BAB I PENDAHULUAN. Metafora dalam Rubrik Voyage pada Majalah GEO. Pada kehidupan sehari-hari, manusia seringkali membandingkan suatu hal dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Metafora dalam Rubrik Voyage pada Majalah GEO. Pada kehidupan sehari-hari, manusia seringkali membandingkan suatu hal dengan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Metafora dalam Rubrik Voyage pada Majalah GEO. 1.2 Latar Belakang Masalah Perbandingan merupakan suatu hal yang kerap dilakukan oleh manusia. Pada kehidupan sehari-hari, manusia seringkali membandingkan suatu hal dengan hal lainnya melalui perumpamaan. Perumpamaan tersebut sebenarnya merupakan suatu proses peminjaman makna dari suatu konsep untuk menjelaskan hal yang ingin disampaikan melalui bahasa. Oleh karenanya, perbandingan selalu memperhatikan potensialitas kata-kata yang dipindahkan dalam menggambarkan citraan maupun gagasan baru (Aminuddin, 1995 : 227). Salah satu contoh dari perbandingan yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah perumpamaan masa kehidupan manusia dengan waktu dalam sehari. Pada kehidupan manusia terdapat beberapa masa, yaitu masa anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Waktu dalam sehari juga memiliki beberapa masa, yaitu pagi, siang, sore dan malam. Umur manusia seringkali dibandingkan dengan waktu dalam sehari, misalnya umur yang sudah tua dibandingkan dengan waktu senja. Oleh karena itu, kita seringkali mendengar, menemukan dan menggunakan istilah umur senja pada kehidupan sehari-hari. 1

2 Pada ilmu bahasa, konsep perbandingan antara benda satu dengan benda lainnya termasuk dalam kajian metafora. Metafora merupakan salah satu jenis gaya bahasa semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, namun dalam bentuk yang singkat tanpa menggunakan kata-kata yang menunjukkan perbandingan, contohnya penggunaan kata seperti, sebagai, bagai, layaknya, dan lain-lain. (Keraf, 2010 : 139). Contoh yang telah dijelaskan di atas dapat membuktikan bahwa bahasa itu sendiri hakikatnya bersifat metaforis. Aristoteles menyebutkan bahwa penggunaan metafora hanya terdapat dalam puisi sebagai dekorasi dan ornamen. Ia juga memperjelas bahwa metafora tidak berhubungan dengan fungsi kebahasaan ataupun ranah wacana yang lebih besar seperti, retorika dan logika (Punter, 2007 : 12). Meski demikian, seiring dengan berjalannya waktu, metafora tidak hanya ditemukan dalam puisi atau karya sastra saja, namun juga ditemukan dalam wacana lainnya, seperti wacana jurnalistik. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metafora kian meluas. Berita dan artikel merupakan salah satu contoh dari jenis wacana jurnalistik. Jenis tulisan pada ranah jurnalistik terbagi menjadi dua, yaitu straight news dan feature. Feature adalah kerangka lengkap bukan berita, melainkan artikel, dalam media massa tertentu dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan kreativitas, kadang dengan sentuhan subjektivitas penulis terhadap peristiwa situasi, aspek kehidupan dengan tekanan pada daya pikat manusia bertujuan memberi tahu dan menghibur (Mappatoto, 2004 : 4-5). Feature kemudian berkembang menjadi New Journalism sejak tahun 1950an di Amerika. Gagasan ini dicetuskan oleh Thomas Wolfe dalam teori New 2

3 Journalisme (Kurnia, 2002 : 24). Pada tahun 1980an, feature berkembang menjadi jurnalisme sastrawi dan didiskusikan secara meluas oleh para wartawan. Mereka memiliki minat khusus untuk mengembangkan hasil reportase yang tak berjarak dengan pembaca. Hal tersebut dilakukan dengan mengikuti kehendak masyarakat saat itu dan menggali sisi kemanusiaannya untuk menampilkan realitas seutuhnya. (Kurnia, 2002 : 94). Penggunaan metafora pada wacana jurnalistik ditemukan lebih banyak pada jenis tulisan feature daripada jenis tulisan straight news. Tidak seperti jenis tulisan straight news yang mengutamakan urgensi waktu, jenis tulisan feature bersifat tak lekang oleh waktu. Laporan hasil reportasenya disajikan dalam sebuah hasil reportase yang lebih mendalam (depth reporting) daripada berita straight news. Salah satu contoh media massa yang menggunakan jenis feature pada laporan hasil reportasenya adalah majalah. Fokus penelitian ini merupakan metafora dalam majalah pariwisata berbahasa Prancis GEO. Majalah GEO merupakan sebuah majalah bulanan internasional seputar fenomena geografis dan kultural yang juga menampilkan karya-karya fotografi. Majalah ini pertama kali diterbitkan pada Oktober 1976 di Jerman. Namun, majalah GEO edisi Prancis pertama kali baru diluncurkan pada 1 Mars 1979 dengan slogan A la découvert d un nouveau monde : la Terre. Pada tahun 1982, majalah GEO edisi Prancis mengubah slogannya menjadi Un nouveau monde : la Terre. Hal ini mencerminkan tujuan majalah GEO untuk mengeskplorasi berbagai fenomena geografis di planet bumi. 3

