BAB 2 Data dan Analisa

Transkripsi

1 BAB 2 Data dan Analisa 2.1. Literatur Encarta Refence Library m enyebutkan bahwa komik adalah series of drawings arranged to tell a story. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, komik adalah cerita bergambar baik pada majalah, surat kabar atau berbentuk buk u. Sedan gkan untuk r uang lin gkup Nusantara, salah seoran g peny air dari semenanjung Melayu, sekarang Malaysia. Harun Amniurashid pada tahun 1952 pernah menyebut 'cerita bergambar' sebagai rujukan istilah cartoons dalam bahasa Inggris. Sementara di Indonesia terdapat sebutan tersendiri untuk komik seperti diungkapkan oleh pengamat budaya Arswendo Atmowiloto pada tahun 1986 yaitu cerita gam bar atau disingkat menjadi cer gam. Disampin g itu Seno Gum ira Ajidarm a seorang jurn alis dan pen gamat komik, mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa dalam komik Mat Romeo terbitan tahun 1971 pernah mengiklankan karya mereka dengan katakata "disadjikan setjara filmis dan kolosal" yang sangat relevan dengan novel ber gambar. Akronim cerita bergambar, menurut Marcell Boneff mengikuti istilah cerpen atau cerita pendek yang sudah terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis katanya. Tetapi menilik kembali pada kelahiran komik, maka adanya teks dan gam bar secara bersamaan dinilai oleh Francis Laccasin tahun 1971 sebagai sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks bukan lagi suatu keharusan karena ada unsur motion yang bisa dipertimbangkan sebagai jati diri komik lainnya. Karena itu di dalam istilah komik klasik indonesia, cerita bergambar, tak lagi harus bergantung kepada cerita tertulis. Hal ini disebut Eisner sebagai graphic narration terutama di dalam film dan komik. 3

2 Frame atau Panel Menurut Scott McCloud tahun 1993 dalam bukunya Understanding Com ics menyebutkan bahwa komik memanfaatkan ruang dalam media gambar untuk meletakkan gambar demi gambar sehingga membentuk suatu alur cerita yang utuh atau kita bisa sebut dengan nama frame. Fungsinya unt uk membatasi ruang cerita sehingga komik dapat dibaca lebih baik. Standarnya frame ini akan digabung thought,ballon, narration box dan conversation ballon, tetapi itu tidak selalu menjadi petunjuk. Fram e-fram e ini kemudian digabung dalam rangkaian panelpanel statis, dari sini kemudian komik dapat menyampaikan cerita seutuhnya kepada pembaca. Bisa dilihat bahwa keterbacaan sebuah komik dipengaruhi oleh dua hal penting: pengaturan frame dan kontinuitas cerita it u sendiri. 4

3 2.2. Sejarah Perkembangan Kom ik di Indonesia 2.3. Data Komik Indonesia mengalami masa jaya pada era 1968 sampai 1970-an dan mulai surut Pada era tahun 1980-an, Sejak kehadiran komik Jepang dan Amerika yang menawarkan tokoh-tokoh dan cerita yang menarik mampu menyihir pembaca yang kebanyakan anak-anak karena dianggap lebih apresiasi dan kr eatif baik dar i segi gam bar, tem a, maupun cer ita dan mulai meninggalkan komik Indonesia. Lalu apa yang membuat para komikus kita seakan mati ditelan oleh derasnya arus peredaran komik-komik impor, Yaitu kekuatan komik Indonesia itu sendiri baik dari segi narasi maupun tema kom ik. Kom ik Indonesia dian ggap terlalu monoton, tidak m enarik dan belum ada inovasi yang mampu mebuat pambacanya ketagihan atau penasaran den gan cer itanya. W alaup un dari segi gam bar sudah mulai bagus, nam un tema cerita dan gaya cer ita tidak kom unikatif terhadap pem baca. Terlalu sibuknya komikus pada dunianya sendiri dan Komunitaskomunitasnya serta bersem bunyi dalam profesi lain misalnya animator film iklan, desainer grafis, dan ilustrator buku/ majalah. mengakibatkan terjadinya kesenjangan komikus Indonesia dengan masyarakat. Komikus Sehar usnya lebih dek at den gan m asyarakat dar i Bank ir sampai t ukang ben gkel. Jepang merupakan salah satu negara yang memandang komik secara positif. Mereka menjadik an kom ik sebagai salah sat u m edia kom unik asi untuk menyampaikan ide-ide pemikiran mereka, nilai-nilai kehidupan, pengetahuan dengan gaya cerita yang menarik, tema yang bervariasi, dan cerita yang seakan telah disusun secara matang sehingga menghasilkan alur cerita yang menarik dan selalu membuat pembacanya semakin penasaran. Scott McCloud tahun 1993 juga menjelaskan dalam bukunya Understanding Com ics bah wa komik adalah seni visual bertur utan dalam jarak yang berdekatan, bersebelahan. Menurut Cloud komik memanfaatkan ruang dalam media gambar unt uk m eletakkan gam bar demi gam bar seh ingga m em bentuk 5

