INTERFERENSI FONOLOGI DIALEK SOLO DALAM BAHASA INDONESIA PADA PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN JOKO WIDODO ARTIKEL ILMIAH TRI TEDI MAEDISON NPM:

Transkripsi

1 INTERFERENSI FONOLOGI DIALEK SOLO DALAM BAHASA INDONESIA PADA PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN JOKO WIDODO ARTIKEL ILMIAH TRI TEDI MAEDISON NPM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016

2 HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL ILMIAH Interferensi Fonologi Dialek Solo dalam Bahasa Indonesia pada Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo Nama : Tri Tedi Maedison NPM : Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institusi : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Padang, 9 Februari 2016 Disetujui Oleh: Pembimbing I Pembimbing II Dra. Indriani Nisja, M.Pd Refa Lina Tiawati R., M.Pd

3 HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH Interferensi Fonologi Dialek Solo dalam Bahasa Indonesia pada Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo Nama : Tri Tedi Maedison NPM : Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institusi : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Padang, 9 Februari 2016 Disetujui Oleh, Pembimbing I Pembimbing II Dra. Indriani Nisja, M.Pd Refa Lina Tiawati R., M.Pd Diketahui Oleh, Ketua Program Studi Iswadi Bahardur, S.S, M.Pd

4 INTERFERENSI FONOLOGI DIALEK SOLO DALAM BAHASA INDONESIA PADA PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN JOKO WIDODO Oleh Tri Tedi Maedison 1, Dra. Indriani Nisja, M.Pd 2., Refa Lina Tiawati R., M.Pd 3. 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) dan 3) Dosen Program Studi Pendididkan dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Latar belakang penelitian ini ialah, kesalahan penggunaan bahasa yang berupa interferensi fonologi dialek Solo dalam bahasa Indonesia pada pidato kenegaraan yang dibawakan oleh presiden Joko Widodo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk interferensi fonologi dialek Solo dalam bahasa Indonesia pada pidato kenegaraan presiden Joko Widodo, dilihat dari aspek penambahan fonem, aspek penghilangan fonem, aspek perubahan fonem. Aspek-aspek interferensi fonologi dialek Solo pada penelitian ini difokuskan pada pidato kenegaraan presiden Joko Widodo. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Penelitian kualitatif dan metode deskriptif analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data yang terdapat pada pidato kenegaraan presiden Joko Widodo, data penelitian ini berupa tuturan presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyimak, merekam serta memahami ujaran, dilanjutkan dengan teknik catat yaitu mencatat bunyi-bunyi bahasa dalam tahapan pengumpulan data, baik saat menyimak ataupun saat mendengarkan rekaman. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan tahapan (1) mengklasifikasikan data berdasarkan bentuk ujaran dan pola dasarnya (kata baku), (2) mendeskripsikan data sesuai dengan struktur, (3) menganalisis data dengan menggunakan metode dan teknik yang telah dirumuskan (metode deskriptif analisis), (4) mencatat dan menyimpulkan hasil penelitian. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa interferensi fonologi dialek Solo dalam bahasa Indonesia pada pidato kenegaraan presiden Joko Widodo merupakan sebuah kesalahan dalam berbahasa. Interferensi fonologi tersebut meliputi aspek penambahan fonem, aspek penghilangan fonem, aspek perubahan fonem. Interferensi fonologi penambahan fonem yang ditemukan pada penelitian ini yaitu berdistribusinya fonem /h/ terhadap fonem /b/, /d/, /g/ dan /j/ dan /k/, contohnya kata terjebak berdistribusi dengan fonem /h/ menjadi terj h eb h ak. Interferensi fonlogi berupa penghilangan fonem yang ditemukan pada penelitian ini yaitu hilangnya fonem /e/, /h/, /m/, /s/ dan /y/, contohnya kata syarat mengalami penghilangan fonem /y/ menjadi sarat. Interferensi fonlogi berupa perubahan fonem pada penelitian ini yaitu berubahnya fonem /a/, /f/, /g/, /i/, /u/, /v/, /z/. /ai/ dan /au/, contohnya kata kepuauan menjadi kepuloan setelah mengalami perubahan fonem. Kata kunci: Interferensi Fonologi, Dialek Solo, Pidato Kenegaraan, Presiden Joko Widodo

5 INTERFERENSI FONOLOGI DIALEK SOLO DALAM BAHASA INDONESIA PADA PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN JOKO WIDODO Oleh Tri Tedi Maedison 1, Dra. Indriani Nisja, M.Pd 2., Refa Lina Tiawati R., M.Pd 3. 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) dan 3) Dosen Program Studi Pendididkan dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK The background of this study is, misuse of language in the form of dialect phonological interference Solo in Indonesian in his official speech delivered by the president Joko Widodo. This study aimed to describe the forms of dialect phonological interference Solo in Indonesian at the president's speech Joko Widodo, seen from the aspect of the addition of phonemes, phoneme disappearance aspects, aspects of change phonemes. Aspects of Solo dialect phonological interference in this study focused on the president's speech Joko Widodo. The research is a qualitative descriptive method of analysis. Qualitative research and descriptive analysis method is used to describe the data contained in the president's speech Joko Widodo, this research data in the form of speech of the president Joko Widodo in his official speech. Techniques document collection is done by listening, recording and understand speech, followed by a technical note that language sounds recorded in the data collection stage, both when listening or while listening to a recording. The data analysis in this research is conducted in stages, (1) classifying the data based on the form of speech and the basic pattern (basic words), (2) describe the data according to the structure, (3) analyze the data using methods and techniques that have been formulated (descriptive analysis), (4) record and concludes the research results. Based on this study concluded that phonological interference Solo in Indonesian dialects in the president's speech Joko Widodo is a mistake in the language. The phonological interference include additional aspects of phonemes, phoneme disappearance aspects, aspects of change phonemes. Phonological interference addition of phonemes found in this research that the presence of the phoneme / h / the phoneme / b /, / d /, / g / and / j / and / k /, example word terjebak distributed by phoneme / h /, being " terj h eb h ak ". Phonological interference in the form of removal of phonemes found in this research that the loss of the phoneme / e /, / d /, / m /, / s / and / y /, for example, words syarat experienced disappearance phoneme / y / be sarat. Phonological interference in the form of a change of phonemes in this research that is changing the phoneme /a/, /f/, /g/, /i/, /u/, /v/, /z/. /ai/ and /au/, for example, the word "kepuauan" to "kepuloan" after changing phonemes. Keywords: Phonological interference, Dialect Solo, State Speech, President Joko Widodo

6 A. PENDAHULUAN Perkembangan bahasa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bahasa daerah. Adanya keragaman bahasa daerah menyebabkan sulitnya upaya standarisasi fonologis pada pelafalan bahasa Indonesia itu sendiri. Permasalahan kebahasaan dalam tataran fonologis ini menjadi hal yang perlu dipertimbangkan karena sampai saat ini belum ada pembakuan bunyi bahasa Indonesia. Keanekaragaman bahasa daerah tentu sangat mempengaruhi bahasa dibunyikan atau dilafalkan, terlebih bila bahasa daerah itu menjadi bahasa ibu yang cenderung lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Penggunaan bahasa ibu yang sudah melekat pada pola pikir masyarakat tertentu, dan kebiasaan seseorang menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi sehari-hari mengakibatkan adanya perbedaan dalam melafalkan kata-kata berbahasa Indonesia. Perbedaan fonologis tidak hanya disebabkan oleh perbedaan kelas sosial, perbedaan tingkat edukasi penutur, dan jenis kelamin penutur. Namun, adanya kelompok dari daerah tertentu dapat juga mempengaruhi perbedaan dalam tataran fonologis ini terjadi, misalnya: kata [simpan] yang diujarkan menjadi [simpən] oleh masyarakat yang berasal dari daerah Jawa. Pada contoh tersebut terjadi perubahan fonem vokal /a/ menjadi /ə/. Hal ini disebabkan bukan semata-mata penutur ingin merubah pelafalan fonem tersebut, tetapi pelafalan tersebut merupakan sebuah kebiasaan penutur yang membuat pelafalan tersebut dianggap benar. Kata interferensi dalam kamus lingusitik, merupakan penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa (Kridalaksana, 2009:95). Weinreich (dalam Chaer dan Agustina, 2010:120), menyebutkan istilah interferensi pertama digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem bahasa sehubungan dengan persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur bilingual. Lado (dalam Nursaid, 2002:134), mengartikan interferensi sebagai kesulitan yang timbul dalam proses penggunaan bahasa kedua, sehingga terjadi peminjaman unsur-unsur bahasa pertama saat menggunakan bahasa kedua. Sumarsono (2011: 22 23), menjelaskan bahwa dialek bahasa Jawa terdiri atas beberapa subdialek, antara lain dialek Bagelen (di daerah Jawa Tengah bagian selatan), dialek Solo-Yogya, dialek Jawa Timur (Surabaya, Malang, Mojokerto, Pasuruan), dialek Osing (Banyuwangi). Bahasa Jawa yang dianggap bahasa jawa baku digunakan oleh penutur di wilayah Surakarta (Solo) dan Yogyakarta. Di Jawa, orang mengakui bahasa Jawa yang baku adalah bahasa Jawa dialek Solo dan Yogyakarta (Sumarsono, 2011:28). Sari (2008:1 3), melalui melalui (online) menjelaskan beberapa kekhasan fonem dalam bahasa Jawa dialek Solo. Pertama, fonem vokal /i/ yang berposisi pada suku ultima (suku akhir) tertutup diucapkan [I]. Fonem /u/ yang berposisi pada suku ultima tertutup diucapkan [U]. Fonem /a/ yang berposisi pada suku ultima tertutup diucapakan [a], sedangkan yang berposisi pada suku ultima terbuka diucapkan [ɔ]. Kedua, Penutur Jawa dialek Solo juga sering menambah bunyi [m] dan [n] di depan sebuah kata yang berawalan dengan fonem [b,d,g,j], contohnya kata besuk diucapkan menjadi [mbesuk] atau kata Jogja diucapkan menjadi [njogja]. ketiga, Penutur Jawa dialek Solo juga menambahkan fonem [h] pada fonem [b,d,g,j] yang berdisibusi pada awal kata dan tengah suku kata, contohnya kata jembatan akan dituturkan menjadi [j h embatan]. Keempat, Bahasa Jawa tidak mengenal vokal rangkap (diftong). Kata yang dalam bahasa Indonesia mengandung diftong /ai/ dan /au/ diucapkan dengan bunyi /e/ dan /o/ dalam bahasa jawa, misalnya kata [cerai], [rantai] dan [tembakau] diucapkan sebagai [cere], [rante] dan [tembako], selain itu bahasa Jawa tidak memiliki fonem /f/ dan /v/.

7 B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Menurut Sugiyono (2011:13), Metode penelitian kulitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivistik. Metode tersebut tergolong sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama. Menurut Saebani (2008:122), penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah. Jadi, dapat disimpulkan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang hasil dari penelitian itu merupakan kata-kata berdasarkan objek yang diteliti. Sedangkan analisis data Menurut Patton (dalam Moleong, 2006:280), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini berupa deskripsi data yang diperoleh sebagai bukti hasil penelitian. Data yang akan disajikan pada bagian ini adalah data yang berupa interferensi fonologi dialek Solo yang berkaitan dengan penambahan fonem, pengurangan fonem dan perubahan fonem. Sebagai landasan penentuan jenis interferensi fonologi, peneliti berpegang pada pemakaian bahasa Indonesia yang telah dibakukan, di samping mempergunakan kamus bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Dalam penelitian ini dipilih lima pidato yang sesuai dengan kriteria pidato kenegaraan. Pertama, pidato kenegaraan pada pelantikan presiden Joko Widodo. Kedua, pidato kenegaraan pada rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN). Ketiga, pidato kenegaraan untuk menjawab tantangan ekonomi. Keempat, pidato kenegaraan pada sidang paripurna majelis permusyawaratan rakyat republik Indonesia (MPR RI). Kelima, pidato kenegaraan pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Berdasrkan lima pidato yang telah dipilih, dipilah dan diklasifikasikan, terdapat delapan puluh lima data. Data tersebut terdiri atas dua tujuh data interferensi fonologi berupa penambahan fonem, sembilan belas data interferensi fonologi berupa pengurangan fonem dan tiga puluh sembilan data interferensi fonologi berupa perubahan fonem. 2. Pembahasan Pada pembahasan ini dikemungkakan pembahasan tentang interferensi fonologi dialek Solo yang terdapat dalam tuturan pesiden Joko Widodo saat membawakan pidato kenegaraan. Pembahasan ini meliputi tiga aspek yaitu, Interferensi fonlogi yang berupa penambahan fonem. interferensi fonologi yang berupa pengurangan fonem dan interferensi fonologi yang berupa perubahan fonem. pembahasan pada ketiga aspek tersebut akan di uraikan sebagai berikut. 1) Pembahasan Interferensi Fonologi Berupa Penambhaan Fonem Menurut Arifin (2010:147) terjadinya interferensi fonologi bila penutur mengidentifikasi bahasa pertama dam memakainya kedalam bahasa kedua. Berdasarkan temuan yang ada pidato kenegaraan presiden Joko Widodo sering kali terdapat tuturan yang berupa penambahan fonem /h/ setelah fonem /b/, /d/, /g/ dan /j/. Menurut Sari (2008:1 3), melalui melalui (online). Salah satu kebiasaan penutur Jawa yaitu menambahkan fonem /h/ yang terdapat pada fonem /b/, /d/, /g/ dan /j/ tersebut terjadi apa bila fonem tersebut berdistribusi pada awal atau tengah kata. sementara itu Marsono (2008:110), menambahkan penambahan atau pendistribusian fonem /h/ tersebut merupakan perubahan bunyi yang terjadi akibat aspirasi. salain penambahan fonem /h/ pada pennelitian ini terdapat penambhan fonem /k/ 2) Pembahasan Interferensi Fonologi Berupa Penghilang Fonem Dalam penelitian ini juga tedapat interferensi fonologi yang berupa penghilangan fonem. Menurut Arifin (2010:147) terjadinya interferensi fonologi bila penutur mengidentifikasi bahasa pertama dam memakainya kedalam bahasa kedua. Berdasarkan temuan yang ada pidato

8 kenegaraan presiden Joko Widodo terdapat interferensi dalam bentuk penghilangan fonem yaitu berupa penghilangan fonem /e/, /h/, /m/, /s/ dan /y/. 3) Pembahasan Interferensi Fonologi Berupa Perubahan Fonem Selain jenis interferensi folonogi yang berupa penambahan fonem dan penghilangan fonem, perdapat juga interferensi fonologi yang berupa perubahan fonem. Berdasarkan temuan yang ada pada pidato kenegaraan presiden Joko Widodo terdapat interferensi dalam bentuk penghilangan fonem yaitu berupa perubahan fonem /a/, /f/, /g/, /i/, /u/, /v/, /z/. /ai/ dan /au/. Jika dilihat dari sifatnya interferensi pada penelitian ini merupakan interferensi reseptif. Interferensi reseptif ialah interferensi yang berupa penggunaan bahasa B dengan diresaapi unsurunsur bahasa A. (Chaer dan Leoni, 2010:122). Dalam data tersebut penutur menggunakan bahasa Indonesia tetapi memasukkan unsur-unsur bahasa Jawa. Pada penelitian ini terdapat sebanyak enam penghilangan fonem semi vokal /y/ yang berkontribusi di tangah kata. Data tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Hilanya fonem /y/ pada kata Syarat dalam penelitian ini merupakan salah satu contoh perubahan bunyi yang disebut zeroisasi. Zeoroisasi dapat diartikan sebagai penghilangan bunyi fonemis untuk upaya pengematan pengucapan. (Muslich, 2009:123) D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data, analisis data serta pembahasan yang diuraikan pada bab IV dapat diambil suatu kesimpulan. Jika dilihat dari sifatnya, masuknya unsur-unsur dan pola bahasa Jawa merupakan interferensi reseptif yang bentuknya berupa kesalahan-kesalahan pengucapan atau pelafalan (fonologi). Hal ini terjadi karena tidak sempurnanya kedwibahasaan penutur tersebut. Interferensi fonologi tersebut berupa penambahan fonem, penghilangan fonem dan perubahan fonem. Pertama, Interferensi fonologi berupa penambahan fonem yang ditemukan pada penelitian ini yaitu berdistribusinya fonem /h/ terhadap fonem /b/, /d/, /g/ dan /j/, selain itu terdapat pula penambahan fonem /k/ pada kahir kata seperti kata tanyak. Kedua, Interferensi fonlogi berupa penghilangan fonem yang ditemukan pada penelitian ini yaitu hilangnya fonem /e/, /h/, /m/, /s/ dan /y/ pada salah satu kata, sebagai contoh, kata sarat tuturan yang mengalami pengurangan fonem /s/. Selain kedua bentuk tersebut terdapat juga interferensi fonlogi berupa perubahan fonem. Ketiga, Data yang berbentuk perubahan fonem pada penelitian ini yaitu berubahnya fonem /a/, /f/, /g/, /i/, /u/, /v/, /z/. /ai/ dan /au/. sebagai contoh, kata mencapɛ merupakan perubahan fonem rangkap /ai/ menjadi /ɛ/. 2. Saran Saran yang dapat disampaikan, agar dapat mengunakan bahasa dengan baik, yang dimaksud mengunakan bahasa dengan baik di sini ialah dapat memilah pemakaian bahasa daerah maupun bahasa Indonesia dalam situasi dan tonteks tertentu. Kemampuan untuk memilah-milah pemakaian bahasa tersebut dapat menjadikan komunikasi mudah diterima atau dipahami. Selanjudnya peneliti menyadari bahwa penelitian ini belumlah sempurna. Masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu peneliti menerima kritikan dan saran dari pembaca, yang dapat membangun dan memperbaiki tulisan peneliti di masa yang akan datang. E. KEPUSTAKAAN Chaer, Abdul dan Leonie Agustina Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimurti Kamus Lingustik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Nurrsaid dan Marjusman Maksan Sosiolinguistik. Padang: UNP Pess

9 Sumarsono Sosiolingustik. Yogyakarta: Sabda. Muslic, Masnur Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptf Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.