4 Ruang lingkup pembahasan metafora pada majalah GEO pada penelitian ini dibatasi hanya pada rubrik Voyage. Rubrik Voyage merupakan sebuah rubrik majalah GEO berisi ulasan mendalam dari berbagai tempat di dunia yang layak untuk dijadikan tujuan wisata. Rubrik Vogaye merupakan rubrik tetap, namun kehadirannya tidak bersifat kontinyu setiap bulan. Selama tahun 2013, rubrik Voyage hanya muncul pada bulan Februari, April, Juni, Agustus, dan Oktober. Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan banyak kalimat-kalimat bersifat metaforis pada rubrik ini. Perhatikan contoh berikut : (1) De 1992 à 2002, ces vastes entrepôts décatis, témoins mélancoliques d une gloire portuaire déchue, ont été rénovés avec finesse par Eric Castaldi. Sejak tahun 1992 hingga tahun 2002, gudang-gudang tua yang luas ini, saksi melankolis dari keruntuhan sebuah dermaga yang pernah jaya telah direnovasi dengan mahirnya oleh Eric Castaldi. [GEO N 408 Février 2013, page 74] (2) La montée des océans : voilà la hantise des Amstellodamois. Naiknya air laut, inilah momok bagi warga Amsterdam. [GEO N 410 Avril 2013, page 92] Pada contoh (1), satuan lingual entrepôts, yang berarti gudang, dibandingkan dengan manusia melalui frasa témoins mélancoliques yang berarti saksi melankolis. Hal tersebut menunjukkan perbandingan antara benda dan manusia. Metafora tersebut seolah-olah memberikan nyawa kepada suatu bangunan sehingga dapat bertindak menjadi saksi dan memiliki perasaan melankolis. Melalui penggunaan metafora tersebut, peran gudang terangkat hingga setara seperti manusia yang bernyawa. 4

5 Selanjutnya, contoh (2) menunjukkan perbandingan antara bencana alam dengan sosok hantu. La montées des océans, yang berarti kenaikan air laut dibandingkan dengan la hantise, yang berarti momok. Kedua konsep tersebut memiliki kesamaan sifat yaitu dapat menakuti manusia. Kenaikan air laut yang dapat menyebabkan banjir dapat menjadi ketakutan manusia. Sementara itu, momok atau hantu juga merupakan salah satu hal yang ditakuti manusia. Contoh-contoh tersebut menunjukkan banyak permainan metafora dalam menyajikan suatu informasi kepada para pembaca. Hal tersebut menjadi dasar dalam penelitian mengenai metafora dalam wacana rubrik Voyage pada majalah GEO. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan masalah pada penelitian ini antara lain : 1. Apa saja objek pembentuk metafora dalam rubrik Voyage pada majalah GEO? 2. Apa saja jenis metafora yang digunakan? 3. Apa tujuan penggunaan metafora dalam rubrik Voyage pada majalah GEO? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan penjabaran latar belakang dan rumusan masalah sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah : 5

6 1. Menemukan objek pembentuk metafora dalam rubrik Voyage pada majalah GEO. 2. Mengetahui jenis metafora dalam rubrik Voyage pada majalah GEO. 3. Mengetahui tujuan penggunaan metafora dalam rubrik Voyage pada majalah pariwisata GEO. 1.5 Landasan Teori Ilmu bahasa telah dipelajari sejak jaman Aristoteles. Orang-orang Yunani pada masa itu mengartikan bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perkataannya (Sumarsono et al, 2004 : 18). Oleh karenanya, bahasa dipandang sebagai alat komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan antara penutur kepada lawan tutur. Pesan tersebut mengandung makna, baik makna harafiah (literal) maupun makna kiasan. Penelitian ini sendiri akan membahas seputar makna dalam suatu wacana. Pada bidang ilmu bahasa, kajian tentang makna dibahas dalam bidang ilmu semantik Semantik Semantik pada umumnya didefinisikan sebagai studi tentang makna (Lyons, 1989 : 1). Menurut Leech, pada semantik terdapat tujuh tipe makna, yaitu makna konseptual, makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna refleksi, makna kolokatif, serta makna tematik (2003 : 19). Pada peneltian ini, penulis tidak akan menjabarkan pengertian ketujuh tipe makna oleh Geoffrey Leech. Penelitian ini hanya berfokus pada makna konotatif dan makna stilistik pada rubrik Voyage majalah GEO melalui gaya bahasa metafora. 6

7 Makna konotatif adalah nilai komunikatif dari suatu ungkapan menurut apa yang diacu, melebih di atas isinya yang murni konseptual (Leech, 2003 : 23). Pada kesehariannya, manusia sering kali menggunakan bahasa yang lebih banyak mengandung makna kiasan atau makna konotatif dalam menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya. Hal ini berterima sebab pada hakikatnya bahasa bersifat metaforis karena tidak mampu melukiskan hal-hal secara langsung dan memerlukan referen (Verhaar, 1978 : 129). Makna stilistik adalah makna kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunanya (Leech, 2003 : 25). Makna stilistik merupakan pemakaian bahasa sehingga dapat menimbulkan efek kepada pembacanya. Umumnya, makna stilistik ditampilkan dengan pemakaian gaya bahasa Gaya Bahasa Gaya merupakan cara yang digunakan pengarang dalam memaparkan gagasan sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapainya. Pada kreasi penulisan sastra, efek tersebut terkait dengan upaya memperkaya makna, penggambaran objek dan peristiwa secara imaginatif, maupun pemberian efek emotif tertentu bagi pembacanya (Aminuddin, 1995 : v). Gaya bahasa sendiri adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan cara memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang lebih umum sehingga dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale [et al], 1971 :220 dalam Tarigan, 1985 : 5). Gaya bahasa mengandung unsur retorika, yaitu penggunaan kata dalam berbicara atau menulis dengan tujuan meyakinkan dan mempengaruhi lawan 7

8 bicara ataupun pembaca (Tarigan, 1994 : 5). Istilah retorika lazim diartikan sebagai seni dalam menekankan gagasan dan memberikan efek tertentu bagi penanggapnya (Aminuddin, 1995 : 4). Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style atau stilistika. Menurt Keraf, stilistika merupakan kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah (2010 : 112). Oleh karenanya, gaya bahasa juga merupakan bagian permasalahan dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan tentang kesesuaian pemakaian kata. Menurut Kridalaksana, stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang digunakan dalam karya sastra dan penerapan lingustik pada penelitian gaya bahasa (2001 : 157). Salah satu pembahasan pada penelitian gaya bahasa adalah metafora Metafora Menurut Lakoff dan Johnson, metafora merupakan sarana untuk memahami dan mengalami sesuatu melalui pemaknaan yang lain (1980 : 8). Metafora merupakan suatu proses produksi bahasa dengan menggunakan perbandingan untuk menerangkan makna benda tertentu agar pendengar dapat menerima dan mengalami pemahaman yang serupa seperti penutur. Perbandingan tersebut selalu merujuk pada keseluruhan konteks kewacanaannya. Oleh karenanya, pembentukan metafora selalu memperhatikan sistematika hubungan antara (i) gagasan yang disampaikan, (ii) sesuatu yang dicitrakan, (iii) pengalaman kultural, dan (iv) konteks kewacanaannya (Aminuddin, 1995 : 231). Secara semantis, metafora merupakan sebuah proses transfer makna yang berwujud dalam aturan metafora. Contohnya, untuk sebuah makna A, 8

9 maknanya dapat diganti dengan sesuatu yang mirip dengan A. (Leech, 2003 : 217). Hal inilah yang menunjukkan bahwa metafora merupakan proses peminjaman konsep dari suatu hal untuk menjelaskan pesan yang disampaikan. Lakoff dan Johnson mengemukakan bahwa awalnya metafora merupakan alat untuk memproduksi bahasa yang puitis dan imajinatif serta mengandung unsur retorika bagi sebagian besar manusia (2003 : 3). Oleh karena itu, metafora cenderung dikaitkan dengan karya sastra. Namun menurut Jacobson, penggunaan metafora tidak terbatas hanya dalam karya sastra, metafora juga terdapat dalam seni lukis, seni film dan sistem tanda lainnya (1988 : 59). Hal tersebut menunjukkan bahwa sejatinya penggunaan metafora tidak hanya melalui bahasa, namun juga dalam bentuk tindakan sehari-hari (Lakoff & Johnson, 2003 : 3). Secara tidak sadar, manusia selalu memproduksi metafora baik verbal maupun non verbal. Lakoff dan Johnson berpendapat bahwa struktur, definisi dan proses berpikir manusia sebagian besar bersifat metaforis (2003 : 6). Oleh karena itu, disadari atau tidak, manusia selalu menggunakan metafora dalam mengekspresikan hal-hal yang ingin diungkapkan. Konsep pola pikir secara metaforis inilah yang kemudian berkembang melalui penggunaan bahasa yang indah dan puitis. Konsep metafora dapat berkembang di luar jangkauan cara berpikir dan berbicara secara literal pada umumnya dan menjadi hal-hal yang bersifat figuratif, puitis, berwarna dan penuh imajinasi (Lakoff & Johnson, 2003 : 13). Penelitian tentang metafora berdasarkan pengertian erat kaitannya dengan pendekatan semantik kognitif. Saeed (2000 : 299) mengemukakan bahwa 9

10 semantik kognitif merupakan pendekatan dalam semantik yang memandang makna bahasa sebagai bagian dari persoalan mental. Metafora memiliki tiga elemen penyusun, yaitu (1) Tenor, (2) Vehicle dan (3) Ground (Richard, 1965 : 97). Tenor atau Target Domain (selanjutnya disingkat TD) yaitu konsep atau obyek yang dideskripsikan, dibicarakan, dikiaskan, dilambangkan, dan dibandingkan. Vehicle atau Source Domain (selanjutnya disingkat SD) yaitu kata-kata kias itu sendiri. Sementara itu, Ground atau Sense (selanjutnya disingkat G) merupakan relasi persamaan antara TD dan SD. Melalui pembagian elemen ini, konsep metafora mengatur hubungan antar objek metafora dan menciptakan pengertian melalui pemahaman mengenai objek lain. Perhatikan contoh berikut : (3) Pengakuannya mengalir begitu saja dihadapan hakim. TD SD Contoh di atas menunjukkan penggunaan penanda SD berupa elemen air yang diperbandingkan dengan ucapan manusia sebagai penanda TD. Kalimat metaforis tersebut didasari persamaan konsep antara kemampuan manusia dalam mengungkapkan sesuatu dengan pergerakan air yang mengalir. Hal ini merupakan penanda G pada contoh kalimat metaforis di atas. Pada bukunya yang berjudul Metaphor : A Practical Introduction, Kövecses mengemukakan beberapa SD yang umumnya digunakan dalam pembentukan metafora (2002 : 15 20). Pada penelitian ini, berbagai SD menurut Kövecses diurutkan dan diklasifikasi kembali Kövecses untuk mempermudah analisis. 10

11 Klasifikasi SD terbagi ke dalam empat kategori, yaitu (1) makhluk hidup, (2) benda mati, (3) aktivitas manusia dan (4) fenomena alam. Pada kategori makhluk hidup, Kövecses mengemukakan beberapa jenis-jenis SD seperti tubuh manusia ( jantung kota ), hewan ( berhati serigala ), tumbuhan ( akar permasalahan ) serta kesehatan dan penyakit ( demam panggung ). Pada kategori benda mati, Kövecses mengemukakan beberapa jenis-jenis SD, antara lain konstruksi dan bangunan ( pembangunan karakter ), mesin dan peralatan ( roda pemerintahan ), serta uang dan transaksi ekonomi ( hutang budi ). Pada kategori aktivitas manusia, Kövecses mengemukakan beberapa jenis-jenis SD, yaitu permainan dan olahraga ( menggiring opini ) serta kegiatan memasak dan memakan ( bumbu cinta ). Pada kategori terakhir, yaitu fenomena alam, Kövecses menyebutkan beberapa SD, seperti panas dan dingin ( tatapan yang dingin ), cahaya dan kegelapan ( otak yang cemerlang ), kekuatan ( dorongan moral ) serta gerakan dan arah ( memutar otak ). Kövecses (2002 : 20 25) juga menjelaskan beberapa TD yang umum digunakan dalam pembentukan metafora. Pada penelitian ini, berbagai TD menurut Kövecses juga diurutkan dan diklasifikasikan kembali untuk mempermudah analisis. Kövecses mengemukakan hal-hal yang umumnya menjadi TD dalam metafora, antara lain emosi ( menyentuh hati ), nafsu ( semangat yang membara ), moralitas ( orang yang lurus ), pemikiran ( ide gila ), hubungan 11

12 manusia ( rumah tangga yang tidak sehat ), kehidupan dan kematian ( usia senja ), waktu ( mencuri waktu ), dan komunikasi ( haus informasi ). Kövecses juga mengemukakan bahwa TD agama terkait dengan konsep ketuhanan. Manusia sering menyebut Tuhan dengan panggilan Dia, layaknya seorang manusia. Selain itu, pada umat Kristiani biasa menyebut Tuhan dengan sebutan Bapa, Gembala, Raja dan lain-lain. Selanjutnya, Kövecses juga mengemukakan TD berupa masyarakat atau negara ( negeri yang ramah ), politik ( kebusukan demokrasi ), ekonomi ( penanaman modal ), serta peristiwa dan aksi (zaman kegelapan). Identifikasi SD dan TD dalam konsep metafora menjadi acuan dalam menganalisis jenis-jenis metafora pada suatu kalimat. Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan Teori Metafora Konseptual (Conceptual Metaphor Theory) oleh Lakoff dan Johnson dalam meneliti jenis-jenis metafora dalam wacana pariwisata rubrik Voyage majalah GEO. Teori Metafora Konseptual terbagi menjadi tiga jenis, yaitu metafora struktural, metafora orientasional, dan metafora ontologikal (Lakoff & Johnson, 2003 : 7-29) Metafora Struktural Metafora struktural merupakan sebuah konsep dari suatu hal yang secara metaforis terstruktur pada suatu hal yang lain (Lakoff & Johnson, 2003 : 14). Metafora struktural melihat melihat persamaan dari benda abstrak ke dalam benda konkret yang dibentuk dengan menggunakan konsep lain berdasarkan SD dan TD (Kovesces, 2002 : 34). Konsep ini berdasar pada korelasi dalam pengalaman 12

13 sehari-hari manusia yang konsepnya terstruktur secara sistematik. (Lakoff & Johnson, 2003 : 53). Salah satu contoh konsep mengenai metafora struktural adalah pengalaman berargumen yang menjelaskan bahwa Argument is War (Lakoff & Johnson, 2003 : 14). Pada perdebatan atau perselihan pendapat antar dua orang atau lebih seringkali ditemukan ungkapan metaforis, contohnya : (4) Ia selalu mempunyai beribu strategi untuk menyerang pendapatku, sehingga aku tidak pernah menang beradu pendapat dengannya. Pada contoh di atas terdapat beberapa kata seperti strategi, menyerang,dan menang yang umumnya digunakan dalam peperangan. Kata-kata tersebut kemudian dipinjam ke dalam suatu konsep lain yaitu, berargumen. Proses dalam beraduargumentasi dinilai memiliki kesamaan makna dengan konsep peperangan. Persamaan dalam dua konsep ini adalah keduanya memiliki konsep kalah dan menang. Metafora dalam contoh-contoh kalimat di atas dapat dihilangkan dengan mengganti kata-kata di atas dengan kata-kata yang lebih umum. Perhatikan contoh berikut : (4a) Ia selalu mempunyai beribu cara untuk mendebat pendapatku, sehingga aku tidak pernah tahan beradu pendapat dengannya. Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa metafora dapat dihilangkan dan dapat diganti dengan konsep yang lain. Analisis dilakukan dengan mengganti penandapenanda SD yang menunjukkan konsep perang dengan kalimat-kalimat yang lebih umum. Perubahan dari percobaan di atas nyatanya masih menunjukkan ciri semantis yang sama, namun kali ini tanpa menggunakan metafora. 13

14 Metafora Orientasional Metafora orientasional merupakan suatu konsep metafora beorientasi spasial, contohnya naik-turun, dalam-luar, depan-belakang, dalam-dangkal, dan pusat-periferi (Lakoff & Johnson, 2003 : 14). Orientasi spasial ini muncul berdasarkan konsep tubuh manusia dan kegunaannya dalam lingkungan sekitar (Lakoff & Johnson, 2003 : 15). Metafora orientasional berakar pada pengalaman fisik dan budaya, sehingga orientasi spasial pada budaya tertentu perlu diperhatikan sebab pengalaman budaya satu dengan yang lainnya tentunya memiliki perbedaan (Lakoff & Johnson, 2003 : 15). Salah satu contoh orientasi spasial pada metafora orientasional adalah ekspresi Happy is up. Sebaliknya, perasaan sedih diekspresikan ke dalam metafora Sad is down (Lakoff & Johnson, 2003 : 15). Perhatikan beberapa contoh berikut : (5) You re in high spirits. Kau sedang bersemangat. [Lakoff & Johnson, 2003 : 15] (6) My spirits sank. Semangatku tenggelam. [Lakoff & Johnson, 2003 : 15] Namun, pembentukan metafora orientasional untuk menunjukkan hal yang positif dan negatif tak hanya terbatas pada orientasi spasial atas-bawah saja, namun juga telah diterapkan pada skema penggambaran dua kutub (bipolar) dan dua nilai (bivalent) (Kövesces, 2002 : 54). Ekspresi gembira dan sedih juga dapat 14

15 memiliki bentuk metafora orientasional dua kutub, yaitu Happy is wide, sad is narrow seperti contoh di bawah ini : (7) I m feeling expansive. Aku merasa gembira. [Kövesces, 2002 : 54] Metafora Ontologikal Metafora ontologikal menjadikan pikiran, pengalaman dan proses hal abstrak lainnya menjadi suatu objek yang memiliki sifat fisik (Lakoff & Johnson, 2003 : 25). Metafora ontologikal melihat kejadian, emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi. (Lakoff & Johnson, 2003 : 26). Konsep ini dicontohkan dalam bentuk metafora Inflation is an entity. (8) Inflasi membuat kita terpojok dan jatuh ke dalam krisis moneter. Menurut Lakoff dan Johnson, suatu entitas memperbolehkan kita untuk mengacu atau merujuk kepada sesuatu hal (referring), menghitung jumlahnya (quantifying), mengidentifikasi aspek khusus pada hal tersebut (identifying aspects), mengidentifikasi penyebab / alasannya (identifying causes), serta menentukan tujuan dan mendorong tindakan (setting goals and motivating actions) (2003 : 26). Pengertian ini diperlukan demi memahami suatu pengalaman secara rasional. Pada metafora ontologikal terdapat dua jenis identifikasi lain yang menunjukkan metafora, yaitu metafora kontainer dan personifikasi. Metafora kontainer adalah salah satu sub bagian dari metafora ontologikal. Metafora 15

16 kontainer melihat suatu entitas atau substansi seperti kontainer yang memiliki ruang untuk diisi atau mengeluarkan sesuatu (Lakoff & Johnson, 2003 : 29-30). (9) Aku menjaga cintanya dalam hatiku. (10) Maaf, tuan. Pertanyaan tersebut di luar materi kita hari ini. Sementara itu, personifikasi atau proposeia merupakan suatu corak khusus dari metafora (Keraf, 2010 : 140). Personifikasi dalam metafora ontologikal merupakan entitas yang berupa benda mati, baik benda abstrak maupun konkret digunakan dan diperlakukan seperti layaknya manusia dengan segala aspek dan aktifitasnya (Lakoff & Johnson, 2003 : 33). Lakoff dan Johnson berpendapat bahwa menjadikan suatu objek fisik seperti manusia merupakan metafora ontologikal yang paling nyata dan paling banyak ditemukan (2003 : 33). Personifikasi telah meliputi banyak bentuk-bentuk metafora yang pada umumnya memiliki jangkauan sangat luas (Lakoff & Johnson, 2003 : 34). Perhatikan contoh berikut ini : (11) Indonesia memanjakan para wisatawan dengan pesona alam dan budayanya. (12) FNC Entertainment telah melahirkan banyak musisi-musisi berbakat. 1.6 Tinjauan Pustaka Penulis mengamati bahwa penelitian mengenai metafora telah dibahas dalam karya-karya tulis sebelumnya. Ni Ketut Widhiarcani Matradewi (1996) meneliti metafora dalam skripsinya Metafora Dalam Iklan Bahasa Perancis : Sebuah Studi Komparatif di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Matradewi membahas perbandingan antara metafora dalam iklan bahasa Prancis 16

17 dan iklan bahasa Indonesia berdasarkan pada struktur kebahasaan dan pemaknaannya. Hendrikus Lawe Kerans (2005) dalam tesisnya yang berjudul Metafora Dalam Tradisi Tutu Ukut Raran Bahasa Lamahalot di Fakultas Universitas Gadjah Mada mengkaji metafora dalam bahasa Lamaholot dengan fokus pada tradisi penceritaan sejarah atau dikenal juga dengan Tutu Ukut Aran. Ia menganalisis kalimat-kalimat yang mengandung metafora dalam teks lisan Ukut Aran, jenis-jenis metafora dan ciri khas metafora bahasa Lamaholot. Penelitian ini juga menggunakan teori metafora universal berdasarkan medan semantik makna oleh Michael C. Halley. Yulia Indarti (2008) juga membahas metafora dalam tesisnya yang berjudul Metafora Kidung Ludruk pada tahun 2008 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini menganalisis bentuk kebahasaan, penggunaan metafora, makna yang terkandung, analisis metafora berdasarkan elemen-elemennya dan hubungan antara metafora kidung ludruk dengan budaya Jawa. Indarti menggunakan teori metafora universal berdasarkan medan semantik makna yang dikemukakan oleh Michael C. Halley. Selain itu, M. Imelda Kusumastuty (2011) juga membahas metafora dalam tesisnya yang berjudul Medan Semantik Metafora Nominatif dalam Lirik Lagu Kla Project dan Bon Jovi serta Kaitannya dengan Sistem Ekologi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini menggunakan teori medan semantik makna sebagai pisau analisisnya. 17

18 Selanjutnya, Rachmat Effendi (2012) meneliti metafora dalam tesisnya Metafora dalam Percakapan antar Tokoh dalam Film The King Speech di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Effendi menggunakan Teori Konseptual Metafora oleh Lakoff dan Johnson untuk menganalisis jenis metafora, fungsi dan peran elemen yang menyusun metafora serta konteks penggunaan metafora dalam percakapan antartokoh pada film The King Speech. Sejauh ini, penelitian yang menganalisis metafora dalam wacana pariwisata pada majalah berbahasa Prancis dengan jenis tulisan feature belum pernah ditemukan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menjadikan metafora dalam wacana pariwisata rubrik Voyage majalah GEO sebagai fokus analisis dengan menggunakan teori metafora konseptual yang dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson. 1.7 Metode Penelitian dan Data Penelitian ini dilakukan berdasarkan tiga tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data dan penyajian hasil analisis. Pengumpulan data diambil dari artikel rubrik Voyage majalah GEO pada edisi edisi Februari, April, Juni, Agustus, dan Oktober tahun Edisi ini dipilih agar mendapatkan informasi terbaru dan kekinian. Teknik catat digunakan dalam pengumpulan data yang terdiri dari delapan artikel dalam lima edisi. Data kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan proses analisis. 18

19 Penelitian ini menerapkan metode analisis deskriptif, metode padan dan metode agih. Metode padan merupakan metode yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993 : 13). Alat penentu dalam metode padan terbagi menjadi lima subjenis, yaitu berdasarkan kenyataan (referen), organ pembentuk bahasa (organ wicara), bahasa lain, tulisan dan mitra wicara. Penelitian ini hanya menetapkan fokus pada alat penentu berdasarkan kenyataan (referen). Metode ini diperlukan karena rubrik Voyage banyak menggunakan referensi asing baik dari segi bahasa dan budaya di luar bahasa Prancis. Metode agih merupakan metode yang alat penentunya adalah bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993 : 15). Penulis akan menerapkan teknik ganti untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur yang terganti berdasarkan ciri semantisnya. Selain itu, teknik lesap juga diterapkan untuk mengetahui urgensi gramatikal pada analisis data. Tahapan terakhir adalah penyampaian kesimpulan dan saran. Pada tahap ini, penulis menyajikan hasil analisis objek pembentuk, jenis dan tujuan penggunaan metafora dalam wacana rubrik Voyage majalah GEO 1.8 Sistematika Penelitian Pembahasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, tinjauan pustaka, metode penelitian dan data, serta sistematika penelitian dijelaskan dalam BAB I. Selanjutnya, pembahasan analisis 19

20 data dijabarkan pada BAB II. Sementara itu, kesimpulan dan saran akan disampaikan pada BAB III. 20

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA (2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang kategorisasi dan pemetaan metafora konseptual kata penyakit dalam bahasa Indonesia. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk menarik perhatian pembaca, judul-judul berita pada surat kabar, tabloid, atau majalah sering dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat vital yang dimiliki oleh manusia dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORETIS

BAB 3 KERANGKA TEORETIS BAB 3 KERANGKA TEORETIS 3.1 Pengantar Cara berpikir dan bertindak setiap individu selalu terkait dengan metafora. Gambaran mengenai realitas dan pengalaman sehari-hari dapat dipahami dengan mudah melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna

BAB I PENDAHULUAN. suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lagu merupakan media universal yang digunakan untuk menyampaikan suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna sebagai implementasi ide

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut A. Desaian Penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut Tuturan Komentator Indonesia Super League Musim 2013-2014 Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, metafora muncul sebagai suatu gaya bahasa atau figure of

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, metafora muncul sebagai suatu gaya bahasa atau figure of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awalnya, metafora muncul sebagai suatu gaya bahasa atau figure of speech yang membandingkan satu hal dengan istilah lain yang setara. Pada umumnya, metafora menggunakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam linguistik terdapat kajian khusus mengenai makna yang dikenal dengan Semantik. Semantik adalah ilmu tentang makna. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian secara umum, bahasa merupakan suatu bentuk alat komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi melalui alat ucap yang dikeluarkannya akan memunculkan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa yang terdapat dalam karya sastra memiliki keunikan tersendiri. Begitu pun penggunaan bahasa dalam novel angkatan Balai Pustaka. Penulis novel angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini mengajar bahwa bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi ada hubungan antara individu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian emosi telah dilakukan di banyak bahasa, baik dari bidang psikologi maupun linguistik. Penelitian tentang emosi dari bidang bahasa menarik, karena banyak

Lebih terperinci

22, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 dapat diungkapkan dengan makna sebagai representasi maksud emosional manusia yang tidak terbatas. Penggunaan bahas

22, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 dapat diungkapkan dengan makna sebagai representasi maksud emosional manusia yang tidak terbatas. Penggunaan bahas , Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 METAFORA PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS Ananda Nurahmi Berkah Nastiti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan metafora dalam rubrik opini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau persamaan; misal kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia (Harimurti, 2008: 152).

BAB 1 PENDAHULUAN. atau persamaan; misal kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia (Harimurti, 2008: 152). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sistem komunikasi merupakan alat untuk mengekspresikan pikiran kita, perasaan kita, dan pendapat kita. Tentunya ketika berbicara kepada seseorang tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori yang Relevan 2.1.1 Teori Metafora Klasik Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di Injil ketika Adam dan Eva memakan buah terlarang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan hubungan interaksi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam melakukan interaksi tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI)

ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI) ANALISIS LIRIK LAGU LIR-ILIR (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI) Eka Susylowati, SS, M.Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstrak Metafora merupakan penggunaan bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO

ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Oleh : TYAS PUJI PRAMESTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dalam bahasa politik Nelson Mandela, penulis banyak menemukan penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan metaforis linguistik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam potensi dan kreativitas dalam berimajinasi. Dalam menuangkan kemampuannya, manusia memiliki cara yang bervariasi dan beragam jenisnnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Metafora tidak terbatas menyangkut pada sebuah gaya bahasa yang terdapat dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat dekat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa memudahkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dalam bermasyarakat. Dasar yang sangat penting bagi seseorang untuk berkomunikasi adalah bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI 0 ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya Kla Project yang dipopulerkan pada tahun 2010 dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu sumber data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sudah sering sekali majalah dicari para peneliti untuk dikaji segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap kata dalam bahasa yang diucapkan mengandung makna atau arti. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap kata dalam bahasa yang diucapkan mengandung makna atau arti. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap kata dalam bahasa yang diucapkan mengandung makna atau arti. Salah satu bidang linguistik yang mengkaji tentang makna adalah semantik. Menurut Pateda (2010:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL 1 ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993, 21). Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan merupakan ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. lisan merupakan ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ragam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Dengan bahasa, manusia dapat berhubungan satu sama lain sehingga akhirnya terwujud saling pengertian, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan,

Lebih terperinci

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS Endang Sri Maruti marutiendang@gmail.com Universitas PGRI Madiun Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan beberapa bentuk relasi makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra yang baik tidak dapat menghindar dari dimensi kemanusiaan, mempunyai keterkaitan dengan masalah kehidupan manusia, dan segala problematikanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini peneliti memaparkan mengenai latar belakang masalah yang dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah tersebut peneliti rumuskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Nama Judul : Endang Dwi Suryawati : Kemetaforaan dalam lirik lagu dangdut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roman Jacobson (dalam Tarigan, 1987:11) menyebutkan dua fungsi bahasa, yaitu fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana yang utama dalam komunikasi karena tanpa bahasa sulit untuk memahami apa yang ingin disampaikan antara satu manusia dengan manusia lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Salah satu ragam bahasa di Indonesia adalah peribahasa. Berbicara mengenai peribahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra juga berfungsi sebagai hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra juga berfungsi sebagai hiburan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dan bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1990:218).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum adalah program kegiatan yang terencana disusun guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu kurikulum yang pernah berjalan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan bahasa tulis dalam media cetak, dalam hal ini khususnya yang berupa surat kabar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu

BAB I PENDAHULUAN. pokok musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik adalah suatu hasil karya seni berupa bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsurunsur pokok musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian sastra pada hakikatnya merupakan penerapan pendekatan ilmiah terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retorika adalah penggunaan bahasa dengan baik atau efektif yang harus dipelajari seseorang yang menggunakan bahasa dengan cara yang efektif untuk tujuan tertentu. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua;

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua; BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian metafora merupakan analogi atau perbandingan suatu yang memiliki kemiripan dengan sesuatu yang lainya. Sebagai contoh sifat manusia yang dianalogikan atau diperbandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian analisis teks media.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai karakter serta cita rasa dari pengguna bahasa itu sendiri. Berdasarkan observasi yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci