometri dan pertimbangan teknis. Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri tersebut dalam perancangan fasilitas kerja perakitan ini, dilakukan beberapa langkah berikut: Pengumpulan Data Nordic Body Map Data Nordic Body Map digunakan untuk mengetahui keluhan-keluhan rasa sakit yang dialami oleh para pekerja. Data ini didapat melalui penyebaran kuisioner Nordic Body Map kepada para pekerja sehingga dapat diketahui L-xxxvii

60 keluhan-keluhan yang dialami para pekerja. Kuesioner Nordic Body Map disebarkan kepada lima orang pekerja di stasiun perakitan Lathan Furniture Dokumentasi Postur Kerja Data ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang terjadi pada proses perakitan. Doumentasi ini berupa foto-foto postur kerja, dan video saat melakukan aktivitas kerja di stasiun perakitan Lathan Furniture Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) Sebelum Perancangan Hasil pengambilan gambar digunakan untuk menentukan sudut-sudut dari posisi kerja pekerja, kemudian dilakukan penyusunan skor dengan menggunakan REBA scorsheet yaitu menggunakan diagram atau gambar postur tubuh yang dijelaskan pada gambar 2.7 sampai gambar 2.12 dan kategori level tindakan REBA dapat dilihat pada tabel Data Anthropometri Pekerja Dalam perancangan ini diperlukan data anthropometri yang digunakan untuk menetapkan ukuran rancangan. Hal ini dimaksudkan agar rancangan yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik. Pengambilan data diperoleh dari hasil pengukuran anthropometri pekerja. Data yang diambil berjenis kelamin pria dan termasuk kedalam kelompok usia dewasa. Adapun data anthropometri yang diambil sesuai dengan variabel yang dibutuhkan yaitu tinggi tubuh, lebar pinggul, lebar bahu, tinggi siku duduk, tinggi plopiteal, jarak plopiteal kepantat, tinggi lutut, lebar pinggang, tinggi pinggang duduk. Alat ukur yang digunakan adalah mistar dan roll meter. Pengukuran anthropometri dilakukan kepada lima orang pekerja di stasiun perakitan Lathan Furniture. 3.3 TAHAP PENGOLAHAN DATA Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis dan interpretasi hasil. Pengolahan data yang dilakukan meliputi perhitungan persentil, penentuan dimensi rancangan meja pencekam dan kursi, L-xxxviii

61 perhitungan kekuatan material, penetapan bahan dan analisis biaya, penilaian postur kerja dengan metode REBA setelah perancangan Perhitungan Persentil Aspek anthropometri diperhitungkan dalam perancangan fasilitas kerja sehingga dapat memenuhi aspek kesesuaian penggunaan fasilitas dengan penggunanya. Berdasarkan sketsanya kemudian dilakukan penentuan dimensinya dengan menggunakan data anthropometri yang telah dikumpulkan. Pengukuran dilakukan untuk memperoleh data anthropometri pekerja yang digunakan dalam perancangan meja pencekam dan kursi, kemudian dilakukan perhitungan rata-rata, sebagai acuan untuk melakukan perhitungan dan penetapan persentil 50. Perhitungan nilai persentil 50 dari setiap jenis data yang diperoleh kemudian akan dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan pembuatan rancangan berdasarkan ukuran dari hasil penetapan persentil. Persentil 50 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P50 = - x. Persamaan Perancangan Fasilitas Kerja Perakitan Pada tahap perancangan ini terdiri dari dua perancangan fasilitas yaitu perancangan meja pencekam dan kursi. Pada perancangan meja pencekam dan kursi terdiri dari beberapa hal, yaitu : 1) Perhitungan dimensi rancangan meja pencekam. a. Perhitungan tinggi tiang penopang bagian bawah Penentuan tinggi tiang penopang menyesuaikan tinggi lutut dengan menggunakan persentil ke-50 ditambah dengan tinggi landasan. b. Perhitungan panjang tiang penyangga horizontal Penentuan panjang tiang penyangga horizontal menggunakan data lebar bahu (lb) persentil ke-50 ditambah allowance 15 cm pada sisi kanan dan kiri meja kemudian ditambah dua kali diameter pipa besi. L-xxxix

62 c. Perhitungan tinggi tiang penopang bagian atas Tiang penopang bagian atas terdiri dari dua buah pipa besi yang berfungsi sebagai penopang alas atau rangka meja. Penentuan tinggi tiang penopang bagian atas menggunakan ukuran tinggi siku duduk persentil ke-50. d. Perhitungan lebar meja Penentuan lebar meja menggunakan ukuran lebar bahu (lb) persentil ke-50 ditambah dengan allowance 30 cm. e. Perhitungan panjang meja Perhitungan panjang meja menggunakan ukuran jarak plopiteal ke pantat pesentil ke-50 dan ditambah allowance 10 cm. f. Perhitungan kerangka penampang meja Penentuan panjang kerangka penampang meja menggunakan ukuran panjang meja dikurangi allowance 10 cm, sedangkan lebar kerangka penampang meja menggunakan ukuran lebar meja. g. Perhitungan tinggi tiang pencekam Penentuan tinggi tiang pencekam menggunakan tinggi tiang penopang bagian atas. h. Perhitungan panjang besi pencekam Perhitungan panjang besi pencekam menggunakan ukuran setengah dari lebar meja. i. Perhitungan diameter lempengan pengunci Perhitungan diameter lempengan pengunci menggunakan ukuran diameter pipa besi tiang penyangga dikali dua dan ditambah allowance 2,4 cm. j. Perhitungan diameter lubang pengunci Perhitungan diameter lubang pengunci menggunakan ukuran diameter besi pengunci dan ditambah allowance 0,2 cm. k. Penentuan tebal karet pencekam Tebal karet pencekam yang digunakan dalam perancangan meja pencekam kurang lebih 2 cm. L-xl

63 2) Perhitungan dimensi rancangan kursi. a. Perhitungan tinggi alas kursi (dudukan kursi) Penentuan tinggi alas kursi menggunakan ukuran tinggi popliteal menggunakan persentil 50, penentuan persentil ini digunakan agar dapat mengakomodasi pemakai. b. Kedalaman alas kursi (dudukan kursi) Penentuan kedalaman alas kursi menggunakan jarak lipat lutut (popliteal) ke pantat (PP) dengan persentil 50. Persentil 50 digunakan agar para pekerja dapat menggunakan kursi ini dengan nyaman dan pada bagian lutut tidak tertekan oleh ujung tempat duduk. c. Lebar alas kursi (dudukan kursi) Penentuan lebar alas kursi menggunakan data dari lebar pinggul. Persentil yang digunakan dalam rancangan ini adalah persentil 50. Persentil 50 digunakan karena lebar dudukan kursi merupakan rancangan ruang sehingga dapat mengakomodasi bagi rata-rata populasi d. Perhitungan sandaran punggung Tinggi sandaran Tinggi sandaran diukur berdasarkan tinggi pinggang dalam posisi duduk dengan persentil ke 50, penggunaan persentil ini bertujuan agar tinggi pinggang minimum maupun maximum populasi dapat terakomodasi dan penambahan sandaran sebesar 23 cm (ANSI) untuk menyangga bagian lumbar hingga pertengahan bagian punggung. Lebar sandaran Penentuan lebar sandaran menggunakan pengukuran lebar bahu dengan persentil 50. Penentuan persentil 50 merupakan rancangan ruang sehingga dapat mengakomodasi rata-rata populasi. e. Penentuan kedalaman sandaran lumbar Agar sandaran lumbar memiliki contour permukaan yang sesuai dengan lumbar maka diberikan cekungan. Rekomendasi ANSI untuk kedalaman 0 0 sandaran berkisar antara L-xli

64 f. Penentuan bantalan dan pelapis Bantalan berfungsi untuk meratakan distribusi tekanan, ketebalan bantalan kursi yang direkomendasikan oleh Panero dan Zelnik (2003) adalah ratarata sebesar 3.8 cm dengan jenis busa medium dan 1.3 cm dengan jenis busa yang rapat, dan diberikan furnishing berupa pelapis (upholestory) kulit sintetis sebagai penutup busa. 3) Gambar hasil rancangan Gambar hasil rancangan dapat ditunjukkan dalam gambar 3 Dimensi Perhitungan Kekuatan Rangka Meja Pencekam Dan Kursi Setelah dilakukan penetapan bahan, maka dilakukan perhitungan kekuatan rangka meja pencekam dan kursi. Perhitungan kekuatan rangka fasilitas kerja menggunakan pendekatan mekanika teknik (statika) yang berfungsi untuk mengetahui kekuatan hasil rancangan Penetapan Bahan Dan Analisis Biaya Pada tahap perencanaan ini, akan dilakukan suatu penetapan bahan untuk merancang meja pencekam dan kursi. Perencanaan ini bertujuan untuk mengestimasi banyaknya biaya yang digunakan bila perancangan tersebut dilakukan Uji Coba Alat Hasil Rancangan Setelah meja pencekam dan kursi kerja selesai dibuat, kemudian diuji cobakan kepada lima orang pekerja. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan terhadap postur kerja para pekerja. Langkah pertama yaitu dengan mendokumentasikan aktivitas pekerja dengan menggunakan camera digital dan dokumentasi digunakan dalam penilaian postur kerja dengan metode Rapid Entire Body Assessment. L-xlii

65 3.3.6 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) Setelah Perancangan Hasil pengambilan gambar digunakan untuk menentukan sudut-sudut dari posisi kerja pekerja setelah memakai hasil rancangan, kemudian dilakukan penyusunan skor dengan menggunakan REBA scorsheet yaitu menggunakan diagram atau gambar postur tubuh yang dijelaskan pada gambar 2.8 sampai gambar 2.13 dan kategori level tindakan REBA dapat dilihat pada tabel ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Analisa dan interpretasi hasil dilakukan untuk menganalisis kondisi awal, postur kerja, hasil perancangan fasilitas kerja meja pencekam dan kursi, mekanika teknik, analisis penentuan bahan dan biaya. 3.5 KESIMPULAN DAN SARAN Bagian terakhir penelitian berisi kesimpulan yang menjawab tujuan akhir dari penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan, serta saran-saran yang disampaikan untuk implementasi bagi pihak yang tertarik dalam bidang pengembangan rancangan fasilitas kerja. L-xliii

66 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini berisi tentang keseluruhan tahapan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada sub bab di bawah ini. 4.1 PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sikap kerja pada aktivitas di perakitan, data keluhan pekerja, data denyut jantung pekerja, postur kerja serta ukuran dimensi tubuh manusia yang akan digunakan dalam perancangan Pengumpulan Data Studi Pendahuluan Pengumpulan data studi pendahuluan dilakukan selama bulan September dan bulan Desember 2009 yang bertujuan untuk memperoleh informasi awal di tempat penelitian. Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan dengan pengamatan langsung, pendokumentasian gambar, wawancara, dan penyebaran kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui keluhan atau rasa tidak nyaman yang dirasakan pekerja pada aktivitas perakitan di Lathan Furniture, dan mengukur denyut jantung pekerja sebelum bekerja dan sesudah bekerja. a. Dokumentasi Sikap kerja pekerja distasiun kerja perakitan pada aktivitas menganyam sandaran dan kaki kursi makan dilakukan dengan duduk di dingklik. Dengan posisi badan agak condong kedepan, dan kepala agak menunduk kebawah. Tabel 4.1 menunjukkan beberapa postur kerja ketika melakukan aktivitas di perakitan pada Lathan Furniture pada saat menganyam sandaran dan kaki kursi makan. L-xliv