4 suatu alur cerita yang ut uh. komik bukan hanya sebatas cerita fiksi atau dongeng untuk anak tidur melainkan komik juga bisa Sebagai media komunikasi visual yang dapat diterapkan sebagai alat bantu pendidikan, menjadi alat promosi bisnis, alat penyuluhan, alat kampanye, media propaganda, dan pembent uk opini dalam pers. Hal ini yang kiranya masih kurang dimiliki oleh komikus kita. Contohnya saja, I Say Hello to Dr Black Jack yan g m enceritakan tentang dokter dan masalah-masalah di dalam dunia kedokteran serta selain itu juga disisipkan nilai-nilai kehidupan yang dikom unikasik an ke pem baca melalui interaksi antara dokter den gan pasiennya, Kunimitsui yang bercerita seorang pemuda Jepang ingin mengubah jepan g m enjadi lebih baik den gan menjadi sekretaris anggota dewan bahkan di halaman belakang diberikan suat u rubrik obrolan seputar masalah politik yang memberikan wawasan luas mengenai politik disamping nilai-nilai kehidupan pun juga diangkat dikomik ini. Toruko de watashi mo kangaeta yang memberikan wawasan kehidupan seharihari di Turki dan makanan Turki. Seharusnya kita bisa belajar dari Jepang baik dari segi tema, gambar dan narasi tetapi dengan tidak menghilangkan karakter yang sudah ada bukan berarti kita meniru. Budaya tidak pernah bersih dari pengaruh luar dan baiknya apabila kita lakukan sintesis-sintesis dari budaya yang ada, lalu mengembangkan menjadi suat u karakter yang kuat seperti yang dilak ukan jepan g Kurangnya peran komik Indonesia membuat komik import semakin digandrungi oleh pembaca terutama anak-anak. Walaupun banyak komik import yang bagus, tetapi ada juga yang tidak baik untuk perkembangan anak itu sendiri. Pihak penerbit maupun distributor juga tidak memiliki usaha yang serius untuk melarang anak-anak membeli komik tersebut. Contohnya komik yang sedang diminati oleh anak-anak sekarang seperti komik Detektif Conan yang menampilkan kasus-kasus pembunuhan yang belum layak diperlihatkan kepada anak-anak. Crayon sinchan karakter bocah berusia lima tahun dengan imajinasi dan v isualisasi seksual, dan dikhawatirkan memberik an dampak negatif terhadap perkembangan kognisi seksual anak. Meski pada akhirnya terungkap bahwa di negeri asalnya, pasaran komik Sinchan adalah orang 6

5 dewasa. Tentu saja, secara fenom enologis, tiap subyek pen gkonsumsi kom ik akan memiliki interpretasi yang berbeda sesuai dengan pengalaman, latar belakan g so sial, dan pen getahuan dasarnya. Obyek k ult ural dalam bentuk komik, kartun, atau apapun tidak dapat memiliki arti yang hadir dari dirinya sendiri untuk setiap or ang. Dengan kata lain, tiap or an g yan g m en gkon sumsi obyek budaya akan membent uk pengertian keluar dari obyek budaya tersebut daripada berusaha untuk mengerti pemaknaan yang ada di dalam obyek budaya tersebut. Kalau sudah seperti itu, peran orang t ua sangat penting dimana berkewajiban untuk mem berikan pengarahan k epada anak-an aknya mengenai isi komik tersebut. Parahnya jika orang tua hanya menganggap komik itu hanya bacaan murahan anak-anak sebagai pengisi wakt u kosong. Di Indonesia komik masih sering dianggap sebagai hasil kebudayaan yang tak bern ilai dan dianggap sebagai sampah khay alan bagi anak-anak. Undan g- Undang yan g berlaku pun tidak mampu untuk m enah an per edaran kom ik impor, sehingga peredaran komik asing yang seharusnya tidak diperunt ukkan untuk an ak-anak, m enjadi kon sum si sehari-h ari bagi anak- anak. Hal ini bisa ber dampak bur uk bagi perk embangan baik m oral maup un etika an ak itu sendiri. Yan g perlu dip erhatikan bahwa daya ingat anak- anak m asih lebih k uat diban din gkan den gan daya in gat orang dewasa dan gam bar- gambar pada kom ik m em buat cerita lebih m udah diserap dan teks mem buatnya lebih m udah dimengerti, sementara alur membuat pesan yang hendak disampaikan melalui komik dapat lebih mudah untuk diikuti dan diingat. Alangkah baiknya jika kom unitas-kom unitas kom ik Indonesia lebih m em perdebatkan m asalah ini sebagai sesuatu terobosan untuk perkembangan komik Indonesia itu sendiri ketimban g m em ikirkan hal-hal yan g teknis. Secara umum proyek ini sangat erat kaitannya dengan pendidikan, anak-anak dan jenis bacaan. Tiga materi inilah yang akan dikombinasikan menjadi sebuah produk yang mengarah kepada pendidikan dasar karakter bagi anakanak usia 7-9 tahun. Karena ber dasarkan keilm uan Psikolo gi perkem ban gan anak, Diah Ayuningsih, M.Psi. usia inilah dimana karakter anak bisa dibentuk, masa ini mereka sudah mulai bisa membedakan antara khayalan dengan dunia nyata, rasa in gin tah u tinggi dan sangat mem but uhkan jawaban sesegera 7

6 mungkin, terutama kebut uhan akan seorang teman bermain menjadi faktor dominan dalam tahap perkembangan usia anak dimasa ini. Karenanya buku bacaan yang baik merupakan sarana penting yang belum banyak orang menyadari benar-benar pentingnya media ini unt uk menyampaikan pesan positif yang sarat akan nilai edukasi dan p en gar uhnya terhadap p erkem ban gan pertumbuhan k arakter bagi si anak Target Audience Psikografi Anak-anak yang selalu diberikan buku sebagai hadiah atau pun bekal bagi nutrisi otak dari kedua orang tuanya, peduli kepada bacaan yang baik, memiliki ketertarikan pada budaya nusantara dan sering diberikan masukan maupun pilihan yang baik dari kedua orang tuanya ketika berada di ger ai buk u. Kesehariannya sering ditemani dan mendapat bantuan ketika si anak memiliki pertanyaan kepada pekerjaan rumahnya yang di dapat dari sekolah tempat ia belajar, orang tuanya berperan serta memilihkan pendidikan tambahan seperti musik, seni tari maupun drama diluar pendidikan reguler yang telah didapatkan si anak setiap harinya Geografi Tinggal di daerah kota besar yang memiliki toko buku Demografi Umurnya berkisar 7 9 tahun atau setara dengan kelas 3 Sekolah Dasar Berjenis kelamin Pria maupun Wanita Stat us ekonominya menengah keatas Stat us pendidikannya minimal SD 8

7 2.5. Analisa SWOT ( St rengt hs ) : Karakteristik desain yan g terar ah, edukatif, f un dan kreatif serta memiliki illustrasi yang baik dari segi visual serta alur cerita yang menarik dibalik cerita ini juga terkandung nilai-nilai mulia pendidikan karakter yang baik tentang akhlak seorang anak kepada orang tua. ( Weakness ) : Kebanyakan buku bacaan bergambar atau komik yang berisi cerita rakyat nusantara diciptakan dengan illustrasi begitu rumit tanpa memeperhatikan target audiencenya yang sebagian besar anak-anak produk mereka hanya berisi cerita saja tanpa visualisasi yang jelas untuk m erangsang keinginan pembaca men getahui cerita ini lebih lanjut. ( Opportunity ) : Di Indonesia sudah banyak yang mengenal cerita rakyat Malin Kundang menjadi batu, Namun sangat sedikit bahkan nyaris tidak ada buku bacaan yang secara khusus menceritakan cerita ini secara visual, akan lebih memberikan warna keberagaman terhadap cerita rakyat yang telah ada di Indonesia. ( Treat ) : Banyaknya buku bacaan yang tidak mendasari dengan jelas arah dan tujuan akhir mereka terhadap konsumen, salah sat unya dari strategi penyampaian dengan visual yang minim. 9