67 Gerakan ke 1 2 Tabel 4.1 Postur Kerja pada Aktivitas Perakitan Gambar Keterangan Menganyam kursi bagian depan dengan posisi duduk di atas kursi dengan posisi kaki bertopang dengan bobot merata, leher kedepan 43 0, batang tubuh serta lengan atas lurus, lengan bawah bergerak ke atas sebesar dan pergelangan tangan kebawah sebesar 60 0 Menganyam sandaran belakang dengan posisi duduk di atas dingklik dengan lutut ditekuk sebesar 44 0, leher kedepan 21 0, batang tubuh membungkuk sebesar 34 0, lengan atas bergerak keatas sebesar 52 0, lengan bawah bergerak keatas sebesar 87 0, pergelangan tangan kebawah sebesar L-xlv

68 3 Menganyam pada sisi-sisi bagian kaki kursi dengan posisi berdiri dan lutut menekuk sebesar 14 0, leher kebelakang sebesar 20 0, batang tubuh kedepan sebesar 70 0, lengan atas keatas sebesar 70 0, lengan bawah keatas sebesar 59 0, dan pergelangan tangan keatas sebesar Tabel 4.1 Postur Kerja pada Aktivitas Perakitan (Lanjutan) Membalik kursi dengan posisi berdiri dan lutut ditekuk sebesar 36 0, leher kebelakang sebesar 36 0, batang tubuh kedepan sebesar 60 0, lengan atas keatas sebesar 42 0, lengan bawah keatas sebesar 36 0, dan pergelangan tangan keatas sebesar Menaruh kursi setelah dibalik dengan posisi berdiri dan lutut ditekuk sebesar 28 0, leher kebelakang sebesar 28 0, batang tubuh kedepan sebesar 71 0, lengan atas keatas sebesar 64 0, lengan bawah keatas sebesar 46 0, dan pergelangan tangan keatas sebesar L-xlvi

69 6 Menganyam kaki kursi dengan posisi duduk di dingklik dengan lutut ditekuk, leher kebelakang sebesar 41 0, batang tubuh lurus, lengan atas keatas sebesar 66 0, lengan bawah keatas sebesar 64 0, dan pergelangan tangan ketas sebesar b. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari pekerja di stasiun perakitan di Lathan Furniture mengenai kesulitan dan keluhan yang dialami pada aktivitas perakitan. Dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan keluhan rasa sakit pada bagian tubuh mulai muncul antara 2,5 jam 4 jam pertama melakukan pekerjaan. Berdasarkan hasil wawancara juga dapat diketahui keluhan ketidaknyamanan dan kesulitan yang dialami pekerja stasiun perakitan pada aktivitas menganyam kursi makan. Keluhan ketidaknyamanan yang dialami para pekerja meliputi kaki terasa kesemutan karena kaki pekerja menekuk dan menjepit produk yang dianyam, nyeri pada punggung karena kursi yang digunakan adalah dingklik dan fasilitas yang digunakan untuk menaruh kursi berupa tumpukan kotak-kotak yang terbuat dari rotan. Kesulitan yang dialami para pekerja adalah ketika membolak-balik produk yang sedang dianyam yaitu pada saat menganyam kaki kursi makan. Sedangkan keinginan para pekerja agar fasilitasnya diperbaiki yaitu tersedianya kursi yang agak tinggi dan diberi sandaran dengan alas kursi dan sandaran diberi busa, meja yang agak tinggi, diberi pencekam, dan fleksibel untuk meletakkan produk yang sedang dianyam. Tabel 4.2 Tabel Input dan Output Perancangan No Input Output L-xlvii

70 1 Para pekerja mengalami nyeri pada saat membolak-balik kursi anyaman 2 Berdasarkan kuesioner Nordic Body Map, para pekerja mengalami nyeri pada bagian paha akibat menjepit benda kerja 3 Postur kerja para pekerja mengalami gerak yang tidak alamiah Membuat meja yang dapat digunakan untuk menaruh yang akan dianyam Solusi dari permasalahan tersebut yaitu dengan menambahkan pencekam pada sisi kanan dan kiri meja. Sehingga benda kerja tidak bergeser pada waktu dianyam. Membuat kursi yang sesuai dengan anthropometri pekerja c. Kuesioner Nordic Body Map Kuesioner diberikan kepada lima pekerja di Lathan Furniture yang bertujuan untuk mengetahui keluhan yang dialami pekerja selama atau setelah melakukan aktivitas di stasiun perakitan. Kuesioner ini ditunjukkan dalam lampiran 1 (L.1.1), dengan hasil kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4. 3 Data Kuesioner Nordic Body Map No Responden Bagian Tubuh Gambar Jumlah Presentase 0 Leher Bagian Atas 1 Leher Bagian Bawah ü ü ü ü 4 80% 2 Bahu Kiri ü 1 20% 3 Bahu Kanan ü 1 20% 4 Lengan Atas Bagian Kiri 5 Punggung ü ü 2 40% 6 Lengan Atas Bagian Kanan 7 Pinggang Kebelakang ü ü 2 40% 8 Pinggul Kebelakang ü 1 20% 9 Pantat ü 1 20% 10 Siku Kiri 11 Siku Kanan Lengan Bawah Bagian 12 Kiri L-xlviii

71 Lengan Bawah Bagian 13 Kanan 14 Pergelangan Tangan Kiri Pergelangan Tangan 15 Kanan Telapak Tangan Bagian 16 Kiri Telapak Tangan Bagian 17 Kanan 18 Paha Kiri ü ü 2 40% 19 Paha Kanan ü ü 2 40% 20 Lutut Kiri ü ü ü 3 60% 21 Lutut Kanan ü ü ü 3 60% 22 Betis Kiri ü ü ü ü 4 80% 23 Betis Kanan ü ü ü ü 4 80% 24 Pergelangan Kaki Kiri 25 Pergelangan Kaki Kanan 26 Telapak Kaki Kiri 27 Telapak Kaki Kanan Penilaian Postur Kerja Berdasarkan REBA Pada tahap ini akan dilakukan penilaian postur kerja dari tiap-tiap gerakan pekerja pada saat bekerja dengan metode REBA untuk mengetahui aman tidaknya postur kerja yang mereka lakukan, sebagai berikut: Gerakan 1 L-xlix

72 Gambar 4. 1 Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi lurus dengan sudut 0 o. Maka, skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.1 adalah 1. b. Leher (Neck) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 43 o terhadap sumbu tubuh (termasuk >20 o flexion), tetapi leher agak miring sehingga dikenai skor +1. Jadi, skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.2 adalah 2+1=3. L-l

73 c. Kaki (Legs) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa pekerja duduk dengan kaki bertopang merata. Sehingga skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai tabel 2.3 adalah 1. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 1 Leher (neck) : 3 Kaki ( legs) : 1 Pada baris punggung (trunk), masukkan kode untuk punggung yaitu 1. Kemudian tarik garis ke kanan. Pada kolom untuk leher, masukkan kode untuk leher (neck) yaitu 3. Dilanjutkan ke kolom dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Kemudian tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 3. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A pada REBA WorkSheet. Tabel 4.4 Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan Neck 3 Table A 1 2 Trunk Posture score Legs L-li

74 Setelah didapatkan nilai dari tabel 4.4 kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.10, pekerja menganyam sandaran kursi sehingga bebannya < 5 kg sehingga skor untuk beban adalah 0 Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 3 Berat beban = 0 Total skor A = 3+ 0 = 3 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa lengan atas lurus membentuk sudut 0 0 terhadap sumbu tubuh. Maka, skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.4 adalah 1. b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 124 (termasuk >100 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.5 adalah 2. c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan >15 Flexion. Pada kegiatan ini pergelangan tangan bergerak berputar sehingga skor +1. Sehingga, skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.6 adalah = 3. Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 1 L-lii

75 Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) : 3 Pada baris lengan atas (upper arm), masukkan kode untuk upper arm yaitu 1 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada kolom lengan bawah (lower arm), masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan kekolom pergelangan tangan (wrist) dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk lengan atas (upper arm). Diketahui skor untuk grup B adalah 3 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B pada REBA WorkSheet. Tabel 4.5 Skor REBA Grup B Untuk Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan Lower Arm 2 Table B 1 Upper Arm Score Wrist Skor grup B adalah 3, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada rotan bagus dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 2.11 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi = 3. Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C pada REBA WorkSheet. Skor A = 3 L-liii

76 Skor B = 3 Pada baris skor A masukkan kode 3 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada kolom skor B masukkan kode 3 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 3. Tabel 4.6 Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan Score A Table C (score from teble Score B, (table B value + coupling score) A+load/force score) Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 4 kali per menit). Berdasarkan tabel 2.12, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA = Skor C + skor aktivitas = = 4 Berdasarkan tabel 2.13, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal sedang sehingga perlu dilakukan perbaikan. L-liv

77 Gerakan 2 Gambar 4. 2 Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 34 o (termasuk 20 o -60 o flexion), tetapi punggung agak miring sehingga dikenai skor +1. Maka, skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.1 adalah 3+1=4. b. Leher (Neck) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 21 o terhadap sumbu tubuh (termasuk >20 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.2 adalah 2. L-lv

78 c. Kaki (Legs) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa pekerja duduk, tetapi lutut menekuk 44 0 (termasuk menekuk 30 o - 60 o ) sehingga dikenai skor 1. Sehingga skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai tabel 2.3 adalah 1+1=2. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 4 Leher (neck) : 2 Kaki ( legs) :2 Pada baris punggung (trunk), masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 4 kemudian tarik garis ke kanan. Pada kolom untuk leher, masukkan kode untuk leher (neck) yaitu 2. Dilanjutkan ke kolom bawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 6 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A pada REBA WorkSheet. Tabel 4.7 Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang Neck 2 Table A 1 3 Trunk Posture score Legs L-lvi

79 Setelah didapatkan nilai dari tabel 4.7 kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.10, pekerja menganyam sandaran kursi sehingga bebannya < 5 kg. Skor untuk beban adalah 0 Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 6 Berat beban = 0 Total skor A = 6+ 0 = 6 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas kedepan sebesar 52 0 terhadap sumbu tubuh (termasuk 45 o - 90 o flexion). Maka, skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.4 adalah 3. b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 87 (termasuk 60 o -100 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.5 adalah 1. c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan >15 Flexion. Pada kegiatan ini pergelangan tangan bergerak berputar sehingga skor +1. Sehingga skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.6 adalah = 3. Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : L-lvii

80 Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 3 Lengan bawah (lower arm) : 1 Pergelangan tangan (wrist) : 3 Pada baris lengan atas, masukkan kode untuk lengan atas (upper arm) yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah bawah. Pada kolom lengan bawah (lower arm), masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 1 dan dilanjutkan ke kolom pergelangan tangan (wrist) dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Diketahui skor untuk grup B adalah 5 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B pada REBA WorkSheet. Tabel 4.8 Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang Lower Arm Table B Upper Arm Score 1 2 Wrist Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada rotan bagus dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 2.11 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi = 5. L-lviii

81 Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C pada REBA WorkSheet. Skor A = 6 Skor B = 5 Pada baris skor A masukkan kode 6 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada kolom skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 8. Tabel 4.9 Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang Score A Table C (score from teble Score B, (table B value + coupling score) A+load/force score) Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 4 kali per menit). Berdasarkan tabel 2.12, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA = Skor C + skor aktivitas = = 9 L-lix

82 Berdasarkan tabel 2.13, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal tinggi sehingga perlu segera dilakukan perbaikan. Gerakan 3 Gambar 4. 3 Menganyam Bagian Sisi-Sisi pada Kaki Kursi Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar menganyam bagian sisi-sisi pada kaki kursi dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 70 o (termasuk >60 o flexion). Maka, skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.1 adalah 4. L-lx

83 b. Leher (Neck) Dari gambar menganyam bagian sisi-sisi pada kaki kursi dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 20 o terhadap sumbu tubuh (termasuk 0 o -20 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.2 adalah 1. c. Kaki (Legs) Dari gambar menganyam bagian sisi-sisi pada kaki kursi dapat diketahui bahwa pekerja berdiri dengan lutut ditekuk sebesar Sehingga, skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai tabel 2.3 adalah 1. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : a. Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 4 Leher (neck) : 1 Kaki ( legs) : 1 b. Pada baris punggung, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 4 kemudian tarik garis ke kanan. c. Pada kolom untuk leher, masukkan kode untuk leher (neck) yaitu 1. Dilanjutkan ke kolom bawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). d. Diketahui skor untuk grup A adalah 3 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A pada REBA WorkSheet. Tabel 4.10 Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Bagian Sisi-Sisi pada Kaki Kursi Table A Neck L-lxi

84 Trunk Posture score Legs Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.10, pekerja menganyam sandaran kursi sehingga bebannya < 5 kg. Skor untuk beban adalah 0 Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 3 Berat beban = 0 Total skor A = 3+ 0 = 3 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar menganyam bagian sisi-sisi pada alas kursi dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan atas kedepan sebesar 70 0 terhadap sumbu tubuh (termasuk 45 o -90 o flexion). Maka, skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.4 adalah 3. b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar menganyam bagian sisi-sisi pada alas kursi dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 59 (termasuk 0 o -60 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.5 adalah 2. c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar menganyam bagian sisi-sisi pada alas kursi dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke belakang (extension) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan >15 extension. Sehingga skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.6 adalah 2. L-lxii

85 Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 3 Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) : 2 Pada baris lengan atas, masukkan kode untuk lengan atas (upper arm) yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada kolom lengan bawah (lower arm), masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke pergelangan tangan (wrist ) dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Diketahui skor untuk grup B adalah 5 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B pada REBA WorkSheet. Tabel 4.11 Skor REBA Grup B Untuk Gambar Menganyam Bagian Sisi- Sisi Pada Kaki Kursi Lower Arm Table B Upper Arm Score 1 2 Wrist Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada rotan bagus dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 2.11 jenis L-lxiii

86 coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 5+ 0 = 5. Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C pada REBA WorkSheet. Skor A = 3 Skor B = 5 Pada baris skor A masukkan kode 3 dan tarik garis ke bawah. Kemudian pada kolom skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 4. Tabel 4.12 Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Bagian Sisi-Sisi pada Kaki Kursi Score A (score from teble Table C Score B, (table B value + coupling score) A+load/force score) Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 4 kali per menit). Berdasarkan tabel 2.12, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA = Skor C + skor aktivitas L-lxiv

87 = =5 Berdasarkan tabel 2.13, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal sedang sehingga perlu dilakukan perbaikan. Gerakan 4 Gambar 4. 4 Membalik Kursi Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar membalik kursi dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 60 o L-lxv

88 (termasuk 20 o - 60 o flexion), tetapi punggung agak miring kesamping diberi skor 1. Maka, skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.1 adalah 3+1=4. b. Leher (Neck) Dari gambar membalik kursi dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 36 o terhadap sumbu tubuh (termasuk 20 o - 60 o flexion) Jadi, skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.2 adalah 2. c. Kaki (Legs) Dari gambar membalik kursi dapat diketahui bahwa pekerja berdiri, tetapi lutut ditekuk sebesar 36 0 diberi skor 1 (menekuk 30 o -60 o ). Sehingga, skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai tabel 2.3 adalah 1+1=2. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 4 Leher (neck) : 2 Kaki ( legs) : 2 Pada baris punggung, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 4 kemudian tarik garis ke kanan. Pada kolom untuk leher, masukkan kode untuk leher (neck) yaitu 2. Dilanjutkan ke kolom bawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 6 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A pada REBA WorkSheet. L-lxvi

89 Tabel 4.13 Skor REBA Grup A Gambar Membalik Kursi Table A Trunk Posture score Neck Legs Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.10, pekerja membalik kursi yang bebannya 7 kg. Skor untuk beban adalah 1 Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 6 Berat beban = 1 Total skor A = 6+ 1 = 7 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar membalik kursi dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan atas kedepan sebesar 42 0 terhadap sumbu tubuh (termasuk 20 o - 45 o flexion). Maka, skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.4 adalah 2. b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar membalik kursi dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 36 (termasuk <60 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.5 adalah 2. c. Pergelangan tangan (wrist) L-lxvii

90 Dari gambar membalik kursi dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke belakang (extension) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan >15 extension, tetapi dalam posisi menyimpang yaitu telapak tangan kearah vertikal diberi skor 1. Sehingga skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.6 adalah 1+1=2. Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 2 Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) : 2 Pada baris lengan atas, masukkan kode untuk lengan atas (upper arm) yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada kolom lengan bawah (lower arm), masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris pergelangan tangan (wrist) dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Diketahui skor untuk grup B adalah 3 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B pada REBA WorkSheet. Tabel 4.14 Skor REBA Grup B Gambar Membalik Kursi Table B Lower Arm 1 2 Upper Arm Score Wrist L-lxviii

91 Skor grup B adalah 3, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah fair yaitu pegangan tangan bisa diterima tapi tidak ideal atau coupling lebih sesuai digunakan oleh bagian lain dari tubuh. Pada tabel 2.11 jenis coupling fair diberikan skor coupling sebesar 1, maka skor B menjadi 3+ 1 = 4. Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C pada REBA WorkSheet. Skor A = 7 Skor B = 4 Pada baris skor A masukkan kode 7 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada kolom skor B masukkan kode 4 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 8. Tabel 4.15 Tabel REBA Skor C Gambar Membalik Kursi Score A (score from teble Table C Score B, (table B value + coupling score) A+load/force score) Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator L-lxix

92 mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 4 kali per menit). Berdasarkan tabel 2.12, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA = Skor C + skor aktivitas = = 9 Berdasarkan tabel 2.13, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal tinggi sehingga segera perlu dilakukan perbaikan. Gerakan 5 Gambar 4. 5 Menaruh Kursi Setelah Dibalik L-lxx

93 Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar menaruh kursi setelah dibalik dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 71 o (termasuk >60 o flexion). Maka, skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.1 adalah 4. b. Leher (Neck) Dari gambar menaruh kursi setelah dibalik dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 28 o terhadap sumbu tubuh (termasuk flexion >20 o ). Jadi, skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.2 adalah 2. c. Kaki (Legs) Dari gambar menaruh kursi setelah dibalik dapat diketahui bahwa pekerja berdiri, tetapi lutut ditekuk sebesar Sehingga, skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai tabel 2.3 adalah 1. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 4 Leher (neck) : 2 Kaki ( legs) : 1 Pada baris punggung, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 4 kemudian tarik garis ke kanan. Pada kolom untuk leher, masukkan kode untuk leher (neck) yaitu 2. Dilanjutkan ke kolom bawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 5 L-lxxi

94 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A pada REBA WorkSheet. Tabel 4.16 Skor REBA Grup A Untuk Gambar Menaruh Kursi Setelah Dibalik Neck Table A Trunk Posture score Legs Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.10, pekerja menaruh kursi setelah dibalik yang bebannya 7 kg. Skor untuk beban adalah 1. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 5 Berat beban = 1 Total skor A = 5+ 1 = 6 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar menaruh kursi setelah dibalik dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas kedepan sebesar 64 0 terhadap sumbu tubuh (termasuk 45 o -90 o flexion). Maka, skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.4 adalah 3. b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar menaruh kursi setelah dibalik dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan L-lxxii

95 atas sebesar 46 (termasuk <60 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.5 adalah 2. c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar menaruh kursi setelah dibalik dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke belakang (extension) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan >15 extension, tetapi dalam posisi menyimpang yaitu telapak tangan kearah vertikal diberi skor 1. Sehingga, skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.6 adalah 1+1=2. Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 3 Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) : 2 Pada baris lengan atas, masukkan kode untuk lengan atas (upper arm) yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada kolom lengan bawah (lower arm), masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris pergelangan tangan (wrist) dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Diketahui skor untuk grup B adalah 5 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B pada REBA WorkSheet. Tabel 4.17 Skor REBA Grup B Gambar Menaruh Kursi Setelah Dibalik Lower Arm Table B 1 2 Wrist Upper Arm Score L-lxxiii

96 Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah fair yaitu pegangan tangan bisa diterima tapi tidak ideal atau coupling lebih sesuai digunakan oleh bagian lain dari tubuh. Pada tabel 2.11 jenis coupling fair diberikan skor coupling sebesar 1, maka skor B menjadi 5+ 1 = 6. Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C pada REBA WorkSheet. Skor A = 5 Skor B = 6 Pada baris skor A masukkan kode 5 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada kolom skor B masukkan kode 6 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 7. Tabel 4.18 Tabel REBA Skor C Untuk Gambar Menaruh Kursi Setelah Dibalik Score A Table C (score from teble Score B, (table B value + coupling score) A+load/force score) L-lxxiv

97 Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 4 kali per menit). Berdasarkan tabel 2.12, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA = Skor C + skor aktivitas = = 8 Berdasarkan tabel 2.13, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal tinggi sehingga segera perlu dilakukan perbaikan. Gerakan 6 L-lxxv

98 Gambar 4. 6 Menganyam kursi bagian bawah Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar menganyam kursi bagian bawah dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi lurus dengan sudut 0 o. Maka, skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.1 adalah 1. b. Leher (Neck) Dari gambar menganyam kursi bagian bawah dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 41 o terhadap sumbu tubuh. Jadi, skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.2 adalah 2. c. Kaki (Legs) Dari gambar menganyam kursi bagian bawah dapat diketahui bahwa pekerja duduk, tetapi lutut ditekuk diberi skor 2. Sehingga, skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai tabel 2.3 adalah 1+2=3. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : L-lxxvi

99 Punggung ( trunk) : 1 Leher (neck) : 2 Kaki ( legs) : 3 Pada baris punggung, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 1 kemudian tarik garis ke kanan. Pada kolom untuk leher, masukkan kode untuk leher (neck) yaitu 2. Dilanjutkan ke kolom bawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 3. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A pada REBA WorkSheet. Tabel 4.19 Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Kursi Bagian Bawah Table A 1 Neck 2 3 Trunk Posture score Legs Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.10, pekerja menganyam kaki kursi yang bebannya < 5 kg. Skor untuk beban adalah 0 Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 3 Berat beban = 0 Total skor A = 3+ 0= 3 L-lxxvii

100 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar menganyam kursi bagian bawah dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas kedepan sebesar 66 0 terhadap sumbu tubuh (termasuk 45 o -90 o flexion). Maka, skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.4 adalah 3. b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar menganyam kursi bagian bawah dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 64 (termasuk 60 o -100 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.5 adalah 1. c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar menganyam kursi bagian bawah dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke belakang (extension) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan >15 extension, tetapi dalam posisi menyimpang yaitu telapak tangan kearah vertikal diberi skor 1. Sehingga, skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.6 adalah 1+1=2. Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 3 Lengan bawah (lower arm) : 1 Pergelangan tangan (wrist) : 2 Pada baris lengan atas, masukkan kode untuk lengan atas (upper arm) yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada kolomlengan bawah (lower arm), masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 1 dan dilanjutkan ke baris pergelangan tangan (wrist) dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya L-lxxviii

101 tarik garis ke kekanan sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Diketahui skor untuk grup B adalah 4 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B pada REBA WorkSheet. Tabel 4.20 Skor REBA Grup B Untuk Gambar Menganyam Kursi Bagian Bawah Table B Lower Arm 1 2 Upper Arm Score Wrist Skor grup B adalah 4, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good yaitu pegangan bagus pada saat menganyam kaki kursi dengan menggunakan rotan. Pada tabel 2.11 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 4+ 0 = 4. Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C pada REBA WorkSheet. Skor A = 3 Skor B = 4 Pada baris skor A masukkan kode 3 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada kolom skor B masukkan kode 4 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 3. L-lxxix

102 Tabel 4.21 Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Kursi Bagian Bawah Score A (score from teble Table C Score B, (table B value + coupling score) A+load/force score) Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 4 kali per menit). Berdasarkan tabel 2.12, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA = Skor C + skor aktivitas = = 4 Berdasarkan tabel 2.13, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal sedang sehingga perlu dilakukan perbaikan Pengumpulan Data Anthopometri L-lxxx

103 Data anthopometri di peroleh dari ukuran dimensi tubuh pekerja di stasiun perakitan Lathan Furniture. Data anthopometri pekerja ditunjukkan dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.22 Data Anthopometri Pekerja Nama No Bagian Tubuh Andrea Yudi Bari Latif Daryanto G Yanto 1 Lebar Bahu Lebar Pinggul Tinggi siku duduk Tinggi Popliteal Jarak popliteal ke pantat Tinggi lutut lebar pinggang tinggi pinggang duduk PENGOLAHAN DATA Pada tahap pengolahan data ini akan dilakukan perhitungan persentil, penentuan dimensi rancangan meja pencekam dan kursi, perhitungan kekuatan material, perhitungan biaya pembuatan hasil rancangan, dan penilaian postur kerja dengan metode REBA setelah perancangan. Langkah-langkah untuk tiap tahapnya dijelaskan pada sub bab berikut ini Perhitungan Persentil Perhitungan persentil dilakukan untuk mendapatkan batas ukuran yang diperlukan. Persentil yang digunakan pada perancangan fasilitas kerja meja pencekam dan kursi yaitu persentil 50. Penentuan persentil ini ditentukan dengan pertimbangan bahwa jumlah pekerja hanya 5 orang sehingga persentil yang digunakan yaitu persentil 50. L-lxxxi

104 Tabel 4.23 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Persentil 50 Data Anthropometri Contoh perhitungan manual : Persentil 50 lebar bahu No Bagian Tubuh Ratarata (P50) 1 Lebar Bahu 42,4 2 Lebar Pinggul 35 3 Tinggi siku duduk 23,2 4 Tinggi Popliteal 40,6 5 Jarak popliteal ke pantat 46,2 6 Tinggi lutut 48 7 lebar pinggang 27,8 8 tinggi pinggang duduk 21,2 n i x å - = = 1 n x i = = 42,4 5 Persentil 50 lebar pinggul n i x å - = = 1 n x i = = Perancangan Fasilitas Kerja Meja Pencekam dan Kursi Hasil perhitungan persentil tersebut dapat dipergunakan untuk menentukan dimensi fasilitas kerja meja pencekam dan kursi menggunakan pendekatan anthropometri. Dengan perhitungan sebagai berikut: L-lxxxii

105 1. Perhitungan dimensi rancangan meja pencekam a) Perhitungan tinggi tiang penopang bagian bawah Penentuan tinggi tiang penopang ini menggunakan data yang disesuaikan berdasarkan tinggi lutut dengan persentil 50. Penetapan persentil 50 ini bertujuan untuk mengakomodasi populasi pekerja. Perhitungan tinggi tiang penopang bagian bawah adalah sebagai berikut: Tinggi tiang penopang bagian bawah = tinggi lutut (P50) + tinggi landasan = = 63 cm Dari hasil perhitungan diperoleh tinggi tiang penopang yaitu 52 cm. b) Perhitungan panjang tiang penyangga horizontal Tiang penyangga horizontal berfungsi untuk menyangga tiang penopang bagian atas. Penentuan panjang tiang penyangga horizontal menggunakan data lebar bahu (lb) persentil ke-50 ditambah allowance 15 cm pada sisi kanan dan kiri meja kemudian ditambah dua kali diameter pipa besi. Perhitungan panjang tiang penyangga horizontal adalah sebagai berikut : Panjang tiang penyangga horizontal = lebar bahu (P 50 ) (3,8) = 42, ,6 = 80 cm Dari hasil perhitungan diperoleh panjang tiang penyangga horizontal adalah 80 cm c) Perhitungan tinggi tiang penopang bagian atas Tiang penopang bagian atas terdiri dari dua buah pipa besi yang berfungsi sebagai penopang alas atau rangka meja. Penentuan tinggi tiang penopang bagian atas menggunakan ukuran tinggi siku duduk persentil ke-50. Perhitungan tinggi tiang penopang bagian atas adalah sebagai berikut : L-lxxxiii

106 Tinggi tiang penopang bagian atas = tinggi siuku duduk (P 50 ) = 23,2 cm» 23 cm Dari perhitungan diperoleh tinggi tiang penopang bagian atas adalah 23 cm. d) Perhitungan lebar meja Penentuan lebar meja menggunakan ukuran lebar bahu (lb) persentil ke-50 ditambah dengan allowance 30 cm. Perhitungan lebar meja adalah sebagai berikut : Lebar meja = lebar bahu (P 50 ) + allowance = 42,4 +30 = 72,4 cm» 72 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran lebar meja adalah 72 cm. e) Perhitungan panjang meja Perhitungan panjang meja menggunakan ukuran jarak plopiteal ke pantat pesentil ke-50 dan ditambah allowance 10 cm. Perhitungan panjang meja adalah sebagai berikut : Panjang meja = plopiteal ke pantat (P 50 ) + allowance 10 cm = 46,2 cm + 10 cm = 56,2 cm» 56 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran panjang meja adalah 56 cm. f) Perhitungan kerangka penampang meja Kerangka meja digunakan untuk menyangga papan kayu yang digunakan sebagai alas benda kerja. Penentuan panjang kerangka penampang meja menggunakan ukuran panjang meja dikurangi allowance 10 cm, sedangkan lebar kerangka penampang meja menggunakan ukuran lebar meja. Perhitungan panjang dan lebar dari kerangka penampang meja adalah sebagai berikut : L-lxxxiv

107 Panjang kerangka penampang meja = panjang meja- allowance 10 cm = 56 cm 10 cm = 46 cm Lebar kerangka penampang meja = lebar meja = 72,4 cm» 72 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran panjang kerangka penampang meja adalah 46 cm, sedangkan lebar kerangka penampang meja adalah 72 cm. g) Perhitungan tinggi tiang pencekam Tiang pencekam berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan besi pencekam. Penentuan tinggi tiang pencekam menggunakan tinggi tiang penopang bagian atas. Perhitunagan tinggi tiang pencekam adalah sebagai berikut : Tinggi tiang pencekam = tinggi tiang penopang bagian atas = 23,2 cm» 23 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran tinggi tiang pencekam adalah 23 cm. h) Perhitungan panjang besi pencekam Besi pencekam adalah besi panjang yang ujungnya dilapisi dengan karet yang fungsinya untuk menjepit benda kerja supaya tidak bergeser. Perhitungan panjang besi pencekam menggunakan ukuran setengah dari lebar meja. Perhitungan panjang besi pencekam adalah sebagai berikut : 1 Panjang besi pencekam = x lebar meja 2 1 = x 72,4 2 = 36,2 cm» 36 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran panjang besi pencekam adalah 36 cm. i) Perhitungan diameter lempengan pengunci L-lxxxv

108 Penampang pengunci adalah lempengan besi yang berbentuk lingkaran, fungsinya untuk mengunci tiang penopang atas supaya tidak bergerak. Perhitungan diameter lempengan pengunci menggunakan ukuran diameter pipa besi tiang penyangga dikali dua dan ditambah allowance 2,4 cm. Perhitungan diameter lempengan pengunci adalah sebagai berikut : Diameter lempengan pengunci = (diameter tiang penyangga x 2) + allowance = (3,8 cm x 2) + 2,4 cm = 10 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran diameter lempeng pengunci adalah 10 cm. j) Perhitungan diameter lubang pengunci Lubang pengunci digunakan untuk memasukkan besi pencekam supaya tiang penopang atas bisa terkunci. Perhitungan diameter lubang pengunci menggunakan ukuran diameter besi pengunci dan ditambah allowance 0,2 cm. Perhitungan diameter lubang pengunci adalah sebagai berikut : Diameter lubang pengunci = diameter besi pengunci + allowance = 0,6 cm + 0,2 cm = 0,8 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran diameter lubang pengunci adalah 0,8 cm. k) Penentuan tebal karet pencekam Karet pencekam digunakan untuk melapisi besi pengunci supaya kursi yang akan dianyam tidak bergeser. Penentuan tebal karet pencekam adalah sebagai berikut : Tebal karet pencekam = ± 2 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran tebal karet pencekam adalah ± 2 cm. 2. Perhitungan dimensi rancangan kursi a) Perhitungan tinggi alas kursi/dudukan kursi L-lxxxvi

109 Tinggi dudukan kursi menggunakan persentil ke-50 data tinggi lopiteal (TPO). Persentil ke-50 digunakan agar pekerja yang memmiliki ukuran tinggi plopiteal lebih rendah dari persentil ke-50 tidak merasa dudukan kursi terlalu tinggi sedangkan untuk yang lebih tinggi dari persentil ke-50 tidak merasa dudukan kursi terlalu rendah. Perhitungan tinggi alas kursi/dudukan kursi adalah sebagai berikut : Tinggi alas kursi = tinggi plopiteal (P 50 ) = 40,6 cm» 40 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran tinggi alas kursi adalah 40 cm. b) Perhitungan kedalaman alas kursi Penentuan kedalaman alas kursi menggunakan data jarak pantat ke plopiteal persentil ke-50. Perhitungan kedalaman alas kursi adalah sebagai berikut : Kedalaman alas kursi = jarak plopiteal ke pantat (P 50 ) = 46,2 cm» 46 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran kedalaman alas kursi adalah 46 cm c) Perhitungan lebar alas kursi Penentuan lebar alas kursi menggunakan data lebar pinggul persentil ke-50. Perhitungan lebar alas kursi adalah sebagai berikut : Lebar alas kursi = lebar pinggul (P 50 ) = 35 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran lebar alas kursi adalah 35 cm d) Perhitungan tinggi sandaran punggung Penentuan tinggi sandaran punggung menggunakan data tinggi pinggang duduk persentil ke-50. Perhitungan tinggi sandaran punggung adalah sebagai berikut : Tinggi sandaran punggung = tinggi pinggang duduk (P 50 ) = 21,2 cm = 21,2 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran tinggi sandaran punggung adalah 21,2 cm L-lxxxvii

110 e) Perhitungan lebar sandaran punggung Penentuan lebar sandaran bagian atas menggunakan data lebar bahu persentil ke-50. Perhitungan lebar sandaran bagian atas adalah sebagai berikut : Lebar sandaran punggung = lebar bahu (P 50 ) = 42,4 cm» 43 cm Dari perhitungan diperoleh ukuran lebar sandaran bagian atas adalah 43 cm. f) Penentuan kedalaman sudut sandaran lumbar kedalaman sudut sandaran lumbar berkisar antara g) Penentuan ketebalan bantalan duduk Ketebalan bantalan duduk atau spons adalah 3,8 cm Pembuatan Gambar Rancangan Meja Pencekam dan Kursi Setelah menentukan dimensi rancangan meja pencekam dan kursi kerja, maka langkah selanjutnya adalah membuat gambar rancangan berdasarkan dimensi-dimensi tersebut. Perhitungan rancangan secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.24 Tabel 4.24 Dimensi Rancangan Meja Pencekam Dan Kursi No Dimensi rancangan Ukuran (cm) 1 Tinggi tiang penopang bagian bawah 63 2 Panjang tiang penyangga horizontal 80 3 Tinggi tiang penopang bagian atas 23 4 Lebar meja 72 5 Panjang meja 56 6 Panjang kerangka penampang meja 46 L-lxxxviii

111 7 Lebar kerangka penampang meja 72 8 Tinggi tiang pencekam 23 9 Panjang besi pencekam Diameter lempengan pengunci Diameter lubang pengunci Tebal karet pencekam 2 13 Tinggi alas kursi Kedalaman alas kursi Lebar alas kursi Tinggi sandaran punggung 21,2 17 Lebar sandaran bagian atas Kedalaman sudut sandaran lumbar 95 ⁰ 19 Ketebalan bantalan duduk/spons 3.8 Berdasarkan tabel 4.24 diatas dapat diketahui hasil perhitungan secara keseluruhan, sehingga dapat memudahkan ketika pembuatan gambar secara keseluruhan. Gambar 2D meja pencekam dan kursi tersebut dibuat dengan menggunakan software Autocad 2002 sedangkan gambar 3D dibuat menggunakan software 3D Max. Gambar rancangan 2D dapat dijelaskan melalui proyeksi tiga pandangan yaitu gambar tampak atas, dan gambar tampak samping. Seperti terlihat pada gambar 4.7 sampai dengan gambar 4.8. L-lxxxix

112 Gambar 4.7 Gambar 2D Tampak Atas Meja Pencekam dan Kursi Gambar 4.8 Gambar 2D Tampak Samping Meja Pencekam dan Kursi Gambar rancangan 3D dapat dijelaskan melalui gambar 4.9 sampai dengan gambar 4.10 berikut ini Gambar 4.9 Gambar 3D Perspektif Meja Pencekam, Kursi, dan Meja Tempat Material L-xc

113 Keterangan: 1. Meja tempat untuk menaruh produk 2. Tiang penopang atas 3. Tiang penyangga horizontal 4. Tiang penopang bawah 5. Meja tempat untuk meletakkan material 6. Kursi kerja 7. Material yang berupa fitrit, sea grass, dan rotan 8. Pencekam 9. Pengunci pada tiang penpang bawah 10. Pengunci pada tiang penyangga horizontal Meja digunakan untuk meletakkan kursi makan yang sedang dianyam. Dibawah meja terdapat rangka yang terbuat dari besi yang fungsinya untuk menyangga meja dan penyangga tersebut dihubungkan dengan tiang penyangga atas. Sedangkan tiang penopang bawah digunakan untuk menopang dan memutarkan meja karena besi diberi bearing sehingga meja dapat berputar selain itu meja diberi pengunci. Pada penopang atas juga diberi pengunci sehingga pada saat dimiringkan meja tidak bergerak. Pencekam diletakkan pada tiang penopang atas, pencekam tersebut dapat dimaju-mundurkan sesuai dengan ukuran produk yang sedang dianyam dan pencekam tersebut dilapisi oleh karet sehingga pada saat produk dicekam maka produk tersebut tidak lecet dan tidak bergerak karena karet tidak licin atau kesat. L-xci

114 Gambar 4.10 Gambar 3D Tampak Samping Meja Pencekam dengan Posisi Meja Dimiringkan dan Kursi Perhitungan Kekuatan Rangka Fasilitas Kerja Meja Pencekam dan Kursi Pada sub bab ini akan dilakukan perhitungan terhadap kekuatan material pada meja pencekam dan kursi untuk mengetahui kekuatan profil rangka suatu fasilitas kerja dalam menerima beban. Perhitungan terdiri dari beberapa tahap yaitu mencari gaya-gaya pada tumpuan, membuat diagram gaya dan menghitung kekuatan profil rangka, menghitung torsi, tegangan maksimum dari torsi,dan sudut puntir. Masing-masing tahapan akan dijelaskan sebagi berikut: 1. Kekuatan Rangka Meja Pencekam a) Perhitungan konstruksi meja L-xcii

115 Gambar 4.11 Reaksi Gaya Rangka Meja b) Gaya-gaya pada tumpuan q = beban maksimal =15 kg/m R AV = qb( b+ 2c) 2l 15x 0.42( x0.15) = 2x (0.72) = = 3.15 kg 2x0.72 qb( b+ 2a) R BV = 2l 15x 0.42( x0.0.15) = 2x (0.72) = 2x0.72 = 3.15 kg c) Membuat diagram gaya Geser (SFD) D 1 = R AV = 3,15 D 2 =R AV q(x-a) =3,15 15(0,432 0,15) =3,15 4,23 = 1.08 D 3 = - R BV = -3,15 L-xciii

116 Gambar 4.12 Diagram Gaya Geser Meja d) Menghitung diagram momen bending (BMD) Untuk ( 0 < x < a ) M 1 = R AV x (x) x = 0,144, M 1 = 3,15 x (0,144) = 0,4536 Untuk ( a < x < a+b ) M 2 = R AV x (x) - ( x a) q + 2 x = 0.432, M 2 = 3,15 x (0,432) ( 0,432+ 0,15) =1,3608 2,54043 = -1,17963 Untuk ( a+b < x < l ) M 3 = R BV x (l-x) x = 0,58, M 3 = 3,15 x (0,72-0,58) = 0, Gambar 4.13 Diagram Momen Lentur Meja L-xciv

117 e) Perhitungan kekuatan profil rangka meja pencekam y d1 = 32 mm x + x d = 38 mm y Gambar 4.14 Profil O Jenis ST 37 Perhitungan kekuatan profil rangka dicari dengan langkah-langkah sebagai berikut: è Menghitung titik berat penampang (Y) d 38 Y = = = 19 mm 2 2 d = diameter luar (mm) d1 = diameter dalam (mm) Y Y = Titik berat batang (mm) = 2 d è Menghitung momen inersia: Ixx = I XX = I YY p 4 64 xd - p 4 4 = ( d - d ) 64 3, = ( ) 64 1 p 4 64 xd1 p - 4 ( d - d1 ) 4 = 64 = 0, ( ) = 50856,225 mm L-xcv

118 è Tegangan tekan yang diterima meja pencekam s b = dengan; t M I yy MxY I yy = Tegangan tekan yang terjadi = Momen yang terjadi = Momen inersia batang 453,6 x 19 s b = 50856,225 = 0,0169 kg/ mm 2 Perhitungan tegangan tekan yang diijinkan pada rangka kursi diperoleh hasil 0,0169 kg/mm 2, sehingga dapat dihitung tegangan ijin profil bentuk O, Besarnya tegangan tekan pada rangka lebih kecil daripada tegangan tekan yang diijinkan pada profil (0,0619 kg/mm 2 < 9,25 kg/mm 2 ), maka rangka dianyataka aman. è Tegangan izin yang diterima profil s p (Tegangan ijin profil) = = = 9,25 kg/ mm 2 0,5xt tarik FS 0,5x37 2 f) Perhitungan kekuatan rangka atas meja pencekam Massa beban = 15 kg Massa kayu = 5 kg Massa besi = 4 kg Massa total = =19 kg F = m x g = 19 x 9,8 = N M = F x L = 186,2 x 0,796 = 148,2153 Nm p 4 4 I = ( d - d ) 64 0 L-xcvi

119 3, = ((38x 10 ) - (32x10 ) ) =0.049( ) x 10 =0,049 x x =50791,44 x m è Tegangan tekan yang diizinkan pada rangka t MxY I 148,2152x19x ,44x10-3 = = -12 = N / m 2 = 5,657kg / mm 2 g) Perhitungan kekuatan rangka bawah Massa beban = 15 kg Massa kayu = 5 kg Massa besi = 10 kg Massa total = =30 kg F = m x g = 30 x 9,8 = 294 N M = F x L = 294 x 0,52 = 152,88 Nm p 4 4 I = ( d - d ) = ((38x 10 ) - (32x10 ) ) =0,049( ) x 10 =0,049 x x =50791,44 x m è Tegangan tekan yang diizinkan pada rangka t MxY I 152,88x19x ,44x10-3 = = -12 = N / m 2 = 5,835kg / mm 2 h) Perhitungan torsi bagian atas T = P x d L-xcvii

120 Dengan : T = torsi (Nm) P = gaya (N) D = lengan gaya (m) T = P x d =m x g x d=30 x 9,8 x 0,46 = 85,652Nm è Momen inersia pada torsi bagian atas p 2 2 I = ( d - d ) Dengan : I= momen inersia (m atau mm) d 1 = diameter luar pipa d 2 =diameter dalam pipa p 2 2 I = ( d - d ) 32, = ((38) - (32) ) x =0,098125( ) x 10 = 41,2125 x 10-6 m = 41,2125 x 10-3 mm è Tegangan maksimum Txr t = I Dengan: t = tegangan maksimum(pa) T = torsi (Nm) r = jari-jari pipa (mm) I=momen inersia (mm) t Txr I 85652x19 = = Pa= 3 41,2125x10 = - 39,488MPa L-xcviii

121 è Sudut puntir TxL F = GxI Dengan: F =besarnya sudut punter T = torsi (Nm) L =panjang penyangga horizontal G=modulus elastis geser (69 Gpa) F= TxL GxI 85,652x796 = 9 69x10 x41,2125x = = 0,023rad = 1, ,6625x10 0 i) Perhitungan torsi bagian bawah T = P x d Dengan : T = torsi (Nm) P = gaya (N) D = lengan gaya (m) T = P x d = m x g x d=30 x 9,8 x 0,796 = 234,024Nm è Momen inersia pada torsi bagian atas p 2 2 I = ( d - d ) Dengan : I= momen inersia (m atau mm) d 1 = diameter luar pipa d 2 =diameter dalam pipa p 2 2 I = ( d - d ) = ((38) - (32) ) x 10 2 L-xcix

122 -6 =0,098125( ) x 10 = 41,2125 x 10-6 m = 41,2125 x 10-3 mm è Tegangan maksimum Txr t = I Dengan: t = tegangan maksimum(pa) T = torsi (Nm) r = jari-jari pipa (mm) I=momen inersia (mm) t Txr I x19 = = Pa= 107,89MPa 3 41,2125x10 = - è Sudut puntir TxL F = GxI Dengan: F =besarnya sudut punter T = torsi (Nm) L =panjang penyangga horizontal G =modulus elastis geser (69 Gpa) F= TxL GxI 234,024x520 = 9 69x10 x41,2125x ,48 = = 0,04rad = 2, ,6625x10 0 L-c

123 2. Kekuatan Rangka Kursi a) Perhitungan kontruksi kursi Gambar 4.15 Rangka Kursi Dengan: l = Panjang = 0,35 m q = beban maksimum manusia = 80 kg/m Sebuah rancangan kursi dengan panjang 0,35 m menerima beban terdistribusi merata disepanjang kursi dengan beban maksimum sebesar 80 kg/m. Dengan tumpuan engsel dititik A dan tumpuan rol engsel dititik B. b) Gaya-gaya pada tumpuan Gambar 4.16 Reaksi Gaya-Gaya Pada Rangka Gambar 4.16 merupakan gambar reaksi gaya-gaya yang terjadi rangka kursi kerja yang akan digunakan untuk mencari gaya-gaya pada tumpuan. Beberapa langkah penyelesaian akan diuraikan sebagai berikut: Reaksi-reaksi tumpuan R AH, R AV dan R BV dihitung dengan menerapkan persamaan kesetimbangan SFx = 0, SFy= 0 dan SM = 0 è M = 0 S A - R BV xl +(qxl)x ½ l = 0 L-ci

124 qxl 80x0,35 R BV = = =14 kg 2 2 è M = 0 S b R AV xl (qxl) ½ l = 0 1 qx xl R AV = 2 l è F = 0 S x è F = 0 ; S y R AV + R BV = M 2 = R AV + R BV = q x l = 80 x 0,35 28 kg = 28 kg qxl 80x0,35 = =14 kg 2 2 Dari perhitungan di atas, diperoleh R AV = 14 kg, R BV =14 kg dan R AH = 0 kg. c) Membuat diagram gaya 1) Diagram Gaya Geser (SFD) Pada kurva ini akan menggambarkan gaya geser untuk beban yang terdistribusi seperti terlihat pada gambar Gambar 4.17 Perpotongan Rangka Pada batang dibuat potongan Y-Y yang membagi 2 bagian. Untuk potongan ini berlaku untuk seluruh bagian karena gaya yang terdistribusi terdapat pada setiap batang dari titik A hingga titik B. untuk menentukan bagaimana distribusi gaya geser sepanjang batang, maka persamaan kesetimbangan diterapkan padanya. Dx = R AV q (x) = 0 L-cii

125 x = 0, D x = (0) = 14 x = 0,0875, Dx = (0,0875) = 7 x = 0,175, Dx = (0,175) = 0 x = 0,2625, Dx = (0,2625) = -7 x = 0,35, Dx = (0,35) = -14 Pada perhitungan ini akan menghasilkan bentuk persamaan untuk distribusi gaya geser di sepanjang bagian. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kurva yang diperoleh, akan nampak seperti gambar berikut : Gambar 4.18 Diagram Gaya Geser Kursi 2) Diagram Momen Bending (BMD) Untuk menggambarkan diagram momen bending, dengan menerapkan kesetimbangan untuk mendapatkan bentuk kurva momen bending. è M = 0 S X -M X + R AV (x) 80x (½x) = 0 M X = R AV (x) 40 x 2 M X = 14 (x) 40 x 2 x = 0, Mx = 14 (0) 80 (0) 2 = 0 x = 0,0875, Mx = 14 (0,0875) 80 (0,0875) 2 = 0,91875 x = 0,175, Mx = 14 (0,175) 80 (0,175) 2 = 1,225 x = 0,2625, Mx = 14 (0,2625) 80 (0,2625) 2 = 0,91875 x = 0,35, Mx = 14 (0,35) 80 (0,35) 2 = 0 L-ciii

126 Persamaan tersebut berlaku disepanjang batang dari titik A hingga titik B. Besarnya momen bending disetiap titik dihitung akan diketahui bentuk kurva momen bending yang terjadi. Gambar 4.19 Diagram Momen Lentur Kursi d) Perhitungan kekuatan profil rangka kursi y d1 = 19 mm x + x d = 22 mm y Gambar 4.20 Profil O Jenis ST 37 Sumber: Data diolah, 2010 Perhitungan kekuatan profil rangka dicari dengan langkah-langkah sebagai berikut: è Menghitung titik berat penampang (Y) d 22 Y = = = 11 mm 2 2 d = diameter luar (mm) d1 = diameter dalam (mm) Y Y = Titik berat batang (mm) = 2 d L-civ

127 è Menghitung momen inersia: Ixx = I XX = I YY p 4 64 xd - p 4 4 = ( d - d ) 64 3, = ( ) 64 1 p 4 64 xd1 p - 4 ( d - d1 ) 4 = 64 = 0, ( ) = 5099,311 mm è Tegangan tekan yang diterima kursi s b = MxY I yy Dengan: t M I yy = Tegangan tekan yang terjadi = Momen yang terjadi = Momen inersia batang 1225 x 11 s b = 5099,311 = 2,642 kg/ mm 2 Perhitungan tegangan tekan yang diijinkan pada rangka kursi diperoleh hasil 2,642 kg/mm 2, sehingga dapat dihitung tegangan ijin profil bentuk O, Besarnya tegangan tekan pada rangka lebih kecil daripada tegangan tekan yang diijinkan pada profil (2,642 kg/mm 2 < 9,25 kg/mm 2 ), maka rangka dianyataka aman. è Tegangan izin yang diterima profil s p (Tegangan ijin profil) = 0,5xt tarik FS 0,5x37 = 2 L-cv

128 = 9,25 kg/ mm Penetapan Bahan Rancangan dan Analisis Biaya Material yang digunakan untuk desain meja pencekam pipa besi pejal dengan diameter 6 mm, pipa besi dengan diameter bergai ukuran yaitu diameter 38mm, 44mm,50 mm, besi profil siku (L) dan kursi terbuat dari besi yaitu jenis besi pipa dengan dimeter 22 mm. Penggunaan besi dipilih dengan beberapa pertimbangan. Berikut akan diuraikan kelemahan dan kelebihan dari alternatif bahan besi dan kayu. a Rangka dari besi Tabel 4.25 Tabel Kelebihan dan Kekurangan Material Besi Kelebihan Kekurangan Tidak mudah patah dan melendut Stabil atau rigrid Mudah dibentuk (dapat disekrup, dibaut, dikeling, dan dilas) Kuat menahan beban Proses produksi mahal Sumber: wancik.wordpress.com b Rangka dari kayu Material yang digunakan untuk alas meja kerja terbuat dari kayu Penggunaan kayu ini dapat dipilih dengan beberapa pertimbangan. Berikut akan diuraikan kelemahan dan kelebihan dari alternatif kayu. Tabel 4.26 Tabel Kelebihan dan Kekurangan Material Kayu Kelebihan Bahan Alami yang dapat diperbaharui Kuat tarik yang tinggi Dapat dibuat dengan berbagai macam desain dan warna. Memberi efek hangat. Kekurangan Mudah menyerap air. Mudah mengalami kembangsusut Kurang tahan terhadap pengaruh cuaca. Rentan terhadap rayap. L-cvi

129 Bahan penyekat yang baik pada perubahan suhu di luar rumah. Dapat meredam suara. Sumber: wancik.wordpress.com Penentuan bahan untuk bagian yang lain dijelaskan, sebagai berikut: 1. Busa: Busa yang digunakan dalam pembuatan kursi kerja ini dipilih jenis busa padat dengan ketebalan 3 cm, alasannya busa jenis ini lebih awet dan tahan lama (tidak mudah melendut dan kempes bila sering diduduki). 2. Pelapis (Upholestory): Berupa jenis kulit sintetis, yaitu pelapis oscar. Kulit tiruan atau yang dikenal dengan nama oscar ini banyak diminati karena tampilannya yang mirip dengan kulit asli. Penggunaan bahan ini bertujuan agar ketika digunakan tidak cepat terasa panas, karena mengandung campuran karet. 3. Landasan meja: Landasan meja dibuat dari bahan kayu dengan jenis kayu sengon, kayu sengon dipilih karena memiliki tingkat kekuatan dan ketahanan yang ulet, ringan, serta biaya yang cukup terjangkau. Perincian biaya yang digunakan untuk membuat rancangan fasilitas kerja meja pencekam dan kursi kerja dapat ditunjukkan dalam tabel 4.31 hingga ) Meja pencekam Tabel 4.27 Rencana Anggaran Pembuatan Meja Pencekam No Bahan Ukuran Kebutuhan Satuan Harga satuan (Rp) Biaya (Rp) 1 besi pipa diameter 50 1 lonjor mm 2 besi pipa diameter 44 1 lonjor mm 3 besi pipa diameter 38 1 lonjor mm 4 bearing diameter 38 3 buah mm 5 Besi profil (30x30)mm 1 lonjor siku 6 mur baut M22 x buah besi pejal diameter 6 mm 1 lonjor L-cvii

130 8 plat besi diameter 10 1 batang mm 9 papan kayu (100x20x2) 1 lembar cm 10 karet diameter 5 2 buah pencekam mm 11 plat besi (10x10) cm 1 batang Tabel 4.27 Rencana Anggaran Pembuatan Meja Pencekam(Lanjutan) 12 besi kotak (2x1) cm 2 lonjor cat 1 kg 1 kaleng tenaga kerja 2 orang 7 hari Biaya ide total ) Kursi Tabel 4.28 Rencana Anggaran Pembuatan Kursi No Bahan Ukuran Kebutuhan Satuan Harga satuan (Rp) Biaya (Rp) 1 pipa besi 2.3 cm 1 lonjor bantalan busa (1x1)m 1 buah plastik mitasi (1x1)m 1 buah oscar 4 papan kayu (1x1)m 1 lembar sengon 5 mur baut M22x15 8 buah karet alas kaki 2.6 cm 4 buah kursi 7 tenaga kerja 1 orang 4 hari Biaya ide total Berdasarkan perencanaan anggaran biaya yang digunakan untuk membuat fasilitas kerja meliputi meja pencekam dan kursi yaitu sebesar Rp ,-. Dengan rincian sebagai berikut: Total pembuatan = Rp ,00 + Rp ,00 = Rp ,00 atau» Rp , Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) Setelah Perancangan L-cviii

131 Setelah alat selesai dibuat kemudian diujicobakan kepada lima orang pekerja. Uji coba alat ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat terhadap postur kerja para pekerja. Gerakan 1 Gambar 4.21 Menganyam Sandaran Depan Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 2. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi lurus dengan sudut 0 o. Maka, skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.1 adalah 1. L-cix

132 b. Leher (Neck) c. Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 0 o terhadap sumbu tubuh (termasuk 0 o - 20 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.2 adalah 1. d. Kaki (Legs) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa pekerja duduk dengan bobot seimbang merata. Sehingga skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai tabel 2.3 adalah 1. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 1 Leher (neck) : 1 Kaki ( legs) : 1 Pada baris punggung (trunk), masukkan kode untuk punggung yaitu 1. Kemudian tarik garis ke kanan. Pada kolom untuk leher, masukkan kode untuk leher (neck) yaitu 1. Dilanjutkan ke kolom dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Kemudian tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 1. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A pada REBA WorkSheet. Tabel 4.29 Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan Table A Neck L-cx

133 Trunk Posture score Legs Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.10, pekerja menganyam sandaran kursi sehingga bebannya < 5 kg sehingga skor untuk beban adalah 0 Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 1 Berat beban = 0 Total skor A = 1+ 0 = 3 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa lengan atas lurus membentuk sudut 29 0 terhadap sumbu tubuh (termasuk flexion ) Maka, skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.4 adalah 2. b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 82 (termasuk 60 o -100 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.5 adalah 1. c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian depan dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan L-cxi

134 >15 Flexion. Sehingga, skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.6 adalah 2. Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 2 Lengan bawah (lower arm) : 1 Pergelangan tangan (wrist) : 2 Pada baris lengan atas (upper arm), masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada kolom lengan bawah (lower arm), masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 1 dan dilanjutkan kekolom pergelangan tangan (wrist) dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk lengan atas (upper arm). Diketahui skor untuk grup B adalah 2 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B pada REBA WorkSheet. Tabel 4.30 Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan Table B Upper Arm Score Lower Arm 1 Wrist Skor grup B adalah 2, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada rotan bagus dan 2 L-cxii

135 dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 2.11 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi = 2. Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C pada REBA WorkSheet. Skor A = 1 Skor B = 2 Tabel 4.31 REBA Skor C Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan Score A (score from teble Table C Score B, (table B value + coupling score) A+load/force score) Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 4 L-cxiii

136 kali per menit). Berdasarkan tabel 2.12, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA = Skor C + skor aktivitas = = 2 Berdasarkan tabel 2.13, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 1 dengan level resiko pada muskuloskeletal kecil sehingga perlu dilakukan perbaikan apabila diperlukan. Gerakan 2 Gambar 4.22 Menganyam Sandaran Belakang Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A L-cxiv

137 a. Punggung (Trunk) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi lurus dengan sudut 0 o. Maka, skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.1 adalah 1. b. Leher (Neck) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 0 o terhadap sumbu tubuh (termasuk 0 o - 20 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.2 adalah 1. c. Kaki (Legs) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa pekerja duduk dengan bobot seimbang merata. Sehingga skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai tabel 2.3 adalah 1. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 1 Leher (neck) : 1 Kaki ( legs) : 1 Pada baris punggung (trunk), masukkan kode untuk punggung yaitu 1. Kemudian tarik garis ke kanan. Pada kolom untuk leher, masukkan kode untuk leher (neck) yaitu 1. Dilanjutkan ke kolom dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Kemudian tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 1. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A pada REBA WorkSheet. L-cxv

138 Tabel 4.32 Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang Table A 1 Neck 2 3 Trunk Posture score Legs Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.10, pekerja menganyam sandaran kursi sehingga bebannya < 5 kg sehingga skor untuk beban adalah 0 Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 1 Berat beban = 0 Total skor A = 1+ 0 = 1 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa lengan atas lurus membentuk sudut 82 0 terhadap sumbu tubuh (termasuk flexion ) Maka, skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.4 adalah 3. b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 48 (termasuk 0 o -60 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.5 adalah 2. c. Pergelangan tangan (wrist) L-cxvi

139 Dari gambar menganyam sandaran kursi bagian belakang dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan >15 Flexion. Sehingga, skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.6 adalah 2. Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 3 Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) : 2 Pada baris lengan atas (upper arm), masukkan kode untuk upper arm yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada kolom lengan bawah (lower arm), masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan kekolom pergelangan tangan (wrist) dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk lengan atas (upper arm). Diketahui skor untuk grup B adalah 2 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B pada REBA WorkSheet. Tabel 4.33 Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang Table B Lower Arm 1 2 Upper Arm Score Wrist L-cxvii

140 Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada rotan bagus dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 2.11 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi = 5. Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran belakang dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C pada REBA WorkSheet. Skor A = 1 Skor B = 5 Pada baris skor A masukkan kode 1 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada kolom skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 1. Tabel 4.34 REBA Skor C Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang Score A (score from teble Table C Score B, (table B value + coupling score) A+load/force score) L-cxviii

141 Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 4 kali per menit). Berdasarkan tabel 2.12, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA = Skor C + skor aktivitas = = 4 Berdasarkan tabel 2.13, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal sedang sehingga perlu dilakukan perbaikan. Gerakan 3 L-cxix

142 Gambar 4.23 Menganyam Kaki Kursi Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar menganyam kaki kursi dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi lurus dengan sudut 0 o. Maka, skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.1 adalah 1. b. Leher (Neck) Dari gambar menganyam kaki kursi dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 0 o terhadap sumbu tubuh (termasuk 0 o - 20 o flexion). Akan tetapi leher agak miring kesamping sehingga ditambah skor 1. Jadi, skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.2 adalah 1+1=2. c. Kaki (Legs) Dari gambar menganyam kaki kursi dapat diketahui bahwa pekerja duduk dengan bobot seimbang merata. Sehingga skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai tabel 2.3 adalah 1. L-cxx

143 Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 1 Leher (neck) : 2 Kaki ( legs) : 1 Pada baris punggung (trunk), masukkan kode untuk punggung yaitu 1. Kemudian tarik garis ke kanan. Pada kolom untuk leher, masukkan kode untuk leher (neck) yaitu 2. Dilanjutkan ke kolom dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Kemudian tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 1. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A pada REBA WorkSheet. Tabel 4.34 Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Kaki Kursi Table A 1 Neck 2 3 Trunk Posture score Legs Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.10, pekerja menganyam sandaran kursi sehingga bebannya < 5 kg sehingga skor untuk beban adalah 0 Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 1 L-cxxi

144 Berat beban = 0 Total skor A = 1+ 0 = 1 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar menganyam kaki kursi dapat diketahui bahwa lengan atas lurus membentuk sudut 90 0 terhadap sumbu tubuh (termasuk flexion ) Maka, skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.4 adalah 3. b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar menganyam kaki kursi dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 51 (termasuk 0 o -60 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.5 adalah 2. c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar menganyam kaki kursi dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan 15 Flexion. Sehingga, skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.6 adalah 1. Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 3 Lengan bawah (lower arm) : 2 Pergelangan tangan (wrist) : 1 Pada baris lengan atas (upper arm), masukkan kode untuk upper arm yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada kolom lengan bawah (lower arm), masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan dilanjutkan kekolom pergelangan tangan (wrist) dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 1. Selanjutnya L-cxxii

145 tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk lengan atas (upper arm). Diketahui skor untuk grup B adalah 4 Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B pada REBA WorkSheet. Tabel 4.35 Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Kaki Kursi Table B Lower Arm 1 2 Upper Arm Score Wrist Skor grup B adalah 4, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada rotan bagus dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 2.11 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi = 4. Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C pada REBA WorkSheet. Skor A = 1 Skor B = 4 Pada baris skor A masukkan kode 1 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada kolom skor B masukkan kode 4 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 2. L-cxxiii

146 Tabel 4.36 REBA Skor C Gambar Menganyam Kaki Kursi Score A (score from teble Table C Score B, (table B value + coupling score) A+load/force score) Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 4 kali per menit). Berdasarkan tabel 2.12, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA = Skor C + skor aktivitas = = 3 Berdasarkan tabel 2.13, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 1 dengan level resiko pada muskuloskeletal kecil sehingga perlu dilakukan perbaikan apabila diperlukan. L-cxxiv

147 Gerakan 4 Gambar 4.24 Menganyam Alas atau dudukan Kursi Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar menganyam alas atau dudukan kursi dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi lurus dengan sudut 0 o. Maka, skor REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.1 adalah 1. b. Leher (Neck) Dari gambar menganyam alas atau dudukan kursi dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 0 o terhadap sumbu L-cxxv

148 tubuh (termasuk 0 o - 20 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel 2.2 adalah 1. c. Kaki (Legs) Dari gambar menganyam alas atau dudukan kursi dapat diketahui bahwa pekerja duduk dengan bobot seimbang merata. Sehingga skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai tabel 2.3 adalah 1. Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Kode REBA adalah : Punggung ( trunk) : 1 Leher (neck) : 1 Kaki ( legs) : 1 Pada baris punggung (trunk), masukkan kode untuk punggung yaitu 1. Kemudian tarik garis ke kanan. Pada kolom untuk leher, masukkan kode untuk leher (neck) yaitu 1. Dilanjutkan ke kolom dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1. Kemudian tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Diketahui skor untuk grup A adalah 1. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A pada REBA WorkSheet. Tabel 4.37 Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Alas Atau Dudukan Table A 1 Kursi Neck 2 3 Legs Trunk L-cxxvi

149 Posture score Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 2.10, pekerja menganyam sandaran kursi sehingga bebannya < 5 kg sehingga skor untuk beban adalah 0 Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 1 Berat beban = 0 Total skor A = 1+ 0 = 1 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar menganyam alas atau dudukan kursi dapat diketahui bahwa lengan atas lurus membentuk sudut 58 0 terhadap sumbu tubuh (termasuk flexion ) Maka, skor REBA untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.4 adalah 3. b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar menganyam alas atau dudukan kursi dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 66 (termasuk 60 o -100 o flexion). Jadi, skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.5 adalah 1. c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar menganyam alas atau dudukan kursi dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan <15 Flexion. Sehingga, skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai tabel 2.6 adalah 1. L-cxxvii

150 Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm) : 3 Lengan bawah (lower arm) : 1 Pergelangan tangan (wrist) : 1 Pada baris lengan atas (upper arm), masukkan kode untuk upper arm yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. Pada kolom lengan bawah (lower arm), masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 1 dan dilanjutkan kekolom pergelangan tangan (wrist) dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 1. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk lengan atas (upper arm). Diketahui skor untuk grup B adalah 3. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B pada REBA WorkSheet. Tabel 4.38 Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Alas atau Dudukan Kursi Table B Lower Arm 1 2 Upper Arm Score Wrist Skor grup B adalah 3, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada rotan bagus dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 2.11 jenis coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi = 3. L-cxxviii

151 Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam alas atau dudukan kursi dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C pada REBA WorkSheet. Skor A = 1 Skor B = 4 Pada baris skor A masukkan kode 1 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada kolom skor B masukkan kode 4 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 1. Tabel 4.39 REBA Skor C Gambar Menganyam Alas atau Dudukan Kursi Score A (score from teble Table C Score B, (table B value + coupling score) A+load/force score) Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 4 kali per menit). Berdasarkan tabel 2.12, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA = Skor C + skor aktivitas = L-cxxix

152 = 3 Berdasarkan tabel 2.13, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 1 dengan level resiko pada muskuloskeletal kecil sehingga perlu dilakukan perbaikan apabila diperlukan. Tabel 4.40 Postur Kerja Awal dan Postur Kerja Setelah Perancangan Alat Lama Aktivitas Alat Baru Aktivitas Menganyam sandaran depan dengan skor REBA 4 dan level resiko sedang Menganyam sandaran depan dengan skor REBA 2 dan level resiko kecil Menganyam sandaran belakang dengan skor REBA 11 dan level resiko tinggi Menganyam sisi kaki kursi dengan skor REBA 5 dan level resiko sedang Menganyam sandaran belakang dengan skor REBA 4 dan level resiko sedang Menganyam kaki kursi dengan skor REBA 3 dan level resiko kecil L-cxxx

153 Membalik kursi dengan skor REBA 9 dan level resiko tinggi Menaruh kursi dengan skor REBA 8 dan level resiko tinggi Menganyam kaki kursi dengan skor REBA 4 dan level resiko sedang L-cxxxi

Perancangan Meja Pencekam dan Kursi Guna Memperbaiki Postur Kerja berdasarkan Pendekatan Anthropometri di Lathan Furniture

Perancangan Meja Pencekam dan Kursi Guna Memperbaiki Postur Kerja berdasarkan Pendekatan Anthropometri di Lathan Furniture Performa (2010) Vol. 9, No.2: 28-37 Perancangan Meja Pencekam dan Kursi Guna Memperbaiki Postur Kerja berdasarkan Pendekatan Anthropometri di Lathan Furniture Fitri Prasetyaningrum *, Taufiq Rochman, dan

Lebih terperinci

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati)

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati) PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Performa (2011) Vol. 10, No. 2: 119-130 Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Maria Puspita Sari, Rahmaniyah Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja A. Deskripsi POSTUR KERJA Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Rapid

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA Yudha Rahadian 1*, Giusti Arcibal 1, Irwan Iftadi 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jln. Ir. Sutami 36A,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT RISIKO POSTUR KERJA OPERATOR BATIK CAP MENGGUNAKAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT

ANALISIS TINGKAT RISIKO POSTUR KERJA OPERATOR BATIK CAP MENGGUNAKAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT ANALISIS TINGKAT RISIKO POSTUR KERJA OPERATOR BATIK CAP MENGGUNAKAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (Studi kasus : Batik Vania Solo) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Pemindahan Material Secara Manual Pada Pekerja Pengangkut Kayu Dengan Menggunakan Metode

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Alfian Destha Joanda *1) dan Bambang Suhardi *2) 1,2) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD Satria merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang produksi linggis. Usaha ini dikelola secara turun menurun yang didirikan pada tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batu bata Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di sekitar kita. Itulah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...

Lebih terperinci

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ Muhammad Zein Anwar 1, Abdul Rahim Matondang 2, Anizar 3 Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisis permasalahan yang ada. 2.1 GAMBARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan pendahuluan dari laporan penelitian. Bagian yang akan dibahas adalah latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan yang akan dicapai pada penelitian, batasan masalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT X bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi karet sebagai hasil utamanya. Operator mengalami keluhan sakit pada leher, punggung, lengan, dan kaki akibat pekerjaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode perancangan alat atau produk dalam penelitian ini menggunakan perancangan produk dengan metode rasional. Tahapan dari penelitian ditunjukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT.XYZ merupakan industri yang bergerak di bidang konstruksi dan fabrikasi baja yang berlokasi di Bandung. Peneliti melakukan pengamatan di lantai produksi ragum bangku PT.XYZ. Pada lantai produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi

Lebih terperinci

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Cita Anugrah Adi Prakosa 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) Laboratorium

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA Fahmi Sulaiman 1 * & Yossi Purnama Sari 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Politeknik LP3I Medan Tel: 061-7867311

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kursi roda menjadi alat bantu yang sangat penting bagi penyandang cacat fisik khususnya penyandang cacat bagian kaki dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kursi roda yang digunakan

Lebih terperinci

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no1.19-28 Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja Dian Palupi Restuputri, M. Lukman, Wibisono Teknik Industri, Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ

Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ Tri Yanuar 1, Yayan Harry Yadi 2, Ade Sri Mariawati 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KERJA DENGAN ANALISIS RAPID ENTIRE BODYASSESSMENT (REBA)

PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KERJA DENGAN ANALISIS RAPID ENTIRE BODYASSESSMENT (REBA) PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KERJA DENGAN ANALISIS RAPID ENTIRE BODYASSESSMENT (REBA) Trismi Ristyowati Jurusan Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta 558 E-mail : ristyowatitrismi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA

PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA Skripsi RANGGA ROMADHAN I 1305011 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 PERANCANGAN

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pabrik Tahu Cibuntu merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan di Bandung yang memproduksi tahu. Berlokasi di daerah jalan Babakan Ciparay, Kecamatan Bandung Kulon, pabrik ini memiliki

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Toko Sinar Mustika, Bandung berdiri sejak tahun 1990, merupakan toko yang bergerak di bidang jual beli kain. Masalah yang dihadapi oleh toko ini adalah mengenai troli yang tidak ergonomis dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang dilakukan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan dalam tugas akhir ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMASANGAN STIKER GITAR UNTUK MENGURANGI KELUHAN DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI TARJO GUITAR SUKOHARJO

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMASANGAN STIKER GITAR UNTUK MENGURANGI KELUHAN DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI TARJO GUITAR SUKOHARJO PERANCANGAN ALAT BANTU PEMASANGAN STIKER GITAR UNTUK MENGURANGI KELUHAN DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI TARJO GUITAR SUKOHARJO Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARIA PUSPITA

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG PROSEDUR KERJA PENCETAKAN PAVING YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG PROSEDUR KERJA PENCETAKAN PAVING YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG PROSEDUR KERJA PENCETAKAN PAVING YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA Studi Kasus : UD. Dhiana Kali Ampo Batu - Malang Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT Disusun Oleh : Sanusi Akbar NPM. 201310217011 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL

PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan Keaslian... ii Halaman Pegesahan Tugas Akhir... iii Tanda Lulus Mempertahankan Tugas Akhir... iv Kata Pengantar... v Abstrak... vii Daftar Isi... viii Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Industri ISSN:

Prosiding Teknik Industri ISSN: Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Prinsip Ergonomi pada Stasiun Kerja Pemasangan Insole Sepatu di CV. Iruls Bandung Facility Design Based on The Principle

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE REBA, OWAS DAN QEC

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE REBA, OWAS DAN QEC TUGAS AKHIR ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE REBA, OWAS DAN QEC PADA PROYEK PEMBANGUNAN PABRIK PT. CROWN Diajukan guna melengkapi sebagian syarat

Lebih terperinci

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa ANALISIS POSTUR KERJA PADA INDUSTRI GERABAH Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI, FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA, Jln.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (STUDI KASUS DI PT. MARTINA BERTO. TBK)

SKRIPSI ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (STUDI KASUS DI PT. MARTINA BERTO. TBK) SKRIPSI ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (STUDI KASUS DI PT. MARTINA BERTO. TBK) Disusun oleh RAHMAT SUBAIQI 2012.10.215.188 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015 USULAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSDs) PADA STASIUN PENDEMPULAN DI CV.SUPER PLATES TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA Samuel Bobby Sanjoto *1), M.Chandra Dewi K 2) dan A. Teguh Siswantoro 3) 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN BIOMEKANIKA PADA AKTIVITAS MEMINTAL DAUN PANDAN

ANALISIS POSTUR KERJA DAN BIOMEKANIKA PADA AKTIVITAS MEMINTAL DAUN PANDAN ANALISIS POSTUR KERJA DAN BIOMEKANIKA PADA AKTIVITAS MEMINTAL DAUN PANDAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Oleh Dhanang Sukma Wardhana 111606743

Lebih terperinci

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi

Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi Performa (2011) Vol. 10, No.1: 11-18 Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi Muhammad Hanafi, Rahmaniyah Dwi Astuti, dan Irwan Iftadi Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire A. DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Status Pernikahan : Berat Badan Tinggi Badan : kg : cm Tangan dominan : a. Kanan

Lebih terperinci

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mampu merancang metode kerja berdasarkan pada prinsip-prinsip biomekanika. 2. Mengetahui postur kerja yang baik menurut prinsip-prinsip RULA. 3.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Pustaka Studi Lapangan Identifikasi

Lebih terperinci

Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) Chandra S.

Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) Chandra S. Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA ALAT PEMBUAT GERABAH DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK ERGONOMI (Studi Kasus : Sentra Industri Gerabah, Bayat, Klaten)

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA ALAT PEMBUAT GERABAH DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK ERGONOMI (Studi Kasus : Sentra Industri Gerabah, Bayat, Klaten) PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA ALAT PEMBUAT GERABAH DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK ERGONOMI (Studi Kasus : Sentra Industri Gerabah, Bayat, Klaten) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X Krishna Tri Sanjaya 1 Staf Pengajar, Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban krishnasanjaya@yahoo.com

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Analisis Tingkat Risiko Cedera MSDs pada Pekerjaan Manual Material Handling dengan Metode REBA dan RULA pada Pekerjaan Area Produksi Butiran PT. Petrokimia Kayaku Reza Rashad Ardiliansyah 1*, Lukman Handoko

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QUR AN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Pendekatan Metode Rapid Upper Limb Assesment

Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Pendekatan Metode Rapid Upper Limb Assesment Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Pendekatan Metode Rapid Upper Limb Assesment Dan Antropometri Pada Stasiun Kerja Linking (Study Kasus: Sentra Industri

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 RANCANGAN ALAT PENCACAH PELEPAH SAWIT DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI (STUDI KASUS DI UKM TANI SIDORUKUN) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan) USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Fasilitas ergonomi telah menjadi suatu bidang khusus, itu semua dikarenakan dampak yang mengacu pada keselamatan, kesehatan, produktifitas dan perekonomian serta daya

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) Muhammad wakhid Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR Iwan Suryadi 1, Siti Rachmawati 2 1,2 Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.1 (2015) 11-16 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang permasalahan dari tugas akhir ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan permasalahan, dan sistematika penulisan dalam tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Menempuh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Menempuh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA DAN REDESIGN PERALATAN KERJA MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) PADA OPERATOR KERAJINAN PENCETAKAN GERABAH ( Studi Kasus: Home Industry Bapak Sutrisno,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I-20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi dan Produktivitas 2.1.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang

Lebih terperinci

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan Ery Suhendri¹, Ade Sri Mariawati²,Ani Umiyati³ ¹ ² ³ Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa erysuhendri@yahoo.com¹,adesri77@gmail.com²,

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ Tengku Fuad Maulana 1, Sugiharto 2, Anizar 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL SECARA MANUAL PEKERJA PENGANGKUT GENTENG UD. SINAR MAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) Dian Herdiana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UD. M Irfan Shoes merupakan usaha kecil menengah yang berada di dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang pembuatan sepatu. Proses

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci